STRATEGI PEMBELAJARAN BCM ( BERMAIN, CERITA DAN

advertisement
STRATEGI PEMBELAJARAN BCM ( BERMAIN, CERITA DAN
MENYAYI) DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ANAK USIA DINI
DI RA NU BAITURRAHMAN LANGON TAHUNAN JEPARA
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (SI) dalam Bidang
Ilmu Pendidikan Islam
Oleh
NAMA : ICUT FITRI AYU SEJATI
NIM : 131310000403
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA (UNISNU)
JEPARA
2015
i
NOTA PEMBIMBING
Lamp : 7 (Tujuh) Eksemplar
Hal
Jepara, 29 September 2015
: Naskah Skripsi.
a.n Sdri: Icut Fitri Ayu Sejati
Kepada:
Yth. Bapak Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Universitas Islam Nahdlatul Ulama (UNISNU)
Jepara
di Jepara
Setelah saya mengadakan koreksi dan perbaikan seperlunya, maka bersama ini
saya kirimkan naskah skripsi saudari:
Nama
: Icut Fitri Ayu Sejati
Nim
: 131310000403
Program
: Pendidikan Agama Islam
Judul skripsi
:
STRATEGI PEMBELAJARAN BCM ( BERMAIN, CERITA
DAN
MENYAYI)
DALAM
MENINGKATKAN
KEAKTIFAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM ANAK USIA DINI DI RA NU BAITURRAHMAN
LANGON TAHUNAN JEPARA TAHUN PELAJARAN
2014/2015
Selanjutnya saya mohon kepada Bapak Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan Skripsi saudari tersebut dapat dimunaqosahkan. Dan atas perhatian bapak saya
ucapkan terima kasih.
Pembimbing
Drs.H. Akhirin Ali , M. Ag
ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
          
(٨٤ :‫﴿اﻻء ﺳراء‬
Katakanlah: “Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya, masing-masing”.
Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya.
(QS. Al Isra’ ayat 84).1
Skripsi ini kupersembahkan kepada :
1. Suamiku tersayang, tercinta dan terkasih yang selalu setia membimbingku,
menemaniku dan terimakasih atas perjuanganmu.
2. Kedua jagoan kecilku M. Afta Al-Kafi dan AQil Saif Alfailasuf,
terimakasih atas semangat yang telah diberikan kepada mama “ yau are my
everything” .
3. Umi dan Abi yang selalu ada dihatiku, terimakasih atas limpahan doa yang
selalu mengiringi langkah hidupku.
4. Ibu tersayang terimakasih atas semua nasehat yang begitu berharga yang
menjadi jembatan perjalanan hidupku.
5. Saudara-saudarku terdekat yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu,
terimakasih atas segala bantuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas ini.
1
Departemen Agama RI, Al-qur’an dan Terjemahnya, (Surabaya : Surya Cipta Aksara.
1989), hlm.437
iv
ABSTRAK
Icut Fitri Ayu Sejati (131310000008). Strategi Pembelajaran BCM (Bermain,
Cerita Dan Menyayi) Dalam Meningkatkan Keaktifan Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam Anak Usia Dini Di RA NU Baiturrahman Langon Tahunan Jepara
Tahun Pelajaran 2014/2015, UNISNU Jepara 2015.
Penelitian ini bertujuan: 1) Untuk mendeskripsikan bagaimana
pelaksanaan strategi pembelajaran BCM yang dilakukan guru dalam Pembelajaran
PAI anak usia dini di RA NU Baiturrahman Langon Tahunan Jepara. 2) Untuk
mendeskripsikan apa saja yang menjadi faktor hambatan guru dalam
melaksanakan strategi pembelajaran BCM untuk Pembelajaran PAI anak usia dini
di RA NU Baiturrahman Langon Tahunan Jepara, 3) Untuk mendeskripsikan
faktor-faktor pendukung dan penghambat Metode BCM dalam Pembelajaran PAI
anak usia dini di RA NU Baiturrahman Langon Tahunan Jepara?.
Data penelitian yang terkumpul dianalisis dengan analisis deskriptif
kualitatif dengan hasil sebagai berikut: 1. Pelaksanaan strategi pembelajaran BCM
yang dilakukan guru dalam Pembelajaran PAI anak usia dini di RA NU
Baiturrahman Langon Tahunan Jepara dengan melakukan persiapan, baik
persiapan pribadi maupun persiapan teknis. Pembentukan akhlak yang dapat
dilihat dari penerapan metode BCM adalah adanya motivasi dan pengarahan dari
kegiatan yang dilakukan, terjadi perubahan tingkah laku yang sesuai dengan nilainilai moral dan agama atau norma-norma masyarakat yang diketahuinya dari
cerita. 2. Pelaksanaan strategi pembelajaran BCM (Bermain, Cerita, Menyanyi)
dalam pembelajaran PAI dapat meningkatkan keaktifan siswa RA NU
Baiturrahman Langon Tahunan Jepara, hal itu terbukti keaktifan belajar siswa
sebelum menggunakan Metode BCM dapat secara keseluruhan dapat diketahui
bahwa keaktifan belajar siswa termasuk rendah karena berada diantara 22 – 66%,
dan keaktifan belajar siswa RA setelah menggunakan metode BCM secara
keseluruhan dapat diketahui bahwa keaktifan tinggi karena berada diantara 77 –
100 %. 3. Faktor yang mendukung dan menghambat metode BC M dalam
meningkatkan pembelajaran PAI siswa RA NU Baiturrahman Langon Tahunan
Jepara, adalah : a. Faktor yang mendukung, Metode BCM memang mempunyai
posisi tersendiri dalam metode pembelajaran. Sejak pendidikan awal seorang
siswa di MI metode kisah ini telah digunakan. Dari hasil penelitian diketahui
bahwa para siswa masih menyukai metode kisah karena beberapa faktor antara
lain faktor keterlibatan emosional dalam mendengar sebuah kisah berbeda dengan
membaca buku. Keterlibatan emosional ini sebenanya sangat bagus jika ditinjau
dari teori pendidikan modern yang berusaha menyeimbangkan fungsi otak kiri dan
otak kanan. Selama ini fungsi otak kiri yang berkaitan dengan intelegensi,
kemampuan berfikir selalu mendapatkan perhatian yang sangat besar. b. Faktor
penghambat ini baik faktor intern dari siswa, guru, metode hingga bahan
pelajaran, juga berasal dari faktor ekstern seperti keadaan sosial budaya di
masyarakat yang banyak mempengaruhi siswa. Pesatnya informasi dewasa ini
tidak hanya membawa pengaruh yang posistif namun juga pengaruh negatif.
Kata kunci:
Strategi BCM, Pembelajaran PAI Anak Usia Dini
v
DEKLARASI
Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan untuk gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi,
dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Jepara, September 2015
Peneliti
ICUT FITRI AYU SEJATI
vi
KATA PENGANTAR
ِ‫ﺑِﺴْﻢِ ﷲِ اﻟّ َﺮ ﺣْ َﻤ ِﻦ اﻟّ َﺮﺣِ ﯿﻢ‬
Segala puji hanya bagi Allah pemelihara seluruh Alam, limpahan sholawat
dan salam-mu dengan tiada henti keharibaan Nabi Muhammad SAW. Rasul mulia
yang diharapkan Syafa’at-Nya di akhir zaman. Hanya karena pertolongan dan
hidayah-mu Yaa Allah penulis skripsi ini dapat terselesaikan.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sedalamdalamnya kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. H. Muhtarom HM, Rektor UNISNU Jepara
2. Bapak Drs. H. Akhirin Ali, M.Ag selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan UNISNU Jepara yang telah memberikan kesempatan untuk
mengadakan penelitian.
3. Bapak Drs. H. Akhirin Ali, M.Ag sebagai pembimbing yang telah meluangkan
waktu serta ketabahan dan kesabarannya dalam membimbing dan memberi
petunjuk sehingga penulis skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
4. Seluruh Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UNISNU Jepara yang
dengan ikhlas penuh kesabaran dalam mendidik serta memberikan pengajaran
kepada penulis sampai selesainya tugas studi.
5. Kedua orang tuaku dan suamiku tercinta yang telah mendukung penulisan
skripsi ini hingga terselesaikan dengan baik.
6. Kepala RA NU Baiturrahman Langon Tahunan Jepara yang telah memberikan
ijin penelitian ini.
7. Semua sahabat dan rekan mahasiswa serta semua pihak yang telah rela
membantu peneliti dalam menyusun skripsi.
vii
Untuk semuanya penulis tidak dapat membalas segala bantuanya, hanya
dapat memohon kepada Allah SWT semoga amal baik mereka dibalas oleh Allah
dengan balasan yang sebaik-baiknya.
Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu kepada para pembaca kritik dan saran sangat diharapkan,
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khusunya dan bagi semua pihak.
Jepara, September 2015
Peneliti
ICUT FITRI AYU SEJATI
viii
PEDOMAN
TRANSLITERASI ARAB LATIN
Berdasarkan SKB menteri Agama dan mentri
Pendidikan dan kebudayaan RI
Nomor 0543 b / U / 1987 Tertanggal 22 Mei 1988
A. Konsonan Tunggal
HURUF
ARAB
NAMA
HURUF
LATIN
KETERANGAN
‫ا‬
Alif
-
Tidak dilambangkan
‫ب‬
Ba’
B
-
‫ت‬
Ta’
T
-
‫ث‬
Sa
S
S dengan titik di atas
‫ج‬
Jim
J
-
‫ح‬
Ha’
H
H dengan titik dibawah
‫خ‬
Kha’
Kh
-
‫د‬
Dal
D
-
‫ذ‬
Zal
Z
z dengan titik di atas
‫ر‬
Ra’
R
-
‫ز‬
Za’
Z
-
‫س‬
Sin
S
-
‫ش‬
syin
Sy
-
‫ص‬
Sad
S
S dengan titik di bawah
‫ض‬
Ada
d
D dengan titik dibawah
ix
HURUF
ARAB
NAMA
HURUF
KETERANGAN
LATIN
‫ط‬
t
T
t dengan titik dibawah
‫ظ‬
Za’
Z
z dengan titik dibawah
‫ع‬
‘ain
-
-
‫غ‬
gain
G
-
‫ف‬
Fa’
F
-
‫ق‬
qaf
Q
-
‫ك‬
kaf
K
-
‫ل‬
lam
L
-
‫م‬
mim
M
-
‫ن‬
nun
N
-
‫و‬
waw
W
-
‫ه‬
Ha’
H
-
‫ء‬
hamzah
-
‫ي‬
Ya’
Y
Ta’
h
‫ة‬
...‫ة‬
Koma lurus miring
(tidak untuk awal kata)
dibaca ah ketika mauquf
marbutah
Ta’
marbutah
t/h
dibaca ah/at ketika mauquf
x
B. Vokal Pendek
ARAB
LATIN
KETERANGAN
CONTOH
-
A
Bunyi fatkha pendek
‫اﻗﻞ‬
-
I
Bunyi kasrah pendek
‫ﺳﻠﯿﻢ‬
-
U
Bunyi dammah pendek
‫اﺣﺪ‬
C. Vokal Panjang
ARAB
LATIN
KETERANGAN
CONTOH
‫غـــــــﺎ‬
A
Bunyi fatkha panjang
‫ﻛﺎن‬
‫ﻓــــــﻰ‬
I
Bunyi kasrah panjang
‫ﯾﺒﻨﻰ‬
‫ﻗـــــﻮ‬
U
Bunyi dammah panjang
‫ﻛﻮ ﻧﻮ‬
D. Vokal Diftong
ARAB
LATIN
KETERANGAN
CONTOH
‫ﻗـــــ َﻮ‬
Aw
Bunyi fatkha diikuti waw
‫ﻣﻮز‬
‫ﻓـ َﻲ‬
Ai
Bunyi fatkha diikuti ya
‫ﻛﯿﺪ‬
E. Pembauran Kata Sandang Tertentu
ARAB
LATIN
‫ﻖ‬
َ ‫اﻟ‬
‫اﻟﺶﱠ‬
I
‫واﻟﻢ ُواﻟﺖﱠ‬
U
KETERANGAN
CONTOH
Bunyi al Qamariyah
Bunyi al syamsiyyah dengan / (el)
diganti huruf berikutnya
Bunyi al Q amariyah / al
syamsiyyah diawali huruf hidup,
maka tidak terbaca mandiri‫ﭑ‬
‫اﻟﻘﻤﺮ‬
‫ب‬
ِ ‫ﺼ َﻮا‬
‫وﷲُ اَ ْﻋﻠَ ُﻢ ِﺑﺎ ﻟ ﱠ‬
xi
‫اﻟﺸﻤﺴﯿﺔ‬
‫واﻟﻤﻌﺎﻣﻠﺔ واﻟﺘﺮ ﺑﯿﺔ‬
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
NOTA PEMBIMBING ......................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................. iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................ iv
ABSTRAK ..............................................................................................................v
HALAMAN DEKLARASI.................................................................................. vi
HALAMAN KATA PENGANTAR................................................................... vii
HALAMAN TRANSLITERASI ......................................................................... ix
HALAMAN DAFTAR ISI.................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .....................................................................1
B. Penegasan Istilah.................................................................................8
C. Rumusan Masalah ..............................................................................9
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................10
E. Telaah Pustaka ..................................................................................11
F. Metode Penelitian..............................................................................13
G Sistematika Penulisan Skripsi............................................................19
BAB II : LANDASAN TEORI
A. Strategi Pembelajaran. ......................................................................21
1. Pengertian Strategi Pembelajaran ................................................21
2. Strategi Pembelajaran di Taman Kanak-kanak ............................21
B. Kajian Tentang BCM (Bermain, Cerita dan Menyanyi)...................22
1. Pengertian bermain.......................................................................22
2. Macam-macam permainan di TK.................................................23
3. Manfaat permainan ....................................................................23
xii
4. Pengertian Metode Bercerita Bagi Anak TK ...............................27
5. Manfaat Metode Bercerita............................................................30
6. Teknik bercerita ........................................................................31
7. Pengertian menyayi......................................................................31
8. Manfaat menyayi..........................................................................32
C. Pendidikan Agama Islam Anak Usia Dini ........................................33
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam Anak Usia Dini .................33
2. Tujuan pembelajaran Agama Islam .............................................34
3. Ruang lingkup materi pendidikan agama Islam...........................35
4. Pendidikan anak usia dini ............................................................36
D. Strategi Pembelajaran BCM (Bermain, Cerita Dan Menyayi)
Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Anak Usia .............45
BAB III : KAJIAN OBJEK PENELITIAN
A. Data Umum ..................................................................................47
1. Tinjauan Historis .......................................................................47
2. Visi-Misi RA NU Baiturahman Langon....................................48
3. Struktur organisasi.....................................................................49
4. Letak geografis ..........................................................................50
5. Kondisi fisik RA NU Baiturahman Langon ..............................50
6. Kondisi guru/tenaga pengajar...................................................50
7. Kondisi karyawan .....................................................................51
8. Kondisi siswa............................................................................51
9. Kondisi sarana prasarana ..........................................................52
xiii
10. Kurikulum Pembelajaran di RA NU Baiturahman
LangonTahunan Jepara..............................................................53
B. Data Khusus ..................................................................................56
1. Pelaksanaan Pembelajaran BCM (Bermain, Cerita Dan
Menyayi) Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Anak Usia Dini Di RA NU Baiturrahman Langon Tahunan
Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 ............................................56
2. Penyajian data penelitian ...........................................................58
BAB IV. PEMBAHASAN
A. Analisis
pelaksanaan
strategi
pembelajaran
BCM
yang
dilakukan guru dalam Pembelajaran PAI anak usia dini di RA
NU Baiturrahman Langon Tahunan Jepara. .....................................65
B. Analisis pelaksanaan strategi pembelajaran BCM (Bermain,
Cerita,
Menyanyi)
dalam
pembelajaran
PAI
dalam
meningkatkan keaktifan siswa RA NU Baiturrahman Langon
Tahunan Jepara. ................................................................................72
C. Analisis Faktor-Faktor Pendukung dan Metode BCM Dalam
Pembelajaran PAI siswa RA NU Baiturrahman Langon Tahunan
Jepara Tahun Pelajaran 2013/2014 ...................................................77
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .....................................................................................80
B. Saran ................................................................................................83
C. Kata Penutup.....................................................................................84
DAFTAR PUSTAKA
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan agama Islam adalah upaya dasar dan terencana dalam
penyiapan peserta didik mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani,
bertaqwa kepada Allah SWT, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran
agama Islam dari sumber utamanya yaitu kitab suci Al-Qur’an dan Hadist, melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman.1
Di era yang serba modern ini, berbagai taman kanak-kanak atau
Raudlotul Atfal dan tempat penitipan anak yang telah berkembang maju segi
pembelajarannya, kegiatan extrakurikuler, ataupun fasilitas yang menunjang
proses pembelajaran. Pemilihan strategi pembelajaran dalam kegiatan belajar
mengajar harus diutamakan. Hal tersebut akan menentukan berhasil dan tidaknya
pembelajaran yang hendak dicapai. Di lingkungan keluarga pun para orang tua
juga harus memperhatikan strategi pembelajaran yang tepat untuk anak-anaknya,
sebab keluarga merupakan pendidikan pertama dan utama yang didapat anak pada
usia dini. Kesibukan
orangtua dengan pekerjaanya menjadikan
alasan
mengabaikan hal tersebut. Strategi yang dipilih untuk mendidik anak, hanya
sekedar memberikan pesan-pesan untuk berperilaku baik, menghormati orang tua,
duduk yang baik, makan dengan tangan yang baik dan sebagainya. Hal tersebut
tidak akan menancap lama di benak anak-anak usia dini. Apalagi dalam
1
Departemen Agama RI, Kurikulum 2004 Pendidikan Agama Islam Taman KanakKanak, (Jakarta : Direktorat Madrasah dan Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Umum, 2004),
hlm.2
1
2
Pembelajaran PAI usia dini, dalam pergaulan sehari-hari pun juga perlu
diperhatikan. Perilaku-perilaku anak usia dini, seperti selalu ingin berbagi,
menolong teman, saling memukul, berebut jajan, saling mengolok, membenci
teman hingga akhirnya menangis. Terkadang hal itu menjadi pemicu pertengkaran
antar orang tua. Sehingga hanya karena masalah anak dengan anak, orangtua
saling bermusuhan. Hal tersebut tidak mengajarkan anak membedakan perilaku
yang baik dan buruk, akan tetapi malah akan mendidik anak menaruh sikap
dendam pada teman sebayanya. Oleh karena itu, para orangtua harus memberikan
suri tauladan yang baik kepada anak-anaknya sejak dini. Jadi, hendaknya orang
tua juga dapat memilih jenjang pendidikan anak usia dini yang tepat, terutama
untuk Pembelajaran PAI.
Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus
dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif
dan efisien.2 Khususnya di taman kanak-kanak strategi pembelajaran yang
menarik akan membawa keberhasilan dalam proses belajar mengajar.
Di usia dini (prasekolah) anak harus mendapatkan pendidikan dari
lingkungan yang menyenangkan. Masa prasekolah adalah juga masa belajar, tetapi
bukan dalam dunia dua dimensi (pensil dan kertas) melainkan belajar pada dunia
nyata, yaitu dunia tiga dimensi. Dengan perkataan lain, masa prasekolah
merupakan time for play.3
2
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorentasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana, 2007) hlm. 124
3
Reni Akbar, Hawadi, Psikologi Perkembangan Anak, (Jakarta: PT Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2006), hlm. 4-6
3
Pendidikan pada masa ini begitu penting sebab anak pada masa ini
disebut juga mengalami masa keemasan (Golden Age).4 Anak-anak TK berumur
antara 4-6 tahun juga termasuk dalam umur prasekolah atau dikatakan masih usia
dini. TK merupakan lembaga pendidikan formal prasekolah. Di TK tidak ada
pelajaran membaca, menulis, dan matematika. Jadi, TK itu bukan sekolah,
melainkan taman, tempat anak-anak umur 4-6 tahun bermain. Dengan demikian
mereka belajar banyak hal sebagai persiapan untuk bergaul dalam lingkungannya
dan untuk memasuki pendidikan sekolah dasar (SD).5 Strategi pembelajaran di
Taman Kanak-kanak selama ini dilaksanakan dengan teknik bermain sambil
belajar, belajar sambil bermain. Dari bermain guru dapat menumbuhkan dan
Pembelajaran PAI anak. Model pembinaan akhlak di Taman Kanak-kanak pada
umumnya juga di lakukan dengan teknik pembiasaan pada anak melalui
pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Begitu halnya anak-anak, mereka
berkembang dimulai dari perubahan secara fisik intelektual, sosial dan emosional,
yang terjadi dari lahir sampai dewasa. Manusia berubah sepanjang hidupnya,
tetapi pada masa kanak-kanak, manusia mengalami perubahan paling dramastis.
