analisa yuridis permohonan penetapan pengadilan untuk kuorum

advertisement

ANALISA YURIDIS PERMOHONAN PENETAPAN
PENGADILAN UNTUK KUORUM RAPAT UMUM
PEMEGANG SAHAM KETIGA YANG LEWAT WAKTU
(STUDI KASUS: PERMOHONAN KEPADA KETUA
PENGADILAN NEGERI OLEH PT X DIHUBUNGKAN
DENGAN KONFLIK INTERNAL DI ANTARA PARA
PEMEGANG SAHAM)
FAJAR EKO PRABOWO
WENNY SETIAWATI
FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
KEKHUSUSAN HUKUM TENTANG KEGIATAN EKONOMI
DEPOK
JANUARI 2013
Analisa yuridis…, Fajar Eko Prabowo, FH UI, 2013
ABSTRAK
Nama
: Fajar Eko Prabowo
NPM
: 0906606330
Judul
: Analisa
Yuridis
Permohonan
Penetapan
Pengadilan untuk Kuorum Rapat Umum Pemegang
Saham Ketiga yang Lewat Waktu (Studi Kasus:
Permohonan Kepada Ketua Pengadilan Negeri
Oleh PT X Dihubungkan Dengan Konflik Internal
Di Antara Pemegang Saham)
Skripsi Ini membahas tentang Rapat Umum Pemegang Saham Yang Lewat waktu.
Lewat waktunya penyelenggaran RUPS Ketiga ini dikarenakan adanya
permohonan kepada Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Selatan untuk Penetapan
Jumlah Kuorum RUPS yang lebih kecil. Penelitian ini bertujuan untuk
mendapatkan gambaran mengenai konsekuensi hukum dari PT yang melakukan
Permohonan Tersebut.
Kata Kunci : Perseroan Terbatas, RUPS dan Kuorum Kehadiran.
Analisa yuridis…, Fajar Eko Prabowo, FH UI, 2013
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bentuk badan usaha yang menjalankan kegiatannya dalam bidang
ekonomi
biasanya
berbentuk
Perusahaan
Dagang,
Firma,
Persekutuan
Komanditer, Perusahaan Umum, Koperasi dan Perseroan Terbatas. Dari bentuk
badan usaha yang dijelaskan diatas, ada perbedaan dalam karakteristik Perseroan
Terbatas (selanjutnya disebut dengan “PT”) yaitu merupakan badan usaha yang
berbentuk badan hukum. Karakteristik PT dalam suatu badan hukum adalah
adanya pemisahan harta kekayaan pemilik dengan harta kekayaan badan usaha,
sehingga pemilik hanya bertanggung jawab sebatas harta
kekayaan yang
dimilikinya.
Dalam melakukan bentuk usahanya,
PT memiliki organ-organ yang
disebutkan dalam UUPT yaitu Rapat Umum Pemegang Saham (selanjutnya
disebut “RUPS”), Direksi dan Dewan Komisaris. Dewan Komisaris adalah Organ
Perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus
sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada Direksi, sedangkan
Direksi adalah Organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh
atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai dengan maksud
dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di luar
pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar. Kemudian RUPS adalah
Organ Perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada
Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam UndangUndang dan/ atau anggaran dasar,
Analisis Yuridis Permohonan Penetapan Pengadilan untuk Kuorum
Rapat Umum Pemegang Saham Ketiga yang Lewat Waktu (Studi Kasus:
Permohonan Kepada Ketua Pengadilan Negeri Oleh PT X yang
dihubungkan dengan Konflik Internal di antara Para Pemegang Saham).
Analisa yuridis…, Fajar Eko Prabowo, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
2
Pokok Permasalahan
Bagaimana
pengaturan
UUPT
tentang
penyelenggaraan
RUPS
ketiga
yang
terjadi
akibat
adanya
konflik
internal
antara
pemegang
saham
di
Perseroan
tersebut?
1. Bagaimana akibat hukum dari penyelenggaraan RUPS ketiga yang lewat
waktu pada PT X jika dihubungkan dengan konflik yang terjadi dan
Penetapan Pengadilan Negeri mengenai jumlah Kuorum RUPS Ketiga?
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk memahami dan menganalisa akibat hukum yang timbul dari
penyelenggaraan RUPSLB (Ke-3) yang melewati jangka waktu yang
ditentukan dalam pasal 86 ayat (9) UUPT;
2. Untuk memahami dan menganalisa hal-hal yang menjadi dasar
ditetapkannya jangka waktu pelaksanaan RUPS kedua terhadap RUPS
ketiga sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 86 ayat (9) UUPT;
3. Untuk memahami dan menganalisa apa akibat hukum dari Penetapan
Pengadilan yang melanggar Pasal 86 ayat (9) UUPT dan tindakan yang
ditempuh PT dalam hal Penetapan Pengadilan tersebut.
