4 HASIL 4.1 Tahapan Pengoperasian Trawl

advertisement
4 HASIL
4.1 Tahapan Pengoperasian Trawl
Sebelum melakukan operasi penangkapan biasanya dilakukan persiapan, baik
persiapan di darat maupun selama menuju daearah penangkapan (fishing ground)
di laut. Hal ini berguna untuk menunjang keberhasilan operasi panangkapan atau
mengurangi hambatan-hambatan yang mungkin terjadi pada saat pengoperasian
alat tangkap.
Kegiatan operasi penangkapan akan berjalan dengan baik jika ditunjang
persiapan dan perencanaan yang baik, pada umumnya saat operasi penangkapan
dengan menggunakan alat tangkap trawl terdiri dari persiapan di darat dan di laut,
penurunan jaring (setting), penarikan jaring (towing) dan pengangkatan jaring
(hauling).
Persiapan yang terpenting dalam penelitian ini adalah pemasangan penutup
kantong pada kantong trawl. Penutup kantong benar-benar diperhatikan sehingga
tidak ada bagian yang terbelit agar nantinya pada waktu berada di dalam air dapat
terbuka dengan sempurna sesuai yang diharapkan yaitu menampung ikan yang
lolos dari kantong.
Pada Gambar 23, diharapkan ikan yang lolos dari kantong akan tertampung
dalam penutup kantong.
Ikan yang tertangkap dalan kantong dan penutup
kantong nantinya akan di identifikasi berdasarkan panjang dan berat. Ikan yang
diidentifikasi hanya ikan-ikan yang di teliti saja yaitu kurisi, kuniran dan biji
nangka.
Cover net codend
Gambar 23 Kantong dan penutup kantong trawl.
42
4.1.1
Penurunan jaring (setting)
Setelah sampai di daerah penangkapan, maka operasi penagkapanpun siap
dilaksanakan.
Pada saat awal pengoperasian alat tangkap harus benar-benar
diperhatikan terutama mengenai bukaan mulut jaring karena hal ini sangat penting
dan menentukan keberhasilan operasi penangkapan. Apabila bukaan mulut jaring
sempurna maka luas sapuan trawl menjadi maksimal. Kedudukan otter board
terhadap air harus menunjukan posisi yang benar agar tidak mempengaruhi
bukaan mulut jaring nantinya. Pada saat penurunan alat tangkap maka haluan
kapal dipertahankan tetap lurus dan rpm diturunkan menjadi 450, pelampung
tanda bagian kantong dan adalah yang pertama diturunkan, terus sampai seluruh
alat tangkap berada di air. Apabila posisi alat tangkap dan tali cabang sudah
dalam posisi yang sempurna maka selanjutnya warp diulur sampai pada
pemasangan otter board. Otter board diturunkan ke dalam air secara perlahanlahan, kemudian rpm(rotation per menit)
dinaikan menjadi 600 sehingga
kecepatan kapal bertambah hal ini dimaksudkan agar otter board pada posisi yang
diinginkan dan warp ditahan. Setelah otter board pada posisi yang sempurna, rpm
ditambah menjadi 750 warp diulur sampai batas sesuai dengan kedalaman
perairan, biasanya warp diulur sampai dengan tiga kali kedalaman. Jika warp
yang diulur telah sesuai maka mesin winch trawl dikunci dan clutnya dibuka,
maksudnya adalah apabila alat tangkap yang ditarik tersangkut dasar perairan atau
tonggak maka dengan sendirinya warp dapat terulur, hal ini dapat cepat diketahui
dan tidak menyebabkan kerusakan alat tangkap yang lebih parah.
Rpm
diturunkan, disesuaikan dengan kecepatan kapal yang biasanya antara 2,5 knot
sampai dengan 3,2 knot.
4.1.2 Penarikan jaring (towing)
Ketika alat tangkap sudah turun, maka kecepatan kapal dibuat stabil agar
bukaan mulut jaring tetap pada posisi yang proporsional karena kecepatan kapal
mempengaruhi posisi alat tangkap dan otter board.
