8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Landasan Teori
2.1.1
Pengertian Persepsi
Persepsi merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan yang
diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsir pesan (Rakhmad, 1993:8).
Persepsi didefinisikan sebagai tanggapan (penerimaan langsung dari sesuatu) atau
merupakan proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1995:503).
Etika berkaitan dengan perilaku moral lebih terbatas pada pengertian meliputi
kekhasan pola etis yang diharapkan untuk profesi tertentu (Satyanugraha, 2003:3).
Dengan demkian, persepsi etika dalam konteks penelitian ini adalah tanggapan atau
penerimaan seseorang terhadap suatu peristiwa moral tertentu melalui proses
penentuan yang kompleks dengan menyeimbangkan pertimbangan sisi dalam dan sisi
luar yang disifati oleh kombinasi unik dari pengalaman dan pembelajaran masingmasing individu, sehingga dia dapat memutuskan tentang apa yang harus dilakukan
dalam situasi tertentu.
2.1.2
Pendidikan Akuntansi
Gelar Akuntansi di Indonesia diatur oleh Undang-undang Nomor 34 Tahun
1954, melalui undang-undang inilah pendidikan untuk menjadi akuntan dilakukan
8
melalui beberapa Fakultas Ekonomi Negeri yang mempunyai jurusan Akuntansi.
Bagi Fakultas Ekonomi perguruan tinggi swasta (atau perguruan tinggi negeri tertentu
lainnya) gelar akuntan baru dapat diperoleh apabila mereka telah lulus Ujian Negara
Akuntansi (UNA). Ujian ini diselenggarakan oleh konsorsium Ilmu Ekonomi (suatu
konsorsium pendidikan tinggi ilmu ekonomi yang terbentuk dengan surat keputusan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Tahun 1978). Peraturan ini
berlaku sampai dengan tahun 2001.
Melalui Keputusan Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Nomor
179/U/2001 tentang penyelenggaraan Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) dan surat
keputusan Mendiknas Nomor 180/P/2001 tentang pengangkatan panitia ahli
persamaaan ijasah akuntansi, serta dengan ditandatanganinya nota kesepakatan pada
tanggal 28 Maret 2002, antara IAI dengan Dirjen Dikti Depdiknas tentang
pelaksanaan pendidikan profesi akuntansi, akhirnya pendidikan profesi akuntansi di
Indonesia dapat terealisasi. Dengan direalisasikannya pendidikan profesi akuntansi di
Indonesia, maka secara resmi dilaksanakan Pendidikan Program Akuntansi berbasis
profesi. Selama ini pendidikan akuntansi di S1 hanya menitikberatkan pada aspek
akademis sehingga aspek pendidikan profesi yang juga sangat penting terkesan tidak
mendapat perhatian.
9
2.1.3
Peran Pendidikan Akuntansi
Peran pendidikan akuntansi (Prakarsa, 2004) dalam makalah Seminar
Nasional Akuntansi dalam rangka Atmajaya Accounting Fair adalah sebagai berikut:
1) Sebagai salah satu sub sistem pendidikan nasional, pendidikan akuntansi pada
khususnya dan pendidikan sistem informasi pada umumnya akan semakin
dominan di masa depan berhubungan dengan fungsinya untuk menciptakan
tenaga kerja yang berpendidikan yang dapat bekerja sama secara sinergis
dengan Blue Collar Worker serta tenaga kerja yang berpendidikan lainnya
dalam proses penciptaan nilai tambah.
2) Pendidikan akuntansi harus tanggap terhadap peran akuntansi yang cenderung
semakin multi dimensional dan vital di masa mendatang. Vital untuk
memahami apa yang sedang terjadi di dalam perekonomian pada umumnya
dan sektor bisnis pada khususnya, vital untuk menyelaraskan konflik-konflik
kepentingan di antara para pemegang saham, vital bagi keputusan-keputusan
produksi, konsumsi, penabung, dan investasi, vital dalam pengelolaan baik
bisnis pada umumnya maupun aspek bisnis dalam organisasi nirlaba, dan vital
bagi good corporate dan public governance. Vitalitas sistem informasi
akuntansi tersebut akan tampak mubasir tanpa ditindak lanjuti dengan
revitalisasi sistem pendidikan akuntansi.
