PERMASALAHAN KESWAN

advertisement
MATA KULIAH
Kesehatan Reproduksi
WAKTU
DOSEN
IRMA NURIANTI, SKM. M.Kes
TOPIK
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam
Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya
1
SUB TOPIK
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Kekerasan terhadap perempuan
Perkosaan
Pelecehan seksual
Single parent
Perkawinan usia tua dan muda
wanita di tempat kerja
incest
OBJEKTIF PERILAKU MAHASISWA
Setelah perkuliahan ini mahasiswa dapat menjelaskan tentang:
1.
Kekerasan terhadap perempuan
2.
Perkosaan
3.
Pelecehan seksual
4.
Single parent
5.
Perkawinan usia tua dan muda
6.
wanita di tempat kerja
7.
incest
REFERENSI
1.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Dirjen Pembinaan Kesehatan
2.
Ida Bagus Gde manuaba, 1999, Memahami Kesehatan reproduksi wanita, Area
EGC Jakarta.
3.
Masyarakat, 1996, “Kesehatan Reproduksi di Indonesia”, Jakarta.
4.
Mohamad, Kartono, 1998, “Kontradiksi Dalam Kesehatan Reproduksi”,
Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
5.
Perkumpulan
Keluarga
Berencana
Indonesia,
PPK-UGM,
dan
Ford
Foundation, 1995,“Hak-hak reproduksi dan kesehatan reproduksi, terjemahan
Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya
2
bahasa Indonesia Implication of the ICPD programme of action Chapter VII,
Yogyakarta.
6.
Wahid, Abdurrahman, dkk, 1996, “Seksualitas, Kesehatan Reproduksi dan
Ketimpangan Gender”, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
7.
Wattie, Anna Marie,1996, “Kesehatan Reproduksi dasar pemikiran, pengertian
dan implikasi”, Pusat Penelitian Kependudukan UGM, Yogyakarta.
8.
Wattie, Anna Marie, 1996. “Telaah Aspek-Aspek Sosial Dalam Persoalan
Kesehatan Reproduksi”, Pusat penelitian Kependudukan UGM, Yogyakarta.
9.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Bunga rampai Obstetri dan
Ginekologi Sosial, Jakarta.
10.
Jasin, Faizah.2000. Pemberdayaan Wanita dalam Bidang Kesehatan.
Yogyakarta : ANDI
11.
Arivia, Gadis, 2003, Filsafat Bersfektif Feminis, Yayasan Jurnal Perempuan,
Jakarta.
12.
Aziz, Aina Rumiati, 2002, “Perempuan Korban Di Ranah Domestik”,
Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya
3
1. KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN
Laporan tahunan terakhir Komnas Perempuan yang mengkompilasi data dari
280 lembaga (Negara dan masyarakat) dari seluruh wilayah Indonesia, sebanyak
22.512 kasus kekerasan terhadap perempuan telah ditangani oleh 258 organisasi di
32 provinsi pada tahun 2006. Jumlah ini meningkat dari tahun-tahun sebelumnya,
yaitu 20.391 kasus yang ditangani selama tahun 2005 dan 14.020 kasus di tahun
2004. Peningkatan jumlah ini menunjukkan adanya peningkatan baik pada
pengetahuan korban bahwa kekerasan tidak dapat ditolelir, terutama dengan
diberlakukannya Undang-Undang Anti Kekerasan Dalam Rumah Tangga di akhir
tahun 2004, maupun juga pada kemampuan untuk mengumpulkan data nasional.
Secara umum, tahun 2006, dari 22.512 kasus, 74% merupakan tindak kekerasan
dalam rumah tangga, 23% tindak kekerasan dalam masyarakat dan sebanyak 43
kasus adalah kekerasan terhadap perempuan yang dilakukan oleh negara. Selama
masa pengumpulan data nasional, kekerasan dalam rumah tangga tetap merupakan
bentuk kekerasan terhadap perempuan yang tertinggi yang ditangani oleh institusi
negara dan organisasi kemasyarakatan.
1. Pengertian dan Bentuk-Bentuk Kekerasan Terhadap Perempuan.
a. Pengertian Kekerasan Terhadap Perempuan.
Kekerasan terhadap perempuan merupakan konsep baru, yang diangkat pada
Konferensi Dunia Wanita III di Nairobi, yang berhasil menggalang konsesus
internasional atas pentingnya mencegah berbagai bentuk kekerasan terhadap
perempuan dalam kehidupan sehari-hari di seluruh masyarakat dan bantuan terhadap
perempuan koban kekerasan. Oleh karena kekerasan terhadap perempuan merupakan
konsep baru, maka mengenai definisi atau batasan kekerasan terhadap
perempuan (baca:istri) dalam rumah tangga anampaknya belum ada definisi tunggal
dan jelas dari para ahli atau pemerhati maslah-masalah perempuan. Walaupun
demikian kirannya perlu dikemukakan beberapa pendapat mengenai hal tersebut.
Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya
4
Pengertian
Tindak kekerasan adalah melakukan kontrol, kekerasan dan pemaksaan meliputi
tindakan seksual, psikologis, fisik dan ekonomi yang dilakukan individu terhadap
individu yang lain dalam hubungan, rumah tangga atau hubungan intim (karib).
Kekerasan dalam rumah tangga adalah
perbuatan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan termasuk
penderitaan secara fisik, seksual, psikologis dan penelantaran .Termasuk juga
ancaman yang menghasilkan kesengsaraan di dalam lingkup rumah tangga (Kemala
Candrakirana,2005:
Kekerasan terhadap perempuan adalah
kekerasan yang dilakukan oleh suami terhadap istri atau juga dikenal dengan
kekerasan dalam rumah tangga (Carwoto, 2000: 85).
Deklarasi Tentang Eliminasi Kekerasan terhadap Perempuan ( 1993 ) mendefinisikan
Kekerasan Terhadap Perempuan sebagai berikut :
“ Segala bentuk tindak kekerasan berbasis jender yang berakibat, atau mungkin
berakibat, menyakiti secara fisik, seksual, mental atau penderitaan terhadap
perempuan; termasuk ancaman dari tindakan tersebut, pemaksaan atau perampasan
semena-mena kebebasan, baik yang terjadi dilingkungan masyarakat maupun dalam
kehidupan pribadi “
Dengan demikian, Kekerasan Terhadap Perempuan meliputi :

Kekerasan Fisik, seksual dan psikologis yang terjadi dalam keluarga, termasuk
pemukulan, kekerasan seksual terhadap anak perempuan, pemaksaan isteri
untuk melakukan hubungan seksual, penyunatan alat kelamin perempuan.