Haluan kapal pada saat
towing tidak selamanya lurus akan tetapi disesuaikan dengan kondisi perairan
setempat (banyaknya kapal yang beroperasi, kedalaman dan jenis dasar perairan).
Pada penelitian ini lamanya towing sekitar 0,5 jam, hal ini dimaksudkan agar ikan
yang tertangkap mudah untuk diidentifikasi.
43 4.1.3 Pengangkatan jaring (hauling)
Pengangkatan jaring dilakukan dengan cara menurunkan rpm menjadi 400
sehingga kapal masih dalam keadaan berjalan.
Winch trawl dijalankan dan
dilakukan penarikan warp hingga otter board muncul ke permukaan dan
menggantung pada gallow. Selanjutnya warp ditarik kembali hingga sampai pada
tali cabang, sementara lazy line secara perlahan-lahan ditarik. Posisi jaring sudah
tampak di permukaan maka kecepatan kapal ditambah agar ikan-ikan yang berada
di sayap dan badan jaring masuk ke dalam kantong. Pada saat pengangkatan
jaring, kapal dalam keadaan berhenti dan masih ada sisa laju, perlahan-lahan
jaring diangkat ke atas dek kapal hingga bagian kantong. Tali pengikat kantong
dibuka dan hasil tangkap tercurah di atas dek. Hasil tangkapan dimasukan ke
dalam keranjang-keranjang dan dipisahkan antara yang berada di dalam kantong
(codend) dengan penutup kantong (cover net) untuk selanjutnya di lakukan
identifikasi.
4.2 Parameter Lingkungan Pada Saat Penelitian
Pengukuran beberapa parameter lingkungan pada 18 stasiun di perairan
Tanjung Kerawang meliputi : kedalaman perairan antara 20 m – 30 m, suhu dasar
perairan antara 280 C – 28.50 C, salinitas antara 32‰ - 33‰ dan dasar perairan
berupa campuran lumpur pasir.
4.3 Hasil Tangkapan
Hasil tangkapan dalam penelitian ini terdiri dari berbagai spesies ikan, tetapi
hanya jenis-jenis ikan kurisi (Nemipterus virgatus), kuniran (Upeneus sulphureus)
dan biji nangka (Upeneus vitatus) yang diamati. Komposisi hasil tangkapan dari
ketiga spesies ikan yang diamati tertangkap dalam berbagai mesh size codend)
disajikan pada gambar, tabel dan grafik di bawah ini.
44
Gambar 24 Ikan kurisi (Nemipterus virgatus) (sumber : Yusrizal, 2010).
Gambar 25 Ikan kuniran (Upeneus sulphureus) (sumber : Yusrizal 2010).
45 Gambar 26 Ikan biji nangka (Upeneus vitatus) (sumber : Yusrizal 2010).
Tabel 7 Jumlah ikan dalam codend dan cover net
Speises
ikan
Ukuran mata jaring (mesh size)
1 inci
2 inci
3 inci
Codend Cover net Codend Cover net Codend Cover net
Jumlah
(ekor)
Kurisi
1.322
233
1.483
785
148
607
4.578
Kuniran
Biji
nangka
1.749
388
940
932
293
939
5.241
182
84
453
210
732
1.942
11.761
281
Jumlah
46
Tabel 8 Jumlah hasil tangkapan (ekor) yang tidak layak dan layak tangkap dari
setiap spesies ikan berdasarkan ukuran mata jaring (mesh size) selama
penelitian
Kurisi
Mesh size 1 inci
Codend Cover
net
Layak
layak
tangkap
tangkap
(ekor) (ekor)
122
0
Kuniran
1.738
384
940
932
293
924
99,4
182
69
276
415
209
602
59,6
Spesies ikan
Biji nangka
Mesh size 1 inci
Codend Cover
net
Layak
layak
tangkap
tangkap
(ekor) (ekor)
115
16
Mesh size 1 inci
Codend Cover
net
RataLayak
layak
rata (%)
tangkap
tangkap
(ekor) (ekor)
9
15
6,9
Rata-rata proporsi tertangkap (%) hasil tangkapan ikan yang layak tangkap
dari tiap spesies ikan yang dominan taretangkap di codend dan cover net selama
penelitian yaitu kurisi 6,9 %, kuniran 99,4% dan biji nangka 59,6%.
