APLIKASI ETIKA DALAM MEMINIMALISIR KECURANGAN

advertisement
APLIKASI ETIKA DALAM MEMINIMALISIR
KECURANGAN
Kartono
APLIKASI ETIKA DALAM MEMINIMALISIR
KECURANGAN
Oleh: Kartono
PENDAHULUAN
Perhatian pada etika bisnis meningkat secara signifikan selama dekade
terakhir ini, subyek tersebut telah menjadi perhatian setiap elemen masyarakat
sejak dimulainya perekonomian dunia Barat. Berbagai perhatian mengenai
kelemahan moralitas para pelaku lembaga keuangan, perbankan, dan investor
ditemukan dalam banyak artikel. Perilaku beretika dan keuntungan personal
adalah isu-isu yang dekat kaitannya. Kasus-kasus manipulasi laporan keuangan
yang terungkap seperti manipulasi yang terjadi di PT KAI, Kasus Enron, Kasus
Worldcom, Kasus Tylenol Johnson & Johnson (Hidayat, 2012). Dalam kasus
tersebut, terdeteksi adanya kecurangan dalam penyajian laporan keuangan. Ini
merupakan suatu bentuk penipuan yang dapat menyesatkan investor dan
stakeholder lainnya. Kasus ini juga berkaitan dengan masalah pelanggaran kode
etik profesi akuntansi .
Skandal Enron, Worldcom dan perusahaan-perusahaan besar di AS
Worldcom terlibat rekayasa laporan keuangan milyaran dollar AS. Dalam
pembukuannya Worldcom mengumumkan laba sebesar USD 3,8 milyar antara
Januari 2002 dan Maret 2003. Hal itu bisa terjadi karena rekayasa akuntansi.
Penipuan ini telah menenggelamkan kepercayaan investor terhadap korporasi AS
dan menyebabkan harga saham dunia menurun serentak di akhir Juni 2003. Dalam
perkembangannya, Scott Sullifan (CFO) dituduh telah melakukan tindakan
kriminal di bidang keuangan dengan kemungkinan hukuman 11 tahun penjara.
Pada saat itu, para investor memilih untuk menghentikan atau mengurangi
aktivitasnya di bursa saham.
Kasus penarikan Tylenol oleh Johnson & Johnson dapat dilihat sebagai
bagian dari etika perusahaan yang menjunjung tinggi keselamatan konsumen di
atas segalanga, termasuk keuntungan perusahaan. Johnson & Johnson segera
ISBN. 978-602-95322-7-2 |Prosiding Seminar Nasional Audit Forensik 2013
102
APLIKASI ETIKA DALAM MEMINIMALISIR
KECURANGAN
Kartono
mengambil tindakan untuk mengatasi masalahnya. Dengan bertindak cepat dan
melindungi kepentingan konsumennya, berarti perusahaan telah menjaga
kepercayaan.
Didunia saat ini, banyak orang merasa bahwa etika bisnis adalah
oksimoron (gabungan dua istilah/hal yang bertentangan). Akan tetapi, perilaku
beretika yang baik seharusnya juga bagus untuk bisnis. Hal ini bukan berarti
bahwa perusahan yang bertindak secara beretika akan sejahtera. Perilaku beretika
adalah hal yang penting, tetapi bukan merupakan kondisi yang memadai untuk
keberhasilan bisnis. Analogi yang sama pentingnya adalah perusahaan yang
bertindak secara tidak beretika seharusnya dihukum (Hall, 2007).
PEMBAHASAN
A. Kecurangan (Fraud)
The Professional Standards and Responsibilities Committee dari The
Institute of Internal Auditors dalam Statement of Internal Auditing Standard No.3Mei 1985 Mendefinisikan kecurangan sebagai :“ Kecurangan yang di desain
untuk memberi manfaat kepada organisasi umumnya menghasilkan manfaat
tersebut dengan mengeksploitasi suatu keuntungan yang tidak wajar atau tidak
jujur, yang mungkin dapat menipu pihak luar.
Kecurangan dalam lingkungan bisnis telah memiliki arti yang lebih
khusus. Kecurangan adalah pembohongan disengaja, penyalahgunaan aktiva
komputer, atau manipulasi atas data keuangan demi keuntungan pelaku penipuan.
