M. Alviansyah - Repository Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

advertisement
4
ABSTRAK
M. ALVIANSYAH. Pemberian Kapur Dolomit Dengan Dosis Yang Bebeda
Pada Media Tanam Bibit Kelapa Sawit (Elaeis Gueneensis Jacq) Di MainNursery (di bawah bimbingan Rusli anwar, Sp. MSi).
Untuk mengatasi permasalahan sumber daya manusia dalam menyongsong
pembangunan yang berkelanjutan dengan pengembangan perkebunan dengan
upaya pelestarian sumber daya alam dan lingkungan sebagai syarat utama dalam
peningkatan produktifitas dan efisiensi dalam perkebunan kelapa sawit di
Indonesia.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian
kapur dolomit terhadap pertumbuhan bibit tanaman kelapa sawit di main nursery .
Tempat penelitian dilaksanakan di areal Persemaian Politeknik Negeri
Samarinda dan dilaksanakan ± 3 bulan, terhitung dari 1 Januari 2008 sampai
31 Maret 2008 .
Hasil penelitian menunjukan rata-rata bahwa dengan perlakuan (U1 ),
diameter batang 1,36 cm, jumlah pelepah 4 helai dan tinggi bibit 1,82 cm.
Perlakuan (U2 ), dimeter batang 1,51 cm, jumlah pelepah 4 helai dan tinggi
bibit 1,84 cm.
Perlakuan (U3), diameter batang 2,09 cm, jumlah pelepah
4 helai dan tinggi bibit 1,57 cm.
5
RIWAYAT HIDUP
M. ALVIANSYAH, lahir pada tanggal 9 Agustus 1985, di Samarinda.
Merupakan anak kelima dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Abdul Murad
dan Ibu Syahariah (Alm)
Memulai pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Negeri 017 Menamang Kanan.
Pada tanggal 10 Juli 1995 dan lulus pada tanggal 20 Juli 2000 kemudian
melanjutkan ketingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 10 Samarinda
pada tanggal 12 Agustus 2000 dan lulus pada tanggal 20 Juni 2003. Melanjutkan
ke Tingkat Sekolah Menegah Umum (SMU) Negeri 1 Samboja pada tanggal
20 Juli 2003 dan lulus pada tanggal 01 Mei 2006. Pendidikan tinggi dimulai pada
tahun 2006 di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Jurusan Pengolahan Hutan.
Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan.
Pada tanggal 01 Maret sampai dengan 01 Mei 2009 mengikuti kegiatan
Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Jaya Mandiri Sukses, Gaharu Estate, Desa
Lebak Mantan Kecamatan Muara Wis Kabupaten Kutai Kartanegara.
6
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat,
rahmat dan hidaya-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul
“PEMBERIAN KAPUR DOLOMIT DENGAN DOSIS YANG BERBEDA
PADA MEDIA TANAM BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis gueneensis Jacq) DI
MAIN-NURSERY ” .
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada :
1. Keluarga tercinta yang telah memberi motifasi baik secara moril maupun
materil.
2. Ibu Ir Budi Winarni, M.Si selaku
ketua PS Budidaya Tanaman
Perkebunan.
3. Bapak Rusli Anwar, Sp, MSi, selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bantuan berupa arahan dan bimbingan.
4. Terima kasi kepada bapak Roby, SP selaku dosen penguji.
5. Teman-teman seperti Asmiransyah, Fidli, Miftahuddin dan Abdurahman
yang telah membantu dalam penyusunan ini.
Penulis menyadari bahwa Karya Ilmiah ini masih jauh dari sempurna dan
terdapat banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca guna perbaikan karya ilmiah ini.
Penulis
Kampus Sei Kledang, Juli 2008
7
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ..............................................................................
i
DAFTAR ISI .............................................................................................
ii
DAFTAR TABEL.....................................................................................
iii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................
iv
I.
PENDAHULUAN
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sejarah Tanaman Kelapa Sawit ...........................................
B. Taksonomi dan Morfologi .....................................................
C. Syarat Tumbuh.......................................................................
D. Pembibitan Kelapa Sawit ......................................................
E. Sifat Tanah Ultisol Kalimantan Timur ................................
F. Manfaat kapur Dolomit.........................................................
3
3
6
8
14
15
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan waktu .................................................................
B. Alat dan Bahan.......................................................................
C. Prosedur penelitian................................................................
D. Pengolahan data ....................................................................
18
18
18
20
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil .........................................................................................
B. Pembahasan ............................................................................
22
24
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.............................................................................
B. Saran........................................................................................
27
27
III.
IV.
V.
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................…
29
LAMPIRAN ...........................................................................................…
30
8
DAFTAR TABEL
No
Tubuh Utama
Halaman
1. Perbandingan perlakuan kieserite dan dolomit + Za ............................
16
2. Rata-rata pertumbuhan tinggi tanaman (cm) kelapa sawit di main
nursery dengan pemberian pupuk kapur dolomit sebanyak 10, 20 dan
30 gram/polybag...................................................................................
22
3. Rata-rata pertumbuhan diameter batang tanaman (cm) kelapa sawit
di main nursery dengan pemberian pupuk kapur dolomit sebanyak
10, 20 dan 30 gram/polybag.................................................................
23
4. Rata-rata pertumbuhan jumlah pelepah (helai) tanaman kelapa sawit
di main nursery dengan pemberian pupuk kapur dolomit sebanyak
10, 20 dan 30 gram/polybag.................................................................
24
9
DAFTAR LAMPIRAN
No
Halaman
1. Pengukuran tinggi bibit (cm) kelapa sawit (Elaise guineensis Jacq)
tahap main nursery...............................................................................
31
2. Pengukuran diameter batang (cm) bibit kelapa sawit (Elaise
guineensis Jacq) di main nursery .........................................................
31
3. Pengukuran pelepah (helai) bibit kelapa sawit (Elaise guineensis
Jacq) tahap main nursery...................................................................... 32
4. Rata-rata tinggi tanaman (cm) kelapa sawit (Elaies guineensis Jacq) t
main nursery......................................................................................... 32
5. Rata-rata diameter batang tanaman (cm) kelapa sawit (Elaise
guineensis Jacq) di main nursery ........................................................ 33
6. Rata-rata jumlah daun (pelepah) tanaman kelapa sawit (Elaise
guineensis Jacq) di main nursery ......................................................... 34
7. Gambar tanaman kelapa sawit..............................................................
35
8. Pengukuran tinggi bibit kelapa sawit dan pupuk kapur dolomit ..........
36
9. Denah penelitian...................................................................................
37
10
I. PENDAHULUAN
Bagi Indonesia tanaman kelapa sawit memiliki arti pent ing bagi
pengembangan perkebunan nasional serta mampu menciptakan kesempatan kerja
yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumber devisa
negara (Yan Fauzi, 2004).
