BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kutipan diatas

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
“Pada tahun 2013, dengan pertumbuhan ekonomi yang
kuat, meskipun berada dalam krisis keuangan global,
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencapai tingkat
tertinggi sepanjang masa dengan ditutup pada level
5.214,976 pada tanggal 20 Mei 2013. Pada 30 Desember
2013, IHSG ditutup di angka 4.274,18 atau mengalami
sedikit penurunan 0,98% dibandingkan penutupan IHSG
di tahun 2012 sebesar 4.315,316. Dari sisi jumlah
Emiten, pada tahun 2013 ini terdapat 31 Emiten baru
yang mencatatkan saham di BEI sehingga total Emiten
tercatat menjadi 484 Emiten. Kapitalisasi pasar juga
meningkat 2,23% menjadi Rp.4.219,02 triliun dibanding
tahun 2012 sebesar Rp.4.126,99 triliun. Dibandingkan
dengan pasar modal di negara lainnya, pasar modal
Indonesia memiliki potensi peningkatan dan prospek
yang cukup baik. Jumlah perusahaan yang tercatat di
BEI pada akhir 2012 berjumlah 459, meningkat sebesar
16,5% dari posisi di tahun 2007. Kapitalisasi pasarnya
mencapai 45.18% dari PDB pada tahun 2012, sedangkan
rata- rata dunia sebesar 73,92%.”
Dikutip dari: Road Map Tata Kelola Perusahaan Indonesia.
Kutipan
diatas
menunjukkan
tingkat
pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Dilihat dari IHSG,
kondisi pasar modal di Indonesia mengalami perbaikan
jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Jumlah
emiten maupun kapitalisasi pasar juga mengalami
peningkatan dan memiliki prospek yang cukup baik
jika dibandingkan dengan negara tetangga seperti
Thailand, Vietnam, dll sehingga menjadikan Indonesia
menjadi pasar yang menarik bagi investor. Selain itu
IHSG
dijadikan
pertimbangan
1
investor
untuk
penentuan harga saham emiten tertentu. Oleh karena
itu tidak jarang perubahan IHSG atau harga pasar
digunakan untuk memprediksi stock return emiten
tertentu menggunakan model yang dikenal dengan
nama single index model atau market model, yaitu
model untuk memprediksi harga saham berdasarkan
harga pasar dilihat dari besar kecilnya nilai R2.
Morck et al. (2000) memaparkan bahwa R2 tinggi
berarti market return lebih mampu menjelaskan stock
return perusahaan, sebaliknya jika R2 rendah berarti
stock
return
dijelaskan
perusahaan
oleh
tertentu
informasi
lebih
spesifik
mampu
perusahaan.
Informasi spesifik perusahaan berkaitan dengan tingkat
tata kelola perusahaan (Alves et al. 2010; Dasgupta et
al. 2010; Jin and Myers 2006; Morck et al. 2000). Park
et al. (2005) memaparkan bahwa tata kelola yang baik
akan memacu pembayaran dividen yang semakin
tinggi.
La
Porta
et
al.,
2000
memaparkan
dividen
merupakan hasil dari perlindungan hukum yang efektif
dari pemegang saham, yang memungkinkan pemegang
saham
minoritas
untuk
mengekstrak
pembayaran
dividen dari orang dalam perusahaan (pemegang saham
mayoritas
dan
manajemen). Hal tersebut didukung
oleh Faccio et al. (2000) yang menemukan hasil yang
sama pada penelitiannya yaitu pembayaran dividen
dapat mengurangi pengambilalihan hak oleh pemegang
2
saham mayoritas terhadap pemegang saham minoritas.
Lebih
lanjut
menyatakan
lagi,
Burkart
bahwa
dan
Panunzi
pemilik/manajer
(2006)
memiliki
preferensi yang kuat untuk kontrol, yang menciptakan
agency problem, dan bahwa pemilik/manajer tidak
mendorong pembayaran dividen. Di sisi lain, semakin
baik praktik tata kelola dalam perusahaan, semakin
tinggi
pembayaran
dividen
bagi
pemegang
saham
minoritas (Bebczuk, 2005).
Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini berupaya
meneliti
bagaimana
hubungan
antara
R2 dengan
dividen tersebut. Meskipun penelitian ini bukanlah
penelitian yang sama sekali baru, tetapi masih sangat
terbatas. Sepanjang yang diketahui sebelumnya yang
pernah meneliti adalah Kang dan Kim (2013) di Korea
Selatan. Adapun yang menjadi objek penelitian ini
adalah
perusahaan
yang
terdaftar
di
bursa
efek
Indonesia dan difokuskan pada perusahaan yang
masuk dalam daftar indeks saham LQ45.
3
1.2. Rumusan Masalah
Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara R2
dan dividen di pasar saham Indonesia?
1.3.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis
hubungan antara R2 dan dividen di pasar saham
Indonesia.
1.4.
Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Manfaat dari penelitian ini adalah memberi kontribusi
literatur bagi studi tentang hubungan antara R2 dan
dividen yang sekarang masih belum banyak diteliti.
Kebanyakan
pelitian
tentang
R2 terdahulu
hanya
membahas mengenai prediksi pergerakan harga saham.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Perusahaan
Penelitian ini dapat memberikan pemahaman kepada
perusahaan-perusahaan
di
Indonesia
mengenai
kaitan antara dividen dengan R2 sehingga dapat
menghasilkan kebijakan dividen yang optimal dalam
rangka mengurangi terjadinya agency conflict.
b. Bagi Investor Pemula
Penelitian
ini
pertimbangan
dapat
para
dijadikan
investor
sebagai
dalam
bahan
pengambilan
keputusan berinvestasi dalam pasar saham bursa
efek Indonesia.
4
Download