10
3) Pendidikan akuntansi juga harus mampu memberi bekal kepada para akuntan
agar dapat melaksanakan oversight (pengawasan) dan foresight roles
(pengamatan) yang akan menjadi semakin rumit di masa mendatang.
2.1.4
Independensi Akuntan Publik
Independensi adalah bebas dari pengaruh, tindakan dikendalikan oleh pihak
lain, dan tidak tergantung pada pihak lain (Halim, 2001:21). Independensi berarti
adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan yang objektif tidak
memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya
(Mulyadi, 2002:25).
Dari definisi independensi dapat diambil suatu kesimpulan bahwa
independensi lebih banyak ditentukan oleh faktor dari luas auditor. Auditor yang
independen adalah auditor yang tidak terpengaruh dan tidak dipengaruhi oleh
berbagai kekuatan yang berasal dari luar diri auditor dalam mempertimbangkan fakta
yang dijumpainya dalam audit. Pada umumnya independensi auditor mempunyai dua
aspek, yaitu:
1) Independensi dalam kenyataan (independence in fact) adalah independensi
auditor yang berupa kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan
berbagai fakta yang ditemuinya dalam audit.
11
2) Independensi dalam penampilan (independence in appearance) yaitu
independensi ditinjau dari sudut pandang pihak lain yang mengetahui
informasi yang bersangkutan dengan diri auditor.
2.1.5
Faktor–faktor yang Mempengaruhi Independensi Penampilan Akuntan
Publik
Untuk menjaga citra penampilan yang independen setiap akuntan publik harus
menjaga dan mempertahankan independensi dengan cara menghindari faktor-faktor
yang dapat mengakibatkan rusaknya independensi akuntan publik. Seperti yang
dikutip dalam Ujian Stratifikasi Akuntan Publik (USAP) Review 1999 (Arminiasih,
2005:2), faktor-faktor yang mempengaruhi independensi akuntan publik adalah:
1) Ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien. Akuntan
publik dapat kehilangan independensinya apabila mereka mempunyai
kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien yang diauditnya.
Ada beberapa jenis hubungan keuangan dan hubungan usaha, di antaranya
adalah selama periode perjanjian kerja atau saat menyatakan opininya,
akuntan publik memiliki kepentingan keuangan langsung, misalnya pinjaman
dari para klien, karyawan atau pemegang saham utama perusahaan klien.
2) Pengangkatan dalam perusahaan. Jika seseorang akuntan dalam suatu periode
penugasan menjadi direksi, karyawan perusahaan klien usaha, maka ia
dianggap memiliki kepentingan yang dapat bertentangan dengan tujuan dalam
12
penugasan. Maka ia dianggap memiliki kepentingan yang bertentangan
dengan objektivitas dalam penugasan. Independensinya sebagai auditor dapat
terpengaruh karena akan menjadi dilema antara loyalitasnya yang merupakan
konsekuensi dari kedudukannya dan juga jabatannya yang diberikan
kepadanya
sehingga
dalam
melakukan
audit
ia
cenderung
akan
menyembunyikan temuan-temuan dan hal-hal yang mungkin akan merugikan
klien.
3) Pelaksanaan jasa lain kepada klien audit. Jika seorang akuntan publik, di
samping melakukan audit juga melakukan jasa lain untuk klien yang sama
maka ia harus menghindari jasa menurut ia melakukan fungsi manajemen atau
memilih keputusan manajemen yang tanggung jawabnya terletak pada dewan
direksi dan manajemen, misalnya jika perusahaan klien go public maka kantor
akuntan publik tidak dapat menjadi konsultan keuangan sekaligus auditor bagi
klian tersebut walaupun partnernya berbeda.
4) Adanya hubungan pribadi dan kekeluargaan. Hubungan kekeluargaan pasti
akan mengancam independensi auditor seperti kantor akuntan publik yang
bersangkutan atau staf yang terlibat dalam penugasan merupakan suami istri,
saudara sampai garis keturunan kedua. Hubungan pribadi yang bisa
mempengaruhi independensi adalah seperti usaha kerja sama antara akuntan
publik dengan kliennya di perusahaan yang tidak diaudit.
