laporan akhir penelitian dosen peneliti muda sekolah tinggi agama

advertisement
LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN
PENELITI MUDA
PENGEMBANGAN MATERI AJAR MAHARAH KALAM DENGAN
MENGGUNAKAN STRATEGI PEMBELAJARAN TAMTSILIYAH
BERBASIS MEDIA FILM UNTUK PESANTREN
DI KABUPATEN TANAH DATAR
Peneliti :
AMRINA, S.Ag.,M. Ag
DILAKSANAKAN ATAS BIAYA DIPA STAIN BATUSANGKAR
SESUAI SURAT PERJANJIAN KONTRAK PENELITIAN
NOMOR : Sti.02/IX/TL.00/1000. a / 2014 TANGGAL 08 Agustus 2014
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
BATUSANGKAR
2014
LAMPIRAN MATERI AJAR HARAH KALAM
DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI
PEMBELAJARAN TAMTSILIYAH BERBASIS
MEDIA FILM UNTUK PESANTREN DI
KABUPATEN TANAH DATAR
LAMPIRAN DIALOG FILM DALAM
MATERI AJAR MAHARAH KALAM DENGAN
MENGGUNAKAN STRATEGI PEMBELAJARAN
TAMTSILIYAH BERBASIS MEDIA FILM UNTUK
PESANTREN DI KABUPATEN TANAH DATAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran bahasa Arab bagi orang Indonesia atau masyarakat tutur
bukan Arab mempunyai tujuan yang jelas dan mengarah agar mencapai hasil
pembelajaran yang efektif, efesien, dan maksimal sehingga dapat mengukur
tercapai atau tidak proses pembelajaran. Hal ini berarti bahwa pengajaran
bahasa Arab tanpa tujuan yang jelas akan membawa efek yang tidak efekif dan
hasilnya tidak maksimal.
Bahasa Arab merupakan suatu mata pelajaran yang diarahkan untuk
mendorong, membimbing, mengembangkan, dan membina kemampuan serta
menumbuhkan sikap positif terhadap bahasa Arab baik reseptif maupun
produktif. Kemampuan
reseptif yaitu kemampuan untuk memahami
pembicaraan orang lain dan memahami bacaan. Kemampuan produktif yaitu
kemampuan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi baik secara lisan
maupun secara tertulis. Kemampuan berbahasa Arab serta sikap positif
terhadap bahasa Arab tersebut sangat penting dalam membantu memahami
sumber ajaran Islam yaitu al-Qur’an dan Hadis, serta kitab-kitab berbahasa
Arab yang berkenaan dengan Islam bagi peserta didik. Mata pelajaranbahasa
Arab memiliki tujuan sebagai berikut:
a. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Arab, baik lisan
maupun tulis, yang mencakup empat kecakapan berbahasa, yakni menyimak
(istima’), berbicara (kalam), membaca (qira’ah), dan menulis (kitabah).
b. Menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya bahasa Arab sebagai salah
satu bahasa asing untuk menjadi alat utama belajar, khususnya dalam
mengkaji sumber-sumber ajaran Islam.
c. Mengembangkan pemahaman tentang saling keterkaitan antara bahasa dan
budaya serta memperluas cakrawala budaya. Dengan demikian, peserta
didik diharapkan memiliki wawasan lintas budaya dan melibatkan diri
dalam keragaman budaya.
1
Kemahiran berbicara
(maharah al-kalam/
speaking skill) adalah
kemahiran kedua setelah kemahiran mendengar, yang merupakan kemahiran
aktif selain kemahiran menulis. Menurut Hermawan (2011: 135-136)
Kemahiran berbicara merupakan kemampuan mengungkapkan bunyi-bunyi
artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan pikiran berupa ide, pendapat,
keinginan atau perasaan kepada mitra bicara. Dalam makna yang lebih luas,
berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar dan dilihat
yang
memanfaatkan
otot
dan
jaringan
otot
tubuh
manusia
untuk
menyampaikan pikiran dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Bahkan
menurut Tarigan (1994/ II: 15) berbicara merupakan kombinasi faktor-faktor
fisik, psikologis, neurologis, semantik dan linguistik secara luas, sehingga
dapat dianggap sebagai alat manusia yang paling penting bagi kontrol sosial.
Secara umum ketetampilan berbicara bertujuan agar para siswa mampu
berkomunikasi baik lisan secara baik dengan bahasa yang mereka pelajari
Secara baik dan wajar mengandung arti menyampaikan pesan kepada orang
lain dalam cara yang secara sosial dapat diterima. Namun tentu saja untuk
mencapai tahap kepandaian berkomunikasi diperlukan aktifitas-aktifitas latihan
yang memadai yang mendukung. Aktifitas-aktifitas seperti itu bukanlah
perkara mudah bagi pembelajaran bahasa Arab, sebab harus tercipta dahulu
lingkungan bahasa yang mengarahkan ke arah sana. Nababan (1993: 175)
membagi aktifitas ini ke dalam dua kategori, yaitu latihan prakomunikatif,
seperti: dialog (al-hiwar), praktek pola (tathbiq al-namudzaj), karangan lisan
(al-tarakib al-syafawi), dan latihan komunikatif, seperti: Percakapan kelompok
(Hiwar al-jam’i), bermain peran (al-tamtsiliyat), Praktek ungkapan sosial
(tathbiq al-ta’bir al-ijtima’iyyah), praktek lapangan (mumarasah al-mujtama’),
problem solving (hill al-musykilat).
Bermain peran (al-tamtsiliyat) merupakan aktifitas yang sangat bagus bagi
mahasiswa untuk mengekspresikan perasaan, ide, dan gagasan mereka dengan
menggunakan dialek fusha. Bermain peran(al-tamtsiliyat) salah satu strategi
PAIKEM yang sangat cocok untuk pembelajaran kemahiran berbicara.
2
Istilah bermain jika digunakan dalam pembelajaran bahasa Arab
khususnya untuk kemahiran berbicara, ini akan sangat menarik perhatian siswa
dalam belajar, karena bermain adalah sebuah aktifitas yang disukai oleh
manusia. Apapun bentuk permainannya. Dengan bermain seseorang tidak saja
dapat menghilangkan kejenuhan, kebosanan, rasa malas, dan keruwetan
pikiran, tetapi dengan bermain seseorang juga bisa memperoleh hiburan,
kesenangan, pengalaman, pengetahuan, variasi dari rutinitas, bahkan teman.
Oleh karena itu permainan dapat dimanfaatkan sebagai media dan sekaligus
teknik pembelajaran.Hal ini telah lama disadari oleh para ahli pendidikan
sehingga lahirlah prinsip bermain sambil belajar atau belajar sambil bermain.
Dengan bermain, pembelajaran akan berlangsung dalam suasaana yang
menyenangkan, wajar, dan alami. Dalam suasana yang demikian, transfer
informasi, pengalaman, atau keterampilan dapat berlangsung “tanpa terasa”,
sehingga siswa tidak merasa digurui atau dipaksa untuk belajar.
Dalam pembelajaran kemahiran berbicara ini tidak hanya strategi yang
harus diperhatikan, tetapi juga media yang akan digunakan. media
pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam pembelajaran yang berupa
perangkat keras dan perangkat lunak untuk mencapai proses dan hasil
instruksional secara efektif dan efesien serta tujuan instruksional dapat dicapai
dengan mudah. Brigg lebih sederhana dalam mendefenisikannya, yaitu media
merupakan segala alat fisik yang merangsang yang sesuai untuk belajar,
misalnya: media cetak, media elektronik (film, video).
Menurut Azhar Arsyad (2005, 49) Film atau gambar hidup merupakan
gambar-gambar dalam frame dimana frame demi frame diproyeksikan melalui
lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar terlihat gambar itu
hidup.Film bergerak dengan cepat dan bergantian sehingga memberikan visual
yang berkelanjutan.Kemampuan film melukiskan gambar hidup dan suara
memberikan daya tarik tersendiri.Film ini pada umumnya digunakan untuk
tujuan-tujuan hiburan, dokumentasi dan pendidikan.Film dapat menyajikan
informasi, memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep yang rumit,
3
mengajarkan keterampilan, menyingkat-atau memperpanjang waktu, atau
mempengaruhi sikap.
Pembelajaran kemahiran berbicara yang menggunakan strategi bermain
peran(al-tamtsiliyat), itu sangat bagus jika dibarengi dengan menggunakan
salah satu media audio visual, yaitu media film. Karena sebelum siswa
memerankan adegan-adegan sesuai dengan materi yang dipelajari, media film
akan sangat bagus dalam memberikan gambaran kongkrit dari situasi yang
akan dilakukan siswa, baik itu cara pengucapan, intonasi, mimik, gerakan,
membangun emosional, berkomunikasi dengan lawan bicara sesuai dengan
konteks, dan lain-lain.
Berdasarkan pada grandtour question dan observation di lapangan,
ditemukan fakta bahwa tujuan pembelajaran bahasa Arab khususnya maharah
kalam yang telah diuraikan di atas hampir tidak tercapai dan hasilnya tidak
begitu memuaskan,sebahagian besar materi ajar maharah kalam yang terdapat
di pesantren khususnya di Kabupaten Tanah Datar belum menjadikan siswa
teribat aktif secara maksimal dalam percakapan (hiwar), hal ini disebabkan
karena topik hiwar tidak aktual dan kontekstual ditambah lagi dengan
penyajiannya yang monoton dan tidak disertai dengan strategi pembelajaran
dan media yang menarik minat siswa.
Hal ini mengakibatkan siswa merasa malu dan canggung untuk berbicara
dengan bahasa Arab, kurang percaya diri, menganggap berbicara dengan
bahasa Arab sulit. Kendala seperti di atas muncul karena disebabkan beberapa
faktor, seperti:
a. Kegiatan pembelajaran maharah kalam di kelas kurang menarik dan
belum merangsang partisipasi siswa di mana suasana belajar cenderung
kaku.
b. Strategi pembelajaran maharah kalam yang masih konvensional,
sehingga siswa belum merasa dilibatkan secara utuh dan secara
keseluruhan dalam pembelajaran.
c. Penggunaan media pembelajaran yang belum maksimal oleh guru. Di
mana guru lebih suka memberikan pembelajaran dengan verbal,
4
padahal secara teori pembelajaran yang dilaksanakan dengan sistim
verbal akan memperoleh hasil yang lebih sedikit dari pada
pembelajaran yang langsung melibatkan siswa dengan situasi tertentu
(pengalaman langsung).
Sehubungan dengan masalah di atas, maka upaya peningkatan kualitas
kemampuan berbicara siswa merupakan suatu kebutuhan yang penting dan
mendesak untuk dilakukan, perlu ada solusi yang terbaik untuk ini salah
satunya
dengan
menggunakan
mengembangkan
strategi
yang
materi
menarik
ajar
yaitu
maharah
strategi
kalam
tamtsiliyah
yang
dan
dikombinasikan dengan film yang aktual dan kontekstual dengan kehidupan
sehari- hari siswa.
B. Rumusan Masalah
Penelitian ini akan mengembangkan materi ajar maharah kalam dengan
menggunakan strategi pembelajaran tamtsiliyah berbasis media film pada mata
pelajaran bahasa Arab di pesantren Kabupaten Tanah Datar
C. Batasan Masalah
Permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut:
“ Bagaimana validitas materi ajar maharah kalam dengan menggunakan
strategi pembelajaran tamtsiliyah berbasis media film dalam mata pelajaran
bahasa Arab di pesantren Kabupaten Tanah Datar?.”
D. Tujuan Penelitian Pengembangan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan produk materi ajar
maharah kalam dengan menggunakan strategi tamtsiliyah berbasis media film
pada mata pelajaran bahasa Arab di pesantren Kabupaten Tanah Datar.
E. Definisi Operasional
Penelitian ini mengandung beberapa istilah yang harus dijelaskan,
sehingga pemahaman terhadap judul bisa diseragamkam.
5
Materi ajar, atau learning material, adalah segala sesuatu yang menjadi isi
kurikulum yang harus dikuasai oleh siswa dan mahasiswa sesuai dengan
kompetensi dasar dalam rangka pencapaian standar kompetensi setiap mata
kuliah dan mata pelajaran (Wina Sanjaya, 2011: 140). Dengan demikian bahan
atau materi ajar bahasa Arab adalah materi pelajaran bahasa Arab yang
merupakan gabungan antara pengetahuan, keterampilan dan sikap yang disusun
secara sistematis sehingga dapat dipergunakan guru dan siswa dalam proses
pembelajaran bahasa Arab. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan materi
ajar adalah teks hiwar (percakapan) yang terdapat dalam buku bahasa Arab di
pesantren Kabupaten Tanah Datar.
