pengaruh free cash flow, profitabilitas, dan

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya perlu mengetahui
perkembangan sejauh mana perusahaan itu mencapai tujuan perusahaannya.
Setiap perusahaan mempunyai sistem manajemen keuangan masing-masing.
Manajemen
keuangan
dalam
sebuah
perusahaan
bertujuan
untuk
memaksimumkan kesejahteraan pemilik melalui keputusan atau kebijakan
investasi, pendanaan, dan dividen yang tercermin dalam harga saham di pasar
modal. Semakin tinggi harga saham berarti kesejahteraan pemilik semakin
meningkat. Perusahaan didirikan tidak hanya untuk menghasilkan suatu produk
ataupun jasa, perusahaan juga dituntut untuk dapat terus bertahan dan
melangsungkan hidup (going concern). Pihak manajemen dan stockholders perlu
mengetahui tujuan-tujuan perusahaan mereka, baik tujuan jangka pendek maupun
tujuan
jangka
panjang
perusahaan.
Tujuan
utama
perusahaan
adalah
meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau
para pemegang saham (Brigham dan Gapenski, 1996 dalam Wahidawati, 2001).
Dalam usaha pencapaian tujuan tersebut, tentu saja perusahaan akan
merencanakan dengan sebaik-baiknya segala sesuatu yang akan dilakukan untuk
jangka pendek maupun jangka panjang salah satunya adalah perencanaan atas
hutang. Kebijakan hutang juga merupakan rencana serta keputusan akan
pembayaran hutang yang dimiliki oleh perusahaan. Murni dan Andriana (2007)
1
2
menyatakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan pendanaan, pemegang saham
lebih menginginkan pendanaan perusahaan dibiayai dengan hutang karena dengan
penggunaan hutang, hak mereka terhadap perusahaan tidak akan berkurang.
Tetapi manajer tidak menyukai pendanaan tersebut dengan alasan bahwa hutang
mengandung risiko yang tinggi. Hutang sebagai salah satu sumber pendanaan
sekaligus sebagai salah satu pengurang biaya agensi adalah dana yang berasal dari
luar perusahaan yang sifatnya sementara. Kebijakan hutang berkaitan dengan
masalah pendanaan untuk operasi perusahaan, pengembangan, dan penelitian serta
peningkatan kinerja perusahaan. Dalam menentukan kebijakan hutang, ada
beberapa faktor yang dipertimbangkan oleh perusahaan, salah satunya adalah
profitabilitas.
Profitabilitas
merefleksikan
earnings
untuk
pendanaan
investasi.
Profitabilitas merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan,
dimana rasio ini digunakan sebagai alat pengukur atas kemampuan perusahaan
untuk memperoleh keuntungan dari setiap rupiah penjualan yang dihasilkan.
Perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi umumnya menggunakan
hutang dalam jumlah yang relatif sedikit karena dengan tingkat pengembalian
investasi yang tinggi perusahaan dapat melakukan permodalan dengan laba
ditahan dan mengandalkan sumber dana internal sehingga menggunanakan hutang
dalam tingkat yang rendah. Namun sebaliknya, saat mengalami profitabilitas
rendah, perusahaan akan menggunakan hutang yang tinggi sebagai mekanisme
transfer kekayaan antara kreditor dan pemegang saham (Steven dan Lina, 2011
dalam Andrianto 2013). Profitabilitas suatu perusahaan akan mempengaruhi
3
kebijakan para investor atas investasi yang dilakukan. Hal tersebut akan dijadikan
dasar dalam memberikan pinjaman modal.