5) Fee atau imbalan dari klien atas jasa audit. Imbalan atas balas jasa audit dari
klien yang diterima oleh suatu kantor akuntan publik merupakan bagian
13
seluruh pendapatan kantor akuntan. Apabila terdapat imbalan dari klien
tertentu yang menjadi bagian terbesar dari total pendapatan kantor akuntan
maka dapat diperkirakan klien tersebut dapat memaksakan kehendaknya dan
dapat mempengaruhi kerja akuntan publik karena ia merasa sebagai pihak
yang membiayai kantor akuntan yang bersangkutan. Hal ini dapat terjadi
apabila klien menginginkan opini auditor adalah wajar tanpa pengecualian.
Selain itu diharapkan agar tidak hilang sebaiknya kantor akuntan publik
berusaha menyenangkan klien tersebut agar besar pendapatan dari klien
tersebut tidak berkurang sehingga dapat merusak independensi
dalam
melakukan audit. Sehingga perlu dipertanyakan jika imbalan yang diterima
dari suatu klien merupakan bagian yang signifikan dari total pendapatan
kantor akuntan publik.
6) Lamanya hubungan atau penugasan audit antara akuntan publik dengan klien.
Lamanya penugasan audit dibagi menjadi dua, yaitu: (1) lima tahun atau
kurang, dan (2) lebih dari lima tahun pada klien tertentu dianggap terlalu lama
sehingga mempunyai pengaruh negatif terhadap independensi. Penugasan
audit yang terlalu lama kemungkinan dapat mempengaruhi akuntan publik
kehilangan independensi karena akuntan publik tersebut cepat merasa puas,
kurang ketat di dalam melaksanakan prosedur audit.
7) Ukuran kantor akuntan publik. Penggolongan kantor akuntan ada dua, yaitu:
(1) kantor akuntan besar, (2) kantor akuntan kecil. Kantor akuntan besar
adalah kantor akuntan yang telah melaksanakan audit perusahan go public,
14
sedangkan kantor akuntan kecil adalah kantor akuntan yang belum
melaksanakan audit pada perusahaan go public.
8) Persaingan antara kantor akuntan publik. Persaingan antara kantor akuntan
publik juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi independensi,
karena apabila akuntan sebagai penyedia jasa tidak dapat memenuhi
permintaan kliennya maka tentunya klien tersebut akan berpindah ke kantor
akuntan lainnya. Hal ini juga yang menjadikan akuntan dihadapkan pada dua
pilihan, yaitu kehilangan kliennya karena klien mencari kantor akuntan lain
atau mengeluarkan opini sesuai keinginan klien.
Independensi merupakan hal yang unik di dalam profesi akuntan publik.
Auditor dituntut untuk memenuhi keinginan kliennya, karena klienlah yang
membayar fee jasa yang disediakan oleh auditor tersebut. Di lain pihak, auditor harus
independen dari klien. Petunjuk pelaksanaan mengenai independensi ini telah
dikeluarkan oleh IAI dalam Pernyataan Etika Profesi No. 1 Integritas, Obejektivitas,
dan Independensi. Contoh-contoh penerapan yang mempengaruhi akuntan publik
adalah sebagai berikut (Mulyadi, 2002:50):
1) Hubungan keuangan dengan klien
(1) Hubungan keuangan dengan klien dapat mempengaruhi objektivitas dan
dapat mengakibatkan pihak ketiga berkesimpulan bahwa objektivitas
auditor tidak dapat dipertahankan. Contohnya:
15
a) Kepentingan keuangan langsung atau tidak langsung dengan klien.
b) Pinjaman dari atau kepada klien, karyawan, direktur atau pemegang
saham utama dalam perusahaan klien.
(2) Dengan
adanya
kepentingan
keuangan,
seorang
auditor
jelas
berkepentingan dengan laporan audit yang akan diterbitkan. Hubungan
keuangan tidak langsung mencakup kepentingan keuangan oleh suami,
istri, keluarga sedarah semenda, sampai garis kedua yang bersangkutan.