Maharah al- kalam (Kemahiran berbicara/ speaking skill):adalah
kemahiran kedua setelah kemahiran mendengar, yang merupakan kemahiran
aktif selain kemahiran menulis. Menurut Hermawan (2011: 135-136)
Kemahiran berbicara merupakan kemampuan mengungkapkan bunyi-bunyi
artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan pikiran berupa ide, pendapat,
keinginan atau perasaan kepada mitra bicara. Dalam makna yang lebih luas,
berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar dan dilihat
yang
memanfaatkan
otot
dan
jaringan
otot
tubuh
manusia
untuk
menyampaikan pikiran dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Bahkan
menurut Tarigan (1994/ II: 15) berbicara merupakan kombinasi faktor-faktor
fisik, psikologis, neurologis, semantik dan linguistik secara luas, sehingga
dapat dianggap sebagai alat manusia yang paling penting bagi kontrol sosial.
Strategi pembelajaran tamtsiliyah berbasis media film: adalah strategi
yang merupakan sebuah aktifitas yang membutuhkan kemampuan siswa dalam
mengekspresikan dialek bahasa Arab fusha dengan fasih dan sesuai
makhrajnya, di samping dalam mengeksplorasikan kemampuannya dalam
bermain peran.(Radliyah Zaenuddin, 2005: 67)
Pembelajaran kemahiran berbicara yang menggunakan strategi bermain
peran(al-tamtsiliyat), itu sangat bagus jika dibarengi dengan menggunakan
salah satu media audio visual, yaitu media film. Karena sebelum siswa
6
memerankan adegan-adegan sesuai dengan materi yang dipelajari, media film
akan sangat bagus dalam memberikan gambaran kongkrit dari situasi yang
akan dilakukan siswa, baik itu cara pengucapan, intonasi, mimik, gerakan,
membangun emosional, berkomunikasi dengan lawan bicara sesuai dengan
konteks, dan lain-lain.
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep Model Tamtsiliyah (Bermain Peran)
1. Pengertian Model Tamtsiliyah (Bermain Peran)
Tamtsiliyah menurut Radliyah Zaenuddin (2005: 67) adalah strategi yang
merupakan sebuah aktifitas yang membutuhkan kemampuan siswa dalam
mengekspresikan dialek bahasa Arab fusha dengan fasih dan sesuai
makhrajnya, di samping dalam mengeksplorasikan kemampuannya dalam
bermain peran.
Menurut Hermawan (2011: 141) pada aktifitas ini guru memberikan tugas
peran tertentu yang harus dilakukan oleh para pelajar.Peran yang diberikan
harus disesuaikan dengan tingkat penguasaan bahasa pelajar. Tentu saja peran
yang diberikan kepada tingkat pemula tidak sama dengan yang diberikan
kepada tingkat menengah dan lanjutan.
Peran bisa diartikan sebagai cara seseorang berperilaku dalam posisi dan
situasi tertentu. Metode bermain peran adalah suatu cara penguasaan bahanbahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan yang
dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh. Metode ini lebih
menekankan terhadap masalah yang diangkat dalam „pertunjukan‟ dan bukan
pada kemampuan pemain dalam melakukan permainan peran.
Menurut Gangel (dalam Hodiqotul, 2010: 40) bermain peranadalah suatu
metode mengajar, merupakan tindakan yang dilakukan secara sadar para
pemain diskusi tentang peran dalam kelompok.Menurut Blatner (Hadiqotul,
2010) bermain peran adalah sebuah metode untuk mengeksplorasi hal-hal yang
menyangkut situasi sosial yang kompleks.
Metode bermain peran tergolong dalam model pembelajaran simulasi,
sehingga di dalam pelaksanaannya dapat dilakukan dalam waktu bersamaan
dan silih berganti. Metode bermain peran adalah suatu cara mengajar dengan
jalan mendramatisasikan bentuk tingkah laku dalam hubungan sosial (Sudjana,
2009: 89). Pada metode bermain peran ini, proses pembelajaran ditekankan
8
pada keterlibatan emosional dan pengamatan indera ke dalam suatu situasi
masalah yang secara nyata dihadapi, baik guru maupun siswa.Metode ini
kadang-kadang juga disebut metode dramatisasi.
Dalam pembelajaran maharah kalam, kemampuan berbicara siswa dapat
direkayasa untuk ditingkatkan melalui metode pembelajaran bermain peran,
karena bermain peran efektif dalam memberikan pemahaman konsep secara
luas kepada siswa melalui pengimitasian tokoh tertentu yang di setting dalam
situasi tertentu.Hal tersebut dapat meningkatkan rasa sosial siswa terhadap
lingkungan dan orang di sekitarnya.
Menurut Alhafidzh (2010), metode bermain peran memiliki peran penting
dalam proses pembelajaran dan dapat digunakan apabila:
a. Pembelajaran dimaksudkan untuk melatih dan menanamkan pengertian
dan perasaan seseorang,
b. Pembelajarandimaksudkan untuk menumbuhkan rasa kesetiakawanan
sosial dan rasa tanggung jawab dalam memikul amanah yang telah
dipercayakan,
c. Jika mengharapkan partisipasi kolektif dalam mengambil suatu keputusan,
d. Apabila dimaksudkan untuk mendapatkan keterampilan tertentu sehingga
diharapkan siswa mendapatkan bekal pengalaman yang berharga, setelah
mereka terjun dalam masyarakat kelak,
e. Dapat menghilangkan malu, dimana bagi siswa yang tadinya mempunyai
sifat malu dan takut dalam berhadapan dengan sesamanya dan masyarakat
dapat berangsur-angsur hilang, menjadi terbiasa dan terbuka untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungannya,
f. Untuk mengembangkan bakat dan potensi yang dimiliki oleh siswa
sehingga amat berguna bagi kehidupannya dan masa depannya kelak,
terutama yang berbakat bermain drama, lakon film dan sebagainya.
2. Kelebihan Dan Kekurangan Strategi Tamtsiliyah (Bermain Peran)
Sebagaimana dengan metode-metode pembelajaran yang lain, strategi
bermain peran memiliki kelebihan dan kelemahan, karena secara prinsip tidak
ada satupun strategi pembelajaran yang sempurna. Semua strategipembelajaran
9
saling melengkapi satu sama lain. Penggunaannya di dalam proses
pembelajaran dapat dikolaborasikan, bergantung dari karakteristik materi
pokok pelajaran yang diajarkan kepada siswa.
Kelebihan strategi bermain peran sebagaimana dijelaskan Makhrufi (2009)
adalah:
(1)
Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa.
disamping merupakan pengalaman yang menyenangkan yang
sulit untuk dilupakan,
(2)
Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas
menjadi dinamis dan penuh antusias,
(3)
Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa
serta menumbuhkan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan sosial
yang tinggi,
(4)
Dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah,
dan dapat memetik butir-butir hikmah yang terkandung di
dalamnya dengan penghayatan siswa sendiri.
Adapun kelemahan strategi bermain peran terletak pada:
(1) Bermain peran atau bermain peranan memerlukan waktu yang
relatif panjang, memerlukan kreativitas dan daya kreasi yang tinggi
dari pihak guru maupun murid.Dan ini tidak semua guru
memilikinya,
(2) Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu
untuk memerlukan suatu adegan tertentu,
(3) Apabila pelaksanaan bermain peran dan bermain pemeran
mengalami kegagalan, bukan saja dapat memberi kesan kurang
baik, tetapi sekaligus berarti tujuan pengajaran tidak tercapai,
(4) Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui metode ini.
3. Langkah- Langkah Pembelajaran Maharah Kalam
Menggunakan Strategi Tamstiliyah (Bermain Peran)
Sebelum
peneliti
menggambarkan
bagaimana
langkah-
Dengan
langkah
pembelajaran maharah dengan menggunakan strategi bermain peran ini,
10
terlebih dahulu akan digambarkan langkah pembelajaran dengan menggunakan
strategi bermain peran.
Sudradjat (2010: 83) mengemukakan secara rinci tentang strategi bermain
peran dalam proses pembelajaran di kelas bagi guru dan siswa, yaitu:
(1) Bila bermain peran baru ditetapkan dalam pengajaran, maka
hendaknya
guru
menerangkannya
terlebih
dahulu
teknik
pelaksanaanya, dan menentukan diantara siswa yang tepat untuk
memerankan lakon tertentu, secara sederhana dimainkan di depan
kelas
(2) Menerapkan situasi dan masalah yang akan dimainkan dan perlu juga
diceritakan jalannya peristiwa dan latar belakang cerita yang akan
dipentaskan tersebut,
(3) Pengaturan adegan dan kesiapan mental dapat dilakukan sedemikian
rupa,
(4) Setelah bermain peran itu dalam puncak klimaks, maka guru dapat
menghentikan
jalannya
drama.
Hal
ini
dimaksudkan
agar
kemungkinan-kemungkinan pemecahan masalah dapat diselesaikan
secara umum, sehingga penonton ada kesempatan untuk berpendapat
dan menilai bermain peran yang dimainkan.Bermain peran dapat
pula dihentikan bila menemui jalan buntu
(5) Guru dan siswa dapat memberikan komentar, kesimpulan atau
berupa catatan jalannya bermain peran untuk perbaikan-perbaikan
selanjutnya.
Di dalam kelas, suatu masalah diperagakan secara singkat sehingga peserta
didik bisa mengetahui situasi yang diperankan.Semuanya berfokus pada
pengalaman kelompok. Guru harus mengenalkan situasinya dengan jelas
sehingga tokoh dan penontonnya memahami masalah yang disampaikan. Sama
seperti para pemainnya, penonton juga terlibat penuh dalam situasi
belajar.Pada saat menganalisa dan berdiskusi, penonton harus memberikan
solusi-solusi yang mungkin bisa digunakan untuk mengatasi masalah yang
disampaikan.
11
Adapun langkah- langkah pembelajaran maharah kalam dengan strategi
tamtsiliyah (bermain peran) adalah:
1. Peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok dengan jumlah anggota
sesuai dengan peran yang ada dalam teks dialog yang akan diajarkan
(misalnya dua dan tiga orang)
2. Peserta didik diberi teks yang berisi dialog dan meminta meminta untuk
mempelajarinya dan menanyakan kosa kata yang tidak dipahaminya.
3. Peserta didik diminta untuk memerankan peran yang ada dalam teks tersebut
dan mengungkapkan dialog yang digunakan kedua tokoh tersebut melalui
bahasa peserta didik dengan berbagai modifikasi, namun tentu saja tidak
boleh keluar dari alur cerita.
4. Pasangan kemudian bertukar peran. (Radhliyah Zainuddin, 2005: 67)
Langkah ini dilakukan mengingat strategi bermain peran ini membutuhkan
kemampuan peserta didik dalam mengekspresikan dialek bahasa arab fusha
dengan fasih dan sesuai makhrajnya, di samping dalam mengeksporasikan
kemampuannya dalam bermain peran.
8. Tujuan Pembelajaran Maharah Kalam Dengan Menggunakan Strategi
Tamtsiliyah (Bermain Peran)
Tujuan dari model pembelajaran bermain peran (tamtsiliyat) dengan
menggunakan media filmadalah :
1. Dapat mengetahui sampai dimana pemahaman siswa tentang materi yang
telah disampaikan.
2. Melatih siswa untuk berkomunikasi bahasa Arab yang baik dan benar
3. Melatih siswa untuk dapat bekerja sama dalam kelompok bermain peran dan
dapat menghargai peran orang lain.
4. Memantapkan pemahaman siswa dari materi yang dipelajarinya
5. Menjadikan siswa aktif dan kreatif
6. Menciptakan
suasana
pembelajaran
yang
menyenangkan
dengan
menayangkan film dan langsung mengaplikasikannya dalam bentuk bermain
peran sesuai dengan film yang telah diperlihatkan.
12
B. Konsep Media Film
1. Pengertian Media
Kata Media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti
“ tengah “, “ perantara “ atau “ pengantar “, Dalam bahasa arab, media adalah
perantara ( ‫( الوسائل‬
atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima
pesanPengertian Media dan Media Pembelajaran. Yang dikemukakan oleh para
ahli:
1. Menurut Santoso S. Hamijaya adalah semua bentuk perantara yang dipakai
orang penyebar ide, sehingga ide atau gagasan itu sampai pada penerima.
2. Menurut Mc. Luahan, media adalah channel (saluran) karena pada
hakikatnya media cetak memperluas atau memperpanjang kemampuan
manusia untuk merasakan, mendengar dan melihat dalam batas-batas
jarak, ruang dan waktu tertentu. Dengan bantuan media batas-batas itu
hampir menjadi tidak ada.
3. Menurut Mc. Luahan, media adalah channel (saluran) karena pada
hakikatnya media cetak memperluas atau memperpanjang kemampuan
manusia untuk merasakan, mendengar dan melihat dalam batas-batas
jarak, ruang dan waktu tertentu. Dengan bantuan media batas-batas itu
hampir menjadi tidak ada.
4. Menurut Blake dan Haralsen, media adalah medium yang digunakan untuk
membawa atau menyampaikan sesuatu pesan, dimana medium ini
merupakan jalan atau alat dengan suatu pesan berjalan antara komunikator
dengan komunikasi.