Kekerasan fisik seksual dan psikologis yuang terjadi di masyarakat, termasuk
perkosaan, penyalahgunaan dan pelecehan seksual serta intimidasi ditempat
kerja, institusi pendidikan dan dimanapun.

Penjualan perempuan dan prostitusi paksa

Kekerasan fisik, seksual dan psikologis yang dilakukan atau dibiarkan oleh
negara dimana pun hal itu terjadi.
Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya
Tabel 1.
5
Berbagai fakta kekerasan terhadap perempuan di dunia dan di
Indonesia
Wilayah kekerasan
terhadap
Dunia
Indonesia
perempuan
Kekerasan
seksual
psikologis
terjadi
di
fisik,
a.
Kekerasan
Dalam
a. Suami membentak istri,
dan
Rumah Tangga (KDRT)
suami
yang
pernah dialami oleh 20-
suami
tidak
50% perempuan
memberikan
uang
dalam
keluarga.
(UN,
1997)
b.
serong,
belanja
cenderung
Genital
kurang
dianggap
Mutilation Diperkirakan
sebagai
tindak
setiap tahun dua juta anak
kekerasan oleh suami.
perempuan
Sementara istri menilai
Female
menderita
akibat
praktek
sunat/mutilasi
(ibid,
1997)
c.
main
sebagai
kekerasan
tindak
(Kollmann,
1998)
Dalam sebuah studi di
Kanada
tahun
1993
(N=420), ditemukan 54%
pernah mengalami bentuk
kegiatan
seksual
yang
tidak diinginkan sebelum
berumur
16
tahun.
Sekitar 51% dilaporkan
menjadi
perkosaan
korban
atau
upaya
perkosaan (UN, 1995)
d.
Sebuah
studi
yang
Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya
6
dilakukan pada negaranegara di Asia Selatan
ditemukan bahwa dalam
jangka
dua
setengah
tahun
terdapat
58%
pembunuhan
bayi
perempuan dengan cara
memberikan getah dari
tanaman
beracun
pada
makanan
bayi
atau
dengan
membuat
bayi
tersedak akibat adanya
butiran
beras
susunya
dalam
sehingga
tersangkut di tenggorokan
bayi (UN, 1995)
Kekerasan
fisik,
secara a.
seksual
dan
psikologis
terjadi
yang
dalam
masyarakat luas
Penyerangan
secara c.
Sebuah pemantauan
seksual sering dilakukan
yang dilakukan oleh
oleh
Kalyanamitra selama
seorang
yang
dipercaya korban, seperti
tahun
1997
suami,
awal
Maret
ayah,
anggota
hingga
1999
keluarga lainnya, dokter,
terhadap berita yang
pelatih,
dimuat di dalam surat
pembimbing
rohani, teman, pimpinan
kabar
menunjukkan
perusahaan atau teman
terjadi
peningkatan
kencan.
kasus
pelaku
Umumnya,
menjebak
atau
korban
perkosaan
dari
299
mengancam korban. Dua
kasus pada tahun 1997
pertiga dari penyerangan
menjadi
seksual terjadi di dalam
pada
rumah (Morris, 2002).
(Farha, 2000)
338 kasus
tahun
1998
Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya
b.
Ketakutan akan adanya d.
7
Dalam sebuah studi
kekerasan
membatasi
mengenai
tindak
kehidupan
perempuan.
kekerasan
terhadap
42% perempuan merasa
perempuan
tidak aman berjalan di
Sumatera
sekitar
ditemukan
lingkungan
Utara
rumahnya pada malam
peningkatan
hari, hanya
pencabulan
10% laki-
di
kasus
dari
5
laki saja yang merasa
kasus pada tahun 1999
seperti itu.
menjadi 19 kasus pada
Di Kanada,
pada musim dingin pukul
tahun
3.30 sore keadaan sudah
Informasi
mulai gelap, malahan di
Komunikasi
bagian Utara lebih cepat
Perempuan
lagi. Lebih dari sepertiga
Sumut) 2001 dalam
(37%)
Sofian, 2002)
perempuan
2000
(Pusat
dan
(PIKP,
khawatir jika sendirian di
dalam
pada
rumah
saat
malam
mereka
sore
hari.
atau
(ibid.,
2002).
Kekerasan
fisik,
seksual
secara a.
dan
Perempuan
Dalam sebuah studi yang
mempunyai keterbatasan
dilakukan
yang
Banjarnegara, Jawa Tengah
sehari-hari,
yang melibatkan 10 desa
psikologis
yang
bahasa
dilakukan
atau
digunakan
dibenarkan
oleh
menemui
negara
yang
resmi
banyak
yang
di
daerah
tersebar
di
3
kesulitan terhadap akses
kecamatan
pelayanan
adanya bentuk kekerasan
hukum
dan
yang
sistem
berlaku.
yang
ditemukan
dilakukan
oleh
Ketika kedua hal ini sulit
pemerintah
dijangkau,
penyelenggara negara yaitu
perempuan
atau
Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya
bertambah
lepas
dari
sulit
untuk
kekerasan.
(Morris, 2002).
b.
(Sodikin
8
dalam
Fatayat
edisi II/April, 2002):
(1)
Diberlakukannya
Pemerintah India secara
UU dan Peraturan
aktif
yang bias jender
telah
melakukan
kekerasan terhadap hak
reproduksi
(2)
perempuan.
Larangan
bagi
perempuan
telah
Sterilisasi adalah metode
menikah
untuk
kontrasepsi
yang
memiliki
nomor
dipaksakan
terhadap
perempuan miskin ketika
pajak sendiri
(3)
Minimnya
mereka telah berumur 21
anggota legislatif
tahun (RH Afinity Group
perempuan
Meeting, 1999).
DPRD
(4)
di
Minimnya
pegawai
perempuan dalam
instansi
pemerintah
posisi
pada
strategis,
sehingga
berpengaruh
terhadap kebijakan
yang
tidak
responsif jender
Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya
9
Bentuk-Bentuk Kekerasan Terhadap Perempuan.
Mencermati pendapat dari para ahli mengenai istilah-istilah yang dipakai untuk
menyatakan bentuk-bentuk kekerasan terhadap perempuan nampaknya belaum ada
kesamaan istilah, ada yang memakai bentuk-bentuk, ada yang memakai jenis-jenis.
Beberapa bentuk kekerasan sebagai berikut:
a.
Kekerasan fisik , seperti : memukul, menampar, mencekik dan sebagainya.
b.
Kekerasan
psikologis,
seperti
:
berteriak,
menyumpah,
mengancam,
melecehkan dan sebagainya.
c.
Kekerasan
seksual,
seperti
:
melakukan
tindakan
yang
mengarah
keajakan/desakan seksual seperti menyentuh, mencium, memaksa berhubungan
seks tanpa persetujuan korban dan lain sebagainya.
d.
Kekerasan finansial, seperti : mengambil barang korban, menahan atau tidak
memberikan pemenuhan kebutuhan finansial dan sebagainya.
e.
Kekerasan spiritual, seperti : merendahkan keyakinan dan kepercayaan korban,
memaksa korban mempraktekan ritual dan keyakinan tertentu
(Kristi E. Purwandari, 2002).
2. Faktor-Faktor Penyebab Kekerasan Terhadap Perempuan Dalam
Rumah Tangga.
1.
Kemandirian ekonomi istri. Secara umum ketergantungan istri terhadap suami
dapat menjadi penyebab terjadinya kekerasan, akan tetapi tidak sepenuhnya
demikian karena kemandirian istri juga dapat menyebabkan istri menerima
kekerasan oleh suami.
2.
Karena pekerjaan istri. Istri bekerja di luar rumah dapat menyebabkan istri
menjadi korban kekerasan.
3.
Perselingkuhan suami. Perselingkuhan suami dengan perempuan lain atau
suami kawin lagi dapat melakukan kekerasan terhadap istri.
4.
Campur tangan pihak ketiga. Campur tangan anggota keluarga dari pihak
suami, terutama ibu mertua dapat menyebabkan suami melakukan kekerasan
terhadap istri.
Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya
5.
10
Pemahaman yang salah terhadap ajaran agama. Pemahaman ajaran agama yang
salah dapat menyebabkan timbulnya kekerasan terhadap perempuan dalam
rumah tangga.
6.
Karena kebiasaan suami, di mana suami melakukan kekerasan terhadap istri
secara berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan (Fathul Djannah, 2002: 51).
Faktor-faktor penyebab terjadinya kekerasan terhadap perempuan yaitu :
1.
Budaya patriarki yang mendudukan laki—laki sebagai mahluk superior dan
perempuan sebagai mahluk interior.
2.
Pemahaman yang keliru terhadap ajaran agama sehingga menganggap laki-laki
boleh menguasai perempuan.
3.
Peniruan anak laki-laki yang hidup bersama ayah yang suka memukul,
biasanya akan meniru perilaku ayahnya (Aina Rumiati Aziz, 2002: 2).
Berkaitan dengan faktor-faktor penyebab terjadinya kekerasan terhadap
perempuan,:
1.
Karena suami cemburu.
2.
Suami merasa berkuasa.
3.
Suami mempunyai selingkuhan dan kawin lagi tanpa ijin.
4.
Ikut campurnya pihak ketiga (mertua).
5.
Suami memang suka berlaku kasar (faktor keturunan).
6.
Karena suami suka berjudi (Sukerti, 2005: 84).
Akibat kekerasan terhadap perempuan
Kekerasan terhadap perempuan dapat berakibat hal-hal sebagai berikut ;
1. Akibat fisik ( terhadap perorangan )

