ANALISIS INTERAKSI OBAT PADA PENYAKIT GINJAL TAHAP V

advertisement
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 6, No. 1, 2014
ANALISIS INTERAKSI OBAT PADA PENYAKIT GINJAL TAHAP V
(ON HEMODIALISA) BERDASARKAN RESEP DI INSTALASI FARMASI
RUMAH SAKIT PELABUHAN JAKARTA SELAMA JANUARI-JUNI 2013
Diana Laila Ramatillah1, Stefanus Lukas1, Tri Hastuti1
1
Fakultas Farmasi Universitas Tujuh Belas Agustus 1945 Jakarta
ABSTRACT
Drug interactions are interactions that occur when a drug is altered by the effects of other drugs, food, or
beverages. Drug interactions can cause a reduction in effects of therapeutic, increasing of toxicity or
pharmacological activity that is not expected whereas according to its severity, it is divided into major, moderate and
minor. From the results of "Analysis of Drug Interactions V-Stage Renal Failure (On Hemodyalisis) from Recipe at
Instalation of Pharmacy Pelabuhan Hospital Jakarta", It can be concluded that the number of male patients more
than female patients as many as 10 people. In this study the highest of comorbidity was diabetes mellitus at 35.25 %
while the largest of the other disease except renal failure in 5-stage on HD was diabetes mellitus at 35.25%. During
this study, there was 165 cases and among them only 13 cases or 7.3 % experienced the interaction of drug. Most of
cases were pharmacokinetic interaction which had 9 cases and the average of severity was minor at 8 cases.
Keywords: Kidney Failure, Dialysis, Drug Interactions, Side Effects
ABSTRAK
Interaksi obat adalah interaksi yang terjadi ketika obat diubah oleh efek dari obat lain, makanan, atau
minuman. Interaksi obat dapat menyebabkan berkurangnya efek dari terapi, meningkatkan toksisitas atau aktivitas
farmakologi yang tidak diharapkan padahal menurut beratnya, itu dibagi menjadi besar, sedang dan kecil. Dari hasil
"Analisis Interaksi Obat V- Kegagalan Ginjal Stadium (Pada hemodialisis) dari Resep di Instalasi Farmasi Rumah
Sakit Pelabuhan Jakarta". Dapat disimpulkan bahwa jumlah pasien laki-laki lebih dari pasien perempuan sebanyak
10 orang. Dalam penelitian ini tertinggi komorbiditas adalah diabetes melitus di 35,25% ,sedangkan yang terbesar
dari penyakit lain kecuali gagal ginjal di 5-tahap pada HD adalah diabetes melitus di 35,25%. Selama penelitian ini,
ada 165 kasus dan di antara mereka hanya 13 kasus atau 7,3% mengalami interaksi obat. Sebagian besar kasus
interaksi farmakokinetik, memiliki 9 kasus dan rata-rata beratnya adalah kecil pada 8 kasus
Kata Kunci: Kegagalan ginjal, Dialisis, Interaksi Obat, Efek Samping
PENDAHULUAN
Di negara maju, penyakit kronis tidak menular
(non-communicable cronic diseases), terutama
penyakit kardiovaskular, hipertensi, diabetes mellitus
dan penyakit ginjal kronis, telah menggantikan
penyakit menular (communicable diseases) sebagai
masalah kesehatan masyarakat yang utama
(Riandiastuti & Yuyun, 2008).
Kasus gagal ginjal di dunia meningkat lebih dari
50 persen, di Indonesia telah mencapai sekitar 20
persen, dan ada sekitar 50 ribu pasien dengan gagal
ginjal harus menjalani cuci darah, tetapi hanya 4.000
pasien syang bisa menikmati layanan tersebut di
mana 3.000 pasien di antaranya adalah peserta
asuransi kesehatan (Riandiastuti & Yuyun, 2008).
Gagal ginjal stadium akhir yang timbul dari
gangguan ginjal progresif, tanpa terapi pengganti
ginjal. Kematian akibat gagal ginjal kronis dapat
terjadi dengan cepat (Callagham & Chris, 2009).
Hemodialisis adalah salah satu terapi pengganti
fungsi ginjal yang utama dalam pengeluaran zat-zat
yang tidak dibutuhkan oleh tubuh (Callagham &
Chris, 2009). Prinsip terapi hemodialisi adalah untuk
menggantikan kerja ginjal dalam menyaring dan
membuang sisa-sisa metabolisme dan kelebihan
cairan serta membantu menyeimbangkan unsur kimia
dalam tubuh dan menjaga tekanan darah (Callagham
& Chris, 2009).
Seorang apoteker memegang peran yang sangat
penting dalam meningkatkan kualitas kesehatan yang
berorientasi pasien (Patient Oriented) layanan.
Sebagai seorang apoteker, meningkatkan kualitas
layanan ini dapat dilakukan melalui proses pelayanan
farmasi
(Pharmaceutical
Care).