5. AECT menyatakan, media adalah segala bentuk yang diperlukan untuk
proses penyaluran informasi.
6. NEA (National Education Association) berpendapat bahwa media adalah
segala usaha yang dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau
dibicarakan beserta instrumen yabg digunakna untuk kegiatan tersebut.
13
7. Menurut Brigg, media adalah segala alat fisik yang merangsang yang
sesuai unruk belajar, misalnya: media cetak, media elektronik (film,
video). (Azhar Arsyad, 2005: 3)
Dari berbagai pengertian tersebut dapat dikemukakan bahwa media
pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam pembelajaran yang berupa
perangkat keras dan perangkat lunak untuk mencapai proses dan hasil
instruksionalsecar efektif dan efesien serta tujuan instruksional dapat dicapai
dengan mudah.
Menurut Gerlach dan Ely (1971) mengemukakan tiga ciri media yang
merupakan petunjuk mengapa media digunakan dan apa-apa saja yang dapat
dilakukan oleh media yang mungkin guru tidak mampu (kurang efesien)
melakukannya
1. Ciri Fiksaktif
Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan,
melestarikan dan merekonstruksikan suatu peristiwa atau objek. Suatu
peristiwa atau objek dapat diurut dan disusun kembali dengan media seperti
biografi, video tape, audio tape, disket, komputer dan film. Dengan ciri fiksatif
ini, media memunkinkan suatu rekaman kejadian atau objek yang terjadi pada
satu waktu tertentu ditransportasikan tanpa mengenal waktu.
2. Ciri Manipulatif
Transformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena media
mmemiliki ciri manipulatif. Kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat
disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit.
3. Ciri Distributif
Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau kejadian
ditransportasikan melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian tersebut
disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang
relatif sama dengan kejadian itu.
14
Penggunaan media dalam proses belajar mengajar mempunyai nilai nilai
praktis sebagai berikut:
1. Media dapat mengatasi berbagai keterbatasan pengalaman yang dimiliki
siswa atau mahasiswa
2. Media dapat mengatasi ruang kelas. Banyak hal yang sukar untuk di alami
secara langsung oleh siswa.
3. Media memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dengan
lingkungan.
4. Media melahirkan keseragaman pengamatan
5. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, kongkrit dan realistis.
6. Media dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru.
7. Media dapat membangkitkan motivasi dan merangsang siswa untuk belajar.
8. Media dapat memberikan pengalaman yang integral dari suatu yang
kongkrit sampai kepada yang abstrak. (M. Basyiruddin Usman, 2002: 13)
Media merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan proses belajar
mengajar. Karena beraneka ragamnya media tersebut, maka masing-masing
media mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Untuk perlu memilihnya
dengan cermat dan tepat agar dapat digunakan secara tepat guna. Ada beberapa
hal yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain:
1. Media yang dipilih hendaknya selaras dan menunjang tujuan pembelajaran
yang diterapkan.
2. Aspek materi menjadi pertimbangan yang dianggap penting dalam memilih
media. Sesuai atau tidaknya antara materi dengan media yang digunakan
akan berdampak pada hasil pembelajaran siswa.
3. Kondisi audien (siswa) dari subjek belajar menjadi perhatian yang serius
bagi guru dalam memilih media yang sesuai dengan kondisi siswa.
4. Ketersediaan media di sekolah atau memungkinkan bagi guru mendesain
sendiri media yang akan digunakan merupakan hal yang perlu menjadi
pertimbangan seorang guru.
15
5. Media yang dipilih seharusnya dapat menjelaskan apa yang akan
disampaikan kepada siswa secara tepat dan berhasil guna, dengan kata lain
tujuan yang ditetapkan dapat dicapai secara optimal
6. Biaya yang akan dikeluarkan dalam pemanfaatan media harus seimbang
dengan hasil yang akan dicapai.
Media pengajaran digunakan dalam rangka upaya peningkatan atau
mempertinggi mutu proses kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu harus
diperhatikan prinsip-prinsip penggunaannya, antara lain:
1. Penggunaan media pengajaran hendaknya dipandang sebagai bagian yang
integral dari suatu sistem pengajaran dan bukan hanya sebagai alat bantu
yang berfungsi sebagai tambahan yang digunakan bila dianggap perlu.
2. Media pengajaran hendaknya dipandang sebagai sumber belajar yang
digunakan dalam usaha memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses
belajar mengajar.
3. Guru hendaknya benar-benar menguasai teknik-teknik dari suatu media
pengajaran yang digunakan
4. Guru seharusnya memperhitungkan untung ruginya pemanfaatan suatu
media pengajaran
5. Penggunaan media pengajaran harus diorganisir secara sistematis bukan
sembarang menggunakannya.
6. Jika sekiranya suatu pokok bahasan memerlukan lebih dari satu jenis media,
maka guru dapat memanfaatkan multy media yang menguntungkan dan
memperlancar proses belajar mengajar dan juga dapat merangsang siswa
dalam belajar.(Arief S. Sadiman, 1986: 19)
Media atau bahan adalah perangkat lunak (software) berisi pesan atau
informasi pendidikan yang biasanya disajikan dengan mempergunakan
peralatan. Peralatan atau perangkat keras (hardware) merupakan sarana untuk
dapat menampilkan pesan yang terkandung pada media tersebut. Dengan
masuknya berbagai pengaruh ke dalam khazanah pendidikan seperti ilmu cetak
mencetak, tingkah laku (behaviorisme), komunikasi dan laju perkembangan
16
elektronik, media dalam perkembangannya tampil dalam berbagai jenis dan
format (modul cetak, film, televisi, film rangkai, film bingkai, program radio,
computer dan seterusnya. Dari sini usaha-usaha penataan timbul yaitu
pengelompokan atau klasifikasi menurut kesamaan ciri atau karakteristiknya,
diantaranya:
1. Santoso S. hamijaya mengklasifikasikan media yang dikaitkan dengan
teknologi pendidikan menurut penggunaannya, yaitu:
a. Media dan teknologi pendidikan yang penggunaannya secara
massal meliputi: Televisi, Film dan Slide, Radio
b. Media dan teknologi yang metode penggunaannya secara
individual, meliputi: Kelas dan Laboratorium elektronik
c. Media dan teknologi pendidikan yang penggunaannya secara
konvensional, seperti semua media yang biasa digunakan guru di
kelas, laboratorium, atau di luar kelas, baik dalam kelompok kecil
maupun dalam kelompok besar.
d. Media dan teknologi pendidikan pada pendidikan modern, meliputi
Ruang kelas otomatis, system proyeksi berganda, system
interkomunikasi. (Ahmad Rohani, 2003: 11)
2. Gerlach mengklasifikasikan media kepada lima kategori menurut sifat
benda, yaitu:
a. Benda-benda ali dan manusia ( real materials and people)
b. Gambar-gambar dan gamabar-gambar yang disorotkan (visuals and
projection)
c. Benda-benda yang didengar (audio materials)
d. Benda-benda cetakan (printed materials)
e. Benda-benda yang dipamerkan ( display materials)
3. R Marry Thomas mengklasifikasikan media didasarkan tiga jenjang
pengalaman, yaitu:
a. Pengalaman dari benda asli (relief experience), misalnyan: kereta
api, bola.
17
b. Pengalaman dari benda tiruan (substitude of reliefe experience),
misalnya: gambar, film, model, sandiwara)
c. Pengalaman dari kata-kat (words only), misalnya: buku, majalah,
program radio, kaset, piringan hitam.
4. Bretz mengelompokkan media ke dalam tujuh kelas, yaitu:
a. Kelas 1:
Media Audio-motion-visual, yaitu Media yang paling
lengkap dalam arti penggunaan di kelas dalam segala kemampuan
audio dan visual yaitu meliputi televisi, sound, film, video tape,
dan film TV recording.
b. Kelas 2: Media audio-still-visual, yaitu media ini dapat
menampilkan suara maupun gambar tanpa gerak, misalnya: sound
filmstrip, sound slide set, rekaman still TV.
c. Kelas
3:
Media
audio-semination,
yaitu
media
yang
berkemampuan untuk menampilkan suatu motion yang berupa
titik-titik, tidak secara utuh, misalnya telewriting dan recorder
telewriting.
d. Kelas 4: Media motion-visual, yaitu mempunyai kemampuan
seperti media kelas 1, kecuali suara (audio) yaitu berupa media
silent film
e. Kelas 5: Media still-visual, yaitu media yang berkemampuan
menyampaikan
informasi
sera
visual,
tetap[I tidak
dapat
menyajikan motion, yanbg termasuk media ini adalah halaman
cetakan, film strip, gambar
f. Kelas 6: Media audio, yaitu media yang menggunakan suara saja,
misalnya radio, telepon, audio tape recorder
g. Kelas 7: Media yang hanya mampu menampilkan informasi berupa
symbol-simbol tertentu saja. (Ahmad Rohani, 2003:15)
5. Briggs mengklasifikasikan media kepada 13 macam yang dipergunakan
dalam prosesbelajar mengajar, yaitu: objek, model, suara langsung,
rekaman audio, media cetak, pembelajaran terprogram, papan tulis, media
18
transparan,film rangkai, film bingkai, fil, televisi dan gambar. (Arief S.
Sadiman, 1986: 23)
Dari paparan diatas Ahmad Rohani juga berpendapat bahwasnya
klasifikasi media menurut jenis-jenisnya:
1. Berdasarkan indra yang digunakan: audio, visual, audio visual
2. Berdasarkan jenis pesan, yaitu: Media cetak, media non cetak, media
grafis, media non grafis
3. Berdasarkan sasarannya, yaitu: media yang jangkauannya terbatas (tape),
dan media yang jangkauannya luas (radio, pers)
4. Berdasarkan penggunaan tenaga listrik (elektronik), yaitu: media
elektronika dan media non elektronika
5. Media asli dan tiruan
6. Media grafis
7. Media bentuk papan
2. Pengertian Media Film
Menurut Azhar Arsyad (2005: 49) Film atau gambar hidup merupakan
gambar-gambar dalam frame dimana frame demi frame diproyeksikan melalui
lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar terlihat gambar itu
hidup.Film bergerak dengan cepat dan bergantian sehingga memberikan visual
yang berkelanjutan. Kemampuan film melukiskan gambar hidup dan suara
memberikan daya tarik tersendiri. Film ini pada umumnya digunakan untuk
tujuan-tujuan hiburan, dokumentasi dan pendidikan. Film dapat menyajikan
informasi, memaparkan proses , menjelaskan konsep-konsep yang rumit,
mengajarkan keterampilan, menyingkat-atau memperpanjang waktu, atau
mempengaruhi sikap.
Ditinjau dari sisi indra yang terlibat, film adalah alat komunikasi yang
sangat membantu proses pembelajaran yang efektif, apa yang terpandang oleh
mata dan terdengar oleh telinga, lebih cepat dan lebih mudah diingat dari pada
apa yang hanya dapat dibaca saja.
19
3. Jenis- Jenis Film
Film untuk konteks pembelajaran mempunyai banyak jenis yang variatif,
(Yudhi Munandi, 2013: 117). di antaranya adalah sebagai berikut:
a. Film documenter (documentaries). Yang dimaksud dengan film
documenter adalah film yang dibuat berdasarkan fakta bukan fiksi dan
bukan pula memfiksikan yang fakta. Atau dengan kata lain perlakuan
kreatif terhadap suatu kenyataan. Poin penting dalam poin ini adalah
menggambarkan permasalahan kehidupan manusia yang meliputi
bidang ekonomi, budaya, hubungan antar manusia, etika dan lain
sebagainya. Misalnya film tentang dampak globalisasi terhadap sosial
budaya di suatu daerah dan Negara, kehidupan manusia di daeerah
pedalaman, kehidupan nelayan di daerah pesisir, system pendidikan di
pesantren serta film documenter juga bias menampilkan rekaman
penting dari sejarah manusia.
b. Docudrama, yakni film- film documenter yang membutuhkan adegan,
dengan demikian kisah- kisah yang ada daalaam docudrama adalah
kisah yang diangkat dari kisah nyata dari kehidupan nyata, bias diambil
dari sejarah. Misalnya kisah teladan para nabi dan rasul, wali songo,
ulama dan tokoh terkenal serta kisah- kisah tentang orang shaleh
lainnya.
c. Film drama dan semidrama, keduanya melakukan human relation,
tema- temanya bias dari kisah nyata dan bias juga tidak, yakni dari
nilai- nilai kehidupan yang kemudian diramu menjadi sebuah cerita.
Misalnya tentang penyesalan orang kafir, dihukum karena pelit, takut
kepada Allah, bersabar, indahnya hidup damai, kejujuran, jangan
menghina keimanan orang lain dan lain- lain.
Berkenaan
dengan
klasifikasi
film,
Asnawir
(2002:
100)
mengklasifikasikannya menjadi 10 jenis, yakni film informasi, film kecakapan
atau drill, film apresiasi, film documenter, film rekreasi, film episode, film
sain, film berita (news), film industry dan film provokasi.