Dalam
mengelola
perusahaan,
pemilik
modal
akan
menyerahkan
pengelolaan perusahaan kepada manajer. Namun seringkali timbul konflik
kepentingan antara manajer dan pemegang saham. Perbedaan kepentingan antara
manajemen sebagai pengelola perusahaan (Agent of Owner) dengan pemegang
saham sebagai pemilik perusahaan disebut sebagai Masalah keagenan (Agency
Theory). Jensen dan Meckling (1976) dalam Wahidahwati (2002) menyatakan
bahwa konflik keagenan disebabkan oleh pembuatan keputusan pencarian dana
dan pembuatan keputusan bagaimana dana tersebut diinvestasikan (investment
decision). Salah satu cara yang lazim digunakan untuk mengurangi masalah
keagenan adalah melalui struktur kepemilikan. Jensen dan Meckling (1976)
mengidentifikasikan ada dua cara yang dapat dilakukan yaitu investor melakukan
pengawasan (monitoring) dan manajer sendiri melakukan pembatasan atas
tindakan-tindakannya (bonding). Cara lain yang dapat digunakan pemegang
saham adalah dengan membagikan sejumlah laba yang diperoleh perusahaan
dalam bentuk dividen. Kebijakan pemberian dividen ini bukan ditentukan oleh
manajemen tetapi oleh pemegang saham melalui Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS) sehingga besar-kecilnya dividen yang dibagikan sangat tergantung pada
keinginan pemegang saham. Menurut Jensen dan Meckling (1976) cara lain dalam
menyelesaikan permasalahan agensi adalah dengan meningkatkan proporsi
hutang. Peningkatan hutang akan menurunkan konflik keagenan dan menurunkan
kemungkinan pemborosan oleh manajemen (Wahidahwati, 2002). Dengan
4
meningkatnya hutang akan semakin memperkecil porsi saham yang akan dijual
dan dengan semakin besarnya hutang maka semakin kecil dana menganggur yang
dapat dipakai perusahaan untuk pengeluaran yang kurang perlu. Semakin besar
hutang juga harus mencadangkan lebih banyak kas untuk membayar bunga serta
pokok pinjaman. Dalam hal ini adanya hutang akan dapat mengendalikan
penggunaan free cash flow secara berlebihan oleh manajemen.
Beberapa analis mengemukakan bahwa free cash flow sebagai basis untuk
mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan modal yang
berkelanjutan. Ada juga yang berpendapat free cash flow menggambarkan kas
yang tersedia setelah pembayaran beban-beban operasi, baik yang mencakup
penambahan modal kerja dan pemeliharaan operating assets. Free cash flow
merupakan kas lebih perusahaan yang dapat didistribusikan kepada kreditor atau
pemegang saham yang tidak digunakan untuk operasi atau investasi. Free cash
flow biasanya menimbulkan konflik kepentingan antara pemegang saham dan
manajer. Hal tersebut terjadi karena adanya perbedaan kepentingan antara kedua
belah pihak, yaitu pemegang saham menginginkan sisa dana tersebut dibagikan
untuk meningkatkan kesejahteraan baginya dalam bentuk dividen, sedang manajer
berkeinginan dana yang ada digunakan untuk investasi pada proyek-proyek yang
menguntungkan. Penambahan hutang memiliki komitmen pembayaran kembali
bunga dan pokok pinjaman yang mengurangi free cash flow dan mengurangi
kemampuan manajer untuk melakukan tindakan pemborosan yang membuat
manajer menjadi disiplin, sehingga penggunaan aktiva menjadi lebih produktif.
