Glycine max L. - Repository Karya Ilmiah Politeknik Pertanian

advertisement
Laporan Tugas Akhir
1
UPAYA PENINGKATAN HASIL
KEDELAI (Glycine max L.)
DENGAN SISTEM TANPA
OLAH TANAH PADA LAHAN
SAWAH
DI DESA SUMBEREJO
SUMATERA UTARA
PROGRAM STUDI BUDIDAYA
TANAMAN PANGAN
JURUSAN BUDIDAYA
TANAMAN PANGAN
POLITEKNIK PERTANIAN
NEGERI PAYAKUMBUH
TANJUNG PATI
2015
LAPORAN TUGAS AKHIR
LAPORAN TUGAS AKHIR
UPAYA PENINGKATAN HASIL
KEDELAI (Glycine max L.)
DENGAN SISTEM TANPA
OLAH TANAH PADA LAHAN
SAWAH
DI DESA SUMBEREJO
SUMATERA UTARA
OLEH :
NUR ABSYAH TARIGAN
NBP. 1201321019
Oleh :
NUR ABSYAH TARIGAN
NBP. 1201321019
Laporan ini merupakan salah satu
syarat
untuk memperoleh gelar Ahli
Madya (A.Md)
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
Laporan Tugas Akhir
2
PROGRAM STUDI BUDIDAYA
TANAMAN PANGAN
JURUSAN BUDIDAYA
TANAMAN PANGAN
POLITEKNIK PERTANIAN
NEGERI PAYAKUMBUH
TANJUNG PATI
2015
UPAYA PENINGKATAN HASIL
KEDELAI (Glycine max L.)
DENGAN SISTEM TANPA
OLAH TANAH PADA LAHAN
SAWAH
DI DESA SUMBEREJO
SUMATERA UTARA
LAPORAN TUGAS AKHIR
Oleh :
NUR ABSYAH TARIGAN
NBP. 1201321019
(Di bawah bimbingan Ir. Surya
Marizal, M.Si )
Ringkasan
Kedelai (Glycine max L.)
adalah komoditas tanaman pangan
yang penting di Indonesia sebagai
sumber utama protein nabati. Kedelai
sebagai tanaman pangan posisinya
menduduki tempat ketiga setelah
padi dan jagung, yang kebutuhannya
terus meningkat dari tahun ke tahun
seiring
dengan
pertumbuhan
penduduk.
Kedelai merupakan
tanaman legum yang kaya protein
nabati, karbohidrat dan lemak. Biji
kedelai juga mengandung fosfor,
besi, kalsium, vitamin B dengan
komposisi asam amino lengkap,
sehingga
potensial
untuk
pertumbuhan tubuh manusia.
Data BPS (2007) dalam Arief
Fadriansyah (2013) menyebutkan
kebutuhan kedelai dalam negeri
kurang lebih mencapai 2 juta
ton/tahun, dimana produksi dalam
negeri tahun 2007 baru mencapai
608.263 ton.
Produksi kedelai
Nasional dalam 8 tahun terakhir dari
tahun 2000 sampai 2007 ternyata
mengalami
penurunan
rata-rata
sebesar 7,20 %.
Penulisan tugas akhir ini
dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui
perbandingan
hasil
produksi antara sistem tanpa olah
tanah dan olah tanah sempurna di
lahan sawah pada tanaman kedelai.
Laporan tugas akhir ini ditulis
berdasarkan hasil pengalaman kerja
praktek
mahasiswa
yang
dilaksanakan pada bulan Maret
sampai dengan bulan Juni 2015 di
Desa Sumberejo, Kecamatan Pagar
merbau, Kabupaten Deli serdang,
Propinsi Sumatera utara. Penulisan
laporan tugas akhir ini menggunakan
metode
membandingkan
dua
perlakuan yaitu antara sistem tanpa
olah tanah dengan sistem olah tanah
sempurna yang dianalisis dengan uji
t pada taraf 5% dan 1%.
Hasil
produksi
kedelai
berdasarkan komponen hasil pada
sistem tanpa olah tanah mencapai
205 kg, sedangkan pada sistem olah
tanah sempurna hanya mencapai 165
kg. Hasil produksi kedelai diatas
menunjukkan bahwa poduksi kedelai
pada sistem tanpa olah tanah lebih
tinggi dibandingkan dengan sistem
olah tanah sempurna.
Namun,
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
Laporan Tugas Akhir
3
berdasarkan hasil uji t komponen
hasil kedelai dengan sistem tanpa
olah tanah menunjukkan pengaruh
yang nyata terhadap jumlah polong
per tanaman dan menunjukkan
pengaruh yang tidak nyata terhadap
jumlah biji per tanaman, jumlah
polong bernas, serta bobot 100 biji.
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
Laporan Tugas Akhir
4
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
Laporan Tugas Akhir
‫ال رحمن ال رح يم‬
5
‫ب سم هللا‬
“Dia memberikan hikmah (ilmu yang
Terima kasih untuk mu wahai ibu
Dianta Ginting dan ayah Edy Syahputra
berguna)
Tarigan yang tersayang atas pengorbanan
kepada siapa yang dikehendaki-Nya.
Barang siapa yang mendapat hikmah itu
Sesungguhnya ia telah mendapat
kebajikan yang banyak.
Dan tiadalah yang menerima peringatan
melainkan orang- orang yang berakal”.
(Q.S. Al-Baqarah: 269)
Maka apabila kamu telah selesai dari
suatu urusan
Kerjakanlah dengan sungguh-sungguh
Urusan yang lain” (Alam Nasyrah:6)
Hari takkan indah tanpa mentari dan
rembulan, begitu juga hidup takkan indah
tanpa tujuan, harapan serta tantangan.
Meski terasa berat, namun manisnya
hidup justru akan terasa, apabila
semuanya terlalui dengan baik, meski
harus memerlukan pengorbanan.
Alhamdulllahirabbil‟alamin….
Alhamdulllahirabbil „alamin….
Alhamdulllahirabbil alamin….
Akhirnya aku sampai ke titik ini,
sepercik keberhasilan yang Engkau
hadiahkan padaku ya Rabb….
Tak henti-hentinya aku mengucap syukur
pada_Mu ya Rabb
Serta shalawat dan salam kepada idola ku
Rasulullah SAW dan para sahabat yang
mulia
Semoga sebuah karya mungil ini menjadi
amal shaleh bagiku dan menjadi
kebanggaan
bagi keluargaku tercinta..
Kupersembahkan karya sederhana ini
kepada orang yang sangat kukasihi dan
kusayangi…
Ibunda dan Ayahanda Tercinta
mu sehingga aku bisa seperti sekarang ini.
dan terima kasih atas semangat dan
dukungan yang selalu diberikan untukku
wahai ibu dan ayah.
Ibunda dan ayahanda.......
Inilah kata-kata yang mewakili seluruh
rasa, sungguh aku tak mampu
menggantikan kasihmu dengan apapun,
tiada yang dapat kuberikan agar setara
dengan pengorbananmu padaku, aku
hanya mampu memanjatkan do‟a semoga
Allah membalas jasa-jasa mu dan
memasukkan mu kedalam surga-Nya,
kasih sayangmu tak pernah bertepi
cintamu tak pernah berujung...tiada kasih
seindah kasihmu, tiada cinta semurni
cintamu.
Ku tau ini tak sebanding dengan jasa dan
perjuangan
Ku tau ini tak setimpal dengan
kesusahan dan pengorbanan
Namun…mudahan dengan ini…
Mampu menyelipkan senyum kabahagiaan
Pengobat rasa lelah dan menjadi penyejuk
di hati….
Terima Kasih Ibu.... Terima Kasih Ayah...
My Brother‟s dan Sister
Untuk Abangku (Risdian Putra Simaka
Tarigan) serta adikku (Pingka Pratiwi
Tarigan) semoga menjadi anak yang shaleh
dan shalehah yang dapat membahagiakan
orang tua kita kelak, jadilah anak-anak
mutiara bagi dunia dan akhirat, tiada
yang paling mengharukan saat kumpul
bersama kalian, walaupun sering
bertengkar tapi hal itu selalu menjadi
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
Laporan Tugas Akhir
6
warna yang tak akan bisa tergantikan,
terima kasih atas doa dan bantuan kalian
selama ini, hanya karya kecil ini yang
dapat ku persembahkan. Maaf belum bisa
menjadi panutan seutuhnya, tapi aku
akan selalu menjadi yang terbaik untuk
kalian semua...
Terima kasihku sebesar – besarnya buat
Seluruh Dosen Pengajar di Program Studi
Budidaya Tanaman Pangan
Terima kasih banyak untuk semua ilmu,
didikan dan pengalaman yg sangat berarti
yang telah kalian berikan kepada kami…
Serta semua pihak yg sudah membantu
selama penyelesaian Tugas Akhir ini...
pembimbingku...
Teruntuk untuk Bapak Ir. Surya Marizal
, M.Si atas semua pengorbanannya selama
enam semester ini, atas segala
bimbingannya dan tidak bosan –
bosannya memberikan arahan, semangat
serta nasehat yang sangat berguna bagi
saya, karena tanpa arahan dan bimbingan
Bapak, semua takkan seperti sekarang ini.
saya akan membawa semua arahan serta
nasehat Bapak kemanapun saya pergi,
karena apapun yang di berikan oleh
Bapak terhadap saya, sangat berguna
nantinya dikemudian hari. Terima kasih
atas nasehat Bapak yang mampu
mengantarkan saya Menuju titik
kemenangan hari ini…
Untuk mu Dosen-dosenku ;
semoga Allah selalu melindungimu dan
meninggikan derajatmu di dunia dan di
akhirat, terima kasih atas bimbingan dan
arahan selama ini. Semoga ilmu yang telah
diajarkan menuntunku menjadi manusia
yang berharga di dunia dan bernilai di
akhirat. Alhamdulillahi robbil „aalamiin...
“Ya Allah, jadikanlah Iman, Ilmu dan
Amal ku sebagai lentera jalan hidupku
keluarga dan saudara seimanku”
My Best friend‟s
Buat sahabatku Ninda Wiraksi, Ismailah,
Tri lianingsih, Rahma Daniyati, Nur
Asiah, Arwina Dyanti Putri, Sapriani,
Fitri Hardiyanti terima kasih atas
bantuan, doa, nasehat, hiburan, dan
semangat yang kamu berikan selama aku
kuliah, aku tak akan melupakan semua
yang telah kalian berikan selama ini dan
terima kasih atas bantuan kalian,
semangat kalian dan candaan kalian, Q
tak akan melupakan kalian. Buat
sahabat-sahabatku Ps Pangan angkatan
“12 yang turut membantu selama ini, dan
teman-teman seperjuangan terima kasih
atas hari-hari yang indah yang pernah
kita lalui bersama….
Ungkapan terakhir….Alhamdulillah
Terima kasih ya Allah atas rahmat dan
karunia-Mu
By : Nur Absyah Tarigan
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
Laporan Tugas Akhir
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyusun dan menyelesaikan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) ini
yang berjudul “UPAYA PENINGKATAN HASIL KEDELAI (Glycine max L.)
DENGAN SISTEM TANPA OLAH TANAH PADA LAHAN SAWAH DI
DESA SUMBEREJO SUMATERA UTARA”.