20
Film- film yang dibuat khusus untuk pembelajaran hendaknya berdurasi
pendek. Bahkan Ronald Anderson (1987: 100) berpendapat bahwa sebaiknya
setiap program film yang dibuat hanya membahas satu konsep saja.
4. Kelebihan Media Film
menurut Arief S. Sadiman, dkk (1986: 68-69), Film merupakan media
yang amat besar kemampuannya dalam membantu proses belajar mengajar.
Kelebihan-kelebihan dari media film adalah:
1. Film merupakan suatu denominator balajar yang umum. Baik untuk
yang cerdas maupun yang lamban akan memperoleh sesuatu dan film
yang sama. Keterampilan membaca atau penguasaan bahasa yang
kurang, bisa diatasi dengan menggunakan film.
2. Film sangat bagus untuk menerangkan suatu proses. Gerakan-gerakan
lambat dan pengulangan-pengulangan akan memperjelas uraian dan
ilustrasi.
3. Film dapat menampilkan kembali masa lalu dan menyajikan kembali
kejadian-kejadian sejarah yang lampau.
4. Film dapat mengembara dengan lincahnya dari satu negara ke negara
yang lain, horizon menjadi amat lebar, dunia luar dapat dibawa masuk
kelas.
5. Film dapat menyajikan baik teori maupun praktik dari yang bersifat
umum ke khusus atau sebaliknya.
6. Film dapat mendatangkan seorang ahli dan memperdengarkan suaranya
di kelas
7. Film dapat menggunakan teknik-teknik seperti: warna, gerak lambat,
animasi dan sebagainya untuk menampilkan butir-butir tertentu.
8. Film memikat perhatian siswa.
9. Film lebih realistis, dapat diulang-ulang, dihentikan, dan sebagainya,
sesuai dengan kebutuhan. Hal-hal yang abstrak menjadi jelas.
10. Film bisa mengatasi keterbatasan daya indra kita (penglihatan)
11. Film dapat merangsang atau memotivasi kegiatan siswa
21
Pada bahagian yang lain, (Yudhi Munandi, 2013: 116) menggambarkan
kelebihan media film, di antaranya:
1. Mengatasi keterbatasan jarak dan waktu
2. Mampu menggambarkan peristiwa- peristiwa masa lalu secara realistis
dalam waktu yang singkat.
3. Film dapat membawa peserta didik dari Negara satu ke Negara yang
lain dan dari masa satu ke masa yang lain.
4. Film dapat diulangi, bila perlu untuk menambah kejelasan.
5. Pesan yang disampaikan cepat dan mudah diingat
6. Mengembangkan pikiran dan pendapat para siswa.
7. Mengembangkan imajinasi peserta didik
8. Memperjelas hal- hal yang abstrak dan memberikan gambaran yang
lebih realistis.
9. Sangat kuat mempengaruhi emosi seseorang
10. Film sangat baik menjelaskan suatu proses dan dapat menjelaskan
suatu keterampilan dan lain- lain.
11. Semua peserta didik dapat belajar dari film, baik yang pandai maupun
yang kurang pandai.
12. Menumbuhkan minat dan motivasi belajar.
5. Peran Media Film Dalam Pembelajaran
Menggunakan media film dalam pembelajaran dapat memberikan
keuntungan baik untuk guru maupun untuk peserta didik, karena media media
film mempunyai beberapa peran. Di antaranya:
1. Mengatasi pengalaman pribadi peserta didik
2. Mengatasi batas-batas ruang kelas
3. Mengatasi kesulitan apabila suatu benda secara langsung tidak dapat
diamati karena terlalu kecil
4. Mengatasi gerak benda secara cepat atau terlalu lambat
5. Mengatasi hal-hal yang terlalu kompleks dapat dipisahkan bagian demi
bagian untuk diamati secara terpisah
22
6. Mengatasi suara yang terlalu halus untuk bias didengar secara langsung
melalui telinga
7. Mengatasi peristiwa-peristiwa alam
8. Memungkinkan terjadinya kontak langsung dengan masyarakat atau
dengan keadaan alam sekitar
9. Memberikan kesamaan pengamatan terhadap sesuatu
10. Membangkitkan minat belajar yang baru dan membangkitkan motivasi
kegiatan belajar peserta didik. (Ahmad Rohani, 2003: 18)
Pada bahagian yang lain, Derek Rowntree menggambarkan peranan
media film dalam pembelajaran, yaitu:
1. Membangkitkan motivasi belajar
2. Mengulang apa yang telah dipelajari
3. Menyediakan stimulus belajar
4. Mengaktifkan respon peserta didik
5. Memberikan balikan dengan segera
6. Menggalakkan latihan yang serasi (Azhar Arsyad, 2005: 45)
Edgar Dale dalam kerucut pengalamannya menggambarkan tentang peran
media film dalam pembelajaran
23
Kerucut Pengalaman Edgar Dale
ABSTRAK
Verbal
Lambang visual
Visual
Radio
Film
Televisi
Karyawisata
Demonstrasi
Pengalaman melalui Drama
Pengalaman Melalui Benda Tiruan
Pengalaman Langsung
KONKRET
24
Bermacam peralatan dapat dipergunakan oleh guru untuk menyampaikan
pesan ajaran kepada siswa melalui penglihatan dan menghindari verbalisme
yang masih mungkin terjadi kalau hanya digunakan alat bantu visual semata.
Dalam usaha memanfaatkan media sebagai alat bantu ini Edgar Dale
mengadakan peroleh pengalaman
klasifikasi pengalaman klasifikasi
pengalaman menurut tingkat dari yang paling kongkrit ke yang paling Abstrak.
Klasifikasi tersebut kemudian dikenal dengan nama kerucut pengalaman ( cone
of experience ) dari Edgar Dale. (Arief S. Sadiman, 1986: 8)
Dari gambar di atas melihat bahwa kerucut pengalaman tersebut terdiri
dari 12 macam klasifikasi media pengajaran yang dipergunakan, yakni:
1. Pengalamn langsung dan bertujuan, pengalaman ini diperoleh dengan
berhubungan secara langsung dengan benda, kejadian, atau objek yang
sebenarnya. Disini siswa secara aktif bekerja sendiri, memecahkan masalah
sendiri yang kesemuanya
didasarkan atas tujuan yang diterapkan
sebelimnya.
2. Pengalamn tiruan, pengalaman ini diperoleh melalui benda-benda atau
kejadian-kejadian tiruan yang sebenarnya.
3. Pengalaman melalui dramatisasi, pengalaman semacam ini diperoleh dalam
bentuk drama dari berbagai gerakan.
4. Demonstrasi, yaitu pengalaman melalui percontohan atau pertunjukkan
mengenai sesuatu hal atau sesuatu proses.
5. Pengalaman melalui karyawisata, pengalaman emacam ini diperoleh dengan
mengajak kelas ke objek di luar kelas dengan maksud memperkaya dan
memperluas pengalaman siswa.
6. Pengalaman melalui pameran (studi display), penglaman tersebut diperoleh
melalui pertunjukan hasil pekerjaan siswa, perkembangan dan kemajuan
sekolah.
7. Pengalaman melalui televisi, pengalaman ini diperoleh melalui program
pendidikan yang ditayangkan lewat televisi.
25
8. Pengalaman melalui gambar hidup atau film, gambar hidup merupakan
rangkaian gambar-gambar yang diproyeksikan ke layar dengan kecepatan
tertentu, bergerak secara kontiniu sehingga benar-benar mewujudkan
gerakan yang normal dari apa yang diproyeksikan.
9. Pengalaman melalui radio, pengalaman disini diperoleh melalui siaran radio
dalam bentuk ceramah, wawancara, sandiwara dan sebagainya.
10. Pengalaman melalui gambar, pengalaman disini diperoleh dari segala
sesuatu yang diwujudkan secara visual.
11. Pengalaman melalui lambang visual, pengalaman disini diperoleh melalui
lambang-lambang visual.
12. Pengalaman melalui lambang kata , pengalaman semacam ini diperoleh
dalam buku dan bahan bacaan. (M. Basyiruddin Usman, 2002: 21)
Berdasarkan hasil penyelidikan terhadap kegunaan berbagai media
instruksional edukatif oleh edgar dale, YD Finn dan F Hoban di Amerika
Serikat, dapat ditarik kesimpulan bahwa apabila Audio Visual Aids (AVA)
digunakan secara baik akan memberikan sumbangan pendidikan sebagai
berikut:’
1. Memberikan dasar pertimbangan konkret bagi pemikiran dengan
pengertian-pengertian abstrak
2. Mempertinggi perhatian anak
3. Memberikan realitas, sehingga mendorong adanya Memberikan hasil
belajar yang permanen
4. Menambah perbendaharaan bahasa anak yang benar-benar dipahami (tidak
verbalistik)
5. Memberikan pengalaman yang sukar diperoleh dengan cara lain. (Ahmad
Rohani, 2003: 7)
Levie & Lentz mengemukakan empat fungsi media pembelajaran,
khususnya media visual yaitu:
26
1. Fungsi atensi yaitu: menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk
berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual
yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran
2.
Fungsi Afektif dapat terlihat dari kenikmatan siswa ketika belajar (atau
membaca) teks bergambar
3. Fungsi
Kognitif
terlihat
dari
temuan-temuan
penelitian
yang
mengungkapkan bahwa lambing visual atau gambar memperlancar
pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan
yang terkandung dalam gambar
4. Pesan Kompensatoris, yaitu memahami konteks untuk memahami teks
membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan
informasi dalam teks dan mengingatnya kembali.
Adapun Kegunaan media pendidikan dalam proses belajar mengajar, yaitu:
1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis
2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indra
3. Penggunaan media secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif
anak didik ( Arief S. Sadiman, 1986: 17)
Edgar Dale mengemukakan bahwa bahan-bahan audio visual dapat
memberikan banyak manfaat asalkan guru berperan aktif dalam proses
pembelajaran Hubungan guru siswa tetap merupakan elemen Pling penting
dalam system pendidikan modern saat ini. Guru harus eslalu hadir untuk
menyajikan materi pelajaran dengan bantuan media apa saja agar manfaat
berikut ini terealisasi:
a) Meningkatkan rasa saling pengertian dan simpati dalam kelas
b) Membuahkan perubahan signifikan terhadap tingkah laku
c) Menunjukkan hubungan antara mata pelajaran dan kebutuhan dan minat
siswa dengan meningkatnya motivasi belajar siswa
d) Membawa kesegaran dan variasi bagi pengalaman belajar siswa
e) Membuat hasil belajar bermakna bagi berbagai kemampuan siswa, dan
lain-lain. (Azhar Arsyad, 2005: 23)
27
Menurut Sudjana dan Rivai manfaat media pembelajaran dalam proses
belajar siswa adalah:
a. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar
b. Bahan pembelajaran akan lebih jelas mak nanya sehingga dapat lebih
dipahami oleh siswa dan memun gkinkannya menguasai dan mencapai
tujuan pembelajaran.
6. Langkah- langkah pemanfaatan media film dalam pembelajaran
Pemanfaatan film dalam proses pembelajaran hendaknya memperhatikan
hal- hal berikut:
a. Film harus dipilih agar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Hubungan film dengan tujuan pembelajaran menurut Ronald
Anderson (1987: 116) yaitu:

Film untuk tujuan kognitif dapat digunakan untuk
mengajarkan pengenalan makna sebuah konsep, seperti
konsep jujur, sabar, demokrasi, dan lain- lain.

Film untuk tujuan psikomotor dapat digunakan untuk
memperlihatkan contoh suatu keterampilan yang haarus
ditiru.
Misalnya
keterampilan
gerak
yang
bias
memperlambat dan mempercepatnya.

Film paling tepat bila digunakan untuk mempengaruhi
sikap dan emosi.
b. Guru harus mengenal film yang tersedia dan terlebih dahulu
melihatnya untuk mengetahui manfaatnya bagi pelajaran.
c. Sesudah film dipertunjukkan, perlu diadakan diskusi yang juga
perlu dipersiapkan sebelumnya. Di sini peserta didik melatih diri
untuk mencari pemecahan masalah, membuat dan menjawab
pertanyaan.
d. Adakalanya film tertentu perlu diputar dua kali atau lebih untuk
memperhatikan aspek- aspek tertentu.
28
e. Agar siswa tidak memandang film sebagai media hiburan belaka,
sebelumnya perlu ditugaskan untuk memperhatikan bahagianbahagian tertentu.
f. Sesudah itu dapat di test berapa banyakkah yang dapat mereka
tangkap dari film itu.