Hasil perhitungan jumlah hasil tangkapan terhadap tiga spesies ikan yang
dominan tertangkap selama penelitian yaitu : 11.761
ekor,
dengan
perincian
sebagai berikut : Kurisi 4.578 ekor, Kuniran 5.241 ekor dan Biji nangka 1.942
ekor. Komposisi hasil tangkapan masing-masing ukuran mata jaring kantong
terdapat dalam Gambar 27, 28 dan 29 di bawah ini.
Gambar 27 Komposisi ikan dalam codend dan cover net dengan mesh size codend
1 inci.
47 Gambar 28 Komposisi ikan dalam codend dan cover net dengan mesh size codend
2 inci.
Gambar 29 Komposisi ikan dalam codend dan cover net dengan mesh size codend
3 inci cm.
48
4.4
Distribusi Ukuran Panjang Ikan Hasil Tangkapan
4.4.1 Distribusi ukuran panjang ikan pada codend dan cover net dengan
mesh size 1 inci
Tidak layak tangkap
Layak tangkap
Gambar 30 Distribusi ukuran panjang ikan kurisi dalam codend dan cover net
dengan mesh size codend 1 inci (TL = 1,25 FL).
Tidak
layak
tangkap
Layak tangkap
Gambar 31 Distribusi ukuran panjang ikan kuniran dalam codend dan cover net
dengan mesh size codend 1 inci (TL = 1,25 FL).
49 Tidak layak tangkap
Layak tangkap
Gambar 32 Distribusi ukuran panjang ikan biji nangka dalam codend dan cover
net dengan mesh size codend 1 inci (TL = 1,25 FL).
Berdasarkan Gambar 30, 31 dan 32 dapat diketahui bahwa ikan yang
tertangkap pada ukuran mata jaring (mesh size codend) 1 inci dan penutup
kantong (cover net), panjang ikan kurisi berkisar antara 9,05 cm – 25,05 cm, ikan
kuniran berkisar antara 6,8 cm – 18,8 cm dan ikan biji nangka berkisar antara
10,55 cm – 19,55 cm.
50
4.4.2 Distribusi ukuran panjang ikan pada codend dan cover net dengan
mesh size 2 inci
Tidak layak tangkap
Layak tangkap
Gambar 33 Distribusi ukuran panjang ikan kurisi dalam codend dan cover net
dengan mesh size codend 2 inci (TL = 1,25 FL).
Tidak
layak
tangkap
Layak tangkap
Gambar 34 Distribusi ukuran panjang ikan kuniran dalam codend dan cover net
dengan mesh size codend 2 inci (TL = 1,25 FL).
51 Tidak layak
tangkap
Layak tangkap
Gambar 35 Distribusi ukuran panjang ikan biji nangka dalam codend dan covernet
dengan mesh size codend 2 inci (TL = 1,25 FL).
Berdasarkan Gambar 33, 34 dan 35 di atas dapat diketahui bahwa ikan yang
tertangkap pada ukuran mata jaring (mesh size) codend 2 inci dan penutup
kantong (cover net), panjang ikan kurisi berkisar antara 9,8 cm – 23,3 cm, ikan
kuniran berkisar antara 8,8 cm – 13,8 cm dan ikan biji nangka berkisar antara 10,8
cm – 16,3 cm.
52
4.4.3 Distribusi ukuran panjang ikan pada codend dan cover net dengan
mesh size 3 inci
Tidak layak tangkap
Layak
tangkap
Gambar 36 Distribusi ukuran panjang ikan kurisi dalam codend dan cover net
dengan mesh size codend 3 inci (TL = 1,25 FL).
Tidak layak
tangkap
Layak tangkap
Gambar 37 Distribusi ukuran panjang ikan kuniran dalam codend dan cover net
dengan mesh size codend 3 inci (TL = 1,25 FL).
