Salah Kaprah Merekrut HR Profesional Risk Leadership Leader dan

advertisement
Human Capital Journal
M K I
C o r p o r a t e
U n i v e r s i t y
Achieving Human Capital Excellence
n
No. 10/Tahun I/April 2012 n Rp. 30.000,-
STRATEGI
REKRUTMEN 2012
Validitas hasil berbagai metode rekrutmen masih terus
dipertanyakan. Teknologi telah mengubah aktifitas rekrutmen.
Mayoritas perusahaan kini menggunakan internet untuk
rekrutmen, paling tidak untuk pemasangan iklan lowongan kerja.
Lantas, bagaimana hasilnya?
Risk
Leadership
Salah Kaprah
Merekrut HR Profesional
Leader
dan Manager
Foreword
Berilah “Daku”
Orang-Orang Potensial
P
ernyataan CEO Cisco John T. Chambers
tentang kualitas karyawan potensial
(talent) sungguh sangat mengesankan
bagi banyak eksekutif di dunia. Dia bilang, “Berikanlah daku 5 talent, mereka akan
mampu mengalahkan hasil kerja 100 insinyur
dengan kompetensi biasa-biasa saja.” Sekilas
pernyataan tersebut terkesan berlebihan.
Tetapi, apa yang dia ucapkan itu adalah fakta
sebenarnya dalam organisasi.
Fokus organisasi adalah pada talent atau
karyawan potensial. Maka, perburuan terhadap kandidat potensial akan selalu terjadi
di organisasi apapun. Rekrutmen kandidat
menjadi pintu masuk yang sangat strategis
bagi keberhasilan manajemen SDM dan
sumbangsihnya bagi keberhasil perusahaan.
Akan tetapi, validitas hasil rekrutmen masih
menjadi perdebatan seru di antara praktisi rekrutmen dan SDM. Upaya untuk meningkatkan
validitas hasil rekrutmen terus berlangsung.
Salah satunya adalah bagaimana memfokuskan kompetensi kandidat sebagai dasar
penilaian. Semakin banyak perusahaan
yang memfokuskan dasar penilaian kepada
kompetensi perilaku (soft competencies)
kandidat dibandingkan dengan kompetensi
teknis (technical competencies). Tetapi, inipun
tidak mudah. Terutama bagaimana menggali
kompetensi perilaku dari kandidat dengan
biaya yang efisien namun efektif. Alasannya,
kebanyakan kandidat waktu proses seleksi
memakai “topeng”, dan topeng tersebut harus
bisa dibuka oleh rekruter untuk mendapatkan
peta kompetensi perilaku sesungguhnya.
Lantas, bagaimana
praktiknya? Di
Microsoft, test teknis
dilaksanakan terlebih
dahulu, diikuti dengan
2 atau lebih wawancara, dengan scorecard
untuk setiap kandidat.
Proses wawancara
menyeluruh tersebut
diyakini Microsoft sebagai pilihan terbaik,
meskipun biayanya
juga mahal. “Kami
membutuhkan kandidat yang kuat dengan
keahlian teknis, tetapi
juga memiliki keahlian berkomunikasi dan
kecintaan terhadap teknologi pada bidangnya.
Kami menggali setiap kandidat dan membuat
ranking. Biasanya ranking dibuat untuk 7
kandidat terbaik, dan kandidat ranking nomor
langsung terpilih,” tutur Eileen Brown dari
Microsoft Corp.
Edisi kali ini membahas “Strategi Rekrutmen 2012” secara cukup detil. Juga membeberkan bagaimana perusahaan melaksanakannya di Indonesia dan di negara-negara
maju. Tentu banyak pelajaran inspiratif untuk
diimplementasikan di organisasi masingmasing. Selain soal rekrutmen, masih banyak
tulisan lain yang sangat berguna buat Anda.