Laporan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa ini merupakan salah satu
persyaratan untuk menyelesaikan Program Diploma III pada Program Studi
Budidaya Tanaman Pangan Jurusan Budidaya Tanaman Pangan Politeknik
Pertanian Negeri Payakumbuh, Isi laporan ini merupakan hasil Pengalaman Kerja
Praktek Mahasiswa penulis sendiri.
Sehubungan dengan selesainya pelaksanaan, Ujian dan penyusunan
laporan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM), penulis mendapatkan
bimbingan, informasi dari berbagai pihak, serta motivasi yang diperoleh dalam
pembuatan laporan ini.
Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Ir. Gusmalini, M.Si selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri
Payakumbuh.
2. Bapak Ir. Setya Dharma, M.Si selaku ketua jurusan Budidaya Tanaman
Pangan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh.
3. Ibu Dr. Rinda Yanti, SP. MSi selaku ketua program studi Budidaya Tanaman
Pangan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh.
4. Bapak Ir. Surya Marizal, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang telah
membantu membimbing dalam penyusunan laporan tugas akhir ini sehingga
saya dapat menyelesaikan dengan baik.
5. Ayahanda Edy Syahputra Tarigan dan Ibunda Dianta Ginting selaku orang tua
saya dan seluruh keluarga serta rekan-rekan yang telah mendukung dan
memberikan motivasi kepada penulis baik secara moril maupun materil dan
dapat mencurahkan segenap kasih sayang dan do’a-do’anya bagaikan cahaya
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
Laporan Tugas Akhir
ii
yang mengiringi dan menuntun setiap langkahku. Seterusnya kepada saudarasaudara penulis, merekalah yang senantiasa memberikan dukungan moril dan
material dalam menempuh jenjang pendidikan di Politeknik Pertanian Negeri
Payakumbuh.
6. Bapak/ibu dosen jurusan dan program studi Budidaya Tanaman Pangan.
7. Serta semua pihak yang yang tidak dapat penulis tuliskan satu persatu yang
telah banyak memberikan dukungan kepada penulis. Semoga Allah membalas
Amal- amal kebaikan kita semua Amin
Penulis
menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh
sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan laporan ini, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.
Tanjung Pati, Juni 2015
Penulis,
N.A.T
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
Laporan Tugas Akhir
iii
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN............................................................................................
iii
KATA PENGANTAR ................................................................................
viii
DAFTAR ISI...............................................................................................
x
DAFTAR TABEL ......................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................
xiii
1. PENDAHULUAN .................................................................................
1.1. Latar Belakang ...............................................................................
1.2. Tujuan ............................................................................................
1
5
II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................
2.1. Karakteristik Komoditi ..................................................................
2.2. Aspek Teknologi ............................................................................
6
13
III. METODE PELAKSANAAN ............................................................
3.1.
3.2.
3.3.
3.4.
Waktu dan Tempat .......................................................................
Bahan dan Alat ..............................................................................
Metode ..........................................................................................
Pelaksanaan ..................................................................................
18
18
18
20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................
4.1. Hasil ..............................................................................................
4.2. Pembahasan ...................................................................................
24
28
V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................
5.1. Kesimpulan ...................................................................................
5.2. Saran ..............................................................................................
35
35
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
36
LAMPIRAN................................................................................................
38
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
Laporan Tugas Akhir
iv
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Komposisi Rata – Rata Kedelai Yang Didasarkan Pada Analisis
Terhadap 10 varietas kedelai.................................................................
1
2. Rekapitulasi Hasil Uji t Terhadap Komponen Hasil Tanaman
Kedelai…………………………………………………………………
28
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
Laporan Tugas Akhir
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Grafik Jumlah Polong Per Tanaman Kedelai........................................
24
2. Grafik Jumlah Biji Per Polong Kedelai ................................................
25
3. Grafik Jumlah Polong Bernas Kedelai ..................................................
26
4. Grafik Bobot 100 Biji Kedelai ..............................................................
27
5. Grafik Produksi Berdasarkan Komponen Hasil Kedelai ......................
27
6. Tanaman Kedelai Siap Dipanen ............................................................
44
7. Sampel Tanaman Kedelai .....................................................................
44
8. Panen Sampel Kedelai ..........................................................................
45
9. Hasil Panen Sampel Kedelai .................................................................
45
10. Pemisahan Polong Per Tanaman Dari Batang Kedelai .........................
46
11. Sampel Jumlah Polong Per Tanaman Kedelai ......................................
46
12. Polong Bernas Varietas Anjasmoro ......................................................
47
13. Bobot 100 Biji Kedelai .........................................................................
47
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
Laporan Tugas Akhir
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. Deskripsi Kedelai Varietas Anjasmoro ..................................................
38
2. Hasil Analisis Uji t Terhadap Jumlah Polong Per Tanaman Kedelai ....
39
3. Hasil Analisis Uji t Terhadap Jumlah Biji Per Polong Kedelai .............
40
4. Hasil Analisis Uji t Terhadap Jumlah Polong Bernas Kedelai .............
42
5. Hasil Analisis Uji t Terhadap Bobot 100 Biji Kedelai ..........................
42
6. Rata-Rata Curah Hujan Bulan Januari - April Di Kabupaten Deli
Serdang Stasiun Sampali........................................................................
43
7. Dokumentasi Pelaksanaan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa .......
44
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
Laporan Tugas Akhir
1
1.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kedelai (Glycine max L.) adalah komoditas tanaman pangan yang penting
di Indonesia sebagai sumber utama protein nabati. Kedelai sebagai tanaman
pangan posisinya menduduki tempat ketiga setelah padi dan jagung, yang
kebutuhannya terus meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan pertumbuhan
penduduk.
Kedelai merupakan tanaman legum yang kaya protein nabati, karbohidrat
dan lemak. Biji kedelai juga mengandung fosfor, besi, kalsium, vitamin B dengan
komposisi asam amino lengkap, sehingga potensial untuk pertumbuhan tubuh
manusia (Pringgohandoko dan Padmini, 1999 dalam Meirina, Darmanti, Haryanti,
2006). Kedelai juga mengandung asam-asam tak jenuh yang dapat mencegah
timbulnya arteri sclerosis yaitu terjadinya pengerasan pembuluh nadi (Taufiq dan
Novo, 2004 dalam Meirina, Darmanti, Haryanti, 2006 ). Rata-rata komposisi 10
varietas kedelai dapat dilihat pada Tabel 1 dibawah ini :
Tabel 1. Komposisi Rata - Rata Kedelai Yang Didasarkan Pada Analisis Terhadap
10 Varietas Kedelai.
Komposisi
Terendah (%)
Tertinggi (%)
Rata –rata (%)
Abu
Lemak Kasar
Serat Kasar
3,67
14,95
4,24
5,90
22,90
7,60
4,99
19,63
5,53
Protein N x 6,25
Gula (sukrosa)
36,62
2,70
53,19
11,97
42,78
7,97
P
K
0,42
1,29
0,82
2,17
0,66
1,67
Ca
0,16
0,47
0,275
Sumber: U.S Department of Agriculture’s dalam Thoha, Nazhri, Nursallya (2008)
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
Laporan Tugas Akhir
2
Data BPS (2007) dalam Fadriansyah, A (2013) menyebutkan kebutuhan
kedelai dalam negeri kurang lebih mencapai 2 juta ton/tahun, dimana produksi
dalam negeri tahun 2007 baru mencapai 608.263 ton. Produksi kedelai Nasional
dalam 8 tahun terakhir dari tahun 2000 sampai 2007 ternyata mengalami
penurunan rata-rata sebesar 7,20 %.
Hasil panen kedelai di Kabupaten Deli
Serdang pada tahun 2012 mencapai 1.241 ton dengan luas panen 1.388 ha,
sedangkan pada tahun 2013 mengalami penurunan menjadi 790 ton dengan luas
panen 792 ha (BPS Deli Serdang, 2014).
Menurunnya luas pertanaman dan luas panen kedelai serta harga jual
kedelai yang tidak tetap merupakan salah satu penyebab utama, penyebab lainnya
adalah perubahan iklim yang tidak dapat diprediksi sehingga pertumbuhan
tanaman kedelai kurang optimal, dan besarnya biaya saprodi yang dibutuhkan
untuk berbudidaya kedelai.
Kendala budidaya tanaman kedelai yang lainnya adalah kompetisi dengan
gulma. Kompetisi dengan gulma dipengaruhi oleh tindakan pengolahan tanah
secara intensif. Tindakan olah tanah akan menghasilkan kondisi kegemburan
tanah yang baik untuk pertumbuhan akar (Rachman et al., 2004 dalam Widyasari,
Sumarni, Ariffin, 2011), sehingga membentuk struktur dan aerasi tanah lebih baik
dibanding tanpa olah tanah. Namun, pengolahan tanah yang dilakukan secara
intensif dapat menurunkan kualitas tanah karena porositas tanah yang tinggi dan
kemantapan agregrat yang menurun sehingga evaporasi tinggi. Hal ini didukung
oleh Hammel (1986), Kay (1990), Suwardjo, dkk (1984) dalam Alfons dan
Hedayana (2010) yang menyatakan bahwa pengolahan tanah secara intensif dan
terus menerus sehingga dapat merusak sifat fisik tanah.
Beberapa penelitian
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
Laporan Tugas Akhir
3
menunjukkan bahwa pengolahan tanah terus menerus setiap musim tanam
menyebabkan menurunnya pori air tersedia, stabilitas agregat, laju infiltrasi.
Pada sistem tanpa olah tanah, lingkungan tanah yang bahan organiknya
hanya berada dipermukaan tanah maka memiliki fungsi yang relatif lebih banyak.
Persiapan lahan yang ditunjukkan dengan sistem tanpa olah tanah cenderung
memiliki lebih banyak efek positif terhadap keanekaragaman beberapa biota tanah
dibandingkan dengan pengolahan tanah konvensional (Makalewk, 2001 dalam
Skripsi Indria, 2005).
Deli Serdang merupakan salah satu Kabupaten yang berada di kawasan
Pantai Timur Sumatera Utara. Secara geografis Kabupaten Deli Serdang berada
pada 2057 Lintang Utara, 3016’’ Lintang Selatan dan 98033’’ – 99027’’ Bujur
Timur dengan ketinggian 0 – 500 m di atas permukaan laut. Di Kabupaten Deli
Serdang dikenal hanya dua musim, yaitu musim kemarau dan penghujan. Pada
bulan Juni sampai dengan September arus angin yang bertiup tidak banyak
mengandung uap air, sehingga mengakibatkan musim kemarau. Sebaliknya pada
bulan Desember sampai dengan Maret arus angin yang banyak mengandung uap
air berhembus sehingga terjadi musim hujan.
Keadaan ini berganti setiap
setengah tahun setelah melewati masa peralihan pada bulan April-Mei dan
Oktober-Nopember (BPS Deli serdang, 2014).
Jenis tanaman pertanian yang dihasilkan di Kabupaten Deli Serdang
seperti tanaman perkebunan yaitu karet, kelapa sawit, coklat dan kelapa
sedangkan tanaman pangan yang dihasilkan yaitu padi, jagung, kedelai, kacang
tanah, kacang hijau dan ubi kayu. Pola tanam yang dilakukan oleh petani di Desa
Sumberejo Kabupaten Deli Serdang adalah dengan melakukan rotasi tanam yaitu
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
Laporan Tugas Akhir
4
menanam kedelai setelah penanaman padi.