53
Tidak layak
tangkap
Layak tangkap
Gambar 38 Distribusi ukuran panjang ikan biji nangka dalam codend dan cover
net dengan mesh size codend 3 inci.
Berdasarkan Gambar 36, 37 dan 38 dapat diketahui bahwa ikan yang
tertangkap pada ukuran mata jarring (mesh size codend) 3 inci dan penutup jaring
(cover net), panjang ikan kurisi berkisar antara 9,55 cm – 23,55 cm, ikan kuniran
berkisar antara
6, 50 cm – 14,80 cm dan ikan biji nangka berkisar antara 9,55
cm – 16,55 cm.
4.5 Kisaran Panjang, Lingkar Badan dan Berat Jenis Ikan
Kisaran panjang dari ketiga jenis spesies ikan yang tertangkap dalam codend
dan cover net selama penelitian pada ukuran mata jaring kantong 2.5 cm, 5 cm
dan 7.5 cm dapat dilihat pada Tabel 3, 4 dan 5 di bawah ini.
Tabel 9 Kisaran panjang, lingkar badan dan berat hasil tangkapan pada codend
dan cover net 1 inci
54
Tabel 10 Kisaran panjang, lingkar badan dan berat hasil tangkapan pada codend
dan cover net 2 inci
Tabel 11 Kisaran panjang, lingkar badan dan berat hasil tangkapan pada codend
dan cover net 3 inci
4.6 Hubungan Panjang dengan Berat Spesies Ikan
Hasil analisis biometri dengan menggunakan regresi antara panjang dengan
berat setelah dilakukan transformasi (log) dari ketiga spesies ikan dalam
penelitian yang tertangkap menunjukan koefisien determinasinya berkisar antara
0,948 – 0.983
(Tabel 12).
Tabel 12 Nilai koefisien a dan b dalam hubungannya panjang berat (W = aLb)
dari tiga spesies ikan dalam percobaan kantong trawl (codend)
Spesies ikan
Nilai a
Kurisi
Kuniran
Biji nangka
1,398
2,294
2,613
Nilai b
2,671
3,654
3,357
Koefisien determinasi
0,983
0,951
0,948
55 Gambar 39 Hubungan panjang dan berat ikan kurisi (Nemipterus virgatus).
Gambar 40 Hubungan panjang dan berat ikan kuniran (Upeneus sulphureus).
56
Gambar 41 Hubungan panjang dan berat ikan biji nangka (Upeneus vitatus).
4.7 Hubungan Panjang dengan Lingkar Badan Ikan (Girth)
Hasil analisis regresi antara panjang dan girth maksimum ikan setelah
dilakukan transformasi (log) dari ketiga spesies ikan yang dominan tertangkap
dalam kantong (codend) dan penutup kantong (cover net) trawl selama penelitian
menunjukan koefisien determinasi antara 0,905 – 0.974 (Tabel 13).
Tabel 13 Hubungan panjang dan lingkar badan maxsimum ikan (girth maximum)
dari tiga spesies ikan dalam percobaan kantong trawl (codend)
Spesies ikan
Kurisi
Kuniran
Biji nangka
Hubungan panjang (L)
Girth max (G)
y = 0,752x – 0,843
y = 0,921x – 2,900
y = 0,985x – 5,088
R2
0,905
0,972
0,974
Lm (cm)
15,8
9,6
12,0
Gm (cm)
11,0
5,9
6,7
57 Gambar 42 Hubungan panjang dan lingkar badan maximum ikan kurisi
(Nemipterus virgatus).
Gambar 43 Hubungan panjang dan lingkar badan maximum ikan kuniran
(Upeneus sulphureus).
58
Gambar 44 Hubungan panjang dan lingkar badan maximum ikan biji nangka
(Upeneus vitatus).
4.8 Kurva Selektivitas Trawl
Kurva selektivitas mesh size codend berdasarkan komposisi ukuran panjang
ikan yang tertangkap dalam kantong (codend) dan sarung kantong (cover net).