Setelah terbukti perkebunan kelapa sawit menghasilkan keuntungan yang
cukup tinggi, banyak perusahaan asing berbondong-bondong berinvestasi di
bidang perkebunan ini. Para investor tersebut diantaranya RCMA (Inggris),
UNIROYAL (Amerika), SIPEF (Belgia) dan LONSUM (Inggris). Selain itu
pemerintah pun tertarik mendirikan PTP I-X di Aceh, Sumatra Utara, Sumatra
Selatan, Kalimantan, Irianjaya dan di Pulau Jawa. Terdapat PTP-XI tepatnya
didaerah Banten (Salaudin Sastrosayono, 2003).
Pada umumnya tanaman kelapa sawit di Indonesia berasal dari bibit yang
dikembangbiakan secara generatif, yaitu dengan biji. Cara pegadaan bibit seperti
ini memiliki kendala yaitu bahan bibit yang diperoleh terbatas dan bervariasi.
Pengunaan bibit ungul pada pembibitan tidak langsung di tanaman dilapangan
karena bibit masih terlalu muda sehingga mudah terganggu pertumbuhanya oleh
hama penyakit. Selain itu, pertumbuhan bibit tidak seragam terutama untuk bibit
yang sangat muda, pembibitan tanaman kelapa sawit dilakukan dua tahap, yaitu
melalui pembibitan awal (pre-nursery) dan pembibitan utaman (main- nursery).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian
kapur dolomit terhadap pertumbuhan bibit tanaman kelapa sawit di main nursery .
11
Semakin tinggi dosis pemberian kapur dolomit terhadap media tanam dapat
mempercepat pertumbuhan bib it kelapa sawit di main nursery.
12
II . TINJAUAN PUSTAKA
A. Sejarah Tanaman Kelapa Sawit
Berdasarkan bukti-bukti yang ada, kelapa sawit di perkiraan berasal dari
Nigeria, Afrika Barat. Namun ada pula yang menyatakan bahwa tanaman tersebut
berasal dari Amerika, yakin dari Brazilia. Zeven menyatakan bahwa tanaman
sawit berasal dari daratan tersier, yang merupakan daratan penghubung yang
terletak di antara Afrika dan Amerika sehingga tempat asal komoditas kelapa
sawit ini tidak lagi di permasalahan orang.
Kelapa Sawit (Elaeis gueneensis Jacg) saat ini telah berkembang pesat di
Asia Tenggara, khususnya Indonesia dan Malaysia, dan justru bukan di Afrika
Barat atau Amerika yang dianggap sebagai daerah asalnya. Masuknya bibit kelapa
sawit di Indonesia pada tahun 1948 hanya sebanyak 4 batang yang berasal dari
Bourbon (Maurutius) dan Amsterdam. Ke-empat batang bibit kelapa sawit
tersebut ditanam di Kebun Raya Bogor dan selanjutnya di sebarkan ke Deli dan
Sumatera Utara .
B. Taksonomi dan Morfologi
Dalam sistematika tumbuhan, kedudukan tanaman kelapa sawit di
klasifikasikan sebagai berikut :
Kelas
: Angiosperma
Ordo
: Palmales
Famili
: Palminae
Genus
: Elaesis
13
Spesies
: - Elaesis guininsis Jack
- Elaesis melano Cocca
- Elaesis odora
Dalam istilah internasional “oil palm” di artikan bukan hanya Elaeiss
guininsis jack dari Afrika tetapi termasuk juga dua dua spesies lain dari Amerika
Selatan yaitu elaesis oleivera atau elaesis melono cocca dan elaesis ondora atau
barcella ondora (Corley, 1976).
Hasil identifikasi para ahli botani bahwa tanaman kelapa sawit di bedakan
atas 2 bagian, yakni vegetatif dan generatif .
1. Bagian vegetatif
Bagian vegetatif tanaman kelapa sawit meliputi akar, batang dan daun .
a. Akar
Tanaman kelapa sawit berakar serabut yang terdiri atas akar primer,
sekunder, tertier dan kuartier. Akar-akar primer pada umumnya tumbuh
kebawah, sedangkan akar serabut dan tertier kuartier arah tumbuhnya
mendatar dan ke bawah.
Akar kuartier berfungsi menyerap unsur hara dan air dalam tanah.
Akar-akar kelapa sawit banyak berkembang di lapisan tanah atas sampai
kedalaman ± 1 meter dan semakin ke bawah semakin sedikit.
b. Batang
Kelapa sawit termasuk tanaman monokotil tidak bercabang dan
tidak mempunya i kambium. Pada ujung batang terdapat titik tumbuh yang
terus berkembang membentuk daun dan ketinggian batang, diame ter
14
batang dapat mencapai 90 cm. Tinggi batang untuk tanaman komersial
tidak lebih dari 12 meter. Jika tanaman sudah mencapai lebih dari 12
meter sudah sulit untuk panen, maka pada umumnya tanaman diatas 25
tahun sudah diremajakan.
c. Daun
Daun kelapa sawit membentuk suatu pelepah bersirip genap dan
bertulang sejajar. Panjang pelepah dapat mencapai 9 meter, jumlah anak
daun tiap pelepah dapat mencapai 380 helai. Panjang anak daun mencapai
120 cm. Pelepah daun sejak mulai terbentuk sampai tua mencapai waktu
± 7 tahun. Jumlah pelepah dalam satu satu pohon dapat mencapai 60
pelepah.
2. Bagian generatif
a. Bunga
Kelapa sawit mulai berbunga pada umur 12 bulan. Pembungaan
kelapa sawit termasuk monoccious artinya bunga jantan dan betina
terdapat pada satu pohon yang sama tetapi tidak satu tandan. Namun
kadang-kadang dijumpai juga dalam 1 tandan terdapat bunga jantan dan
betina disebut bunga banci (homoprodid). Tanaman sawit dapat
menyerbuk silang dan menyerbuk sendiri.
Bunga jantan biasanya terbuka/mekar selama 2 – 4 hari dan
selanjutnya daya hidup sudah menurun.
15
b. Buah
Proses pembentukan buah sejak saat penyerbukan sampai buah
matang ± 6 bulan. Dapat juga terjadi lebih lambat atau lebih cepat
tergant ung dari keadaan iklim setempat. Dalam 1 tandan dewasa dapat
mencapai ± 20.000 buah.
Buah kelapa sawit termasuk buah baru yang terdiri dari 3 bagian
yaitu :
1) Lapisan luar (Epicarpium) disebut kulit luar .
2) Lapisan tengah (Meso Carpium) disebut daging buah mengandung
minyak sawit .
3) Lapisan dalam (Endo Carpium) disebut inti, mengandung minyak inti .
Di antara inti dan daging bua h terdapat lapisan tempurung
(cangkang)
yang
keras.