Cara bercocok tanam seperti ini
sangat menguntungkan karena selain sebagai pemutus siklus dari hama dan
penyakit agar tidak berkembang, sistem budidaya seperti ini juga menguntungkan
dilihat dari bertambahnya kesuburan tanah karena pada akar kedelai terdapat
ryzobium yang dapat memfiksasi N dari udara sehingga N tersebut dapat
dimanfaatkan pada saat penanaman padi.
Hal ini didukung oleh pendapat
Sumarno (2007) yang menyatakan bahwa penerapan pola tanam padi-padi-kedelai
di lahan sawah secara nasional, selain memperbaiki kesuburan tanah, juga mampu
meningkatkan pendapatan petani dan meningkatkan produksi kedelai menuju
swasembada.
Pola tanam padi-padi-kedelai sebenarnya merupakan sistem
pengelolaan sumber daya dan tanaman yang ideal, ditinjau dari berbagai segi,
termasuk efisiensi penggunaan lahan, perawatan kesuburan tanah, tujuan
penyediaan produksi pangan kalori dan sumber protein, dan pemeliharaan sifat
berkelanjutan sistem produksi.
Sistem bercocok tanam lainnya yang dilakukan oleh petani di Desa
Sumberejo adalah dengan tidak melakukan pengolahan tanah setelah bertanam
padi.
Pengolahan tanah tidak dilakukan karena menurut petani dapat
menyebabkan pertumbuhan gulma yang sangat cepat, untuk meminimalkan biaya
tenaga kerja, dan mengefisiensikan waktu serta sisa jerami sebagai bahan organik
yang terdapat di lahan bekas sawah dijadikan sebagai mulsa untuk menekan
pertumbuhan gulma dan meningkatkan kesuburan tanah.
Aplikasi mulsa merupakan salah satu upaya menekan pertumbuhan gulma,
memodifikasi keseimbangan air, suhu dan kelembaban tanah serta menciptakan
kondisi yang sesuai bagi tanaman, sehingga tanaman dapat tumbuh dan
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
Laporan Tugas Akhir
5
berkembang dengan baik. Penggunaan mulsa organik seperti mulsa jerami padi
merupakan pilihan alternatif yang tepat karena mulsa jerami padi dapat
memperbaiki
kesuburan,
struktur
dan
secara
tidak
langsung
akan
mempertahankan agregasi dan porositas tanah, yang berarti akan mempertahankan
kapasitas tanah menahan air, setelah terdekomposisi.
Fauzan (2002) dalam
Fadriansyah (2013) mengemukakan bahwa penutupan tanah dengan bahan
organik dapat meningkatkan penyerapan air dan mengurangi penguapan air di
permukaan tanah.
Sehubungan dengan itu penulis tertarik untuk mencoba memanfaatkan
lahan sawah dengan sistem tanpa olah tanah terhadap tanaman kedelai sebagai
suatu laporan tugas akhir dengan judul “ Upaya peningkatan hasil kedelai
(Glycine max L.) dengan sistem tanpa olah tanah pada lahan sawah di Desa
Sumberejo Sumatera Utara ”.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan Laporan Tugas Akhir (LTA) ini adalah :
1. Mengetahui pengaruh dan perbandingan produksi sistem tanpa olah tanah
terhadap produksi tanaman kedelai (Glycinemax L.) pada lahan sawah.
2. Mengetahui perbedaan antara sistem tanpa olah tanah dan olah tanah
sempurna tanaman kedelai (Glycinemax L.) pada lahan sawah.
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
Laporan Tugas Akhir
II.
2.1
6
TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Komoditi
A. Klasifikasi kedelai
Berdasarkan klasifikasi tanaman kedelai, kedudukan tanaman kedelai
dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut
(Adisarwanto, 2005) :
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Sub Divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Rosales
Famili
: Leguminosae
Sub-famili
: Papilionaceae
Genus
: Glycine
Spesies
: Glycine max (L.) Merill
B. Morfologi tanaman kedelai
Tanaman kedelai umumnya tumbuh tegak, berbentuk semak, dan
merupakan tanaman semusim. Morfologi tanaman kedelai didukung oleh
komponen utamanya, yaitu akar, daun, batang, polong, dan biji sehingga
pertumbuhannya bisa optimal (Adisarwanto, 2005).
1. Akar
Akar kedelai mulai muncul dari belahan kulit biji yang muncul disekitar
misofil. Calon akar tersebut kemudian tumbuh dengan cepat kedalam tanah,
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
Laporan Tugas Akhir
7
sedangkan kotiledon yang terdiri dari dua keping akan terangkat ke permukaan
tanah akibat pertumbuhan yang cepat dari hipokotil. Perkembangan akar kedelai
sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik dan kimia tanah, jenis tanah, cara
pengolahan tanah, kecukupan unsur hara, serta ketersediaan air didalam tanah.
Pertumbuhan akar tunggang dapat mencapai panjang sekitar 2 m atau lebih pada
kodisi yang optimal. Namun demikian, umumnya akar tunggang hanya tumbuh
pada kedalaman lapisan tanah olahan yang tidak terlalu dalam, sekitar 30 cm-50
cm sementara akar serabut dapat tumbuh pada kedalaman tanah sekitar 20-30 cm.
akar serabut ini mula-mula tumbuh didekat ujung akar tunggang, sekitar 3-4 hari
setelah berkecambah.
Akar serabut akan semakin bertambah banyak dengan
pembentukan akar-akar muda yang lain (Adisarwanto, 2005).
Menurut Andrianto dan Indarto (2004) bahwa, susunan akar kedelai pada
umumnya sangat baik. Pertumbuhan akar tunggang lurus masuk kedalam tanah
dan mempunyai banyak akar cabang. Pada akar – akar cabang banyak terdapat
bintil – bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum, yang mempunyai
kemampuan mengikat zat lemas bebas (N2) dari udara yang kemudian
dipergunakan untuk menyuburkan tanah.
2. Batang dan cabang
Menurut Adisarwanto (2005) menyatakan bahwa, hipokotil pada proses
perkecambahan merupakan bagian batang, mulai dari pangkal akar sampai
kotiledon. Hopikotil dan dua keping kotiledon yang masih melekat pada hipokotil
akan menerobos ke permukaan tanah. Bagian batang kecambah yang berada di
atas kotiledon tersebut dinamakan epikotil.
Pertumbuhan batang kedelai
dibedakan menjadi dua tipe, yaitu tipe determinate dan indeterminate. Jumlah
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
Laporan Tugas Akhir
8
buku pada batang tanaman dipengaruhi oleh tipe tumbuh batang dan periode
panjang penyinaran pada siang hari. Pada kondisi normal, jumlah buku berkisar
15-30 buah. Jumlah buku batang indeterminate umumnya lebih banyak
dibandingkan batang determinate.
Cabang akan muncul di batang tanaman. Jumlah cabang tergantung dari
varietas dan kondisi tanah, tetapi ada juga varietas kedelai yang tidak bercabang.
Jumlah batang bisa menjadi banyak bila penanaman dirapatkan dari 250.000
tanaman/hektar menjadi 500.000 tanaman/hektar (Padjar, 2010).
3. Daun
Umumnya, bentuk daun kedelai ada dua, yaitu bulat (oval) dan lancip
(lanceolate).
Kedua bentuk daun tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik.
Bentuk daun diperkirakan mempunyai korelasi yang sangat erat dengan potensi
biji. Umumnya, daerah yang mempunyai tingkat kesuburan tanah tinggi sangat
cocok untuk varietas kedelai yang mempunyai bentuk daun lebar. Daun
mempunyai stomata antara 190-320 buah/m² (Irwan, 2006).
Menurut Adisarwanto (2005) bahwa, umumnya daun mempunyai bulu
dengan warna cerah dan jumlahnya bervariasi. Panjang bulu bisa mencapai 1 mm
dan lebar 0,0025 mm, kepadatan bulu bervariasi, tergantung varietas, tetapi
biasanya antara 3-20 buah/mm2. Jumlah bulu pada varietas berbulu lebat, dapat
mencapai 3-4 kali lipat dari varietas yang berbulu normal. Lebat-tipisnya bulu
pada daun kedelai berkaitan dengan tingkat toleransi varietas kedelai terhadap
serangan jenis hama tertentu. Hama penggerek polong ternyata sangat jarang
menyerang varietas kedelai yang berbulu lebat. Contoh berbulu lebat yaitu IAC
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
Laporan Tugas Akhir
9
100, sedangkan varietas yang berbulu jarang yaitu Wilis, Dieng, Anjasmoro, dan
Mahameru.
4. Bunga
Bunga kedelai disebut bunga kupu-kupu dan mempunyai dua mahkota dan
dua kelopak bunga. Warna bunga putih bersih atau ungu muda. Bunga tumbuh
pada ketiak daun dan berkembang dari bawah lalu menyembul ke atas. Pada
setiap ketiak daun umumnya terdapat 3-15 kuntum bunga. Namun, sebagian
besar bunga rontok dan hanya beberapa bunga yang dapat membentuk polong
(Andrianto dan Indarto, 2004).
Menurut
Adisarwanto
(2005)
bahwa,
pembentukan
bunga
juga
dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban. Pada suhu yang tinggi dan kelembaban
yang rendah, jumlah sinar matahari yang jatuh pada ketiak tangkai daun lebih
banyak. Hal ini akan merangsang pembentukan bunga. Periode berbunga pada
tanaman kedelai cukup lama yaitu 3-4 minggu untuk daerah subtropik dan 2-3
minggu di daerah tropik, seperti di Indonesia. Jumlah bunga pada tipe batang
determinate umumnya lebih sedikit dibandingkan pada batang tipe determinate.
Warna bunga yang umum pada berbagai varietas kedelai hanya dua, yaitu putih
dan ungu.
5. Polong dan biji
Polong kedelai pertama kali terbentuk sekitar 7-10 hari setelah munculnya
bunga pertama.
Panjang polong muda sekitar 1 cm. Jumlah polong yang
terbentuk pada setiap ketiak tangkai daun sangat beragam, anatara 1-10 buah
dalam setiap kelompok. Pada setiap tanaman, jumlah polong dapat mencapai
lebih dari 50, bahkan ratusan. Kecepatan pembentukan polong dan pembesaran
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
Laporan Tugas Akhir
10
biji akan semakin cepat setelah proses pembentukan bunga terhenti. Ukuran dan
bentuk polong mejadi maksimal pada saat awal periode pemasakan biji. Hal ini
kemungkinan diikuti oleh perubahan warna polong, dari hijau menjadi kuning
kecoklatan pada saat masak (Adisarwanto, 2005).
Menurut Irwan (2006) bahwa, terdapat biji yang berjumlah 2-3 biji di
dalam polong kedelai. Setiap biji kedelai mempunyai ukuran bervariasi, mulai
dari kecil (sekitar 7-9 g/100 biji), sedang (10-13 g/100 biji), dan besar (> 13 g/100
biji). Bentuk biji bervariasi, tergantung pada varietas tanaman, yaitu bulat, agak
gepeng, dan bulat telur.
Biji kedelai terbagi menjadi bagian utama, yaitu kulit biji dan janin
(embrio).