Ukuran kantong terdiri dari tiga ukuran mata jaring yaitu 1 inci, 2 inci dan 3 inci
cm, sedangkan bagian penutup kantong berukuran 0,7 inci. Kurva selktivitas
yang dibuat terdiri dari tiga jenis spesies ikan yang dominan tertangkap yaitu :
Kurisi, kuniran dan biji nangka.
Hasil perhitungan kurva selektivitas dengan menggunakan metode Sparre
– Venema (199), dengan menutupi bagian kantong (codend) dengan penutup
kantong (cover net) dapat di lihat pada Tabel 14.
59
Tabel 14 Hasil perhitungan parameter kurva selektivitas hasil tangkapan dari 3
jenis spesies ikan dalam penelitian
Kurva selektivitas dari ketiga mesh size codend yaitu 1 inci, 2 inci dan 3 inci
pada tiga kali ulangan maka spesies ikan kurisi pada mesh size 1 inci L50% yaitu
11,7 cm, mesh size 2 inci L50% yaitu 11,8 cm dan mesh size 3 inci L50% yaitu
17,0 cm.
Spesies ikan kuniran pada mesh size 1 inci L50% yaitu 8,0 cm, mesh size 2
inci L50% yaitu 10,6 cm dan mesh size 3 inci L50% yaitu 13,9 cm.
Spesies ikan biji nangka pada mesh size 1 inci L50% yaitu 12,3 cm, mesh size
2 inci L50% yaitu 13,8 cm dan mesh size 3 inci L50% yaitu 14,7 cm.
Kurva selektifitas dari ketiga spesies ikan dalam mesh size codend disajikan
pada Gambar 54, 55 dan 56.
60
Gambar 45 Kurva selektivitas ikan kurisi dengan mesh size codend 1 inci, 2 inci
dan 3 inci.
Gambar 46 Kurva selektivitas ikan kuniran dengan mesh size codend 1 inci, 2
inci dan 3 inci.
61 Gambar 47 Kurva selektivitas ikan biji nangka dengan mesh size codend inci, 2
inci dan 3 inci.
4.9
Pengaruh Mesh Size Terhadap Hasil Tangkapan Trawl
Data yang dipakai dalam analisis ragam (ANOVA) adalah berdasarkan
daripada tingkat pelolosan ikan masing-masing mesh size (Gambar 57,58 dan 59).
Berdasarkan hasil analisa ragam jumlah (ekor) tangkapan pada tiga ukuran mata
jaring kantong (mesh size codend) yang masing-masing mesh size diulang
sebanyak tiga kali
tiga spesies ikan diperoleh hasil pada kurisi (Nemipterus
virgatus), kuniran (Upeneus sulphureus)
dan biji nangka (Upeneus vitatus)
bahwa F-hitung lebih besar daripada F-tabel (Lampiran 5).
Adanya perbedaan dari masing-masing ukuran mata jaring kantong yang
digunakan terhadap ketiga spesies ikan yang diteliti maka dilakukan uji beda
nyata terkecil (BNT) menunjukan bahwa pada kurisi mesh size 1 inci tidak
berbeda nyata dan mesh size 2 inci dan 3 inci berbeda nyata sedangkan pada
kuniran dan biji nangka mesh size 1 inci dan 3 inci tidak berbeda nyata dan mesh
size 2 inci berbeda nyata (Lampiran 11).
62
Gambar 48 Tingkat pelolosan ikan kurisi pada setiap mesh size.
Gambar 49 Tingkat pelolosan ikan kuniran pada setiap mesh size.
63 Gambar 50 Tingkat pelolosan ikan biji nangka pada setiap mesh size.
4.10
Hasil Pendugaan Densitas ikan di perairan Tanjung Kerawang
Luas sapuan (km2) dihitung dengan mengalikan jarak sapuan trawl (km)
dengan bukaan mulut trawl (m) untuk setiap towing yang dilakukan dimasingmasing stasiun sampel. Jarak yang ditempuh selama towing dihitung dengan
mengalikan kecepatan kapal (knot) dengan waktu (jam). Densitas ikan di daerah
penelitian dari 40 kali setting diperoleh rata-rata 100,17 kg per km2 (Lampiran
12).
Download