Berawal dari sang bayi yang tak berdaya dan bergantung pada orang dewasa,
kemudian tumbuh berkembang menjadi anak muda yang cakap, dan berfikir serta
berargumentasi dengan canggih, memilki kepribadian unik, dengan selalu
4
Hariwijaya, Bertian dan Eka S. PAUD, Melejitkan Potensi Anak dengan Pendidikan
Sejak Dini. (Mahaddhika Publishing, 2009.) hlm.13
5
Prianto Rose Mini, Perilaku Anak Usia Dini, (Yogjakarta: KANISIUS, 2003) hlm. 47
4
berusaha keras bersosialisasi dengan orang lain. Beragam kemampuan dan
karakteristik terbentuk dimasa kanak-kanak mereka.6
Menurut Piaget, perkembangan pada usia ini berada pada periode
praoperasional, yaitu tahapan dimana anak belum mampu menguasai operasi
mental secara logis. Yang dimaksud dengan operasional adalah kegiatan- kegiatan
yang diselesaikan secara mental bukan fisik. Periode ini ditandai dengan
berkembangnya representasional, atau symbolic function yaitu kemampuan untuk
mempresentasikan atau mewakili sesuatu yang lain dengan menggunakan simbol
(kata-kata, gesture/bahasa gerak, dan benda). Dapat juga dikatakan sebagai
semiotic function , yaitu kemampuan untuk menggunakan simbol-simbol (bahasa,
gambar, tanda/isyarat, benda, gesture, atau peristiwa) untuk melambangkan suatu
kegiatan, benda yang nyata, atau peristiwa.7
Mendidik anak adalah dunia yang penuh dengan keunikan. Itulah
sebabnya ada pepatah yang mengatakan “Mendidik Anak Bagaikan Mengukir di
Atas Batu”. Dengan kata lain pendidikan anak dunia yang dipenuhi oleh
tantangan. Akan tetapi, sekali satu ajaran terserap oleh si anak, selamanya ia akan
berfikir dan berperilaku sesuai ajaran tersebut.8 Pembinaan akhlak merupakan
tindakan yang terpenting dan harus dipersiapkan untuk masa depan anak usia dini.
Orang tua mempunyai kewajiban untuk menanamkan akhlaqul karimah pada
6
Dwi Retna Damayanti, Program Pendidikan Untuk Anak Usia Dini di Prasekolah
Islam, (PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta2005 .) hlm. 2-3
7
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak & Remaja, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2009), hlm. 165
8
Mahmud Al-Khal’awi, Said Mursi, Mendidik Anak dengan Cerdas, (Insan Kamil; Solo,
2007.)
5
anak-anaknya yang dapat membahagiakan dialam kehidupan dunia dan akhirat.9
Dalam keluarga pendidikan akhlaqul karimah sangat penting bagi orang tua untuk
anak-anaknya, sebagaimana dalam firman Allah:
           
(١٤ : ‫ )ﻟﻘﻣﺎن‬    
Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang
ibu- bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah
kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kamu
akan kembali. (Q.S. Luqman: 14) 10
Dalam ayat tersebut telah menunjukkan dan menjelaskan bahwa tekanan
utama pendidikan keluarga dalam Islam adalah pendidikan akhlak, yaitu dengan
jalan melatih anak membiasakan hal-hal yang baik, menghormati kedua orang tua,
bertingkah laku sopan baik dalam perilaku keseharian maupun dalam bertutur
kata.11
Karena itu dengan berbagai cara para orang tua dalam mendidik dan
Pembelajaran PAI anak-anaknya yang masih usia dini. Para orang tua yang
merasa tidak cukup anak-anaknya dibina dirumah, mereka berlomba-lomba
memasukkannya ke tempat penitipan anak, Taman kanak-kanak, bahkan
pondokpondok pesantren. Dengan demikian tugas terpenting bagi seorang guru
atau pendidik terhadap anak adalah senantiasa menasehati dan Pembelajaran PAI
mereka, serta membimbing agar tujuan utama mereka dalam menuntut ilmu
9
Khalik Al-Musawi, Bagaimana Membangun Kepribadian Anda, (Lentera: Jakarta,
2007) hlm. 21
10
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya,( Surya Cipta Aksara : Surabaya,
1989) ,hlm.
11
Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, (Pustaka Pelajar: Jogjakarta, 2005.)
Hlm. 324-325
6
adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah. Hal ini sesuai dengan tujuan Rasul
sebagai guru dan pendidik manusia yang amat agung dan mulia yakni untuk
mendidik dan Pembelajaran PAI manusia.12 Sebagaimana Nabi Muhammad SAW
bersabda yang artinya” Sesungguhnya saya diutus Allah di muka bumi untuk
menyempurnakan akhlak manusia”.
Oleh karena itu, seorang guru hendaknya dapat memilih strategi
pembelajaran yang tepat untuk Pembelajaran PAI anak usia dini. Strategi yang
dipilih harus menyenangkan dan tidak membosankan bagi anak TK. Salah satunya
menggunakan strategi BCM (Bermain, Cerita, Menyanyi).
Karena sesuai dengan pendidikan di TK yang dilaksanakan dengan
teknik bermain sambil belajar. Melalui permainan kreatif dalam PAUD, anak
belajar banyak cara. Anak-anak tidak dapat belajar secara optimal jika merasa
bosan, mengantuk, lapar, takut, atau bingung dengan yang sedang terjadi. Karena
itu, pendidikan anak untuk usia dini harus menciptakan suasana bermain melalui
permainan kreatif sesuai dengan cara-cara belajar yang biasa anak-anak alami
dalam hidup mereka sehari-hari yang juga harus didukung lingkungan belajar
yang aman dan tidak membuat mereka takut. Perlu strategi dalam mengelola
permainan yang kreatif agar dapat tercipta lingkungan belajar yang aktif, kreatif,
aman, menggembirakan, dan efektif.13
Metode bercerita dan menyanyi juga merupakan metode pembelajaran
yang banyak digunakan di TK. Pembelajaran tersebut juga sangat penting di
12
Mansur. Ibid .hlm 289
Igrea Siswanto, Mendidik Anak dengan Permainan Kreatif, (Bermain sambil belajar
untuk mengembangkan Kecerdasan Majemuk Sejak Usia Dini), (Yogjakarta: ANDI, 2008.) hlm.
10
13
7
kehidupan dunia anak-anak usia dini.14 Kegiatan bercerita juga memberikan
sejumlah pengetahuan sosial, nilai-nilai moral, dan keagamaan. Kegiatan bercerita
memberikan pengalaman belajar untuk berlatih mendengarkan. Melalui
mendengarkan
anak
memperoleh
bermacam-macam
informasi
tentang
pengetahuan, nilai, sikap, untuk dihayati dan diterapkan dalam kehidupan
seharihari. Kemudian melalui menyanyi, anak juga akan belajar menghafal dan
menghayati lagu-lagu yang dinyanyikan bersama. Misalnya, lagu rukun iman,
rukun islam, lagu yang berisi adab didalam kelas, dan lain sebagainya.
Demikian juga di RA NU Baiturrahman Langon Tahunan Jepara Tahun
Pelajaran 2014/2015 yang menggunakan pembelajaran bermain, cerita dan
menyanyi. Guru Pembelajaran PAI anak-anak dengan pembelajaran tersebut.
Sehingga hasilnya secara tidak langsung anak akan mendapatkan pelajaran
tentang perilaku baik dan buruk atau akhlak lainnya melalui pembelajaran yang
menarik dan menyenangkan. Yaitu dengan mengambil manfaat dari pembelajaran
BCM (bermain, cerita dan menyanyi). Berdasarkan pernyataan analisa sementara,
peneliti tertarik dengan objek tersebut. Oleh karena itu penelitian ini diberi judul
“Strategi Pembelajaran Bcm (Bermain, Cerita Dan Menyayi) Dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam Anak Usia Dini Di RA NU Baiturrahman Langon
Tahunan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015”.
14
Moeslichatoen R., Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak, (PT. Rineka Cipta,
2000) hlm. 15
8
B. Penegasan Istilah
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang arah penulisan skripsi
ini peneliti akan menjelaskan terlebih dahulu kata kunci yang terdapat dalam
pembahasan ini.
1. Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran adalah pola umum perbuatan guru-murid didalam
perwujudan kegiatan belajar mengajar.15
2. Pengertian Metode BCM
Metode BCM adalah serangkaian kegiatan berupa bermain, cerita, menyanyi
yang divariasikan dalam satu kegiatan pembelajaran yang menarik dan
menyenangkan, dan dapat digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran
tertentu.16
3. Pengertian PAI
PAI Menurut Zakiah Darajat Pendidikan Agama Islam adalah Pendidikan
melalui ajaran-ajaran agama islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan
terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan itu ia dapat
memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran agama islam yang
telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama islam
sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup
di dunia maupun di akhirat kelak.17
15
J.J Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, ( Bandung: Rosdakarya, 2012),
hlm. 3
16
Moeslichatoen R, Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2005) hlm. 157
17
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta: PT Rineka Cipta,2003), hlm. 10
9
4. Pengertian anak usia dini Anak Usia dini adalah anak yang berusia 2 – 6 tahun,
yang berada pada tahap perkembangan awal masa kanak-kanak, yang memiliki
karakteristik berpikir konkrit, realisme, sederhana, animism, sentrasi, dan
memiliki daya imajinasi yang kaya.
Jadi yang dimaksud dengan judul Strategi Pembelajaran BCM (
Bermain, Cerita Dan Menyayi) Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Anak Usia Dini Di RA Nu Baiturrahman adalah pola umum perbuatan gurumurid didalam perwujudan kegiatan belajar mengajar dengan bermain, cerita,
menyanyi yang divariasikan dalam satu kegiatan pembelajaran Pendidikan
Agama Islam yang menarik dan menyenangkan pada anak Anak Usia dini
adalah anak yang berusia 2 – 6 tahun.
C. Rumusan Masalah
Mengacu pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa
masalah yang akan dibahas yaitu:
1. Bagaimana pelaksanaan strategi pembelajaran BCM yang dilakukan guru
dalam Pembelajaran PAI anak usia dini di RA NU Baiturrahman Langon
Tahunan Jepara?
2. Apakah
pelaksanaan strategi pembelajaran
BCM
(Bermain,
Cerita,
Menyanyi) dalam pembelajaran PAI dapat meningkatkan keaktifan siswa RA
NU Baiturrahman Langon Tahunan Jepara?
3. Apasaja faktor-faktor pendukung dan penghambat Metode BCM dalam
Pembelajaran PAI anak usia dini di RA NU Baiturrahman Langon Tahunan
Jepara?
10
D. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka dalam penelitian ini ada
beberapa tujuan yang akan dicapai diantaranya sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan bagaimana pelaksanaan strategi pembelajaran BCM
yang dilakukan guru dalam Pembelajaran PAI anak usia dini di RA NU
Baiturrahman Langon Tahunan Jepara?
2. Untuk mendeskripsikan apa saja yang menjadi faktor hambatan guru dalam
melaksanakan strategi pembelajaran BCM untuk Pembelajaran PAI anak usia
dini di RA NU Baiturrahman Langon Tahunan Jepara?
3. Untuk mendeskripsikan faktor-faktor pendukung dan penghambat Metode
BCM dalam Pembelajaran PAI anak usia dini di RA NU Baiturrahman Langon
Tahunan Jepara?
Secara praktis manfaat dari pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Peneliti.
a. Sebagai persyaratan dalam memperoleh gelar kesarjanaan di Jurusan PAI,
Fakultas Tarbiyah dan Imu Keguruan UNISNU Jepara.
b. Sebagai wahana dalam meningkatkan kompetensi dalam hal penelitian dan
penulisan serta ilmu pengetahuan.
c. Sebagai pedoman di dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik.
d. Sebagai bekal kelak menjadi seorang ibu untuk mendidik anak-anak.
2. Bagi Lembaga.
a. Sebagai bahan rujukan dan evaluasi dalam mengambil keputusan dalam
kegiatan belajar mengajar.
11
b. Sebagai
referensi
dalam
melakukan
pembenahan-pembenahan
dan
pengembangan-pengembangan dalam pendekatan pembelajaran.
3. Bagi Masyarakat
a. Sebagai
in-put
dalam
pelaksanaan
pembenahan-pembenahan
dan
pengembangan-pengembangan dalam proses belajar di luar sekolah.
b. Menumbuhkan kesadaran dan semangat masyarakat agar berpartisipasi
dalam kegiatan pendidikan.
c. Menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan anak usia
dini.
E. Telaah Pustaka
Dalam pembuatan skripsi ini, peneliti mencoba menggali informasi dari
buku-buku maupun skripsi sebagai bahan pertimbangaan untuk membandingkan
masalah-masalah yang diteliti baik dalam segi metode maupun objek penelitian.
1..Buku karya Dr. Mansur M.A., yang berjudul ”Pendidikan Anak Usia Dini
dalam Islam” penerbit Pustaka Pelajar tahun 2005. yang berisi pentingnya
memberikan pendidikan kepada anak sejak dini, terutama dalam memberikan
pendidikan agama Islam yaitu dengan penanaman nilai-nilai agama dan akhlak
sejak dini. Hubungan kajian pustaka tersebut dengan penelitian ini adalah
sebagai acuan dan referensi.
2. Skripsi yang ditulis oleh Isticharoh (3102247), mahasiswi IAIN Walisongo
Semarang pada tahun 2007 yang berjudul “Penerapan Metode Pembiasaan
Dalam Pembentukan Akhlak Pada Anak Prasekolah di TKIT Permata Hati
Ngaliyan Semarang” disini, dalam upaya pembentukan akhlak pada anak
12
prasekolah menggunakan metode pembiasaan dimana metode ini melakukan
pembentukan kepribadian atau akhlak dengan cara berangsur-angsur.
Kemudian peranan guru dalam dalam proses pembentukan akhlak bagi siswa
selain mengajar juga mendidik serta memantau kegiatan-kegiatan yang
dilakukan siswa yang terlibat langsung dalam proses pembentukan akhlak.
Adapun factor yang memdukung pembentukan akhlak diantaranya faktor
lingkungan yaitu sekolah dan motivasi guru.
2. Skripsi yang ditulis oleh Aizatut Taulia (063111102), mahasiswi IAIN
Walisongo Semarang pada tahun 2010 yang berjudul “Pelaksanaan Metode
Cerita Dalam Pembelajaran di PAUD Al-Wathoniyah di Gemuh Kendal”
secara umum pelaksanaan metode cerita dalam pembelajaran di PAUD alwathoniyah gemuh Kendal sudah cukup bagus, sesuai dengan teori-teori yang
ada dan khususnya dari tujuan pelaksanaan pembelajaran dengan metode cerita
yaitu untuk menjadikan materi pembelajaran di PAUD lebih mudah untuk
diterima oleh anak didik.
3. Skripsi yang ditulis oleh Aslahul Munif (073111331), mahasiswa IAIN
Walisongo Semarangpada tahun 2009 yang berjudul “Implementasi Metode
Nyanyian / Lagu Dalam Pembelajaran Aspek Moral Agama Pada Anak Usia
Prasekolah di RA Walisongo Semarang” didalam skripsi ini pada dasarnya
metode lagu perlu diterapkan dalam pembelajaran aspek moral agama di TK
dan setingkatnya. Karena dalam mendidik agama pada anak usia dini
membutuhkan suatu cara atau metode yang khusus dan tepat, yang sesuai
dengan dunianya yang cenderung menyukai sesuatu yang indah dan
13
menyenangkan. Dengan lagu anak lebih cepat menghafal liriknya, mudah
memahami dan menyerap isi materi yang disampaikan melalui lagu. Lagu-lagu
yang dimaksud adalah lagu yang bernuansa keislaman, artinya yang berisi
tentang pengenalan ajaran agama Islam.
Penelitian terdahulu menggunakan metode deskriftif kualitatif dengan
melakukan Internal analisis. Adapun Teknik Pengumpulan data yang
digunakan adalah metode Dokumenter, Kepustakaan, lapangan. Sedangkan
teknik pengolahan data, dari data yang di peroleh, dilakukan interpretasi data.
Dari penelitian terdahulu yang relevan diatas mempunyai jenis analisis data
yang sama yaitu sama-sama menggunakan metode deskriftif kualitatif. Namun
dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif, data
yang hanya dapat diukur secara tidak langsung, untuk mengetahui strategi
pembelajaran BCM yang di lakukan oleh guru.
F. Metode Penelitian
1. Jenis penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif
kualitatif yaitu: data yang hanya dapat diukur secara tidak langsung. 18 Data
kualitatif yang dibetulkan dalam penelitian ini adalah data tentang keadaan
siswa, hasil interview tentang pendidikan di RA NU Baiturrahman Langon
Tahunan Jepara. Yang kedua menggunakan penelitian kuantitatif yaitu data
yang diperoleh menggunakan angka-angka, dari observasi terhadap proses
belajar mengajar di RA NU Baiturrahman Langon Tahunan Jepara.
18
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta, Rineka
Cipta, 2002), hlm.10
14
2. Populasi dan sampel
Populasi merupakan keseluruhan obyek yang diteliti dan terdiri atas
sejumlah individu, dengan demikian yang dimaksud dengan populasi dalam
penelitian ini adalah subyek dalam suatu daerah atau lingkungan tertentu yang
akan diteliti, dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh anak RA NU
Baiturrahman Langon Tahunan Jepara yang berjumlah 102 anak. Sampel
adalah bagian populasi yang digunakan untuk memperkirakan karakteristik
populasi. Apa yang dipelajari dari sampel, maka kesimpulannya akan
diberlakukan untuk populasi. Oleh karena itu sampel yang diambil dari
populasi harus benar-benar representatif atau mewakili. Jika sampel kurang
representatif akan mengakibatkan nilai yang dihitung dari sampel tidak cukup
tepat untuk menduga nilai populasi sesungguhnya.19
Sedangkan teknik sampling yang digunakan adalah teknik random
sampling, maksudnya cara pengambilan sampling tanpa pilih-pilih atau
pandang bulu dalam arti semua individu dalam populasi diberi kesempatan
untuk dipilih menjadi anggota sampel.20
Adapun cara yang digunakan dengan mengambil 10 % dari populasi
94 anak RA NU Baiturrahman Langon Tahunan Jepara yaitu sebanyak 32
anak, 50 dengan perincian sebagai berikut:
a. Kelompok A sebanyak 32 anak
b. Kelompok B sebanyak 50 anak
19
20
Murti Sumarni, Metodologi Penelitian Bisnis, (Yogyakarta: Andi, 2005), hlm.70
Ibid, hlm. 73
15
3. Jenis data dan sumber data
a. Jenis data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu
penelitian yang dituntut dengan menggunakan angka, mulai dari
pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari
hasilnya.21
b. Penelitian lapangan (field research)
Penelitian lapangan adalah penelitian yang dilakukan dengan terjun
langsung ke obyek penelitian untuk memperoleh data yang lebih kongkrit
yang berkaitan dengan masalah yang diteliti,22 dalam penelitian lapangan
disini dapat diperoleh data dari Kepala RA, guru, karyawan dan anak yang
menjadi sample penelitian.
3. Teknik Pengumpulan Data
Penggunaan metode merupakan hal yang sangat penting dalam setiap
penelitian. Sebab dalam menggunakan metode dapat mempermudah proses
pengumpulan data, juga dapat menumbuhkan kualitas dari hasil suatu tujuan
penelitian. Dalam pembahasan skripsi ini diperlukan data yang valid dengan
permasalahan yang dibahas melalui beberapa metode yang digunakan dalam
penelitian kualitatif dan kuantitatif dalam pembahasan skripsi ini penulis
menggunakan:
a. Metode Observasi
21
Suharsini Arikunto, Op.cit, hlm,10
Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta, Bumi Aksara;
2007), hlm. 28
22
16
Seringkali orang mengartikan observasi sebagai suatu aktiva yang
sempit yakni memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata. Di dalam
pengertian psikologi observasi atau pengamatan meliputi kegiatan pemuatan
perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan alat indera.