5
Beberapa penelitian terdahulu mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
kebijakan hutang telah banyak dilakukan, antara lain oleh Wahidahwati (2002),
Listyani (2003), Masdupi (2005), Nurbaiti (2006), Murni dan Andriana (2007),
serta Indahningrum dan Handayani (2009). Dalam penelitian ini, peneliti
mengambil salah satu rujukan pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Indahningrum dan Handayani (2009). Penelitian tersebut menguji pengaruh
kepemilikan
manajerial,
kepemilikan
institusional,
dividen,
pertumbuhan
perusahaan, free cash flow, dan profitabilitas terhadap kebijakan hutang
perusahaan. Penelitian tersebut dilakukan pada perusahaan yang terdapat di Bursa
Efek Indonesia (BEI) dan sampel yang digunakan adalah perusahaan manufaktur
selama tahun 2005 sampai 2007. Beberapa keterbatasan dalam penelitian tersebut
antara lain, pertama dari hasil pengolahan data masih menunjukkan ada beberapa
variabel yang tidak berdistribusi normal, kedua, periode penelitian yang dilakukan
terlalu singkat yaitu hanya dilakukan selama tiga tahun yaitu dari tahun 2005
sampai dengan 2007 sehingga membawa kemungkinan hasil penelitian tidak dapat
digunakan untuk memprediksi kecenderungan dalam jangka panjang. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa variabel kepemilikan manajerial, dividen, dan
pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Hasil
tersebut tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahidahwati
(2002), Murni dan Andriana (2007), dan Nurbaiti (2006). Sedangkan variabel free
cash flow, profitabilitas, dan kepemilikan institusional, berpengaruh terhadap
kebijakan hutang, dan hasil tersebut juga tidak konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Wahidahwati (2002), Listyani (2003), dan Masdupi (2005). Dalam
6
penelitian ini, peneliti hanya akan mengambil tiga dari enam variabel independen
dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Indahningrum dan Handayani
(2009), dimana ketiga variabel independen tersebut mempunyai pengaruh
terhadap variabel dependennya yaitu kebijakan hutang, sedangkan ketiga variabel
independen lainnya yang tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel
dependennya yaitu kebijakan hutang, tidak dipergunakan dalam penelitian ini.
Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk menguji dan mengetahui
bagaimana pengaruh variabel free cash flow, profitabilitas, dan kepemilikan
institusional terhadap kebijakan hutang pada tahun yang berbeda dan pada periode
yang lebih lama, yaitu selama periode lima tahun dari tahun 2008 sampai tahun
2012.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
masalah yang diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut: (1) Apakah free cash flow
berpengaruh terhadap kebijakan hutang? (2) Apakah profitabilitas berpengaruh
terhadap kebijakan hutang? (3) Apakah kepemilikan institusional berpengaruh
terhadap kebijakan hutang?
1.3
Tujuan Penelitian
Dari perumusan masalah yang ada, maka tujuan yang didapat dari penelitian
ini adalah: (1) Untuk mengetahui dan menguji secara empiris pengaruh free cash
flow terhadap kebijakan hutang; (2) Untuk mengetahui dan menguji secara
7
empiris pengaruh profitabilitas terhadap kebijakan hutang; (3) Untuk mengetahui
dan menguji secara empiris pengaruh kepemilikan institusional terhadap
kebijakan hutang.
1.4
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini, adalah sebagai berikut: (1) Bagi perusahaan,
penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pihak manajemen
perusahaan sebagai salah satu acuan dalam pengambilan keputusan mengenai
kebijakan atas hutang sesuai dengan kondisi perusahaan sehingga dapat
meningkatkan kinerja perusahaan; (2) Bagi investor, penelitian ini diharapkan
dapat memberikan informasi untuk menilai potensi suatu perusahaan sehingga
dapat digunakan sebagai acuan dan pertimbangan dalam keputusan investasi,
khususnya dalam memilih perusahaan; (3) Bagi penulis, penelitian ini diharapkan
dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta pengalaman penulis mengenai
pengaruh free cash flow, profitabilitas, dan kepemilikan institusional terhadap
kebijakan hutang perusahaan; (4) Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini
diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi maupun perbandingan dalam
melakukan penelitian khususnya yang berhubungan dengan kebijakan hutang
perusahaan.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini meneliti perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada periode 2008 sampai 2012.
8
Batas-batas masalah dalam penelitian ini adalah menganalisis pengaruh free
cash flow, profitabilitas, dan kebijakan institusional terhadap kebijakan hutang
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode
2008 sampai 2012.
Download