7.Evaluasi Media Film
Dalam mengevaluasi media atau bahan film, dapat dilakukan dengan
mengisi tabel (Azhar Arsyad, 2005: 81) berikut:
Rating
No
Kriteria
Tinggi
Sedang
Rendah
1
Dapat membangkitkan minat dan perhatian
siswa
-
-
-
2
Kualitas teknis
-
-
-
3
Kesempatan untuk latihan dan partisipasi
yang relevan
-
-
-
4
Relevan dengan kurikulum dan (misalnya
nyata)
-
-
-
5
Ketepatan informasi
-
-
-
6
Cakupan isi pelajaran
-
-
-
7
Pengaturan isi pelajaran
-
-
-
8
Pemahaman siswa
-
-
-
Titik Kekuatan
:
Titik Kelemahan :
Jadi dapat disimpulkan bahwasanya film itu adalah berupa gambar hidup
yang diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada
layar terlihat gambar itu hidup, film bergerak dengan cepat dan bergantian
29
sehingga memberikan visual yang berkelanjutan, kemampuan film melukiskan
gambar hidup dan suara memberikan daya tarik tersendiri. Film juga
merupakan media audio visual yang menekankan kepada indra penglihatan dan
pendengaran yang memiliki jenis yang berbeda-beda dan didalamnya berisi
informasi, cerita/ kisah-kisah yang dapat menarik perhatian dan menimbulkan
rasa ingin tahu bagi yang menontonnya, serta juga dapat membantu dalam
memudahkan memahami pelajaran dalam proses pembelajaran.
Film juga diberikan dengan bahasa yang berbeda, bagi kita warga
Indonesia film yang berbahasa Indonesia akan mudah didapatkan dan bisa
dikonsumsi serta dipahami bahasanya, akan tetapi film yang berbahasa arab itu
bagi orang Indonesia/ non arab itu agak sulit mendapatkannya dan sulit
memahami bahasanya, walaupun film yang ditampilkan itu berupa film kartun
tapi kadang bahasanya itu terlalu tinggi, jadi kita sebagai seorang guru bahasa
arab harus bisa memilih dan mencari film yang mudah bahasanya dan sesuai
dengan kemampuan serta kebutuhan siswa, agar tujuan pembelajaran bahasa
arab yang ingin dicapai dapat terwujud dengan baik dengan menggunakan
media film.
Jadi penulis juga bisa menyimpulkan bahwasanya penggunaan media film
itu memiliki lebih banyak kelebihan daripada kelemahannya, hal ini bisa
dibuktikan dari sumber-sumber yang telah didapatkan bahwasanya para ahli
lebih
banyak
mengemukakan
kelebihan
film
dibandingkan
dengan
kelemahannya, disini penulis temukan dari beberapa pendapat para ahli
bahwasanya empat para ahli telah mengemukakan tentang kelebihan dari film,
sedangkan kelemahannya hanya dua orang ahli yang mengemukakannya. Jadi
pantaslah media film ini disajikan dalam proses belajar mengajar, agar dapat
membantu dalam mencapai tujuan pembelajaran bahasa arab yang diharapkan.
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode pengembangan
(development research) . Metode penelitian pengembangan ini digunakan
untuk merancang dan mengembangkan materi ajar maharah kalam dengan
menggunakan strategi pembelajaran tamtsiliyahberbasis media filmdalam mata
pelajaran bahasa Arab di pesantren Kabupaten Tanah Datar.
B. Model Pengembangan
Model pengembangan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah model
IDI (Instructional Development Institute), prinsip yang digunakan dalam model
ini adalah pendekatan sistem yang terdiri dari tiga tahapan pendekatan sistem,
yaitu penentuan (define) atau analisis kebutuhan, pengembangan (develop), dan
evaluasi (evaluate). Ketiga tahapan tersebut dihubungkan dengan umpan balik
(feed back) untuk mengadakan revisi (Mudhoffir, 1990: 29)
C. Prosedur Pengembangan
Penelitian ini menggunakan tiga langkah pengembangan yaitu:
1. Tahap analisis muka –belakang (Front- end analysis)
Tahap ini disebut juga dengan tahap analisis kebutuhan (need assesment) ,
di mana tahap ini dilakukan dalam rangka mendapatkan gambaran tentang
kondisi awal di lapangan. Di antara tindakan yang dilakukan pada tahap ini
adalah: menganalisis materi ajar maharah kalam yang dipergunakan oleh guru
dan siswa dan menghubungkannya dengan hasil belajar yang diperoleh siswa,
mereview literatur yang berhubungan dengan permasalahan, melakukan
wawancara dengan guru, siswa, kepala pesantren dengan jajarannya
serta
pakar yang berkompeten di bidangnya.
2. Tahap prototipe
Berdasarkan pada tahap sebelumnya, maka pada tahap ini dilakukan dua
kegiatan yaitu:
31
a. Tahap validasi
Untuk mendapatkan prototipe yang valid, terlebih dahulu dilakukan
analisis pendahuluan dan penilain pakar (ekspert review). Kemudian prototipe
ini dinilai oleh orang- orang yang berkompeten (validator) seperti teman
sejawat dan guru mata pelajaran bahasa Arab.
b. Tahap praktikalitas
Praktikalitas adalah tingkat keterpakaian prototipe materi ajar maharah
kalam dengan menggunakan strategi pembelajaran tamtsiliyah berbasis media
film oleh guru dansiswa. Penentuannya dilakukan dengan melaksanakan
eksperimen terhadap prototipe yang sebelumnya telah direvisi berdasarkan
arahan pakar dan validator. Eksperimen dilakukan kepada kelompok kecil
kemuadian kelompok besar.
3. Tahap Penilaian.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah mengevaluasi apakah
prototipe dapat digunakan dengan efektif
dengan cara mengamati proses
pembelajaran, dan juga mengamati hasil belajar siswa.
Untuk lebih memahami rancangan penelitian di atas, dapat dilihat skema
disain penelitian:
Analisis Kebutuhan
-Observasi materi
ajar maharah kalam
Yang digunakan
guru.
-Mengamati proses
pembelajaran dan
Nilai siswa
mahasiswa dan
proses perkuliahan
Materi ajar
dengan
menggunkan
Strategi
pembelajaran
tamtsiliyah
berbasis media
film
Uji Coba
(validitas)
Hasil Studi Pendahuluan
-Belum ada materi ajar
maharah kalam yang
menggunakan strategi
tamtsiliyah berbasis media
film
-Sebahagian besar siswa
tidak mampu berbicara
dengan bahasa Arab
Revisi
32
Uji rasionalitas
oleh pakar
Mencari
dukungan
teori melaui
studi
literatur
Merancang
prototipe materi
ajar dengan
strategi
pembelajaran
tamtsiliyah
berbasis media
film
D. Teknik Pengumpulan Data Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Lembar validasi yang berguna untuk melihat kesahihan atau kelayakan
materi ajar berbasis media film
b. Angket untuk melihat praktikalitas atau keterpakaian atau kepraktisan
materi ajar dengan menggunakanstrategi pembelajaran tamtsiliyah berbasis
media film yang telah dikembangkan.
D. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian pengembangan ini adalah
dengan menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif deskriptif yang
diperoleh dari angket, wawancara dan tes hasil belajar
.
33
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Pada bahagian ini, peneliti akan memaparkan hasil penelitian dan
pengembangan materi ajar maharah kalam dengan menggunakan strategi
tamtsiliyah berbasis media film untuk pesantren. Pemaparan tentang hasil
penelitian ini di kelompokkan atas dasar rancangan penelitian pengembangan
yang terdiri dari lima tahapan yaitu tahap analisis kebutuhan, tahap
mengeksplorasi teori pendukung, tahap merancang dan mengembangkan
prototipe materi ajarmaharah kalam dengan menggunakan strategi tamtsiliyah
berbasis media film untuk pesantren, tahap uji rasionalitas dari pakar dan tahap
revisi.
A.Hasil Tahap Analisis Kebutuhan (Need Assasment)
Tahap ini dikenal juga dengan tahap analisis muka belakang (front-end
analysis) di mana tahap ini dilakukan untuk mendapat gambaran kondisi umum
di lapangan. Sebagaimana yang telah digambarkan pada pembahasan
sebelumnya bahwa pada tahap ini terdapat tujuh langkah utama yang dilakukan
oleh peneliti, yaitu: pengumpulan informasi, identifikasi kesenjangan, analisis
performance, identifikasi hambatan dan sumber, identifikasi karakteristik
mahasiswa, identifikasi prioritas dan tujuan serta merumuskan masalah. Untuk
lebih sistematisnya berikut akan digambarkan satu persatu.
1. Tahap pengumpulan informasi
Pada tahap peneliti melakukan observasi awal pada beberapa pesantren di
Kabupaten Tanah Datar, adapun objek observasi yang penulis lakukan adalah
seputar pembelajaran bahasa Arab terutama yang berkaitan dengan kurikulum
yang mereka gunakan, aspek- aspek pembelajaran bahasa Arab yang diajarkan
serta masalah dan hambatan yang ditemui oleh guru, kepala pesantren serta
para santri yang belajar bahasa Arab. Pada akhirnya di dapatkan informasi
bahwa:
1. Sebahagian besar pesantren yang peneliti observasi telah
menggunakan kurikulum 2003. Termasuk pembelajaran bahasa
Arab disesuaikan dengan tuntutan kurikulum 20013.
34
2. Pembalajaran maharah kalam merupakan kemahiran yang wajib
dipelajari dalam kurikulum 2013.
3. Semua
pesantren
yang
diobservasi
memiliki
jenjang
pendidikan yang terdiri dari tingkat Madrasah Tsanawiyah dan
tingkat Madarasah Aliyah.
4. Semua
pesantren
kurikulum
yakni
yang
diobservasi
kurikulum
menggunakan
pesantren
dan
dua
kurikulum
KEMENAG RI dan dalam hal ini kurikulum 2013.
5. Pembelajaran maharah kalam adalah kemahiran yang harus
dikuasai santri. Materi pembelajaran maharah kalam terdapat
dalam satu dars yang digabungkan dengan kemahiran yang lain
(hal ini disebabkan karena pembelajaran bahasa Arab pada
kurikulum 2013 menggunakan metode nazhariyyah wihdah).
6. Dalam pelaksanaan pembelajaran maharah kalam ditemui
banyak kesulitan. Berdasarkan pada hasil observasi, kesulitan
tersebut dapat dikelompokkan menjadi:
a) Kebanyakan guru masih merasa kebingungan untuk memahami
pelaksanaan pembelajaran bahasa Arab, mengingat kurikulum
2013 adalah kurikulum yang baru ditambah lagi minimnya
sosialisasi terhadap kurikulum tersebut.
b) Masih banyak guru yang belum menguasai strategi pembelajaran
PAIKEM, sehingga ketika dihadapkan kepada suatu topic
kemahiran (misalnya maharah kalam), mereka kebingungan untuk
mengajarkannya dan metode dan strategi yang dipilih pada
akhirnya hanya itu- itu saja.
c) Kebanyakan santri membutuhkan materi maharah kalam lebih dari
hanya sekedar yang terdapat di buku paket, mereka merasa perlu
untuk guru menghadirkan topic maharah kalam tandingan atau
tambahan agar wawasan dan kecakapan mereka dalam berbicara
bisa diasah berulang-ulang.
35
d) Masih sangat terbatasnya sarana dan fasilitas yang dapat
menunjang pembelajaran maharah kalam, seperti laptop, infokus,
speaker.
Sehingga
pembelajaran
diajarkan
dengan
metode
sederhana yang pada akhirnya menimbulkan kebosanan para santri.
e) Pada akhirnya semua hal tersebut menjadikan kemampuan santri
belum mempuni khususnya dalam berbicara. Di tambah lagi
dengan tidak adanya keberanian untuk mengungkapkan pemikiran
mereka dalam bahasa Arab secara gambling dan terbuka.
Berikut akan dipaparkan informasi tentang pembelajaran bahasa Arab
termasuk pembelajaran maharah kalam untuk Madrasah Aliyah yang terdapat
dibeberapa pesantren dan disesuaikan dengan tutntutan kurikulum 2013.
I. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
Kompetensi Inti (KI)
Kompetensi Dasar (KD)
1. Menghayati dan mengamalkan
ajaran agama yang dianutnya.
1.1 Mensyukuri kesempatan dapat
mempelajari bahasa Arab sebagai
bahasa pengantar komunikasi
internasional yang diwujudkan
dalam semangat belajar
2. Menghayati dan Mengamalkan
perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran,
damai)santun, responsif dan proaktifdan menunjukkan sikap
sebagaibagian dari solusi atas
berbagaipermasalahan dalam
berinteraksisecara efektif, sosial
dan alamserta m enempatkan
dirisebagai cerminan bangsa
dalampergaulan dunia.
2.1 Menunjukkan perilaku santun
dan peduli dalam melaksanakan
komunikasi antar pribadi dengan
guru dan teman.
2.2 Menunjukkan perilaku jujur,
disiplin, percaya diri, dan
bertanggung jawab dalam
melaksanakan komunikasi
transaksional dengan guru dan
teman.
2.3 Menunjukkan perilaku tanggung
jawab, peduli, kerjasama, dan
cinta damai, dalam melaksanakan
komunikasi fungsional.
