analisis pengaruh sumber daya manusia dan

advertisement
JURNAL TEKNIK POMITS
1
ANALISIS PENGARUH SUMBER DAYA MANUSIA DAN INFRASTRUKTUR
TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP PERFORMA PERUSAHAAN
STUDI KASUS: PT. XYZ
Zatalini Noveila Marsal, Apol Pribadi Subriadi, Sholiq
Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Teknologi Informasi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Gedung FTIf, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111
E-mail: [email protected], [email protected], [email protected]
Abstrak— Penelitian ini bertujuan untuk memberikan
gambaran mengenai nilai strategis dari investasi teknologi
informasi (TI) yang dilakukan oleh sebuah perusahaan.
Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa investasi
teknologi informasi pada perusahaan dapat memberikan
kontribusi positif terhadap performa perusahaan apabila
sumber daya dari teknologi informasi, khususnya sumber
daya manusia dan infrastruktur TI, dapat dimanfaatkan
dengan baik dan sejalan untuk mendukung kompetensi
utama dari perusahaan.
Saat ini, investasi TI secara besar-besaran menjadi tren
dikalangan perusahaan-perusahaan, baik itu perusahaan
skala kecil maupun besar. Tetapi terkadang investasi TI
yang besar tidak diikuti dengan strategi pemanfaatan
sumber daya manusia dan infrastruktur TI yang baik
untuk mendukung tujuan perusahaan. Oleh karena itu,
dibutuhkan strategi yang tepat dalam memanfaatkan
sumber daya manusia dan infrastruktur TI agar dapat
meningkatkan produktivitas perusahaan.
Penelitian ini akan memberikan analisis mengenai
hubungan antara sumber daya manusia dan infrastruktur
teknologi informasi terhadap performa perusahaan
menggunakan metode Structural Equation Modelling
(SEM) yang hasilnya nanti akan menunjukkan diantara
faktor sumber daya manusia dan sumber daya
infrastruktur TI, manakah yang paling berpengaruh
didalam perusahaan agar nantinya perusahaan dapat
menentukan strategi pemanfaatan sumber daya yang tepat
untuk meningkatkan produktivitas perusahaan.
Kata kunci: nilai strategis TI, sumber daya manusia TI,
infrastruktur TI , performa perusahaan
I. PENDAHULUAN
P
ada era modern saat ini, teknologi berkembang
dengan sangat pesat. Kemunculan berbagai macam
teknologi baru dipicu dengan tingginya permintaan
masyarakat terhadap keberadaan teknologi yang
memberikan manfaat bagi penggunanya. Teknologi yang
ada saat ini dibuat untuk memudahkan penyelesaian
berbagai macam
masalah dan memudahkan kegiatan
didalam kehidupan sehari-hari.
Teknologi tidak hanya menjadi kebutuhan perseorangan,
melainkan juga menjadi kebutuhan penunjang dalam skala
besar, seperti proses bisnis pada perusahaan. Saat ini,
perusahaan semakin berlomba-lomba untuk menerapkan
teknologi didalam proses bisnis mereka.
Dalam Menurut data yang didapatkan oleh International
Data Corporation (IDC) pada tahun 2011, di Indonesia
sendiri, angka untuk belanja TI sudah mencapai angka $10,9
miliar. Angka ini menunjukkan kenaikan yang signifikan
dimana pada tahun 2001, angka untuk belanja TI di
Indonesia masih sebesar $1,08 miliar. Tentu saja
perusahaan-perusahaan yang melakukan investasi TI
tersebut berharap dengan menerapkan teknologi yang baik,
akan memberikan dampak positif bagi perusahaan mereka di
berbagai bidang.
Penerapan teknologi informasi di perusahaan awalnya
dianggap akan selalu memberikan keuntungan dan
meningkatkan produktivitas kinerja. Tetapi pada beberapa
penelitian menunjukkan bahwa peningkatan investasi
perusahaan terhadap teknologi tidak memberikan dampak
peningkatan signifikan terhadap peningkatan produktivitas
perusahaan.
Tercatat pada tahun 1979 dan 1998, produktivitas para
pekerja di Amerika Serikat menurun hingga 1,2 % per tahun
(Siegel, 1998). Weill (1992) kemudian juga mencoba untuk
melakukan analisis mengenai hubungan investasi TI
terhadap kinerja perusahan pada sektor industri di Amerika
Serikat dan menemukan bahwa tidak ada pengaruh positif
yang diberikan dari aspek operasional TI terhadap
produktivitas dan profitabilitas perusahaan. Di Indonesia
sendiri, APKOMINDO (Asosiasi Pengusaha Komputer
Indonesia) memperkirakan hanya sekitar 20 % investasi TI
di Indonesia yang mengenai sasaran dan dimanfaatkan
secara optimal. Fenomena seperti ini kemudian dikenal
dengan sebutan information technology (IT) productivity
paradox [3].
Jika fenomena IT productivity paradox terjadi disebuah
perusahaan, perlu dipertanyakan mengenai strategi dari
penerapan investasi teknologi informasi di perusahaan
tersebut. Apakah strategi yang diterapkan sudah tepat
sehingga dengan adanya teknologi informasi dapat
mendukung performa perusahaan atau sebaliknya.
Perusahaan PT. XYZ yang menjadi studi kasus penelitian
ini merupakan sebuah anak perusahaan listrik nasional dan
memiliki reputasi yang cukup baik, bergerak dalam bidang
penyediaan tenaga listrik melalui kegiatan pembangkitan
tenaga listrik yang ekonomis, bermutu tinggi dan handal.