Selamat membaca! n
HUMAN CAPITAL JOURNAL
M K I
C o r p o r a t e
U n I v e r s I t y
Achieving Human Capital Excellence
Diterbitkan oleh
PT. Menara Kadin Indonesia
(Mki Corporate University)
Patrons
Anindya N. Bakrie
Teddy Kharsadi
Tedy Djuhar
Putri Kus Wisnu Wardhani
Chief Editor
(Penanggung Jawab)
Syahmuharnis
Managing Editor
Rilzan Chandra
Executive Editor
Yurnas Rachman
Manager, Marketing & Promotion
Ridwan Effendi
Editorial &
Business Dev. Executive
Ratri Suyani
Editorial Board
Bagas Wiharto, Dasmito Syah
Andedes Cipta, Shinta Febriska
Circulation &
Advertisment
Dedeh. P, Purwanti, Maya Poppy,
Siti Insaroh, Ria Nurita,
Gama Horas, Peri Sonata
Alamat Redaksi /
Sirkulasi / Iklan
Menara Kadin Indonesia 24th Floor.
Jl. Hr. Rasuna Said X-5 Kav. 2-3,
Jakarta 12950 Indonesia.
Phone : (62-21) 5790 3840.
Fax. : (62-21) 527 4443.
Email : [email protected]
[email protected]
Website :
www.pt-mki.co.id
Bank :
Bank Mega Cabang Rasuna Said
Jakarta.
Rek. No. 010 2000 1100 3221
a/n PT Menara Kadin Indonesia
Human Capital Journal n No. 10 n Tahun I n April 2012 |
3
From Chief Editor
HR Strategy
K
alau kita membaca
konsep organisasi
berfokus kepada
strategi (Strategy
Focused Organization/SFO)
yang diperkenalkan oleh
Prof. Robert Kaplan dan Dr.
David Norton, maka terungkap sebuah pemikiran besar
bahwa organisasi yang
akan berhasil di dunia adalah organisasi yang manajemennya berfokus kepada
strategi. Selain memastikan
tersusunnya strategi yang
hebat, aspek terpenting dari
organisasi berfokus kepada
strategi adalah menjamin
eksekusi strategi tersebut
untuk memberikan hasil
seperti yang diinginkan.
Human Resources (HR)
Strategy adalah strategi
bidang manajemen sumberdaya manusia (SDM)
organisasi sebagai bagian
dari strategi organisasi, dan
diperlukan untuk memastikan terciptanya manajemen
SDM yang mendukung
eksekusi strategi level organisasi. HR Strategy adalah cara mencapai tujuan
jangka menengah-panjang
di bidang manajemen SDM
4|
yang merupakan penjabaran dari strategi level organisasi atau dikenal juga level korporat.
HR Strategy disusun berdasarkan pemahaman yang mendalam tentang strategi level korporat,
dan dijabarkan ataupun diturunkan dari strategi level korporat tersebut. Dengan perkataan lain, HR
Strategy bersifat unik untuk setiap organisasi, dan – bahkan – perlu disesuaikan setiap saat sejalan
dengan perubahan strategi besar organisasi. Kendatipun berada pada industri yang sama, HR
Strategy perusahaan belum tentu persis sama.
Kita tahu bahwa manajemen SDM memiliki sejumlah fungsi yang harus dijalankan, seperti
rekrutmen, training dan pengembangan, manjemen karir, administrasi kepegawaian, manajemen
kinerja, remunerasi, dan hubungan industrial. Sangat mungkin, tidak semua fungsi yang dikenal
dengan HR Cycle tersebut bersifat strategis bagi perusahaan, kendatipun tetap bernilai penting dan
harus dijalankan.
Secara umum, terdapat 3 level peran dari unit manajemen SDM organisasi. Terendah adalah
peran administratif, yakni melakukan pengadministrasian kepegawaian secara lengkap dan akurat.
Level di atasnya adalah peran operasional, yakni mengoperasionalkan subsistem manajemen SDM
(HR Cycle). Selanjutnya, level tertinggi, adalah peran strategis, yakni peran yang harus dijalankan
unit manajemen SDM dan bernilai strategis untuk keberhasilan perusahaan jangka menengahpanjang.
