Nasib Obat di dalam Tubuh

advertisement
Nasib Obat di dalam Tubuh
Written by Dr. Brotosari
Sunday, 30 May 2010 10:44 - Last Updated Sunday, 06 August 2017 20:46
Kita cari tahu yuk tentang bagaimana sebenarnya perjalanan panjang obat di dalam tubuh alias
"nasib obat di dalam tubuh", sampai kemudian menimbulkan efek yaitu mengurangi rasa
cemas, menghilangkan rasa sakit, menyembuhkan penyakit dan membuat rasa nyaman, atau
bahkan membuat fly. Selain manfaatnya, tentu kita harus tahu juga akibat buruknya jika
mengkonsumsi diluar aturan akibat ketagihan misalnya. Karena sesuai nama dan
kegunaannya, semestinyalah obat hanya dipakai waktu tubuh memerlukannya saja, ya
namanya juga obat, kalau dikonsumsi terus menerus, yoooo camilan "jenenge". Ada 2 istilah yang akan saya perkenalkan, yaitu: farmakokinetik dan farmakodinamik.
"Farmakokinetik" adalah istilah yang menggambarkan bagaimana tubuh mengolah obat,
kecepatan obat itu diserap(absorpsi), jumlah obat yang diserap tubuh(bioavailability), jumlah
obat yang beredar dalam darah(distribusi), di metabolisme oleh tubuh, dan akhirnya dibuang
dari tubuh. Farmakokinetik menentukan kecepatan mulai kerja obat, lama kerja dan intensitas
efek obat. Farmakokinetik sangat tergantung pada usia, seks, genetik, dan kondisi kesehatan
seseorang. Kondisi kesehatan maksudnya adalah, apakah seseorang itu sedang menderita
sakit ginjal, sakit hati, kegemukan, sedang kekerigan/ dehidrasi, dll.
1/4
Nasib Obat di dalam Tubuh
Written by Dr. Brotosari
Sunday, 30 May 2010 10:44 - Last Updated Sunday, 06 August 2017 20:46
"Penyerapan(absorbsi)" obat ditentukan oleh antara lain, bentuk sediaan( tablet, kapsul atau
sirup), bahan pencampur obat, cara pemberian obat(apakah diminum, lewat suntikan, dihirup
dll). Absorbsi obat sudah dimulai sejak di mulut, kemudian lambung, usus halus, dan usus
besar. Tapi terjadi terutama di usus halus karena permukaannya yang luas, dan lapisan dinding
mukosanya lebih permeabel. Jadi selain pemilihan obat oleh dokter harus tepat, kondisi tubuh
juga menentukan. Misalnya jika kita lagi sakit "maag" atau lagi diare, jelas akan mempengaruhi
proses absorbsi obat, karena absorbsi terjadi di mukosa organ-orgn tadi yang merupakan
lapisan dalam dari dindingnya.
"Bioavailability" artinya jumlah dan kecepatan bahan obat aktif masuk ke dalam pembuluh
darah, dan terutama ditentukan oleh dosis obat. Nah, dosis obat hanya bisa ditentukan oleh
dokter yang memang belajar farmakologi. Dokter dan ahli farmasi yang belajar mulai dari obat
itu terbuat dari apa, bagaimana kerja dan efek sampingnya, bagaimana menghitung dosisnya,
berapa lama boleh di konsumsi dst.
Setelah obat masuk dalam sirkulasi darah, kemudian di distribusi kan ke dalam jaringan
tubuh. Distribusi obat ini tergantung pada rata-rata aliran darah pada organ target, massa dari
organ target, dan karakteristik dinding pemisah diantara darah dan jaringan target. Di dalam
darah obat berada dalam bentuk bebas atau terikat dengan komponen darah albumin,
gliko-protein dan lipo-protein, sebelum mencapai organ target. Albumin dan kawan-kawan ini
adalah protein dalam tubuh kita, jadi bisa di tebak kan, pada pasien-pasien yang kekurangan
gizi berakibat kerja obat tidak efektif dan perlu penyesuaian dosis yang tepat.
Tempat utama metabolisme obat adalah hati, dan pada umumnya obat sudah dalam bentuk
tidak aktif jika sampai di hati, hanya beberapa obat tetap dalam bentuk aktif sampai di hati.