Salah satu fokus dalam perencanaan strategis PT. XYZ pada
tahun 2011 adalah mempertajam perencanaan untuk
kegiatan investasi. Keefektifan proses bisnis usaha jasa saat
ini sangat bergantung pada pemanfaatan teknologi
informasi. Untuk perusahaan yang sudah memiliki nama
seperti PT. XYZ sendiri, tentu saja sudah melakukan
investasi TI yang berkelanjutan untuk menunjang
perkembangan usahanya. Tetapi jika kita berkaca pada
fenomena paradoks produktivitas, akan timbul pertanyaan
apakah investasi TI yang dilakukan oleh perusahaan PT.
JURNAL TEKNIK POMITS
XYZ sudah mencapai tujuan yang diinginkan, yaitu untuk
meningkatkan produktivitas perusahaan ? Apakah PT. XYZ
sudah menerapkan penyelarasan strategi untuk mendapatkan
manfaat yang diinginkan dari investasi TI yang dilakukan ?
Hal ini dikarenakan investasi TI besar-besaran belum
menjamin bahwa perusahaan tersebut telah menerapkan
strategi pemanfaatan sumber daya TI tersebut dengan baik
untuk menunjang keefektifan proses bisnisnya.
Oleh karena itu, penelitian ini akan mencoba
menganalisis bagaimana hubungan antara sumber daya
manusia dan infrastruktur TI terhadap performa perusahaan
PT. XYZ yang merupakan bagian dari langkah analisis awal
sebelum perusahaan menentukan strategi ataupun
melakukan tata kelola. Penelitian menggunakan gambaran
model yang sudah dikembangkan sebelumnya oleh
Ravichandran and Lertwongsatien[1] dan kemudian
dimodifikasi oleh Arslan dan Ozturan[2] dengan studi kasus
perusahaan PT. XYZ, yang dimana kedua model ini
menggunakan konsep penyelarasan hubungan antara sumber
daya teknologi informasi dengan performa perusahaan.
II. LANDASAN TEORI
2.1. IT Productivity Paradox
Fenomena IT productivity paradox atau paradoks
produktivitas TI pertama kali dikenalkan oleh seorang
peraih hadiah Nobel di bidang ekonomi bernama Robert
Solow. Solow menggambarkan hasil penelitiannya
mengenai peranan perkembangan teknologi terhadap
ekonomi kedalam suatu kutipan yaitu “kita dapat melihat era
komputer
dimanapun
kecuali
pada
statistik
produktivitas”yang secara tidak langsung menjelaskan
bahwa terjadi sebuah paradoks, dimana pemanfaatan
komputer dan teknologi kedalam bisnis untuk memberikan
nilai tambah ternyata tidak memberikan dampak
peningkatan yang signifikan pada produktivitas perusahaan.
Permasalahan ini kemudian memunculkan banyak
penelitian-penelitian lain baik untuk berusaha untuk
mengetahui penyebab maupun untuk mencari solusi atas
permasalahan ini dikarenakan pada saat masalah ini mulai
terlihat,
kebanyakan
perusahaan-perusahaan
besar,
khususnya di Amerika pada awal tahun 1970, sedang
melakukan investasi besar-besaran terhadap teknologi
dengan harapan dapat meningkatkan nilai tambah
perusahaan.
Salah satu literatur penelitian mengenai paradoks
produktivitas yang ditulis oleh Erik Brynjolfsson[3]
mengatakan bahwa “paradoks terjadi pada ketidakmampuan
kita untuk secara tegas mendokumentasikan setiap
kontribusi setelah mengeluarkan banyak usaha”. Penjelasan
mengenai ketidaktegasan tersebut dapat dikategorikan
kedalam empat kategori, yaitu : 1) kesalahan pengukuran
dari input dan output, 2) ketertinggalan yang disebabkan
oleh pembelajaran dan penyesuaian, 3) pendistribusian
ulang dan pemborosan keuntungan, 4) kesalahan
pengelolaan informasi dan teknologi. Lebih lanjut lagi,
Brynjolfsson dan Yang[4] menyimpulkan bahwa setengah
dari keuntungan yang didapatkan dari investasi TI berasal
dari karakteristik unik yang dimiliki oleh perusahaan, dan
setengahnya lagi berasal dari tingkat investasi yang
2
dilakukan perusahaan. Pada penelitian lain oleh
Brynjolfsson dan Hitt[3] menyimpulkan bahwa “apa yang
terjadi didalam ‘black box’ perusahaan memberikan
pengaruh substansial terhadap produktivitas dari investasi
TI”. Kesimpulannya, telah disadari bahwa hubungan antara
investasi TI dan produktivitas bersifat kompleks, tidak
langsung, dan berbeda dari biasanya.
2.2. Resource Based View
Resource Based View (RBV) merupakan sebuah teori
yang biasanya digunakan untuk strategi manajemen
perusahaan yang memandang perusahan sebagai kumpulan
dari sumber daya dan kemampuan (Penrose 1959;
Wernerfelt, 1984). RBV juga menyatakan bahwa
keuntungan kompetitif dari sebuah organisasi ditentukan
oleh sumber daya utama yang dimiliki oleh organisasi
tersebut. Menurut Barney (1991) Apabila ingin
mendapatkan keuntungan, sumber daya organisasasi harus
memenuhi karakteristik berikut : 1) memiliki nilai - sumber
daya tersebut dapat membatu perusahaan untuk menerapkan
strategi yang meningkatkan efisiensi dan efektifitasnya, 2)
langka – sumber daya sebaiknya tidak dimiliki oleh
sejumlah besar perusahaan saingan, 3) unik - sumber daya
tersebut seharusnya tidak mudah untuk ditiru, 4) tidak
tergantikan – sumber daya seharusnya tidak mudah
digantikan oleh sumber daya lainnya.
Robert M. Grant[5] dalam penelitiannya mengusulkan
sebuah model kerangka kerja atau framework untuk
pendekatan berbasis sumber daya (resource-based
approach) dalam pembentukan strategi (Gambar 1).