Kegunaan Penelitian
Penelitian yang dilaksanakan ini diharapkan dapat memberikan kegunaan
baik secara teoritis maupun praktis, yaitu sebagai berikut:
1. Segi Teoritis
a. Hasil dari penelitian ini penulis harapkan dapat digunakan sebagai
sumbangan pemikiran dan bahan kajian bagi mengembangkan ilmu
hukum pada umumnya dan Hukum Organisasi Perusahaan pada
khususnya.
b. Sebagai bahan yang dapat digunakan dalam rangka memberikan
masukan bagi pembentukan ketentuan hukum yang berhubungan
dengan Organisasi Perusahaan pada umumnya dan ketentuan yang
mengatur mengenai RUPS pada khususnya.
2. Segi Praktis
Analisa yuridis…, Fajar Eko Prabowo, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
3
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para pihak yang
terkait, yaitu:
a. Para pelaku usaha, agar menyadari akan hak-hak dan kewajibannya
sebagai pelaku usaha.
b. Bagi pemerintah untuk segera merevisi aturan yang mengatur
mengenai perseroan terbatas
. Kerangka Konsepsional
Pembahasan dalam penulisan karya ilmiah ini dibatasi ruang lingkupnya
dalam Perseron Terbatas tertutup yang terkait dengan Rapat Umum Pemegang
Saham. Pembatasan ruang lingkup ini ditujukan untuk memberikan pembahasan
yang lebih spesifik dalam penulisan karya ilmiah ini.
Definisi Operasional
Selain itu demi menghindari penafsiran yang berbeda dari istilah-istilah
yang dipergunakan dalam penulisan karya ilmiah ini. Maka diperlukan definisi
operasional dari istilah-istilah sebagai berikut:
1. Perseroan Terbatas adalah badan hukum yang merupakan persekutuan
modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha
dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-undang serta peraturan
pelaksanaannya.1
2. Organ Perseroan adalah Rapat Umum Pemegang Saham, Direksi, dan
Dewan Komisaris.2
3. Rapat Umum Pemegang Saham, yang selanjutnya disebut RUPS, adalah
Organ Perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada
Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam
Undang-undang dan/atau anggaran dasar.3
4. Direksi adalah Organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab
penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai
dengan maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di
1
Undang-Undang Perseroan Terbatas, Op. cit., Pasal 1 Angka 1.
2
Ibid, Pasal 1 Angka 2.
3
Ibid, Pasal 1 Angka 4.
Analisa yuridis…, Fajar Eko Prabowo, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
4
dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran
dasar.4
5. Dewan Komisaris adalah Organ Perseroan yang bertugas melakukan
pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar
serta memberi nasihat kepada Direksi.5
Metode Penelitian
1. Spesifikasi Penelitian
Spesifikasi Penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitis,
yaitu dengan menggambarkan dan memaparkan peraturan-peraturan
perundang-undangan yang berlaku dikaitkan dengan teori-teori hukum
dalam praktek pelaksanaan yang berhubungan dengan PT.
2.
Metode Pendekatan
Metode pendekatan yang dipakai adalah metode pendekatan
yuridis normatif yaitu menekankan pada norma hukum yang mengatur halhal yang menjadi permasalahan yang diteliti. Dalam hal ini mengenai
RUPS PT yang diteliti berdasarkan pada peraturan perundang-undangan
serta kaitannya dalam praktek.
3.
Tahap penelitian
Penelitian Kepustakaan yaitu meliputi pengumpulan data-data yang
berhubungan dengan masalah pelaksanaan RUPS Tahunan yang
melampaui batas waktu seperti yang ditetapkan dalam Undang-undang,
untuk mendapatkan data sekunder yang terdiri atas:
1. Bahan-bahan hukum primer berupa peraturan perundang-undangan
yang berlaku misalnya:
a. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata)
b. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas (UUPT)
2. Bahan-bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang erat
hubungannya dengan bahan hukum primer dan dapat menganalisa dan
4
5
Ibid, Pasal 1 Angka 5.
Ibid, Pasal 1 Angka 6.
Analisa yuridis…, Fajar Eko Prabowo, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
5
memahami bahan hukum primer. Misalnya: Hasil Karya Ilmiah para
sarjana dan Hasil-hasil penelitian.
3. Bahan-bahan Hukum Tersier, yaitu bahan-bahan yang memberikan
informasi tentang bahan hukum primer dan sekunder antara lain
artikel, majalah, koran dan sebagainya.
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Berdasarkan Studi Literatur
b. Berdasarkan wawancara yang bertujuan untuk mengumpulkan dan
menganalisa data primer mengenai objek penelitian.
5. Analisa Data
Penarikan kesimpulan dari hasil penelitian yang sudah terkumpul
dilakukan dengan menggunakan metode normatif yuridis. Artinya
penelitian ini bertitik tolak dari segi-segi yuridis, selanjutnya data yang
diperoleh dianalisis secara kualitatif.
Sistematika Penulisan
Untuk lebih memberi gambaran kepada pokok-pokok permasalahan yang
diuraikan pada bab-bab berikutnya, maka penulis menguraikan skripsi ini dengan
sistematika sebagai berikut:
BAB 1
PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis akan membahas latar belakang, identifikasi
masalah, maksud dan tujuan penulisan, kegunaan penelitian,
kerangka
konsepsional,
metode
penelitian
dan
sistematika
penulisan.