Buah
kelapa
sawit
(kernel)
terdiri
dari 3 bagian yaitu :
1) Kulit biji (Spermodermis) disebut cangkang (Sheel)
2) Tali pusat (Faniculus)
3) Inti biji (Nucleusseminis)
C. Syarat Tumbuh
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas dapat
dikelompokkan dalam 3 faktor yakni :
a. Faktor lingkungan
b. Faktor bahan tanaman
c. Faktor tindakan kultur teknis
16
Ketiga faktor tersebut saling terkait dan saling mempengaruhi satu sama lain
dalam menunjang pertumbuhan dan produksi kelapa sawit (Risza, S, 1994 ).
Yang termasuk faktor lingkungan antara lain adalah iklim, tanah dan
topografi pengaruh faktor lingkungan sumber daya alam memang sulit untuk
dilawan, namun setidak-tidaknya dapat di meminimalisasi dengan melakukan
beberapa pendekatan agar faktor yang menghambat dapat dapat dicegah faktor
pendukung .
1. Iklim
Kelapa sawit termasuk tanaman daerah tropis yang umumnya dapat
tumbuh di daerah antara 120 Lintang Selatan. Curah hujan optimal yang
dikehendaki antara 2.000 – 2.500 mm pertahun dengan pemberian yang
merata sepanjang tahun. Lama penyinaran matahari yang optimum antara
5 – 7 jam perhari dan suhu optimum berkisar antara 24 – 380 C. Ketinggian
diatas permukaan laut yang optimum berkisar antara 0 – 500 m dpl.
2. Tanah dan topografi
Kelapa sawit dapat tumbuh diberbagai jenis tanah antara lain tanah
pedsolik coklat pedsolik kuning, pedsolik coklat kekuningan, pedsolik merah
kuning, aluvial, regosol, urgonasol (tanah gambut). Tanah pedsolik merah
kuning termasuk tanah yang subur dan cocok untuk tanaman kelapa sawit.
Jenis-jenis demikian banyak dijumpai di Sumatera Timur dan Aceh.
Sedangkan tanah pedsolik kuning termasuk miskin unsur hara terutama fosfat
dan magnesium.
17
Kemiringan tanah yang dianggap masih baik untuk ditanami kelapa
sawit adalah 0 - 15º sedangkan diatas 15º harus dibuat teras kontur. Pada
lahan gambut memiliki masalah utama yakni masalah draina se dan sulit
mengeluarkan air.
Kemasaman tanah (pH)
sangat
menentukan
ketersediaan
dan
keseimbangan unsur hara dalam tanah kelapa sawit dapat tumbuh pada pH
tanah antara 4 – 6,5 sedangkan suhu optimum berkisar 5 – 5,5. Permukaan air
tanah sangat erat kaitannya dengan ketersediaan unsur hara yang dapat
diserap oleh akar.
D. Pembibitan Kelapa Sawit
Tahap kegiatan kerja di pembibitan kelapa sawit sebagai berikut :
1. Pemesanan dan penerimaan kecambah
a. Untuk mendapatkan kepadatan (populasi) tanaman 143 pokok/ha
membutuhkan pesanan 200 kecambah/ ha.
b. Untuk
kepadatan
tanaman
130
pokok/ha
membutuhkan
pesanan
190 kecambah/ha.
c. Seleksi bibit sejak di pemesanan sampai pemindahan ke lapangan harus
ketat yakni tiap 2 bulan sekali sehingga bibit yang siap transplanting
sebanyak 75 % benar-benar standar dan yang 25 % dibuang (thinning
out). menurut (Risza R, 1994).
18
2. Pembibitan Pendahuluan (Pre – nursery)
a. Lokasi Pre – Nursery
1) Lokasi yang dipilih tempat yang relatif rata dengan sumber air dan
tidak tergenang air, mudah di awasi.
2) Lokasi di bersihkan diratakan drainase di atur dengan baik .
b. Pembuatan bedengan pre – nursery
1) Bedengan ukuran 1,20 m x 8 m memuat 1500 bibit pre – nursery.
2) Kayu pembatas lebar 1,20 m dan tinggi 20 cm.
3) Bagian dasar bedengan dibuat lebih tinggi dari permukaan.J
4) Jarak antar bedengan 0,8 – 1 m.
c. Pengisian tanah polybag kecil
1) Tanah dipilih dari top soil (tanah lapisan atas) yang subur dan gembur
dan bebas dari dari hama dan penyakit, kemudian di angkut
kepembibitan.
2) Jika tanah yang digunakan kandungan pasirnya rendah seperti tanah
liat berlempung maka di tambah campuran 10 % - 20 %.T
3) Tanah yang sudah tertumpuk dilokasi pre – nursery di ayak bersih,
dengan ayakan kawat kasa 2 x 2 cm.
4) Tanah dimasukkan ke polybag kecil serta disusun dalambedengan
1500 polybag/bedengan.
5) Polybag kecil disusun pada bedengan 2 hari setelah penyemprotan
insektisida.
6) Penanaman kecambah
19
1) Sebelum ditanam , dibuatkan lubang dari kayu sedalam 3 cm
kemudian kecambah ditanam sedalam 3 cm di bawah permukaan
tanah.
2) Kecambah ditanam dengan akar (Radicula) yang ujungnya tumpul
menghadap kebawah dan tunas (Plumula) yang ujungnya tajam
menhadap keatas.
3) Menutup dan memadatkan disekeliling kecambah
4) Kecambah harus segera disiram setelah penanaman selesai dengan
rotasi 2 kali sehari.
5) Jumlah benih yang ditanam (persilangan, jumlah kantong, tenaga
penanam, lumlah baris ) dicatat oleh pengawas pembibitan pada
saat selesai penanaman .
6) Penyiangan didalam dan luar polybag dilakukan dengan rotasi 2
kali sebulan .
7) Bibit yang sudah berdaun 2 – 3 helai , ± umur 1,5 – 2 bulan dapat
dipupuk melalui daun dengan pupuk cairan urea 29ngram/liter air
untuk 100 bibit, pupuk majemuk 2,5 gr/polybag. Frekuensi
seminggu sekali.
d. Seleksi bibit
1) Bibit yang akarnya me lingkar ketika ditanam terbalik.
2) Bibit yang daunnya menggulung.
3) Bibit yang berdaun sempit seperti jarum.
4) Bibit yang berdaun keriting.
20
5) Bibit yang kurus dan kerdil.
6) Bibit yang daunnya menguning
3. Pembibitan utama ( Main – Nursery )
a. Lokasi Main – Nursery
1) Lokasi yang dipilih relatif rata, dekat dengan sumber air, tidak
tergenang dan mudah diawasi serta dekat dengan lokasi pre – nursery.
2) Lokasi dibersihkan, diratakan, drainase diatur, jalan diukur dengan
sebaik-baiknya untuk kemudahan pengkutan.
3) Jika penyiraman menggunakan springkel maka pembuatan parit
mengikuti pipa sekunder.
4) Parit sekunder lebar atas 130 cm, bawah 60 cm dan dalam 70 cm.