Kerangka kerja tersebut terdiri dari 5 tahapan prosedur
dalam pembentukan strategi, yaitu menganalisis sumber
daya yang dimiliki perusahaan, melakukan penilaian
kapabilitas perusahaan, menganalisis potensi laba dan
penghasilan dari sumber daya dan kapabilitas perusahaan,
memilih strategi, dan memperluas serta meningkatkan area
sumber daya dan kapabilitas perusahaan.
Gambar 1 Framework Analisis Strategi Menggunakan Pendekatan
Berbasis Sumberdaya
Pada tahapan pertama, hal yang dilakukan adalah
mengidentifikasi
dan
melakukan
klasifikasi
atau
pengelompokan terhadap sumber daya yang dimiliki oleh
perusahaan. Pada tahapan kedua dilakukan identifikasi
terhadap kapabilitas perusahaan, seperti hal apa saja yang
bisa dilakukan oleh perusahaan yang lebih efektif
dibandingkan dengan perusahaan saingannya dengan
mengidentifikasi kontribusi yang diberikan dari setiap
sumber daya ke kapabilitas dan juga kompleksitas dari
setiap kapabilitas. Untuk tahap ketiga, hal yang dilakukan
adalah menaksir potensi nilai yang bisa didapatkan dari
sumber daya dan kapabilitas dari segi : potensinya terhadap
keunggulan kompetitif yang berkelanjutan, dan keseuaian
dari keuntungan yang didapatkan. Pada tahapan keempat,
dilakukan pemilihan strategi yang terbaik untuk
pemanfaatan sumber daya dan kapabilitas perusahaan yang
JURNAL TEKNIK POMITS
3
terkait dengan memperluas kesempatan eksternal diluar
perusahaan. Terakhir, pada tahapan kelima, dilakukan
identifikasi mengenai gap atau celah yang berisi kekurangan
dari sumberdaya yang perlu untuk diperbaiki.
dalam posisi yang baik untuk menjalankan stategi TI-nya.
Kesuksesan dalam menjalankan strategi TI dapat membantu
perusahaan untuk mencapai tujuannya dan juga
meningkatkan performansinya.
2.3. Information Technology Alignment
Penyelarasan antara strategi TI dengan strategi bisnis saat
ini merupakan hal penting yang menjadi fokus manajemen
tingkat atas perusahaan. Para peneliti menemukan fakta
yang hampir selalu terbukti kebenarannya didalam
penelitian-penelitian sistem informasi, bahwa dengan
menyelaraskan strategi TI dan strategi bisnis, sebuah
perusahaan dapat meningkatkan performa bisnis dan
finansialnya. Oleh karena itu, muncullah sebuah kebutuhan
bahwa perusahaan harus dapat bisa menyelaraskan antara
strategi bisnis dengan strategi TI mereka secara
berkelanjutan dari waktu ke waktu.
Baker dan Jones[6] dalam penelitiannya mendiskusikan
bagaimana cara mempertahankan keselarasan strategi dari
waktu ke waktu, Caranya adalah dengan menghubungkan
dua perspektif utama dari keselarasan itu sendiri, yaitu
memandang keselarasan sebagai kondisi akhir yang ingin
dicapai dan memandang keselarasan sebagai sebuah proses.
Dengan menghubungkan kedua hal tersebut, mereka
menemukan bahwa tujuan akhir dari keselarasan itu
memang nyata dan perkembangan ataupun kemajuan
terhadap keselaran tersebut dapat dihitung. Meskipun
demikian, keselarasan juga merupakan sebuah proses yang
membutuhkan perubahan dari waktu ke waktu, hal tersebut
dikarenakan lingkungan bisnis yang bersifat dinamis dan
cenderung berubah seiring berjalannya waktu. Didalam
penelitiannya, mereka juga mengembangkan sebuah model
keselarasan yang menggabungkan penelitian-penelitian
serupa yang ada sebelumnya untuk mendukung performa
dari perusahaan atau organisasi yang mana didalam model
tersebut terdapat lima jenis keselarasan (alignment).
2.4. Structural Equation Modelling
SEM merupakan salah satu teknik analisis multivarian
atau metode pengolahan variabel dalam jumlah banyak
untuk mencari pengaruhnya terhadap suatu obyek secara
simultan (Santoso, 2004). SEM dikembangkan untuk
mengatasi permasalahan mengenai keterbatasan modelmodel analisis yang sebelumnya sudah biasa digunakan
didalam penelitian statistik.
Saat ini, teknik analisis multivariabel dapat
diklasifikasikan kedalam dua kategori, yaitu teknik
interdependensi dan dependensi. SEM merupakan konsep
teknik yang unik karena dapat menggabungkan kedua teknik
tersebut, dimana dasar dari SEM itu sendiri berada pada dua
teknik multivariabel utama, yaitu analisis faktor dan analisis
berganda. Selain itu, SEM memiliki kelebihan jika
dibandingkan dengan teknik analisis lainnya (Sumarto,
2009), yaitu : mampu menghitung persamaan tunggal dan
ganda secara simultan, tidak hanya bisa menangani model
kausal tetapi juga model pengukuran, serta terdapat
pengukuran kesalahan (measurement error). SEM juga
memiliki beberapa keterbatasan (Widodo, 2006),
diantaranya adalah sebagai berikut : SEM hanya bisa
digunakan untuk melakukan konfirmasi dan pemeriksaan
terhadap suatu bentuk model, bukan untuk membentuk
sebuah model ; SEM tidak menentukan hubungan sebabakibat antara variabel yang ada, melainkan oleh teori
pendukung.