BAB 2
PERSEROAN TERBATAS
Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai Perseroan
Terbatas secara menyeluruh, baik secara general maupun secara
spesifik pada organ-organ yang ada di dalam Perseroan Terbatas
seperti Direksi, Komisaris dan RUPS beserta kewenangan-
Analisa yuridis…, Fajar Eko Prabowo, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
6
kewenangannya. Hal-hal ini penting untuk dibahas dalam
penelitian, guna mendeskripsikan lebih lanjut mengenai suatu PT.
BAB 3
ANALISA PENYELENGGARAAN RUPS KETIGA YANG
LEWAT WAKTU (ANALISA YURIDIS PERMOHONAN
PENETAPAN JUMLAH KUORUM OLEH PT X KEPADA
PENGADILAN NEGERI)
Berdasarkan keputusan tersebut, apakah putusan pengadilan
tersebut membuat RUPS ketiga yang berdasarkan UUPT harus
dilangsungkan dalam jangka waktu tertentu Sesuai UUPT menjadi
tidak berlaku. Dalam hal ini penulis melakukan studi kasus pada
putusan pengadilan PT X yang memohonkan dikeluarkannya
penetapan pengadilan mengenai kuorum RUPS ketiga.
BAB 4
KESIMPULAN
Bab penutup ini berisi kesimpulan dan saran yang dikemukakan
penulis dalam penulisan hukum ini berdasarkan hasil analisis dan
penelitian yang telah dilakukan penulis, serta memberikan
masukan-masukan bagi para pihak terkait
BAB 2
PERSEROAN TERBATAS
Konsep Dasar Perseroan Terbatas
Pengertian Perseroan Terbatas
Perseroan Terbatas yang kita ketahui dewasa ini pada awalnya bernama
NV yang berarti Naamloze Vennootschap.6 Dilihat dari sudut pandang secara
gramatikal, PT atau Perseroan Terbatas terdiri dari dua kata yaitu “Perseroan” dan
“Terbatas”. Istilah “Perseroan” menunjuk kepada cara menentukan modal yang
mana terbagi dalam bentuk saham-saham, sedangkan istilah “Terbatas” merujuk
6
Abdul R Saliman, Hermansyah, dan Ahmad Jalis, Hukum Bisnis untuk Perusahaan Teori
& Contoh Kasus, Ed. Kedua, Cet. Kedua, (Jakarta: Kencana, 2006), Hal. 111.
Analisa yuridis…, Fajar Eko Prabowo, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
7
kepada batas tanggung jawab dari Pemegang Saham, yaitu sebatas kepada jumlah
nominal saham yang dimiliki oleh para pemegang saham tersebut.7 Sedangkan
menurut UUPT yang dimaksud dengan PT adalah badan hukum yang merupakan
persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha
dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi
persyaratan
yang
ditetapkan
dalam
Undang-Undang
serta
peraturan
pelaksanaannya.8
Definisi Perseroan Terbatas menurut UU Nomor 1 Tahun 1995 dan UUPT
Pada dasarnya badan hukum adalah suatu badan yang dapat memiliki hakhak dan kewajiban-kewajiban untuk melakukan suatu perbuatan seperti manusia,
yaitu memiliki kekayaan sendiri, serta dapat digugat dan menggugat didepan
pengadilan. Badan hukum ini adalah hasil dari rekayasa manusia untuk
membentuk suatu badan yang memiliki status, kedudukan, dan kewenangan yang
sama dengan manusia.
Oleh karena badan ini adalah hasil rekayasa manusia, maka badan ini
disebut sebagai artificial person. Di dalam hukum, istilah person (orang)
mencakup makhluk pribadi yaitu manusia (natuurlijk persoon) dan badan hukum
(rechtspersoon). Kedua bentuk ini merupakan subjek hukum sehingga keduanya
memiliki atau menyandang hak dan kewajiban hukum. Dengan kata lain mereka
memiliki hak dan atau kewajiban yang diakui hukum.9
Perseroan Terbatas sebagai Pesekutuan Modal Berdasarkan
Perjanjian
Bahwa PT adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal
merupakan penegasan bahwa PT tidak mementingkan sifat kepribadian para
pemegang saham yang ada didalamnya. Penegasan ini ditujukan pula untuk
membedakan secara jelas substansi atau sifat badan usaha PT dibandingkan
7
Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, Cetakan Kedua Revisi,
(Bandung: PT Citra Aditya Bhakti, 2002), Hal. 68.
8
Indonesia, Undang-Undang Perseroan Terbatas, Op. Cit, Pasal 1 Angka 1.
9
J. Satrio, Hukum Pribadi, Bagian 1 Persoon Alamiah, (Bandung: Citra Aditya Bakti,
1999), Hal. 13.
