prosiding seminar nasional kebidanan dan call for paper.26.26

advertisement
PERBEDAAN MINAT KUNJUNGAN ULANG ANTENATAL CARE PADA
PASIEN BPJS DAN NON BPJS DI POLIKANDUNGAN RSUD UNGARAN
Nur Faizah Ulfah1), Cahyaningrum2), Adil Zulkarnaen3)
Program Studi D IV BidanPendidik, STIKes Ngudi waluyo
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Ngudi Waluyo
Email : [email protected]
Abstrack
Minat Konsumen memakai jasa dari pemberi jasa yang sama sangat dipengaruhi oleh
pengalaman kepuasan terhadap pelayanan yang diberikan sebelumnya. Jika jasa yang
dialami memenuhi dan melebihi harapan, maka kualitas pelayanan akan dikatan baik
dan memuaskan sehingga mereka berminat menggunakan jasa itu kembali. Sedangkan
faktor yang memengaruhi kunjungan seseorang yaitu mutu produk, kualitas
pelayanan, biaya, harga, SDM,tempat dan proses.Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui perbedaan minat kunjungan ulang antenatal care pada pasien BPJS dan
Non BPJS di polikandungan RSUD Ungaran. Rancangan penelitian ini adalah analitik
komparasi. Pengambilan sampelnya menggunakan total sampling. Populasinya adalah
seluruh ibu hamil yang melakukan antenatal care dipolikandungan RSUD Ungaran.
Sampel adalah ibu hamil trimester III yang melakukan kunjungan antenatal care pada
tahun 2015. Analisis data menggunakan analisis univariat dengan distribusi frekuensi
dan analisis bivariate dengan Man Whitney U Test. Hasil penelitian menunjukkan ada
perbedaan antara minat kunjungan ulang antenatal care pada pasien BPJS dan Non
BPJS (mandiri) dengan hasil nilai signifikan (Pvalue) sebesar 0,000 dimana nilai
kurang dari α <0,05.
Keywords: minat kunjungan ulang,antenatal care, BPJS, mandiri
182 |
PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan kebutuhan
dasar manusia. Kebutuhan ini mendorong
manusia
untuk
senantiasa
menjaga
kesehatan. Kebutuhan ini juga menjadikan
manusia merasa perlu mendapatkan
pelayanan kesehatan yang layak. Organisasi
penyedia
layanankesehatansepertirumahsakit,
puskesmas, balai pengobatan dan dokter
merupakan wujud penyediaan sumber daya
dibidang kesehatan.. (Kemenkes RI dalam
Muninjaya 2011).
Berdasarkan Deklarasi tersebut,
pasca Perang Dunia II beberapa negara
mengambil inisiatif untuk mengembangkan
jaminan sosial, antara lain jaminan
kesehatan bagi semua penduduk (Universal
Health Coverage). Dalam sidang ke 58
tahun 2005 di Jenewa, World Health
Assembly (WHA) menggaris bawahi
perlunya
pengembangan
sistem
pembiayaan kesehatan yang menjamin
tersedianya akses masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan dan memberikan
perlindungan kepada mereka terhadap
risiko keuangan.WHA ke 58 mengeluarkan
resolusi yang menyatakan, pembiayaan
kesehatan yang berkelanjutan melalui
Universal
Health
Coverage
diselenggarakan
melalui
mekanisme
asuransi kesehatan sosial. ( Kemenkes,
2011).
Di Indonesia, falsafah dan dasar
negara Pancasila terutama sila ke-5 juga
mengakui hak asasi warga atas kesehatan.
Hak ini juga termaktub dalam UUD 45
pasal 28H ayat 3 dan pasal 34 ayat 2, dan
diatur dalam UU No. 23 tahun 1992 yang
kemudian digant dengan UU 36 tahun 2009
tentangKesehatan. Dalam UU 36 tahun
2009
ditegaskanbahwasetiap
orang
mempunyai hak yang sama dalam
memperoleh akses atas sumber daya di
bidang
kesehatan
dan
memperoleh
pelayanan kesehatan yang aman, bermutu,
dan terjangkau. Sebaliknya, setia porang
juga mempunyai kewajiban turut serta
dalam program jaminan kesehatan sosial.
Untuk mewujudkan komitmen global dan
konstitusi
di
atas,
pemerintah
bertanggungjawab
atas
pelaksanaan
jaminan kesehatan masyarakat melalui
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) bagi
kesehatan perorangan. (Tunggal, 2014).