2.5. GeSCA (Generalized Structured Component Analysis)
Tool
GeSCA merupakan sebuah aplikasi berbasis web untuk
melakukan generalisasi analisis komponen dari struktur
yang merepresentasikan pendekatan berbasis komponen
terhadap structural equation modelling yang dikembangkan
oleh Heungsun Hwang, Ph.D dan Sunyoung Park dari
McGill University. Aplikasi ini menyediakan desain
antarmuka (interface) yang memungkinkan pengguna untuk
menggambarkan pemodelannya kedalam bentuk diagram
alur (path diagram) dan melihat perhitungan dari parameter
model tersebut. Saat ini, aplikasi GeSCA merupakan
aplikasi yang dapat digunakan secara gratis dan memiliki
kemampuan untuk melakukan analisa hingga 1000 kasus
dan 100 variabel penelitian[8].
III. KERANGKA KONSPETUAL
Gambar 2 Alignment Model
Pada Gambar 2 diatas, terdapat IT alignment, yang
dimana tipe keselarasan ini merupakan tipe yang paling
berperan penting dalam penelitian ini. Keselarasan antara
sumber daya dan strategi yang memberikan manfaat sudah
ditunjukkan pada tipe keselarasan bisnis, maka dari hal itu
dapat dikatakan juga bahwa apabila terdapat keselarasan
antara strategi TI dan sumber daya TI, perusahaan akan
mendapatkan keuntungan dari performansinya. Penelitian
kemudian menemukan bahwa ketika strategi TI
dikembangkan dan penyebaran sumber daya TI didasarkan
pada strategi TI, maka perusahaan dapat dikategorikan
3.1. Konsep
Jurusan Berawal dari permasalahan dimana paradoks
produktivitas TI sering terjadi di beberapa perusahaan yang
memanfaatkan TI di dalam proses bisnisnya, muncul
berbagai penelitian yang berusaha mengungkap penyebab
dari tidak berhasilnya pemanfaatan teknologi informasi
dalam mendukung kinerja maksimal perusahaan.
Penelitian oleh Ravichandran dan Lertwongsatien[1] serta
penelitian Arslan dan Ozturan[2] menjadi dasar dari
penelitian ini, dimana keduanya berusaha mencari hubungan
antara sumber daya teknologi informasi terhadap performa
perusahaan.
Ravichandran
dan
Lertwongsatien
menggunakan sumber daya TI yang terdiri dari IT human
JURNAL TEKNIK POMITS
capital, IT infrastructure, dan IT partnership quality,
sedangkan Arslan dan Ozturan yang juga melakukan
penelitian yang didasarkan pada penelitian Ravichandran
dan Lertwongsatien sebelumnya, menggunakan kumpulan
sumber daya yang terdiri dari IT human resources, IT
infrastructure, dan complementary resources.
Untuk penelitian ini, sumber daya yang digunakan
disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan, dimana sumber
daya yang dirasa paling perlu untuk dianalisis dan paling
penting keberadaannya adalah sumber daya manusia dan
sumber daya infrastruktur TI.
Setelah penetapan sumber daya yang akan digunakan,
kemudian diajukan konsep model penelitian yang juga
diadopsi dari model penelitian Ravichandran dan
Lertwongsatien serta penelitian Arslan dan Ozturan, dimana
selain variabel sumber daya TI, juga digunakan variabel
kapabilitas berbasis TI, daya dukung TI terhadap
kompetensi bisnis, yang dimana variabel tersebut akan
dilihat pengaruhnya kepada variabel performa perusahaan.
Gambar 3 berikut adalah bentuk konsep model yang
digunakan dalam penelitian ini.
Gambar 3 Konsep Model Penelitian
3.2. Hipotesis
Hipotesis penelitian ditetapkan sesuai dengan bentuk
model penelitian yang didasarkan dari beberapa penelitian
terdahulu.
Sumber daya manusia merupakan salah satu hal paling
penting dan berpengaruh didalam keberhasilan sebuah
perusahaan. Untuk mencapai keberhasilan dalam
pemanfaatan teknologi informasi yang mampu memberikan
nilai lebih kepada perusahaan dibutuhkan sumber daya
manusia yang berkualitas, khususnya yang bertugas pada
departemen atau divisi teknologi informasi. Byrd dan
Turner[10] menyatakan bahwa sumber daya manusia pada
departemen TI memiliki peranan penting dalam
pengembangan kapabilitas berbasis TI di perusahaan, dan
oleh karena itu mereka harus memiliki kemampuan teknis,
analitis, manajerial dan interpersonal yang kuat.
Berdasarkan dari hal tersebut, maka diajukan hipotesis 1
sebagai berikut :
Hipotesis 1 : Sumber daya manusia berpengaruh terhadap
pembentukan kapabilitas berbasis TI.
Didalam pemanfaatan teknologi informasi, infrastruktur
TI memegang peranan penting sebagai sebuah sumber daya,
seperti komputer, peralatan tambahan, software, prosedur,
dan layanan. Seluruh sumber daya tersebut digunakan untuk
mengambil, menyimpan, menganalisis dan mendistribusikan
data didalam perusahaan, yang dimana hal tersebut
merupakan dasar dari pembentukan kapabilitas berbasis
TI[2]. Maka dari itu diajukan hipotesis 2 sebagai berikut :
Hipotesis 2 : Infrastruktur TI berpengaruh terhadap
pembentukan kapabilitas berbasis TI.
Kapabilitas berbasis TI merupakan sebuah kemampuan
untuk memobilisasi dan menyebarkan atau memanfaatkan
sumber daya berbasis TI bersamaan dengan sumber daya
4
dan kapabilitas lainnya didalam perusahaan[11]. Dimana
dikatakan bahwa sebuah organisasi dapat meningkatkan
kompetensi utamanya melalui dukungan TI tergantung dari
kapabilitas TI yang dimiliki perusahaan tersebut. Maka dari
itu diajukan hipotesis 3 sebagai berikut:
Hipotesis 3 : Kapabilitas berbasis TI berpengaruh dalam
meningkatkan dukungan TI terhadap kompetensi bisnis
Pada dasarnya, semua perusahaan memiliki sumber daya
TI yang terbatas dan diharuskan untuk membuat keputusan
mengenai bagaimana sumber daya tersebut akan digunakan.