Metode observasi merupakan prosedur yang sistematis dan staandar
dalam pengumpulan data. Pemakaian cara ini didasarkan pada konsep,
definisi dan pengukuran variabelnya. Dalam hal ini observasi melibatkan
proses pengamatan dan ingatan dan berkenaan dengan perilaku manusia
yaitu anak anak RA NU Baiturrahman Langon Tahunan Jepara.
Observasi disini dilaksanakan oleh peneliti untuk mengetahui
keaktivan atau partisipasi anak dalam kegiatan belajar mengajar yang
dilaksanakan oleh guru dan siswa. Dalam melaksanakan observasi peneliti
memperhatikan kejadian kejadian yang masuk kedalam kategori keaktivan
atau partisipasi anak misalnya: anak bertanya, anak merespon percakapan,
anak mengikuti permainan cerita dan menyanyi dengan tertib dan
sebagainya.
b. Metode Interview
Interview atau wawancara adalah metode pengumpulan data
dengan Tanya jawab yang dikerjakan dengan sistematika dan dilaksanakan
secara langsung oleh pewawancara kepada responden.
Interview bisa dilakukan secara langsung (personal interview)
maupun tidak langsung (misalnya melalui telepon atau email). Interview
merupakan komunikasi atau pembicaraan dua arah yang dilakukan oleh
17
pewawancara dan responden untuk menggali informasi yang relevan dengan
tujuan penelitian.
Dalam penelitian ini metode interview digunakan untuk menggali
data tentang situasi sekolah, kondisi siswa dalam proses belajar mengajar,
kondisi guru dan lain sebagainya. Adapun instrument pengumpulan datanya
berupa
pedoman
interview
yang
terstruktur
sebelumnya,
dengan
mewawancarai Kepala sekolah, karyawan, dan guru.
c. Metode Dokumentasi
Dokumentasi dari asal katanya dokumen, yang artinya barangbarang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti
menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen,
peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, rangkuman penilaian dan
sebagainya.23
Dalam penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk
mengumpulkan data-data yang ada pada lembaga sekolah. Sebagai
penunjang data-data tersebut meliputi data-data: kepala sekolah dan guru,
struktur organisasi, data siswa, buku rangkuman siswa serta data lain yang
dibutuhkan dalam proses penelitian di RA NU Baiturrahman Langon
Tahunan Jepara.
5. Analisis data
Analisa dalam penelitian merupakan bagian yang terpenting karena
dengan dengan analisis inilah data yang ada akan tampak manfaatnya terutama
23
Suharsini Arikunto, Op.cit, hlm. 135
18
dalam memecahkan masalah penelitian dan tujuan akhir penelitian. Analisis
data adalah suatu proses penyederhanaan dan dalam bentuk lebih mudah dibaca
dan diinterpretasikan. Adapun data yang diperoleh dalam penelitian ini terbagi
menjadi 2 yaitu:
Pertama berupa kualitatif untuk menyertai dan melengkapi gambaran yang
diperoleh dari analisis data kuantitatif.
Kedua yaitu kuantitatif yang diperoleh dengan menggunakan rumus statistik,
selanjutnya diinterpretasi dan diambil kesimpulan. Adapun rumus statistik
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Prosentase, Rumus ini digunakan
untuk mencari kesimpulan dari data-data yang diperoleh, yaitu data tentang
jumlah anak / sampel dan frekuensi mengikuti kegiatan dengan metode BCM
di RA NU Baiturrahman Langon Tahunan Jepara.
Rumus :
P = F x100%
N
Keterangan
P = Prosentase
F = Frekuensi yang dicari prosentasinya
N = Jumlah responden
Adapun skor / penilaian dari masing-masing keaktifan anak dalam pelaksanaan
metode BCM adalah sebagai berikut:
a. Nilai A (aktif) dengan skor 3
b. Nilai B (kadang kadang) dengan skor 2
19
c. Nilai C ( tidak aktif) dengan skor 1
Skor tersebut dalam pengembangan intelegensi anak yang ada dalam
penilaian perkembangan anak di buku Rangkuman penilaian / BLP adalah
sebagai berikut:
a. Nilai 3 (*3) artinya : anak telah mampu
b. Nilai 2 (*2) artinya : anak mampu dengan bantuan
c. Nilai 1 (*1) artinya : anak belum mampu.24
F. Sistematika Penulisan skripsi
Sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri dari lima bab. Adapun
rinciannya sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan yang terdiri dari: latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, ruang lingkup
penelitian, Metodologi Penelitian, membahas tentang metode yang
digunakan dalam penelitian ini yang terdiri dari jenis penelitian,
sumber data, teknik pengumpulan data, metode analisis data,
pengecekan keabsahan data dan tahap-tahap penelitian. dan
sistematika pembahasan.
Bab II : Tinjauan Pustaka, yang terdiri uraian teori-teori mengenai BCM
(bermain, cerita, menyanyi) dan strategi pembelajaran BCM (
bermain, cerita dan menyayi) dalam pembelajaran pendidikan
Agama Islam anak usia dini.
24
Depdiknas, Pedoman penilaian di TK , (Jakarta; 2005), hlm.8
20
Bab III : Laporan Hasil Penelitian, yaitu peneliti menguraikan hasil temuan
penelitian yang terdiri dari sekilas tentang laporan penelitian yang
terdiri dari penyajian data yang digunakan sebagai pemberian
jawaban masalah dan pembahasan dari laporan hasil penelitian.
Bab IV : Pembahasan Hasil Penelitian, yaitu peneliti mengkaji ulang
laporan hasil penelitian dan menguraikan jawaban secara
keseluruhan dari masalah yang diambil.
Bab V : Penutup, yang terdiri dari kesimpulan dan saran. Peneliti
menyimpulkan secara keseluruhan kemudian memberikan saran
sebagai perbaikan dari kekurangan peneliti.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Strategi Pembelajaran.
1. Pengertian Strategi.
Strategi secara umum mempunyai pengertian suatu garis-garis besar
haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran tertentu. Atau dapat
dikatakan bahwa strategi adalah suatu penataan potensi dan sumber daya agar
dapat efisien dalam memperoleh hasil sesuai yang dirancangkan. Istilah strategi
mula-mula dipakai dikalangan militer dan diartikan sebagai seni dalam
merancang peperangan, terutama yang erat kaitannya dengan gerakan pasukan
dan navigasi ke dalam posisi perang untuk memperoleh kemenangan. Dewasa
ini istilah strategi banyak dipinjam dalam bidang pengajaran, termasuk dalam
strategi mendidik anak usia dini.1 Dalam surat Ar-rahman ayat 1-4 diterangkan:
          
1. (Tuhan) yang Maha pemurah. 2. Yang telah mengajarkan Al Quran.
3. Dia menciptakan manusia. 4. Mengajarnya pandai berbicara. (Q.S.
Arahman:1-4).2
Kata ar-Rahman menunjukkan bahwa sifat-sifat pendidik adalah
murah hati, penyayang dan lemah lembut, santun dan berakhlak mulia kepada
anak didiknya dan siapa saja yang menunjukan profesionalisasi pada
Kompetensi Personal Seorang guru hendaknya memiliki strategi dan
1
Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, (Pustaka Pelajar: Jogjakarta, 2005),
hlm.304-305
2
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya,( Surya Cipta Aksara : Surabaya,
1989) , hlm.885
21
22
kompetensi paedagogis yang baik sebagaimana Allah mengajarkan al-Quran
kepada Nabi-NYA. Al-Quran menunjukkan sebagai materi yang diberikan
kepada anak didik adalah kebenaran/ilmu dari Allah (Kompetensi Profesional)
Keberhasilan pendidik adalah ketika anak didik mampu menerima dan
mengembangkan ilmu yang diberikan, sehingga anak didik menjadi generasi
yang memiliki kecerdasan spiritual dan kecerdasan intelektual, sebagaimana
penjelasan AI-Bayan.
2. Strategi Pembelajaran di Taman Kanak-kanak
Strategi secara umum mempunyai pengertian suatu garis-garis besar
haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran tertentu. Bermain
sebagai bentuk kegiatan kanak yang dilakukan dalam bentuk berbagai kegiatan
bermain perlu menekankan keempat hal tersebut diatas dan ditambah dengan
aspek-aspek lain, seperti moral, perilaku baik sebagai individu, sebagai anggota
masyarakat, dan sebagai warga Negara, serta sebagai makhluk Tuhan sesuai
dengan nilai-nilai keagamaan.3
B. Kajian Tentang BCM (Bermain, Cerita dan Menyanyi)
1. Pengertian Bermain
Bermain secara umum sering dikaitkan dengan kegiatan anak-anak
yang dilakukan secara spontan. Terdapat lima pengertian bermain :
a. Sesuatu yang menyenangkan dan memiliki nilai intrinsik pada anak
b. Tidak memiliki tujuan ekstrinsik, motivasinya lebih bersifat intrinsic
c. Bersifat spontan dan sukarela, tidak ada unsur keterpaksaan dan bebas
dipilih oleh anak
d. Melibatkan peran aktif keikutsertaan anak
3
Martini Jamaris, Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-kanak,
(Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2006) hlm. 125-126
23
e. Memiliki hubungan sistematik yang khusus dengan seuatu yang bukan
bermain, seperti kreativitas, pemecahan masalah, belajar bahasa,
perkembangan sosial dan sebagainya.4
Montessori mengartikan kegiatan bermain sebagai latihan jiwa dan
badan demi kehidupan anak dimasa depan. Berbagai permainan yang dilakukan
anak merupakan latihan atas berbagai tugas dan fungsi yang akan dijalani di
waktu yang akan datang.5
2. Macam-macam Permainan di TK
Macam-macam permainan yang dapat dijumpai di TK adalah:
a. Permainan aktif. Permainan ini berupa kegiatan berlari-lari, melompatlompat, meluncur, naik dan turun tangga, meniti balok, bermain ayunan,
bermain bola dan sebagainya.
b. Permainan konstruktif. Permainan ini dilakukan dengan teknik membangun,
antara lain menyusun balok-balok kayu, membuat rumah-rumahan, bermain
lego, bermain puzzle, dan lain-lain.
c. Permainan kreatif. Permainan ini dilakukan untuk mengembangkan daya
cipta anak, antara lain menggambar dengan pensil warna/ cat air/ krayon,
menggunting dan menempel, mencocok dan membentuk sesuatu dari
lempung, melipat kertas dan lain-lain.
d. Permainan imajinatif. Permainan ini melatih anak bermain peran tertentu
yang dikagumi, misalnya berperan sebagai ayah atau ibu, dokter, tentara,
polisi dan lain-lain.6
3. Manfaat Bermain
Bermain bagi anak tentu akan memberikan beberapa manfaat. Salah
satu manfaat yang paling besar adalah menjadikan anak dapat menyalurkan
kesenangannya. Namun ada beberapa manfaat lain permainan selain untuk
kesenangan. Manfaat itu antara lain:
a. Mempengaruhi pertumbuhan aspek fisik
4
Prianto Rose Mini, Perilaku Anak Usia Dini, (Yogjakarta: KANISIUS, 2003), hlm. 48
Ibid
6
Ibid, hlm.50
5
24
Dengan bermain anak akan menggerakkan tubuhnya. Maka anak yang aktif
akan cenderung sehat. Bayangkan saja saat anak sakit pasti ia malas
bergerak karena tidak mempunyai tenaga. Dengan anak bermain maka akan
membantu anak untuk lebih bergerak agar sehat.
b. Mempengaruhi aspek motorik halus dan kasar
Aspek motorik kasar dan halus adalah aspek yang paling penting bagi anak
umur 0-2 tahun. Dari memegang benda yang kecil, menggenggam sampai ia
dapat melempar bola dipengaruhi oleh motorik kasar. Dengan bermain maka
anak dapat mengkoordinasikan tubuhnya untuk bergerak sehingga
mempercepat anak untuk mengembangkan aspek motoriknya.
c. Baik bagi emosi anak
Anak dapat menyalurkan segala emosinya saat bermain. Saat anak tegang
anak dapat rileks dengan bermain. Saat anak sedih jika dia dihibur dengan
bermain maka kesedihannya akan hilang.
d. Berpengaruh pada aspek kognitif
Bermain dapat mengasah daya pikirnya. Misalnya jika ia bermain puzzle
maka akan melatih ingatannya. Namun tidak semua permainan berpengaruh
pada aspek kognitif anak. Hanya permainan tertentu saja yang dapat melatih
kognitif anak.
e. Mengasah alat indra
Dengan bermain biasanya anak akan lebih peka terhadap lingkungan
sekitarnya. Lebih tanggap terhadap alat inderanya.
f. Menyalurkan ketrampilan
25
Bermain dapat membuat anak menyalurkan ketrampilannya. Misalnya saja
dalam bermain melempar bola saat anak tidak terampil dalam memainkan
bola maka ia akan berusaha untuk dapat melemparkan bola, dan pada
akhirnya ia akan dapat melempar bola dengan baik.
g. Media terapi
Jika anak belum bisa menangkap sebuah benda maka anak akan terus
belajar untuk mencoba dan mencoba. Dengan ini anak akan dapat menerapi
dirinya sendiri dari ketidakbisaan dirinya menangkap bola.7
h. Pendidikan
Permainan yang bermacam-macam membuka kesempatan bagi anak untuk
belajar dan lebih mengenal banyak tentang sesuatu, misalnya pengetahuan
tentang berbagai bentuk, warna, dan yang lainnya. Dari sini anak-anak akan
mengekspresikan
apa
yang dilihatnya
ke
dalam
corat-coret
atau
menggambar, seiring dengan pertumbuhannya. Di berbagai kesempatan,
seorang
anak
memperoleh
pengetahuan
lewat
permainan
yang
dilakukannya, yang tidak ia dapati dari yang lainnya.
i. Manfaat social
Belajar melalui permainan bagaimana membangun relasi atau hubungan
dengan orang lain dan sukses berinteraksi dengan mereka. Lewat
permainan, anak dapat belajar saling menolong dan dapat saling memberi
serta menerima jika mereka bermain dengan orang yang lebih dewasa.
j. Akhlak
7
M. Hariwijaya. Bertiani Eka Sukaca, PAUD; Melejitkan Potensi Anak dengan
Pendidikan Sejak Dini. (Yogjakarta: Mahadika Publising, 2009), hlm 106-108
26
Lewat permainan anak mulai belajar mengenal pemahaman yang benar dan
salah, sebagaimana ia belajar landasan-landasan akhlak seperti berlaku adil,
jujur, amanah dan mengendalikan diri.
k. Ekspresi dan daya cipta
Anak, melalui permainan, akan mampu mengungkapkan kemampuan daya
cipta yang dimilikinya dan keinginan untuk mencobanya.
l. Pengembangan diri
Seorang anak mampu mengenal dirinya lebih baik melalui permainan yang
dilakukannya, sebagaimana mereka mengenal kemampuan dan keahliannya
dari pola hubungan dan interaksi mereka dengan teman-temannya. Anak
pun akan mengukur dan membandingkan dirinya dengan teman-temannya,
sebagaimana ia belajar mengenali permasalahan dan bagaimana cara
menyikapinya.
m. Manfaat solutif
Anak, melalui permainan, ingin melepaskan ketegangan yang lahir dari
berbagai tekanan dan aturan yang diharuskan untuk dirinya. Karenanya,
anak-anak yang banyak mendapat tekanan, aturan, perintah dan larangan
dirumah, akan lebih banyak bermain dibanding dengan anak-anak yang lain.
Sebab,
permainan
adalah
salah
satu
sarana
yang
efektif
untuk
menghilangkan permusuhan yang terpendam. Dengan berbagai jenis
permainan yang diberikan pada anak, tidaklah mustahil bagi kita untuk
27
mendapatkan hasil yang memuaskan berupa anak- anak yang cerdas, ceria,
sekaligus bertaqwa.8
4. Pengertian Metode Bercerita Bagi Anak TK
Metode bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar
bagi anak TK dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan. Cerita
yang dibawakan guru harus menarik, dan mengundang perhatian anak dan
tidak lepas dari tujuan pendidikan bagi anak TK. Bila isi cerita itu dikaitkan
dengan dunia kehidupan anak TK, maka mereka dapat memahami isi cerita itu,
mereka akan mendengarkannya dengan penuh perhatian, dan dengan mudah
dapat menangkap isi cerita.
Dunia kehidupan anak itu penuh suka cita, maka kegiatan bercerita
harus
diusahakan
dapat
memberikan
perasaan
gembira,
lucu
dan
mengasyikkan. Dunia kehidupan anak-anak itu dapat berkaitan dengan
lingkungan keluarga, sekolah, dan luar sekolah. Kegiatan bercerita harus
diusahakan menjadi pengalaman bagi anak TK yang bersifat unik dan menarik,
yang menggetarkan perasaan anak, memotivasi anak untuk mengikuti cerita itu
sampai tuntas.
Bercerita merupakan salah satu metode untuk mendidik anak.
Berbagai nilai-nilai moral, pengetahuan, dan sejarah dapat disampaikan dengan
baik melalui cerita. Cerita ilmiah maupun fiksi yang disukai anak-anak dapat
digunakan untuk menyampaikan pengetahuan. Cerita dengan tokoh yang baik,
kharismatik dan heroik menjadi alat untuk mengembangkan sikap yang baik
8
M. Mufti Mubarok. BCM Plus; Rahasia Cerdas Bermain sambil Belajar. (Surabaya :
PT. Java Pustaka Media Utama 2008.) hlm. 43-45
28
kepada anak-anak. Sebaliknya tokoh yang jelek, jahat dan kejam mendidik
anak untuk tidak berperilaku seperti itu karena pada umumnnya tokoh jahat di
akhir cerita akan kalah dan sengsara. Cerita tentang kepahlawanan, heroisme,
dan pemikiran yang cerdas dari para pahlawan dapat mendidik anak agar kelak
memiliki jiwa kepahlawanan. Jadi cerita amat potensial untuk mendidik anak.
Oleh karena itu, guru anak usia dini sebaiknya pandai bercerita.9
Ada beberapa macam teknik bercerita yang dapat dipergunakan
antara lain:
a. Membaca langsung dari buku cerita Teknik bercerita dengan membacakan
langsung itu sangat bagus bila guru mempunyai prosa yang sesuai untuk
dibacakan kepada anak TK. Ukuran kebagusan puisi atau prosa itu terutama
ditekankan pada pesan-pesan yang disampaikan yang dapat ditangkap anak:
memahami perbuatan itu salah dan perbuatan itu benar, atau hal ini bagus
dan hal ini jelek, atau kejadian itu lucu, kejadian menarik, dan sebagainya.
b. Bercerita dengan menggunakan ilustrasi gambar dari buku.
Bila bercerita yang disampaikan pada anak TK terlalu panjang dan terinci
dengan menambahkan ilustrasi gambar dari buku yang dapat menarik
perhatian anak, maka teknik bercerita ini akan berfungsi dengan baik.
Mendengarkan cerita tanpa ilustrasi gambar menuntut pemusatan perhatian
yang lebih besar dibandingkan bila anak mendengarkan cerita dari buku
bergambar. Untuk menjadi seorang yang dapat bercerita dengan baik guru
TK memerlukan persiapan dan latihan. Penggunaan ilustrasi gambar dalam
9
Slamet Suyanto, Strategi Pendidikan Anak, ( Jogjakarta: HIKAYAT Publising, 2008),
hlm. 45- 46
29
bercerita dimaksudkan untuk memperjelas pesan-pesan yang dituturkan,
juga untuk mengikat perhatian anak pada jalan ceritanya.
c. Menceritakan dongeng
Cerita dongeng merupakan bentuk kesenian yang paling lama. Mendongeng
merupakan cara meneruskan warisan budaya dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Dongeng dapat dipergunakan untuk menyampaikan pesan-pesan
kebajikan kepada anak. Oleh karena itu seni dongeng perlu dipertahankan
dari kehidupan anak. Banyak buku-buku dongeng yang bagus yang dapat
dibeli dipasaran, tetapi guru TK yang kreatif dapat mencipta dongeng dari
Negara Antah Berantah yang syarat akan nilai kebajikan.
d. Bercerita dengan menggunakan papan flannel
Guru dapat membuat papan flannel dengan melapisi seluas papan dengan
kain flannel yang berwarna netral, misalnya warna abu-abu. Gambar
pertokohan yang mewakili perwatakan dalam ceritanya digunting polanya
pada kertas yang dilapisi belakangnya dilapis dengan kertas goso yang
paling halus untuk menempelkan pada papan flannel supaya dapat melekat.