Usaha ke arah itu sesungguhnya
telah
dirintis
pemerintah
dengan
menyelenggarakan beberapa bentuk jamina
sosial di bidang kesehatan, diantaranya
adalah melalui PT Askes (Persero) dan PT
Jamsostek (Persero) yang melayaniantara
lain pegawai negeri sipil, penerima pensiun,
veteran, dan pegawai swasta. Untuk
masyarakat miskin dan tidak mampu,
pemerintah memberikan jaminan melalui
skema Jaminan Kesehatan Masyarakat
(Jamkesmas) dan Jaminan Kesehatan
Daerah (Jamkesda). Namun demikian,
skema-skema
tersebut
masih
terfragmentasi, terbagi- bagi. Biaya
kesehatan dan mutu pelayanan menjadi
sulit terkendali. (Suparti, 2015).
Undang-Undang No. 24 tahun 2011
juga menetapkan,
Jaminan Sosial
Nasional akan diselenggarakan oleh BPJS,
yang terdiriatas BPJS Kesehatandan BPJS
Ketenaga kerjaan. Khusus untuk Jaminan
Kesehatan
Nasional
(JKN)
akan
diselengarakan oleh BPJS kesehatan yang
akan di impelementasikan pada 1 januari
2014. Secara opersional, pelaksanaan JKN
dituangkan dalam peraturan pemerintah dan
| 183
peraturan presiden, antara lain: peraturan
pemerintah No. 101 tahun 2012 tentang
penerima bantuan iuran (PBI), peraturan
Presiden No.12 tahun 2013 tentang jaminan
kesehatan dan petajalan (Roadmap jaminan
kesehatan Nasional). (Yustisia, 2014).
Dalam
kebijakan
pemerintah
kunjungan antenatal care sebaiknya
dilakukan paling sedikit 4 kali selama
kehamilan, bila ibu hamil yang kehamilan
memiliki resiko tinggi maka harus
diperhatikan jadwal kunjungan harus lebih
ketat. Namun bila normal maka cukup 4
kali yaitu K1 yaitu sekali kunjungan
antenatal hingga usia kehamilan sampai 12
minggu, K2 yaitu sekali kunjungan selama
kehamilan 13-27 minggu, K3 dan K4 yaitu
sebanyak dua kali kunjungan selama usia
kehamilan diatas 28-40 minggu . (Sarwono,
2009).
Dari studi pendahuluan yang
dilakukan di RSUD Ungaran didapatkan
data minat kunjungan ulang pasien di
poliklinik kandungan pada bulan juni
sebanyak 283 ibu hamil trimester III yang
melakukan antenatal care, sedangkan yang
minat
melakukan
kunjungan
ulang
antenatal care yang baik (≥1x selama
trimester III) sebanyak
92
pasien,
sedangkan yang melakukan kunjungan
ulang antenatal care yang kurang baik (<
1x selama trimester III) sebanyak 191
pasien.
Pasien
selama
melakukan
pemeriksaan baik itu yang pertama kali
atau melakukan kunjungan ulan gada yang
menggunakan jaminan yang diberikan oleh
pemerintah yaitu BPJS dan ada juga yang
non BPJS (mandiri).
Tujuan Penelitian ini adalah terdiri
dari :Tujuan Umum yaitu Untuk
mengetahui perbedaan minat kunjungan
184 |
ulang antenatal care pada pasien BPJS dan
non BPJS di poli kandungan RSUD
Ungaran, Tujuan Khusus yaitu: Mengetahui
minat kunjungan ulang antenatal care pada
pasien BPJS di poli
kandungan,
Mengetahui minat kunjungan ulang
antenatal care pada pasien non BPJS di
poli kandungan, Mengetahui perbedaan
minat kunjungan ulang antenatal care
terhadap program BPJS dan non BPJS pada
poli kandungan.
METODE PENELITIAN
Jenis
penelitian
ini
adalah
penelitian yang bersifat analitik komparasi
yaitu mengadakan perbandingan kondisi
yang berada di dua tempat, apakah kondisi
tersebut sama, atau ada perbedaan, dan
kalau ada perbedaan kondisi mana yang
lebih baik, Rancangan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Cross Sectional.
Penelitian ini dilaksanakan di di RSUD
Ungaran ruangan poli kandungan.Penelitian
ini dilakukan pada bulan Mei 2016 di
RSUD Ungaran.Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh sasaran ibu hamil
trimester III yang 283 ibu hamil trimester
III yang berkunjung pada tahun 2015 di
poli kandungan RSUD Ungaran, sampel
dalam penelitian ini adalah semua pasien
ibu hamil pada trimester III yang
melakukan kunjungan pada tahun 2015
sebanyak 283 orang.
Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini menggunakan teknik total
sampling atau sampling jenuh
Data yang sudah dilakukan pengolahan
kemudian dianalisa secara bertahap sesuai
Analisis Univariat dan Bivariat. Analisis
univariat dalam penelitian ini menggunakan
distribusi frekuensi untuk mengetahui
proporsi dari masing-masing variabel
penelitian, yaitu variabel bebas yang terdiri
dari Pasien BPJS dan Non BPJS. Data
untuk hasil analisis univariat disajikan
dalam
bentuk
distribusi
frekuensi
(Notoatmodjo, 2010).
Analisis Bivariat dalam penelitian
ini dilakukan dengan bantuan komputer.
Teknik analisa yang digunakan untuk
membuktikan apakah hipotesa diterima
atau ditolak dengan menggunakan : man
whithney U test
HASIL DAN PEMBAHASAN
Univariat
minat kunjungan ulang antenatal care pada
pasien BPJS
Tabel 1
Distribusi Responden minat
kunjungan ulang antenatal care
pada pasien BPJS di poli
kandungan RSUD Ungaran
Jaminan
Kesehatan
pasien BPJS
Baik
Frekuensi
Kurang
Jumlah
Persentase (%)
31
33.7
158
82.7
189
100.0
minat kunjungan ulang antenatal care pada
pasien Non BPJS
Tabel 2 minat kunjungan ulang antenatal
care pada pasien Non BPJS di poli
kandungan RSUD Ungaran
No.
1.
Minat
kunjungan
ulang
antenatal
care pada
pasien Non
BPJS
Baik
Frekuensi
Persentase
(%)
61
66.3
2.
Kurang
33
17.3
Jumlah
84
100.0
Bivariat
perbedaan minat kunjungan ulang antenatal
care pada pasien BPJS dan Non
BPJS
Tabel 3 Perbedaan Minat Kunjungan Ulang
Antenatal Care pada Pasien BPJS
dan Non BPJS di Polikandungan
RSUD Ungaran
Minat
kunjungan
ulang BPJS
Minat
Kunjungan
ulang Non
BPJS
N
Mean
Rank
Z
p
value
189
94
164.79
96.18
8.188
0,000
Gambaran minat kunjungan ulang
antenatal care pada pasien
BPJS
Minat kunjungan ulang antenatal
care pada pasien BPJS yaitu paling banyak
kategori kurang minat melakukan antenatal
care yaitu sebanyak 158 responden
(82.7%), dan paling sedikit yaitu kategori
baik sebanyak 31 responden (33.7%).
Menurut Suhendro (2014) faktor yang
memengaruhi kunjungan seseorang yaitu
mutu produk, kualitas pelayanan, biaya,
harga, sumber daya manusia, tempat dan
proses.Tetapi di Poli Kandungan RSUD
Ungaran yang memengaruhi kurang minat
dalam melakukan kunjungan ulang antental
care adalah ke banyak pasien rujukan dari
bidan atau puskesmas.
Gambaran minat kunjungan ulang
antenatal care pada pasien
Non BPJS
Dari hasil penelitian diperoleh
bahwa minat kunjungan ulang antenatal
care pada pasien Non BPJS yaitu paling
| 185
banyakkategori baik 61 (66,3%) dan untuk
yang minat kunjungan ulang antenatal care
kategori kurang 33 (11,7%). Menurut
Suhendro (2014) faktor yang memengaruhi
kunjungan seseorang yaitu mutu produk,
kualitas
pelayanan,
biaya,
harga,
sumberdaya manusia, tempat dan proses.
Tetapi di poli kandungan RSUD Ungaran
yang memengaruhi baik minat dalam
melakukan kunjungan ulang antenatal care
pasien Non BPJS adalah sudah mengetahui
akan pentingnya melakukan antenatal care.
Perbedaan Minat Kunjungan Ulang
Antenatal Care pada Psien BPJS dan
Non BPJS
Minat kunjungan ulang pasien antenatal
care yang memakai BPJS yaitu sebanyak
189 pasien, dipoli kandungan RSUD
Ungaran terdapat pasien yang melakukan
minat kunjungan ulang antenatal care yang
memakai BPJS dalam kategori baik yaitu
sebnayak 31 pasien (melakukan kunjungan
ulang≥ 1x selama trimester III), sedangkan
yang kurang baik yaitu 158 pasien
(melakukan kunjungan ulang>1x selama
trimester III).