Dengan menanamkan TI kedalam area kompetensi utama
perusahaan, dapat membuat pemanfaatan aset TI sulit ditiru
oleh kompetitor, begitu pula dengan memanfaatkannya
kedalam performa perusahaan. Sehingga meskipun
perusahaan-perusahaan yang ada memiliki sumber daya TI
yang sama, tetapi hanya perusahaan yang menargetkan
inisiatif-inisiatif TI kedalam kompetensi utama yang akan
mendapatkan nilai pemanfaatan IT yang lebih besar
dibandingkan yang tidak melakukannya[1]. Oleh karena itu,
diajukan hipotesis 4 sebagai berikut :
Hipotesis 4 : Dukungan TI terhadap kompetensi bisnis
berpengaruh terhadap performa perusahaan
3.3. Definisi Operasional Variabel
Terdapat lima variabel pada model penelitian yang sudah
digambarkan sebelumnya, yaitu : sumber daya manusia,
infrastruktur TI, kapabilitas berbasis TI, dukungan TI
terhadap kompetensi bisnis, dan performa perusahaan.
Kelima variabel ini merupakan variabel laten, yaitu variabel
abstrak yang hanya dapat diamati secara tidak langsung
melalui pengaruhnya terhadap variabel-variabel terukur atau
indikator.
Variabel sumber daya manusia dan infrastruktur TI
merupakan variabel bebas, dimana nilainya tidak
dipengaruhi oleh variabel apapun. Untuk variabel
kapabilitas TI dan dukungan TI terhadap kompetensi bisnis
merupakan jenis variabel mediasi, yaitu variabel yang
mempengaruhi hubungan antara variabel bebas dan terikat.
Sedangkan variabel performa perusahaan merupakan
variabel terikat yang dimana nilainya bergantung dari
variabel lainnya.
Penentuan indikator pada setiap variabel didasarkan pada
model penelitian yang dilakukan oleh Arslan dan Ozturan
sebelumnya. Gambar 4 merupakan model pengukuran
penelitian yang memperlihatkan jumlah dari variabel,
indikator dan item didalam model penelitian ini.
Gambar 4 Model Pengukuran
JURNAL TEKNIK POMITS
5
IV. METODE PENELITIAN
4.1. Rancangan Penelitian
Penelitian dirancang untuk mengetahui suatu keadaan
mengenai penerapan model penelitian terhadap kondisi
nyata pada perusahaan yang dijadikan studi kasus oleh
peneliti. Penelitian menggunakan metode survei, dimana
dilakukan pengambilan data dari sampel populasi
menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan data
primer.
4.2. Sumber Data
Penelitian ini menggunakan dua tipe data, yaitu data
primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari
kuesioner, dimana kuesioner ini merupakan instrumen
utama dari penelitian terhadap responden. Selain itu, data
juga didapatkan melalui proses wawancara dan diskusi
dengan pihak internal perusahaan.
Data sekunder yang merupakan kumpulan data yang
sebelumnya telah dikumpulkan oleh pihak tertentu atau
lembaga terkait yang berkaitan dengan gambaran
perusahaan.
Pengumpulan data primer dilakukan dengan penyebaran
kuesioner kepada 34 orang responden. Sedangkan untuk
data sekunder didapatkan dari laporan resmi tahunan
perusahaan yang dipublikasikan melalui halaman situs resmi
PT. XYZ.
4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas yang digunakan untuk memastikan apakah
data yang dikumpulkan sudah valid, dimana hal tersebut
ditunjukkan dengan melihat apakah terdapat nilai korelasi
yang tinggi antara item dengan total item. Untuk penelitian
ini, digunakan korelasi Pearson untuk menguji validitas dari
item-item kuisioner. Uji validitas dilakukan dengan bantuan
software SPSS versi 17.00, yang memiliki fitur analisis
korelasi Pearson’s coefficients. Validitas ditandai dengan
adanya tanda dua bintang (**) pada korelasi indikator
dengan total nilai seluruh indikator. Tabel 1 berikut
merupakan hasil uji validitas terhadap data kuisioner yang
telah dikumpulkan.
jika angka koefisien yang ditunjukkan semakin dekat
dengan angka 1, menandakan item tersebut semakin reliabel.
Tabel 2 berikut menunjukkan hasil uji reliabilitas yang
dilakukan terhadap data kuisioner yang telah dikumpulkan.
Tabel 2 Hasil Uji Reliabilitas
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Indikator
A-Manajerial dan Interpersonal
B-Teknis dan Analitis
C-Jaringan dan Platform
D-Data dan Aplikasi
E-Perencanaan dan Pengembangan
F-Pengoperasian
G-Dukungan Pengguna
H-Integrity Related
I-Functional Related
J-Operating Perfomance
Cronbach’s
Alpha
0.864
0.833
0.719
0.677
0.888
0.853
0.828
0.893
0.935
0.795
Dari hasil uji reliabilitas diatas, dapat disimpulkan bahwa
indikator yang terdapat di dalam penelitian, yaitu sebanyak
10 buah indikator, sudah reliabel. Dimana nilai Cronbach
Alpha yang didapatkan oleh setiap indikator yang ada, telah
melebihi batas suatu data dikatakan reliabel, yaitu apabila
nilai Cronbach Alpha diatas 0.60.
4.4. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data pada penelitian ini dikategorikan
kedalam dua jenis, yaitu analisis deskriptif dan analisis
inferensial.