luka berat dan kematian akibat perdarahan

Infeksi, seperti ISR, PMS, HIV/AIDS

Penyakit radabng panggul yang kronik, yang dapat berakibat
infertilitas

Kehamilan yang tidak diinginkan dan aborsi yang tidak aman.
Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya
11
2. Akibat Non fisik ( terhadap perorangan )

Gangguan mental, misalnya depresi, ketakutan ,cemas, rasa rendah
diri, sulit tidur, mimpi buruk, gangguan makan, ketagihan alkohol dan
obat, menarik diri.

Trauma terhadap hubungan seksual, disfungsi seksual

Perkawinan yang tidak harmonis

Bunuh Diri
3. Akibat Terhadap Masyarakat

Bertambahnya biaya pemeliharaan kesehatan

Efek terhadap produktivitas

Kekerasan Terhadap Perempuan di lingkungan sekolah dapat
mengakibatkan putus pendidikan karena terpaksa keluar sekolah.
Pencegahan dan penanganan kekerasan terhadap perempuan
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah Kekerasan terhadap Perempuan antara
lain :
1. Masyarakat menyadari/mengakui
kekerasan terhadap perempuan sebagai
masalah yang perlu diatasi
2. Menyebarluaskan produk hukum tentang pelecehan seksual ditempat kerja
3. Membekali perempuan tentang penjagaan keselamatan diri
4. Melaporkan tindak kekerasan pada pihak yang berwenang
5. Melakukan akasi menentang kejahatan seperti kecanduan alkohol, perkosaan
dan lain-lain antara lain melalui organisasi masyarakat
Peran petugas kesehatan dalam mencegah kekerasan terhadap perempuan,
antara lain:
1. Melakukan penyuluhan
untuk mencegah dan penanganan Kekerasan
Terhadap Perempuan
2. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam penanganan kasus
kekerasan terhadap perempuan
Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya
12
3. Bermitra dan berpartisipasi dalam pengembangan jaringan kerja untuk
menanggulangi
masalah kekerasan terhadap perempuan dengan instansi
terkait : LSM, organisasi kemasyarakatan lainnya dan organisasi profesi.
4. Memberikan pelayanan yang dibutuhkan bagi korban kekerasan terhadap
perempuan.
Kekerasan Terhadap Perempuan Dari Perspektif Gender.
Faham gender memunculkan perbedaan laki-laki dan perempuan, yang sementara
diyakini sebagai kodrat Tuhan. Sebagai kodrat Tuhan akibatnya tidak dapat dirubah.
Oleh karena gender bagaimana seharusnya perempuan dan laki-laki berfikir dan
berperilaku dalam masyarakat. Perbedaan perempuan dan laki-laki akibat gender
ternyata melahirkan ketidak adilan dalam bentuk sub-ordinasi, dominasi,
diskriminasi, marginalisasi, stereotype. Bentuk ketidak adilan tersebut merupakan
sumber utama terjadinya kekerasan terhadap perempuan. Hal tersebut di atas terjadi
karena adanya keyakinan bahwa kodrat perempuan itu halus dan posisinya di bawah
laki-laki, bersifat melayani dan tidak sebagai kepala rumah tangga. Dengan demikian
maka perempuan disamakan
dengan
barang
(properti)
milik
laki-laki
sehingga
dapat
diperlakukan
sewenangwenang. Pola hubungan demikian membentuk sistem patriarki. Sistem ini
hidup mulai dari tingkat kehidupan masyarakat kelas bawah, kelas menengah dan
bahkan sampai pada tingkat kelas tinggi. Mulai dari individu, keluarga, masyarakat
dan negara.
Perlindungan Hukum Terhadap Perempuan Korban Kekerasan Dalam Rumah
Tangga.
Akar kekerasan terhadap perempuan karena adanya budaya dominasi lakilaki
terhadap perempuan atau budaya patriarki. Dalam struktur dominasi laki-laki ini
kekerasan seringkali digunakan oleh laki-laki untuk memenangkan perbedaan
pendapat,
untuk
menyatakan
rasa
tidak
puas
dan
kadangkala
untuk
mendemontrasikan dominasi semata-mata.
Kekerasan terhadap perempuan sering tidak dinggap sebagai masalah besar atau
masalah sosial karena hal itu merupakan urusan rumah tangga yang bersangkutan
Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya
13
dan orang lain tidak perlu ikut campur tangan. Dalam kaitan itu sesuai dengan
pendapat Susan L. Miler, yang mengatakan bahwa kejahatan dari kekerasan rumah
tangga sudah merupakan suatu yang rahasia, dianggap sesuatu yang sifatnya pribadi
dan bukan merupakan masalah sosial (Susan L. Miler, 2000:289).
Walaupun adanya pandangan seperti tersebut di atas tidak berarti menjadikan alasan
untuk tidak memberikan perlindungan hukum yang memadai terhadap perempuan
yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga. Perlindungan hukum adalah
setiap usaha yang dilakukan oleh pihak-pihak untuk menanggulangi kekerasan
terhadap perempuan, kekerasan dalam bentuk fisik, psikologis, seksual dan
kekerasan ekonomi. Pihak-pihak yang dapat melakukan perlindungan hukum bagi
perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga, bisa siapa saja misalnya dapat
dilakukan oleh keluarga korban, tetangga korban, tokoh masyarakat, aparat penegak
hukum (polisi, jaksa, hakim), lembaga sosial dan lain sebagainya. Yang jelas pihakpihak dimaksud dapat memberikan rasa aman terhadap istri korban kekerasan suami.
Perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga sering tidak dapat berbuat banyak
atau dalam keadaan binggung, karena tidak tahu harus mengadu ke mana, ke rumah
asal belum tentu diterima. Hal ini disebabkan oleh adanya budaya di mana