Minat kunjungan ulang antenatal
care pada pasien BPJS Dimana pasien
melakukan kunjungan yang bukan pertama
dan sudah pernah melakukan kunjungan
pada
tempat
yang
sama
untuk
memeriksakan
kehamilannya
yang
biayanya sudah dijamin oleh pemerintah.
Di polikandungan RSUD Ungaran tidak
membeda-bedakan pasien BPJS dan non
BPJS
baik
dibagian
administrasi,
pendaftaran, apotik, maupun pelayanan
yang diberikan oleh dokter atau bidan, dan
kebanyakan pasien dirumah sakit ini pasien
rujukan dari puskesmas atau bidan.
186 |
Minat kunjungan ulang antenatal
care pada pasien Non BPJS (mandiri) yaitu
dimana pasien melakukan kunjungan ulang
bukan yang pertama kali dan sudah pernah
melakukan pemeriksaan pada tempat yang
sama untuk memeriksaan kehamilannya
dengan biaya sendiri. Dimana setiap kali
memeriksakan
kehamilannya
harus
mengeluarkan
uang
sesuai
dengan
kebutuhannya. Karena mereka akan sadar
dan mengetahui akan manfaat melakukan
antenatal care walupun dengan biaya
sendiri sehingga mereka sadar akan
pentingnya melakukan antental care karena
akan baik bagi kandungannya maupun bayi,
dan mengetahui kondisi Rahim ibu, dan
jenis kelamin, sehingga apabila mengalami
faktor resiko, bahaya atau patologi maka
rencana tindakan bisa dimulai dari awal
trimester III sehingga ia melakukan minat
kunjungan ulang rutin.
KESIMPULAN
Sebagian dari responden memiliki
minat kunjungan ulang pada pasien BPJS
Yang kurang, yaitu sebanyak 158
responden (82.7%).
Sebagian dari responden memiliki
minat kunjungan ulang pada pasien Non
BPJS bekerja yang baik yaitu sebanyak 61
(66,3%).
Ada perbedaan minat kunjungan
ulang antenatal care pada pasien BPJS dan
Non BPJS dipoli kandungan RSUD
Ungaran(p = 0,000).
REFERENSI
Depkes RI. Undang-Undang tentang system
jaminan social Nomor 40 tahun
2004.
Depkes RI. Undang-undang tentang badan
penyelenggara jaminan social
Nomor 24 tahun 2011.
Depkes RI. Peraturan Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial Kesehatan No.1
tahun 2014, tentang kepesertaan.
Depkes RI.2008. Jaminan Kesehatan
Masyarakat
(JAMKESMAS).Jakarta: Depkes.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metodologi
Penelitian
Kesehatan.
Jakarta:Rineka Cipta.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia.
2011.
Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) dalam
Sistem Jaminan Sosial Nasional.
Jakarta.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia.
2011.
Jaminan
Kesehatan kesehatan persalinan
(JAMPERSAL).Jakarta.
Keputusan menteri kesehatan Republik
Indonesia
Nomor
1204/MENKES/SK/X/2004
tentang persyaratan kesehatan
lingkungan rumah sakit.
Peraturan menteri Kesehatan Nomor
159b/Menkes/Per/1988
tentang
rumah sakit.
Pedoman Pelayanan Prima Keputusan
direksi PT Askes (Persero) Nomor
466/KEP/1205.
Pedoman administrasi Pelayanan Kesehatan
Sosial Keputusan direksi PT Askes
(Persero) Nomor 21/kep/0109.
peraturan pemerintah No. 101 tahun 2012
tentang penerima bantuan iuran
(PBI).
peraturan Presiden No.12 tahun 2013
tentang jaminan kesehatan dan
peta jalan (Roadmap jaminan
kesehatan Nasional).
peraturan Undang-undang RI Nomor 24
tahun
2011
tentang
Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial.
Saryono, 2010. Metodologi penelitian
Kesehatan. Yogyakarta: Mitra
Cendekia.
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004.
Tentang system jaminan social
Nasional, pasal 5 ayat (1) dan pasal
52.
Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009
tentang Kesehatan.
Undang-undang No.44 tahun 2009 tentang
fungsi rumah sakit dalam Undangundang No.44 tahun 2009.
| 187
Download