Analisis deskriptif, yaitu dengan menganalisis data
kuesioner yang didapatkan dengan melihat kecenderungan
dari jawaban yang diberikan responden, menghitung nilai
rata-rata dan juga melihat frekuensi dari jawaban responden.
Analisis inferensial, yaitu analisis data dengan
menggunakan pendekatan berbasis komponen-component
based, yang dilakukan dengan tool GeSCA (Generalized
Structured Component Analysis). Pemilhan untuk
menggunakan tool GeSCA dikarenakan jumlah sampel
minimum yang dibutuhkan termasuk kecil, yaitu minimum
30 sampel.
Tabel 1 Hasil Uji Validitas
No.
Indikator
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
A-Manajerial dan Interpersonal
B-Teknis dan Analitis
C-Jaringan dan Platform
D-Data dan Aplikasi
E-Perencanaan dan Pengembangan
F-Pengoperasian
G-Dukungan Pengguna
H-Integrity Related
I-Functional Related
J-Operating Perfomance
Korelasi
Pearson
0.757**
0.595**
0.735**
0.803**
0.817**
0.747**
0.766**
0.675**
0.729**
0.701**
Selanjutnya adalah uji reliabilitas dimana pengujian ini
dilakukan untuk memastikan bahwa data yang sudah
dikumpulkan dapat dipercaya, dalam artian dapat
memberikan hasil pengukuran yang konsisten jika dilakukan
pengukuran berulang-ulang dengan obyek yang sama. Uji
reliabilitas pada penelitian ini juga menggunakan software
SPSS versi 17.00 dengan metode Cronbach Alpha, dimana
V. ANALISIS HASIL PENELITIAN
5.1. Analisis Statistik Deskriptif
Variabel sumber daya manusia pada penelitian ini
memiliki dua indikator, yaitu kemampuan manajerial dan
interpersonal, kemampuan teknis dan analisis. Berdasarkan
data yang didapatkan, dapat disimpulkan bahwa menurut
responden, perusahaan sudah memiliki sumber daya
manusia yang memadai untuk mengelola TI mereka.
Dibuktikan dengan nilai mean pada kedua indikator yang
berada di kisaran angka 4, yang dalam skala likert berarti
baik. Dengan nilai mean 4,075, indikator kemampuan teknis
dan analisis menjadi indikator yang lebih penting dalam
pembentukan sumber daya manusia TI di perusahaan,
dibandingkan kemampuan manajerial dan interpersonal
dengan nilai mean 4,003.
Variabel sumber daya infrastruktur TI pada penelitian ini
dibentuk oleh dua indikator, yaitu jaringan dan platform,
serta data dan aplikasi. Ditemukan bahwa indikator jaringan
dan platform mendapatkan nilai mean 4,147 yang lebih
JURNAL TEKNIK POMITS
besar dibandingkan dengan indikator data dan aplikasi yang
hanya mendapatkan nilai 3,852. Hal ini menunjukkan bahwa
indikator jaringan dan platform merupakan indikator yang
penting untuk menilai kemampuan infrastruktur TI
perusahaan.
Variabel kapabilitas berbasis TI merupakan variabel yang
menggambarkan kemampuan perusahaan berbasiskan
sumber daya TI yang mereka miliki. Kapabilitas berbasis TI
ini dibentuk oleh tiga indikator, yaitu perencanaan dan
pengembangan TI, pengoperasian TI, dan dukungan
pengguna terhadap TI. Dilihat dari nilai mean tiap indikator,
yaitu untuk perencanaan dan pengembangan TI sebesar
3,846, pengoperasian TI sebesar 4,01, dan dukungan
pengguna terhadap TI sebesar 3,916, menunjukkan bahwa
persepsi responden mengenai kemampuan berbasis TI
perusahaan sudah cukup baik.
Variabel daya dukung TI terhadap kompetensi bisnis
merupakan variabel yang menggambarkan bagaimana TI
sudah berada pada proses bisnis yang mendukung
kompetensi bisnis utama perusahaan.
Terdapat dua
indikator yang dapat membentuk daya dukung TI terhadap
kompetensi bisnis yang diambil untuk penelitian ini, yaitu
integrity related comptencies dan functionality related
competencies. Berdasarkan data yang dikumpulkan, terdapat
perbedaan nilai mean yang sangat tipis antara indikator
integrity related dan functional related yang hanya terpaut
0,03 angka, dimana indikator functional related
mendapatkan nilai mean yang lebih tinggi, yaitu sebesar
4,06. Kedua indikator ini mendapatkan nilai mean
disekitaran angka 4, yang dapat dikategorikan baik. Hal ini
berarti bahwa TI yang ada diperusahaan sudah memiliki
potensi untuk mendukung kompetensi utama dari bisnis
perusahaan.
Performa perusahaan yang di ukur dalam penelitian ini
hanya khusus membahas dari indikator operating
performance, yang dimana indikator ini merujuk kepada
pencapaian tujuan ekonomi perusahaan dan menggambarkan
pengukuran terhadap performa dari segi profitabilitas,
produktivitas, dan posisi perusahaan terhadap kompetitor[1].
Berdasarkan nilai mean yang diperoleh indikator ini,yaitu
sebesar 3,747, menandakan bahwa persepsi responden
terhadap performa perusahaan cukup baik.
5.2. Analisis Measure of Fit Structural Model
Pengukuran measure of fit model struktural dilakukan
dengan melihat nilai FIT dan AFIT yang ditunjukkan oleh
output GeSCA. Nilai FIT menunjukkan bagaimana semua
variabel yang ada dapat dijelaskan oleh model struktural
dalam rentang 0 sampai dengan 1. Mengacu pada tabel 3,
nilai fit untuk model yang digunakan pada penelitian ini
yaitu 0,391 yang berarti bahwa model penelitian yang
digunakan mampu menjelaskan variabel yang ada, dimana
sumber daya manusia TI, infrastruktur TI, kapabilitas TI,
dan dukungan TI mampu mempengaruhi performa
perusahaan, sebesar 39,1%. Sedangkan sisanya sebesar
60.9% dapat dijelaskan oleh variabel yang lain.