perempuan yang sudah kawin menjadi tanggung jawab suaminya. Sehingga apabila
terjadi kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga sering tidak terungkap
kepermukaan karena masih dianggap membuka aib keluarga. Dengan sulit
terungkapnya kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga, ini berarti
perempuan korban kekerasan ikut melindungi kejahatan dalam rumah tangga.
Sebelum keluarnya U U No. 23 Tahun 2004, perlindungan hukum terhadap
perempuan korban kekerasan suami diatur dalam Pasal 356 ayat 1, KUHP. Pasal
1365 KUHPerdata., Pasal 24 U U No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, Pasal 1 U
U No. 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Penghapusan Segala Bentuk
Diskriminasi Terhadap Wanita/Perempuan, Pasal 17 U U NO. 39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia (HAM). Setelah berlakunya U U No. 23 Tahun 2004
tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, pelaku kekerasan dalam
rumah tangga dalam rumah tangga diatur dalam Bab II, Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7,
Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya
14
Pasal 8 dan Pasal 9 U U No. 23 Tahun 2004. ketentuan pidananya diatur pada Pasal
44, Pasal 45, Pasal 46, Pasal 47, Pasal 48, Pasal 49 dan Pasal 50.
Peran petugas kesehatan dalam mencegah kekerasan terhadap perempuan, antara
lain:
1. Melakukan penyuluhan
untuk mencegah dan penanganan Kekerasan
Terhadap Perempuan
2. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam penanganan kasus
kekerasan terhadap perempuan
3. Bermitra dan berpartisipasi dalam pengembangan jaringan kerja untuk
menganggulangi masalah kekerasan terhadap perempuan dengan instansi
terkait : LSM, organisasi kemasyarakatan lainnya dan organisasi profesi.
4. Memberikan pelayanan yang dibutuhkan bagi korban kekerasan terhadap
perempuan
2. PERKOSAAN
Defenisi:
Perkosaan adalah ”serangan/penganiayaan” seksual karena perkosaan merupakan
suatu tindakan kekerasaan, dengan menggunakan seks sebagai alat kekerasan.
Wanita Yang beresiko :
1. Wanita yang menderita cacat
2. Wanita di tempat pengungsian
3. Wanita yang hidup di jalanan
4. Pembantu Rumah Tangga
5. Wanita yang berpenampilan sensual
Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya
15
Jenis perkosaan dan kekerasan seksual
- Perkosaan oleh orang yang kita kenal
1. Perkosaan oleh suami atau bekas suami.
Bila hukum dan tradisi memperlakukan wanita sebagai hak milik dari suami,
maka suami
akan berfikir bahwa dia punya hak penuh untuk menuntut
pelayanan seksual dari istri kapanpun dia kehendaki, meskipun si wanita
tidak menginginkannya.
2. Seorang wanita bisa diperkosa oleh
pacarnya.
Pacarnya mungkin bilang bahwa dia punya hak untuk hubungan seksual
karena dia telah menghabiskan uang untuk wanita tersebut, karena wanita
sering menggoda yang menjurus kearah seksual, atau karena dia telah
melamar wanita tersebut.
3. Perkosaan di tempat Kerja
Seorang wanita mungkin dipaksa untuk hubungan seksual oleh seorang
teman kerja atau oleh atasannya, sehingga wanita tersebut bisa tetap bekerja.
Wanita itu mungkin diancam dengan kehilangan pekerjaan atau hukuman lain
bila dia menceritakan kepada orang lain.
4. Perkosaan pada anak-anak
Seorang anak laki-laki atau perempuan bisa diperkosa oleh pria anggota
keluarga atau orang dewasa lain.
5. Perkosaan oleh orang yang tidak dikenal
Reaksi Sesudah Perkosaan
1.
Perasaan mudah marah
2.
Takut, cemas, gelisah
3.
Merasa bersalah
4.
Malu, reaksi-reaksi lain yang bercampur aduk
5.
Menyalahkan diri sendiri
6.
Menangis bila teringat peristiwa tersebut
7.
Ingin melupakan peristiwa perkosaan yang telah dialami
8.
Merasa diri tidak normal, kotor, berdosa, tidak berguna
9.
Merasa lelah, tidak ada gairah dan tidak bisa tidur
Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya
16
10. Selalu ingin muntah, perut dan vagina terasa sakit
11. Ingin bunuh diri
Apa yang harus dilakukan bila terjadi Perkosaan?
1.
Korban harus segera melapor ke polisi
a. Di Kepolisian korban akan diantar ke dokter untuk mendapatkan visum
etrepertum atau kalau terpaksa korban bisa datang ke rumah sakit terlebih
dahulu agar dokter bisa memberikan surat keterangan. Mintalah dokter untuk
menghubungi polisi.
b. Jangan membersihkan diri atau mandi karena sperma, serpihan kulit ataupun
rambut pelaku yang bisa dijadikan barang bukti akan hilang. Sperma hanya
hidup dalam waktu 2 x 24 jam. Simpan pakaian, barang-barang lain yang
anda pakai, ataupun kancing/robekan baju pelaku yang bisa dijadikan barang
bukti. Serahkan barang-barang tersebut kepada polisi dalam keadaan asli
(jangan dicuci atau dirubah bentuknya). Apabila korban takut pergi sendiri
ke polisi, ajaklah teman/saudara untuk menemani.
2.
Yakinkan diri bahwa korban perkosaan bukanlah orang yang bersalah
Pelaku perkosaanlah yang harus dihukum. Korban berhak untuk melaporkan
pelaku agar bisa dihukum sesuai dengan kejahatan yang dilakukannya.
Kiat-kiat menghindari perkosaan:
1.
Bertingkah laku wajar
2.
Bersikap tegas, tunjukkan sikap dan tingkah laku percaya diri
3.
Pandai-pandai membaca situasi. Berjalanlah cepat tapi tenang