(3) Jika saham yang dimiliki merupakan bagian yang material dari:
a) Modal saham perusahaan klien, atau
b) Aktiva yang dimiliki
pimpinan atau rekan pimpinan atau kantor
akuntan publik suami atau isteri, keluarga sedarah-semendanya
samapai dengan garis kedua. Kondisi ini bertentangan dengan
integritas,
obejektivitas
dan
independensi
auditor
tersebut.
Konsekuensinya auditor harus menolak atau tidak melanjutkan
penugasan audit yang bersangkutan, kecuali jika hubungan keuangan
tersebut diputuskan.
2) Kedudukan dalam perusahaan
Jika seseorang auditor dalam atau segera setelah periode penugasan, menjadi:
(1) Anggota dewan komisaris, direksi atau karyawan dalam menajemen
perusahaan klien, atau
16
(2) Rekan usaha atau karyawan salah satu anggota dewan komisaris, direksi
atau karyawan perusahaan klien, maka dianggap memiliki kepentingan
yang bertentangan dengan objektivitas dalam penugasan. Dalam keadaan
demikian ia harus mengundurkan diri atau menolak semua penugasan
audit atas laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan.
3) Keterlibatan dalam usaha yang tidak sesuai dan tidak konsisten
(1) Seseorang auditor tidak boleh terlibat dalam usaha atau pekerjaan lain
yang dapat menimbulkan pertentangan kepentingan atau mempengaruhi
indepedensi dalam pelaksanaan jasa profesional.
(2) Seseorang auditor tidak dapat melakukan kerjasama bisnis dengan
perusahaan klien atau dengan salah satu eksekuitf atau pemegang saham
utama.
4) Pelaksanaan jasa lain untuk klien audit
Jika seseorang auditor di samping melakukan audit juga melaksanakan jasa
lain untuk klien yang sama maka ia harus menghindari jasa yang menuntut
dirinya melaksanakan fungsi manajemen atau melakukan keputusan
manajemen.
5) Hubungan keluarga dan pribadi
(1) Hubungan keluarga yang pasti akan mengancam independensi adalah
seperti akuntan publik yang bersangkutan, atau staf yang terlibat dalam
penugasan itu merupakan suami atau istri, keluarga sedarah semenda
klien sampai dengan garis kedua. Termasuk dalam pengertian disini
17
pemilik perusahaan, perusahaan, pemegang saham utama, direksi dan
eksekutif lainnya.
(2) Hubungan pribadi yang bisa mempengaruhi independensi adalah seperti
usaha kerjasama antara akuntan publik dengan kliennya di perusahaan
yang diaudit.
6) Imbalan (fee) atas jasa profesional
(1) Fee jasa profesional tidak boleh tergantung pada hasil atau temuan
pelaksanaan jasa tersebut.
(2) Akuntan publik tidak boleh mendapat klien yang telah diaudit oleh kantor
akuntan publik lain dengan cara menawarkan atau menjanjikan fee yang
jauh lebih rendah dari pada fee yang diterima oleh kantor akuntan publik
sebelumnya.
(3) Jika klien belum membayar fee jasa seorang akuntan publik sejak
beberapa tahun yang lalu (lebih dari satu tahun) maka dapat dianggap
bahwa akuntan publik tersebut memberikan pinjaman kepada kliennya.
Hal tersebut melanggar independensi.
(4) Jika akuntan publik bertindak sebagai financial consultant dalam suatu
perusahaan yang akan go public maka akuntan publik tersebut tidak boleh
menentukan fee jasa profesionalnya berdasarkan persentase tertentu dari
hasil emisi saham.
18
7) Akuntan publik tidak boleh menerima komisi dari penjualan produk
langganan atau jasa/barang yang dijual oleh kliennya pada saat dia melakukan
pekerjaan audit.
8) Penerimaan barang atau jasa dari klien
Akuntan publik, suami atau istrinya dan keluarga sedarah-semendanya sampai
dengan garis kedua tidak boleh menerima barang atau jasa dari klien yang
dapat mengancam independensinya, yang diterima dengan syarat yang tidak
wajar atau tidak lazim dalam kehidupan sosial.