Sejalan dengan levelisasi peran tersebut, maka aktor yang berperan dalam melaksanakan peran
tersebut juga tidak sama. Peran strategis tentu dijalankan oleh para pimpinan unit manajemen
SDM, mulai dari Direktur SDM hingga Manager SDM. Peran operasional lebih banyak dijalankan
Manager SDM ke bawah, sedangkan peran administratif dijalankan oleh Asisten Manager ke
bawah.
Dalam konsep pemikiran SFO, strategi manajemen SDM berada dalam perspektif Learning and
Growth – dikategorikan sebagai modal awal dan utama rantai penciptaan nilai dalam organisasi
(organization value creating chain) bersama-sama dengan modal organisasi (organization capital)
dan modal teknologi informasi (information capital). Strategi manajemen SDM sejatinya merupakan
penajaman dari aktifitas utama manajemen SDM (HR Cycle) yang disesuaikan dengan kebutuhan
strategis atau strategi perusahaan. Yang pasti, salah satu strategi yang wajib dijalankan seluruh organisasi – apapun jenis dan bidang usahanya – adalah mengembangkan kompetensi. Nah, strategi
SDM lainnya bisa disesuaikan.
Contohnya, meningkatkan retensi karyawan dengan indikator kinerja utama Turnover Rate, yaitu
persentase jumlah karyawan yang ke luar dari total jumlah karyawan. Turnover karyawan harus
ditekan atau dikendalikan agar tidak mengganggu stabilitas operasional dan perkembangan perusahaan.
Tetapi, strategi ini belum tentu strategis bagi setiap perusahaan. Turnover karyawan yang
tinggi masih bisa bias, karena penghitungannya dilakukan dengan melibatkan seluruh karyawan
– tanpa mempedulikan apakah karyawan tersebut bernilai strategis atau tidak bagi perusahaan.
Perusahaan lajimnya memfokuskan strategi retensinya terhadap karyawan kunci (key employee/talent). Maka, strategi meningkatkan retensi karyawan itu ditajamkan menjadi meningkatkan retensi
karyawan kunci dengan indikator kinerja utamanya adalah persentase karyawan kunci yang ke luar
terhadap total karyawan kunci.
Konsekuensinya, perusahaan harus mengidentifikasi dan menginventarisasi siapa saja yang
tergolong karyawan kunci bagi keberhasilan perusahaan, di mana saja mereka, dan berapa jumlah
mereka. Selanjutnya, strategi manajemen SDM adalah menjaga agar karyawan-karyawan kunci
ini tidak pergi meninggalkan perusahaan untuk alasan apapun juga. Salah satu bentuknya adalah
menerapkan konsep pay for performance secara lugas. Karyawan kunci umumnya ingin agar sistem
reward and punishment benar-benar dioperasionalkan. n Syahmuharnis
Human Capital Journal n No. 10 n Tahun I n April 2012
Contents
3
4
FOreword - Berilah “Daku”Orang-Orang Potensial
From Chief Editor -
HR Strategy
HC News
Informasi Terbaru Seputar Transformative HR
6
Kompensasi Para Eksekutif
Belum Selaras dengan Kinerja Mereka
7
Cahyo Winarto
Orang HR Jangan Pakai
‘Kacamata Kuda’
Column
Mastering English
Business Correspondence
Salah Kaprah Dalam
Merekrut HR Professional
31
Tips
35
Column leadership
36
Column Success Motivation
38
Risk Leadership
Leader dan Manager
Rekrutmen merupakan salah satu peran strategis dari unit manajemen sumberdaya manusia (SDM). Kerugian yang ditimbulkan akibat salah rekrutmen
sangat tinggi. Misalnya, kerugian akibat turnover seorang manajer atau staf
profesional bisa mencapai ratusan juta rupiah. Di perusahaan multinasional,
biaya untuk menggantikan seorang pegawai mencapai US$60.000. Bagaimana
sebaiknya strategi rekrutmen di era teknologi saat ini?.