Analisa yuridis…, Fajar Eko Prabowo, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
8
dengan badan usaha lainnya. Tujuan utama dari PT adalah penumpukan modal
yang sebanyak-banyaknya dalam batas waktu yang telah ditentukan dalam
anggaran dasar. Didalam PT umumnya tidak perduli akan siapa yang
memasukkan modalnya, bahkan para pemegang saham dapat saja tidak saling
kenal. Sehingga dalam PT tidak terdapat sifat kepribadian.10
Organ Perseroan Terbatas
Direksi
Definisi Direksi
Definisi Direksi menurut UUPT adalah Organ Perseroan yang berwenang
dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan
perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili perseroan,
baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran
dasar.11
Kapasitas Direksi dalam hal mewakili Perseroan
Sebagai salah satu Organ atau alat perlengkapan dari Perseroan, seperti
yang diatur dalam Pasal (1) angka 5 UUPT , Direksi selain mempunyai fungsi dan
kewenangan mengurus Perseroan, diberikan juga wewenang untuk mewakili
Perseroan baik di dalam maupun di luar Pengadilan untuk dan atas nama
Perseroan sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar. Kewenangan mewakili yang
dimaksud disini adalah untuk dan atas nama (for and on behalf) Perseroan. Yang
dimaksud disini adalah bukan atas nama Direksi, tetapi mewakili Perseroan
(representative of the company).12
Selain itu jika dilihat dari penjelasan UUPT, disebutkan bahwa pada
dasarnya UUPT menganut “sistem perwakilan kolegeal”.13 Jadi dapat disimpulkan
bahwa walaupun pada prinsipnya setiap anggota Direksi (dalam hal Direksi lebih
dari satu orang) berwenang mewakili Perseroan, tetap saja harus melihat
Anggaran Dasar Perseroan terlebih dahulu, dikarenakan Anggaran Dasar dapat
10
H.M.N Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Jilid 2, (Jakarta:
Djambatan, 1982) ,Hal. 85.
11
Indonesia, Undang-Undang Perseroan Terbatas, Op.Cit, Pasal 1 angka 5.
12
M.Yahya Harahap, Op.Cit, Hal. 349.
13
Ibid, Hal. 351.
Analisa yuridis…, Fajar Eko Prabowo, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
9
menentukan hanya anggota-anggota Direksi tertentu saja yang berwenang
mewakili Perseroan.
Dewan Komisaris
Dewan Komisaris menurut pasal (1) angka 6 UUPT adalah sebagai organ
perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus
sesuai dengan yang tertulis dalam Anggaran Dasar serta memberikan nasihat
kepada Direksi. Melihat dari ketentuan yang terdapat UUPT tersebut, Dewan
Komisaris adalah Organ Perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara
umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat
kepada Direksi.14 Dari penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa tugas
utama dari Dewan Komisaris adalah melakukan pengawasan terhadap
kebijaksanaan pengurusan Perseroan yang dilakukan Direksi, dan jalannya
pengurusan pada umumnya. Jadi tugas/fungsi pengawasan Dewan Komisaris
sasarannya ditujukan terhadap kebijaksanaan pengurus dan juga jalannya
pengurusan Perseroan maupun perusahaan Perseroan yang dijalankan atau
dilakukan oleh Direksi.15
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
Organ selanjutnya dari suatu Perseroan yang akan dibahas adalah Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS). Keberadaan RUPS sebagai salah satu Organ
Perseroan disebutkan dalam Pasal 1 angka 2 UUPT yang menyebutkan Organ
Perseroan terdiri dari RUPS, Direksi dan juga Dewan Komisaris, yang mana
dipertegas lagi dalam Pasal 1 angka 4 UUPT yang mengatakan bahwa RUPS
adalah Organ Perseroan. Menurut UUPT yang dimaksud dengan Rapat Umum
Pemegang Saham atau yang biasa dikenal dengan RUPS adalah Organ Perseroan
yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi dan Dewan
Komisaris dalam batas yang ditentukan oleh Undang-undang dan/atau anggaran
dasar.16 Jadi dapat dikatakan bahwa RUPS merupakan rapat yang dilakukan oleh
14
Indonesia, Undang-undang Perseroan Terbatas, Op.Cit, Pasal 1 angka 6.
15
M. Yahya Harahap, Op.Cit, Hal. 439.
Indonesia, Undang-Undang Perseroan Terbatas, Op.Cit, Pasal 1 angka 4.
16
Analisa yuridis…, Fajar Eko Prabowo, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
10
para pemegang saham dalam kedudukan mereka sebagai pemilik Perseroan, yang
mana mempunyai wewenang yang tidak dimiliki oleh Direksi maupun Dewan
Komisaris.17
Kewenangan Rapat Umum Pemegang Saham
Dapat dikatakan bahwa kewenangan apa saja yang tidak tidak dipunyai
atau diberikan kepada Direksi dan Dewan Komisaris adalah merupakan
kewenangan dari Rapat Umum Pemegang Saham atau RUPS.18 Maka dapat
dilihat atau dapat dikatakan bahwa RUPS merupakan Organ Perusahaan yang
tertinggi atau memegang kewenangan tertinggi dalam suatu perusahaan.19 Namun,
hal tersebut tidak tepat atau tidak persis demikian, karena sebenarnya pada
dasarnya ketiga Organ Perseroan, baik itu Direksi, Dewan Komisaris maupun
Rapat Umum Pemegang Saham sejajar dan berdampingan sesuai dengan
pemisahan kewenangan (separation of power) yang diatur dalam undang-undang
dan Dari beberapa kewenangan yang dijelaskan diatas, dapat dilihat betapa
pentingnya keberadaan Organ RUPS dalam suatu Perseroan. Memang tidak dapat
dikatakan bahwa RUPS merupakan organ tertinggi atau terkuat dalam suatu
Perseroan, tetapi hal tersebut tidak bisa mengesampingkan fakta bahwa RUPS
memiliki kewenangan yang tidak dimiliki oleh Organ lain dalam Perseroan. Maka
dari itulah dapat dikatakan bahwa keberadaan RUPS merupakan suatu hal yang
penting dalam berjalannya suatu Perseroan.