Interaksi obat adalah interaksi yang terjadi ketika
efek obat diubah oleh obat lain, makanan, atau
minuman (Rahmawati,et al., 2006). Interaksi obat
87
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 6, No. 1, 2014
dapat menyebabkan penurunan efek terapi,
peningkatan toksisitas, atau efek farmakologis tidak
diharapkan (Rahmawati,et al., 2006). Mekanisme
interaksi obat dapat dibagi menjadi tiga: Interaksi
farmasetik, yaitu inetraksi terjadi antara dua obat
yang diberikan dalam reaksi langsung terjadi, itu
biasanya terjadi sebelum obat dimasukkan ke dalam
tubuh
(Rahmawati,et
al.,
2006).
Interaksi
farmakokinetik yaitu: interaksi yang terjadi ketika
obat mempengaruhi ADME obat lain, sehingga
mengurangi atau meningkatkan efek farmakologis
mereka (Rahmawati,et al., 2006). Interaksi
farmakodinamik adalah: interaksi antara obat yang
memiliki efek farmakologis, antagonis, atau efek
samping yang hampir sama (Stockey, 2006).
Tingkat
keparahan
interaksi
dapat
diklasifikasikan dalam tiga tingkatan: minor jika
interaksi mungkin terjadi tetapi dianggap tidak
berbahaya untuk signifikansi potensial contoh
penurunan penurunan ciprofloksasin dengan antasida
1
.Selain itu, interaksi moderat dimana terjadinya
interaksi yang dapat mengerangkan efektifitas obat
bahkan meningkatkan efek samping obat (Stockey,
2006). Terakhir, Interaksi mayor dimana potensi
bahaya dari interaksi obat terjadi pada pasien
sehingga beberapa jenis monitoring/intervensi
seringkali diperlukan. Potensi bahaya yang
dimaksudkan yaitu, jika ada probabilitas tinggi dari
peristiwa yang merugikan pasien, termasuk kegiatan
yang terkait dengan kehidupan pasien dan kerusakan
organ yang permanen (Bailie et al, 2004).
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Demografi Pasien
Dari hasil data rekam medis gagal ginjal
kronik didapatkan jumlah pasien yaitu 50 pasien yang
menjalani hemodialisis, dari semua data hanya 16
pasien yang memenuhi syarat di bawah kriteria,
karena pasien lain tanpa data obat dan hasil
laboratorium.
Dari hasil data retrospektif yang dilakukan
pada pasien, dapat dilihat distribusi pasien gagal
ginjal tahap V yaitu usia 45-50 tahun (25%), 51-55
tahun (25%), 56-60 tahun (25%), 61-65 tahun
(12,5%), 66-70 tahun (12,5%).
Dari data yang diperoleh diketahui bahwa
pasien laki-laki dengan gagal ginjal kronis stadium V
memiliki persentase yang lebih besar yaitu 10 orang
atau 62,5% dan 6 pasien wanita, atau 37,5%.
Penyebab dari tingginya presentasi pasien laki-laki
dibandingkan pasien wanita adalah pola hidup yang
tidak sehat seperti merokok, konsumsi minuman
kopi, dan energi drink.
Deskripsi dari demografi pasien juga
dilakukan untuk menentukan setiap comorbidity
(penyakit penyerta) dan hasilnya adalah: pasien gagal
ginjal HD tahap V dengan DM tipe II 5 orang
(31,25%), Hipertensi 4 (25%),CAD 3 (18,75%),
Dislipidemia 2 orang (12,5%), dan tidak ada
comorbidity adalah 2 orang (12,5%).
2. Insiden Interaksi
Jenis interaksi obat yang terjadi yaitu interaksi
farmakokinetik sebanyak 9 kejadian dan 4 kejadian
interaksi farmako dinamik. Interaksi farmakokinetik
adalah interaksi yang terjadi dalam proses ADME
(absorbsi, distribusi, metabolisme dan kskresi)5.
Interaksi farmakodinamik adalah interaksi antara obat
dengan sistem reseptor atau sistem fisiologis
(Rahmawati, 2006).
8 kasus (61,5%) 5 kasus (38,5%)
METODE
Penelitian
ini
merupakan
studi
deskriptif,
pengumpulan data laporan dari catatan medical
record secara retrospektif untuk kasus gagal ginjal
tahap V dengan hemodialisis dari Januari 2013
sampai Juni 2013. Pengumpulan data termasuk
nomor registrasi pasien, diagnosis, recipe sheet. Data
yang dimasukkan dalam penelitian ini meliputi
semua pasien gagal ginjal tahap V yang menjalani
hemodialisis.
Pengecualian data (eksklusi) pada penelitian
ini mencakup semua pasien gagal ginjal dengan
stadium I sampai IV tidak menjalani hemodialisis.
Penelitian ini dilakukan dengan dua cara, yaitu
pengumpulan data primer dengan melakukan
wawancara dengan pasien dan pengambilan data
sekunder dengan mengumpulkan data pada unit
farmasi resep dan mencatat jenis penyakit, obat yang
digunakan, usia pasien, interaksi dan jenis kelamin.