Gambar-gambar foto itu dapat dibeli dipasaran, atau kreasi sendiri oleh
guru, sesuai dengan tema-tema dan pesan-pesan yang ingin disampaikan
melalui bercerita.
e. Bercerita dengan menggunakan media boneka
Pemilihan bercerita dengan menggunakan boneka akan tergantung pada usia
dan pengalaman anak. Biasanya boneka itu terdiri dari ayah, ibu, anak lakilaki dan anak perempuan, nenek, kakek dan bisa ditambahkan anggota
30
keluarga yang lain. Boneka yang dibuat itu masing-masing menunjukkan
perwatakan pemegang peran tertentu.
f. Dramatisasi suatu cerita
Guru dalam bercerita memainkan perwatakan tokoh-tokoh dalam suatu
cerita yang disukai anak dan merupakan daya tarik yang bersifat universal.
Cerita anak-anak yang disukai antara lain Timun Emas, si Kancil mencuri
ketimun, dan sebagainya.10
5. Manfaat Metode Bercerita
Metode bercerita dalam kegiatan pengajaran anak TK mempuyai
beberapa manfaat penting bagi pencapaian tujuan pendidikan TK. Bagi anak
usia TK mendengarkan cerita yang menarik yang dekat dengan lingkungannya
merupakan kegiatan yang mengasyikkan. Guru TK yang terampil bertutur dan
kreatif dalam bercerita dapat menggetarkan perasaan anak. Guru dapat
memanfaatkan kegiatan bercerita untuk menanamkan kejujuran, keberanian,
kesetiaan, keramahan, ketulusan, dan sikap-sikap positif yang lain dalam
kehidupan lingkungan keluarga.
Kegiatan bercerita juga memberikan sejumlah pengetahuan social, nilainilai moral, dan keagamaan. Kegiatan bercerita memberikan pengalaman
belajar untuk berlatih mendengarkan. Melalui mendengarkan anak memperoleh
bermacam-macam informasi tentang pengetahuan, nilai, sikap, untuk dihayati
dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
10
hlm.4-8.
Suyadi, Permainan Edukatif Yang Mencerdasakan, (Jogjakarta: Power Books, 2009),
31
6. Teknik Bercerita
Yang dimaksud adalah penutur mencoba untuk mengarahkan cerita atau
kisahnya ke dalam suatu tujuan akhir berdasarkan alur dan kerangka (plot)
cerita. Untuk bercerita ini bisa dimulai dengan alur maju, alur mundur, atau
kombinasi. Dengan begitu anak secara langsung ataupun tidak langsung kita
kenalkan dengan gaya dan teknik bercerita yang kita tuturkan kepada sang
anak.
Mengenai muatan dan isi cerita bisa kita pilih dari khasanah cerita Islami
yang terdapat dalam kisah Nabi dan Rosul, kisah kekholifahan, atau yang
lainnya. Kita tahu bahwa Islam memang sangat kaya akan khasanah cerita,
dongeng, legenda, hikayat dan kisah-kisah ketauladanan yang pantas menjadi
contoh, menjadi sarana dari kisah yang akan kita ceritakan kepada anak didik
kita. Pendidikan agama yang disampaikan pada anak-anak secara dini memang
amat bagus, apalagi metode penyampaiannya dengan bercerita, pasti anak-anak
akan menaruh minat yang sangat besar, disamping anak-anak juga bisa belajar
bagaimana cara bercerita yang baik.
7. Pengertian Menyanyi
BCM merupakan salah satu pelatihan yang diberikan kepada anakanak. Dengan BCM ini diharapkan anak-anak mempunyai semangat belajar
terutama belajar berkomunikasi lewat bermain, cerita dan menyanyi. Yang
diharapkan oleh orang tua nantinya dengan system BCM ini anak akan
mempunyai semangat dan kesenangan belajar. Menyanyi juga merupakan
suatu kegiatan yang disukai anak. Dengan menyanyi menirukan suara guru
32
didepan kelas bersama teman-temannya, anak akan semakin senang terhadap
apa yang dipelajarinya, terutama dilingkungan sekolahnya.
Menyanyi dapat menjadi sarana hiburan dan juga pembelajaran bagi
semua usia dan golongan. Kita dapat memilih lagu- lagu yang pas untuk acara
yang kita selenggarakan. Seperti memilih lagu-lagu rohani yang dapat
mengingatkan kita kepada kebesaran Allah pada saat kita mengisi acara
pengajian atau kegiatan keagamaan. Begitu pula dalam pembelajaran disekolah
kita bisa memilih lagu-lagu yang pas untuk materi pembelajaran yang kita
ajarkan, apabila sesuai maka disamping menghibur dan menjadi jeda dan dapat
menghilangkan kejenuhan, menyanyi juga dapat menguatkan pemahaman anak
terhadap materi yang kita ajarkan.11
8. Manfaat Menyanyi
Seni menyanyi tidak lain adalah seni yang berkaitan dengan teori dan
teknik vokal. Seni vokal tidak lain adalah seni suara. Seni suara ini akan
banyak sekali manfaatnya. Selain untuk mengasah vokal dan olah suara, seni
suara juga bermanfaat dalam kelangsungan berkomunikasi. Kebanyakan orang
yang mengalami kegagalan dalam berkomunikasi atau ada kesanggupan dalam
mengutarakan buah pikiran-buah pikiran dengan jelas. Segala uraiannya
diucapkan dengan suara bergumam dalam mulutnya yang sukar ditangkap dan
kurang menyakinkan. Satu diantaranya adalah para guru yang berkecimpung
dalam komunikasi massa, mereka mengalami kecapekan dan lekas lelah. 12
11
Http//Guru plus da’i temenanan. Menyanyi sebagai metode pembelajaran. (diakses tgl
07 Juli 2015, 02.00 WIB)
12
Mufti Mubarok dan Bachtiar Ichwan, Metode Buroq : 60 Menit Mahir Baca Tulis Al
Qur’an , (Surabaya : Java Pustaka Group,2009), hlm. 64
33
Paling banyak dua jam pelajaran, kalau dipaksakan lebih dari itu akan
dirasakan pada kerongkongan. Kekurangan tersebut hanya bisa diatasi khusus
dengan menggarap dan mengolah seni vocal arti sempit, yakni seni menyanyi.
Manfaat seni vokal dan olah suara ini akan terasa pada anak-anak dalam
melafalkan bunyi-bunyian dengan baik, sehingga paling sedikit mereka
sanggup menyanyi dengan lafal yang tepat. Anak-anak pada usia 6 tahun
sampai dengan 10 tahun adalah sedang peka-pekanya menerima pendidikan
musik dan olah suara ini. Pada usia itulah kita bisa menanamkan landasan
mental yang kuat, karena pada saat itu paling tepat waktunya untuk ditanamkan
rasa cinta anak pada musik.
Adapun tujuan pokok pembinaan musik pada anak-anak adalah:
a. Memupuk kecintaan anak terhadap kesenian
b. Meningkatkan apresiasi dan mutu kesenian pada anak-anak
c. Memperluas getaran jiwa anak-anak terhadap keindahan dan kreatifitas
untuk generasi mendatang
d. Memberikan landasan mental, pengetahuan, ketrampilan dan kreatifitas
untuk generasi mendatang.13
Disamping itu manfaat seni musik, terutama seni vokal ini banyak hal
dan keuntungan yang bisa kita peroleh, antara lain:
a. Memperluas kebudayaan dan memberikan pengertian yang mendalam
melalui alam pikiran dan perasaan orang lain
b. Memperkaya daya imajinasi anak
c. Mempunyai olah nafas yang bagus, sebagai akibat kebiasaan menarik nafas
dalam
d. Memperkuat daya ingatan konsentrasi
e. Membahagiakan pada diri sendiri dan orang lain.14
B. Pendidikan Agama Islam Anak Usia Dini
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
13
Mufti Mubarok dan Bachtiar Ichwan, Metode Buroq : 60 Menit Mahir Baca Tulis Al
Qur’an , (Surabaya : Java Pustaka Group,2009), hlm. 67
14
Ibid, hlm.68
34
Di dalam bukunya Muhamad Kholid Fathoni, yang dimaksud pendidikan
agama Islam yaitu usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis dalam
membantu anak didik agar mereka hidup sesuai dengan ajaran islam.15
Menurut Abdul majid dan Dian Andayani dalam bukunya yang berjudul
“Pendidikan Agama Islam Berbasis kompetensi” bahwa pendidikan agama
Islam merupakan upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik
untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani ajaran agama
Islam yang dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama
lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga
terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.16
Jadi dapat disimpulkan pendidikan agama Islam adalah usaha sadar untuk
menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan
agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan.
2. Tujuan Pembelajaran Agama Islam
Tujuan pendidikan Pendidikan Agama Islam secara umum yaitu untuk
meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman peserta
didik tentang agama islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman
dan bertakwa kepada allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan
pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.17
15
Muhamad K. Fathoni, Pendidikan Islam dan Pendidikan Nasional Paradigm Baru,
(Jakarta: Direktorat Kelembagaan Agama Islam, 2005) hlm.39.
16
Abdul Majid dan Andayani, Pendidikan Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung:PT
Remaja Rosdakarya,2006), cet.3, hlm. 130.
17
Muhaimin, et.al, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2008), cet.iv, hlm.78.
35
Menurut Abdul Majid dan Dian Andayani dalam bukunya yang berjudul
“Pendidikan Agama Islam Berbasis kompetensi” bahwa tujuan pendidikan
agama Islam yaitu untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui
pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta
pengalaman peserta didik tentang agama islam sehingga menjadi manusia
muslim yang berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya berbangsa dan
bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih
tinggi.18
3. Ruang Lingkup Materi Pendidikan Agama Islam
Secara garis besar ruang lingkup materi pendidikan yaitu mencakup:
a. Aqidah, mengajarkan keesaan Allah
b. Syari’ah, berhubungan dengan amal lahir dalam rangka mentaati semua
peraturan dan hukum Tuhan.
c. Akhlak, suatu amalan yang bersifat pelengkap penyempurna bagi aqidah
dan akhlak.
d. Kemudian dilengkapi dengan dasar hukum islam yaitu Al-Qur’an dan hadits
serta ditambah lagi dengan sejarah Islam.19
Ruang lingkup materi pendidikan agama Islam mencakup kehidupan
manusia seutuhnya, tidak hanya memperhatikan dan mementingkan akidah
(keyakinan), ibadah dan akhlak saja, tetapi jauh lebih luas dan dalam dari
semua itu. Diantaranya mencakup bidang : keagamaan, akidah dan amaliah,
akhlak dan budi pekerti, fisik-biologis, mental-psikis dan kesehatan. Maka
dapat dinyatakan bahwa ruang lingkup pendidikan agama Islam meliputi :
a. Setiap proses perubahan menuju kearah kemajuan dan perkembangan
berdasarkan ruh ajaran Islam
b. Perpaduan antara pendidikan jasmani, akal, mental, emosi dan spiritual
18
19
Abdul Majid dan Andayani, Op.cit, hlm. 135
Ibid, hlm. 77
36
c. Keseimbangan antara jasmani-rohani, keimanan-ketakwaan, pikir-dzikir,
ilmiah-amaliah, materiil-spiritual, individual-sosial, dan dunia- akhirat.
d. Realisasi dwi fungsi manusia, yaitu fungsi peribadatan sebagai hamba Allah
untuk menghambakan diri semata-mata kepada Allah dan fungsi
kekhalifahan sebagai khalifah Allah yang diberi tugas untuk menguasai,
memelihara, memanfaatkan, melestarikan dan memakmurkan alam
semesta.20
4. Pendidikan Anak Usia Dini
a. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini
Menurut Mansur, MA. Anak usia dini merupakan sekelompok anak
yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat
unik, dalam arti memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan (koordinasi
motorik halus dan kasar), intelegensi (daya pikir, daya cipta, kecerdasan
emosi dan kecerdasan spiritual), sosial emosional (sikap dan perilaku serta
agama), bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai dengan tingkat
pertumbuhan dan perkembangan anak.21
Menurut NAEYC (National Association for the Education of Young
Children), “PAUD adalah pendidikan anak usia dini yang dimulai saat
kelahiran hingga anak berusia delapan tahun. Batita dan balita mengalami
kehidupan secara menyeluruh di rentang usia ini dibanding periode
berikutnya”.22
Menurut UU Sisdiknas pasal 1 butir 14 yang menyatakan bahwa
pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang
ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang
20
Moh, Roqib, Ilmu Pendidikan Islam: Pengembangan Pendidikan Integratif di Sekolah,
Keluarga dan Masyarakat, (Yogyakarta: PT LKiS Printing Cemerlang, 2009), cet 1, hlm. 22.
21
Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam, hlm.vii
22
Danar Santi, Pendidikan Usia Dini Antara Teori dan Praktik, (Indonesia:PT INDEKS,
2009)cet I, hlm. Vii.
37
dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.23
Jadi kesimpulannya pendidikan anak usia dini adalah upaya
pembinaan dan pengajaran kepada sekelompok anak yang berusia 0-6 tahun
yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, yang
merupakan masa penting bagi anak untuk mengembangkan sikap, minat
serta potensi yang ada pada diri anak. Masa ini merupakan masa yang
sangat berharga untuk menanamkan nilai-nilai agama, moral, etika dan
sosial
yang
berguna
untuk
kehidupan
selanjutnya.
PAUD
dapat
diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, non formal, maupun
informal. PAUD pada jalur pendidikan formal berbentuk taman kanakkanak (TK) atau Raudatul Athfal (RA) dan bentuk lain yang sederajat yang
menggunakan program untuk anak usia 4-≤ 6 tahun. PAUD pada jalur
pendidikan non formal berbentuk kelompok bermain (KB) dan bentuk lain
yang sederajat yang menggunakan program untuk anak usia 2- <4 tahun dan
4-≤6 tahun; taman penitipan anak (TPA) dan bentuk lain yang sederajat
yang menggunakan program untuk anak usia 0-<2 tahun, 2- <4 tahun, 4-≤6
tahun, dan program pengasuhan untuk anak usia 0-≤6 tahun. PAUD pada
jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan
yang diselenggarakan oleh lingkungan.24
23
UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas, (Bandung: Nuansa Aulia,2008), cet.1,
hlm.11.
24
Tim Bina Potensi, Op.cit, hlm.2.
38
b. Landasan PAUD
Landasan yuridis (hukum) yang terkait dengan pentingnya
pendidikan anak usia dini adalah sebagai berikut:
1) Dalam amandemen UUD 1945 pasal 28 B ayat 2 dinyatakan, “setiap
anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang, serta
berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”.
2) Undang-undang nomor 4 tahun 1974 tentang kesejahteraan anak.
3) Dalam UU NO. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak pasal 9 ayat 1
dinyatakan, “setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran
dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya
sesuai dengan minat dan bakatnya”.25 Undang-undang nomor 20 tahun
2003 tentang sistem pendidikan nasional serta pada pasal 28 ayat 1
sampai 6. bahwa PAUD meliputi semua pendidikan anak usia dini
apapun bentuknya, dimanapun diselenggarakan dan siapapun yang
menyelenggarakan.
4) Keputusan menteri pendidikan nasional nomor 31 tahun 2007 tentang
organisasi dan tata kerja direktorat jendral pendidikan nonformal dan
informal kementerian pendidikan nasional.
5) Peraturan menteri pendidikan nasional nomor 58 tahun 2009 tentang
standar pendidikan anak usia dini.26
c. Prinsip PAUD
Dalam melaksanakan PAUD hendaknya menggunakan prinsip-prinsip
sebagai berikut:
1) Berorientasi Pada Kebutuhan Anak
Dalam kegiatan pembelajaran pada anak harus senantiasa berorientasi
pada kebutuhan anak. Karena anak usia dini adalah anak yang sedang
membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi
semua aspek perkembangan, baik perkembangan fisik maupun psikis,
yaitu intelektual, bahasa, motorik, dan sosio emosional.
2) Belajar Melalui Bermain
25
26
Suyadi, Manajemen Paud, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011)cet 1, hlm.15.
Tim Bina Potensi, Op.cit, hlm.
39
Bermain merupakan sarana belajar anak usia dini. Melalui bermain, anak
diajak untuk bereksplorasi, menemukan, memanfaatkan dan mengambil
kesimpulan mengenai benda disekitarnya.
3) Lingkungan Yang Kondusif
Lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa sehingga menarik dan
menyenangkan dengan memperhatikan keamanan serta kenyamanan
yang dapat mendukung kegiatan belajar melaui bermain.
4) Menggunakan Pembelajaran Terpadu
Pembelajaran pada anak usia dini harus menggunakan konsep
pembelajaran terpadu dilakukan melalui tema. Tema yang dibangun
harus menarik dan dapat membangkitkan minat anak dan bersifat
konstektual. Hal ini dimaksudkan agar anak mampu mengenal berbagai
konsep secara mudah dan jelas sehingga pembelajaran menjadi mudah
dan bermakna bagi anak.
5) Mengembangkan Berbagai Kecakapan Hidup
Mengembangkan keterampilan hidup dapat dilakukan melalui berbagai
proses pembiasaan. Hal ini dimaksudkan agar anak belajar untuk
menolong diri sendiri, mandiri, bertanggung jawab dan memiliki disiplin
diri.27
6) Menggunakan Berbagai Media Edukatif dan Sumber Belajar
Media dan sumber pembelajaran dapat berasal dari lingkungan alam
sekitar atau bahan-bahan yang sengaja disiapkan oleh pendidik/ guru.
27
Tim Bina Potensi, Op.cit, hlm.9.
40
Media sumber belajar adalah alat bantu yang berguna dalam kegiatan
belajar mengajar. Alat bantu dapat mewakili sesuatu yang tidak dapat
disampaikan guru lewat kata-kata atau kalimat. Keefektifan daya serap
anak didik terhadap bahan pelajaran yang sulit dan rumit dapat terjadi
dengan bantuan alat bantu.28
7) Dilaksanakan Secara Bertahap dan Berulang-ulang Pembelajaran bagi
anak usia dini hendaknya dilakukan secara bertahap, dimulai dari konsep
yang sederhana dan dekat dengan anak. Agar konsep dapat dikuasai
dengan baik, hendaknya guru menyajikan kegiatan-kegiatan yang
berulang-ulang.
d. Ciri-Ciri Perkembangan Anak Usia Dini
Ciri-ciri perkembangan anak usia dini dikelompokkan sebagai
berikut:
1). Moral dan Nilai-Nilai Agama
a) Umur >2-3 tahun Pada umur ini anak mampu bersenandung lagu
keagamaan, mengikuti bacaan doa/ berdoa sebelum dan sesudah
melakukan kegiatan serta menirukan sikap berdoa, meniru gerakan
beribadah, mendengarkan cerita sederhana tentang kebesaran tuhan,
mengenal
nama-nama
Tuhan,
merawat
benda
mainannya,
mengucapkan salam, terima kasih, maaf dan kata-kata santun.29
b) Umur > 3-4 tahun Pada umur ini anak sudah bisa mengikuti nyanyian
lagu keagamaan, mengikuti bacaan doa dengan lengkap sebelum
28
Syaiful B. Djamarah dan Aswan Zain, Op.cit,hlm.3.
Zainal Aqib, Pedoman Teknis Penyelenggaraan PAUD, (Bandung: Nuansa Aulia,
2010), hlm.47.