-
Mengenai penyelenggaraan RUPS secara luas, yang pertama
harus dibahas adalah mengenai tempat RUPS tersebut
diadakan. Menurut ketentuan yang terdapat dalam Pasal 76
UUPT, RUPS diadakan di tempat kedudukan Perseroan atau
tempat Perseroan melakukan kegiatan utamanya dan juga
tempat kedudukan bursa dimana saham Perseroan dicatatkan
17
C.S.T Kansil dan Christine S.T. Kansil, Op.Cit, Hal. 144.
18
Indonesia, Undang-Undang Perseroan Terbatas, Op.Cit, Pasal 1 angka 4.
19
M.Yahya harahap, Op.Cit, Hal. 307.
Analisa yuridis…, Fajar Eko Prabowo, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
11
bagi Perusahaan Terbuka. Yang paling utama dari tempat
diadakannya RUPS adalah, tempat diadakannya RUPS tersebut
haruslah berada di wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI).20 Dalam ketentuan Pasal 76 ayat (4) UUPT
juga diatur mengenai kemungkinan RUPS diadakan dimana
saja, namun harus memenuhi beberapa syarat seperti dihadiri
dan/atau diwakili semua pemegang saham, semua pemegang
saham menyetujui, agenda RUPS yang disetujui harus tertentu
dan tempat RUPS tersebut diadakan terletak di NKRI. Selain
itu RUPS bisa juga diadakan melalui media elektronik seperti
telekonferensi, video konferensi, atau sarana elektronik lainnya
yang memungkinkan semua peserta RUPS saling melihat dan
mendengar secara
Jenis-Jenis Rapat Umum Pemegang Saham
1. Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan
RUPS Tahunan diselenggarakan setiap tahun atau dapat dikatakan juga
menjadi agenda wajib dari suatu Perseroan setiap tahunnya. Lebih tepatnya
RUPS Tahunan ini wajib diadakan atau diselenggarakan dalam waktu
paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun buku berakhir.21 Dalam RUPS
Tahunan ini wajib menyerahkan atau mengajukan semua dokumen dari
laporan tahunan sesuai ketentuan Pasal 66 ayat (2) UUPT yang terdiri dari
pokok-pokok seperti laporan keuangan, laporan mengenai kegiatan
Perseroan, laporan pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Lingkungan
(Corporate Social Responsibility), rincian masalah yang timbul selama
tahun buku yang mempengaruhi kegiatan Perseroan, laporan tugas
pengawasan yang dilaksanakan Dewan Komisaris, nama anggota Direksi
dan Dewan Komisaris dan juga gaji dan tunjangan anggota Direksi dan
Dewan Komisaris.22
20
Indonesia, Undang-Undang Perseroan Terbatas, Op.Cit, Pasal 76 ayat (3).
21
Ibid, Pasal 78 ayat (2).
22
Ibid, Pasal 78 ayat (3) .
Analisa yuridis…, Fajar Eko Prabowo, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
12
Dalam Pasal 76 ayat (1) UUPT disebutkan bahwa Rapat Umum Pemegang
Saham Terdiri atas Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) dan
Rapat Umum Pemegang Saham lainnya. Sedangkan berdasarkan ayat (2)
UUPT yang menyatakan bahwa:
“RUPS Tahunan wajib diadakan dalam jangka waktu paling
lambat 6 (enam) bulan setelah tahun buku berakhir”.
Tata cara pemanggilan RUPS pada umumnya diatur dalam anggaran dasar
PT antara lain dengan cara sebagai berikut:23
-
Melalui panggilan Surat Tercatat, Dalam Pasal 1 butir 13 UUPT
dijelaskan bahwa Surat Tercatat adalah surat yang dialamatkan
kepada penerima dan dapat dibuktikan dengan tanda trima dari
penerima yang ditandatangani dengan menyebutkan tanggal
penerimaan;
2.
Melalui iklan di media massa.
Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB)
Dalam penjelasan Pasal 76 ayat (1) UUPT dikemukakan bahwa yang
dimaksud dengan “RUPS lainnya” pada prakteknya sering dikenal dengan
Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB). RUPSLB
dilaksanakan berdasarkan kebutuhan perseroan. Rapat Umum Pemegang
Saham Luar Biasa atau yang disebut juga dengan RUPS(LB) diadakan
untuk membahas dan mengambil keputusan atas masalah-masalah yang
timbul dan memerlukan penanganan segera karena jika tidak ditangani
akan menghambat pergerakan perusahaan tersebut. Salah satu contoh
masalahnya adalah pengangkatan atau penunjukan salah seorang anggota
direksi karena anggota direksi yang lama meninggal dunia, sehingga perlu
diadakannya RUPS(LB).
23
Sentosa, Sembiring, Op. Cit., Hal. 68.