Bergeser ke Kompetensi Perilaku
10 langkah Mendapatkan Kandidat Ideal
Apa Kata Mereka
Photo Gallery 22
8
12
14
18
Profile
Tonny Warsono
Menghasilkan Value
yang Berbeda 28
Periscope
Salary Negotiation
Strategi Rekrutmen 2012
27
Column
Sinergi
Cover Story
25
23
Human Capital Journal
Edisi 10 / Tahun I / April 2012
Human Capital Journal n No. 10 n Tahun I n April 2012 |
5
HC News
Informasi Terbaru
Seputar Transformative HR
Apa yang terbaru, inovatif, dan unik tentang Transformative
HR saat ini dan di masa mendatang? Dan bagaimana perusahaan besar menggunakan evidence-based change untuk
mendapatkan keuntungan yang berkelanjutan? Jawabannya
adalah lima prinsip dasar. Kelima prinsip dasar tersebut yaitu
Logic-driven analytics, Segmentation, Risk Leverage, Integration and Synergy, dan Optimization.
H
al ini terungkap
dalam seminar
tentang “Transformative HR” yang
diadakan oleh perusahaan
konsultan terkemuka dunia
Towers Watson tanggal
27 Maret 2012 lalu di JW
Marriot Hotel Jakarta.
Dalam seminar terbatas
yang dihadiri CEO, HR
Director, Vice President, dan
para klien Towers, tampil
sebagai pembicara adalah
Swati Chawla, Regional Lead for The
Talent Consulting Towers Watson untuk
Asia Tenggara dan Enny Sampurno, HR
Director Unilever Indonesia.
Di Seminar itu, diperkenalkan pula
buku baru karangan Ravin Jesuthasan
bertajuk “Transformatif HR” yang dipresentasikan oleh Swati. Ravin Jesuthasan
adalah Towers Watson Global Talent
Management Leader. Buku tersebut
berisi tentang pendekatan berdasarkan bukti dasar perubahan terhadap
keputus­an talent management. Selain
itu, buku ini berisi cerita dan praktek
perusahaan-perusahaan paling transformatif di dunia seperti Coca-cola, IBM
dan masih banyak lagi.
Sementara itu, Enny Sampurno
6|
berbagi cerita perihal evolusi dan
transformasi HR yang terjadi di Unilever
Indonesia. Menurutnya, change management yang terjadi di Unilever tidak
bisa instant dalam beberapa tahun saja.
“Sampai saat ini kami masih on going
process,” tukasnya. Banyak hal yang
menyebabkan kondisi tersebut masih
terus berlanjut. Beberapa persoalan
yang muncul di antaranya adalah
tidak mudah mengubah mindset orang
tentang change management, menyesuaikan orang-orang terhadap culture
yang dimiliki perusahaan, adanya turn
over yang cukup tinggi setiap tahun, dan
masih banyak lagi. “Memang semua itu
butuh proses,” ujar Enny lagi.
Lilis Halim, Consulting Director
Human Capital Journal n No. 10 n Tahun I n April 2012
Towers Watson menjelaskan, setiap
perusahaan mempunyai kebutuhan yang
berbeda-beda meskipun tujuan sama
yaitu mendapakan keuntungan yang
berkelanjutan. “Yang penting, jangan
lupa untuk melakukan segmentasi, apa­
kah itu berdasarkan generatif, fungsi,
kebutuhan, bahkan income,” tutur Lilis.
Karena itu, HR sebaiknya jangan berdiri
sendiri dan harus terintegrasi dengan
yang lain seperti aktivitas bisnis. “Masih
banyak orang HR yang tidak aware
terhadap kondisi itu. Mungkin mereka
terbiasa dengan day to day activities,
sehingga ada resiko,” katanya. Misalnya
di sebuah perusahaan oil & gas, ada
penurunan dari sisi jumlah orang karena
pensiun untuk posisi tertentu, namun
dari sisi kelanjutannya tidak
ada. “Padahal jika bisnis
tersebut sedang booming sedangkan supply dan demand
orangnya sedikit. Orang HR
harus bisa memahami dan
menganalisa situasi dan
keadaan agar tidak terjadi
kondisi demikian.