Obat-obatan di metabolisme dengan cara oksidasi, reduksi, hidrolisis, hidrasi, konjugasi,
kondensasi atau isomerisasi, yang tujuannya supaya sisa obat mudah dibuang oleh tubuh lewat
urin dan empedu. Kecepatan metabolisme pada tiap orang berbeda tergantung faktor genetik,
penyakit yang menyertai(terutama penyakit hati dan gagal jantung), dan adanya interaksi
diantara obat-obatan, mangkanya jangan hobi maem obat banyak-banyak dong. Dengan
bertambahnya umur, kemampuan metabolisme hati menurun sampai lebih dari 30% karena
menurunnya volume dan aliran darah ke hati. Nahhh betul juga untuk yang sakit hatinya
menyebabkan metabolisme obat menurun, sehingga sisa obat tidak efektif dibuang oleh tubuh.
Disini dokter harus betul-betul tepat memberikan, apakah obat bisa diberikan pada
pasien-pasien yang berpenyakit hati, kalau tidak justru akan memperberat kerja hati atau malah
sisa obat tidak bisa dibuang oleh tubuh, dan anda keracunan deh.
Ginjal adalah tempat utama ekskresi / pembuangan obat. Sedangkan sistem billier membantu
2/4
Nasib Obat di dalam Tubuh
Written by Dr. Brotosari
Sunday, 30 May 2010 10:44 - Last Updated Sunday, 06 August 2017 20:46
ekskresi untuk obat-obatan yang tidak di-absorbsi kembali dari sistem pencernaan. Sedangkan
kontribusi dari intestin(usus), ludah, keringat, air susu ibu, dan lewat paru-paru kecil, kecuali
untuk obat-obat anestesi yang dikeluarkan waktu ekshalasi. Metabolisme oleh hati membuat
obat lebih "polar" dan larut air sehingga mudah di ekskresi oleh ginjal. Obat-obatan dengan
berat lebih dari 300 g/mol yang termasuk grup polar dan "lipophilic" di ekskresikan lewat
empedu. Ada beberapa obat yang pantang diberikan pada pasien-pasien dengan fungsi ginjal
yang sudah jelek kerjanya, kalau anda tidak hati-hati dan salah makan obat bisa "mogok kerja"
deh si ginjal. Nahhhh tak bilangin ya kalau gangguan ginjal itu sering kali diam-diam tapi
menghanyutkan, dan akhirnya muncul dalam kondisi parah, karena sering gangguan ginjal di
kompensasi oleh ginjal sisi kontra lateralnya, sehingga gejalanya tidak tampak. Coba
perhatikan apakah anda punya masalah sakit pinggang, sakit kencing, "anyang-anyangen" atau
keluar batu kecil-kecil waktu buang air kecil?. Coba periksakan, bawa batu tadi ke laboratorium
untuk dianalisa, nahhh siapa tau kandungan berliannya tinggi, wkwkwkwk.
Farmakodinamik menggambarkan bagaimana obat bekerja dan mempengaruhi tubuh kita,
melibatkan reseptor, post-reseptor dan interaksi kimia. Farmakokinetik dan farmakodinamik
membantu menjelaskan hubungan antara dosis dan efek dari obat. Respon farmakologis
tergantung pada ikatan obat pada target. Konsentrasi obat pada reseptor mempengaruhi efek
obat.
Farmakodinamik dipengaruhi oleh perubahan fisiologis tubuh seperti proses penuaan, penyakit
atau adanya obat lain. Penyakit-penyakit yang mempengaruhi farmakodinamik contohnya
adalah mutasi genetik, tirotoksikosis(penyakit gondok), malnutrisi(salah gizi) dll.
Untuk gampangnya begini, jika kita sudah merasakan efek-efek obat timbul, misalnya, wow
migrain-ku lenyap setelah minum analgesik, diare-ku berhenti setelah minum obat pengampet,
sesek-ku hilang setelah minum obat asthma, stress-ku hilang setelah lihat duit...eh minum obat
penenang. Nah efek ini yang disebut dengan istilah farmakodinamik tadi.
3/4
Nasib Obat di dalam Tubuh
Written by Dr. Brotosari
Sunday, 30 May 2010 10:44 - Last Updated Sunday, 06 August 2017 20:46
Ini dasarnya dulu ya, nanti kalau sudah pada ngerti kita akan belajar lebih dalam lagi.
Lewat tulisan mengenai obat ini, saya mau menekankan kalau sesungguhnya obat-obatan itu
tidak perlu-perlu amat buat tubuh kita selama kita memang tidak sedang sakit. Dengan catatan
kita harus bisa menjaga kondisi tubuh fit, asupan makanan terpilih, cukup istirahat dan
olah-raga, bisa mengelola stres dengan menyalurkannya lewat aktifitas positif, hal-hal ini adalah
obat yang sesungguhnya.
Satu lagi, jangan lupa, hati yang gembira adalah obat. Salam!!!.
Sumber: Farmakologi UI
Sumber Gambar : Interne(Labeled for reuse*)
Flash : Koleksi pribadi
4/4
Download