9) Pemberian barang atau jasa kepada klien
Akuntan publik, suami atau istrinya dan keluarga sedarah-semendanya sampai
dengan garis kedua tidak boleh memberikan barang atau jasa kepada klien,
dengan syarat yang tidak wajar atau tidak lazim dalam kehidupan sosial.
Menurut Supriyono (1998:33) ada 6 faktor yang dapat mempengaruhi
independensi akuntan publik, yaitu:
1) Ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien
Adanya ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha antara akuntan
publik atau kantornya dengan klien yang diperiksa dapat mengakibatkan
rusaknya independensi akuntan publik. Menurut American Institute of
Certified Public Accountants (AICPA), independensi dipandang tidak ada
atau rusak apabila:
19
(1) Periode perjanjian kerja atau pada saat menyatakan pendapatnya, dia atau
kantornya:
a) Memiliki atau telah sanggup memiliki kepentingan keuangan langsung
atau
tidak
langsung
secara
material
dalam
perusahaan
yag
diperiksanya.
b) Memiliki investasi bersama di dalam bisnis dengan perusahaan yang
diperiksanya atau dengan karyawan, direktur, atau pemegang saham
utama perusahaan yang diperiksanya, yang jumlahnya material dalam
hubungannya dengan kekayaan bersihnya atau kekayaan bersih
kantornya.
c) Memiliki hutang atau piutang pada perusahaan yang diperiksanya atau
karyawan atau pemegang saham utamanya.
(2) Di dalam periode laporan keuangan, selama periode kontrak kerja
pemeriksa atau pada saat menyatakan pendapat, ia atau kantor akuntan:
a) Bertindak sebagai promotor, penjamin emisi surat berharga, direktur
atau karyawan penting atau dalam kedudukan setara dengan anggota
manajemen atau karyawan perusahaan yang diperiksa.
b) Sebagai wali dana pensiun atau profit-sharing trust perusahaan yang
diperiksanya.
20
2) Persaingan antar Kantor Akuntan Publik
Semakin banyak anggota profesi akuntan publik mengakibatkan persaingan
antara kantor akuntan dengan kantor akuntan lainnya semakin tajam.
Persaingan
tersebut
mengakibatkan
pula
pergeseran-pergeseran
pada
organisasi kantor publik, antara lain:
(1) Timbulnya banyak kantor akuntan publik kecil.
(2) Timbulnya penggabungan kantor akuntan publik yang satu dengan yang
lain.
(3) Timbulnya kantor akuntan publik berskala nasional dan internasional.
(4) Timbulnya kantor akuntan publik nasional sebagai representatif kantor
akuntan publik internasional.
Persaingan yang tajam antar kantor akuntan publik kemungkinan mempunyai
pengaruh besar terhadap independensi akuntan publik. Persaingan yang tajam
dapat mengakibatkan solidaritas profesional yang rendah, sehingga untuk
mempertahankan klien agar tidak berpindah meminta jasa ke kantor akuntan
lain, kantor akuntan cenderung tunduk pada tekanan manajemen klien.
3) Pemberian jasa lain selain jasa audit
Semakin meningkat peranan akuntansi dalam dunia bisnis mendorong
manajemen perusahaan untuk meminta jasa lain selain jasa audit kepada
kantor akuntan publik. Sering kali manajemen klien yang diaudit meminta
pada kantor akuntan publik yang melaksanakan pemeriksaan akuntan untuk
memberikan jasa lain selain jasa audit. Permintaan tersebut didorong karena
21
manajemen memandang bahwa dari pemeriksaan tersebut akuntan publik
dapat lebih mengetahui masalah-masalah dan kesulitan-kesulitan yang terjadi
pada perusahaan yang diauditnya, sehingga diharapkan masalah yang dihadapi
tersebut dapat dipecahkan dengan segera. Dapat pula terjadi sebaliknya, suatu
KAP semula hanya memberikan jasa selain jasa audit kepada klien tertentu
namun karena hubungan yang sudah terjalin tersebut selanjutnya KAP yang
bersangkutan juga diminta untuk memberikan jasa audit. Pemberian jasa
selain jasa audit kepada klien menimbulkan pertanyaan yang mendasar
mengenai
apakah
akuntan
publik
tersebut
dapat
mempertahankan
independensinya.