Analisa yuridis…, Fajar Eko Prabowo, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
13
BAB 3
ANALISA PENYELENGGARAAN RUPS KETIGA YANG LEWAT
WAKTU (ANALISA YURIDIS PERMOHONAN PENETAPAN JUMLAH
KUORUM OLEH PT X KEPADA PENGADILAN NEGERI)
Permohonan Penetapan Pengadilan untuk Kuorum RUPS Ketiga oleh PT X
(Kasus Posisi)
Kasus yang akan dibahas ini adalah mengenai Permohonan Penetapan
Kuorum RUPS ketiga yang dimohonkan kepada Pengadilan Negeri Jakarta
Selatan oleh PT X. berdasarkan data yang diperoleh dari wawancara nara sumber
PT X merupakan Perseroan Terbatas yang bergerak di bidang jasa telekomunikasi
yang berdomisili di Jakarta Selatan, kegiatan usahanya adalah merancang dan
membuat menara BTS dan memasarkannya ke Perusahaan telekomunikasi yang
memerlukan
penempatan
pemancar
guna
kepentingan
penguatan
sinyal
telekomunikasi di suatu daerah tertentu. Akta Pendirian dan Anggaran Dasarnya
telah dimuat dan diumumkan di dalam Berita Negara RI, namun atas permintaan
nara sumber maka dalam hal ini nomor registrasi dan tanggal pendirian PT X
tersebut serta hari dan tanggal dimuatnya di dalam Berita Negara Republik
Indonesia tidak dapat diungkapkan.
Diketahui bahwa ada 6 (enam) orang pemegang saham dengan jumlah
saham seluruhnya adalah 50.000 saham yang terdiri dari:
1. Tn. A pemilik/pemegang 15.500 saham (Direktur Utama yang sudah
meninggal)
-
Tn. A telah wafat pada bulan Juli 2010 dan berdasarkan penetapan
Pengadilan Agama Jakarta Selatan pada tanggal 21 September
2010 dan surat pernyataan bersama antara para ahli waris Tn. A
tanggal 10 Januari 2011 telah ditunjuk Tn. AW sebagai wakil ahli
waris dan sebagai pemilik/pemegang 15.500 saham;
2. Tn. B pemilik/ pemegang 9.000 saham (Termohon I);
3. Tn. C pemilik/pemegang 9.000 saham (Termohon II);
4. Tn. D pemilik/pemegang 7.500 saham;
5. Tn. E pemilik/pemegang 5.500 saham;
6. Tn. F pemilik/pemegang 3.500 saham (Komisaris yang telah meninggal).
Analisa yuridis…, Fajar Eko Prabowo, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
14
-
Tn. F telah wafat pada bulan April 2004 dan kemudian ditetapkan
Ny. FW sebagai ahli waris dan pemilik/pemegang 3.500 saham
melalui surat keterangan waris yang diterbitkan oleh Walikota
Bandung pada bulan Juli 2006.
Penyesuaian Anggaran Dasar PT X
Diketahui pula sampai dengan saat ini Anggaran Dasar PT X belum
pernah disesuaikan dengan UUPT padahal dalam ketentuan Pasal 157 ayat (3)
UUPT mewajibkan setiap perseroan yang sudah berbentuk badan hukum untuk
menyesuaikan Anggaran Dasarnya dalam waktu 1 (satu) tahun setelah UUPT
berlaku. Beberapa Pemegang Saham merasa perlu diadakannya Penyesuaian
Anggaran Dasar PT X tersebut, oleh karena itu 3 (tiga) pemegang saham dengan
hak suara yaitu:
- Ny. FW pemilik/pemegang 3.500 saham melalui suratnya pada tanggal 3
Januari 2011;
- Tn. E pemilik/pemegang 5.500 saham melalui suratnya tanggal 15 Januari
2011;
- Tn. D pemilik/pemegang 7.500 saham melalui suratnya pada tanggal 19
Mei 2011.
Atas dasar harus dilakukannya penyesuaian Anggaran dasar Perseroan terhadap
UUPT tersebut, maka Pemohon melakukan langkah pertama yaitu mengedarkan
naskah Anggaran Dasar (dengan cara sirkuler) yang telah disesuaikan dengan
UUPT kepada seluruh pemegang saham pada tanggal 25 Februari 2011 dengan
harapan seluruhnya menyetujui dan menandatanganinya serta mengembalikannya
kepada Direksi.
Penetapan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan terhadap permohonan PT X
Berdasarkan permohonan kepada Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Selatan
tersebut, maka Pengadilan Negeri Jakarta Selatan mengeluarkan penetapan
sebagai berikut:
1. Mengabulkan permohonan dari Pemohon tersebut;
Analisa yuridis…, Fajar Eko Prabowo, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
15
2. Memberikan ijin kepada Pemohon untuk menyelenggarakan dan
memimpin RUPSLB (Ke-3) PT X;
3. Menetapkan Kuorum kehadiran untuk dapat terselenggaranya RUPSLB
(Ke-3) PT X berdasarkan penetapan ini adalah paling sedikit 3/5 (tiga
perlima) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang hadir
atau diwakili dalam RUPS untuk menyesuaikan Anggaran Dasar
Perseroan dengan UUPT;
4. Menetapkan bahwa keputusan dalam RUPS (Ke-3) PT X dapat diambil
berdasarkan suara setuju dari paling sedikit ½ (satu perdua) bagian dari
jumlah suara yang dikeluarkan dengan hak suara yang sah dalam rapat
guna menyesuaikan Anggaran Dasar Perseroan dengan UUPT;
5. Menetapkan agenda RUPSLB (Ke-3) PT X yaitu Persetujuan Perubahan
Anggaran Dasar Perseroan untuk disesuaikan dengan UUPT;
6. Menetapkan pelaksanaan RUPSLB (Ke-3) PT X dilaksanakan paling cepat
10 (sepuluh) hari paling lama 21 (dua puluh satu) hari setelah
dikeluarkannya Penetapan ini.