Pada model penelitian yang digunakan, performa
perusahaan dipengaruhi oleh lebih dari satu variabel. Maka
sebaiknya juga melihat interpretasi model menggunakan
nilai AFIT sebagai alternatif perbandingan. Nilai AFIT yang
didapatkan sebesar 0,363 menunjukkan bahwa model
6
mampu menjelaskan 36,3% variabel sumber daya manusia
TI, infrastruktur TI, kapabilitas TI, dan dukungan TI mampu
mempengaruhi performa perusahaan.
Tabel 3 Fit Structural Model
Model Fit
0.391
FIT
0.363
AFIT
15
NPAR
Nilai NPAR atau number of free parameter estimated
pada tabel diatas menunjukkan berapa banyak parameter
bebas yang digunakan dalam perhitungan menggunakan
tools GeSCA, yaitu sebanyak 15 parameter.
5.3. Analisis R-sqaure
dari masing-masing jalur yang terdapat pada model
struktural dapat ditentukan R2 dari variabel laten endogen
untuk melihat variabilitas dari variabel laten endogen
tersebut yang bisa dijelaskan oleh variabel laten yang
mempengaruhinya. Pada penelitian ini, yan termasuk
variabel laten endogen adalah variabel kapabilitas berbasis
TI, dukungan TI terhadap kompetensi bisnis, dan performa
perusahaan.
Tabel 4 Nilai R-square Variabel Laten
Variabel Laten
R2
Sumber Daya Manusia TI
0
Infrastruktur TI
0
Kapabilitas TI
0.623
Dukungan TI
0.211
Performa Perusahaan
0.510
Dari tabel diatas, terlihat bahwa variabilitas dari
kapabilitas berbasis TI yang bisa dijelaskan oleh variabel
sumber daya manusia TI dan infrastruktur TI adalah sebesar
62,3% sedangkan sisanya sebesar 37,7% disebabkan oleh
variabel lain. Untuk variabel dukungan TI terhadap
kompetensi bisnis, variabilitas variabel tersebut yang bisa
dijelaskan oleh variabel kapabilitas berbasis TI adalah
sebesar 21,1%, sedangkan sisanya yaitu sebesar 78,9%
disebabkan oleh variabel lain. Sedangkan untuk variabel
performa perusahaan yang dipengaruhi oleh variabel
dukungan TI terhadap kompetensi bisnis, variabilitas dari
variabel performa yang bisa dijelaskan oleh variabel
dukungan TI adalah sebesar 51%, dan sisanya sebesar 49%
disebabkan oleh variabel lain.
Variabel kapabilitas TI dan performa perusahaan yang
sudah dapat dijelaskan oleh variabel lainnya sebesar lebih
dari 50% menunjukkan bahwa indikator-indikator yang ada
pada variabel tersebut sudah cukup baik untuk digambarkan
. Sedangkan pada variabel dukungan TI terhadap
kompetensi bisnis, masih tergolong rendah, yaitu 21,1%, hal
ini menunjukkan masih kurangnya indikator yang dapat
dijelaskan, sebaiknya pada variabel ini ditambahkan
indikator yang membahas mengenai efektivitas dan efisiensi
dari penggunaan TI terhadap proses bisnis perusahaan
dikarenakan pada variabel ini belum ada indikator yang
membahas bagian tersebut.
5.4. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan nilai
JURNAL TEKNIK POMITS
7
yang terdapat pada koefisien jalur (path coefficients) dalam
model struktural. Pengujian didasarkan pada signifikansi
estimasi parameter pada model struktural. Nilai koefisien
jalur untuk model penelitian ini ditunjukkan pada tabel 5
dan digambarkan pada model penelitian yang ditunjukkan
pada gambar 5.
Tabel 5 Measure of Fit Structural Model
Path Coefficients
Estimate
SE
SDM TI  Kapabilitas TI
0.598
0.138
Infrastruktur TI  Kapabilitas TI
0.297
0.380
Kapabilitas TI  Dukungan TI
0.459
0.330
Dukungan TI  Performa
0.714
0.089
CR* = significant at .05 level
error 0,089 pada critical ratio 8,05 dan pada critical ratio
terdapat tanda bintang (*) yang menandakan signifikansi,
dapat dikatakan bahwa dukungan TI terhadap kompetensi
bisnis mempengaruhi performa perusahaan secara
signifikan. Oleh karena itu, hipotesis 4 dari penelitian ini
diterima.
VI. KESIMPULAN
CR
4.32*
0.78
1.39
8.05*
Gambar 5 Nilai Koefisien Jalur Pada Model
Hipotesis 1 : Sumber daya manusia berpengaruh terhadap
pembentukan kapabilitas berbasis TI. Melihat tabel 5 yang
juga diilustrasikan oleh gambar 5, dapat dikatakan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara sumber daya
manusia TI dan kapabilitas berbasis TI. Hal tersebut
dibuktikan dengan nilai koefisien jalur sebesar 0,598 dan
standard error 0,138 pada critical ratio 4,32, dimana jika
pada critical ratio terdapat tanda bintang (*) berarti
signifikan. Oleh karena itu, hipotesis 1 dari penelitian ini
dapat diterima.