4) Lamanya hubungan penugasan audit
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 39/KMK.06/2003
memutuskan bahwa Akuntan Publik yang telah memberikan jasa audit umum
untuk 3 tahun (tiga tahun buku berturut-turut atau lebih atas laporan keuangan
suatu entitas pada saat berlakunya Keputusan Mentri Keuangan tersebut)
dapat melaksanakan audit umum atas laporan keuangan entitas tersebut
sampai dengan tahun 2003. Ini berarti bahwa Akuntan Publik dapat
memberikan jasa audit atas laporan keuangan suatu entitas maksimal selama 3
(tiga) tahun berturut-turut.
22
5) Ukuran kantor akuntan publik
AICPA menggolongkan kantor akuntan ke dalam dua golongan, yaitu kantor
akuntan besar dan kantor akuntan kecil. Menurut AICPA, kantor akuntan
besar adalah kantor akuntan yang telah melaksanakan audit perusahaan go
public, sedangkan kantor akuntan kecil adalah kantor akuntan yang belum
melaksanakan audit pada perusahaan go public.
6) Fee audit
Secara
teori,
audit
fee
yang besar kemungkinan
dapat
dikatakan
mengakibatkan berkurangnya independensi akuntan publik karena:
(1) Kantor akuntan yang memeriksa merasa tergantung pada klien tersebut
sehingga segan untuk menentang kehendak klien.
(2) Kantor akuntan takut kehilangan klien yang dapat mendatangkan
pendapatan relatif besar jika tidak menuruti kehendak klien.
(3) Kantor akuntan cenderung memberikan counter part fee yang besar
kepada satu atau beberapa pejabat kunci klien yang diaudit sehingga
cenderung menimbulkan hubungan yang tidak independen.
Sebaliknya audit fee yang besar kemungkinan dapat pula mendorong akuntan
publik lebih independen karena prosedur audit dapat dilakukan dengan lebih
luas dan seksama. Audit fee yang kecil kemungkinan dapat mengakibatkan
akuntan publik lebih independen karena: (1) kantor akuntan tidak merasa
tergantung pada klien tersebut sehingga lebih berani menentang kehendak
klien, (2) hilangnya klien tidak mengakibatkan turunnya pendapatan kotor
23
akuntan dalam jumlah yang relatif besar. Sebaliknya audit fee yang kecil
kemungkinan dapat mendorong akuntan publik kurang independen karena
waktu dan biaya untuk melaksanakan prosedur audit terbatas.
2.1.6
Penerapan Independensi dalam Setiap Jasa yang Diberikan oleh KAP
Independensi merupakan salah satu standar umum yang harus dilaksanakan
oleh seseorang akuntan independen. Dalam setiap hal dalam perikatan atau
pemberian jasa, auditor harus tetap menjaga independensinya, namun kadar
penerapan dalam masing-masing perikatan berbeda-beda. Paling tidak independensi
sikap mental harus tetap dipertahankan dalam setiap perikatan jasa yang dilakukan.
Contoh penerapan independensi pada masing-masing pemberian jasa yang dilakukan
oleh kantor akuntan publik adalah sebagai berikut:
1) Audit. Contoh utama jasa ini adalah audit atas laporan keuangan historis.
Dalam audit laporan keuangan klien menugaskan auditor untuk menghimpun
dan mengevaluasi bukti yang berkaitan dengan laporan keuangan untuk
memberikan pendapat tentang kewajaran laporan keuangan. Oleh karena itu
dalam pelaksanaan perikatan ini akuntan publik harus benar-benar independen
baik dari segi sikap mental serta penampilan guna menumbuhkan keyakinan
dalam masyarakat pengguna laporan keuangan akan keakuratan informasi
yang terkandung dalam laporan keuangan auditan tersebut.