3. Memahami, menerapkan,
menganalisis dan mengevaluasi
pengetahuan faktual, konseptual,
procedural , dan metakognitif
berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan,
3.1 Mengidentifikasi bunyi kata, frasa
dan kalimat Bahasa Arab yang
berkaitan dengan :
،‫ فى المدرسة‬،‫ المرافق العامة‬،‫البيانات الشخصية‬
‫الحياة فى األسرة وفى سكن الطالب‬
36
teknologi, seni, budaya, dan
baik secara lisan maupun tertulis.
humaniora dengan wawasan
3.2 Melafalkan kata, frasa, dan
kemanusiaan, kebangsaan,
kalimat Bahasa Arab yang
kenegaraan, dan peradaban terkait
berkaitan dengan :
penyebab fenomena dan kejadian,
،‫ فى المدرسة‬،‫ المرافق العامة‬،‫البيانات الشخصية‬
serta menerapkan pengetahuan
‫الحياة فى األسرة وفى سكن الطالب‬
procedural pada bidang kajian
3.3 Menemukan makna atau gagasan
dan minatnya untuk memecahkan
dari ujaran kata, frasa, dan kalimat
Bahasa Arab yang berkaitan
masalah
dengan :
،‫ فى المدرسة‬،‫ المرافق العامة‬،‫البيانات الشخصية‬
‫الحياة فى األسرة وفى سكن الطالب‬
baik secara lisan maupun tertulis.
3.4 Memahami secara sederhana
unsur kebahasaan, struktur teks
dan unsur budaya dari teks terkait
topik :
،‫ فى المدرسة‬،‫ المرافق العامة‬،‫البيانات الشخصية‬
‫الحياة فى األسرة وفى سكن الطالب‬
yang sesuai dengan konteks
penggunaannya.
4. Mengolah, menalar, menyaji,
dan mencipta dalam ranah
konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, serta bertindak secara
efektif dan kreatif, dan mampu
menggunakan metode sesuai
kaidah keilmuan
4.1 Melakukan dialog sederhana
sesuai konteks dengan tepat dan
lancar terkait topik :
،‫ فى المدرسة‬،‫ المرافق العامة‬،‫البيانات الشخصية‬
‫الحياة فى األسرة وفى سكن الطالب‬
Dengan memperhatikan unsur
kebahasaan, struktur teks dan unsur
budaya secara benar dan sesuai
konteks
4.2 Menyampaikan berbagai informasi
lisan sederhana tentang :
،‫ فى المدرسة‬،‫ المرافق العامة‬،‫البيانات الشخصية‬
‫الحياة فى األسرة وفى سكن الطالب‬
dengan memperhatikan unsur
kebahasaan, struktur teks dan
unsur budaya secara benar dan
sesuai konteks.
4.3 Menyusun teks lisan dan tulis
sederhana untuk mengungkapkan
informasi terkait topik :
،‫ فى المدرسة‬،‫ المرافق العامة‬،‫البيانات الشخصية‬
‫الحياة فى األسرة وفى سكن الطالب‬
dengan memperhatikan unsur
kebahasaan, struktur teks dan
unsur budaya secara benar
37
‫ (بأل والضمائر واإلضافة بمعنى‬،‫النكرة والمعرفة‬
Tarkib:
‫ المبتدأ (ضمائر‬،)‫الالم) المبتدأ والخبر (صفة‬
)‫والخبر (الفعل المضارع‬
1. Menghayati dan mengamalkan
ajaran agama yang dianutnya.
1.1 Mensyukuri kesempatan dapat
mempelajari bahasa Arab sebagai
bahasa pengantar komunikasi
internasional yang diwujudkan
dalam semangat belajar
2. Menghayati dan Mengamalkan
perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran,
damai) santun, responsif dan proaktif dan menunjukkan sikap
sebagai bagian dari solusi atas
berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif, sosial
dan alam serta dalam
menempatkan dirisebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan
dunia.
2.1 Menunjukkan perilaku santun
dan peduli dalam melaksanakan
komunikasi antar pribadi dengan
guru dan teman.
2.2 Menunjukkan perilaku jujur,
disiplin, percaya diri, dan
bertanggung jawab dalam
melaksanakan komunikasi
transaksional dengan guru dan
teman.
2.3 Menunjukkan perilaku tanggung
jawab, peduli, kerjasama, dan
cinta damai, dalam melaksanakan
komunikasi fungsional.
،‫ معي‬/‫ ليس عندي‬،‫ معانى حروف الجر‬،‫المصدر‬
Tarkib
‫ العطف‬،)‫خبر(المضارع‬+)‫مبتدأ (ضمائرالجمع‬
II. Pemetaan Kompetensi Dasar (KD)
Bab
1
Judul
KI
‫ البيانات الشخصية‬3,4
KD
3.1,3.2,
3.3.4.1,
4.2,4.3.
3,4
3.1,3.2,
3.3.4.1,
4.2,4.3.
‫ الحياة فى األسرة‬3,4
‫وفى السكن الطالب‬
3.1,3.2,
3.3.4.1,
4.2,4.3.
2
‫المرافق العامة فى‬
‫المدرسة‬
3
38
Maharah
Istima’
Muhadatsah
Qiraah
Kitabah
Istima’
Muhadatsah
Qiraah
Kitabah
Istima’
Muhadatsah
Qiraah
Kitabah
Struktur
‫النكروالمعرفة‬
)‫(بأل والضمائر‬
‫واإلضافة بمعنى‬
)‫الالم‬
)‫المبتدأ والخبر(صفة‬
)‫المبتدأ(ضمائر‬
‫والخبر (الفعل‬
)‫المضارع‬
4
‫ هواية الطالب‬3,4
‫والمعرض‬
3.1,3.2,
3.3.4.1,
4.2,4.3.
5
‫ المهنة و النظام‬3,4
3.1,3.2,
3.3.4.1,
4.2,4.3.
6
‫ المهنة والحياة‬3,4
3.1,3.2,
3.3.4.1,
4.2,4.3.
Istima’
Muhadatsah
Qiraah
Kitabah
Istima’
Muhadatsah
Qiraah
Kitabah
Istima’
Muhadatsah
Qiraah
Kitabah
/‫ليس عندي‬
‫العطف‬،‫معي‬
)‫مبتدأ (ضمائر الجمع‬
)‫خبر (المضارع‬+
‫معانى حروف‬،‫المصدر‬
‫الجر‬
III. Indikator dan Tujuan Pembelajaran
A. Indikator Pembelajaran
1. Menjelaskan isi teks yang didengar yang berkaitan dengan topik
2. Menerapkan percakapan terkait topik
3. Menerangkan isi teks bacaan yang terkait topik
4. Menyusun teks tulis yang terkait topik
B. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi dan
mengkomunikasikan peserta didik mampu mendengar, bercakap,
membaca dan menulis dengan bahasa Arab yang berkaitan dengan
topik.
IV. Proses Pembelajaran
A. Pembelajaran Mufradat/Istima’
1. Pendahuluan
a. Siswa melihat gambar yang berkaitan dengan mufradat, dan
guru menanyakan makna yang terdapat pada gambar
b. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran pada saat ini, yaitu
mengenalkan mufradat yang berkaitan dengan topik
c. Guru menyuruh siswa melihat mufradat yang ada, kemudian
menanyakan mufradat yang telah diketahui.
2. Kegiatan inti
39
a. Guru mengajak siswa mendiskusikan makna yang terdapat
dalam mufradat
b. Guru memerintahkan siswa mencari arti mufradat yang belum
diketahui dalam kamus atau dibuku
c. Guru
memerintahkan
siswa
menutup
buku,
kemudian
membacakan mufradat dan siswa menirukan
d. Guru membacakan mufradat dan siswa mengartikan makna
mufradat yang dibacakan guru
e. Guru memerintahkan siswa untuk membaca mufradat dengan
tepat beserta maknanya.
f. Guru
memberikan
latihan
(tadrib)
untuk
mengetahui
penguasaan siswa terhadap mufradat baru
g. Guru membuat penilaian terhadap kemampuan penguasaan
mufradat siswa.
3. Penutup
a. Guru memberi kesimpulan terhadap pembelajaran yang telah
dilaksanakan
b. Guru memberikan pesan dan penugasan kepada siswa
c. Guru menutup pembelajaran mufradat
B. Pembelajaran Hiwar
1. Pendahuluan
a. Siswa diajak untuk mengingat kembali mufradat yang telah
dipelajari
b. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran pada saat ini, yaitu
melakukan percakapan tentang topik
c. Guru memberi penjelasan mengenai teknik pembelajaran hiwar
yang akan diberikan.
2. Kegiatan inti
a. Guru menanyakan kepada siswa tentang topik, dan siswa
menjawab sesuai dengan kemampuannya
b. Guru mengoreksi jawaban siswa yang mengalami kesalahan
40
c. Guru memberikan contoh percakapan tentang topik, disertai
dengan penjelasan mengenai arti kata yang masih belum
difahami siswa
d. Siswa mempraktekkan hiwar (percakapan) tentang topik
e. Guru memperbaiki kesalahan- kesalahan yang dilakukan
siswa
3. Penutup
a. Siswa diminta mengerjakan latihan membuat konsep hiwar
secara tertulis
b. Guru memberi penilaian terhadap latihan yang dikerjakan
siswa
c. Guru memberi kunci jawaban mengenai latihan yang
diberikan
d. Guru menutup pembelajaran
C. Pembelajaran Tarkib
1. Pendahuluan
a.
Siswa diminta melihat berbagai tanda dalam kalimat dan
yang berkaitan dengan topik
b.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran pada saat ini.
c.
Guru menanyakan perbedaan antara isim nakirah dan
ma’rifah
2. Kegiatan inti
a. Guru mengajak siswa mendiskusikan perbedaan antara isim
nakirah dan ma’rifah
b. Guru menjelaskan kepada siswa perbedaan makna antara isim
nakirah dan ma’rifah
c. Guru memerintahkan siswa untuk memperhatikan tanda- tanda
pada isim nakirah dan isim ma’rifah
d. Guru menyampaikan kesimpulan mengenai isim nakirah dan
isim nakirah
41
e. Guru memerintahkan siswa untuk merubah isim nakirah ke
dalam isim ma’rifah
f. Guru memberikan latihan (tadrib) untuk mengetahui penguasaan
siswa terhadap perubahan isim nakirah dan ma’rifah
g. Guru membuat penilaian terhadap kemampuan penguasaan
siswa terhadap materi
3. Penutup
a. Guru memberi kunci jawaban dari tadrib yang diberikan
b. Guru menutup pembelajaran
D. Pembelajaran Qiraah (membaca)
1. Pendahuluan
a.
Siswa diajak untuk mengingat kembali mufradat yang telah
dipelajari sebagai persiapan pembelajaran qiraah
b.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran pada saat ini, yaitu
membaca teks bacaan tentang topik tertentu
c.
Guru memberi penjelasan mengenai teknik pembelajaran qiraah
yang akan diberikan
2. Kegiatan inti
a. Guru menunjukkan kepada siswa bahwa pembelajaran qiraah ini
berkaitan dengan pembelajaran hiwar
b. Guru membacakan teks qiraah dengan benar dan fasih
c. Guru dan siswa mendiskusikan kepada siswa mengenai isi yang
terkandung dalam teks qiraah
d. Siswa diminta mencari makna mufradat dalam teks qiraah yang
belum diketahui
e. Guru menunjukkan arti mufradat yang belum ditemukan siswa
f. Guru memerintahkan siswa menterjemahkan arti teks bacaan
g. Guru mengoreksi kesalahan siswa dalam mengartikan teks qiraah
h. Guru memberi latihan untuk menguji kemampuan siswa terhadap
penguasaan teks qiraah
42
3. Penutup
a. Guru memberi penilaian terhadap latihan yang dikerjakan siswa
b. Guru memberi kunci jawaban mengenai latihan yang diberikan
c. Guru menutup pembelajaran
E. Pembelajaran kitabah (menulis)
1. Pendahuluan
a.
Siswa diajak untuk mengingat kembali mufradat yang telah
dipelajari sebagai persiapan pembelajaran kitabah
b.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran pada saat ini, yaitu
membuat kalimat yang berkaitan dengan tarkib yang dipelajari
c.
Guru memberi penjelasan mengenai teknik pembelajaran kitabah
yang akan diberikan
2. Kegiatan inti
a. Guru menunjukkan kepada siswa bahwa pembelajarn kitabah ini
berkaitan dengan pembelajaran tarkib.
b. Siswa disuruh membuat kalimat dengan arahan yang berupa
contoh
c. Guru menunjukkan perbedaan struktur kalimat yang telah
dipelajari
d. Guru memerintahkan siswa menterjemahkan arti kitabah yang
telah ditulis.
3. Penutup
a. Guru memberi penilaian terhadap latihan yang dikerjakan siswa
b. Guru mengoreksi kesalahan dalam membuat kitabah
c. Guru menutup pembelajaran.
V. Penilaian
1. Skala sikap
Guru melakukan penilaian terhadap peserta didik dalam kegiatan
diskusi.