Pada kulit biji terdapat bagian yang disebut pusar (hilum) yang
berwarna coklat, hitam, atau putih. Pada ujung hilum terdapat mikrofil, berupa
lubang kecil yang terbentuk pada saat proses pembentukan biji. Warna kulit biji
bervariasi, mulai dari kuning, hijau, coklat, hitam, atau kombinasi campuran dari
warna-warna tersebut. Biji kedelai tidak mengalami masa dormansi sehingga
setelah proses pembijian selesai, biji kedelai langsung dapat ditanam. Namun
demikian, biji tersebut harus mempunyai kadar air berkisar 12-13% (Adisarwanto,
2005).
C. Syarat tumbuh
Tanaman kedelai sebenarnya dapat tumbuh disemua jenis tanah. Namun
demikian, untuk mencapai tingkat pertumbuhan dan produktivitas yang optimal,
kedelai harus ditanam pada jenis tanah bertekstur lempung berpasir atau liat
berpasir. Hal ini tidak hanya terkait dengan ketersediaan air untuk mendukung
pertumbuhan, tetapi juga terkait dengan faktor lingkungan tumbuh yang lain.
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
Laporan Tugas Akhir
11
Faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan pertanaman kedelai yaitu kedalaman
olah tanah yang merupakan media pendukung pertumbuhan akar.
Artinya,
semakin dalam olah tanahnya maka akan tersedia ruang untuk pertumbuhan akar
yang lebih bebas sehingga akar tunggang yang terbentuk semakin kokoh dan
dalam.
Penanaman kedelai pada media bekas tunggul padi di lahan sawah
sebenarnya memberi nilai tambah yang cukup baik. Hal ini dikarenakan bagian
bekas akar padi dapat diisi oleh pertumbuhan akar tanaman kedelai sehingga akar
kedelai bisa tumbuh sesuai dengan kedalaman akar tanaman padi yang dapat
mencapai 1-2 m (Adisarwanto, 2005).
Kedelai membutuhkan tanah yang kaya akan humus atau bahan organik.
Bahan organik yang cukup dalam tanah akan memperbaiki daya olah dan juga
merupakan sumber makanan bagi jasad renik, yang akhirnya akan membebaskan
unsur hara untuk pertumbuhan tanaman. Pada dasarnya kedelai menghendaki
kondisi tanah yang tidak terlalu basah, tetapi air tetap tersedia. Kedelai tidak
menuntut struktur tanah yang khusus sebagai suatu persyaratan tumbuh. Bahkan
pada kondisi lahan yang kurang subur dan agak asam pun kedelai dapat tumbuh
dengan baik, asal tidak tergenang air yang akan menyebabkan busuknya akar.
Kedelai dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah, asal drainase dan aerasi
tanah cukup baik (Prihatman, 2000).
Tanaman kedelai pada kondisi yang beragam. Suhu tanah optimal dalam
proses perkecambahan yaitu 300 C, dan kelembaban 60%. Bila tumbuh pada suhu
tanah yang rendah (< 150 C), proses perkecambahan menjadi sangat lambat, bisa
mencapai 2 minggu.
Hal ini dikarenakan perkecambahan biji tertekan pada
kondisi kelembaban tanah tinggi. Sementara pada suhu tinggi (> 300 C), banyak
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
Laporan Tugas Akhir
12
biji yang mati akibat respirasi air dari dalam biji yang terlalu cepat (Adisarwanto,
2005).
Menurut Andrianto dan Indarto (2004) bahwa, toleransi pH yang baik
sebagai syarat tumbuh yaitu antara 5,8 – 7, namun pada tanah dengan pH 4,5
kedelai masih dapat tumbuh baik, yaitu menambah kapur 2,4 ton per ha. Kedelai
menghendaki air yang cukup pada masa pertumbuhannya, terutama pada saat
pengisian biji.
Tersedianya air tanah selama pertumbuhan tanaman sangat
menentukan daya hasil kedelai dengan curah hujan 300-400 mm/bulan (Rukmi,
2011).
Menurut Adisarwanto (2005) bahwa, tanaman kedelai sangat peka
terhadap perubahan panjang hari atau lama penyinaran sinar matahari karena
kedelai termasuk tanaman hari pendek. Artinya, tanaman kedelai tidak akan
berbunga bila panjang hari melebihi batas kritis, yaitu 15 jam per hari.
Aerasi tanah (kandungan O2 dan CO2 di dalam tanah) sangat
mempengaruhi sistem perakaran suatu tanaman. Oksigen merupakan unsur yang
penting untuk proses-proses metabolisme. Kebutuhan oksigen untuk setiap jenis
tanaman berbeda-beda. Pada kedelai kebutuhan O2 dan pengambilan nitrogen
lebih besar pada fase vegetatif dibandingkan dengan fase generatif. Apabila
tanaman ditanam pada tempat yang dijenuhi oleh air (tergenang) maka dalam
jangka waktu yang relatif singkat akan menunjukkan penguningan daun,
pertumbuhan terhambat, dan menyebabkan matinya tanaman. Hal ini disebabkan
karena pada kondisi yang jenuh air, maka kandungan O2 sedikit dan CO2
meningkat.
Sehingga akan menghambat pertumbuhan akar yang selanjutnya
berpengaruh pada proses pengisapan air dan unsur hara (Islami dan Utomo, 1995).
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
Laporan Tugas Akhir
13
Selama pertumbuhan tanaman kebutuhan air menjadi salah satu faktor
yang perlu diperhatikan. Kebutuhan air tanaman berkisar antara 350-550 mm.
Faktor air juga menjadi sangat penting karena akan berpengaruh pada proses
pertumbuhan. Kebutuhan air semakin bertambah seiring dengan bertambahnya
umur tanaman. Kebutuhan air paling tinggi terjadi pada saat masa berbunga dan
pengisisan polong. Kondisi kekeringan menjadi sangat kritis pada saat tanaman
kedelai berada pada stadia perkecambahan dan pembentukan polong. Namun
demikian, selama stadia pemasakan biji tanaman kedelai memerlukan kondisi
lingkungan yang kering agar diperoleh kualitas biji yang baik.
Kondisi
lingkungan yang kering akan mendorong proses pemasakan biji lebih cepat dan
bentuk biji seragam (Adisarwanto, 2005).
2.2
Aspek Teknologi (Tanpa Olah Tanah)
Sifat fisik tanah sawah merupakan aspek yang perlu diperhatikan dan
dikelola dengan tepat, karena selain sangat menentukan efisiensi penggunaan air
dan hara, juga sangat berpengaruh dalam menciptakan media tanam dan
lingkungan yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman padi dan tanaman lainnya
yang ditanami setelah tanaman padi (Agus dan Dariah, 2008 dalam Fadriansyah,
2013).
Menurut Tyasmoro et al, (1995) dalam Skripsi Indria (2005) bahwa,
pengolahan tanah dimaksudkan untuk menjaga aerasi dan kelembaban tanah
sesuai dengan kebutuhan tanah, sehingga pertumbuhan akar dan penyerapan unsur
hara oleh akar tanaman dapat berlangsung dengan baik. Ada beberapa cara
pengolahan tanah yang dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu tanpa olah tanah,
pengolahan tanah minimum dan pengolahan tanah intensif.
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
Laporan Tugas Akhir
14
Pengolahan tanah merupakan salah satu komponen pengelolaan sumber
daya lahan untuk menciptakan keadaan fisik tanah yang kondusif bagi
perkembangan benih dan pertumbuhan akar tanaman serta menekan pertumbuhan
gulma. Di dalam prakteknya setiap akan tanam petani mengolah tanah secara
intensif (terus menerus) sehingga merusak struktur tanah. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa pengolahan tanah terus menerus setiap musim tanam
menyebabkan menurunnya pori air tersedia, stabilitas agregat, dan laju infiltrasi.
Lebih lanjut Rachman et al., (2004) dalam Fikri (2012) menyatakan bahwa,
tindakan olah tanah akan menghasilkan kondisi kegemburan tanah yang baik
untuk pertumbuhan akar sehingga membentuk struktur dan aerasi tanah lebih baik
dibanding tanpa olah tanah. Namun, pengolahan tanah yang dilakukan secara
intensif dapat menurunkan kualitas tanah karena porositas tanah yang tinggi dan
kemantapan agregrat yang menurun sehingga evaporasi tinggi.
Pada sistem tanpa olah tanah yang terus menerus, residu organik dari
tanaman sebelumnya mengumpul pada permukaan tanah, sehingga terdapat
aktivitas mikroba perombak tanah pada permukaan tanah yang lebih besar pada
tanah-tanah tanpa olah jika dibandingkan dengan pengolahan tanah sempurna
(Engelstad, 1997 dalam Skripsi Indria, 2005).
Tanpa olah tanah populasi gulmanya lebih rendah dan menghasilkan
kualitas tanah yang lebih baik secara fisik maupun biologi (meningkatkan kadar
bahan organik tanah, kemantapan agregrat dan infiltrasi) serta hasil tanaman
jagung yang relatif sama dibandingkan dengan perlakuan olah tanah intensif
(Silawibawa, 2003 dalam Fikri, 2012).
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
Laporan Tugas Akhir
15
Menurut Sutanto (2002) menyatakan bahwa, pada sistem tanpa olah tanah
yang terus menerus, residu organik dari tanaman sebelumnya mengumpul pada
permukaan tanah dibanding dengan pengolahan konvensional yang bahan
organiknya tercampur dalam pengolahan tanah.
Sehingga kandungan bahan
organik pada sistem tanpa olah tanah lebih banyak dari pada pengolahan tanah
konvensional.
Pengolahan tanah minimum atau tanpa olah tanah selalu
berhubungan dengan penanaman yang cukup menggunakan tugal atau alat lain
yang sama sekali tidak menyebabkan lapisan olah menjadi rusak dan di
permukaan tanah masih banyak dijumpai residu tanaman. Cara ini dapat berjalan
dengan baik untuk tanaman serealia yang ditanam menurut larikan.
Pada sistem tanpa olah tanah, lingkungan tanah yang bahan organiknya
hanya berada dipermukaan tanah maka memiliki fungsi yang relatif lebih banyak.
Persiapan lahan yang ditunjukkan dengan sistem tanpa olah tanah cenderung
memiliki lebih banyak efek positif terhadap keanekaragaman beberapa biota tanah
dibandingkan dengan pengolahan tanah konvensional (Makalewk, 2001 dalam
Skripsi Indria, 2005).
Jerami padi dapat dimanfaatkan sebagai mulsa, yang berfungsi menekan
pertumbuhan gulma dan merubah iklim mikro tanah (Dwiyanti, 2005 dalam
Fikri, 2012). Hasil penelitian Suhartina dan Adisarwanto (1996) dalam Fikri
(2012) melaporkan bahwa, penggunaan jerami padi sebagai mulsa yang
dihamparkan merata di atas permukaan tanah sebanyak 5 ton ha-1 dapat menekan
pertumbuhan gulma 37-61% dibandingkan dengan tanpa mulsa, sedangkan
apabila jerami padi dibakar maka pertumbuhan gulma hanya akan menurun 2731%. Besar kecilnya pengaruh yang ditimbulkan akibat pemulsaan tersebut akan
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
Laporan Tugas Akhir
16
bergantung pada dosis mulsa yang digunakan, sehingga diperlukannya dosis
mulsa yang tepat.