Konflik yang terjadi di dalam Perseroan yang berdampak kepada hasil
Kuorum RUPSLB (Ke-1) dan (Ke-2)
Atas dasar Pasal 157 ayat (3) UUPT ini, Direksi dari PT X yaitu Pemohon telah
menunjukkan prinsip-prinsip dari Doktrin Fiduciary Duty, doktrin ini mengatakan
bahwa Direksi sebagai orang yang diberikan wewenang secara “Fiduciary”
(kepercayaan) oleh Pemegang Saham dan diangkat melalui RUPS, dalam hal ini
adalah untuk
menjalankan dan melakukan kepengurusan untuk kepentingan
perseroan dan juga sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan.
Dalam kasus ini, berdasarkan nara sumber dikatakan bahwa
Termohon I dan II berniat untuk menguasai PT X tersebut. Namun atas dasar
kerahasiaan antara klien dengan nara sumber maka tidak dapat dijelaskan dalam
tulisan ini maksud dan tujuan dari penguasaan PT X yang akan dilakukan oleh
Termohon I dan II. Sebagai orang yang diserahkan kepercayaan (Fiduciary)
dalam melaksanakan tugasnya memimpin perusahaan maka dalam hal ini
Pemohon juga sudah memiliki itikad yang baik yaitu adalah melakukan
pemberitahuan atas seluruh pemegang saham dengan melakukan sirkuler terhadap
Analisa yuridis…, Fajar Eko Prabowo, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
16
naskah perubahan AD yang akan dilakukanItikad baik “Good Faith” yang
dilakukan Pemohon mencerminkan sikap sesungguhnya yang harus dilakukan
oleh seorang Direksi dalam menjalankan tugasnya dan salah satu prinsip
Fiduciary Duty” yang menuntut direksi untuk dapat dipercaya dan sebagai orang
yang jujur. Karena Pemohon sudah berbuat sesuai dengan prinsip Fiduciary Duty,
maka doktrin “Bussines Judgement Rules” dapat diterapkan kepada Pemohon
selaku Direksi PT X.
Penyelenggaraan RUPSLB (Ke-1) yang tidak Kourum
Karena Kourum kehadiran yang ditentukan dalam Anggaran Dasar PT X
lebih besar dari yang ditetapkan yaitu untuk RUPSLB (Ke-1) adalah 75% (tujuh
puluh lima persen) jumlah saham dengan hak suara hadir (UUPT 2/3 bagian dari
jumlah saham dengan hak suara hadir atau 66 %).
Penyelenggaraan RUPSLB (Ke-2) yang tidak Kuorum
Setelah
tidak
tercapainya
Kuorum
dalam
RUPSLB
(Ke‐1)
maka
Pemohon
sesuai
dengan
ketentuan
dalam
UUPT
kembali
melakukan
panggilan/undangan
kepada
para
pemegang
saham
dengan
surat
undangan
tanggal
22
Juni
2011
dan
semua
pemegang
saham
telah
menerima
surat
undangan/panggilan
tersebut.
Dengan
berpedoman
pada
Pasal
86
ayat
(9)
UUPT
tersebut
dimana
terdapat
jangka
waktu
maksimum
pelaksanaan
RUPS
(Ke‐1)
dan
(Ke‐2)
Analisa yuridis…, Fajar Eko Prabowo, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
17
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan permasalahan pada bagian latar belakang serta pembahasan
pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan ketentuan di dalam Pasal 86 ayat (5) UUPT,
dimohonkannya Penetapan Pengadilan kepada Ketua Pengadilan
Negeri untuk ditentukannya jumlah Kuorum RUPS (Ke-3) yang
lebih kecil, mengakibatkan pada prakteknya RUPS tersebut
dilangsungkan atas dasar Penetapan Pengadilan menjadi lewat
waktu dari yang ditentukan juga oleh UUPT itu sendiri. PT X
mengetahui apabila RUPSLB (Ke-3) tidak segera dilangsungkan
dalam waktu 21 (dua puluh satu) Hari dari RUPSLB (Ke-2) maka
hasil dari RUPSLB (Ke-3) tersebut akan tidak memiliki kekuatan
hukum tetap karena bertentangan dengan UUPT Pasal 86 ayat (9).
2. PT X menginginkan RUPSLB (Ke-3) memiliki kekuatan hukum
tetap dan final yang tidak bisa dilakukan perlawanan, sehingga PT
X dalam hal ini melakukan permohonan kepada Ketua Pengadilan
Negeri Jakarta Selatan untuk ditetapkannya Jumlah Kuorum
RUPSLB (Ke-3) yang lebih kecil.