Ia menambahkan, 5
prinsip tersebut menjadi
hal yang penting dan bisa
diterapkan di perusahaanperusahaan yang ingin selalu
bisa berkompetisi di pasar.
Namun, jika 5 prinsip tersebut dituangkan secara keseluruhan, dibutuhkan
waktu yang tidak sedikit. “Makanya
harus diterapkan secara bertahap, step
by step,” papar Lilis. Kendala yang
muncul biasanya pada saat change
management. “Karena biasanya orang
melupakan itu, jadi tidak ter-capture
dengan baik. Atau bisa juga karena tidak
dikomunikasikan dengan baik sehingga
hasilnya tidak maksimal. “Bahkan bisa
muncul resist dari karyawan. itu juga
kendala yang paling utama.” Karena itu,
Lilis menyarankan agar HR tidak terpaku
pada day to day activity, tetap kreatif
dan inovatif, dan setiap perubahan yang
terjadi harus selalu dikomunikasikan. n
Ratri Suyani
HC News
Kompensasi Para Eksekutif
Belum Selaras dengan
Kinerja Mereka
P
ertumbuhan perekonomian Indonesia yang
cukup baik beberapa
tahun terakhir berdampak
positif terhadap kinerja perusahaan. Yang menarik adalah
pertumbuh­an total kompensasi para eksekutif dari 45
perusahaan paling likuid di
Bursa Efek Jakarta (BEI) yang
mencapai rata-rata 13%
dalam tiga tahun terakhir.
Hal ini terungkap dalam acara Executive Remuneration Forum yang diadakan
HayGroup tanggal 2 Maret 2012 lalu di
InterContinental Hotel Jakarta. Dari survei yang dilakukan HayGroup tersebut,
diketahui pula bahwa sebanyak 93%
kompensasi para eksekutif berdasarkan
laba atau laba per saham. Hanya 79%
perusahaan yang mempertimbangkan
kompensasi berdasarkan pertumbuhan
penjualan. Dan hanya 36% perusahaan
yang mempertimbangkan scorecard
organisasi dalam menetapkan besaran
kompensasi para eksekutif mereka.
Hasil survei tersebut juga diketahui
bahwa tidak ada kolerasi antara Total
Shareholder Return (TSR) dan pertumbuhan pendapatan dengan kompensasi
eksekutif, sedangkan hubungan antara
profitabilias dengan kompensasi eksekutif sebesar 83%. yang mengagetkan,
di industri pertambangan dan infrastruktur, hubungan antara TSR dengan
kompensasi eksekutifnya berkolerasi
negative, yaitu -67% untuk industri
pertambangan dan -61% untuk industri
infrastruktur. Kompensasi eksekutif di
sektor pertambangan juga tidak berkorelasi dengan tingkat profitabilitas dan
pertumbuhan pendapatan perusahaan.
Hadir pada forum tersebut Sylvano
Damanik (Managing Director HayGroup
Indonesia), Nugroho Irawan (Managing
Consultant HayGroup Indonesia), Oliver
Ricaille (Consultant, Reward Strategies HayGroup Singapore), Sandiaga
S. Uno (Managing Director Saratoga
Capital), Tonny Warsono (Human Capital
and Business Development Director PT
Wijaya Karya), Ilya Sumono (Founding
Partner of Nurjadin Sumono Mulyadi
Pratanto/NSMP Law Office), dan Danny
Septriadi (International Taxation). n
Ratri Suyani
Human Capital Journal n No. 10 n Tahun I n April 2012 |
7
Cover Story
R
Strategi Rekrutm
ekrutmen merupakan salah satu peran strategis
dari unit manajemen sumberdaya manusia (SDM).
Kerugian yang ditimbulkan akibat salah rekrutmen
sangat tinggi. Misalnya, kerugian akibat turnover
seorang manajer atau staf profesional bisa mencapai ratusan juta rupiah. Di perusahaan multinasional, biaya
untuk menggantikan seorang pegawai mencapai US$60.000.