Penggunaan mulsa jerami padi dengan takaran rekomendasi sebanyak 5
ton/ha atau sejumlah jerami yang ada dalam satu petakan alami dapat memelihara
kelembapan tanah dan menekan pertumbuhan gulma. Pemulsaan yang sesuai
dapat merubah iklim mikro sehingga dapat menekan pertumbuhan gulma dan
menghindari kehilangan air melalui penguapan serta meningkatkan produksi
tanaman. Suhartina dan Adisarwanto (1996) dalam Fikri (2012) menemukan
peningkatan hasil kedelai mencapai 100% dengan penggunaan mulsa jerami padi
5 ton/ha dikombinasikan dengan tanpa olah tanah (TOT).
Pemberian bahan organik dapat memperbaiki sifat fisik, biologi, dan kimia
tanah, tetapi mutu bahan organik dipengaruhi oleh tingkat penguraiannya.
Semakin cepat tingkat penguraiannya, bahan organik semakin mudah tersedia.
Bahan organik sangat penting karena berasal dari tanaman yang tertinggal, berisi
semua unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Bahan organik
mempengaruhi struktur tanah dan menjaga kondisi fisik yang diinginkan
(Stevensen, 1982 dalam Skripsi Indria, 2005).
Menurut Doeswono (1983), pengaruh pemberian bahan organik terhadap
sifat biologi tanah adalah jumlah dan aktivitas metabolik organisme tanah
meningkat.
Secara umum, pemberian bahan organik dapat meningkatkan
pertumbuhan dan aktivitas mikroorganisme. Bahan organik merupakan sumber
energi dan bahan makanan bagi mikroorganisme yang hidup di dalam tanah.
Mikroorganisme tanah saling berinteraksi dengan kebutuhannya akan bahan
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
Laporan Tugas Akhir
17
organik karena bahan organik menyediakan karbon sebagai sumber energi untuk
tumbuh.
Menurut Rosmarkam dan Yuwono (2002), bahwa pemberian bahan
organik terhadap sifat kimia tanah adalah meningkatkan KTK (kapasitas tukaran
kation) sehingga kemampuan mengikat kation menjadi lebih tinggi. Akibatnya,
jika tanah yang dipupuk dengan bahan organik dengan dosis tinggi, hara tanaman
tidak mudah tersusun.
Menurut Murbandono (1995) dalam Skripsi Indria, (2005) menyatakan
bahwa, bahan organik dapat memperbaiki struktur tanah berlempung, sehingga
tanah yang tadinya berat dengan penambahan bahan organik akan menjadi lebih
ringan. Selain itu, bahan organik dalam tanah akan mempertinggi kemampuan
penampungan air, sehingga tanah dapat lebih banyak menyediakan air bagi
tanaman.
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
Laporan Tugas Akhir
18
III.
3.1
METODE PELAKSANAAN
Waktu dan Tempat
Laporan tugas akhir ini ditulis berdasarkan hasil Pengalaman Kerja
Praktek Mahasiwa (PKPM) yang dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan
bulan Juni 2015 di Desa Sumberejo, Kecamatan Pagar Merbau, Kabupaten Deli
Serdang, Propinsi Sumatera Utara.
3.2
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada budidaya kedelai ini yaitu benih kedelai
Varietas Anjasmoro, pupuk Urea, pupuk Phoska, Herbisisda Rumpas dan
Glifosat, Insektisida Sagribet, Drusband, Lanet, dan Kendrel, Fungisida
Antrachol, perangsang Baypoland, karung goni, dan tali plastik. Sedangkan alat
yang digunakan adalah tugal, mesin babat, hand tractor, sabit bergerigi, hand
sprayer, power treaser/grendel, alas tikar, dan jarum goni.
3.3
Metode
Metode yang digunakan adalah membandingkan pertumbuhan generatif
dan komponen produksi tanaman kedelai yang ditanam dengan dua sistem olah
tanah yaitu :
1. Tanaman kedelai sistem tanpa olah tanah.
2. Tanaman kedelai sistem olah tanah sempurna.
Luas lahan yang digunakan adalah 200 m2 pada masing-masing setiap
perlakuan. Jumlah sampel tanaman sebanyak 20 tanaman yang diambil secara
acak, untuk mengetahui perbedaan variabel pengamatan antara tanpa olah tanah
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
Laporan Tugas Akhir
19
dengan olah tanah sempurna, data pengamatan di analisis dengan uji t pada taraf
5% dan 1%, dengan rumus sebagai berikut :
√(
√
)
(
√
)
Dimana :
√
√
Keterangan :
X
= nilai masing-masing variabel pada olah tanah
y
= nilai masing-masing variabel tanpa olah tanah
Mx, My
= rata-rata nilai variabel x dan y
N
= jumlah sampel tanaman
SDx, SDy
= standar deviasi variabel x dan y
sempurna
Untuk mengetahui perbedaan variabel pengamatan pada masing-masing
perlakuan dengan tanpa olah tanah dan olah tanah sempurna dilakukan uji t pada
taraf nyata 5 % dan 1% dengan hipotesis :
Ho = terdapat perbedaan yang tidak nyata antara tanpa olah tanah dengan olah
tanah sempurna terhadap
komponen hasil kedelai (Glycine Max L.)
( t hitung < t tabel 5% → Non Significant/ns).
H1 = terdapat perbedaan yang nyata atau sangat nyata antara antara tanpa olah
tanah dengan olah tanah sempurna terhadap
komponen hasil kedelai
(Glycine Max L.). ( t hitung > t tabel 5% → Significant/s atau t tabel 5% <
t hitung > t tabel 1% → High Significant/hs).
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
Laporan Tugas Akhir
3.4
Pelaksanaan
1.
Pengadaan benih
20
Varietas kedelai yang digunakan dalam budidaya kedelai sistem tanpa olah
tanah adalah kedelai varietas Anjasmoro (Deskripsi terlampir). Benih kedelai
yang digunakan adalah benih bersertifikat. Kebutuhan benih kedelai adalah 50
kg/ha, sehingga kebutuhan benih untuk luasan 200 m2 yaitu 1 kg/200 m2.
2.
Pembuatan drainase
Pembuatan drainase pada sistem tanpa olah tanah dan olah tanah sempurna
sama, yaitu dilakukan 2-3 hari setelah padi dipanen dengan menggunakan hand
tractor. Saluran drainase dibuat diantara petakan sawah dengan lebar 25 cm - 30
cm dan dengan kedalaman 30 cm.
3.
Pengolahan tanah
Pengolahan tanah merupakan bagian dari penerapan teknologi, yaitu
terdiri dari ;
a. Tanpa olah tanah
Pengolahan tanah tidak dilakukan pada budidaya kedelai sistem tanpa olah
tanah. Setelah padi dipanen maka langsung dilakukan penugalan dan penanaman.
Setelah penanaman selesai maka dilakukan pembabatan jerami dengan
menggunakan mesin dan menjadikan jerami sebagai mulsa.
b. Olah tanah sempurna
Pengolahan tanah dilakukan setelah padi dipanen, dengan cara membajak
tanah sawah tersebut beserta dengan sisa jerami tanaman padi.
Setelah satu
minggu pengolahan tanah maka langsung dilakukan penugalan dan penanaman.
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
Laporan Tugas Akhir
4.
21
Penugalan dan penanaman
Cara tanam yang dilakukan antara sistem tanpa olah tanah dan olah tanah
sempurna sama yaitu dengan membuat lubang tanam memakai tugal dengan
kedalaman 2 cm. Jarak tanam penanaman yang dibuat adalah 25 cm x 25 cm dan
setiap lubang tanam diisi sebanyak 2 – 3 biji kedelai.
5.
Pembabatan jerami pada sistem tanpa olah tanah
Setelah penanaman benih kedelai pada lahan tanpa olah tanah selesai,
maka jerami langsung dibabat dengan menggunakan mesin babat.
Hal ini
dilakukan karena jerami yang dibabat dijadikan sebagai mulsa.
6.
Pemupukan dasar
Pemupukan dasar diberikan satu minggu setelah kedelai ditanam. Jenis
pupuk yang diberikan adalah urea 100 kg/ha dan phonska 100 kg/ha. Sehingga
dosis urea dan phonska yang diberikan yaitu 2 kg/200 m2.
7.
Pemeliharaan
a. Penyiangan
Penyiangan dilakukan dua kali yaitu pada saat kedelai berumur 14 hst
dengan menyemprotkan herbisida Rumpas sedangkan pada saat kedelai berumur
45 hst penyemprotan dilakukan dengan Glifosat. Gulma yang terdapat disekitar
batang tanaman kedelai disiang secara manual. Gulma hasil siangan diletakkan
dibarisan kedelai.
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
Laporan Tugas Akhir
22
b. Pemupukan susulan
Pemupukan susulan dilakukan saat kedelai berumur 35-40 hari setelah
tanam. Adapun jenis pupuk susulan yang digunakan adalah urea dan phonska 100
kg/ha. Sehingga dosis urea dan phonska yang diberikan yaitu 2 kg/200 m2.
c. Pengendalian hama dan penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan empat kali yaitu pada saat
kedelai berumur 15 hst dan 30 hst dengan menyemprotkan Drusband dan Lanet
dan Baypoland, 50 hst dengan menyemprotkan Sagribet dan Antrachol, serta pada
umur 65 hst dengan menyemprotkan Kendrel.
8.
Panen
Panen kedelai dilakukan pada saat kedelai berumur 95 hst, dan melihat
kriteria panen kedelai seperti sebagian besar daun sudah menguning, tetapi bukan
karena serangan hama atau penyakit, lalu gugur, buah mulai berubah warna dari
hijau menjadi kuning kecoklatan, atau polong sudah kelihatan tua, batang
berwarna kuning agak coklat dan gundul.
Cara panen kedelai yang dilakukan adalah dengan menggunakan sabit
bergerigi dengan menyabit batang kedelai lalu diletakkan secara beraturan di
barisan tanam kedelai. Hal ini dilakukan agar polong kedelai cepat kering.
9.
Pasca panen
Setelah dua hari pemanenan maka dilakukan pembalikan kedelai. Setelah
selesai dibalik maka kedelai dibiarkan lagi selama dua hari agar polong kedelai
kering merata. Setelah dua hari pembalikan maka tanaman kedelai dikumpulkan
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
Laporan Tugas Akhir
23
dan dipisahkan biji dari polongnya dengan menggunakan Power treaser atau
Grendel.
e. Pengamatan
1. Jumlah polong per tanaman
Jumlah polong tanaman dihitung setelah panen.Semua polong yang
dihasilkan oleh seluruh tanaman dihitung baik polong berisi maupun polong
hampa.
2. Jumlah biji per polong
Jumlah biji per polong dihitung setiap tanaman.
3. Berat 100 biji
Biji kedelai uang telah dipanen diambil 100 biji secara acak kemudian
ditimbang.
4. Produksi berdasarkan komponen hasil
Mengalikan semua komponen hasil yang telah diamati. Perluasan lahan
200 m2 untuk lahan sistem tanpa olah tanah dan olah tanah sempurna. Rumus
untuk mencari komponen hasil adalah sebagai berikut :
Komponen hasil = Jumlah populasi tanaman x jumlah polong per rumpun x
jumlah biji/polong x bobot 100 biji/100
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
Laporan Tugas Akhir
V.