5) Sekeliling areal main nursery sebaiknya dibuat pagar untuk mencegah
gangguan ternak dan sebagainya.
b. Pengisian tanah pada polybag besar
1) Tanah untuk polybag besar sama seperti pada polybag kecil.
2) Ukuran polybag besar 40 x 50 cm , tebal 0,12 mm.
3) Tanah yang sudah diayak dimasukkan kepolybag ± 25 – 30 kg /
polybag.
4) Cara pengisian : setelah polybag di isi separuh di padatkan
kemudian di isi lagi smpai 3 cm dari bibir atas polybag.
21
c. Pemancangan jarak bibit di main – nursery
1) Jarak tanam polybag main nursery 90 x 90 cm segitiga sama sisi,
berarti dalam 1 hektar berisi 14.200 bibit setelah diseleksi tinggal
10.600 – 11.000 bibit sudah di perhitungkan luas jalan dan parit.
2) Bibit siap salur 10.600 – 11.000 pokok ini dapat digunakan untuk areal
seluas 74 ha untuk 10.600 bibit dan 76 ha untuk 11.000 bibit belum
termasuk kebutuhan untuk sulaman 5 %.
3) Setelah dipancang dengan jarak 90 x 90 cm segi tiga sama sisi
kemudian polybag besar disusun .
d. Pemindahan bibit dari pre – nursery ke main – nursery
1) Pemindahan dari pre nursery ke main nursery dilakukan pada saat bibit
berdaun 2 atau 3 helai, yaitu pada umur 2 atau 3 bulan.
2) Seminggu sebelum pemindahan, polybag besar harus disiram sampai
benar-benar
basah,
tiap
polybag
membutuhkan air
sebanyak
2 liter/polybag.
3) Cara pemindahan bibit sebagai berikut :
a) Dasar polybag kecil disayat dengan pisau
b) Lubang dibuat sesuai dengan ukuran polybag kecil
c) Bor besi yang ujungnya meruncing
dengan ukuran 4 inci
digunakan untuk membuat lubang tanam di polybag main- nursery
d) Setiap lubang diberi rock phospart U1 10 g/polibag, U2 20
g/polibag, U3 30 g/polibag.
22
e) Diusahakan tanah polybag kecil rata denga n permukaan tanah
polybag besar, kemudian dipadatkan
e. Penyiraman di main – nursery
1) Penyiraman dilakukan 2 kali sehari pagi dan sore 2 liter/polybag jika
hujan lebih dari 8 mm penyiraman tidak dilakukan lagi.
2) Bibit yang tidak terkena siram dengan sistem springkel harus disiram
khusus dengan selang dengan kepala gembor
f. Penyiangan di main – nursery
1) Penyiangan didalam polbag dilakukan 2 kali sebulan secara manua l
sampai bibit berumur 12 bulan.
2) Penyiangan antar polybag secara manual dengan garuk pusingan 1 kali
sebulan.
3) Penyiangan antar polybag secara khusus dengan karmex 0,90 kg
dicampur gromoxone 0,95 liter dalam air 180 liter, rotasi 1 kali
sebulan.
g. Pemupukan bibit kelapa sawit di main – nursery
Pemupukan bibit sangat penting agar diperoleh bibit yang sehat,
tumbuh cepat dan subur pupuk yang digunakan adalah urea dalam bentuk
larutan dan pupuk majemuk. Dosis dan jenis pupuk yang digunakan
adalah sebagai berikut :
1) Untuk usia tanaman 8 – 16 minggu 1 gram/bibit 2 minggu sekali
dengan jenis pupuk rustica 15.15.6.4.
23
2) Untuk usia tanaman 17 – 20 minggu 5 gram/bibit 2 minggu sekali
dengan jenis pupuk rustica 15.15.6.4.
3) Untuk usia tanaman 21 – 28 minggu 8 gram / bibit 2 minggu sekali
dengan jenis pupuk rustica 15.15.6.4
4) Untuk usia tanaman 29 – 40 minggu 15 gram / bibit 2 minggu sekali.
5) Untuk usia tanaman 41 – 48 minggu 17 gram / bibit 2 minggu sekali
dgn jenis pupuk rustika 15.15.6.4
E. Sifat Tanah Ultisol Kalimantan Timur
Areal lahan kering di Kalimantan Timur cukup luas untuk pembangunan
pertanian diantaranya, dua puluh empat persen (5.099.464 Ha) merupakan lahan
yang sesuai hingga sesuai Marginal (S3) untuk budidaya pertanian tanaman
pangan, hortikultura dan perkebunan. Dilain pihak faktor penghambatnya cukup
berat yaitu rendahnya kesuburan tanah baik secara fisik maupun kimia, serta
topografi yang berombak sampai berbukit. Pertanian lahan kering sering
terhambat oleh kondisi air yang sangat tergantung pada hujan. Curah hujan yang
terlalu sedikit maupun terlalu banyak dapat mengganggu produksi tanaman
pangan maupun jenis hortikultutra (Mulyadi, 1998).
Menurut Abidin (1992) beberapa ciri utama lahan kering di Indonesia
termasuk di Kalimantan Timur adalah:
1) Pada jenis tanah Podsolik Merah Kuning (Ultisol), kandungan besi dan
aluminium oksida tinggi, dengan fraksi liat berbentuk pseudosilt dan butiran
liat sehingga membentuk agregat tanah yang baik dan tanah menjadi berpori
serta kandungan air tersedia dan kapasitas menyimpan air rendah.
24
2) Kandungan liat dan besi yang tinggi disertai rendahnya kandungan bahan
organik mengakibatkan tanah peka terhadap erosi dan pemadatan tanah.
3) Tingginya kandungan besi yang terefleksi pada bentukan konkresi butir-butir
batuan besi, mengakibatkan rendahnya kapasitas menyimpan air pada
akhirnya menghambat penetrasi serta pertumbuhan akar.
4) Tanah bersifat masam, kesuburan tanah rendah, kandungan bahan organik
serta aktivitas liat rendah.
5) Sebagian besar areal lahan kering bagian hulu di Indonesia bertopografi
bergelombang (kemiringan lereng 8 – 15 %) dan berbukit (>15 – 30 %).
6) Kejenuhan basa dan KTK rendah, serta kapasitas fiksasi fosfat tinggi.
F. Manfaat Kapur Dolomit Pada Tanah Ultisol
Secara umum semua jenis kapur bagi pertanian berfungsi mengurangi
keasaman tanah dan menambah Ca sebagai unsur hara tanaman. Kegunaan bahan
kapur dapat di lihat dengan membandingkan kadar Ca nya. Bahan kapu akan
mengurangi keasaman tanah dan menambah Ca cepat atau lambat tergantung,
terutama pada kehalusan bahan lain- lain.