Bagaimana sebaiknya strategi rekrutmen di era teknologi
saat ini?
8|
Human Capital Journal n No. 10 n Tahun I n April 2012
Mendapatkan dan mempertahankan
karyawan berkualitas tinggi (talent)
merupakan hal yang sangat penting bagi
keberhasilan organisasi. Seiring dengan
makin kompetitifnya pasar kerja dan
keahlian yang tersedia sangat beragam,
rekruter harus semakin selektif karena kesalahan rekrutmen menciptakan dampak
negatif berjangka panjang, seperti biaya
pendidikan dan pengembangan, munculnya kinerja yang payah, dan tingkat
turnover karyawan yang tinggi. Dampaknya, kalau dibiarkan akan menyebabkan
Cover Story
turunnya moral karyawan, kemampuan
memproduksi barang/jasa berkualitas,
dan pelayanan pelanggan. Pada kondisi
terburuk, perusahaan bisa gagal mewujudkan sasarannya sehingga kehilangan
posisi kompetitif dan pangsa pasar.
Tak pelak lagi, perjalanan profesional
seseorang – sekaligus keberhasilan organisasi tempat mereka bekerja – dimulai sejak proses rekrutmen dilaksanakan.
Mendapatkan karyawan yang berkualitas ibarat meraih 50% modal dasar bagi
perusahaan untuk sukses. Itu sebabnya,
rekrutmen yang efektif menjadi aktifitas
fundamental manajemen SDM organisasi. Menurut Pilbeam dan Corbridge, 2006,
jika rekrutmen bisa dilaksanakan dengan
sukses, maka hal itu akan memberikan
dampak signifikan terhadap kinerja perusahaan sekaligus menciptakan citra
perusahaan yang lebih positif.
Rekrutmen yang tidak efektif menimbulkan implikasi biaya bagi perusahaan:
kehilangan peluang bisnis, tingkat turnover karyawan yang tinggi. Riset dari Chartered Institute
of Personnel and Development
perencanaan SDM sebelum memasuki
proses rekrutmen dan seleksi. Perencanaan kebutuhan SDM memasukkan juga
berbagai informasi terkait jabatan yang
harus diisi, mulai dari peran jabatan (job
roles) dan kompetensi jabatan hingga
pemahaman utuh terhadap pasar tenaga
kerja (internal dan eksternal) dalam rangka mencocokkan ketersediaan karyawan
potensial sesuai dengan kebutuhan organisasi.
Ketersediaan karyawan potensial di
dalam maupun di luar perusahaan harus
dipetakan. Termasuk juga – tentunya –
dalam perencanaan kebutuhan SDM ini
adalah informasi tentang jabatan-jabatan
yang sulit terisi. Ringkasnya, rekrutmen
yang sukses harus dimulai dengan perencanaan dan proyeksi kebutuhan SDM
Rekrutmen diuraikan sebagai sejumlah aktifitas dan proses yang dipergunakan untuk mendapatkan jumlah SDM
berkualitas yang memadai pada tempat
dan waktu yang tepat sehingga SDM dan
organisasi mampu menseleksi satu sama
lain berdasarkan minat jangka pendek
dan panjang terbaik. Dengan perkataan
utmen 2012
Recruitment and Retention di Inggris,
biaya akibat turnover level manajer dan
karyawan profesional bernilai sekitar Rp
200 juta. Di industri migas internasional,
biaya akibat turnover seorang karyawan
mencapai US$60.000. Bayangkan, kalau yang keluar berjumlah 10 orang per
tahun, maka nilainya sudah berjumlah
US$600.000, di atas Rp 5 milyar.
Kuatnya hubungan antara rekrutmen
dengan kinerja organisasi mengharuskan perusahaan untuk menerapkan
pendekat­an yang lebih strategis dalam
lain, proses rekrutmen menyediakan
organisasi dengan kumpulan (pool) kandidat potensial untuk diseleksi mengisi
lowongan yang tersedia.