Kecurangan dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori umum: (1) tekanan
keadaan, (2) peluang, (3) karakteristik pribadi (integritas). Seseorang dengan
tingkat integritas pribadi yang tinggi dan disertai tekanan serta peluang yang
terbatas untuk melakukan kecurangan akan cenderung untuk bertindak dengan
jujur. Namun, jika seseorang dengan integritas yang lebih rendah, ketika
ditempatkan dalam situasi tekanan yang meningkat disertai peluang, maka akan
cenderung untuk melakukan penipuan.
ISBN. 978-602-95322-7-2 |Prosiding Seminar Nasional Audit Forensik 2013
103
APLIKASI ETIKA DALAM MEMINIMALISIR
KECURANGAN
Kartono
Adapun tindakan pencegahan yang dapat dilakukan oleh perusahaan
adalah dengan membangun budaya jujur dan terbuka, misalnya (Widodo, 2012):
a) Penerimaan pegawai yang jujur
Dengan menyeleksi calon pegawai dengan interviu mendalam untuk
mengorek latar belakangnya atau menggunakan jasa konsultan untuk
mengetahui
mewaspadai
track
record
kecurangan
serta
yaitu
lakukan
orientasi
memberikan
tugas/pelatihan
pemahaman
praktik
penyalahgunaan wewenang dan saluran komunikasi untuk pelaporannya.
b) Menciptakan lingkungan/suasana kerja yang positif
Perlu diadakan komunikasi terbuka antara Manajemen dengan pegawai
sehingga bisa menyampaikan masalah/keluhan dan harapannya dan
merasa diperlukan secara adil dan ikut memiliki perusahaan.
c) Penerapan aturan perilaku dan kode etik
Harus dirumuskan tertulis kriteria perilaku jujur dan tidak jujur dan
perbuatan yang boleh dan dilarang. Penerapan reward-punishment dan
sosialisasi harus ditegakan oleh manajemen serta berlaku untuk semua
level.
B. Etika Bisnis (Business Ethics)
Etika lahir dari hasil pemikiran manusia atas tata nilai yang berkembang
dalam suatu masyarakat yang dipandang sebagai sebuah kebenaran bersama. Kata
‘etika’ berasal dari kata Yunani ethos yang mengandung arti yang cukup luas
yaitu, tempat yang biasa ditinggali, kandang, padang rumput, kebiasaan, akhlak,
watak, perasaan, sikap dan cara berpikir. Bentuk jamak ethos adalah ta etha yang
berarti adat kebiasaan. Arti jamak inilah yang digunakan Aristoteles (384-322
SM) untuk menunjuk pada etika sebagai filsafat moral (Hidayat, 2012). Kata
‘moral’ sendiri berasal dari kata latin mos yang juga berarti kebiasaan atau adat.
Kata ‘moralitas’ dari kata Latin ‘moralis’ dan merupakan abstraksi dari kata
‘moral’ yang menunjuk kepada baik buruknya suatu perbuatan.
ISBN. 978-602-95322-7-2 |Prosiding Seminar Nasional Audit Forensik 2013
104
APLIKASI ETIKA DALAM MEMINIMALISIR
KECURANGAN
Kartono
Secara etimologis konsepsi etika memang dekat dengan makna moral.
Namun, secara terminologis etika memiliki makna yang berbeda dengan moral.
Etika memiliki penjelasan sekurangnya ia sebagai sistem nilai, kode etik, dan
filsafat moral (Bartens, 1993 dalam Tumanggor, dkk, 2010). Sebagai sistem nilai,
etika berarti nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang
kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
Keberadaan etika berfungsi sebagai penilai, penentu, dan penetap terhadap
suatu perbuatan tingkah laku manusia apakah ia akan dinilai baik, buruk, mulia,
terhormat, terhina, dan sebagainya. Dengan demikian, etika lebih merupakan ilmu
pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan yang
dilakukan manusia untuk dikatakan baik atau buruk atau aturan atau pola tingkah
laku yang dihasilkan oleh akal manusia. Secara lebih spesifik, etika bisnis
(business ethics) melibatkan penemuan jawaban atas dua pertanyaan: 1)
bagaimana para manajer memutuskan mengenai apa yang benar dalam
menjalankan bisnis mereka, 2) ketika manajer telah mengetahui apa yang benar,
bagaimana mereka dapat mencapainya?