Kapur dolomit biasanya agak lebih
lambat reaksinya dibandingkan kapur-kapur yang berkadar Ca tinggi, walaupun
bahannya sama-sama halus. Bantuan kapur dolomit dapat menyediakan unsur
Mg, inilah yang diberikan pada tanhah yang miskin unsur Mg. Kapur dolomit
sudah umum digunakan oleh para petani, dan banyak diperdagangkan sebagai
pupuk. Penggunaan kapur dolomit dapat dilihat dengan membandingkan kadar
Ca-nya, pemberian kapur hendaknya sebelum tanam agartanaman tidak
25
mengalami kerusakan, jika pengapuran diberikan setelah tanam kerusakan pada
pucuktanaman, menurut (Kuswandi, 1985).
Bahan kapur harus dipertimbangkan dalam usaha pengapuran karena
teknis dan bahan ekonomis.
Bahan kapur yang kandungannya lebih sedikit
kapurnya mungkin lebih ekonomis dalam pemakaian besar-besaran dibandingkan
kapur yang bermutu tinggi.
Tabel. Perbandingan perlakuan kieserite dan dolomit + Za
Ciri-ciri
Kieserite
pH
4,0
Mg
0,76
Ca
0,78
ppm
40,9
Dolomit + Za
4,1
0,79
1,10
60,0
Sejak Pelita IV Pemerintah melaksanakan program pengapuran lahan
pertanian, dan memberi bantuan dalam pelaksanaanya pada tahap-tahap awal.
Diawali pada tahap pengapuran pada lahan pertanian palawija dan PIR
perkebunan, diharapkan pada tahun berikutnya dapat meluas pada lahan untuk
tanaman jenis lain.
Kebanyakan tanaman di daerah tropika basah memang memerlukan
pengapuran pada waktu- waktu tertentu, untuk bisa menghasilkan produksi yang
optimal.
Adanya pengapuran memungkinkan koreksi keasaman tanah, suplai
kalsium (Ca), memperbaiki keadaan fisik tanah tipe berat, dan biasanya menaikan
efesiensi pupuk. Pengapuran yang di lakukan bermanfaat untuk mempertahankan
dan memperbaiki kesuburan dan konservasi tanah.
Di Indonesia banyak didapati tanah- tanah asam yang bila dibiarkan begitu
saja tidak dapat di andalkan daya dukung bagi hasil pertanian pada umumnya.
26
Tanah semacam ini pada umumnya didapati terutama di daerah –daerah kawasan
industri dan daerah curah hujan tinggi, mengandung bahan organik sedemikian
rupa banyaknya, sehingga terbentuk lapisan- lapisan yang PADA.
Program pengapuran menyangkut pembiayaan tambahan dan ekplorasi
tanah yang mengandung banyak kapur.
Diluar negeri, khususnya Amerika
Serikat, petani tidak lagi mengunakan kapur bakar dan kapur mati untuk
pengapuran, karena mahal. Mereka mengetahui, bahwa kapur giling, termasuk
juga Dolomit dan kapur-kapur lain yang relatif murah juga efektif untuk koreksi
tanah.
Hal ini akan menghemat biaya pengapuran, karena bahab- bahan lain
mudah tersedia.
27
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu
Tempat penelitian dilaksanakan di areal Persemaian Politeknik Pertanian
Negeri Samarinda ± 3 bulan, terhitung dari tanggal 1 Januari sampai 31 Maret
2008.
B. Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: Cangkul, parang,
alat tulis, kamera, meteran, label pelastik, polybag yang berukuran 40 x 50 cm
dengan ketebalan 0,12 mm, gembor dan mikrokaliver, timbangan Analitik.
Bahan yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu: bibit tanaman kelapa
sawit pre- nursery yang sudah siap di pindahkan di main- nursery, pupuk Kapur
Dolomit, air dan top soil.
C. Prosedur Penelitian
1. Penyiapan tempat persemaian dan bibit
a. Penyiapan areal/ lahan
Areal yang di gunakan dalam pene litian ini memiliki sinar matahati yang
optimal, dekat dengan sumber air, jauh dari gangguan hama dan penyakit
serta mudah di awasi. Areal kemudian dibersihkan dan tanahnya diratakan
agar mempermudah proses penyusunan polybag.
b. Pengisian polybag
Tanah yang di gunakan untuk mengisi polybag dalam penelitian ini adalah
top soil yang di haluskan dan dibersihkan dari sisa-sisa perakaran,
28
daun dan ranting tanaman. Hingga 3 cm dari permukaan polybag.
Polybag yang telah di isi dengan tanah tadi kemudian disusun pada areal
yang telah dipilih dengan jarak 70 x 70 cm dan dilakukan penyiraman pagi
dan sore.
c. Penanaman bibit pre-nursery ke main-nursery (Transplanting)
Setelah polybag main-nursery yang sudah disiapkan tadi disiram kurang
lebih 7 – 10 hari, tanah yang ditengah-tengah polybag di lubangi
menggunakan kayu tumpul atau bor besi yang ukuran panjang dan
diameternya sama dengan polybag pre-nursery. Polybeg pre- nursery
dirobek, bibit serta tanahnya dimasukan kedalam lubang tadi
ditutup
kembali.
2. Perlakuan
Perlakuan pemberian kapur dolomit dilakukan sesuai dosis masingmasing perlakuan dengan waktu yang telah ditent ukan yaitu
setiap 10 hari
sekali dengan tiga taraf perlakuan dalam penelitian ini yaitu: dengan
perlakuan pemberian kapur dolomit 10 gr/polybag untuk (U1 ), perlakuan
pemberian kapu dolomit 20 gr/polybag untuk(U 2 ) dan perlakuan pemberian
kapur dolomit 30 gr/polybag untuk (U3 ).
3. Pemeliharaan
a. Penyiraman
Penyiraman bibit dilakukan dua kali sehari pagi dan sore hari. Bila hujan
turun dan membasahi bibit maka tidak dilakukan penyiraman.
29
b. Penyiangan
Dalam penelitian ini penyiangan gulma dilakukan secara manual disekitar
dan di dalam polybag dengan interval dua minggu sekali.
c. Konsolidasi bibit
Kegiatan konsolidasi bibit dilakukan dengan menambah tanah yang
kurang pada polybag dengan interval satu kali sebulan dan menegakkan
polybag yang miring.
d. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit pada bibit tanaman kelapa sawit
dilakukan dengan menggunakan pestisida, apabila penyakit ringan
pemberantasanya dilakukan dengan memotong bagian tanaman yang
terserang. Namun jika serangannya berat bibit yang terserang penyakit
disingkirkan dan dimusnahkan.
D. Pengolahan Data
Perlakuan dari penelitian ini terdiri dari tiga perlakuan dan sepuluh ulangan
untuk masing- masing perlakuan adalah :
U1
= Pemberian kapur dolomit sebanyak 10 gr/polybag.
U2
= Pemberian kapur dolomit sebanyak 20 gr/polybag.
U3
= Pemberian kapur dolomit sebanyak 30 gr/polybag.
Adapun parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah :
1. Tinggi tanaman (cm)
Diukur dari pangkal tiap-tiap batang tanaman yang diberi tanda hingga ujung
daun tertingi.