24
2) Pemeriksaan (examination). Auditor dalam melaksanakan penugasan jasa ini
akan memberikan pendapat atas asersi-asersi suatu pihak sesuai kriteria yang
ditentukan. Dalam pelaksanaan penugasan ini auditor harus objektif dalam
memaparkan hasil temuannya. Oleh karena itu selain harus bersikap jujur
auditor juga harus memposisikan diri sedemikian rupa agar terhindar dari
tekanan-tekanan dan pengaruh berbagai pihak guna menghasilkan pendapat
yang benar-benar objekftif serta independen, maka dalam hal ini independensi
sikap mental dan independensi penampilan harus benar-benar dijaga
sedemikian rupa oleh akuntan publik.
3) Penelaahan (review). Jasa review atau pengkajian ulang terutama dilakukan
dengan wawancara dengan manajemen dan analisis komparatif informasi
keuangan suatu perusahaan. Lingkup kerjanya lebih sempit daripada audit
maupun examination. Jasa review biasanya dilakukan pada laporan intern
perusahaan publik atau laporan tahunan perusahaan non publik. Oleh karena
review merupakan salah satu jasa atestasi atau penjamin yang dilakukan oleh
akuntan publik maka independensi sikap mental dan independensi penampilan
sangat dibutuhkan dalam pemberian jasa ini.
4) Prosedur yang disepakati bersama. Dalam prosedur ini auditor tidak boleh
lepas dari sikap independesi yang harus dipegang, baik itu dalam sikap mental
maupun dalam penampilan karena merupakan jasa penjamin maka kedua
aspek independensi tersebut harus terpenuhi guna memberikan keyakinan
bahwa kesimpulan yang dibuat dapat dipercaya dan dipertanggung jawabkan.
25
5) Jasa Akuntansi. Jasa akuntansi dapat diberikan melalui aktivitas pencatatan,
penjurnalan, posting, jurnal penyesuaian dan penyusunan laporan keuangan
klien serta perencanaan sistem akuntansi klien. Dalam memberikan jasa
akuntansi, praktisi yang melakukan jasa tersebut bertindak sebagai akuntan
perusahaan. Oleh karena bertindak sebagai akuntan perusahaan maka
independensi dari segi penampilan tidak dapat dipenuhi, walaupun demikian
akuntan tersebut harus tetap mempertahankan independensinya terutama
independensi sikap mental, yaitu kejujuran dalam melaksanakan tugas yang
diberikan. Jadi dalam pemberian jasa akuntansi praktisi yang melakukan jasa
tersebut tetap harus mempertahankan sikap independensinya minimal dari segi
sikap mental atau kejujuran dalam melaksanakan tugas tersebut.
6) Jasa Perpajakan. Jasa perpajakan meliputi pengisian surat laporan pajak, dan
perencanaan pajak. Selain itu dapat juga bertindak sebagai penasehat dalam
masalah perpajakan dan melakukan pembelaan bila perusahaan yang
menerima jasa sedang mengalami permasalahan dengan kantor Kantor Pajak.
Sama halnya dengan jasa akuntansi, dalam pemberian jasa akuntan membela
kepentingan kliennya, oleh karena itu independensi dari segi penampilan tidak
dapat terpenuhi, namun akuntan tersebut tetap harus mempertahankan sikap
independensinya yang dapat diperlihatkan dari segi sikap mentalnya.
26
7) Jasa Konsultan Manajemen. Sama halnya dengan jasa akuntansi dan jasa
perpajakan, jasa konsultan manajemen juga lebih banyak membela
kepentingan klien. Walaupun independensi penampilan tidak dapat dipenuhi,
akuntan tersebut masih dapat menjaga sikap independensi dari segi sikap
mentalnya. Kejujuran sangat diperlukan dalam pemberian jasa ini. Akuntan
harus jujur dalam memberikan saran dan bantuan teknis yang sesuai dengan
keperluan serta permasalahan yang sedang dihadapi oleh klien. Oleh karena
itu, independensi harus tetap dijaga sekalipun hanya dari segi sikap mental
saja.
2.1.7
Pendidikan Profesi Akuntansi di Indonesia dan Mahasiswa Akuntansi
Visi dari pendidikan akuntansi adalah mendidik tenaga akuntan yang cerdas
dan ‘utuh’ sebagai insan profesional serta meneliti, mengembangkan dan
memasyarakatkan disiplin akuntansi yang sangat vital untuk merealisasikan
terbentuknya good corporate and public governance dalam global civil society.