Berbagai isu etika dalam bisnis dapat dibagi ke dalam empat area:
kesetaraan, hak, kejujuran, dan penggunaan kekuasaan perusahaan. Tabel 1
berikut ini mengidentifikasi beberapa praktik bisnis dalam masing-masing area ini
yang memiliki berbagai implikasi etika.
ISBN. 978-602-95322-7-2 |Prosiding Seminar Nasional Audit Forensik 2013
105
APLIKASI ETIKA DALAM MEMINIMALISIR
KECURANGAN
Kartono
Tabel 1
Isu Etika dalam Bisnis
Kesetaraan
Gaji Eksekutif
Nilai yang dapat dibandingkan
Penetapan harga produk
Hak
Proses Penilaian Perusahaan
Pemeriksaan kesehatan karyawan
Privasi karyawan
Pelecehan seksual
Keanekaragaman
Peluang kerja yang setara
Pemberitahuan mengenai adanya kecurangan(wishtleBlowing)
Kejujuran
Konflik kepentingan pihak manajemen dan karyawan
Keamanan data dan catatan perusahaan
Iklan yang menyesatkan
Praktik bisnis yang meragukan di negara asing
Laporan yang akurat atas kepentingan pemegang saham
Penggunaan
Komite aksi politik
kekuasaan
Keamanan di tempat kerja
perusahaan
Keamanan produk
Isu lingkungan
Divestasi kepentingan
Kontribusi politik perusahaan
Pengecilan ukuran perusahaan dan penutupan pabrik
Sumber: Diadaptasi dari The Conference Board, “Defining Corporate Ethics”
dalam Madsen, et al., 1990, dalam Hall, 2007.
Beberapa perusahaan yang sangat berhasil memiliki pelatihan dan
kesadaran akan etika sejak lama. Berbagai pendekatannya termasuk komitmen
yang besar dari pihak manajemen puncak untuk memperbaiki standar etika,
ISBN. 978-602-95322-7-2 |Prosiding Seminar Nasional Audit Forensik 2013
106
APLIKASI ETIKA DALAM MEMINIMALISIR
KECURANGAN
Kartono
berbagai kode etik tertulis yang dengan jelas menyampaikan harapan pihak
manajemen, program untuk mengimplementasikan petunjuk etika, serta berbagai
teknik untuk memonitor ketaatan. Para manajer perusahaan harus menciptakan
dan mempertahankan atmosfir beretika yang sesuai. Manajer harus membatasi
peluang dan godaan untuk melakukan perilaku tidak beretika dalam perusahaan.
Walaupun sikap pihak manajemen puncak terhadap etika menentukan
suasana praktik bisnis, dalam banyak situasi, merupakan tanggung jawab para
manajer tingkat yang lebih rendah pula untuk menegakkan standar etika
perusahaan. Pelanggaran etika dapat terjadi diseluruh perusahaan sehingga harus
dikembangkan berbagai metode untuk memasukkan mulai dari manajer tingkat
yang lebih rendah dan nonmanajer dalam skema etika perusahaan. Mereka harus
disadarkan atas kode etik perusahaan, diberikan model pengambilan keputusan,
dan berpartisipasi dalam berbagai program pelatihan yang membahas mengenai
berbagai isu etika.
Kebanyakan individu mengembangkan kode etik berdasarkan lingkungan,
keluarganya, pendidikan formalnya, dan pengalaman pribadinya. Dalam teori
tahapan perilaku menyatakan bahwa kita semua melalui beberapa tahap evolusi
moral sebelum sampai pada tingkat berpikir secara beretika. Gambar 1 berikut ini
adalah berbagai tahapan dalam model teori tahapan.
ISBN. 978-602-95322-7-2 |Prosiding Seminar Nasional Audit Forensik 2013
107
APLIKASI ETIKA DALAM MEMINIMALISIR
KECURANGAN
Kartono
Gambar 1
Teori Tahapan Perilaku
Tahapan Evolusi Moral
Tahap 6
Perilaku yang Tampak
Orientasi
ke prinsip Berdasarkan
prinsip
etika
yang
yang
beretika sendiri dan yang meningkatkan harga diri.
Orientasi ke
kontrak
sosial
Tahap 5
Mematuhi
peraturan
penghormatan
untuk
dari
dipilih
mendapatkan
rekan
kerja
dan
mempertahankan harga diri.