30
2. Diameter batang (cm)
Diukur dari diameter bagian batang yang telah ditandai.
3. Jumlah daun (pelepah)
Dengan menghitung jumlah pelepah daun.
Pengambilan data melalui pengukuran masing- masing parameter dilakukan
sebanyak tiga kali yaitu:
1. Pada saat bibit berumur 30 hari setelah tanam.
2. Saat bibit berumur 60 hari setelah tanam dan
3. Pada saat bibit berumur 90 hari setelah tanam.
Menurut Nugroho (1985) untuk mengetahui parameter yang diamati dari
penelitian ini adalah dengan menggunakan rataan hitung sederhana.
x=
? x
n
x
= Rata-rata hitung
n
= Banyaknya data
x
= Variasi yang diteliti
?
= Jumlah
31
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Tinggi tanaman
Berdasarkan ha sil penelitian pemberian pupuk kapur dolomit terhadap
pertumbuhan
bibit
tanaman
kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq)
di main nursery dengan perlakuan pemberian pupuk kapur dolomit sebanyak
10, 20 dan 30 gram/polybag dapat di lihat pada tabel berikut :
Tabel 1. Rata-rata pertumbuhan tinggi bibit (cm) tanaman kelapa sawit di
main nursery dengan pemberian pupuk kapur dolomit sebanyak 10,
20 dan 30 gram/polybag.
Perlakuan
U1
U2
U3
Hari Setelah Tanamam
30
60
1.17
1.94
1.21
2.06
1.43
2.18
(cm)
90
2.35
2.40
2.66
Jumlah
(cm)
Rataan
(cm)
5.46
5.67
6.27
1.82
1.89
2.09
Tabel 1 menunjukan bahwa rata-rata pertumbuhan tinggi bibit tanaman
kelapa sawit di main nursery yang diberi perlakuan pupuk kapur dolomit
sebanyak 30 gram/polybag (U3 ) menunjukan hasil yang tertinggi yaitu dengan
rata-rata tinggi tanaman 2,09 cm.
Sedangkan rata-rata pertumbuhan tinggi tanaman kelapa sawit yang
terendah ditunjukkan oleh perlakuan pemberian pupuk kapur dolomit
sebanyak 10 gram/polybag (U1 ) dengan rata-rata pertumbuhan tinggi
tanaman 1,82 cm.
32
Untuk
U2
dengan
pemberian
pupuk
kapur
dolomit
sebanyak 20 gram/polybag menunjukkan hasil rata-rata pertumbuhan tinggi
tanaman 1,89 cm lebih baik dibandingkan dengan U1..
2. Diameter batang
Berdasarkan hasil penelitian pemberian pupuk kapur dolomit terhadap
pertumbuhan diameter batang bibit tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis
Jacq) di main nursery dengan perlakuan pemberian pupuk kapur dolomit 10,
20 dan 30 gram/polybag dapat di lihat pada tabel berikut :
Tabel 2. Rata-rata pertumbuhan diameter batang (cm) bibit tanaman kelapa
sawit di main nursery dengan pemberian pupuk kapur dolomit 10, 20
dan 30 gram/polybag.
Perlakuan
U1
U2
U3
Hari Setelah Tanamam
30
60
0.49
1.68
0.53
1.81
0.57
1.84
(cm)
90
1.93
2.21
2.31
Jumlah
(cm)
Rataan
(cm)
4.10
4.55
4.72
1.36
1.51
1.57
Tabel 2 menunjukan bahwa rata-rata pertumbuhan diameter batang bibit
tanaman kelapa sawit di main nursery yang diberi perlakuan pemberian pupuk
kapur dolomit sebanyak 30 gram/polybag (U3 ) menunjukan hasil yang
tertinggi yaitu dengan rata-rata diameter batang tanaman 1,57 cm.
Sedangkan rata-rata pertumbuhan diameter batang bibit tanaman
kelapa sawit yang terendah di tunjukkan oleh perlakuan pemberian pupuk
kapur dolomit sebanyak 10 gram/polybag (U1 ) dengan rata-rata pertumbuhan
diameter batang tanaman 1,51 cm.
33
Untuk
U2
dengan
pemberian
pupuk
kapur
sebanyak 20 gram/polybag menunjukkan hasil rata-rata
dolomit
pertumbuhan
diameter batang tanaman 1,36 cm.
3. Jumlah daun (pelepah)
Pertumbuhan jumlah daun bibit tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis
Jacq) di main nursery dengan perlakuan pemberian pupuk kapur dolomit 10,
20 dan 30 gram/polybag dapat di lihat pada tabel berikut :
Tabel 3. Rata-rata pertumbuhan jumlah pelepah (helai) bibit tanaman kelapa
sawit di main nursery dengan pemberian pupuk kapur dolomit
sebanyak 10, 20 dan 30 gram/polybag.
Perlakuan
U1
U2
U3
Hari Setelah Tanamam (helai)
30
60
90
1
1
2
1
1
2
1
1
2
Jumlah
(helai)
Rataan
(helai)
4
4
4
1
1
1
Tabel 3 menunjukan bahwa rata-rata Pertumbuhan jumlah daun
(pelepah) bibit tanaman kelapa sawit di main nursery yang diberi perlakuan
pemberian pupuk kapur dolomit sebanyak 10, 20 dan 30 gram/polybag U1, U2
dan U3 menunjukan hasil yang sama yaitu dengan rata-rata jumlah daun
tanaman 1 pelepah.
B. Pembahasan
Dari hasil pengamatan pemberian pupuk kapur dolomit terhadap parameter
(pertumbuhan tinggi, diameter batang dan jumlah daun bibit tanaman kelapa sawit
di main nursery) yang diamati.
1. Tinggi tanaman
Pertambahan tinggi rata-rata bibit tanaman kelapa sawit yang terbaik adalah
dengan pemberian pupuk kapur dolomit dengan dosis 30 gram/polybag (U3 )
34
efektif meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman kelapa sawit dengan tinggi
rata-rata 2,09 cm.
Sedangkan pertumbuhan tinggi tanaman yang terendah
ditunjukan oleh perlakuan pemberian pup uk kapur dolomit dengan dosis
10 gram/polybag (U1 ), rata-rata pertumbuhan adalah 1,82 cm.
2. Diameter tanaman
Pada tabel 2 menunjukan hasil pengamatan diameter batang bibit tanaman
kelapa sawit yang diberi perlakuan pupuk kapur dolomit dengan dosis
30 gram/polybag (U3 ) menunjukan pertumbuhan rata-rata 1,57 cm lebih tinggi
dibanding dengan perlakuan pemberian kapur dolomit 20 gram/polybag (U2 )
dan pemberian kapur dolomit 10 gram/polybag yaitu (U2 ) 1,51 cm dan
(U1 ) 1,36 cm.