Proses Rekrutmen
Menurut Randall Schuler S. dalam
bukunya Personnel and Human Resources Management, sebuah rekrutmen yang
sukses melibatkan 7 proses yang jelas
berikut ini:
1. Pengembangan sebuah kebijakan rekrutmen dan retensi serta sistem un-
tuk menjalankan kebijakan tersebut.
2. Asesmen kebutuhan untuk menentukan persyaratan SDM saat ini dan
masa depan dari organisasi. Agar
kegiatan ini berjalan efektif, persyaratan SDM untuk setiap kategori
jabatan dan divisi/unit fungsional dari
organisasi mesti diases dan sebuah
prioritas ditetapkan.
3. Identifikasi, di dalam maupun di luar
organisasi, pool SDM yang potensial
dan kompetisi memperebutkan.
4. Melaksanakan analisis dan evaluasi jabatan untuk mengidentifikasi
aspek individual dari setiap jabatan
dan melakukan penilaian nilai (harga)
relatifnya.
5. Asesmen profil kualifikasi yang dibutuhkan, diturunkan dari uraian jabatan
yang menjelaskan tanggung jawab
dan kompetensi yang dibutuhkan.
6. Menentukan kemampuan perusahaan
membayar gaji dan manfaat dalam
periode yang disepakati.
7. Identifikasi dan dokumentasi proses
aktual rekrutmen dan seleksi untuk
menjamin terciptanya keseteraan peluang bagi kandidat siapa saja untuk
bersaing.
Pendokumentasian kebijakan rekrutmen, kriteria yang dipergunakan, dan
keseluruhan langkah-langkah proses
rekrutmen yang dilakukan dalam bentuk
tidak terlalu formal bila dilakukan secara
internal, namun bisa menjadi lebih formal bila seleksi dilakukan dari sumber
eksternal. Dokumentasi berguna sebagai bagian dari transparansi prosedural
dan memudahkan pelaksanaan audit jika
diperlukan. Adapun isi dari dokumentasi,
antara lain:
1. Kriteria dan prosedur dalam menya­
ring pelamar di awal
2. Kriteria dalam menyusun daftar panjang dan pendek pelamar
3. Kriteria dan prosedur pemilihan panel
wawancara
4. Daftar pertanyaan wawancara
5. Nilai wawancara dan komentar pa­nelis
6. Hasil test
7. Hasil dari pemeriksaan referensi
Human Capital Journal n No. 10 n Tahun I n April 2012 |
9
Cover Story
Mengiklankan Lowongan
Pengiklanan lowongan kerja (job
posting) mengacu kepada praktik publikasi lowongan jabatan berikut daftar
atribut jabatan tersebut, seperti kriteria
pengetahuan, kualifikasi, keahlian, dan
pengalaman. Iklan bertujuan untuk menarik minat kandidat untuk mengirimkan
lamaran.
Sebelum mengiklankan lowongan
kerja, menurut Gary Dessler dalam buku
Human Resources Management (USA,
2000), manajemen perlu untuk memutuskan apakah:
a. Perusahaan ingin mempertahankan
jabatan tersebut dalam bentuknya
sekarang dan dengan nama jabatan,
remunerasi, dan status;
b. Perusahaan ingin mengubah atribut
dari jabatan, atau juga keahlian dan
pengalaman kandidat
c. Ada cukup pelamar yang potensial
yang bekerja di unit lain dalam organisasi, yang juga potensial mengisi
jabatan kosong ini
d. Kebijakan organisasi untuk rekrutmen
masih bisa dipergunakan (misalnya,
metode referral melalui staf, teman
atau kerabat karyawan masih diperbolehkan)
e. Organisasi harus mendapat manfaat
lebih, dalam jangka panjang, dengan
merekrut pelamar dari luar perusahaan.
Setiap organisasi perlu menganalisis
manfaat dan kerugian rekrutmen SDM
melalui sumber internal atau eksternal,
dan apakah menggunakan pendekatan
formal atau informal.