4.
Hindari berjalan sendiri di tempat gelap dan sepi
5.
Berpakaian sewajarnya yang memudahkan Anda untuk lari/mengadakan
perlawanan. Jangan memakai terlalu banyak perhiasan
6.
Sediakanlah selalu “senjata” seperti: korek api, deodorant spray (semprot),
payung, dsb., dalam tas Anda
Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya
7.
17
Apabila bepergian ke suatu tempat, harus sudah mengetahui alamat lengkap,
denah dan jalur kendaraan. Jangan kelihatan bingung, carilah informasi pada
tempat-tempat yang resmi.
8.
Jangan mudah menumpang kendaraan orang lain
9.
Berhati-hatilah jika diberi minuman oleh seseorang
10.
Jangan mudah percaya pada orang yang mengajak Anda bepergian ke suatu
tempat yang tidak kenal
11.
Bacalah tulisan-tulisan tentang perkosaan.
Dengan demikian Anda bisa
mempelajari tanda-tanda pelaku dan modus operandinya
12.
Pastikan jendela, pintu kamar, rumah, mobil Anda sudah terkunci bila Anda di
dalamnya
13.
Belajar bela diri untuk pertahankan diri Anda sewaktu diserang
Kekerasan Seksual terhadap Kanak-kanak
a. Cara yang biasa digunakan dalam melakukan kekerasan seksual terhadap
kanak-kanak adalah dengan bujukan (memberi iming-iming dengan
permen/uang), tipuan (pura-pura diajak main), ancaman maupun paksaan
kekuatan fisik.
b. Bentuknya sangat beragam; mulai dari memperlihatkan alat vital kepada si
anak, rabaan pada daerah vital, perintah untuk melayani oral seks ataupun
penetrasi pada alat vital maupun daerah anal.
Antisipasi
a. Sedini mungkin anak harus dikenalkan pada tubuhnya sendiri; mana bagian
tubuhnya yang boleh diperlihatkan pada/dipegang oleh orang lain dan mana
yang tidak. Kalau ada orang yang melakukan hal-hal yang tak wajar pada
tubuhnya, anak dibiasakan agar segera memberitahu keluarga.
b. Anak juga harus dilatih agar tidak mudah percaya pada orang lain atau diajak
main ke tempat yang sepi.
Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya
18
3. PELECEHAN
Pelecehan seksual pada wanita
Pelecehan seksual merupakan segala macam bentuk perilaku yang berkonotasi
seksual yang dilakukan secara sepihak dan tidak diharapkan oleh orang yang menjadi
sasaran, sehingga menimbulkan reaksi negatif seperti: rasa malu, tersinggung, marah,
dan sebagainya pada diri orang yang menjadi korban.
Dewasa ini, penelitian di Amerika Serikat, Inggris, dan Australia menunjukkan 5 %
dan 20% wanita mengatakan pernah dianiaya secara fisik selama anak-anak atau
remaja.
Macam-macam pelecehan seksual
 Homoseksualitas (Lesbianisme)
Lebih dari 90% wanita menjalin hubungan yang stabil dan kepuasan seks dengan
anggota dari jenis kelamin yang melengkapi. Sekitar 5 % wanita atau mungkin lebih,
adalah biseksual, artinya pada saat-saat tertentu atau pada periode tertentu dalam
kehidupan mereka, mereka memilih untuk menjalin hubungan seksual dengan
seorang pria dan disaat yang sam berhubungan seksual dengan seorang wanita.
Sekitar 5 %, wanita sama sekali tidak pernah tertarik kepada pria, meskipun mereka
mempunyai teman pria. Minat seks, kebutuhan menjalin hubungan, dipenuhi dari
wanita lain.
 Transeksualisme
Yaitu seseorang wanita percaya bahwa dia menempati tubuh seseorang dari jenis
kelamin lain. Secara psikologis dan emosional dia merasa sebagai seorang pria.
Cara Menghindari Pelecehan Seksual
-
Hindari orang yang melakukan pelecehan seksual terhadap wanita lain di tempat
kerja
-
Jangan pergi hanya dengan teman laki-laki
Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya
19
4. SINGEL PARENT
Single parent ialah orang tua tunggal yaitu keluarga yang terdiri dari salah satu orang
tua dengan anak-anak akibat perceraian / ditinggal pasangannya.
Menurut Deacon dan Firebough (1998) ada beberapa faktor yang mempengaruhi
status single parent. Faktor-faktor tersebut antara lain :
Kehamilan sebelum menikah
Kematian suami
Perpisahan / perceraian
Adopsi
A. Kematangan Wanita
Kematangan Wanita yang berstatus single parent merupakan hal utama di
butuhkan dalam membesarkan serta mendidik anak-anaknya karena
kematangan wanita single parent dapat mempengaruhi caranya dalam
memanajemen diri dan keluarganya terutama membuat keluarga berkualitas
B. Manajemen Keluarga Pada Keluarga Berstatus single Parent
Wanita yang berstatus single parent berperan ganda dimana ia harus mencari
uang untuk menafkahi keluarganya dan ia juga harus memenuhi kebutuhan
kasih sayang keluargamu. Dalam hal ini wanita SP harus melakukan
perencanaan yang matang dalam menjalankan perannya. Dalam melakukan
perencanaannya ia harus mengkomunikasikan rencana yang telah ia buat pada
keluarga terdekatnya ( orang tua, bibi, paman )
A.
Manajement Wanita single Parent Dalam Membentuk Anak yang
Berkualitas
1. Pengganti Figur orang tua yang Hilang
2. Alokasi waktu yang efektif
3. Komunikasi dengan anak harus slalu di jaga
4. Menerapkan disiplin
Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya
20
5. Menjaga hubungan Interpersonal dengan anak
6. Persepsi positif terhadap anak
Dampak single parent
a. Dampak negatif
1. Perubahan perilaku anak. Bagi seorang anak yang tidak siap ditinggalkan
orang tuanya bisa menjadi mengakibatkan perubahan tingkah laku. Menjadi