3. Jumlah daun ( pelepah)
Dari rata-rata jumlah daun tanaman pada setiap perlakuan pemberian pupuk
kapur dolomit. U1, U2 dan U3 menunjukkan hasil pertumbuhan jumlah daun
yang sama yaitu dengan rata-rata sebanyak 1 pelepah, pertumbuhan rata-rata
jumlah daun pada setiap perlakuan tidak PADA diduga disebabkan oleh sifat
pertumbuhan daun tanaman itu sendiri, dalam satu bulan pertumbuhan daun
tanaman kelapa sawit ± 1 pelepah saja.
Seperti yang dijelaskan oleh (Dwidjoseputro, 1990), suatu tanaman
akan tumbuh dengan baik apabila unsur hara yang di perlukan tersedia cukup
untuk diserap oleh tanaman.
Dengan pemberian kapur dolomit akan
memperbaiki pH tanah yang sesuai dengan syarat tumbuh atau syarat media
tanam di pembibitan kelapa sawit di Main Nursery. Sesuai dengan pendapat
(PT. Polowijo Gosari, 2000), pemberian pupukm kapur dolomit mampu
menambah unsur hara Mg yang diperlukan tanaman, dapat menetralisir Al
35
dan Fe juga mampu menaikkan pH tanah sehingga penyerapan unsur hara
oleh tanaman menjadi baik.
Menurut Kuswandi (1993) kapur dolomit adalah kapur yang
mengandung MgCO3 , kira-kira sama dengan kandungan CaCO3 . Kapur
memberikan pengaruh yang bervariasi pada tanah karena fungsinya
bermacam- macam bagi tanah dan tanaman. Manfaatnya tergantung pada
kebutuhan akan kapur itu sendiri, sifat tanah dan tanaman yang diusahakan
dolomit sudah umum diperdagangkan sebagai pupuk,karena adanya unsur Mg
dan Ca yang berfungsi sebagai penambah unsur hara dan daya guna tanah.
Usaha perluasan lahan perkebunan sekarang ini menghadapi masalah
tentang ketersediaan sumber daya tanah. Tanah-tanah yang relatif tersedia
biasanya jenis tanah podsolik dan podsol yang tergolong tanah yang mudah
tererosi, kandungan bahan organik yang rendah, kadar basa dan kapasitas
tukar kation rendah, dan bereaksi asam. Program pengapuran dan pemupukan
Mg merupakan usaha menaklukkan produksi lahan, disamping untuk
menaikkan pH tanah, Ca juga merupakan sumber hara makro yang penting
untuk tanaman perkebunan. Kegunaan bahan kapur dapat dilihat dengan
membandingkan kapur-kapur berkadar Ca tinggi.
Menurut Marsono (1999), ada beberapa keuntungan bila tanah asam
diberi kapur,yaitu sebagai berikut :
1. Struktur tanahnya menjadi baik dan kehidupan mikroorganisme dalam
tanah lebih giat, akibatnya daya melapuk bahan organik menjadi humus
berjalan dengan cepat.
36
2. Kelarutan zat- zat yang sifatnya meracuni tanaman menjadi menurun dan
unsur-unsur lain tidak banyak terbuang.
3. Ditempat yang diberi kapur akan lebih leluasa ditanami berbagai jenis
tanaman.
Menurut Karama dan Abdurahman (1993) salah satu langkah dalam
pendayagunaan lahan untuk produksi tanaman adalah memperbaiki sifat
masam tanah tersebut. Tindakan memperbaiki sifat tanah ini disebut
ameliorasi.Ameliorasi dimaksudkan untuk memperbaiki sifat-sifat fisik serta
sekaligus juga memperbaiki sifat-sifat biologi. Bahan ameliorasi yang biasa
digunakan adalah kapur atau bahan organik.
Ditambahkan Adiningsih (1996) bahwa upaya pertama yang harus
dilakukan
adalah
peningkatan
kesuburan
tanah
antara
lain
dengan
meningkatkan pH tanah, Kandungan bahan organik dan meningkatkan hara
khususnya fospat. Pemupukan dengan penambahan unsur fospat dan
pemberian kapur diharapkan dapat memberikan pengaruh baik bagi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Kapur yang diharapkan dapat berfungsi membenahi sifat KTK dan fisik
tanah terutama kemasaman tanah, selanjutnya berfungsi juga menunjang
ketersediaan unsur hara P.
37
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1.
Pemberian pupuk kapur dolomit dengan dosis 30 gram/polybag efektif
meningkatkan pertumbuhan tinggi dan diameter bibit tanaman kelapa sawit
(Elaeis guineensis Jacq) di main nursery.
2. Pemberian kapur dolomit dengan dosis 30 gram/polybag tidak memberikan
pengaruh yang PADA dengan pemberian kapur dolomit 20 dan 10
gram/polybag karena pertumbuhan pelepah bibit dimain nursery.
3. Semakin besar dosis pupuk kapur dolomit yang di berikan maka semakin baik
pertumbuhan bibit kelepa sawit (Elaeis guineensis Jacq).
B. Saran
1. Sebaiknya pemberian kapur dolomit di berikan saat pembibitan kelapa sawit
di main nursery.
2. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk melihat efektifitas pupuk kapur
dolomit terhadap pertumbuhan tanaman kelapa sawit setelah di transplanting
kelapangan.
3. Dianjurkan menggunakan pupuk kapur dolomit untuk pertumbuhan tanaman
dengan dosis 30 gram/polybag, karena dapat memberikan pertumbuhan yang
baik bagi bibit tana man kelapa sawit di main nursery.
38
DAFTAR PUSTAKA
Abidin. 1992. Dasar Pengetahuan Ilmu Tanah. Angkasa. Bandung.
Anonim. 1986. Meningkatkan Produktivitas Lahan Dengan Pengapuran. Leaflet, Agdex 530, Proyek Informasi Pertanian, Kalimantan Tengah 1985-1986.
Fauzi, Y. 2004. Kelapa Sawit. Jakarta. Penebar Swadaya
Kuswandi. 2002. Pengapuran Tanah Pertanian. Kanisius. Yogyakarta.
Marsono, Sigit, P. 2005. Pupuk Akar Jenis dan Aplikasinya. Jakarta. Penebar
Swadaya.
Mulyadi. 1998. Peluang Dan Kendala Pengembangan Pertanian Di Kalimantan
Timur. Laporan Akhir Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan
Timur. Samarinda
Novizan. 2007. Petunjuk Pemupukan Yang Efektif. Jakarta. PT. Agromedia
Pustaka
Nugroho. 1985. Rumus-rumus Statistik Serta Penerapannya. Jakarta.
PT. Polowijo Gosari, 2000. Pupuk Kapur Dolomit. Gresik
Risza , R. 1994. Upaya Peningkatan Produktivitas Kelapa Sawit. Yoyakarta.
Karnisius.
Suwandi , A . Panjaitan dan A . U . Lubis. 1987. Manajemen Pemupukan
Tanaman Kelapa Sawit. di Indonesia Seminar HIMAPI Medan. Indonesia.