Hipotesis 2 : Infrastruktur TI berpengaruh terhadap
pembentukan kapabilitas berbasis TI. Melihat tabel 5 yang
juga diilustrasikan oleh gambar 5, dimana untuk hubungan
antara infrastruktur TI dan kapabilitas TI memiliki nilai
koefisien jalur sebesar 0,297 dan standard error 0,380 pada
critical ratio 0,78 dan pada critical ratio tidak terdapat
tanda bintang (*) yang menandakan signifikansi, dapat
dikatakan bahwa infrastruktur TI tidak mempengaruhi
kapabilitas TI secara signifikan. Oleh karena itu, hipotesis 2
dari penelitian ini ditolak.
Hipotesis 3 : Kapabilitas berbasis TI berpengaruh dalam
meningkatkan dukungan TI terhadap kompetensi bisnis.
Melihat tabel 5 yang juga diilustrasikan oleh gambar 5,
dimana untuk hubungan antara kapabilitas TI dan dukungan
TI memiliki nilai koefisien jalur sebesar 0,459 dan standard
error 0,330 pada critical ratio 1,39 dan pada critical ratio
tidak terdapat tanda bintang (*) yang menandakan
signifikansi, dapat dikatakan bahwa infrastruktur TI tidak
mempengaruhi kapabilitas TI secara signifikan. Oleh karena
itu, hipotesis 3 dari penelitian ini ditolak.
Hipotesis 4 : Dukungan TI terhadap kompetensi bisnis
berpengaruh terhadap performa perusahaan. Melihat tabel 5
yang juga diilustrasikan oleh gambar 5, dimana untuk
hubungan antara dukungan TI dan performa perusahaan
memiliki nilai koefisien jalur sebesar 0,714 dan standard
Berdasarkan hasil akhir yang didapatkan dalam tugas
akhir ini, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Sumber daya manusia teknologi informasi memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap pembentukan
kapabilitas teknologi informasi pada perusahaan PT.
XYZ.
2. Sumber daya infrastruktur teknologi informasi tidak
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
pembentukan kapabilitas teknologi informasi pada
perusahaan PT. XYZ
3. Kapabilitas berbasis TI yang ada di PT. XYZ tidak
berpengaruh dalam meningkatkan dukungan TI
terhadap kompetensi utama bisnis perusahaan
4. Dukungan TI terhadap kompetensi utama bisnis
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
peningkatan performa perusahaan PT. XYZ
5. Diantara kedua sumber daya yang diajukan dalam
penelitian ini, ditemukan bahwa sumber daya
manusia TI lebih memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap performa perusahaan dibandingkan dengan
sumber daya infrastruktur TI.
VII. DAFTAR PUSTAKA
[1]
T. Ravichandran and C. Lertwongsatien, “Effect of Information
Systems Resources and Capabilities on Firm Performance: A
Resource-Based Perspective”, Journal of Management Information
Systems, 2005.
[2] B. Arslan and M. Ozturan, “The Path to Information Technology
Business Value: Case of Turkey”, Scientific Research: Technology
and Investment, 2011.
[3] E. Brynjolfsson and L. M. Hitt, “Beyond the Productivity Paradox”,
Communications of the ACM, 1998.
[4] T. Liang, J. You and C. Liu, “A Resouce-Based Perspective on
Information Technology and Firm Performance: A Meta Analysis”,
Emerald: Industrial Management & Data System, 2010.
[5] R.M. Grant, “The Resource Based Theory of Competitive Advantage:
Implications for Strategy Formulation”, California Management
Review, 1991.
[6] J. Baker and D. Jones, “A Theoretical Framework for Sustained
Strategic Alignment and an Agenda for Research”, Sprouts: Working
Papers on Information Systems, 2008.
[7] Andriyani
Dwi,
“Pengenalan
Structural
Equation
Modelling”,(http://www.sandiman.org/index.php/more-aboutjoomla/32-karya-tulis-seminar-jabfung/38-pengenalan-structuralequation-modeling), 2003.
[8] GeSCA Official Website (http://www.sem-gesca.org)
[9] A. Pribadi, “Kontradiksi Teknologi Informasi dan Produktivitas:
Analisis Pengaruh Teknologi Informasi Terhadap Kinerja Usaha
Kecil dan Menengah Dalam Perspektif Resource-Based View dan
Information Technology Strategic Alignment”, Universitas Brawijaya:
Hasil Disertasi, 2013.
[10] T. A. Byrd and E. D. Turner, “Measuring the Flexibility of
Information Technology Infrastructure,” Journal of Management
Information Systems, Vol. 17, No. 1, 2000.
[11] A. S. Bharadwaj, “A Resource-Based Perspective on Information
Technology Capability and Firm Performance: An Empirical
Investigation,” MIS Quarterly, Vol.24, No. 1, 2000.
[12] D.F. Feeny and L.P.Willcocks, “Core IS capabilities for exploiting
information technology”, Sloan Management Review, 1998.
JURNAL TEKNIK POMITS
[13] C.P. Armstrong and V. Sambamurthy, "Information technology
assimilation in firms: The influence of senior leadership and it
infrastructures", Information Systems Research, 10, 4. 1999.
[14] Solimun, “Pemodelan Generalized Structured Component Analysis
(GeSCA)”, Program Studi Statistika FMIPA, PDIM FE Universitas
Brawijaya Malang, 2012.
[15] S. Azwar, “Reliabilitas dan Validitas, Interpretasi dan Komputasi”,
Yogyakarta: Liberty, 1996.
[16] I. Ghozali, “Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS”,
Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang, 2006.
[17] U. Sekaran, “Metodologi Penelitian Untuk Bisnis”, Jakarta: Salemba
Empat, 2006.
[18] D.George dan P. Mallery, “SPSS for Windows Step by Step : A
Simple Guide and Reference”, Boston, MA: Allyn and Bacon, 2003.
[19] Annual Report PT. XYZ Tahun 2012
8
Download