24
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
A. Jumlah polong per tanaman
Hasil pengamatan dan analisis uji t terhadap jumlah polong per tanaman
dari pengaruh sistem tanpa olah tanah dan olah tanah sempurna, disajikan pada
Lampiran 2. Perbandingan jumlah polong per tanaman kedelai antara tanpa olah
Jumlah polong per tanaman
tanah dan olah tanah sempurna dapat dilihat pada Gambar 1 :
280
240
200
160
120
80
40
0
246
215
Tanpa Olah Tanah
Olah Tanah Sempurna
Gambar 1 : Grafik Jumlah Polong Per Tanaman Kedelai.
Berdasarkan Gambar 1 grafik jumlah polong per tanaman terlihat adanya
perbedaan. Jumlah polong per tanaman pada hasil tanpa olah tanah lebih tinggi
dibandingkan dengan hasil olah tanah sempurna. Jumlah polong pada lahan tanpa
olah tanah adalah 246, sedangkan pada lahan olah tanah sempurna adalah 215.
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
Laporan Tugas Akhir
25
B. Jumlah biji per polong
Hasil pengamatan dan analisis uji t terhadap jumlah biji per polong dari
pengaruh sistem tanpa olah tanah dan olah tanah sempurna, disajikan pada
Lampiran 3. Perbandingan jumlah biji per polong kedelai antara tanpa olah tanah
dan olah tanah sempurna dapat dilihat pada Gambar 2 :
Jumlah biji per polong
2
2
2
1.5
1
0.5
0
Tanpa Olah Tanah
Olah Tanah Sempurna
Gambar 2 : Grafik Jumlah Biji Per Polong Kedelai.
Berdasarkan Gambar 2 grafik jumlah biji per polong tidak terlihat adanya
perbedaan. Jumlah biji per polong pada lahan tanpa olah tanah dan olah tanah
sempurna sama yaitu 2 biji per polong.
C. Jumlah polong bernas
Hasil pengamatan dan analisis uji t terhadap jumlah polong bernas dari
pengaruh sistem tanpa olah tanah dan olah tanah sempurna, disajikan pada
Lampiran 4. Perbandingan jumlah polong bernas kedelai antara tanpa olah tanah
dan olah tanah sempurna dapat dilihat pada Gambar 3 :
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
Laporan Tugas Akhir
26
1.24
1.20
1.40
% polong bernas
1.20
1.00
0.80
0.60
0.40
0.20
0.00
Tanpa Olah Tanah
Olah Tanah Sempurna
Gambar 3 : Grafik Jumlah Polong Bernas Kedelai.
Berdasarkan Gambar 3 grafik jumlah polong bernas terlihat adanya
perbedaan.
Jumlah polong bernas pada lahan tanpa olah tanah lebih rendah
dibandingkan dengan olah tanah sempurna. Adapun jumlah polong bernas pada
lahan tanpa olah tanah yaitu 1.20 %, sedangkan pada lahan olah tanah sempurna
adalah 1.24%.
D. Bobot 100 biji (g)
Hasil pengamatan dan analisis uji t terhadap bobot 100 biji (g) dari
pengaruh sistem tanpa olah tanah dan olah tanah sempurna, disajikan pada
Lampiran 5. Perbandingan bobot 100 biji (g) kedelai antara tanpa olah tanah dan
olah tanah sempurna dapat dilihat pada Gambar 4 :
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
Laporan Tugas Akhir
13
15
Bobot 100 biji (g)
27
12
12
9
6
3
0
Tanpa Olah Tanah
Olah Tanah Sempurna
Gambar 4 : Grafik Bobot 100 Biji Kedelai.
Berdasarkan Gambar 4 grafik bobot 100 biji terlihat adanya perbedaan.
Bobot 100 biji pada lahan tanpa olah tanah lebih tinggi dibandingkan dengan olah
tanah sempurna. Bobot 100 biji (g) pada lahan tanpa olah tanah yaitu 13 g,
sedangkan pada lahan olah tanah sempurna adalah 12 g.
E. Produksi berdasarkan komponen hasil
Perbandingan produksi berdasarkan komponen hasil kedelai antara tanpa
Produksi (Kg)
olah tanah dan olah tanah sempurna dapat dilihat pada Gambar 5 :
250
205
165
200
150
100
50
0
Tanpa Olah Tanah
Olah Tanah Sempurna
Gambar 5 : Grafik Produksi Berdasarkan Komponen Hasil Kedelai.
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
Laporan Tugas Akhir
28
Berdasarkan Gambar 5 grafik perbandingan produksi per satuan luas
sistem tanpa olah tanah lebih tinggi dibandingkan dengan olah tanah sempurna.
Pada produksi kedelai sistem tanpa olah tanah mencapai 205 kg, sedangkam
sistem olah tanah sempurna hanya mencapai 165 kg.
Rekapitulasi hasil
perhitungan uji t terhadap komponen hasil kedelai dari pengaruh sistem tanpa olah
tanah dan olah tanah sempurna disajikan pada Tabel 2 berikut :
Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Uji t Terhadap Komponen Hasil Tanaman Kedelai.
No Variabel Pengamatan
1
2
3
4
5
Satuan
Jumlah polong per tanaman
Jumlah biji per polong
Jumlah polong bernas
Bobot 100 biji
Produksi berdasarkan
komponen hasil
Buah
Biji
%
G
Kg
Tanpa
Olah
Tanah
246
2
1.20
13
Olah
Tanah
Sempurna
215
2
1.24
12
205
165
t-hitung
2.09 s
-1.93 ns
-1.10 ns
1.43 ns
-
Ket :
ns)
tidak berbeda nyata menurut Uji t
berbeda nyata menurut Uji t
t tabel 5% = 2.05%
t tabel 1% = 2.71%
s)*
Berdasarkan Tabel 2 perbandingan komponen hasil kedelai antara sistem
tanpa olah tanah dan sistem olah tanah sempurna menunjukkan hasil
perbandingan yang nyata.
4.2. Pembahasan
Berdasarkan pada parameter pengamatan jumlah polong per tanaman
terlihat adanya perbedaan. Jumlah polong per tanaman pada sistem tanpa olah
tanah lebih tinggi dibandingkan dengan olah tanah sempurna. Hasil uji t
menunjukkan bahwa sistem tanpa olah tanah berpengaruh nyata terhadap jumlah
polong per tanaman.
Hal ini disebabkan pada lahan olah tanah sempurna
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
Laporan Tugas Akhir
29
pengolahan tanah dilakukan secara terus-menerus sehingga merusak kualitas
tanah yang menyebabkan menurunnya kemampuan tanah untuk mengikat air
sehingga terjadi evaporasi. Evaporasi oleh sinar matahari sudah mulai terjadi
akibat tindakan pengolahan tanah dan tidak adanya bahan yang ditambahkan
sebagai tindakan untuk meminimalisir evaporasi seperti mulsa.
Menurut
Rachman et al., (2004) dalam Fikri (2012) menyatakan bahwa, pengolahan tanah
yang dilakukan secara intensif dapat menurunkan kualitas tanah karena porositas
tanah yang tinggi dan kemantapan agregrat yang menurun sehingga evaporasi
tinggi. Evaporasi adalah proses fisika dimana penentuan nilainya menyangkut
semua parameter fisik seperti suhu, udara, kelembaban, radiasi, air, dan
komponen tanah (Usman, 1980 dalam Handayaninsih, 2013). Selain itu, tidak
adanya pemberian bahan organik pada saat melakukan budidaya sehingga sifat
fisik tanah sangat padat. Menurut Hardjowigeno (2003) bahwa pengaruh bahan
organik terhadap sifat fisik tanah dan akibatnya terhadap pertumbuhan tanaman
adalah: 1) sebagai granulator yaitu memperbaiki struktur tanah 2) sumber unsur
hara N, P, S dan unsur hara mikro 3) menambah kemampuan tanah untuk
menahan air 4) sumber energi mikroorganisme.
Pada sistem tanpa olah tanah adanya penambahan bahan seperti jerami
yang dijadikan sebagai mulsa sehingga penguapan menjadi lebih rendah. Menurut
Mansyur (2011) menyatakan bahwa, penggunaan mulsa jerami dapat mencegah
penguapan air tanah yang berlebihan, dapat mencegah pencucian hara,
mengendalikan kelembaban tanah serta melindungi agregat tanah dari daya rusak
butiran air hujan. Mulsa jerami dapat menstabilkan air untuk tanaman dan
mengurangi penguapan, maka translokasi unsur hara untuk tanaman dapat
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
Laporan Tugas Akhir
30
berlangsung dengan baik sehingga berpengaruh pada pembelahan sel dan
perpanjangan ruas.
Selain itu, peranan jerami padi pada saat fase vegetatif tanaman kedelai
adalah sebagai mulsa karena jerami masih segar, akan tetapi pada saat mulsa
sudah melapuk maka akan menjadi bahan organik. Dengan adanya pemberian
mulsa jerami padi yang telah melapuk menyebabkan struktur tanah menjadi
gembur sehingga mendorong akar-akar tanaman berkembang dengan baik dan
aktif menyerap unsur hara dan air yang tersedia. Pendapat ini sesuai dengan hasil
yang didapatkan oleh Martin dan Leonard (1959) dikutip oleh Darmawan (1995)
dalam Jamila dan Kaharuddin (2007) bahwa, produksi tanaman kedelai yang
diusahakan dengan membiarkan sisa-sisa tanaman berupa jerami pada pertanaman
kedelai memberikan hasil yang tinggi karena kondisi kelembaban yang tinggi,
karena adanya pemberian mulsa yang menyebabkan tingginya pertumbuhan dan
komponen produksi kedelai yang diusahakan. Lebih lanjut Kumalasari, Abdullah,
dan Jayadi (2005) menyatakan bahwa terjadinya dekomposisi dari bahan mulsa
organik sehingga mensuplai unsur hara bagi tanaman dan kondisi lingkungan serta
mempermudah mineral dari bahan organik untuk digunakan oleh tanaman.
Pemberian mulsa jerami padi secara signifikan meningkatkan fosfor
tersedia dan kalium dalam tanah (Sonsteby et al, 2004 dalam Fadriansyah, 2013).
Hasil dekomposisi bahan organik dapat meningkatkan unsur N, P, K dimana dapat
meningkatkan karbohidrat pada proses fotosintesis, karena unsur N untuk
membentuk klorofil dan yang berfungsi untuk menyerap cahaya matahari dan
sebagai tempat berlangsungnya proses fotosintesis, sedangkan unsur K
meningkatkan absorbsi CO2 kaitannya dengan membuka menutupnya stomata
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
Laporan Tugas Akhir
31
daun selanjutnya karbohidrat tersebut setelah tanaman memasuki fase reproduktif
disimpan dalam polong (Harjadi dan Setyati, 2002) sehingga, meningkatkannya
serapan hara dapat meningkatkan jumlah polong.
Variabel pengamatan jumlah biji per polong pada sistem tanpa olah tanah
yang telah diuji dengan uji t menunjukkan pengaruh yang tidak nyata. Hal ini
disebabkan waktu budidaya kedelai dilakukan pada musim kemarau sehingga air
kurang tersedia. Menurut Rukmi (2011) bahwa, kedelai menghendaki air yang
cukup pada masa pertumbuhannya, terutama pada saat pengisian biji.
Tersedianya air tanah selama pertumbuhan tanaman sangat menentukan daya hasil
kedelai dengan curah hujan 300-400 mm/bulan.