29
41
melakukan kegiatan dan menirukan sikap berdoa, menirukan gerakan
beribadah dengan tertib, menyayangi orang tua, guru, teman dan
menyebutkan contoh ciptaan Tuhan secara sederhana.30
c) Umur > 4-5 tahun Pada usia ini anak mampu menyanyikan lagu
keagamaan, berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan dengan
sikap berdoa, dapat melakukan gerakan beribadah, membedakan
ciptaan tuhan dengan buatan manusia, mengenal / memahami sifatsifat tuhan dan selalu mengucapkan salam dan terima kasih setelah
menerima sesuatu.
d) Umur > 5-6 tahun Anak pada usia ini mampu menyanyikan lagu
keagamaan, selalu berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan
yang dilakukan dengan sikap yang benar, dapat melakukan ibadah,
membedakan ciptaan tuhan dengan buatan manusia, menyayangi
semua ciptaan Tuhan dan menunjukkan perilaku memelihara ciptaan
tuhan, menunjukkan perilaku atas dasar keyakinan adanya Tuhan. Dan
menolong teman, orang dewasa, menghargai teman serta tidak
memaksakan kehendak.
2) Fisik Dapat dikelompokkan berdasarkan umur sebagai berikut:
a) Umur >2-3 tahun Pada umur ini anak dapat berjalan dengan stabil,
memanjat, berjalan mengikuti jejak secara lurus/melingkar,
menendang dan menangkap, menunjuk mata boneka dan membuat
garik acak (mencoret-coret).
b) Umur >3-4 tahun Pada usia ini anak berjalan dengan stabil
(keseimbangan tubuh semakin baik), naik turun tangga tanpa
30
Tim Bina Potensi, Pedoman Teknis Penyelenggaraan Kelompok Bermain, hlm. 74
42
berpegangan, melompat dengan satu kaki bergantian, melipat kertas
mengikuti garis dan lain-lain.31
c) Umur >4-5 tahun Pada usia ini anak dapat berjalan dengan berbagai
variasi, memanjat / bergelantungan, senam dengan gerakan sendiri
dan melipat kertas lebih dari satu lipatan.
d) Umur >5-6 tahun Pada umur ini anak sudah bisa berjalan dengan
berbagai variasi lebih lancar, berlari lurus, membuat lingkaran dan
melipat kertas menjadi suatu bentuk.32
3) Bahasa Ciri-ciri perkembangan anak berdasarkan bahasa yakni:
a) Umur >2-3 tahun Pada umur ini anak sudah mulai mengenal suarasuara disekitarnya dan menirukan suara binatang, mengerti satu
perintah dan melaksanakan perintah, mengajukan pertanyaan, dan
menyebutkan benda.
b) Umur >3-4 tahun Pada usia ini anak dapat mengenal, menirukan dan
mengetahui suara benda dan binatang, menyatakan dalam kalimat
pendek 2-4 kata, mengerti dan melaksanakan dua perintah,
menyebutkan nama benda dan fungsi dan minta dibacakan buku.
c) Umur >4-5 tahun Dalam usia ini anak sudah dapat membedakan
berbagai jenis suara, mengenal masing-masing bunyi huruf, menjawab
dengan kalimat lengkap dan belajar membaca.33
d) Umur >5-6 tahun Dalam usia ini anak dapat berbicara lancar dengan
menggunakan kalimat yang lebih kompleks, mengajukan dan menjawab
dengan kalimat komplek, dapat membaca bila anak sudah siap dan
memecahkan masalah dengan berdialog.34
4) Kognitif Ciri perkembangan kognitif anak yaitu:
a) Umur >2-3 tahun Pada usia ini anak dapat mengelompokkan benda yang
sama, membedakan besar kecil, membedakan rasa, dan bau, mengulang
bilangan 1,2,3,4,5, dan dapat mengelompokkan dua warna.
b) Umur >3-4 tahun Pada umur ini anak dapat menyebutkan empat bentuk,
menyebutkan bilangan 1-10 tanpa mengenal konsep, dan dapat
mengelompokkan lima warna.
c) Umur >4-5 tahun Pada usia ini anak sudah dapat membedakan penyebab
rasa, membedakan sumber bau, dan dapat mengelompokkan lebih dari
lima warna serta dapat membedakannya.
31
Carol Seefeldt dan Barbara Wasik, Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta: PT Macanan
Jaya Cemerlang, 2008), cet.1, hlm. 65.
32
Tim Bina Potensi, Op.cit, hlm.77
33
Munandar, dan Utami, Anak-Anak Berbakat Pembinaan dan Pendidikannya, (Jakarta:
Rajagrafindo Persada, 1993), cet.3, hlm.98-99.
34
Zainal Aqib, Pedoman Teknis Penyelenggaraan PAUD, hlm. 52
43
d) Umur >5-6 tahun Pada umur ini anak dapat menyebutkan semua jenis
bentuk, mencipta berbagai desain / gambar, menggunakan alat atau benda
untuk
berhitung
dan
mendiskripsikan
warna
benda-benda
35
dilingkungannya.
5) Sosial Emosional
Pada ciri-ciri perkembangan sosial emosional diantaranya:
a) Umur >2-3 tahun Dalam usia ini anak mulai mengenal etika makan dan
jadwal makan teratur, memberikan mainan jika diminta, dapat
ditinggalkan oleh orang tuanya, dapat memilih kegiatannya sendiri,
menunjukkan ekspresi wajar saat marah, sedih, takut dan sebagainya
serta menjadi pendengar yang baik.36
b) Umur >3-4 tahun Pada umur ini anak terbiasa dengan berbagi, terbiasa
menggunakan toilet, membereskan mainan setelah bermain, sabar
menunggu giliran dan terbiasa antri, mengenal peraturan dan mengikuti
peraturan, dan memiliki kebiasaan teratur.
c) Umur >4-5 tahun Pada usia ini anak sudah tidak mengganggu teman
dengan sengaja, berani berangkat ke tempat belajar tanpa diantar, mulai
mengerti aturan main dalam permainan, menjaga kerapian diri
(dibantu), bisa memimpin kelompok kecil (2-5 anak) dan dapat
memecahkan masalah sederhana.
d) Umur >5-6 tahun Pada usia ini anak sudah bermain bersama,37 dan
bergantian menggunakan alat mainan, tertib menggunakan alat atau
benda sesuai fungsinya, menjaga kerapian diri (berdandan sendiri) dan
mengetahui hak dan kewajiban. 38
6) Seni Ciri perkembangan anak usia dini pada aspek seni adalah sebagai
berikut:
a) Umur >2-3 tahun Pada usia ini anak mendengarkan musik dan mengikuti
irama, bertepuk tangan dengan variasi dan memukul benda dengan
tangan.
b) Umur >3-4 tahun Dalam umur ini anak dapat menggerakkan tangan jika
mendengar musik, menyanyikan lagu sesuai irama, membuat bunyibunyian dengan berbagai alat dan melukis dengan jari.39
c) Umur >4-5 tahun Dalam umur ini anak dapat menggerakkan tubuh
mengikuti irama, menyanyikan lagu pendek sesuai irama, bertepuk
tangan membentuk irama, memainkan alat musik, dan melukis dengan
alat bervariasi.
35
Tim Bina Potensi, Pedoman Teknis Penyelenggaraan Kelompok Bermain, hlm.85
Carol Seefeldt dan Barbara Wasik, Pendidikan Anak Usia Dini, hlm.69.
37
Carol Seefeldt dan Barbara Wasik, Op.cit, hlm.85.
38
Zainal Aqib, Op.cit, hlm. 55-56.
39
Zainal Aqib, Pedoman Teknis Penyelenggaraan PAUD, hlm.56-57.
36
44
d) Umur >5-6 tahun Pada umur ini anak sudah bisa mengikuti gerakan tari
sederhana sesuai irama, menyanyikan lagu diiringi musik, dan melukis
dengan alat dan bahan bervariasi.40
6) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Anak Usia Dini
Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan anak yaitu:
1) Pola Asuh Orang Tua Pola asuh merupakan suatu cara terbaik yang dapat
ditempuh orang tua dalam mendidik anak-anaknya sebagai perwujudan
dari rasa tanggung jawab kepada anak-anaknya. Orang tua mempunyai
tanggung jawab yang paling besar terhadap perkembangan anak. Orang
tua harus menciptakan suasana yang kondusif untuk mewujudkan pola
asuh yang baik.41
2) Lingkungan Lingkungan dapat diartikan secara fisiologis, psikologis dan
sosio kultural.
a) Lingkungan Secara Fisiologis
Faktor lingkungan yang mempengaruhi secara fisiologis mencakup
segala kondisi dan material jasmaniah di dalam tubuh seperti gizi,
vitamin, air, zat asam, suhu, sitem saraf, peredaran darah, pernafasan,
pencernaan makanan, kelenjar-kelenjar indokrin, sel-sel pertumbuhan
dan kesehatan jasmani.
b) Lingkungan Secara Psikologis
Secara psikologis, lingkungan mencakup segenap stimulasi yang
diterima oleh individu mulai sejak dalam konsesi, kelahiran . stimulasi
itu diantaranya berupa : sifat-sifat gen, selera, keinginan, perasaan,
40
41
Tim bina potensi, Pedoman Teknis Penyelenggaraan Kelompok Bermain, hlm. 90.
Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam, hlm. 352.
45
tujuan-tujuan, minat, kebutuhan, kemauan, emosi, dan kapasitas
intelektual.
c) Lingkungan Secara Sosio-Kultural
Secara sosio-kultural lingkungan meliputi segenap stimulasi, interaksi
dan kondisi eksternal dalam hubungannya dengan perlakuan ataupun
karya orang lain. Pola hidup keluarga, pergaulan kelompok, pola
hidup masyarakat, latihan, belajar, pendidikan pengajaran baik
dirumah ataupun di sekolah, dan bimbingan penyuluhan.42
3) Secara Keturunan
Faktor lain yang mempengaruhi perkembangan anak adalah keturunan,
menurut Monks yaitu perkembangan anak dilihat sebagai pertumbuhan
dan pemasakan organisme. Perkembangan bersifat endogen, artinya
perkembangan tidak hanya berlangsung spontan saja, melainkan juga
harus dimengerti sebagai pemekaran yang telah ditentukan secara
biologis dan tidak dapat berubah lagi.43
C. Strategi Pembelajaran BCM (Bermain, Cerita Dan Menyayi) Dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam Anak Usia Dini
Pendidikan agama Islam adalah pendidikan yang tidak hanya teori
pengetahuan, namun perlu dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari guna
membentuk perilaku akhlak yang sesuai dengan ajaran agama. Dalam hal ini perlu
bimbingan, asuhan dan keteladanan terhadap anak didik agar nantinya anak dapat
42
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, Landasan Pemimpin Pendidikan ( Jakarta: PT
Rineka Cipta, 1990), hlm.80.
43
Monks dan Knoers, Psikologi Perkembangan Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya,
(Yogyakarta: Gajah Mada University Press,2002), cet.14, hlm.9.
46
memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam sebagai pedoman
dalam hidupnya. Kompetensi pendidikan agama Islam pada jenjang pendidikan
Taman Kanak-kanak adalah:
a. Hafal kalimat-kalimat thayyibah
b. Mulai tertanam keimanan kepada Allah SWT, melalui sifat-Nya dan ciptaanNya.
c. Mulai terbiasa berlaku sopan dan santun kepada semua orang.
d. Mulai mengenal ibadah.44
Berdasarkan pengertian PAI serta materi-materi PAI, maka pendidikan
agama sangat perlu dilaksanakan. Pada anak usia TK/RA pemahaman beragama
lebih bersifat fantasi dan khayalan yang tidak masuk akal. Konsep beragama
seluruhnya
merupakan
hasil
pengaruh
eksternal
orang-orang
yang
mengajarkannya. Oleh karena itu, pelajaran agama sebaiknya dilakukan melalui
bermain, cerita dan menyayi. Namun, karena anak sangat meniru serta verbalis
maka keberagamaan lebih merupakan hafalan, latihan, keteladanan, serta
pembiasaan.45
Untuk memperoleh keberhasilan dalam pembelajaran PAI maka
diperlukan metode BCM agar anak didik tidak merasa bosan, serta mampu
menciptakan suasana pembelajaran yang sesuai dengan dunia anak sehingga
tercipta proses pembelajaran yang menyenangkan.
44
Departemen Agama RI, Kurikulum 2004: Pendidikan Agama Islam Taman KanakKanak, (Jakarta: Direktorat Madrasah dan Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Umum, 2004),
hlm.5-6
45
Kementerian Pendidikan Nasional, Pedoman Pembelajaran : Pengembangan
Pembentukan Perilaku di Taman Kanak-kanak, (Jakarta: Direktorat Pembinaan TK dan SD, 2010),
hlm. 1
BAB III
KAJIAN OBJEK PENELITIAN
A. Data Umum
1. Tinjauan Historis
RA NU Baiturahman Langon Tahunan Jepara merupakan lembaga
Pendidikan Formal yang dikelola oleh YPI. NU Baiturahman Langon. Awal
berdirinya RA NU Baiturahman Langon, merupakan ide dari masyarakat
sekitar. Adapun tokoh-tokoh yang menggagas berdirinya RA NU Baiturahman
Langon ini antara lain : Kyai Ali Ridlo, H. Nur Khoiri, KH. Muhsinin dan
tokoh masyarakat lainnya.
Pada awal berdirinya RA NU Baiturahman Langonmengalami
kendala yang signifikan, diantaranya : secara Internal terkaid sarana prasarana
serta sumber pendanaan. Secara Eksternal minimnya dukungan masyarakat
terhadap RA NU Baiturahman Langon , sehingga muncul sorotan negatif dan
pesimis oleh masyarakat terhadap keberlanjutan RA NU Baiturahman Langon .
Pada perkembangannya respon masyarakat yang semula pesimis
terhadap kemajuan RA NU Baiturahman Langon berangsur hilang. Bahkan
masyarakat mendukung demi kemajuan RA NU Baiturahman Langon . Selang
dua tahun berjalan, perkembangan RA NU Baiturahman Langon baik secara
fisik, kwalitas, serta
SDM
dalam
Terbukti
fisik
sebagai
bangunan
pengelolaannya semakin meningkat.
sarana
prasarana kegiatan belajar
mengajar mencukupi untuk menampung jumlah siswa yang setiap tahunnya
47
48
semakin bertambah. Meskipun masih ada kekurangan dan belum sempurnanya
bentuk bangunan. Disisi lain tenaga pengajar dan karyawan yang menjadi guru
dan mengelola manajemen di RA NU Baiturahman Langon rata-rata lulusan
S1. Sebagian masih dalam proses pendidikan jenjang S1.
2. Visi-Misi RA NU Baiturahman Langon
a. Visi
Mencetak Generasi Cerdas, Kreati, Beriman, Berakhlakul Karimah, serta
Sholeh dan sholihah.
b. Misi
1) Membantu pemerintah dlam mempersiapkan SDM berkualitas melalui
pendidikan dini.
2) Menanamkan
nilai-nilai
dasar
kemanusiaan,
memngembangkan
kemanusiaan dasar dan Potensi pada diri anak.
3) Meningkatkan pola pikir anak Cerdas, Kreatif, sesuai Bakat dan Minat
masing-masing anak.
c. Tujuan
Tujuan pendidikan taman kanak-kanan adalah membantu anak didik
mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik yang meliputi moral
dan nilai-nilai agama, social emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik,
kemandirian dan seni untuk siap memasuki pendidikan dasar. Merujuk pada
tujuan pendidikan taman kanak-kanak (TK) tersebut, maka tujuan RA NU
Baiturahman Langon Tahunan Jepara (RA) adalah sebagai berikut:
49
1) Agar menjadi anak yang beriman dan bertaqwa pada Tuhan Yang Maha
Esa
2) Melahirkan generasi yang berkepribadian,berbudi luhur,beriman dan
bertaqwa.
3) Mempunyai intelegensi yang tinggi dalam ilmu Agama dan Ilmu Umum.
4) Berkemampuan membaca,menulis.berhitung.
5) Bisa menguasai/penguasaan teknologi
3. Struktur Organisasi
Struktur
organisasi
merupakan
alat
bagi
manajemen
untuk
mengadakan pembagian kerja, tanggung jawab dan wewenang masing-masing
bagian yang ada di dalam Organisasi. Dengan demikian tujuan pembentukan
struktur organisasi adalah untuk mempermudah pengawasan, pengkoordinasian
dan penentuan kedudukan seseorang dalam fungsi kegiatan yang ada di dalam
Organisasi tersebut. Adapun Struktur organisasi RA NU Baiturahman
Langonadalah sebagai berikut :
Struktur Organisasi RA NU Baiturahman Langon
a. Kepala RA
: Nur Jamilatul Jannah, S.H. I.
b. TU
: Alfiaturrahmah
c. Bendahara
: Maslamah, S.H.I
d. Guru RA. A
: Maslamah, S.H.I
Muasyarah
Guru RA. B
: Nur Jamilatul Jannah, S.H. I.
: Nur Iradatin, S.Pd.I
50
4. Letak Geografis
RA NU Baiturahman Langon beralamat di Jl. Sukarno hatta Km. 1
Gang masjid RT.02 RW.01 Langon Tahuan Jepara Kode Pos 59426. RA NU
Baiturahman Langon sangat strategis, karena keberadaannya di pusat Desa
yang bisa diakses dari semua penjuru.
5. Kondisi Fisik RA NU Baiturahman Langon.
RA NU Baiturahman Langonadalah lembaga pendidikan khusus untuk
anak usia dini. Dari awal berdirinya RA NU Baiturahman Langon belum
mendapat perhatian dari masyarakat . Namun sekarang ini animo masyarakat
untuk menyekolahkan anaknya di lembaga ini sangat tinggi. Dengan melihat
animo Masyarakat terhadap RA NU Baiturahman Langon ini, merupakan
tuntutan atas kebutuhan masyarakat akan pendidikan khusus anak di wilayah
Jepara sangat dibutuhkan. Hal ini merupakan bukti bahwa keberadaan RA NU
Baiturahman Langon ini memang diinginkan oleh masyarakat. Hingga sampai
saat ini keberadaan RA NU Baiturahman Langon yang semakin eksis
merupakan wujud dari partisipasi dan kepercayaan masyarakat yang tetap
mengakui dan membutuhkan keberadaan RA NU Baiturahman Langon.
6. Kondisi Guru / Tenaga Pengajar
Jumlah Guru RA NU Baiturahman Langon sebanyak 5 orang dan
kepala sekolah 1orang. Tenaga pengajar yang menjadi guru RA NU
Baiturahman Langon rata-rata lulusan S1. Adapun data guru dan karyawan RA
NU Baiturahman Langonadalah sebagai berikut pada Tabel 3.1.
51
Tabal 3.1
Data Guru dan Karyawan RA NU Baiturahman Langon
Tahun Pelajaran 2014/2015
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
NO
NAMA
Nur Jamilatul Jannah, S.H. I.
Alfiaturrahmah
Maslamah, S.H.I
Muasyarah
Nur Iradatin, S.Pd.I
Icut Putri Ayu Sejati
Roykhanita
Santi Purnama Sari
TTL
Jepara, 14 - 02 -1962
Jepara, 24 – 04 - 1984
Pati, 24- 01- 1980
Jepara ,01-04 - 1987
Jepara 16 -01- 1989
Jember 27-04-1990
Jepara 23-05-1987
Muara Enim,17-11-1983
PEND.
S1
S1
S1
S1
TMT
2011
2014
2011
2011
2011
2011
2011
2011
7. Kondisi Karyawan
Tabel 3.2
Keadaan karyawan
No
Nama
Jabatan
Pendidikan
1
Alfiaturrahmah
Ka. TU
S.I
2
Maslamah, S.H.I
Bendahara
S.I
3
Muasyarah
Staf TU
S.I
1)
8. Kondisi Siswa
Siswa yang menjadi peserta didik pada RA NU Baiturahman Langon
dari Keluarga heterogen. Mereka ada yang berprofesi sebagai pengusaha,
Wiraswasta, karyawan, guru dan petani.
Berikut adalah data jumlah siswa RA NU Baiturahman Langon Tahun
Ajaran 2014/2015 seperti pada tabel 3.3.
1
Buku Administrasi RA NU Baiturrahman Langon, hlm.6
52
Tabel 3.3
Data Jumlah siswa tahun pelajaran 2014/2015
Tahun Pelajaran
Kelompok A
L
P
Jml
Kelompok B
L
P
Jml
2010/2011
6
15
21
36
26
62
2011/2012
16
21
37
31
32
63
2012/2013
10
10
20
41
36
77
2014/2015
12
13
25
40
37
77
Sumber : Hasil observasi tahun 2014 yang diolah.