pemarah, berkata kasar, suka melamun, agresif, suka memukul, menendang,
menyakiti temannya. Anak juga tidak berkesempatan untuk belajar perilaku
yang baik sebagaimana perilaku keluarga yang harmonis. Dampak yang
paling berbahaya bila anak mencari pelarian di luar rumah, seperti menjadi
anak jalanan, terpengaruh penggunaan narkoba untuk melenyapkan segala
kegelisahan dalam hatinya, terutama anak yang kurang kasih sayang, kurang
perhatian orang tuanya.
2. Perempuan merasa terkucil. Terlebih lagi pada perempuan sebagai janda atau
yang tidak dinikahi, di masyarakat terkadang mendapatkan cemooh dan
ejekan.
3. Psikologi anak terganggu. Anak sering mendapatkan ejekan dari teman
sepermainan sehingga anak menjadi murung, sedih. Hal ini dapat
mengakibatkan anak menjadikurang percaya diri dan kurang kreatif
b.Dampak positif
1. Anak terhindar dari komunikasi yang kontradiktif dari orang tua, tidak akan
terjadi komunikasi yang berlawanan dari orang tua, misalnya ibunya
mengijinkan tetapi ayahnya melarangnya. Nilai yang diajarkan oleh ibu atau
ayah diterima penuh karena tidak terjadi pertentangan.
2. ibu berperan penuh dalam pengambilan keputusann dan tegar.
3. anak lebih mandiri dan berkepribadian kuat, karena terbiasa tidak selalu hal
didampingi. Terbiasa menyelesaikan berbagai masalah kehidupan.
Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya
21
Penanganan single parent
a. Memberikan kegiatan yang positif. Berbagai macam kegiatan yang dapat
mendukung anak untuk lebih bisa mengaktualisasikan diri secara positif
antara lain dengan penyaluran hobi, kursus sehingga menghindarkan anak
melakukan hal-hal negatif.
b. Memberi peluang anak belajar berperilaku baik. Bertandang pada keluarga
lain yang harmonis memberikan kesempatan bagi anak untuk meneladani
figur orangtua yang tidakdiperoleh dalam lingkungan keluarga sendiri.
c. Dukungan komunitas. Bergabung dalam club sesama keluarga dengan orang
tua tunggaldapat memberikan dukungan karena anak mempunyai banyak
teman yang bernasib sama sehingga tidak merasa sendirian.
Upaya pencegahan single parent dan pencegahan dampak negatif single parent
a. pencegahan terjadinya kehamilan diluar nikah.
b. Pencegahan penceraian dengan mempersiapkan perkawinan dengan baik
dalam segi psikologis, keuangan, spiritual.
c. Menjaga komunikasi dengan berbagai sarana teknologi informasi.
d. Menciptakan kebersamaan antar anggota keluarga.
e. Peningkatan spiritual dalam keluarga.
4. PERKAWINAN USIA MUDA DAN TUA
Perkawinan adalah ikatan batin antara wanita dan pria sebagai suami istri
dengan tujuan membentuk keluarga/rumah tangga yang bahagia dan kakal
berdasarkan Ketuhanan YME (UU Perkawinan No 1 Tahun 1974).
Perkawinan Usia Muda
Menurut UU Perkawinan No I Tahun 1974 pasal 7 bahwa perkawinan
diijinkan bila laki-laki berumur 19 tahun dan wanita berumur 16 tahun. Namun
pemerintah mempunyai kebijakan tentang perilaku reproduksi manusia yang
ditegaskan dalam UU No10 Tahun 1992 yang menyebutkan bahwa pemerintah
menetapkan kebijakan upaya penyelenggaraan Keluarga Berencana. Banyaknya
Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya
22
resiko kehamilan kurang dari perkawinan diijinkan bila laki-laki berumur 21 tahun
dan perempuan berumur 19 tahun. Sehingga perkawinan usia muda adalah
perkawinan yang dilakukan bila pria kurang dari 21 tahun dan perempuan kurang
dari 19 tahun.
Perkawinan usia tua
Adalah perkawinan yang dilakukan bila perempuan berumur lebih dari 35
tahun.
Kelebihan perkawinan usia muda
a. Terhindar dari perilaku seks bebas,karena kebutuhan seksual terpenuhi.
b. Minginjak usia tua tidak lagi mempunyai anak yang masih kecil.
Kelebihan perkawinan usia tua
Kematangan fisik, psikologis, sosial, financial sehingga harapan membentuk
keluarga sejahtera berkualitas terbentang.
Kekurangan pernikahan usia muda
a. Meningkatkan angka kelahiran sehingga pertumbuhan penduduk semakin
meningkat.
b. Ditinjau dari segi kesehatan, perkawinan usia muda meningkatkan anga
kematian bayi dan ibu, risiko komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas.
Selain itu bagi perempuan meningkatkan risiko ca cerviks karena hubungan
seksual dilakukan pada saat secara anatomi sel-sel cerviks belum matur. Bagi
bayi risiko terjadinya kesakitan dan kematian meningkat.
c. Kematangan psikologis belum tercapai sehingga keluarga mengalami
kesulitan mewujudkan keluarga yang berkualitas tinggi.
d. Ditinjau dari segi sosial, dengan perkawinan mengurangi kebebasan
pengembangan diri, mengurangi kesempatan melanjutkan pendidikan jenjang
tinggi.
Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya
23
e. Adanya konflik dalam keluarga membuka peluang untuk mencapai pelarian
pergaulan di luar rumah sehingga meningkatkan risiko penggunaan minum
alkohol, narkoba dan seks bebas.
f. Tingkat perceraian tinggi. Kegagalan keluarga dalam melewati berbagai
macam permasalahan meningkatkan risiko perceraian.
Kekurangan pernikahan usia tua
a. Meningkatkan
angka
kesakitan
dan
kematian
ibu
dan
bayi.
Kemungkina/risiko terjadi ca mammae meningkat.