Mematuhi peraturan untuk menghindari
Tahap 4
Orientasi ke otoritas
kecaman pihak yang berwenang karena
“tidak melakukan kewajiban”.
Menaati berbagai standar perilaku
Tahap 3
Orientasi ke anak baik
yang
dapat
diterima
untuk
mendapat dukungan dari pihak
lain.
Mematuhi
Orientasi ke penghargaan
Tahap 2
Tahap 1
peraturan
untuk
mendapat penghargaan.
Orientasi ke hukuman
Mematuhi
peraturan
untuk
mendapat
penghargaan.
Sumber Hall, 2007
Berbagai perguruan tinggi atau sekolah tinggi dapat dan seharusnya
terlibat dalam pengembangan etika para manajer masa depan.
Dengan
mengajarkan para mahasiswanya teknik analisis untuk digunakan dalam usaha
mencoba memahami dan menempatkannya dalam perspektif yang tepat berbagai
tanggung jawab perusahaan yang saling berlawanan atas para karyawannya,
pemegang sahamnya, pelanggannya, dan masyarakat. Setiap keputusan yang
beretika
memiliki
risiko
dan
bermanfaat.
Sebagai
contoh,
dengan
mengimplementasikan sistem informasi berbasis komputer baru dalam sebuah
ISBN. 978-602-95322-7-2 |Prosiding Seminar Nasional Audit Forensik 2013
108
APLIKASI ETIKA DALAM MEMINIMALISIR
KECURANGAN
Kartono
perusahaan dapat menyebabkan beberapa karyawan kehilangan pekerjaannya
sementara yang lainnya menikmati manfaat dari perbaikan kondisi kerjanya.
Mencari keseimbangan antara berbagai konsekuensi tersebut adalah
tanggung jawab etika (ethical responsibility) manajer. Berikut ini adalah beberapa
prinsip beretika yang dapat menjadi petunjuk dalam melaksanakan tanggung
jawab (Mc Farland, 1991 dalam Hall, 2007):
1) Proporsionalitas
Manfaat dari sebuah keputusan harus melebihi risikonya. Selain itu, tidak
boleh ada keputusan alternatif yang memberikan manfaat sama atau lebih
besar dengan risiko lebih sedikit.
2) Keadilan
Manfaat keputusan harus didistribusikan secara adil ke orang-orang yang
menanggung risiko bersama. Mereka yang tidak mendapat manfaat tidak
seharusnya menanggung risiko.
3) Meminimalkan risiko
Bahkan jika dianggap dapat diterima oleh berbagai prinsip diatas,
keputusan harus diimplementasikan untuk meminimalkan semua risiko
dan menghindari risiko yang tidak perlu.
SIMPULAN
1. Sesuai dengan fungsinya baik secara mikro maupun makro, sebuah bisnis
yang baik harus memiliki etika dan tanggung jawab sosial. Jika sebuah
perusahaan memiliki etika dan tanggung jawab sosial yang baik, bukan
hanya lingkungan makro dan mikronya saja yang akan menikmati
keuntungan, tetapi juga perusahaan itu sendiri.
2. Etika yang baik adalah kondisi yang harus ada untuk menjaga
profitabilitas perusahaan dalam jangka panjang. Hal ini menuntut berbagai
isu etika untuk dipahami di berbagai tingkat dalam perusahaan mulai dari
pihak manajemen puncak hingga pekerja.
3. Perguruan tinggi atau sekolah tinggi bisnis memiliki tanggung jawab
untuk mendidik mahasiswa mengenai berbagai isu etika dalam bisnis.
ISBN. 978-602-95322-7-2 |Prosiding Seminar Nasional Audit Forensik 2013
109
APLIKASI ETIKA DALAM MEMINIMALISIR
KECURANGAN
Kartono
REFERENSI
Hall., James A. 2007. Accounting Information Systems. Penerbit Salemba Empat.
Jakarta
Hidayat, Ryan. 2012. Pelanggaran Etika Bisnis Perusahaan. Diakses tanggal 5
Januari 2013
Tumanggor, Rusmin., dkk. 2010. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Edisi Revisi.
Prenada Media Group. Jakarta
Widodo, Bambang. 2012. Pencegahan Fraud (Kecurangan) Di Dalam Perusahaan.
Diakses tanggal 5 Januari 2013
ISBN. 978-602-95322-7-2 |Prosiding Seminar Nasional Audit Forensik 2013
110
Download