9. Kondisi Sarana Dan Prasarana
Apabila kita berbicara tentang sekolah, maka pengertian tersebut tidak
hanya menyangkut gedungnya saja, akan tetapi menyangkut berbagai
komponennya, sebab sekolah meliputi semua peralatan dan perlengkapan yang
langsung dipergunakan dalam proses pendidikan untuk mencapai tujuan.
Adapun sarana bangunan yang dimiliki RA NU Baiturahman
LangonTahunan Jepara saat ini terdiri dari:
a. Kantor kepala sekolah
: 1 ruang
b. Kantor TU
: 1 ruang
c. Ruang perpustakaan
:-
d. Kelas untuk KBM
: 4 kelas
e. Toilet
: 2 Buah
f. Sumur
: 1 Buah
g. Area parkir
: 1 Buah
53
Sedangkan perangkat yang menunjang proses pembelajaran di
RA NU Baiturahman Langon Tahunan Jepara meliputi:
TABEL 3.4
SARANA DAN PRASARANA RA NU BAITURAHMAN
LANGONTAHUNAN JEPARA
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Prasarana
Mesin komputer
Almari file
Rak buku
Meja guru
Almari buku
Meja siswa
Kursi siswa
Rak sepatu
Almari kelas
Alat peraga sains
Mushola
Lapangan olahraga
Jumlah
1 unit
3
3
3
2
75
80
4
4
6
1
1
Kondisi
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Kurang
Sumber : Hasil Observasi tahun 2014 yang diolah.
10. Kurikulum Pembelajaran
di RA NU Baiturahman LangonTahunan
Jepara
Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran (SK-KMP) Agama
dan Akhlak Mulia untuk RA NU Baiturahman LangonTahunan Jepara
selengkapnya adalah sebagai berikut:
a. Berdoa sebelum melaksanakan kegiatan
b. Doa masuk dan keluar masjid
c. Surat –surat pendek
d. Menyanyi lagu”nama-nama diri”
54
Adapun muatan Kurikulum Akhlak bertujuan:
a. Memberi wawasan terhadap keberagaman agama di Indonesia
b. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan siswa terhadap Allah SWT sesuai
dengan agama yang dianutnya melalui pemberian, pemupukan dan
pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, dan pembiasaan.
c. Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia
yaitu manusia yang berilmu, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil,
berdisiplin, etis, toleran, harmonis secara personal dan sosial, serta
mengembangkan budaya beragama di sekolah.
Proses Belajar Mengajar dilaksanakan setiap hari efektif sesuai
dengan kalender Pendidikan dilaksanakan pada pagi hingga siang hari mulai
pukul 07.30 s.d 10.00 WIB dengan alokasi waktu 30 menit kegiatan awal, 60
menit kegiatan initi dan 30 menit kegiatan akhir. Kegiatan pembelajaran
dirancang untuk memberikan pengalaman yang melibatkan proses mental dan
fisik melalui interaksi antar peserta didik dengan guru, lingkungan dan
sumber belajar lainnya dalam rangka mencapai indikator keberhasilan.
Pengalaman
belajar
dimaksud
dapat
terwujud
melalui
penggunaan
pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik.
Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta
didik.
Pengalaman belajar dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan
pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik,
55
sehingga tercipta karakter siswa yang baik dengan Proses Belajar Mengajar
yang efektif dengan ciri-ciri :
a. Menyenangkan (Joy full learning)
b. Mampu meningkatkan motivasi dan semangat belajar siswa
c. Membantu siswa dalam mencapai kompetensi sesuai dengan KKM.
Disamping itu proses pengalaman belajar memuat kecakapan hidup
(life skill) yang perlu dikuasai peserta didik .Kegitan proses belajar
dilaksanakan sebagai berikut:
Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada
peserta didik, khususnya guru agar dapat melaksanakan proses pembelajaran
secara profesional. Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang
harus dilakukan oleh peserta didik secara berurutan untuk mencapai
kompetensi dasar. Penentuan urutan pembelajaran harus sesuai dengan hirarki
konsep
materi
pembelajaran.
Rumusan
pernyataan
dalam
kegiatan
pembelajaran minimal mengandung 2 unsur yang mencerminkan pengelolaan
pengalaman belajar siswa yaitu kegiatan siswa dan materi pelajaran. Tugas
guru dalam pengelolaan Kegiatan pembelajaran meliputi :
a. Menyusun Prota , Promes, RKM dan RKH
b. Menyusun pemetaan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar,
indikator hasil belajar
c. Menyusun Model (Strategi) pembelajaran
d. Menyusun RKM (Rencana Kegiatan Mingguan)
e. Menyusun RKH ( Rencana Kegiatan Harian)
dan
56
f. Menyusun bahan pembelajaran.
B. Data Khusus
1. Pelaksanaan Pembelajaran BCM (Bermain, Cerita Dan Menyayi) Dalam
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Anak Usia Dini Di RA NU
Baiturrahman Langon Tahunan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015
Kegiatan belajar mengajar merupakan proses yang sangat penting
yang akan menentukan keberhasilan dalam pendidikan. Materi yang telah
disusun dalam kurikulum akan ditetapkan dalam proses belajar mengajar oleh
guru. Seperti pada pokok bahasan Akhlaq mahmudah sebagai berikut:
a. Indikator
1) Mengucap salam
2) Berdoa sebelum dan sesudah melaksanakan kegiatan
3) Mengurus dirinya sendiri dengan sedikit bantuan ( sosem.11)
4) Berhenti bermain pada waktunya (sosem.21)
b. Kegiatan pembelajaran
1) Baris
2) Mengucap salam
3) Berdo’a sebelum mulai kegiatan
4) Mengaji surat – surat pendek (Al – Fatikhah)
5) Menghafal do’a – do’a harian (do’a akan makan)
6) Melempar dan menangkap bola
7) Bercakap – cakap tentang manfaat makanan dan minuman
c. Metode Pembelajaran
57
Menurut pengamatan peneliti, pelaksanaan Pembelajaran dengan
menggunakan Pendidikan karakter
siswa RA NU Baiturahman Langon
telah berjalan sesuai rencana.
Menurut kepala RA, Guru dalam bercerita memainkan perwatakan tokohtokoh dalam suatu cerita yang disukai anak dan merupakan daya tarik yang
bersifat universal. Cerita anak-anak yang disukai antara lain Timun Emas, si
Kancil mencuri ketimun, dan sebagainya. Mengenalkan
tentang akhlak
dalam pengajaran merupakan bagian utama dalam lembaga pendidikan ini.
Karena doktrin tentang pengetahuan
akhlak
sangat
penting bagi
perkembangan psikologi anak.2
Kemampuan memahami materi cerita dengan diterapkan dalam karakter
anak akhlak menghormati orang lain (teman) dalam bermain, Kemampuan
mengingat do’a-doa dan beribadah sekaligus melaksanakannya di sela-sela
bermain, kemampuan merapikan peralatan mainan yang telah digunakan.
Sebelum penelitian dilaksanakan, dilakukan analisis kurikulum
untuk
menentukan kompetensi dasar dan indikator yang akan dikembangkan
pada anak dalam kegiatan permainan disentra main peran. Kompentensi
dasarnya adalah anak mampu melakukan kebiasaan yang baik dan
menghargai orang lain dalam memerankan setiap jenis-jenis pekerjaan,
seperti petani, pedagang, nelayan, dokter, dan lain-lainnya. Perencanaan
yang dilakukan adalah membuat persiapan mengajar dengan membuat
Rencana Kegiatan Harian (RKH) dengan Tema Pekerjaan,yang akan
2
2015.
Hasil wawancara dengan Kepala RA Nu Baiturrahman Langon pada bulan Nopember
58
dilaksanakan dengan komponen-komponen adalah indikator, kegiatan
pembelajaran, alat atau sumber belajar serta penilaian perkembangan
anak yang terdiri dari alat dan hasil penilaian. Selanjutnya membuat media
yang akan digunakan dalam permainan, menentukan metode yang akan
digunakan dalam permainan. Metode yang digunakan adalah metode
bermain peran dan praktek langsung. Media yang dipakai adalah gambar
jenis-jenis pekerjaan
dan alat yang digunakannya serta pakaian untuk
menentukan jenis pekerjaan yang diperankan.
2. Penyajian Data Penelitian
a. Wawancara
Dalam penelitian ini metode yang digunakan oleh peneliti salah
satunya adalah wawancara. Peneliti memilih wawancara dengan pihak
madrasah karena ingin mengetahui implementasi BCM dalam pembelajaran
PAI yang sedang dijalankan dengan lebih mendalam di RA NU
Baiturahman Langon . Wawancara ini dimaksudkan untuk memperoleh
pendapat dan sudut pandang yang berbeda tiap pelaksana pembelajaran
yang dilaksanakan oleh RA NU Baiturahman Langon . Wawancara tersebut
akan dideskripsikan dengan urutan Guru kelompok A dan Kepala RA NU
Baiturahman Langon .
b. Wawancara dengan Guru kelompok A Ibu Nur Iradatin, S.Pd.I.
Peneliti menanyakan “Bagaimana tanggapan siswa mengenai implementasi
metode cerita? Jawaban Guru Kelompok A Ibu Nur Iradatin, S.Pd.I “
1) Pada awalnya anak-anak cenderung diam saat kegiatan berdo’a,
2) Tidak mau mengikuti kegiatan menyanyi dan menari,
59
3) Tidak mau menjawab sapaan guru,
4) Terlihat bingung saat menggambar manusia lengkap dari bentuk
lingkaran,
5) belum Mau mendengarkan cerita dan tidak mau bercerita (diam saja)”
Apa yang anda lakukan supaya anak-anak mempunyai motivasi dan minat
yang tinggi dalam mengikuti pembelajaran PAI dengan BCM?
Jawaban Guru kemompok A Ibu Nur Iradatin, S.Pd.I:
1) Saya menggunakan BCMdan kegiatan yang beragam, karena melakukan
hal yang sama secara terus menerus bisa menimbulkan kebosanan dan
menurunkan semangat belajar. Siswa yang bosan cenderung akan
mengganggu proses belajar. Variasi akan membuat siswa tetap
konsentrasi dan termotivasi. Sesekali mencoba sesuatu yang berbeda
dengan menggunakan kegiatan belajar yang bervariasi di dalam kelas.
Membuat pembagian peran, debat, transfer pengetahuan secara singkat,
diskusi, simulasi, studi kasus, presentasi dengan audio-visual dan kerja
kelompok kecil
2) Menjadikan siswa peserta aktif
Karena pada usia muda sebaiknya diisi dengan melakukan kegiatan,
berkreasi, berpetualang, mendesain, menciptakan sesuatu dan
menyelesaikan suatu masalah. Dan tidak menjadikan siswa peserta pasif
di kelas karena dapat menurunkan minat dan mengurangi rasa
keingintahuannya. Kegiatan belajar yang aktif dengan memberikan
siswa tugas berupa simulasi penyelesaian suatu masalah untuk
menumbuhkan motivasi dalam belajar. Jangan berikan berikan jawaban
apabila tugas tersebut dirasa sanggup dilakukan oleh siswa,
3) Membua tugas yang menantang namun realistis dan sesuai
4) Menciptakan suasana kelas yang kondusif.
Sebab kelas yang aman, tidak mendikte dan cenderung mendukung siswa
untuk berusaha dan belajar sesuai minatnya akan menumbuhkan
motivasi untuk belajar. Apabila siswa belajar di suatu kelas yang
menghargai dan menghormati mereka dan tidak hanya memandang
kemampuan akademis mereka maka mereka cenderung terdorong untuk
terus mengikuti proses belajar,
5) Memberikan tugas secara proporsional.
Tugas tidak hanya berorientasi pada nilai dan coba penekanan pada
penguasaan materi. Segala tugas di kelas dan pekerjaan rumah tidak
selalu saya disetarakan dengan nilai. Hal tersebut dapat menurunkan
semangat siswa yang kurang mampu memenuhi standar dan berakibat
siswa yang bersangkutan merasa dirinya gagal. Gunakan mekanisme
nilai sepelunya, dan saya memberikan komentar atas hasil kerja siswa
mulai dari kelebihan mereka dan kekurangan mereka serta apa yang
bisa mereka tingkatkan. Selanjutnya saya komentari dan memberikan
kesempatan bagi siswa untuk memperbaiki tugas mereka apabila mereka
60
merasa belum cukup. Tidak mengandalkan nilai untuk merombak sesuatu
yang tidak sesuai
6) Saya melibatkan untuk membantu siswa mencapai hasil
7) Memberikan petunjuk pada para siswa agar sukses dalam belajar
8) Menghindari kompetisi antarpribadi
Karena kompetisi bisa menimbulkan kekhawatiran, yang bisa berdampak
buruk bagi proses belajar dan sebagian siswa akan cenderung bertindak
curang. Saya tidak membanding-bandingan antara siswa satu dengan
yang lain dan membuat perpecahan diantara para siswa. Saya berusaha
menciptakan metode mengajar dimana para siswa bisa saling bekerja
sama
9) Memberikan Masukan
10) Menghargai kesuksesan dan keteladanan, dengan demikian kelakuan
buruk dan performa rendah yang ditunjukan siswa, akan lebih baik bila
karena saya memberikan apresiasi bagi siswa yang menunjukan
kelakuan dan kinerja yang baik. Ungkapan positif dan dorongan sukses
bagi siswa merupakan penggerak yang sangat berpengaruh dan
memberikan aspirasi bagi siswa yang lain untuk berprestasi.
11) Saya selalu antusias dalam mengajar
12) Menentukan standar yang tinggi (namun realisitis) bagi seluruh siswa
13) Memberikan penghargaan untuk memotivasi,
14) Menciptakan aktifitas yang melibatkan seluruh siswa
15) Mengghindari penggunaan ancaman
16) Menghindari komentar buruk
17) Mengenali minat siswa-siswa
18) Peduli dengan siswa-siswa.3
Selanjutnya peneliti melanjutkan pertanyaan lanjutan dengan tujuan
mengetahui perkembangan siswa setelah diadakan tindakan implemetasi
BCMdalam pembelajaran akidah-ahklak, bagaimana kemajuan motivasi
belajar siswa
setelah diadakan tindakan
implemetasi BCM dalam
pembelajaran PAI?
3
Hasil wawancara dengan Ibu Nur Iradatin, S.Pd.I, tanggal 24 Agustus 2015
61
Jawaban Guru Kelompok A Ibu Nur Iradatin, S.Pd.I: setelah saya adakan
berbagai upaya dan implementasi BCM maka siswa mulai ada kemajuan
dalam mengikuti pembelajaran yaitu:
1) siswa mengikuti do’a sebelum dan sesudah kegiatan
2) Turut menyanyi dan bergerak mengikuti irama Mau menjawab sapaan
guru
3) Mampu menggambar manusia lengkap dari bentuk lingkaran
4) Mendengarkan cerita tetapi perlu dipancing agar mau menceritakan
kembali isi cerita.4
c. Wawancara dengan Kepala RA Nur Jamilatul Jannah, S.H. I.
Berikut ini adalah kutipan pernyataan beliau:”
1) Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang
harus ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.
2) Kedalaman muatan kurikulum akidah-akhlak dituangkan dalam
kompetensi yang harus dikuasai peserta didik sesuai dengan beban
belajar yang tercantum dalam struktur kurikulum.
3) Kompetensi yang dimaksud terdiri atas standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang dikembangkan berdasarkan standar kompetensi
lulusan”.
Ketika Peneliti menanyakan mengenai Kurikulum apa yang digunakan di
RA NU Baiturahman Langon . Berikut pernyataan Nur Jamilatul Jannah,
S.H. I.:”
1) Menentukan tema dan amanat yang akan disampaikan.
2) Menetapkan sasaran dengan siswa.
3) Merancang peristiwa-peristiwa utama yang akan ditampilkan dalam
bentuk skema alur.
4) Membagi peristiwa utama kedalam bagian awal, bagian pengembangan,
dan bagian akhir cerita.
5) Merinci peristiwa-peristiwa utama ke dalam detail-detail peristiwa
sebagai pendukung cerita.
6) Menyusun tokoh, perwatakan tokoh, latar dan sudut pandang.
4
Ibid, tanggal 25 Agustus 2015
62
Ketika Peneliti menanyakan mengenai langkah-langkah apa saja yang
ditempuh dalam implementasi BCM di RA NU Baiturahman Langon .
Berikut pernyataan Nur Jamilatul Jannah, S.H. I.:
BCM adalah suatu cara mengajar dengan bercerita.
1) Ketika guru akan menggunakan BCM,
2) Hal-hal yang perlu diperhatikan ialah kejelasan arah dan tujuan cerita,
3) Bentuk penyampaian dan sistematika cerita, tingkat kemampuan dan
perkembangan anak (sesuai dengan usia anak), situasi dan kondisi
kelas, dan penyimpulan hasil cerita.
a) Kelebihan BCM
(1) Guru mudah menguasai kelas
(2) Guru dapat meningkatkan konsentrasi anak didik dalam waktu yang
relatif lama
(3) Mudah menyiapkannya
(4) Mudah melaksanakannya
(5) Dapat diikuti oleh anak didik dalam jumlah banyak
b) Kekurangan BCM
(1) Anak didik terkadang terbuai dengan jalannya cerita sehingga tidak
dapat mengambil intisarinya.
(2) Hanya guru yang pandai bermain kata-kata atau kalimat
(3) Menyebabkan siswa pasif karena guru yang aktif
(4) siswa lebih cenderung hafal isi cerita daripada sari cerita yang
dituturkan. 5
Ketika Peneliti menanyakan mengenai Problematika apa saja yang dihadapi
pihak RA NU Baiturahman Langon
dalam menerapkan BCM sebagai
Pembelajaran akidah-akhlak. Berikut pernyataan Nur Jamilatul Jannah,
S.H.I.:
“Sebagai guru yang kapasitasnya sebagai pendidik dan pengajar harus
dapat:
a) memberikan contoh teladan (Uswatun Khasanah), jika ingin anak
didiknya memiliki aqidah yang baik, karena segala perilaku yang pada
pendidik akan selalu direkam dan diperhatikan oleh peserta didik,
sehingga keteladanan ini merupakan metode yang baik dalam
pembelajaran Aqidah Akhlaq.
5
Wawancara dengan Kepala RA, tanggal 25 Agustus 2015
63
b) Salah satu cara mengajarkan PAI yang baik adalah dengan memberikan
keteladanan. Memberikan keteladanan yang baik merupakan cara
pengajaran yang paling membekas pada peserta didik. Yang ditekankan
disini adalah keteladanan kedua orang tua terhadap anak-anaknya
dalam hal keimanan dan berpegang teguh kepada aqidah-aqidah Islam
serta dalam menjalankan ibadah kepada Allah.
c) Selain itu keteladan guru juga sangat besar pengaruhnya bagi tingkah
laku peserta didik. Oleh karena itu guru harus menunjukkan sosok
teladan yang baik. Karena untuk menciptakan anak yang saleh, guru
harus menunjukkan figur pendidik yang memberikan keteladanan dalam
menerapkan prinsip tersebut.
d) Dan seorang guru hendaknya tidak hanya mampu memerintah atau
memberi teori pada peserta didik, tetapi lebih dari itu ia harus mampu
menjadi panutan bagi peserta didik, sehingga peserta didik dapat
mengikuti tanpa adanya unsur paksaan.
e) Keteladanan adalah hal-hal yang dapat ditiru atau dicontoh oleh
seseorang dari orang lain. Dan keteladanan yang dimaksud adalah
keteladanan yang dapat dijadikan sebagai alat pendidikan Islam, yaitu
keteladanan yang baik. Contohnya guru menceritakan tentang histori
pendidikan di zaman Rasulullah SAW. Beliau ternyata banyak
memberikan keteladanan dalam mendidik para sahabatnya. Beliau selalu
terlebih dahulu mempraktekkan semua ajaran yang disampaikan Allah
sebelum disampaikan kepada umatnya.
f) Praktek uswah ini ternyata menjadi pengikat bagi umat untuk menjauhi
semua larangan yang disampaikan Rasul dan mengamalkan semua
tuntunan yang diperintahkan oleh-Nya seperti melaksanakan salat,
puasa, nikah, dan lain-lain. Rasulullah SAW bukanlah teladan satu masa
satu bangsa, satu golongan atau satu lingkungan tertentu, tetapi beliau
merupakan teladan universal, teladan seluruh umat manusia, serta
seluruh generasi.6
Ketika Peneliti menanyakan mengenai apasaja yang paling mendasar dari
penerapan BCM dalam pembelajaran PAI di RA NU Baiturahman Langon .