3. Pada prakteknya jika Penetapan Pengadilan yang dimohonkan
untuk penetapan jumlah Kourum yang lebih kecil sesuai dengan
Pasal 86 ayat (5) UUPT lewat dari 21 (dua puluh satu) hari setelah
RUPS,
maka
terjadi
pengesampingan
atas
UUPT
yang
dikesampingkan oleh ketentuan UUPT itu sendiri. Yaitu Pasal 86
ayat (9) UUPT yang dikesampingkan oleh Pasal 86 ayat (5) UUPT.
4.2.
Saran
1. Terhadap semua para pelaku bisnis sebaiknya selalu memperhatikan
kondisi para pemegang saham di dalam PT-nya, karena dengan terjadinya
perselisihan di pemegang saham maka dapat menghambat terjadinya
Analisa yuridis…, Fajar Eko Prabowo, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
18
proses RUPS didalam Perseroan tersebut. Terhambatnya RUPS dapat
mengakibatkan terhambatnya juga jalannya roda bisnis dari perseroan
tersebut, konflik-konflik antar pemegang saham sebaiknya diselesaikan
secara internal sehingga tidak perlu untuk dimohonkannya Kepada Ketua
Pengadilan Negeri jumlah Kuorum RUPS yang lebih kecil.
2. Kemudian sebaiknya jika dimungkinkan adanya peninjauan ulang oleh
Ketua Pengadilan Negeri atas seluruh kasus permohonan Penetapan
Pengadilan untuk Jumlah Kuorum RUPS (Ke-3) yang lebih kecil agar
dilakukan sidang yang lebih singkat dan cepat karena pada prakteknya
Pengadilan hanya menetapkan saja jumlah Kourum yang dimohonkan oleh
PT yang bersangkutan. Pengadilan tidak ikut serta dalam memutuskan isi
dari RUPS tersebut
Analisa yuridis…, Fajar Eko Prabowo, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
19
DAFTAR REFERENSI
I.
BUKU
Fuady, Munir. Doktrin-Doktrin Modern Dalam Corporate Law & Eksistensinya
Dalam hukum Indonesia. Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2002.
Harahap, M. Yahya. Hukum Perseroan Terbatas. Cet Kedua. Jakarta : Sinar
Grafika, 2009.
Hartono, Sri Rejeki. Et.al. Permasalahan Seputar Hukum Bisnis. Persembahan
kepada Sang Maha Guru. Jogyakarta: tanpa penerbit, 2006.
Hamilton, Robert W. The Law Corporation, Minn: West Publishing Co, St, Paul,
1996.
Kansil, C.S.T dan Christine S.T. Kansil. Hukum Perusahaan Indonesia (Aspek
hukum Dalam Ekonomi). Cet. Ketujuh. Jakarta: Pradnya Paramita, 2005).
Khairandy, Ridwan. Perseroan Terbatas, Doktrin, Peraturan PerundangUndangan, dan Yurisprudensi. Yogyakarta: Kreasi Total Media. 2009.
Muhammad, Abdul kadir. Hukum Perusahaan Indonesia. Cet Kedua Revisi.
Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2002.
Purwosutjipto, H.M.N. Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia. Jilid Kedua
:Jakarta, Djambatan, 1982.
Saliman, Abdul R, Hermansyah dan Ahmad Jalis. Hukum Bisnis untuk
Perusahaan Teori & Contoh Kasus. Ed. Kedua. Cet. Kedua. Jakarta:
Kencana, 2006
Satrio, J. Hukum Pribadi, Bagian 1 Persoon Alamiah. Bandung: Citra Aditya
Bakti, 1999.
Simanjuntak, Cornelius dan Natalia Mulia. Organ Perseroan Terbatas.
Cet.Pertama. Jakarta: Sinar Grafika, 2009).
Winarti, Darda Syahrizal. 205 Pertanyaan tentang PT. CV, Persero dan Badan
Usaha Lainnya, Cet. 1. Jakarta: Laskar Askara, 2012.
Wiliamarta, Mishardi. Hak Pemegang Saham Minoritas Dalam Rangka Good
Corporate Governance. Cet. Kedua. Jakarta: Program Pascasarjana,
Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005.
Analisa yuridis…, Fajar Eko Prabowo, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
20
Yani, Ahmad dan Gunawan Widjaja. Seri Hukum Bisnis: Perseroan Terbatas.
Cet. Kedua. (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006).
II.
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Indonesia. Undang-undang tentang Perseroan Terbatas. UU No.40 Tahun 2007.
LN No. 106 Tahun 2007. TLN. No. 4756.
III.
LAIN-LAIN
Sitepu, Guntur Graha Gideon. Analisis Terhadap Kewajiban direksi Perseroan
dalam Menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa.
Medan: Tesis Pascasarjana Universitas Sumatera, 2009.
IV.
WAWANCARA
Risen Yan Pieter, R&D Partnership, Jakarta. Wawancara dilakukan pada tanggal
23 Desember 2012 dan 17 januari 2013.
Analisa yuridis…, Fajar Eko Prabowo, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
Download