Setyamidjaja , D. 1991. Budidaya Kelapa Sawit. Yogyakarta. Karnisius
Sasrosayono, S. 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Jakarta. Agromedia Pustaka.
39
Lampiran
40
Lampiran 1 . Pengukuran tinggi bibit (cm) kelapa sawit tahap main nursery
Tinggi tanaman (cm)
Perlakuan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
U1
1.2
1.5
0.4
1.3
1.2
1.5
1.1
1
1
1.5
U2
0.9
0.6
0.5
0.2
2.3
1.1
1.8
1.7
2
1
U3
2
1
3.5
1.1
2.3
1.8
0.2
0.8
1
0.6
Tinggi tanaman (cm)
Perlakuan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
U1
2.6
3
1
3.3
1.4
1.9
2.1
0.6
2.5
1
U2
1.2
2.9
2
2.9
0.6
2.5
1.5
2.1
3
1.9
U3
3
1.5
3.9
1.5
2.9
2
1
1.5
3.5
1
Tinggi tanaman (cm)
Perlakuan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
U1
3
3
2
3.7 1.9
2.2
2.5
1
2.9
1.3
U2
1.6
3
2.4
3
1
3
2
2.6
3.1
2.3
U3
3.4
2.3
4
2.1
3.1
2
1.5
2.3
4.2
1.7
Lampiran 2. Pengukuran diameter batang (cm) bibit kelapa
main nursery
Diameter batang (cm)
Perlakuan
1
2
3
4
5
6
7
8
U1
0.6
0.2
1 0.4 0.5 0.3 0.5 0.5
U2
0.1
0.2 0.3 0.5 0.7 1.3 0.5 0.8
U3
0.7
0.4 0.1 1
0
0.7 0.4 0.7
Diameter batang (cm)
Perlakuan
1
2
3
4
5
6
7
8
U1
1.9
1.9 1.2 1.7 1.9 2.2 1.8 1.5
U2
2
1.9 1.8 1.7 2
1.8 2
1.6
U3
1.3
1.8 1.9 1.8 2.2 2.1 1.9 1.8
Diameter batang (cm)
Perlakuan
1
2
3
4
5
6
7
8
U1
2
2
1.7 2
2
2.8 2
1.8
U2
2.3
2.8
2
2 2.7 2 2.5 1.9
U3
1.9
2
2.6 2 2.8 2.6 2.6 2.3
sawit tahap
9
0.5
0.6
0.8
10
0.4
0.3
0.9
9
0.9
1.4
1.9
10
1.8
1.9
1.7
9
1
1.9
2.3
10
2
2
2
41
Lampiran 3. Peng ukur pelepah (helai) bibit kelapa sawit tahap main nursery
Perlakuan
U1
U2
U3
Perlakuan
U1
U2
U3
Perlakuan
U1
U2
U3
1
0
1
2
2
1
2
1
3
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
3
1
0
1
1
1
2
2
2
2
3
2
3
2
1
2
Jumlah pelepah (helai)
4
5
6
7
8
1
1
1
0
1
1
1
1
0
0
1
1
0
1
1
Jumlah pelepah (helai)
4
5
6
7
8
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
Jumlah pelepah (helai)
4
5
6
7
8
2
2
2
1
2
1
2
2
1
1
2
2
1
1
2
9
1
1
1
10
0
1
2
9
0
1
1
10
1
1
1
9
2
2
2
10
1
2
2
Lampiran 4. Rata-rata Tinggi Tanaman (cm) Kelapa Sawit (Elaies guineensis
Jacq) Di Main Nursery
x?
U1
?
n 30 HST ? 60 HST ? 90 HST
n
=
62,23 ? 64,5 ? 61,8 ? 54,53 ? 63,3 ? 64,1 ? 65,6 ? 62,33 ? 61,8 ? 54,5
10
= 61,47 cm
U2
=
61,10 ? 62,13 ? 57,90 ? 57,33 ? 63,67 ? 62,53 ? 74,60 ? 62,07 ? 67,17 ? 58,10
10
= 62,66 cm
U3
= 66,17 ? 61,83 ? 55,50 ? 67,87 ? 56, 63 ? 71,03 ? 68, 73 ? 66, 77 ? 74,33 ? 60,87
10
= 64,97 cm
42
Lampiran 5. Rata-rata Diameter Batang (cm) Tanaman Kelapa Sawit
(Elaies guineensis Jacq) Di Main Nursery
x?
U1
?
n 30 HST ? 60 HST ? 90 HST
n
=
2,87 ? 2 , 60 ? 2 , 43 ? 2 ,67 ? 3 ,13 ? 2 , 97 ? 3,17 ? 2 ,57 ? 2 , 97 ? 2 , 70
10
= 2,81 cm
U2
= 2,87 ? 2, 83 ? 2, 70 ? 2, 80 ? 2 ,97 ? 3,13 ? 2 ,93 ? 2 ,83 ? 3, 23 ? 2 ,87
10
= 2,92 cm
U3
=
3,20 ? 2 ,83 ? 2 ,90 ? 3 ,33 ? 2 , 87 ? 3 , 30 ? 3 , 00 ? 2 ,87 ? 3 , 43 ? 3 , 03
10
= 3,06 cm
43
Lampiran 6. Rata-rata Jumlah Daun (Pelepah)Tanaman Kelapa Sawit
(Elaies guineensis Jacq) Di Main Nursery
x?
?
U1 =
n 30 HST ? 60 HST ? 90 HST
n
10 ? 9 ? 9 ? 9 ? 9 ? 10 ? 9 ? 9 ? 9 ? 10
10
= 9 pelepah
U2 =
9 ? 9 ? 10 ? 10 ? 10 ? 9 ? 11 ? 8 ? 9 ? 10
10
= 10 pelepah
U3
=
10 ? 11 ? 9 ? 10 ? 9 ? 10 ? 10 ? 9 ? 11 ? 11
10
= 10 pelepah
Keterangan :
HST= Hari setelah tanam
44
Lampiran 7. Gambar tanaman kelapa sawit
Gambar 1. Bibit kelapa sawit di main nursery
Gambar 2. Pengukuran diameter batang bibit kelapa sawit dengan mikro
kaliper.
45
Lampiran 8. Gambar pengukuran tinggi bibit kelapa sawit dan kapur
dolomit
Gambar 3. pengukuran tinggi bibit kelapa sawit dengan meteran.
Gambar 4. Kapur dolomit
46
Lampiran 9. Denah Penelitian
U
U2.6
U1.1
U3.3
U1.6
U.10
U1.10
U3.7
U2,2
U2.9
U1.2
U3.2
U3.6
U3.10
U2.5
U1.8
U2.1
U1.4
U2.7
U3.8
U1.7
U1.9
U1.5
U3.4
U2.3
U3.1
U2.4
U3.9
U2.8
U3.5
U1.3
Download