3. Evaluasi
Setelah tahap persiapan sampai pelaksanaan BCM dilakukan, pendidik
mengadakan evaluasi (penilaian) yang dilakukan dengan cara tanya jawab
antara pendidik dengan peserta didik untuk mengetahui sejauh mana mereka
mengetahui dan memahami isi cerita yang disampaikan. Selain itu pendidik
6
Ibid, tanggal 25 Agustus 2015
64
juga melakukan pengamatan terhadap perilaku peserta didik dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran sehari-hari di sekolah.7
Setiap akhir pembelajaran pendidik akan mereview apa saja yang
mereka lakukan dan siapa saja yang mengikuti kegiatan pembelajaran dengan
baik, seperti; saat kegiatan berdo’a dan hafalan surat-surat pendek atau asma’ul
husna, berkata sopan, memperhatikan dan mengerjakan tugas dengan baik.
Kemudian guru akan memberikan bintang kebaikan kepada masing-masing
peserta didik sesuai dengan apa yang mereka lakukan. Bintang kebaikan
tersebut mereka kumpulkan setiap hari dan setiap akhir pekan akan ditukar
dengan hadiah yang berupa makanan, mainan atau yang lain.8
7
8
Hasil wawancara dengan Ibu Nur Iradatin, S.Pd.I, tanggal 25 Agustus 2015
Hasil observasi pada hari/tanggal Rabo, 27 Agustus 2015
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Analisis pelaksanaan strategi pembelajaran BCM yang dilakukan guru
dalam Pembelajaran PAI anak usia dini di RA NU Baiturrahman Langon
Tahunan Jepara.
Secara umum kegiatan belajar mengajar di RA NU Baiturrahman Langon
sudah berjalan sesuai dengan kurikulum dan perencanaan-perencanaan yang telah
disusun. Dan untuk Pembelajaran akhlak itu sendiri sudah dilaksanakan lewat
pembiasaan-pembiasaan dalam kegiatan rutin harian yang selalu dilakukan
dengan perencanaan dan persiapan yang matang dari para guru. Selain dengan
pembiasaan, Metode BCM juga digunakan dalam Pembelajaran akhlak anak,
sesuai dengan naluri seorang anak bahwa ketika anak berusia 4-5 tahun dorongan
untuk mencontoh atau meniru orang lain amatlah kuat. Sehingga kecenderungan
meniru adalah aspek utama dan mendasar dalam pendidikan awal seorang anak.
Dalam hal ini mendidik dan mengajarkan anak dengan keteladanan atau
memberikan contoh akan lebih efektif daripada menasihatinya. Tokoh-tokoh
dalam cerita dapat memberikan teladan bagi anak-anak, mereka dengan mudah
memahami sifat-sifat, figur-figur, dan perbuatan-perbuatan mana yang baik dan
mana yang buruk. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Persiapan
Persiapan dalam proses pembelajaran meliputi persiapan pribadi yaitu
mempersiapkan kondisi tubuh secara keseluruhan dan suara serta pendalaman
materi yang akan disampaikan dan persiapan teknis yaitu media, alat tulis, RPP
65
66
dll. Persiapan sangat diperlukan dalam rangka stabilitas dan efektifitas proses
pembelajaran khususnya persiapan teknis.
Dengan adanya persiapan proses pembelajaran lebih terarah dan
berjalan dengan lancar sesuai dengan rancangan yang telah dibuat. Persiapan
pribadi dalam hal pendalaman materi juga diperlukan yaitu dengan cara
membaca, memahami pesan-pesan yang terkandung dalam cerita bahkan
mungkin menghafalnya supaya menguasai alur cerita dan dapat melakukan
improfisasi dalam meyampaikan materi cerita kepada peserta didik.
Di RA NU Baiturrahman Langon
persiapan yang dilakukan baik
persiapan pribadi maupun persiapan teknis sudah baik, hanya saja dalam
persiapan teknis khususya pengadaan media audio visual masih sangat kurang
dalam menunjang pembelajaran.
2. Materi dan Penyampaian
a. Materi
Materi-materi pendidikan PAI seperti yang dijelaskan pada bab sebelumnya
bahwa materi-materi tersebut tersaji dalam bentuk cerita, diantaranya: cerita
nabi-nabi, cerita islami, cerita tentang binatang, tentang profesi, dan kisahkisah imajinasi lainnya. Dari beberapa materi cerita tersebut, pendidik harus
bisa memilih cerita yang sesuai dengan tema. Cerita yang akan disampaikan
pun juga harus memiliki unsur pendidikan yang sesuai dengan
perkembangan anak dan dapat menjadi motivasi dan teladan untuk peserta
didik agar berakhlak yang baik. Secara umum, materi-materi di atas sudah
sesuai dengan program pembelajaran di RA NU Baiturrahman Langon
67
yang meliputi dua bidang pengembangan kemampuan yaitu: kemampuan
dasar keislaman (Pembelajaran akhlak) dan pengembagan kemampuan
dasar. Pendidik juga sudah melakukan persiapan dengan memilih-milih
materi yang sesuai dengan perkembangan anak.
b. Penyampaian
Sebelum penyampaian cerita dilakukan pendidik sudah membuat rancangan
atau persiapan, baik persiapan pribadi, persiapan teknis, materi cerita,
setting tempat duduk dan media apa yang akan digunakan. Kemudian
pendidik menyampaikan materi mulai dari bagaimana membuka cerita,
kegiatan bercerita, penyampaian pesan dan membuat kesimpulan dari cerita
yang disampaikan. Dalam penyampaian materi pendidik tidak hanya
menyampaikan inti atau pesan yang terkandung didalam cerita tetapi
sewaktu-waktu
pendidik
tersebut
menghentikan
ceritanya
untuk
menanamkan akhlak pada peserta didik, seperti ketika dalam cerita tersebut
menceritakan tentang kegiatan makan, maka pendidik meminta peserta didik
untuk melafalkan do’a sebelum dan sesudah makan, ketika dalam cerita
tersebut menceritakan tentang nasihat orang tua kepada anaknya, maka
pendidik akan memberi motivasi untuk bersikap patuh dan selalu
mendo’akan orangtuanya dan memeinta peserta didik untuk melafalkan do’a
kepada kedua orang tua. Menurut pengamatan peneliti penyampaian cerita
dalam membentuk akhlak anak sudah baik, tetapi dalam mengkondisikan
kelas kurang berhasil karena meskipun pendidik sudah menghentikan
sejenak untuk melakukan gerak lagu atau dengan tepuk diam, kadang-
68
kadang masih saja ada anak yang tidak focus untuk mendengarkan cerita
lagi. Untuk itu sebaiknya pendidik melakukan perjanjian atau tata tertib
dalam belajar dan hukuman apa yang akan mereka dapat ketika melanggar
perjanjian
3. Media (alat peraga)
Media yang digunakan pendidik dalam penerapan Metode BCM antara
lain: buku cerita, boneka tangan, audio visual, dan papan tulis. Semua media
tersebut digunakan pendidik sebagai pelengkap dari Metode BCM
dan
penggunaan media sangat efektif untuk membuat peserta didik tertarik dan
antusias medengarkan cerita. Dalam pembelajaran, media menjadi salah satu
hal peting dalam proses pembelajaran. Dengan media pesan-pesan yang
terkandung dalam cerita mampu diserap dengan baik oleh peserta didik.
Dalam hal ini, penggunaan media di RA NU Baiturrahman Langon
dalam penerapan Metode BCM
sudah cukup baik, namun pendidik lebih
sering bercerita secara lisan atau mengambil cerita-cerita dari buku dan
seharusnya seorang pendidik lebih variatif dalam memanfaatkan media (alat
peraga) yang tersedia dan tidak hanya satu media saja yang digunakan,
mungkin dalam satu cerita menggunakan dua media. Pemanfaatan media audio
visual juga belum maksimal dan bahkan jarang sekali digunakan karena
peralatan yang dibutuhkan belum lengkap. Akan tetapi pendidik tetap berusaha
menggunakan media tersebut dengan meminjam/ membawa laptop sendiri serta
meminjam LCD di kelas lain.
69
4. Evaluasi
Berdasarkan hasil observasi, pendidik RA NU Baiturrahman Langon
telah melakukan evaluasi dengan baik dan sesuai perkembangan Siswa yaitu
dilakukan dengan tanya jawab pada saat kegiatan bercerita berlangsung.
Pendidik juga mengamati serta mencatat perkembagan perilaku peserta didik
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sehari-hari di sekolah.
5. Penerapan
Metode BCM dalam Pembelajaran PAI merupakan kegiatan yang
dilakukan secara terus menerus dan ada dalam kehidupan sehari-hari dengan
tujuan mempersiapkan anak sedini mungkin agar berakhlakul karimah,
membentuk pribadi agar dapat bertindak, berperilaku, memiliki sopan santun,
moral dan kebiasaan-kebiasaan yang baik sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan
Hadist. Hal ini selalu diutamakan hampir disetiap kegiatan yang dilaksanakan
di RA NU Baiturrahman Langon yang bertujuan untuk membentuk akhlak
peserta
didik,
lewat
pendisiplinan,
pembisaan-pembisaan
yang
baik,
keteladanan dari para guru dan penggunaan Metode BCM serta menciptakan
lingkungan sekolah yang nyaman dan religius.
Secara umum kegiatan belajar mengajar di RA NU Baiturrahman
Langon sudah berjalan sesuai dengan kurikulum dan perencanaan-perencanaan
yang telah disusun. Penyampaian nilai-nilai agama melalui cerita seringkali
lebih didengarkan anak. Karena anak-anak senang mendengarkan cerita, maka
secara otomatis pesan-pesan yang diselipkan akan didengarkan anak dengan
senang hati pula. Hal itu didukung dengan cara pendidik menyampaikan cerita
70
yang cukup menarik dari perubahan ekspresi dan mimik wajah, intonasi suara
dan gerak tubuh sehingga anak-anak lebih memperhatikan dan larut dalam
cerita tersebut.
Penyampaian pesan dari cerita yang disampaikan pun bermacammacam, kadang pendidik menyimpulkan pesan-pesan yang terkandung dalam
cerita pada akhir kegiatan bercerita atau sewaktu- waktu pendidik tersebut
menghentikan ceritanya dan menyelipkan pesan-pesan atau nilai keagamaan
dalam menanamkan akhlak pada peserta didik, seperti ketika menceritakan
tentang kegiatan makan, maka pendidik meminta peserta didik untuk
melafalkan do’a sebelum dan sesudah makan, bahkan bisa saja pendidik
mengajak peserta didik untuk menyimpulkan nilai-nilai apakah yang
terkandung dalam cerita tersebut. Secara khusus penerapan Metode BCM
dalam membentuk akhlak di RA NU Baiturrahman Langon
terdiri dari
beberapa aspek, diantaranya:
1) Akhlak kepada Allah
a) Berdo’a sebelum dan sesudah melaksanakan kegiatan
b) Do’a sehari-hari dan Asma’ul Husna
c) Mulai meniru gerakan sholat
2) Akhlak kepada Sesama
a) Tahu kapan mengucapkan salam, terima kasih dan maaf
b) Menghormati dan patuh terhadap nasihat orang tua, guru dan orang yang
lebih tua,
c) Bersikap ramah
71
3) Akhlak terhadap Lingkungan
a) Mengembalikan mainan pada tempatnya
b) Membuang sampah pada tempatnya
c) Membantu membersihkan lingkungan
Dari beberapa aspek diatas hanya beberapa yang disampaikan dengan
Metode BCM , seperti; Akhlak kepada Allah; Berdo’a sebelum dan sesudah
melaksanakan kegiatan, Akhlak kepada Sesama; menghormati dan patuh
terhadap nasihat orang tua, guru dan orang yang lebih tua, Akhlak terhadap
Lingkungan; mengembalikan mainan pada tempatnya; membuang sampah
pada tempatnya.
Hasil yang dapat dilihat dari penerapan Metode BCM adalah adanya
motivasi dan pengarahan dari kegiatan yang dilakukan serta terjadi perubahan
tingkah laku yang sesuai dengan akhlak atau norma-norma masyarakat yang
diketahuinya dari cerita. Adapun rinciannya seperti pada table berikut:
Table. 4.1
Tanggapan Anak Terhadap Metode BCM
NO
Kriteria
Jumlah Anak
Prosentase
1
Suka
26
87 %
2
Tidak suka
4
13%
30
100%
Jumlah
Dari tabel diatas ternyata 87 % atau 26 anak menyukai Metode
BCM, sedang yang 13 atau 4 anak tidak menyukai Metode BCM. Anakanak dapat menangkap pesan-pesan moral dari cerita walaupun tidak semua
72
anak langsung mempraktikkannya. Hal tersebut karena perkembangan
kognitif dan psikologis yang berbeda-beda pada setiap anak.
B. Analisis pelaksanaan strategi pembelajaran
BCM
(Bermain,
Cerita,
Menyanyi) dalam pembelajaran PAI dalam meningkatkan keaktifan siswa
RA NU Baiturrahman Langon Tahunan Jepara.
Untuk mengetahui metode BCM apakah dapat meningkatkan keaktifan
belajar siswa RA NU siswa RA NU Baiturrahman Langon Tahunan Jepara, maka
peneliti melakukan observasi di lokasi penelitian, dengan asumsi metode sebelum
menggunakan BCM, yang hasilnya peneliti masukkan dalam table berikut:
Tabel.4.2
Hasil Observasi Keaktifan sebelum menggunakan metode BCM
Berilah tanda ceklis (√) pada kolom sesuai dengan tingkat pelaksanaan
Aktifitas
No
Nama
1
2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Rio Riswandi
√
2 Alpan Khairi
√
√
3 Egis Saputra
√
4 Resky Rahmat
√
√
√
5 Fitri Darisa
√
√ √ √
√ √ √
6 Nadia Safrina
√
√ √
√
√
7 Fitria Safitri
√
√ √ √ √ √ √ √
8 M. Fauzan
√
√
9 Meri Melinda
√
√ √
√ √ √
10 Naili Arromah
√
√ √ √
11 Teguh I
√
√ √ √ √ √ √ √ √
12 Yelpi Rosmita
√
√
13 Yeli Saputri
√
√ √
√
√
14 Wazniati
√
√ √ √ √ √ √ √ √ √
15 Ripaldi
√
√
16 Ikbal
√
√
17 Tengku Ibnu S
√
√ √ √ √ √ √ √ √ √
18 Ilham Ridho M
√
√ √
√
√
Jumlah
18 10 9 5 4 5 5 12 5 11
Prosentase
100 55 50 27 22 27 27 66 27 61
Jml
1
2
1
3
7
5
8
2
6
4
9
2
5
10
2
2
10
5
84
46.6
Pst
(%)
10
20
10
30
70
50
80
20
60
40
90
20
50
100
20
20
100
50
73
Sumber data : hasil observasi keaktifan belaljar sebelum menggunakan BCM
Dengan melihat tabel keaktifan belajar siswa pada sebelum
menggunakan Metode BCM dapat secara keseluruhan dapat diketahui bahwa
keaktifan belajar siswa termasuk rendah karena berada diantara 22 – 66%.
Kemudian
untuk
membuktikan
bahwa
metode
BCM
dapat
meningkatkan keaktifan belajar siswa RA NU siswa RA NU Baiturrahman
Langon Tahunan Jepara, maka peneliti melakukan observasi di lokasi
penelitian pada saat metode BCM di terapkan, yang hasilnya peneliti masukkan
dalam tabel berikut:
Tabel 4.3
Hasil Observasi Keaktifan Siswa setelah menggunakan metode BCM
Berilah tanda ceklis (√) pada kolom sesuai dengan tingkat pelaksanaan
Aktifitas
No
Nama
Jml
1
2
3 4 5 6 7 8 9 10
1 Rio Riswandi
8
√
√
√ √ √ √
√ √
2 Alpan Khairi
9
√
√
√
√ √ √ √ √ √
3 Egis Saputra
8
√
√
√ √ √ √ √
√
4 Resky Rahmat
8
√
√
√
√ √ √
√ √
5 Fitri Darisa
10
√
√
√ √ √ √ √ √ √ √
6 Nadia Safrina
9
√
√
√ √ √ √ √ √
√
7 Fitria Safitri
10
√
√
√ √ √ √ √ √ √ √
8 M. Fauzan
7
√
√
√ √ √
√ √
9 Meri Melinda
10
√
√
√ √ √ √ √ √ √ √
10 Naili Arromah
8
√
√
√ √ √ √ √ √
11 Teguh I
10
√
√
√ √ √ √ √ √ √ √
12 Yelpi Rosmita
10
√
√
√ √ √ √ √ √ √ √
13 Yeli Saputri
10
√
√
√ √ √ √ √ √ √ √
14 Wazniati
10
√
√
√ √ √ √ √ √ √ √
15 Ripaldi
7
√
√
√ √
√ √ √
16 Ikbal
7
√
√
√
√
√ √ √
17 Tengku Ibnu S
10
√
√
√ √ √ √ √ √ √ √
Pst
(%)
80
90
80
80
100
90
100
70
100
80
100
100
100
100
70
70
100
74
Ilham Ridho M
9
90
√
√
√ √ √ √ √ √
√
Jumlah
18 18 15 14 17 15 15 15 15 18 160
Persentase
100 100 83 77 94 83 83 83 83 100 88.8
Sumber data : hasil observasi keaktifan belajar siklus kedua
18
Dengan melihat tabel keaktifan belajar siswa RA setelah menggunakan
metode BCM secara keseluruhan dapat diketahui bahwa keaktifan tinggi
karena berada diantara 77 – 100 %.
Tabel 4.4
Hasil Observasi Keaktifan Siswa
Sebelum dan sesudah pembelajaran menggunakan metode BCM
Jumlah Siswa Yang
Aktif
N
O
INDIKATOR
Membentuk kelompok sesuai dengan yang
dibagi guru
Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan
2
guru
3 Memperhatikan cerita yang disampaikan
Menyebut pokok-pokok masalah yang ada di
4
dalam cerita
Memberikan pendapat atau komentar
5
terhadap masalah
Siswa untuk mengemukakan pendapatnya
6
kepada guru dan audience
Siswa untuk melaksanakan tugas yang
7
diberikan
Memperhatikan masalah yang dihadapi
8
kawan
Memberikan pendapat atau saran terhadap
9
masalah yang dihadapi kawan
Siswa tepat waktu dalam mengumpulkan
10 tugas
1
Jumlah
KET
Sebelum
Sesudah
18
18
Sama
10
18
Meningkat
9
15
Meningkat
5
14
Meningkat
4
17
Meningkat
5
15
Meningkat
5
15
Meningkat
12
15
Meningkat
5
15
Meningkat
11
18
Meningkat
84
160
Meningkat
Sumber data : hasil observasi keaktifan siswa siklus sebelum menggunakan BCM
dan sesudah menggunakan BCM
75
Dari tabel di atas dapat dilihat secara umum keaktifan belajar setelah BCM
meningkat dari sebelum BCM. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari penjelasan
di bawah ini.
1. Membentuk kelompok sesuai dengan yang dibagi guru, siswa yang aktif
sebelum BCM adalah 100 % dan dikategorikan sangat tinggi, dan setelah BCM
adalah 100 % dan di kategorikan sangat tinggi. Pada indicator ini keaktifan
belajar siswa sebelum BCM dan setelah BCM sama.
2. Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan guru,
siswa yang aktif pada
sebelum metode BCM adalah 55 % dan diketegorikan sedang, sedangkan pada
setelah BCM adalah 100 % dan dikategorikan sangat tinggi. jika dibandingkan
dengan sebelum BCM terjadi peningkatan sebesar 45 %.
3. Memperhatikan cerita yang disampaikan, siswa yang aktif sebelum BCM
adalah 50 % dan dikategorikan sedang, sedangkan setelah BCMadalah 83 %
dan dikategorikan sangat tinggi. Jika dibandingkan dengan sebelum BCM
terjadi peningkatan sebesar 33 %.