Namun, menurut data BPS
Kabupaten Deli Serdang rata-rata curah hujan pada bulan Januari-April adalah
136 mm/bulan (Data curah hujan terlampir).
Oldeman et al., (1980) dalam
Handayaningsih (2013) menyebutkan bahwa curah hujan sebagai faktor iklim
yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan kedelai
terutama pada stadia perkecambahan dan pembungaan. Kebutuhan air akan
bertambah sesuai dengan umur tanaman. Kebutuhan air tertinggi pada saat
berbunga dan pengisian polong.
Air merupakan komponen utama yang
dibutuhkan dalam proses fotosintesis, sehingga apabila air tidak cukup tersedia
maka akan mengganggu proses fotosintesis sehingga menyebabkan menurunnya
jumlah biji. Menurut Wiyono (2009) ketersediaan air yang cukup menentukan
efisiensi fotosintesis.
Cekaman air dapat menyebabkan penurunan efisiensi
fotosintesis yang terlihat dari berkurangnya laju asimilasi bersih, penurunan laju
fotosintesis ini menyebabkan berkurangnya komponen hasil tanaman baik kualitas
(berat kering biji) maupun kualitas (jumlah polong dan biji).
Terbentuknya
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
Laporan Tugas Akhir
32
polong kedelai tergantung pada kondisi tanaman pada fase pembungaan. Pada
fase pembungaan tanaman membutuhkan banyak fotosintat yang diperlukan untuk
perkembangan primordia bunga dan persiapan pembentukan polong (Kartika et
al., 1997 dalam Wiyono, 2009).
Hasil uji t berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah polong bernas kedelai.
Hal ini disebabkan semakin rendah kadar air tanah maka tanaman akan
menurunkan hasil tanaman secara nyata, hal tersebut disebabkan karena fase
generatif merupakan fase kritis, karena pengaruh lingkungan seperti status air
dalam tanah akan langsung terlihat pada sink (jaringan yang menyimpan hasil
asimilat tetapi tidak ikut fotosintesis), pembungaan, pembentukan polong dan
pengisian polong akan gagal atau tidak sempurna apabila cekaman air dalam
waktu yang lama. Hal tersebut juga sesuai dengan pendapat Sarjiyah (1994)
dalam Wiyono (2009) bahwa cekaman kekeringan yang terjadi pada fase generatif
yang makin menurunkan efisiensi fotosintesis yang terlihat dari berkurangnya
komponen hasil tanaman. Samaullah dan Darajat (2001) dalam Wiyono (2009)
menyatakan bahwa kekurangan air pada saat tanaman (padi gogo) memasuki fase
pengisian biji dapat menyebabkan penurunan hasil karena banyak butir hampa.
Lebih lanjut Cekaman kekeringan juga berpengaruh terhadap tanaman kedelai.
Harnowo (1992) dalam Handayaningsih (2013) menyatakan bahwa cekaman
kekeringan pada fase reproduktif menghambat distribusi asimilat ke bagian
reproduktif, menurunkan jumlah polong, biji dan bobot biji per tanaman.
Penelitian juga menghasilkan kesimpulan bahwa cekaman kekeringan akan
menurunkan luas daun dan menurunkan jumlah polong per hektar dan hasil biji.
Tekanan kekeringan juga berpengaruh terhadap penurunan persentase akar aktif,
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
Laporan Tugas Akhir
33
berat kering tanaman, jumlah daun dan polong, serta tinggi tanaman Pengelolaan
air pada tanaman kedelai sangat penting terutama untuk menjaga ketersediaan air
dalam tanah yang sangat mempengaruhi masa perkecambahan, pertumbuhan
vegetatif dan pengisian polong.
Variabel pengamatan pada bobot 100 biji juga tidak memperlihatkan
perbedaan yang signifikan. Hasil uji t pada sistem tanpa olah tanah adalah tidak
berpengaruh nyata terhadap bobot 100 biji.
Fakta ini agaknya berhubungan
dengan pernyataan bahwa karakter ukuran biji merupakan karakter kualitatif
sehingga relatif tidak dipengaruhi oleh faktor lingkungan termasuk dalam sistem
budidaya maupun pemberian mulsa jerami tersebut. Menurut Fehr (1987) dalam
Nyimas, Ichwan, Salim (2013) karakter ukuran biji merupakan karakter yang
dikendalikan secara sederhana atau simple genik. Sementara karakter yang
dikendalikan secara simple genik relatif tidak dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Produksi berdasarkan komponen hasil pada sistem tanpa olah tanah
menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan sistem olah tanah sempurna.
Hasil produksi kedelai pada sistem tanpa olah tanah mencapai 205 kg/200 m2
sedangkan pada sistem olah tanah sempurna mencapai 165 kg/200 m2. Hal ini
kemungkinan disebabkan oleh tindakan tanpa olah tanah dan pemberian mulsa
jerami yang mengurangi evaporasi, dan mengurangi persaingan unsur hara
sehingga pada lahan tanpa olah tanah air lebih tersedia dari pada olah tanh
sempurna.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketersediaan air dalam tanah
mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan dan produksi tanaman kedelai .
Herawati (1994) Mar'ah (1996) Masyhudi et al. (1989). Masyhudi et al. (1989)
dalam Handayaningsih (2013) menyatakan bahwa, pertumbuhan bagian-bagian
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
Laporan Tugas Akhir
34
vegetative (akar, batang dan daun) dan bagian reproduktif (polong dan biji)
mengalami penurunan akibat kekurangan air tersedia dalam tanah.
Selain itu, penambahan bahan organik hasil pelapukan mulsa yang dapat
menyediakan unsur hara untuk tanaman kedelai. Menurut Ratnasari, Bangun,
Iskandar, dan Damanik (2015) kandungan hara jerami padi yaitu 40.87% bahan
organik, 1.01% nitrogen, 0.15% posfor, 1.75% kalium, 4.2%, dan kalsium, dan
0,27% magnesium. Unsur hara kalsium mempengaruhi pembentukan polong
sehingga dapat meningkatkan jumlah polong per tanaman dan menyebabkan
pertumbuhan generatif menjadi lebih baik, unsur nitrogen dapat membantu
pembentukan klorofil dan berfungsi untuk menyerap cahaya matahari sedangkan
unsur kalium dapat meningkatkan penyerapan CO2 yang
berkaitan dengan
membuka dan tertutupnya stomata daun selanjutnya karbohidrat tersebut disimpan
pada saat memasuki fase reproduktif, dengan meningkatkannya serapan hara
maka dapat meningkatkan hasil produksi kedelai.
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
Laporan Tugas Akhir
V.
35
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pelaksanaan observasi terhadap komponen hasil pada
tanaman kedelai sistem tanpa olah tanah dan olah tanah sempurna, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil uji t komponen hasil kedelai jika dibandingkan dengan olah
tanah sempurna maka sistem tanpa olah tanah memberikan pengaruh yang
nyata terhadap jumlah polong per tanaman, sedangkan sistem tanpa olah tanah
memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap jumlah biji per polong,
jumlah polong bernas, serta bobot 100 biji.
2. Perbedaan antara sistem tanpa olah tanah dan olah tanah sempurna adalah
pada lahan tanpa olah tanah adanya penambahan bahan oraganik dari
pelapukan mulsa jerami, sedangkan pada olah tanah sempurna tidak dilakukan
pemberian bahan organik.
5.2 Saran
Berdasarkan dari kesimpulan di atas disarankan kepada para petani agar
dapat melakukan sistem tanpa olah tanah agar untuk mengefisiensi waktu dan
tenaga kerja.
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
Laporan Tugas Akhir
36
DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto, T. 2005. Budidaya dengan Pemupukan yang Efektif dan
Pengoptimalan Peran Bintil Akar Kedelai. Penebar Swadaya. Bogor.
Alfons, J, B dan Hedayana, R, 2010. Analisis finansial sistem pengelolaan tanah
untuk usaha tani berbasis kedelai di lahan kering.Jurnal budidaya pertanian
Volume 6, Nomor 1, Juli 2010.
Andrianto dan Indarto. 2004. Budidaya dan Analisis Usaha Tani: Kedelai, Kacang
Hijau, dan kacang panjang. Absolut.Yogyakarta.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang. 2014.
Doeswono. 1983. Pengaruh bahan organik terhadap produksi tanaman. Akadimika
Presondo. Jakarta.
Fadriansyah, A, 2013. Pengaruh takaran mulsa jerami padi terhadap pertumbuhan
dan hasil tanaman kedelai (Glycine max L.). Fakultas Pertanian
Universitas Tamansiswa. Padang.
Fikri, M, S. 2013. Upaya peningkatan pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai
(Glycine max) melalui aplikasi mulsa.Yogyakarta.
Handayaningsih, E, P. 2013. Penentuan waktu tanam kedelai (Glycine Max L.
Merril) berdasarkan neraca air di daerah kabutambuhan kabupaten
buleleng. Tesis. Denpasar.
Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu tanah.Akademika presindo. Jakarta.
Harjadi dan S. Setyati. 2002. Pengantar Agronomi. Gramedia. Jakarta.
Indria, A, T. 2005. Pengaruh sistem pengolahan tanah dan pemberian macam
bahan organik terhadap pertumbuhan dan hasil kacang tanah (Arachis
Hypogaea L.).Skripsi S1 Fakultas pertanianuniversitas sebelas maret.
Surakarta.
Irwan, A, W, 2006.
Jatinagor.
Budidaya tanaman kedelai(Glycine max (L.) Merill).
Islami, T dan W.H. Utomo. 1995. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. IKIP
Semarang Press. Semarang. 297 hal.
Jamila dan Kaharuddin, 2007. Efektivitas mulsa dan sistem olah tanah terhadap
produktivitas tanah dangkal dan berbatu untuk produksi kedelai
effectiveness of mulch and tillage system to productivity of shallow and
rocky soil for soybean production. Jurnal Agrisistem, Desember 2007,
Vol. 3 No. 2.
Kumalasari, N. R., L. Abdullah, S, Jayadi. 2005. Pengaruh Pemberian Mulsa
Chromolaena (L.) Kings and Robins pada Kandungan Mineral P dan N
Tanah Latosol dan Produktivitas Hijauan Jagung (Zea mays L.). 23:29-36.
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
Laporan Tugas Akhir
37
Mansyur, N, I. 2011. Pola pemupukan dan pemulsaan pada budidaya sawi etnik
Toraja di pulau Tarakan. Prosiding Seminar Nasional. Tarakan.
Meirina, T, Darmanti, S, Haryanti,S. 2006. Produktivitas kedelai (Glycine max
(L.) Merril var. Lokon) yang diperlakukan dengan pupuk organik
cairlengkappada dosis dan waktu pemupukan yang berbeda.
Nyimas M, E. F, Ichwan, B, dan Salim, H, 2013. Pertumbuhan dan hasil dua
varietas kedelai (Glycine max L. Merril) pada perbedaan pupuk organik.
Vol 2 No. 1 Januari - Maret 2013. Jambi.
Padjar, 2010.Kedelai setelah satu dekade. Majalah Tempo. Diakses dari
http://majalah.tempo.co/konten/2010/03/29/EB/133122/Kedelai-SetelahSatu-Dekade/05/39.Diakses pada tanggal 23 Juni 2015.
Prihatman, K. 2000. Tentang Budidaya Pertanian: Kedelai. Deputi Menegristek
Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi.