43
Rubrik pengamatan pada saat pelaksanaan diskusi:
No Nama
Siswa
Aspek Yang Skor Nilai Ketunta- Skor Tindak
Dinilai
Maks
san
Maks Lanjut
1
2
3
T
TT
R P
1). Kejelasan dan kedalaman informasi
a. Jika salah satu kelompok dapat memberikan penjelasan dan
kedalaman informasi lengkap dan sempurna, skor 30
b. Jika salah satu kelompok dapat memberikan penjelasan dan
kedalaman informasi lengkap dan kurang sempurna, skor 20
c. Jika salah satu kelompok dapat memberikan penjelasan dan
kedalaman informasi kurang, skor 10
2). Keaktifan dalam diskusi
a. Jika kelompok berperan sangat aktif dalam diskusi, skor 30
b. Jika kelompok berperan aktif dalam diskusi, skor 20
c. Jika kelompok berperan kurang aktif dalam diskusi, skor 10
3). Kejelasan dan kerapian presentasi
a. Jika salah satu kelompok dapat mempresentasikan dengan sangat
jelas dan rapi, skor 40
b. Jika salah satu kelompok dapat mempresentasikan dengan jelas
dan rapi, skor 30
c. Jika salah satu kelompok dapat mempresentasikan dengan sangat
jelas dan kurang rapi, skor 20
d. Jika salah satu kelompok dapat mempresentasikan dengan kurang
jelas dan tidak rapi, skor 10
44
2. Kolom “Unjuk Kerja”
Kolom menyebutkan isi teks hiwar yang ada
Skor nilai:
a. Apabila peserta didik bisa menyebutkan isi teks lengkap, skor 2
b. Apabila peserta didik hanya bisa menyebutkan isi teks , skor
Nilai = skor yang diperoleh x 100 dibagi dengan skor maksimal
3. Kolom pilihan ganda dan uraian
a. Pilihan ganda: jumlah jawaban benar x 1 (maksimal 10 x1 = 100)
b. Uraian: rubrik penilaian
Nilai: Jumlah skor yang diperoleh (pilihan ganda dan isian) x 100
dibagi 90.
4. Tugas/ Portofolio
Skor penilaian sebagai berikut:
a. Jika peserta didik dapat mengumpulkan tugasnya tepat waktu yang
ditentukan dan perilaku yang diamati serta alasannya benar, nilai 100
b. Jika peserta didik dapat mengumpulkan tugasnya setelah waktu yang
ditentukan dan perilaku yang diamati serta alasannya benar, nilai 90
c. Jika peserta didik dapat mengumpulkan tugasnya setelah waktu yang
ditentukan dan perilaku yang diamati serta alasannya sedikit ada
kekurangan, nilai 80
VI. Pengayaan
Peserta didik yang sudah mencapai ketuntasan belajar, mengerjakan:
a. Menerjemahkan teks hiwar
b. Menjawab soal pengayaan yang telah dipersiapkan guru (guru
mencatat dan memberikan tambahan nilai bagi peserta didik yang
berhasil dalam pengayaan)
VII.Remedial
Peserta didik yang belum memenuhi ketuntasan belajar diberikan tugas
untuk menterjemahkan teks bacaan dan membuat rangkuman tarkib yang
berkaitan dengan pembahasan. Guru akan melakukan penilaian kembali.
45
Remedial pembelajaran dilaksanakan pada waktu dan hari tertentu atas
kesepakatan antara peserta didik dan guru.
VIII. Interaksi guru dengan orang tua
Guru meminta peserta didik memperlihatkan kolom “Evaluasi” dalam
bukuteks kepada orang tuanya dengan memberikan komentar dan paraf.
Caralainnya dapat juga dengan mengunakan buku penghubung kepada
orang tuayang berisi tentang perubahan perilaku siswa setelah
mengikuti kegiatanpembelajaran atau berkomunikasi langsung baik
langsung, maupun melaluitelepon, tentang perkembangan perilaku
anaknya.
2. Tahap identifikasi kesenjangan
Pada tahap ini ditemukan fakta bahwa walaupun pembelajaran bahasa
Arab
khususnya
pembelajaran
maharah
kalam
sudah
menggunkan
kurikulum2013, namun hal ini tidak serta merta mampu meningkatkan
kemampuan siswa dalam maharah kalam. Hal ini disebabkan karena materi
maharah kalam masih menggunakan metode dan strategi konvensional sesuai
dengan apa yang telah digariskan dalam buku guru, di samping pembelajaran
maharah kalam belum difasilitasi menggunaakan pembelajaran yang menarik
seperti media audio visual atau multi media. Kesenjangan yang lain yang dapat
diidentifikasi oleh peneliti adalah materi ajr maharah kalam belum mampu
menjadikan siswa terbiasa untuk berbicara dalam bahasa Arab, hal ini
disebabkan materi pembelajaran yang terdapat dalam buku paket terlalu sedikit
dan tidak ada materi pendamping yang bisa menjadikan siswa lebih terbiasa
mendengar dan berbicara dengan bahasa arab dengan baik dan benar.
3.
Tahap Analisis performance
Tahap
analisis
performance
ini
dilakukan
untuk
mengetahui
permasalahan mana yang dapat dipecahkan dalam penelitian ini. Berdasarkan
analisa peneliti, jika tujuan pembelajaran bahasa arab di pesantren (khususnya
pembelajaran maharah kalam) adalah untuk menjadikan santri nya mampu
mengungkapkan pikiran, gagasan ide dalam bahasa Arab yang fasih dan fusha,
46
maka hal tersebut akan sulit terwujud dengan materi ajar, metode dan strategi
pembelajaran yang konvensional sebagaimana yang termaktub dalam buku,
maka selayaknya ketiga hal tersebut dimodifikasi dan diperkaya dengan materi
ajar yang menarik, metode dan strategi pembelajaran yang mampu
meningkatkan motivasi dan minat mereka serta tentunya bisa diajarkan melalui
metode CTL (contextual learning teaching).
4. Tahap identifikasi hambatan dan sumber
Berdasarkan pada tahap analisis performance sebelumnya, ditemukan
beberapa hambatan dan sumber yang tersedia dalam mewujudkan tujuan
pembelajaran bahasa Arab terutama dalam mewujudkan materi ajar dengan
menggunakan strategi tamtsilliyah berbasis media film untuk pesantren. Di
antara hambatan tersebut antara lain: buku rujukan tentang materi ajar dengan
menggunakan strategi tamtsiliyah berbasis ekonomi masih terbatas jumlahnya,
ditambah lagi kesulitan dalam mengakses film- film yang senada dengan
materi ajar santri yang terdapat di pesantren khususnya kelas VII, apalagi bila
dikaitkan dengan kecendrungan minat, usia, psikologis santri
dan lain
sebagainya.
5. Tahap identifikasi karakteristik santri
Karakteristik santrri yang ditemui terutama santri yang belajar bahasa
Arab, khususnya materi maharah kalam sangat beragam, mulai dari tingkat
kemampuan, latar belakang pendidikan, usia, jenis kelamin, motivasi, bahkan
kecenderungan mereka dalam memilih, menonton suatu film.
6. Tahap identifikasi prioritas dan tujuan
Berdasarkan pada beberapa tahapan di atas, akhirnya peneliti akhirnya
menjadikan pengembangan materi ajar maharah kalam dengan menggunakan
strategi tamtsiliyah berbasis media film sebagai prioritas dalam penelitian ini
dengan tujuan agar santri yang belajar bahasa Arab khususnya pembelajaran
maharah kalam
mampu memahami,
serta berani berbicara dan
mengungkapkan pikiran, ide, gagasan dalam bahasa Arab dengan fasih.
47
7. Tahap merumuskan masalah
Pada tahapan terakhir ini ditemukan sebuah rumusan masalah yaitu
bagaimanakah
pengembangan
materi
ajar
maharah
kalam
dengan
menggunakan strategi tamstilyah berbasis media film untuk pesantren?
B. Hasil Tahap Mengeksplorasi Teori Pendukung
Pada tahap ini, peneliti berusaha untuk mencari teori-teori yang dapat
membantu peneliti dalam rangka mengembangkan materi ajar maharah kalam
dengan menggunakan strategi tamtsiliyah berbasis media film untuk pesantren.
Dari proses pencarian tersebut, peneliti menemukan teori-teori yang
langsung berhubungan dengan pembelajaran maharah kalam dengan
menggunakan strategi tamtsiliyah berbasis media film. Di mana pada
penjelasan terdahulu telah dipaparkan beberapa hal yang berhubungan dengan
materi ajar
maharah kalam
dengan menggunakan strategi tamtsiliyah
berbasis media film di antaranya:
a. Konsep materi ajar maharah kalam.
b. Konsep media film
c. Konsep strategi tamtsiliyah berbasis media film
d. Pembelajaran
maharah
kalam
dengan
menggunakan
strategi
tamtsiliyah berbasis media film
e. Kelebihan dan kekurangan pembelajaran maharah kalam dengan
menggunakan strategi tamtsiliyah berbasis media film
f. Dan lain- lain
C. Hasil Tahap Merancang dan Mengembangkan Prototipe
Pada tahap ini, peneliti merancang dan mengembangkan prototipe
materi ajar maharah kalam dengan menggunakan strategi tamtsiliyah berbasis
media film untuk pesantren mengacu pada teori-teori yang dipaparkan
sebelumnya.
Agar
tahap
ini
lebih
terstruktur,
maka
peneliti
akan
manggambarkannya dari awal:
a. Produk yang dihasilkan berupa CD yang terdiri dari empat buah film yang
telah diedit sesuai dengan kebutuhan santri.
48
b. CD dilengkapi dengan panduan berupa pentunjuk teknis pelaksanaan yang
masing-masing terdiri dari:
1. Identitas film, berupa:
a). Jenis film
b). Judul film
c). Durasi fild)
d). Topik materi pembelajaran
e). Durasi materi pembelajaran
f). Sinopsis film
2. Langkah- langkah mendisain media film, yang terdiri dari tiga langkah
utama yaitu:
a). Tahap persiapan
b). Tahap pelaksanaan
c). Tahap tindak lanjut
3. Materi film
Materi film ini disusun sebagai panduan bagi guru dan siswa ketika
mereka menemui kesulitan dalam memahami film yang mereka tonton.
Materi film ini dirancang dengan disain yang menarik, termasuk dari sisi
pewarnaan, gambar dan tokoh tokoh yang memerankan film.
4. Langkah- langkah pembelajaran maharah kalam dengan menggunakan
strategi tamtsiliyah (bermain peran) berbasis medi film
5. Evaluasi media film
Adapun yang menjadi objek evaluasi adalah:
a). Kualitas isi (relevan dengan kurikulum, ketepatan isi/ materi,
ketepatan
bahasa yang digunakan, cakupan isi pelajaran (tingkat
kosa kata dan dialog, dan materi yang disajikan komunikatif)
b).
Kualitas instruksional (dapat membangkitkan minat dan perhatian
siswa, kesempatan siswa untuk latihan dan pertisipasi yang relevan,
pemaman siswa, dapat membawa dampak positif terhadap siswa
(menyentuh perasaan dan mempengaruhi emosi siswa dan dapat di
tes dan diberikan penilaian)
49
c). Kualitas teknis ( mudah digunakan atau diputar, gambar dan
tayangan film menarik, kecepatan suara, volume suara serta
kesatuan dan keselarasan gambar dan suara.
D. Hasil Uji Rasionalitas dari Pakar
Materi ajar dengan menggunakan strategi tamtsiliyah berbasis media film
untuk pesantren ini telah melalui uji rasionalitas dari g pakar yang masingmasingnya berasal dari Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)
Batusangkar dan native speaker yang berasal dari Mesir Hasil uji
rasionalitas dari dari pakar menunjukkan adanya beberapa revisi yang harus
dilakukan terhadap Materi ajar maharah kalam dengan menggunakan
strategi tamtsiliyah berbasis media film yang telah peneliti rancang
sebelumnya, di antaranya:
a.
Pemilihan topik dan tema film hendaknya merujuk pada materi
pembelajaran
maharah
kalam
pembelajaran bahasa Arab
yang terdapat
dalam
buku
paket
dan disesuaikan dengan kurikulum yang
digunakan oleh pesantren yang bersangkutan.
b.
Pembelajaran maharah kalam dengan menggunakan strategi tamtsiliyyah
berbasis media film hendaknya dilengkapi dengan petunjuk teknis atau
langkah- langkah pembelajaran yang harus dilaksanakan oleh guru dan
juga siswa.
c.
Dialog yang terdapat dalam film sebaiknya juga dimiliki oleh guru dan
siswa dalam bentuk hard copy agar suatu saat tertentu bisa dirujuk apabila
ketika menonton film guru dan siswa mengalami kesulitan.
d.
Masih banyak terdapat kesalahan penulisan dialog yang terdapat dalam
film ketika peneliti menuliskannya dalam bentuk hard copy, oleh karena
itu perlu diperdengarkan pada ahli bahkan ke native speaker keshahihan
terks dialog dapat dipertanggung jawabkan.
e.