Signifikansi interaksi ditentukan oleh perangkat
lunak standar yang terdapat pada Medscape dan
beberapa literatur interaksi obat.
mayor
moderate
minor
Diagram 1. Keparahan dari interaksi obat
Dari diagram di atas dapat dilihat tingkat
keparahan interaksi obat adalah : tingkat keparahan
minor dengan 8 kasus (61,5%) dan tingkat keparahan
mayor dengan 5 kasus (38,5%). Tingkat keparahan
interaksi dibagi menjadi 3 bagian : minor, sedang
dan besar1. Minor : jika interaksi mungkin terjadi
tetapi masih dapat dianggap tidak signifikan /
berbahaya bagi pasien dimana contohnya adalah
88
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 6, No. 1, 2014
penurunan penyerapan ciprofloxasin oleh obat
antasida bila pemberian ciprofloxaxin kurang dari
dua jam setelah pemberian obat antasida. Keparahan
moderat jika salah satu potensi bahaya dari interaksi
terjadi pada pasien. Pada beberapa kasus pemberian
beberapa obat selalu dibutuhkan
pemantauan
/intervensi seperti pada pasien anak-anak, pasien usia
lanjut, pasien dengan penyakit yang sangat parah dan
pasien yang menerima obat terapi sempit ( Bailie, et
al, 2004).
interaksi. Selain itu, diketahui juga bahwa interaksi
yang paling banyak terjadi adalah interaksi
farmakokinetik.
SARAN
NAMA OBAT
Vit B12- Omeprazole
MEKANISME
Farmakokinetik
Saran untuk semua instalasi atau unit
farmasi agar selalu meningkatkan wawasan tentang
interaksi obat. Pemberian obat yang lebih dari dua
untuk satu penyakit agar sebaiknya dihindari atau
didiskusikan dengan dokter. Dalam pemberian obat
juga harus memperhatikan kondisi pasien, terutama
pasien anak, pasien usia lanjut,dan pasien dengan
penyakit yang sangat parah. Selain itu, harus berhatihati ketika memberikan obat dengan margin yang
sempit.
2.
Vit B12- Ranitidine
Farmakikinetik
DAFTAR PUSTAKA
3.
Bisoprolol- Losartan
Farmakodinamik
4.
Bisoprolol-Clonidin
Farmakokinetik
5.
Bisoprolol-AsamMefenamat
Farmakokinetik
6.
Losartan –Asammefenamat
Farmakodinamik
7.
Asammefenamat-Vit C
Farmakokinetik
8.
Amlodipine –
Calsiumkarbonat
Farmakodinamik
Tabel 1. Mekanisme Interaksi
NO
1.
Bailie, GR, Jonhson, CA, Mason, NA, Peter, WL
(2004). Medfects pocket guide of drug
interaction second edition. Bone Care
International dan Nephrology Assosietes.
Callaghan, Chris. (2009). Renal system. Erland.
9.
Stockey, Ivan H. (2006). Drug interaction, 7th ed,
Care Pharmaceutical Press.London. Inggris.
Riandiastuti, Yuyun. (2008). Penjegahan penyakit
gagal ginjal kronis deteksi dini. Alfabeta:
Bandung.
Farmakokinetik
Lansoprazole-Clopidogrel
10.
Farmakokinetik
Rahmawati, F, Handayani, R, Gosal, Vivi .(2006).
Kajian Retrospektif Interaksi Obat
di
Rumah Sakit Pendidikan Dr. Sardjito
Yogyakarta.
Majalah
Farmasi
Indonesia,17(4), hal 177 – 183.
Theophylline-Lansoprazole
11.
Farmakodinamik
Acarbose-Clonidine
12.
farmakokinetik
Theophyllin-Vit B6
13.
Farmakokinetik
Lacy, F.C., Armstrong L.L., Goldman, M.P., Lance
L.L.(2010). Drug Information Handbook,
Lexi-Comp,
American
Pharmacist
Association.
Cefixime- Meloxicam
Dari tabel diatas didapatkan interaksi
farmakokinetik yang paling banyak hal ini sesuai
dengan literatur jika interaksi farmakokinetik adalah
interaksi yang sangat sering muncul8. Interaksi
farmakokinetik termasuk diantaranya adalah interaksi
pada tahap absorbsi, distribusi,metabolisme dan
ekskresi dan interaksi ini akan menyebabkan
perubahan kadar obat didalam darah8.
Levin, A., et a l. 2 0 0 8 . Guidelines for the
management of chronic kidney disease.
CMAJ . 179(11):1154-1162.
Koda-Kimble et al., 2009, Applied Therapeutics: The
Clinical Use of Drug 9th Edition, Lippincott
Williams & Wilkins, USA.
KESIMPULAN
Dari analisa resep di Rumah Sakit
Pelabuhan Jakarta dapat disimpulkan bahwa 7,9 %
mengalami kasus interaksi obat. 70,3% tidak
mengalami, 21,8% tidak diketahui ada atau tidaknya
Komaruddin, Boenjamin. 2012. Penanganan
penyakit ginjal kronik. RSPAD Gatot
Soebroto Ditkesad. Jakarta.
89
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 6, No. 1, 2014
90
Download