4. Menyebut pokok-pokok masalah yang ada di dalam cerita, siswa yang
aktif sebelum BCM adalah 27 % dan dikategorikan rendah, sedangkan setelah
BCMadalah 77 % dan dikategorikan sangat tinggi. Jika dibandingkan dengan
sebelum BCM terjadi peningkatan sebesar 50 %.
5. Memberikan pendapat atau komentar terhadap masalah, siswa yang
aktif sebelum BCM adalah 22 % dan dikategorikan rendah, sedangkan setelah
BCMadalah 94 % dan dikategorikan sangat tinggi. Jika dibandingkan dengan
sebelum BCM terjadi peningkatan pada siklus kedua sebesar 72 %.
76
6. Mengemukakan pendapatnya kepada guru, siswa yang aktif sebelum BCM
adalah 27 % dan dikategorikan rendah, sedangkan setelah BCM adalah 83 %
dan dikategorikan sangat tinggi. Jika dibandingkan dengan sebelum BCM
terjadi peningkatan sebesar 56 %.
7. Melaksanakan tugas yang diberikan, siswa yang aktif sebelum BCM adalah 27
% dan dikategorikan rendah, sedangkan setelah
BCM adalah 83 % dan
dikategorikan sangat tinggi. Jika dibandingkan dengan sebelum BCM terjadi
peningkatan sebesar 56 %.
8. Memperhatikan masalah yang dihadapi kawan, siswa yang aktif sebelum
BCM adalah 66 % dan dikategorikan tinggi, sedangkan setelah BCM adalah
83 % dan dikategorikan sangat tinggi. Jika dibandingkan dengan sebelum
BCM terjadi peningkatan pada siklus kedua sebesar 17 %.
9.
Memberikan pendapat atau saran terhadap masalah yang dihadapi kawan,
siswa yang aktif pada sebelum BCM adalah 27 % dan dikategorikan rendah,
sedangkan pada setelah BCM adalah 83 % dan dikategorikan sangat tinggi.
Jika dibandingkan dengan sebelum BCM terjadi peningkatan sebesar 56 %.
10. Tepat waktu dalam mengumpulkan tugas, siswa yang aktif pada sebelum
BCM adalah 61 % dan dikategorikan tinggi, sedangkan setelah BCMadalah
100 % dan dikategorikan sangat tinggi. Jika dibandingkan dengan sebelum
BCM terjadi peningkatan pada setelah BCM sebesar 39 %.
77
C. Analisis Faktor-Faktor Pendukung dan Metode BCM Dalam Pembelajaran
PAI siswa RA NU Baiturrahman Langon Tahunan Jepara Tahun Pelajaran
2013/2014
1. Analisis Faktor Pendukung
Metode BCM memang mempunyai posisi tersendiri dalam metode
pembelajaran. Dari hasil penelitian diketahui bahwa para siswa masih
menyukai Metode BCM karena beberapa faktor antara lain faktor keterlibatan
emosional dalam mendengar sebuah kisah berbeda dengan membaca buku.
Keterlibatan emosional ini sebenanya sangat bagus jika ditinjau dari teori
pendidikan modern yang berusaha menyeimbangkan fungsi otak kiri dan otak
kanan.
Selama ini fungsi otak kiri yang berkaitan dengan intelegensi,
kemampuan berfikir selalu mendapatkan perhatian yang sangat besar.
Padahal otak kiri ini juga mempunyai kelemahan antara lain
pengetahuan yang diserap cepat hilang dari ingatan. Otak kanan yang berkaitan
dengan emosi semisal rasa suka, benci dan perasaan lain seperti kekaguman
kepada objek cerita mempunyai potensi untuk digunakan dalam pembelajaran
akidah akhlak karena mempunyai kelebihan bisa menyimpan memori dalam
jangka waktu yang lama.1 Dalam konteks pembelajaran akidah akhlak, Metode
BCM ini mempunyai kelebihan jika disampaikan secara baik karena akan
selalu diingat oleh siswa.
2. Faktor penghambat
1
Bobbi De Porter & Mike Hernacki, Quantum Learning, (Bandung: Kaifa, 2009), hlm. 38
78
Selain faktor pendukung, berdasarkan penelitian juga ditemukan
beberapa faktor penghambat yang cukup signifikan. Faktor penghambat ini
baik faktor intern dari siswa, guru, metode hingga bahan pelajaran, juga berasal
dari faktor ekstern seperti keadaan sosial budaya di masyarakat yang banyak
mempengaruhi siswa. Pesatnya informasi dewasa ini tidak hanya membawa
pengaruh yang posistif namun juga pengaruh negatif.
Faktor Metode BCM Dalam Pembelajaran PAI dari faktor intern cukup
kompleks. Dari point pertama yakni materi pelajaran, mata pelajaran PAI
terdiri dari dua bagian yakni akidah yang banyak berkaitan dengan keimanan
terhadap hal-hal yang ghaib, dan akhlak yang berkaitan dengan tingkah laku
sehari hari. Keduanya mempunyai perbedaan yang cukup prinsipil, masalah
akhlak lebih mudah digambarkan karena paling tidak bisa dilihat didengar
dengan panca indera sedangkan akidah lebih banyak berbicara tentang
keimanan yang sulit diserap dengan panca indera kecuali melalui keyakinan
hati.
Hubungannya dengan metode BCM, banyak materi akidah yang sulit
diberikan dengan Metode BCM . Keimanan terhadap tauhid lebih banyak
bersifat keyakinan yang sulit diceritakan. Materi akhlak lebih mudah diberikan
dibandingkan dengan akidah karena banyak kisah kongkret yang bisa
disampaikan. Problem selanjutnya adalah dari siswa. Siswa cenderung kurang
tertarik jika cerita yang disampaikan terlalu panjang atau terkesan klise. Inilah
yang menjadi faktor penyebab mereka mengantuk, ramai, atau berbicara dan
membuat gaduh dalam ruangan. Di tinjau dari faktor kejiwan mereka masih
79
usia anak-anak yang cenderung meniru atau mengalami perubahan secara
cepat.2
Jika mereka tertarik pada pelajaran mereka akan cepat memperhatikan,
namun jika merasa bosan mereka juga akan cepat kehilangan konsentrasi.
Faktor selanjutnya adalah guru. Kadang guru menganggap bahwa
materi PAI yang ada sukar disampaikan dengan Metode BCM . Metode BCM
ini memang memerlukan waktu untuk dapat diserap. Berbeda dengan metode
tanya jawab yang membuat siswa langsung harus beradaptasi untuk memproses
informasi yang dibutuhkan.
Faktor penghabat selanjutnya adalah dari faktor ekstern. Siswa sebagai
anak-anak berada di lingkungan yang memungkinkan ia menerima begitu
banyak informasi akibat perkembangan tekhnologi. Kenyataan dan fenomena
masyarakat modern saat ini banyak yang bertentangan dengan materi PAI ini.
Akibat seringnya bertemu dengan hal hal yang salah dari sisi akhlak, misalnya
hubungan yang terlalu bebas antara laki-laki dan perempuan, maka siswa
menganggap kesalahan itu sebagai hal yang biasa karena orang lain juga
banyak yang melakukannya.
Faktor ekstern lainya berkaitan dengan faktor lain semisal peran orang
tua yang kurang dalam memperhatikan siswa. Kebanyakan orang tua sekarang
bersikap acuh tak acuh dalam mendidik anak terutama di bidang akhlak.
2
Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hlm.74.
BAB V
PENUTUP
A.Kesimpulan
Berdasarkan uraian dari bab-bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan,
sebagai berikut:
1. Pelaksanaan strategi pembelajaran BCM yang dilakukan guru dalam
Pembelajaran PAI anak usia dini di RA NU Baiturrahman Langon Tahunan
Jepara dengan melakukan persiapan, baik persiapan pribadi maupun persiapan
teknis. Dengan adanya persiapan proses pembelajaran lebih terarah dan
berjalan dengan lancar sesuai dengan rancangan yang telah dibuat dan tujuan
dari metode BCM yang disampaikan dapat diterima oleh siswa, selanjutnya
proses yang dilakukan ialah dengan melakukan penyampaian materi cerita
dengan beberapa langkah yaitu dengan melakukan proses komunikasi dua arah
yang jelas, menggunakan variasi suara yang disesuaikan dengan isi cerita
sehingga emosi siswa bisa tergugah, penggunaan alat peraga untuk
mempermudah pemahaman siswa dan yang terakhir dengan memberikan
pancingan pertanyaan sehingga nanti diketahui seberapa besar pemahaman
siswa tentang cerita yang disampaikan.
2. Pelaksanaan strategi pembelajaran
BCM
(Bermain,
Cerita,
Menyanyi)
dalam pembelajaran PAI dapat meningkatkan keaktifan siswa RA NU
Baiturrahman Langon Tahunan Jepara, hal itu terbukti keaktifan belajar siswa
sebelum menggunakan Metode BCM dapat secara keseluruhan dapat diketahui
80
81
bahwa keaktifan belajar siswa termasuk rendah karena berada diantara 22 –
66%, dan keaktifan belajar siswa RA setelah menggunakan metode BCM
secara keseluruhan dapat diketahui bahwa keaktifan tinggi karena berada
diantara 77 – 100 %.
3. Faktor yang mendukung dan menghambat metode BC M dalam meningkatkan
pembelajaran PAI
siswa RA NU Baiturrahman Langon Tahunan Jepara,
adalah :
a. Faktor yang mendukung, Metode BCM memang mempunyai posisi
tersendiri dalam metode pembelajaran. Sejak pendidikan awal seorang siswa
di MI metode kisah ini telah digunakan. Dari hasil penelitian diketahui
bahwa para siswa masih menyukai metode kisah karena beberapa faktor
antara lain faktor keterlibatan emosional dalam mendengar sebuah kisah
berbeda dengan membaca buku. Keterlibatan emosional ini sebenanya
sangat bagus jika ditinjau dari teori pendidikan modern yang berusaha
menyeimbangkan fungsi otak kiri dan otak kanan. Selama ini fungsi otak
kiri yang berkaitan dengan intelegensi, kemampuan berfikir selalu
mendapatkan perhatian yang sangat besar. Padahal otak kiri ini juga
mempunyai kelemahan antara lain pengetahuan yang diserap cepat hilang
dari ingatan. Otak kanan yang berkaitan dengan emosi semisal rasa suka,
benci dan perasaan lain seperti kekaguman kepada objek cerita mempunyai
potensi untuk digunakan dalam pembelajaran akidah akhlak karena
mempunyai kelebihan bisa menyimpan memori dalam jangka waktu yang
lama.
82
b. Selain faktor pendukung, berdasarkan penelitian juga ditemukan beberapa
faktor penghambat yang cukup signifikan. Faktor penghambat ini baik
faktor intern dari siswa, guru, metode hingga bahan pelajaran, juga berasal
dari faktor ekstern seperti keadaan sosial budaya di masyarakat yang banyak
mempengaruhi siswa. Pesatnya informasi dewasa ini tidak hanya membawa
pengaruh yang posistif namun juga pengaruh negatif.
Problem selanjutnya adalah dari siswa, Siswa cenderung kurang
tertarik jika cerita yang disampaikan terlalu panjang atau terkesan klise.
Inilah yang menjadi faktor penyebab mereka mengantuk, ramai, atau
berbicara dan membuat gaduh dalam ruangan. Di tinjau dari faktor kejiwan
mereka masih usia anak-anak yang cenderung .
Faktor selanjutnya adalah guru. Kadang guru menganggap bahwa
materi akidah akhlak yang ada sukar disampaikan dengan BCM. Metode
BCM ini memang memerlukan waktu untuk dapat diserap. Berbeda dengan
metode tanya jawab yang membuat siswa langsung harus beradaptasi untuk
memproses informasi yang dibutuhkan.
Faktor penghabat selanjutnya adalah dari faktor ekstern. Siswa
sebagai remaja berada di lingkungan yang memungkinkan ia menerima
begitu banyak informasi akibat perkembangan tekhnologi. Kenyataan dan
fenomena masyarakat modern saat ini banyak yang bertentangan dengan
materi akidah akhlak ini. Akibat seringnya bertemu dengan hal hal yang
salah dari sisi akhlak, misalnya hubungan yang terlalu bebas antara laki-
83
laki dan perempuan, maka siswa menganggap kesalahan itu sebagai hal
yang biasa karena orang lain juga banyak yang melakukannya.
Faktor ekstern lainya berkaitan dengan faktor lain semisal peran orang
tua yang kurang dalam memperhatikan siswa. Kebanyakan orang tua
sekarang bersikap acuh tak acuh dalam mendidik anak terutama di bidang
akhlak
B. Saran
Mengingat pentingnya keberhasilan pendidikan pada usia 4-5 tahun adalah
faktor penentu keberhasilan dimasa mendatang. Dalam hal ini penulis mencoba
memberikan beberapa saran yang berhubungan dengan permasalahan diatas:
1. Saran bagi RA
Hendaknya kepala sekolah selalu mengontrol dan memberikan pengarahan
kepada pendidik. Karena semua tingkah laku yang dilakukan pendidik akan
mudah ditiru oleh peserta didiknya.
2. Saran bagi guru.
a. Guru sebagai pemberi informasi sekaligus pendidik dan pembimbing dalam
proses pembelajaran hendaknya selalu meningkatkan kemampuannya
(kompetesi) yang dimilikinya khususya dalam penggunaan metode cerita.
Pemilihan cerita, pemanfaatan media
yang bervariatif
serta cara
penyampaian yang menarik akan menambah minat dan antusias peserta
didik dalam mendengarkan cerita sehingga isi yang terkandung dalam cerita
diharapkan dapat memberikan teladan bagi anak-anak.
84
b. Guru perlu melakukan pendekatan kepada peserta didik yang tidak mau
bercerita, agar mereka terlatih untuk tampil di depan teman-teman yang lain.
c. Hendaknya lebih sabar, telaten dan dapat menjadi teladan bagi peserta
didiknya sehingga peserta didik akan mudah memahami dan mencerna
materi yang diberikan, sehingga akan terbentuk anak-anak yang saleh.
3. Saran Bagi Orangtua.
Orang tua adalah guru pertama bagi putra-putrinya, diharapkan
senantiasa memberikan pengawasan dan perhatian serta memotivasi anak
melakukan hal-hal baik, karena perhatian orang tua berpengaruh besar terhadap
pembentukan akhlak anak. Dalam peran tersebut, orang tua hendaknya turut
serta membantu dan bekerjasama dengan pihak sekolah dalam meningkatkan
perkembangan dan pertumbuhan putra-putri mereka.
C. Penutup
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa
memberikan
rahmat,
tautiq
serta
hidayahnya
sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Ungkapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu terselesaikannya skripsi ini. Penulis berharap, semoga karya ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak dan bagi penulis sendiri. Tidak lupa penulis mohon
maaf, apabila dalam penyusunan kalimat maupun bahasanya masih dijumpai
banyak kekeliruan. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif
guna perbaikan di masa mendatang.
85
Mudah mudahan apa yang penulis buat ini mendapat ridha dari Allah yang
maha murah. Semoga kita semua termasuk dalam golongan orang-orang yang
beruntung di akhirat nanti. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya
dan bermanfaat bagi pembaca pada umumnya, serta segenap pengelola madrasah
semoga menambah pengetahuan dalam mendidik siswa-siswinya. Amin ya rabbal
almin.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Reni, Hawadi, Psikologi Perkembangan Anak, (Jakarta: PT Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2006)
Al-Khal’awi, Mahmud, Said Mursi, Mendidik Anak dengan Cerdas, (Insan Kamil;
Solo, 2007.)
Al-Musawi, Khalik, Bagaimana Membangun Kepribadian Anda, (Lentera:
Jakarta, 2007)
Arikunto, Suharsini, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta,
Rineka Cipta, 2002)
Carol Seefeldt dan Barbara Wasik, Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta: PT
Macanan Jaya Cemerlang, 2008)
Damayanti, Dwi Retna, Program Pendidikan Untuk Anak Usia Dini di
Prasekolah Islam, (PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta2005 .)
Daradjat, Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta: PT Rineka Cipta,2003)
Departemen Agama RI, Kurikulum 2004 Pendidikan Agama Islam Taman KanakKanak, (Jakarta : Direktorat Madrasah dan Pendidikan Agama Islam
pada Sekolah Umum, 2004)
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya,( Surya Cipta Aksara :
Surabaya, 1989)
Departemen Agama RI, Kurikulum 2004: Pendidikan Agama Islam Taman
Kanak- Kanak, (Jakarta: Direktorat Madrasah dan Pendidikan Agama
Islam pada Sekolah Umum, 2004)
Hariwijaya, Bertian dan Eka S. PAUD, Melejitkan Potensi Anak dengan
Pendidikan Sejak Dini. (Mahaddhika Publishing, 2009.)
Http//Guru plus da’i temenanan. Menyanyi sebagai metode pembelajaran.
(diakses tgl 07 Juli 2015, 02.00 WIB)
J.J Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, ( Bandung: Rosdakarya,
2012)
Jamaris, Martini, Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman Kanakkanak, (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2006)
K. Fathoni, Muhamad, Pendidikan Islam dan Pendidikan Nasional Paradigm
Baru, (Jakarta: Direktorat Kelembagaan Agama Islam, 2005)
Kementerian Pendidikan Nasional, Pedoman Pembelajaran : Pengembangan
Pembentukan Perilaku di Taman Kanak-kanak, (Jakarta: Direktorat
Pembinaan TK dan SD, 2010)
M. Hariwijaya. Bertiani Sukaca, Eka, PAUD; Melejitkan Potensi Anak dengan
Pendidikan Sejak Dini. (Yogjakarta: Mahadika Publising, 2009)
Majid,
Abdul dan Andayani, Pendidikan Islam
(Bandung:PT Remaja Rosdakarya,2006)
Berbasis
Kompetensi,
Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, (Pustaka Pelajar: Jogjakarta,
2005.)
Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta, Bumi Aksara;
2007)
Mini, Prianto Rose, Perilaku Anak Usia Dini, (Yogjakarta: KANISIUS, 2003)
Moeslichatoen R, Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2005)
Monks dan Knoers, Psikologi Perkembangan Pengantar Dalam Berbagai
Bagiannya, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press,2002)
Mubarok, M. Mufti. BCM Plus; Rahasia Cerdas Bermain sambil Belajar.
(Surabaya : PT. Java Pustaka Media Utama 2008.)
Mubarok, Mufti dan Ichwan, Bachtiar, Metode Buroq : 60 Menit Mahir Baca
Tulis Al Qur’an , (Surabaya : Java Pustaka Group,2009)
Muhaimin, et.al, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2008)
Munandar, dan Utami, Anak-Anak Berbakat Pembinaan dan Pendidikannya,
(Jakarta: Rajagrafindo Persada, 1993)
Roqib, Moh, Ilmu Pendidikan Islam: Pengembangan Pendidikan Integratif di
Sekolah, Keluarga dan Masyarakat, (Yogyakarta: PT LKiS Printing
Cemerlang, 2009)
Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorentasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: Kencana, 2007)
Santi, Danar, Pendidikan Usia Dini Antara Teori dan Praktik, (Indonesia:PT
INDEKS, 2009)
Seefeldt, Carol dan Wasik, Barbara, Pendidikan Anak Usia Dini
Siswanto, Igrea, Mendidik Anak dengan Permainan Kreatif, (Bermain sambil
belajar untuk mengembangkan Kecerdasan Majemuk Sejak Usia Dini),
(Yogjakarta: ANDI, 2008.)
Soemanto, Wasty, Psikologi Pendidikan, Landasan Pemimpin Pendidikan (
Jakarta: PT Rineka Cipta, 1990)
Sumarni, Murti, Metodologi Penelitian Bisnis, (Yogyakarta: Andi, 2005)
Suyadi, Permainan Edukatif Yang Mencerdasakan, (Jogjakarta: Power Books,
2009)
Suyadi, Manajemen Paud, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011)
Suyanto, Slamet, Strategi Pendidikan Anak, ( Jogjakarta: HIKAYAT Publising,
2008)
Tim Bina Potensi, Pedoman Teknis Penyelenggaraan Kelompok Bermain
UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas, (Bandung: Nuansa Aulia,2008)
Yusuf, Syamsu, Psikologi Perkembangan Anak & Remaja, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2009)
Zainal Aqib, Pedoman Teknis Penyelenggaraan PAUD, (Bandung: Nuansa Aulia,
2010)
Download