b. Meningkatnya risiko kehamilan dengan anak kelainan bawaan, misalnya
terjadi kromosom non disjunction yaitu kelainan proses meiosis hasil
konsepsi (fetus) sehingga menghasilkan kromosom sejumlah 47. aneuploidy,
yaitu ketika kromosom hasil konsepsi tidak tepat 23 pasang. Contohnya
trisomi 21 (down syndrome), trisomi 13(patau syndrome) dan trisomi 18
(edwards syndrome).
Penanganan perkawinan usia muda
a. Pendewasaan usia kehamilan dengan penggunaan kontrasepsi sehingga.
b. Bimbingan psikologis. Hal ini dimaksudkan untuk menbantu pasangan dalam
menghadapi persoalan-persoalan
agar mempunyai cara pandang dengan
pertimbangan kedewasaan, tidak mengedapankan emosi.
c. muda baik dukungan berupa material maupun non material untuk
kelanggengan keluarga, sehingga lenih tahan terhadap hambatan-hambatan
yang ada.
d. Peningkatan
kesehatan
dengan
peningkatan
pengetahuan
kesehatan,
perbaikan gizi bagi istri yang mengalami kurang gizi.
Penanganan perkawinan usia muda
a. Pengawasan kesehatan : ANC secara rutin pada tenaga kesehatn.
b. Peningkatan
kesehatan
dengan
peningkatan
pengetahuan
kesehatan,
perbaikan gizi bagi istri yang mengalami kurang gizi.
Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya
24
Pencegahan :
a. Penyuluhan kesehatan untuk menikah pada usia reproduktif sehat.
b. Merubah cara pandang budaya atau cara pandang diri yang tidak mendukung.
c. Meningkatkan kegiatan sosialisasi,
6. WANITA DI TEMPAT KERJA
Alasan wanita bekerja
a. Aktualisasi diri.Wanita yang bekerja akan memperoleh pengakuan dari
lingkungan karena produktifitas dan kreatifitas yang telah ia hasilkan.
b. Mata pencaharian. Penghasilan yang diperoleh dalam rangka mencukupi
kebutuhan sehari-hari agar meningkat kualitas hidup keluarga, baik untuk
memenuhi kebutuhan primer seperti pangan, sandang, papan, atau kebutuhan
sekunder seperti perabot rumah tangga, mobil, jaminan kesehatan, dll.
c. Relasi positif dalam keluarga. Pengetahuan yang luas dan pengalaman yang
mengambil keputusan saat bekerja dalam memecahkan suatu masalah di
tempat kerja, pola pikir terbuka memungkinkan jalinan saling mendukung
dalam keluarga.
d. Pemenuhan kebutuhan sosial. Wanita bekerja akan menjumpai banyak relasi,
teman sehingga dapat memperkaya wawasan bagi wanita.
e. Peningkatan keterampilan/kompetensi. Dengan bekerja wanita terus terpacu
untuk selalu meningkatkan keterampilan atau kompetensi sehingga dapat
meningkatkan rasa percaya diri dan prestasi yang lebih sebagai karyawan.
f. Pengaruh lingkungan. Lingkungan mayoritas wanita banyak yang bekerja
akan memberikan motivasi bagi wanita lain untuk bekerja.
Dampak wanita kerja
a. Terpapar zat-zat kimia yang mempengaruhi kesehatan dan infertilisasi. Asap
rokok, bahan radiologi, bahan organik, bahan organo fosfat dan organo klorin
untuk racun hawan perusak.
Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya
25
b. Resiko pelecahan seksual. Pelaku pelecehan seksual bisa teman sejawat,
supervisor, manager atu atasan. Adapun wanita terkadang tidak kuasa
menolak karena ketakutan atau ancaman di PHK.
c. Penundaan usia nikah. Wanitayang sibuk mengejar prestasi kariernya
menyebabkan tidak mempunyai banyak waktu luang untuk memperhatikan
pernikahannya.
d. Keharmonisan rumah tangga terpengaruh. Kesibukan aktifitas yang
berlebihan memungkinkan wanita tidak mempunyai banyak waktu untuk
keluarga karena pusat perhatiannya pada kesuksesan kariernya, sehingga bisa
menelantarkan peran sebagi istri dan sebagai ibu.
Upaya pemecahan
a. Bekerja menggunakan proteksi. Seperti masker, sarung tangan, baju khusus
untuk proteksi radiasi.
b. Cek kesehatam secara berkala.
c. Melakukan aktifitas bekerja tidak hanya dengan satu pria misalnyabila
lembur, dinas luar.
d. Tidak nebeng kendaraan tanpa ditemani oranglain. Sekalipun ditawari oleh
atasan.
e. Jangan ragu mengatakan tidak walaupun pada atasan. Tidak perlu takut pada
ancaman di pecat.
f. Menetapkan target menikah.
g. Menjaga komunikasi dengan keluarga. Mencurahkan perhatian khusus pada
keluarga pada hari libur dengan kualitas yang maksimal, mengagendakan
kegiatan bersama keluarga, memenuhi hak-hak suami dan anak, berbagai
peran dengan suami dan selalu menghargai suami.
7. INCEST
Incest adalah hubungan seksual yang terjadi antar anggota keluarga. Anggota
keluarga yang dimaksud adalah anggota keluarga yang mempunyai hubungan
Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya
26
pertalian darah. Batas pertalian darah paling atas adalah kakek, paling bawah cucu,
batas kesamping keponakan. Keluarga di luar itu bukan termasuk incest. Pelaku
biasanya adalah orang yang lebih dewasa (lebih kuasa) dan korban lebih banyak
adalah anak-anak. Sering terjadi pada anak tiri oleh bapak tiri, menantu oleh mertua,
cucu oleh kakeknya.
Menurut kamus saku kedokteran
→aktivitas seksual antara mns yg erat hub.
→perkawinan mereka dilarang scr hukum ataupun kebudayaan
Menurut Dr. Ramona Sari
→Hubungan badan/ hubungan Seksual yg terjadi antara 2 orang yang mempunyai
ikatan pertalian darah
Menurut Hayati (2004)
→perkosaan yg dilakukan oleh anggota keluarga/ orang yg dianggap sebagai anggota
keluarga