Ratnasari, D., M.K. Bangun., dan R.I. Damanik. 2015. Respons dua varietas
kedelai
(Glycine max L.) pada pemberian pupuk hayati dan NPK
majemuk. Univeersitas Sumatera Utara, Medan. Jurnal Agroekoteknologi
vol 3.
Rosmarkam, A dan Yuwono,N,W. 2002. Ilmu ksuburan tanah. Kanisius.
Yogyakarta.
Rosyad A, A, M, Sudiarso, Nugroho, A, 2013. Pengaruh mulsa organik pada
gulma dan tanaman kedelai (Glycine max L.) VAR. GEMA. Jurnal
produksi tanaman vol. 1 no. 6, Malang.
Rukmi. 2011. Pengaruh pemupukan kalium dan fosfat terhadap pertumbuhan
dan hasil kedelai. Staf Pengajar Universitas Muria Kudus, Jawa Tengah.
Suhartina, 2005. Deskripsi varietas unggul kacang-kacangan dan umbi-umbian.
Balai penelitian tanaman kacang-kacangan dan umbi-umbuan. Malang.
Sumarno, 2007. Perkembangan teknologi budi daya kedelai di lahan sawah.Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Iptek Tanaman Pangan
Vol. 6 No. 2 – 2011. Bogor.
Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius.Yogyakarta.206 hal.
Thoha, M, Y, Nazhhri, A, S, dan Nursallya, 2008. Pengaruh suhu, waktu, dan
konsentrasi pelarut pada ekstraksi minyak kacang kedelai sebagai
penyedia Vitamin E. Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya.
Widyasari, L, Sumarni, T, dan Ariffin, 2011. Pengaruh sistem olah tanah dan
mulsa jerami padi pada pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai (Glycine
Max (L.)Merr.).Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang.
Wiyono, 2009. Respon beberapa varietas kedelai (Glycine max L Merr) terhadap
cekaman air. Surakarta.
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
Laporan Tugas Akhir
38
Lampiran 1 : Deskripsi Kedelai Varietas Anjasmoro
Nama varietas
Dilepas tahun
SK Mentan
Nomor galur
Asal
Daya hasil
Warna hipokotil
Warna epikotil
Warna daun
Warna bulu
Warna bunga
Warna kulit biji
Warna polong masak
Warna hilum
Bentuk daun
Ukuran daun
Tipe tumbuh
Umur berbunga
Umur polong masak
Tinggi tanaman
Percabangan
Jumlah buku batang utama
Perkecambahan
Bobot 100 biji
Kandungan protein biji
Kandungan lemak
Kerebahan
Ketahanan terhadap penyakit
Sifat-sifat lain
Pemulia
: Anjasmoro
: 22 Oktober 2001
: 537/Kpts/TP.240/10/2001
: Mansuria 395-49-4
: Seleksi massa dari populasi galur murni
Mansuria
: 2,03-2,25 ton/ha
: Ungu
: Ungu
: Hijau
: Putih
: Ungu
: Kuning
: Coklat muda
: Kuning kecoklatan
: Oval
: Lebar
: Determinit
: 35,7-39,4 Hari
: 82,5-92,5 hari
: 64-68 cm
: 2,9- 5,6
: 12,9-14,8
: 78-76%
: 14,8-15,3 gram
: 41,78 – 42,05%
: 17,12 – 18,60%
: Tahan rebah
: Moderat terhadap karat daun
: Polong tidak mudah pecah
: Takashi Sanbuichi, Nagaaki Sekiya,
Jamaludin M, Susanto, Darman
M.Arsyad, Muchlis Adie
Sumber : Suhartina (2005).
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
Laporan Tugas Akhir
39
Lampiran 2. Hasil Analisis Uji t Terhadap Jumlah Polong Per Tanaman
Kedelai.
Nomor
Sampel
Nilai
X
153
263
244
295
275
289
239
207
233
276
216
283
286
289
225
181
283
254
247
180
246
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Rerata
Ʃ
Ʃ x², Ʃ y²
Mean
N
SD
Df
t hitung
Y
142
163
233
174
249
184
257
276
221
241
197
190
257
288
253
297
224
170
120
173
215
XYrerata x rerata y
x²
y²
-93
17
-2
49
29
43
-7
-39
-13
30
-30
37
40
43
-21
-65
37
8
1
-66
-73.5
-52.5
17.6
-41.5
33.6
-31.5
41.6
60.6
5.6
25.6
-18.5
-25.5
41.6
72.6
37.6
81.6
8.6
-45.5
-95.5
-42.5
8630.41
292.41
3.61
2410.81
846.81
1857.61
47.61
1513.21
166.41
906.01
894.01
1376.41
1608.01
1857.61
436.81
4212.01
1376.41
65.61
1.21
4342.81
5394.90
2751.00
308.00
1718.10
1125.60
989.10
1726.40
3666.30
30.80
652.80
340.40
647.70
1726.40
5263.50
1410.00
6650.40
73.10
2065.70
9110.70
1802.00
0.00
0.0
32845.8
47453.0
32845.8 47453.0
246
215
20
20
40.5
48.7
38
2.09
Perbandingan t hitung dengan t tabel 5% dan 1%
t tab 5%
2.05
t hitung
<
2.09
<
t tab 1 %
Hasil
2.71
S
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
Laporan Tugas Akhir
40
Lampiran 3. Hasil Analisis Uji t Terhadap Jumlah Biji Per Polong Kedelai.
Nomor
Sampel
Nilai
X
2
2
2
3
2
2
2
2
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Rerata
Ʃ
Ʃ x², Ʃ y²
Mean
N
SD
Df
t hitung
Y
3
3
3
2
3
2
2
2
2
2
3
2
3
2
2
2
3
2
2
2
2
1.8
2
20
0.30
XYrerata x rerata y
x²
y²
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0.7
0.7
0.7
-0.4
0.7
-0.4
-0.4
-0.4
-0.4
-0.4
0.7
-0.4
0.7
-0.4
-0.4
-0.4
0.7
-0.4
-0.4
-0.4
0.01
0.01
0.01
0.81
0.01
0.01
0.01
0.01
0.81
0.01
0.01
0.01
0.01
0.01
0.01
0.01
0.01
0.01
0.01
0.01
0.42
0.42
0.42
0.12
0.42
0.12
0.12
0.12
0.12
0.12
0.42
0.12
0.42
0.12
0.12
0.12
0.42
0.12
0.12
0.12
0.00
0.0
1.8
4.6
4.6
2
20
0.48
38
-1.93
Perbandingan t hitung dengan t tabel 5% dan 1%
t hitung
t tab 5%
2.05
>
-1.93
<
t tab 1 %
Hasil
2.71
NS
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
Laporan Tugas Akhir
41
Lampiran 4. Hasil Analisis Uji t Terhadap Jumlah Polong Bernas Kedelai.
Nomor
Sampel
Nilai
X
1.17
1.20
1.26
1.10
1.17
1.05
1.20
1.24
1.03
1.15
1.23
1.17
1.46
1.22
1.14
1.08
1.51
1.19
1.11
1.29
1.20
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Rerata
Ʃ
Ʃ x², Ʃ y²
Mean
N
SD
Df
t hitung
Y
1.23
1.15
1.25
1.12
1.31
1.15
1.14
1.30
1.34
1.33
1.18
1.20
1.29
1.52
1.29
1.10
1.21
1.10
1.17
1.38
1.24
0.3
1.20
20
0.12
XYrerata x rerata y
x²
y²
-0.03
0.00
0.07
-0.10
-0.03
-0.14
0.00
0.04
-0.17
-0.05
0.03
-0.02
0.26
0.03
-0.06
-0.11
0.31
-0.01
-0.09
0.10
0.00
-0.09
0.01
-0.12
0.07
-0.09
-0.10
0.06
0.10
0.09
-0.06
-0.04
0.05
0.28
0.05
-0.14
-0.03
-0.14
-0.07
0.15
0.00
0.00
0.00
0.01
0.00
0.02
0.00
0.00
0.03
0.00
0.00
0.00
0.07
0.00
0.00
0.01
0.10
0.00
0.01
0.01
0.00
0.01
0.00
0.01
0.01
0.01
0.01
0.00
0.01
0.01
0.00
0.00
0.00
0.08
0.00
0.02
0.00
0.02
0.01
0.02
0.00
0.0
0.3
0.2
0.2
1.24
20
0.10
38
-1.10
Perbandingan t hitung dengan t tabel 5% dan 1%
t tab 5%
2.05
t hitung
<
-1.10
t tab 1 %
<
2.71
Hasil
NS
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
Laporan Tugas Akhir
42
Lampiran 5. Hasil Analisis Uji t Terhadap Bobot 100 Biji Kedelai.
Nomor
Sampel
Nilai
X
14
15
13
12
14
12
10
12
14
13
14
10
12
13
15
14
12
12
13
14
13
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Rerata
Ʃ
Ʃ x², Ʃ y²
Mean
N
SD
Df
t hitung
Y
15
10
10
11
13
11
14
15
10
15
13
13
10
13
10
14
10
15
10
10
12
37.8
13
20
1.4
XYrerata x rerata y
x²
y²
1
2
0
-1
1
-1
-3
-1
1
0
1
-3
-1
0
2
1
-1
-1
0
1
2.9
-2.1
-2.1
-1.1
0.9
-1.1
1.9
2.9
-2.1
2.9
0.9
0.9
-2.1
0.9
-2.1
1.9
-2.1
2.9
-2.1
-2.1
1.21
4.41
0.01
0.81
1.21
0.81
8.41
0.81
1.21
0.01
1.21
8.41
0.81
0.01
4.41
1.21
0.81
0.81
0.01
1.21
8.41
4.41
4.41
1.21
0.81
1.21
3.61
8.41
4.41
8.41
0.81
0.81
4.41
0.81
4.41
3.61
4.41
8.41
4.41
4.41
0.00
0.0
37.8
81.8
81.8
12
20
2.0
38
1.43
Perbandingan t hitung dengan t tabel 5% dan 1%
t tab 5%
2.05
t hitung
>
1.43
<
t tab 1 %
Hasil
2.71
NS
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
Laporan Tugas Akhir
43
Lampiran 6. Rata-Rata Curah Hujan Bulan Januari-April Di Kabupaten
Deli Serdang Stasiun Sampali.
Bulan
Curah Hujan (mm)
Januari
119
Februari
199
Maret
74
April
150
Rata-rata
136
Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Sampali dalam BPS Kab Deli
Serdang, 2014.
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
Laporan Tugas Akhir
44
Lampiran 7. Dokumentasi Pelaksanaan Pengalaman Kerja Praktek
Mahasiswa
Gambar 6 : Tanaman Kedelai Siap Di Panen
Gambar 7: Sampel Tanaman Kedelai
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
Laporan Tugas Akhir
45
Gambar 8: Panen Sampel Kedelai
Gambar 9: Hasil Panen Sampel Kedelai
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
Laporan Tugas Akhir
46
Gambar 10: Pemisahan Polong Per Tanaman Dari Batang Kedelai
Gambar 11: Sampel Jumlah Polong Per Tanaman Kedelai
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
Laporan Tugas Akhir
47
Gambar 12: Polong Bernas Varietas Anjasmoro
Gambar 13: Bobot 100 Biji Kedelai
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
Download