Pemilihan tema film sebaiknya disesuaikan dengan kondisi psikologis,
usia, kecendrungan, hobi dan minat peserta didik agar tidak terjadi
kebosanan ketika pembelajaran maharah kalam berlangsung.
50
f.
Pembelajaran maharah kalam dengan menggunakan strategi tamtsiliyah
berbasis media film hendaknya disertai dengan strategi pembelajaran CTL
(contextual teaching and learning).
E. Hasil Revisi terhadap Uji Rasionalitas dari Pakar
Berdasarkan pada uji rasionalitas dari pakar, maka peneliti mengadakan
revisi dan penyempurnaan sesuia dengan yang telah direkomendasikan oleh
pakar. Di antaranya:
a. Peneliti telah memilih topik atau tema film yang akan dipergunakan
dalam pembelajaran maharah kalam dengan menggunakan strategi
tamtsiliyah (bermain peran) sesuai dengan kurikulum yang digunakan
pesantren. Dalam hal ini sebahagian besar pesantren yang terdapat di
Kabupaten Tanah Datar telah menggunakan kurikulum 2013 khususnya
untuk kelas VII dan kelas X.
b. Pembelajaran maharah kalam dengan menggunakan strategi tamtsiliyah
berbasis media film telah dilengkapi dengan petunjuk teknis pelaksanaan
media film dan pembelajarannya dalam maharah kalam. Sehingga
penulis menyediakan buku petunjuk teknis yang isinya terdiri dari
identitas film, langkah- langkah mendisain media film, materi
film,langkah- langkah pembelajaran strategi tamtsiliyah berbasis media
film dan evaluasi terhadap bahan film yang telah peneliti hasilkan
sebelumnya.
c. Begitu juga dengan dialog yang terdapat dalam film juga telah dituliskan
dalam bentuk hard copy, dan telah didesain dengan semenarik mungkin,
baik dari segi warna, gambar dan tokoh- tokoh yang terlibat dalam film
tersebut.
d. Agar tidak terjadi kesalahan dalam penulisan dialog yang terdapat dalam
film, maka peneliti melakukan uji validitas terhadap dialog dengan cara
memperdengarkan film pada native speaker, sehingga kesalahan
penulisan langsung diperbaiki.
e. Penulis berusaha dengan sebaik mungkin untuk memilih topic dan tema
film sesuai dengan kondisi psikologis, usia, minat dan hobi siswa.
51
Sehingga hadirlah empat buah film kartun yang tentunya mampu
membangkitkan motivasi siswa dalam belajar maharah kalam.
f. Untuk melengkapi pembelajaran maharah kalam, peneliti dalam buku
pentunjuk teknis telah melengkapinya dengan langkah- langkah
pembelajaran yang disesuaikan dengan strategi pembelajaran kontekstual
atau contextual teaching and learning (CTL)
Sehingga secara umum, rancangan materi ajar maharah kalam dengan
menggunakan strategi tamtsiliyah berbasis media film untuk pesantren di
Kabupaten Tanah Datar telah melalui proses uji rasionalitas dan revisi
serta penyempurnaan. Untuk hasil selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran.
F. Keterbatasan Penelitian
Di dalam penelitian ini terdapat beberapa kelemahan dan keterbatasan
yang layak peneliti munculkan, di antaranya:
1.
Produk materi ajar maharah kalam dengan menggunakan strategi
tamtsiliyah ini belum sepenuhnya mengacu pada materi pembelajaran
maharah kalam yang terdapat dalam buku paket bahasa Arab sesuai
dengan tuntutan kurikulum 2013, hal ini karena peneliti merasa kesulitan
untuk membrowsing film yang sama persis dengan tuntutan kurikulum,
namun penulis telah berusaha untuk mencari materi film yang hampir
sama dengan materi ajar maharah kalam yang terdapat dalam buku paket.
2.
Dialog yang terdapat dalam film belum sepenuhnya diedit sesuai dengan
kebutuhan siswa, masih ada beberapa bahagian yang masih asli, seperti
kecepatan dialog, teks dialog belum ditampilkan secara inheren dalam film
yang sedang berjalan serta pemberian judul film belum bisa dilakukan
dengan bahasa arab melainkan dengan latin arab, dan lain- lain.
52
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai
berikut:
1.
Prototipe materi ajar maharah kalam dengan menggunakan strategi
tamtsiliyah berbasis media film untuk pesantren yang terdapat di
Kabupaten Tanah Datar dalam pengembangannya telah melalui beberapa
tahapan yakni analisis kebutuhan, didukung dengan teori yang relevan,
perancangan dan pengembangn prototipe, uji rasinalitas dari pakar, dan
tahap revisi dan penyempurnaan.
2.
Dalam pelaksanaan pembelajaran maharah kalam dengan menggunakan
strategi tamtsiliyah berbasis media film dibutuhkan kreatifitas guru.
Terutama dalam menentukan tema dan topik film agar sesuai dengan usia,
perkembangan psikologis, minat siswa.
B. Implikasi
Penelitian ini telah menghasilkan materi ajar maharah kalam dengan
menggunakan strategi tamtsiliyah berbasis media film pada mata pelajaran
bahasa Arab yang terdapat pada pesantren yang berada di Kabupaten
Tanah Datar. Dengan adanya produk ini dapat menjadikan pembelajaran
maharah kalam menjadi menarik dan mampu memotivasi siswa untuk
mengungkapkan ide, gagasan, pendapat dan pemikiran mereka dalam
bahasa Arab yang baik.
C. Saran
Berdasarkan pada pembahasan sebelumnya, maka peneliti dapat
merekomendasikan saran- saran sebagai berikut:
1. Materi ajar maharah kalam dengan menggunakan strategi tamtsiliyah
berbasis media film dalam pemilihan filmnya sangat bergantung pada
perkembangan zaman, teknologi dan informasi. Sehingga sangat
dibutuhkan kreatifitas guru dalam menentukan tema dan topik film,
53
sehingga produk film yang dibuat tidak ketinggalan zaman dan
tentunya disukai oleh siswa.
2. Walaupun produk yang dihasilkan dalam penelitian ini terbatas pada
pembelajaran maharah kalam, tetapi tidak tertutup kemungkinannya
untuk diaplikasikan dalam kemahiran yang lain, seperti maharah
qiraah, kitabah dan istima’. Tentunya dengan merevisi langkahlangkah pembelajaran yang sesuai dengan kemahiran yang dimaksud.
3. Produk materi ajar maharah kalam dengan menggunakan strategi
tamtsiliyah berbasis media film untuk pesantren di Kabupaten Tanah
Datar
yang telah dikembangkan dalam penelitian ini masih sarat
dengan kelemahan dan kekurangan, sehingga tidak menutup
kemungkinan munculnya perbaikan-perbaikan melalui penelitian
lanjutan.
54
LUARAN PENELITIAN DAN SPESIFIKASI PRODUK
Penelitian pengembangan ini akan menghasilkan materi ajar maharah
kalam dengan menggunakan strategi pembelajaran tamtsiliyah berbasis
media film dalam mata pelajaran bahasa Arab di pesantren Kabupaten
Tanah Datar . Manfaat penelitian ini adalah:
1.
Produk pengembangan ini berbentuk materi ajar (khususnya teks
percakapan / hiwar)
yang terdiri dari film- film berbahasa Arab dan
kemudikan di kumpulkan dalam sebuah CD Pembelajaran dan dilengkapi
dengan teks dari dialog dalam film- film tersebut serta petunjuk
penggunaan serta langkah- langkah pelaksanaan pembelajaran yang
tentunya berdasarkan pada strategi tamtsiliyah yang telah dijabarkan dalam
bab teori.
2.
Hasil penelitian pengembangan ini adalah berupa produk materi ajar
maharah kalamdengan menggunakan strategi pembelajaran tamtsiliyah
berbasis media film diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif bagi
guru dalam memilih materi hiwar(percakapan) .
3. Produk yang dihasilkan dari penelitian pengembangan ini akan mampu
meningkatkan minat dan motivasi siswa untuk belajar maharah kalam,
karena topik dan strategi serta media yang digunakan disesuaikan dengan
kondisi siswa baik secara psikologis maupun kemampuan siswa.
4. Mengingat pengembangan produk ini didasarkan pada pertimbangan
prinsip- prinsip pengembangan materi ajar,
strategi dan media
pembelajaran bahasa Arab, maka baik guru maupun siswa tidak akan
menemui kesulitan dalam menggunakan serta memahami materi ajar yang
dirancang dengan menggunakan
media film secara
strategi pembelajaran tamtsiliyah dan
komprehensif, sehingga pada akhirnya siswa akan
mampu berbicara dengan bahasa Arab
55
JADWAL KEGIATAN
NO URAIAN KEGIATAN
1
Melakukan
analisis
observasi
awal
gambaran
umum
MINGGU
kebutuhan
untuk
kondisi
dan Ke- 1 dan 2
BULAN
Agustus
mengetahui
awal
di
lapangan
2
Penyusunan
instrument penelitian, Ke- 3
Agustus
menetapkan subjek uji coba
3
Desain produk
Ke- 4 dan 1
Agus- Sept
4
Validasi dan revisi desain
Ke-2 dan 3
Sept
5
Uji coba produk dan analisis data
Ke 4 dan 1
Sept- Okt
6
Revisi produk
Ke 2
Oktober
7
Uji coba produk hasil revisi dan analisa Ke 3, 4 dan 1
Okt- Nov
data
8
Laporan
Ke 2,3,dan 4
56
November
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Azhar. Media Pembelajaran. PT Raja Grafindo: Jakarta. 2005
Anderson, Ronald H. Pemilihan dan Pengembangan Media Untuk Pembelajaran,
Terj. Yusuf Hadi Miarso Dkk, Rajawali Press: Jakarta. 1987
Asnawir dan Usman, Basyiruddin, Media Pembelajaran. Ciputat Press Jakarta.
2002
Dimyati & Mujiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 1994
Hermawan, Acep. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011
KEMENAG RI, Buku Guru Bahasa Arab Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013
Untuk Kelas X Madarasah Aliyah, Jakarta: Direktorat Pendidikan Madrasah
Kemenag RI. 2014
Nababan, Sri Utari Subyakto. Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama. 1993
Mudhoffir, Teknologi Instruksional Sebagai Landasan Perencanaan dan
Penyusunan Program Pengajaran, Bandung: Rosda Karya, 1990
Munandi, Yudhi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru. Referensi Press:
Jakarta. 2013
Rohani, Ahmad, Media Instruksional Edukatif, Jakarta: PT Rineka Cipta. Tth
Rosyidi, Abdul Wahab, Media Pembelajaran Bahasa Arab, Malang: UIN Press.
2009
Sadiman, Arief S dan Rahardjo, dkk.Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja
Gravindo Persada. 1986
Sanjaya, wina, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Kencana, 2010
Sulaiman, Amir Hamzah, Media Audio Visual Untuk Pengajaran, Penerangan
Dan Penyuluhan, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 1985
Tarigan, Henry Guntur.
Pengajaran Kedwibahasaan Suatu Penelitian
Kepustakaan. Jakarta: Depdikbud, Dirjen Dikti.1989
__________________. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa. 1994
57
Zaenuddin, Radliyah. Metodologi & Strategi Alternatif Pembelajaran Bahasa
Arab.Yogyakarta: Pustaka Rihlah Group. 2005
Zaini, Hisyam Dkk, Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta: CTSD IAIN Sunan
Kali Jaga. 2007
58
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Amrina, M.Ag.
Nip.
: 197502011998032001
Pangkat/Gol
: Penata/IIIc
Tempat/Tanggal Lahir
: Bukittinggi/ 1-2-1975
Riwayat Penelitian:
1. Model Disain pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Tsnawiyah Swasta
(MTsS) se Kabupaten tanah Datar.
2. Kreatifitas Guru dalam Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Aliyah
Negeri (MAN) seKabupaten Tanah datar.
3. Program Pengajaran Bahasa Arab Intensif dan Pengaruhnya terhadap
Aspek Psikologis Mahasiswa STAIN Prof. Dr. Mahmud Yunus
Batusangkar.
4. Peningkatan kemampuan Mahasiswa dalam Pembelajaran Mufradat
Melalui Media Strip Story pada Mata kuliah Bahasa Arab I di STAIN
Batusangkar.
5. Pengembangan Disain Pembelajaran Berbasis Karakter Dalam Mata
Kuliah Bahasa Arab II Pada STAIN Batusangkar
6. Pengembangan
Materi Ajar(Mawad Al-Dirasiyah) Berbasis Ekonomi
Pada Mata Kuliah Bahasa Arab II Dan III Di STAIN Batusangkar
7. Pengembangan materi ajar maharah kalam dengan menggunakan strategi
tamtsiliyah berbasis media film dengan menggunakan strategi tamtsiliyah
berbasis media film untuk pesantren di Kabupaten Tanah Datar.
59
Download