Sedangkan misinya adalah menghasilkan lulusan yang diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan kontemporer dunia usaha dan dunia pendidikan atau tenaga staf, manajer,
serta pendidik profesional (Prakarsa, 2004).
Mahasiswa yang berminat menjadi akuntan harus terlebih dahulu menempuh
pendidikan tinggi di bidang akuntansi. Kurikulum pendidikan tinggi akuntansi
dianggap akan mampu memberikan bekal etika kepada mahasiswa untuk terjun ke
27
dunia kerja sehingga pendidikan lanjutan, ujian-ujian profesi yang terkait, serta
pengenalan sejak dini profesi akuntansi merupakan strategi untuk menerapkan
kompetisi secara horisontal dan vertikal serta diharapkan upayanya menghasilkan
calon-calon profesional di bidang akuntansi dengan kualitas dan kwantitas memadai
dapat terwujud.
2.2
Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya
A.A. Istri Mirah Eryani (2007) meneliti tentang persepsi mahasiswa S1
Akuntasi dan Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) terhadap independensi
penampilan auditor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
persepsi yang cukup signifikan antara mahasiswa PPAk dan mahasiswa S1 akuntansi
terhadap independensi penampilan auditor. Responden dalam penelitian ini adalah
mahasiswa S1 Akuntasi dan Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) pada Fakultas
Ekonomi Universitas Udayana. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian
ini uji Mann-Whitney. Persamaan penelitian ini dengan penelitian A.A. Istri Mirah
Eryani (2007) adalah sama-sama menggunakan teknik analisis data Mann-Whitney
dan responden yang digunakan yaitu mahasiswa akuntansi di Fakultas Ekonomi
Universitas Udayana. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian A.A. Istri Mirah
Eryani (2007) terletak pada obyek penelitian. Penelitian ini meneliti persepsi
mahasiswa S1, PPAk, dan S2 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Udayana
terhadap independensi penampilan akuntan publik sedangkan penelitian sebelumnya
28
meneliti persepsi mahasiswa S1 Akuntasi dan Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk)
terhadap independensi penampilan auditor.
Metta Permatasari Muliana (2009) meneliti tentang persepsi auditor, akuntan
pendidik, dan mahasiswa akuntansi terhadap independensi penampilan akuntan
publik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan persepsi antara
auditor dengan akuntan pendidik, terdapat perbedaan persepsi antara auditor dengan
mahasiswa akuntansi, tidak terdapat perbedaan persepsi antara akuntan pendidik
dengan mahasiswa akuntansi. Responden dalam penelitian ini adalah auditor,
akuntan pendidik, mahasiswa S1 akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas
Udayana. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini uji MannWhitney. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Metta Permatasari Muliana
(2009) adalah sama-sama menggunakan teknik analisis data Mann-Whitney.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Metta Permatasari Muliana (2009)
terletak pada responden. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan mahasiswa S1
akuntansi, mahasiswa PPAk dan Mahasiswa S2 akuntansi sebagai responden,
sedangkan dalam penelitian sebelumya menggunakan auditor, akuntan pendidik dan
mahasiswa S1 akuntansi sebagai responden.
29
2.3
Rumusan Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas pokok permasalahan penelitian
yang akan diuji kebenarannya. Berdasarkan pokok permasalahan, tujuan penelitian,
kajian teori-teori yang relevan, dan hasil-hasil penelitian sebelumnya, maka hipotesis
yang diambil peneliti adalah sebagai berikut:
H1 : terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa S1 akuntansi dengan
mahasiswa PPAk di Fakultas Ekonomi Universitas Udayana terhadap
independensi penampilan akuntan publik.
H2 : terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa S1 akuntansi dengan
mahasiswa S2 akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Udayana
terhadap independensi penampilan akuntan publik.
H3 : terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa PPAk dengan mahasiswa S2
akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Udayana terhadap independensi
penampilan akuntan publik.
30
Download