Menurut Masland & Estridge
→jenis perlakuan/penyiksaan secara seksual yg melibatkan 2 anggota keluarga
dalam 1 keluarga
Incest dapat terjadi karena saling suka atau saling cinta dan dapat juga terjadi
akibat paksaan tanpa rasa cinta. Incest ada yang di luar perkawinan, namun ada juga
yang sengaja dilakukan dalam ikatan perkawinan. Di luar negri perkawinan incest
diperbolehkan, sedangkan di indonesia dinyatakan sah dilakukan menurut agama.
Sedangkan pencatatannya, bila agama Islam di Kantor Urusan Agama (KUA) dan
selain agama Islam di Kantor Pencatatan Sipil. Sah tidaknya perkawinan di Indonesia
berdasarkan ajaran agama masing-masing. Semua agama di Indonesia melarang
perkawinan incest. Bila diketahui ada pertalian darah (muhrim dalam agama Islam)
sedangkan perkawinan telah dilakukan dan walaupun sudah mempunyai anak, maka
perkawinan harus dibatalkan.
Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya
27
Dampak Yang Ditimbulkan
Dari segi fiqih islam & hukum
→mengharamkan perkawinan sedarah
→dlm KUHP hukuman u/ pelaku perbuatan tersebut diatur dlm pasal 289 – 296,
sementara dlm RUU KUHP dirubah pasalnya menjadi pasal 425 – 429
2. Dari segi psikologis
→trauma & gangguan kejiwaan seumur hidup
3. Dari segi kemanusiaan
→sbg tindakan kriminalitas terhadap nilai2 kemanusiaan
4. Dari segi sosial
→hancurnya nama keluarga dimata masyarakat
→keluarga tersebut dikucilkan masyarakat & jd bahan pembicaraan
5. Dari segi kesehatan
→rusaknya alat reproduksi anak & tertular peny.menular seksual
→korban & pelaku menjadi stress yg akan merusak kes. Kejiwaan
→kelemahan genetik pd bayi yag akan dilahirkan
→kelainan genetik
CONTOH INCEST DALAM KEBUDAYAAN
a. Suku polahi di kab. Gorontalo, Sulawesi→perkawinan sumbang hal yang
wajar & biasa
b. kalangan mesir kuno : alexander agung melakukan perkawinan dgn saudara
kandung→keturunan berdarah murni
c. hub. Sumbang antara sangkuriang dan ibunya dlm dongeng masy sunda
PENYEBAB INCEST
1. Kesepian ditinggal istri
2. Kurang puas dgn pelayanan istri
3. Pelaku mengidap kelainan seks & masalah gangguan kejiwaan
4. Beberapa
budaya
mentoleransi
hubungan
sumbang
u/
kepentingan
politik/kemurnian ras
Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya
28
5. Kondisi rumah, 1 kamar beramai – ramai
6. Akses u/ bergaul keluar tidak ada/sangat terbatas
7. Kurangnya pengawasan orang tua terhadap perkembangan anak - anaknya
UPAYA MENGATASI
1. Menjaga keharmonisan rumah tangga
2. Orang tua harus lebih perhatian/tegas dengan anak – anaknya
3. Kamar tidur anak perempuan dipisahkan
4. Penyuluhan ttg pendidikan seksual, kespro & norma agama
5. Memperluas pergaulan yg bersifat (+)
Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya
29
EVALUASI
1. Berikut ini yang termasuk contoh kekerasan psikologis yang terjadi di dalam
keluarga.......
a. Pemukulan istri oleh suami
b. Pemaksaan istri untuk melakukan hubungan seksual
c. Kecenderungan lebih menyayangi anak laki-laki
d. Penyunatan alat kelamin perempuan
Jawab C
2.Serangan/penganiayaan” seksual karena
suatu tindakan kekerasaan, dengan
menggunakan seks sebagai alat kekerasan, merupakan pegertian dari:
a.
Kekerasan terhadap perempuan
b.
Pelecehan seksual
c.
Kekerasan Seksual
d.
Perkosaan
Jawab D
3. Berikut ini merupakan contoh kekerasan terhadap perempuan yang terjadi di
masyarakat.....
a. Bidan lebih melayani pasien yang kaya
b. Perkosaan oleh suami
c. Pemukulan istri oleh suami
d. Pelecehan seksual oleh aparat di daerah konflik
Jawab A
4. Penanganan bagi tenaga kesehatan terhadap kasus pelecehan seksual seperti
dibawah ini kecuali:
a. Bersikaplah
dengan
baik
dan
penuh
pengertian.
Jangan
sekali-kali
menyalahkannya
b. Rawat gangguan kesehatannya. Berikan obat untuk mencegah PMS dan
kehamilan.
c. Tulis semua hasil pemeriksaan dan apa yang sebenarnya terjadi. Bila klinik
anda tidak menyimpan catatan medik.
d. A dan B Benar
Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya
30
Jawab D
5.
Pemukulan merupakan salah satu bentuk kekerasan:
a. Fisik
b. Psikologis
c. Seksual
d. Finansial
Jawab A
6.
Menahan atau tidak memberikan pemenuhan kebutuhan finansial, merupakan
bentuk kekerasan:
a.
Fisik
b.
Psikologis
c.
Seksual
d.
Finansial
Jawab D
7.
Faktor-Faktor Penyebab Kekerasan Terhadap Perempuan Dalam Rumah
Tangga.
a.
Kemandirian ekonomi istri
b.
Kehamilan
c.
Perselingkuhan suami.
d.
Campur tangan pihak ketiga
Jawab B
8.
Gangguan mental, misalnya depresi, ketakutan ,cemas, rasa rendah diri, sulit
tidur, mimpi buruk, gangguan makan, ketagihan alkohol dan obat, menarik
diri, merupakan akibat kekerasan pada perempuan ditinjau dari:
a.
Akibat Fisik
b.
Akibat Non fisik
c.
Akibat finansial
d.
Akibat terhadap masyarakat
Jawab B
Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya
9.
31
Pencegahan dan penanganan kekerasan terhadap perempuan, kecuali
a. Masyarakat menyadari/mengakui kekerasan terhadap perempuan sebagai
masalah yang perlu diatasi
b. Menyebarluaskan produk hukum tentang pelecehan seksual ditempat
kerja
c. Membekali perempuan tentang penjagaan keselamatan diri
d. Membiarkan tindak kekerasan
Jawab D
Kesehatan Reproduksi
Download