teori politik ibnu taimiyah

advertisement
TEORI POLITIK IBNU
TAIMIYAH
OLEH
ULYA FUHAIDAH
BIOGRAFI

Namanya Abul Abbas Taqiyuddin Ahmad bin Abdus Salam bin Abdullah bin
Taimiyah al Harrani

Lahir di Harran dekat Damaskus pada 22 Januari 1263/10 Rabiul Awwal 661 H

Ayahnya Syihabuddin bin Taimiyah adalah seorang syaikh, hakim, dan khatib.
Kakeknya Majduddin Abul Birkan Abdussalam bin Abdullah bin Taimiyah al
Harrani adalah seorang ulama yang menguasai fiqih, hadits, tafsir, ilmu ushul
dan penghafal Al Qur'an (hafidz).

Ia merupakan ulama mazhab Hambali

Saat usianya 6 tahun, ia mengungsi ke Damaskus untuk menghindari
kekejaman bangsa Mongol

Ia wafat pada 26 September 1326 H
PENDIDIKAN DAN KARYANYA

Di Damaskus ia belajar pada banyak guru, dan memperoleh berbagai macam
ilmu diantaranya ilmu hitung (matematika), khat (ilmu tulis menulis Arab),
nahwu, ushul fiqih. Ia dikaruniai kemampuan mudah hafal dan sukar lupa.
Hingga dalam usia muda, ia telah hafal Al-Qur'an. Kemampuannya dalam
menuntut ilmu mulai terlihat pada usia 17 tahun. Dan usia 19, ia telah
memberi fatwa dalam masalah masalah keagamaan.

Karangannya mencapai lima ratus judul. Karya-karyanya yang terkenal adalah
Majmu' Fatawa yang berisi masalah fatwa fatwa dalam agama Islam
SETTING SOSIO POLITIK IBNU TAIMIYAH

1258 atau lima tahun sebelum kelahirannya, tentara Hulagu Khan dari Mongol
membumihanguskan dinasti Abbasiah

Jatuhnya Baghdad menandai berakhirnya Bani Abbasiah yang menjadi
lambang kekuatan umat Islam selama 500 tahun

Pasca hancurnya Dinasti Abbas, penguasa wilayah bebas memakai gelar
khalifah

Hanya dinasti Mamalik yang masih mengakui Abu Qosim Ahmad sebagai
khalifah simbolis Dinasti Abbasiah

Damaskus dihuni oleh masyarakat heterogen
HETEROGENITAS DAMASKUS

Multi mazhab

Multi agama

Multi etnik

Multi kultur

Heterogenitas tersebut menyebabkan sulitnya tercipta stabilitas sosial dan
politik
PEMIKIRAN POLITIK

Penegakan imamah bukanlah salah satu dasar agama, hanya kebutuhan
praktis

Ia menolak kekuasaan Bani Umayyah dan Abbasiah sebagai dasar politik Islam

Ia menggunakan term imarah

Ia menolak pengangkatan kepala negara oleh Ahl halli wal aqdi yang tidak
lebih sebagai alat legitimasi penguasa

Ia memperkenalkan ahl syaukah untuk memilih kepala negara

Ahl syaukah adalah orang yang berasal dari berbagai kalangan dan kedudukan
yang dihormati dan ditaati oleh masyarakat
Contoh Ahlu Syaukah

Pengangkatan Abu Bakar sebagai khalifah bukan karena bai’ah Umar bin
Khatab dan pengangkatan Umar bukan karena wasiat Abu Bakar. Mereka naik
ke tampuk kekuasaan karena sumpah setia orang-orang yang memiliki
kekuatan (ahl Syaukah) kemudian diikuti oleh umat Islam.
SYARAT KEPALA NEGARA

KEJUJURAN (amanah) dalilnya QS An-Nisa 58 yang memerintahkan umat Islam
menyerahkan amanah kepada yang berhak menerimanya

KEWIBAWAAN atau KEKUATAN (QUWAH)

Tidak mutlak suku Quraisy

Jika tidak ada yang memenuhi kriteria itu, maka yang lebih diutamakan
adalah kandidat yang kuat dan berwibawa
LARANGAN MENURUNKAN KEPALA
NEGARA

Kepala negara harus ditaati meskipun zalim

60 tahun berada di bawah kepemimpinan yang zalim lebih baik daripada tidak
ada pimpinan walaupun semalam

Dilarang memberontak kepala negara yang kafir selama ia masih menjalankan
keadilan dan tidak memerintahkan maksiat kepada Allah

Ibn Taimiyah mengutip hadis barang siapa yang melihat sesuatu yang tidak
disenangi pemimpinnya, hendaknya ia sabar. Siapa yang keluar dari
pemerintahannya (memberontak), kalau ia mati maka mati dalam kejahilan

Perlawanan terhadap penguasa akan melahirkan anarkisme
Download