Rekrutmen Dari Sumber Internal
Ada sejumlah alasan kuat untuk
melakukan rekrutmen dari sumber internal:
1. Kemampuan dari orang yang akan
direkrut sudah diketahui, sehingga
tinggal dikembangkan lebih lanjut.
Sebaliknya, asesmen kandidat dari
eksternal didasarkan kepada sumber
yang kurang handal, seperti referensi,
dan secara relatif terlalu ringkas se-
10 |
bagai hasil wawancara.
2. Karyawan dalam tahu tentang
kekuat­an dan kelemahan organisasi,
budayanya, dan SDMnya.
3. Mempromosikan orang dari dalam
menciptakan motivasi dan komitmen
terhadap organisasi. Karyawan yang
terlatih dan lebih ambisius cenderung
mau terlibat dalam aktifitas pengembangan bila mereka yakin aktifitas
tersebut akan menciptakan peluang
promosi.
4. Rekrutmen internal lebih murah dan
lebih cepat ketimbang diiklankan
di berbagai media dan melakukan
wawancara dengan orang luar. Waktu yang dihabiskan untuk training dan
sosialisasi bisa diperpendek.
Pada saat yang sama, rekrutmen dari
sumber internal juga memiliki kelemah­
an, seperti:
1. Kadang-kadang sulit untuk menemukan kandidat yang tepat dalam organisasi sehingga bisa jadi ditunjuk satu
karyawan yang memiliki kompetensi
yang kurang ideal.
2. Jika lowongan terjadi karena eks­
pansi bisnis yang cepat, mungkin terdapat ketidakcukupan pasokan kandidat yang potensial yang berada di
atas level karyawan baru. Hal ini bisa
menyebabkan seseorang dipromosikan terlalu cepat padahal dia belum
siap, atau tidak diijinkan bertahan di
satu posisi dengan waktu yang cukup untuk mempelajari bagaimana
mengerjakan pekerjaan dengan baik.
3. Dalam meningkatkan daya saing dan
penguatan perusahaan, rekrutmen secara internal mengurangi fleksibilitas
dan pertumbuhan organisasional, dan
munculnya resistensi untuk berubah
dari mereka-mereka yang punya kepentingan mempertahankan status
quo sehingga menimbulkan masalah
jangka panjang.
4. Dalam situasi pertumbuhan yang
cepat dan dalam masa transisi, perusahaan bisa mempromosikan orang
dalam ke dalam posisi manajerial,
apapun kualifikasi dari orang terse-
Human Capital Journal n No. 10 n Tahun I n April 2012
but. Hanya saja, cara ini tetap me­
nimbulkan masalah bagi kemajuan
perusahaan ke depan. Biaya pelatihan yang harus disiapkan sangat mahal untuk meningkatkan kompetensi
orang tersebut.
Rekrutmen dari
Sumber Eksternal
Metode rekrutmen eksternal bisa
dikelompokkan menjadi 2 jenis: informal dan formal. Metode rekrutmen informal hanya sebagian kecil dari pasar
rekrutmen dari eksternal. Pendekatan ini
termasuk merekrut kembali bekas karya­
wan dan memilih kandidat yang resume
dirinya sudah disimpan dalam file perusahaan. Penggunaan teknik referral juga
termasuk metode rekrutmen informal.
Keuntungannya, biayanya lebih murah
dan bisa dilakukan dengan segera, sehingga metode ini lajim digunakan untuk
merekrut tenaga klerikal dan tenaga level
bawah. Bekas mahasiswa yang pernah
magang juga termasuk kategori ini.
Metode rekrutmen formal bermakna
mencari pelamar dari pasar kerja yang
luas yang tidak memiliki hubungan de­
ngan perusahaan sebelumnya. Metode
ini, termasuk, pengiklanan di media
massa, menggunakan jasa rekrutmen
dan firma pencari eksekutif, dan rekrutmen kampus. Belakangan kian populer
pula Job Expo/Fair dan rekrutmen menggunakan internet. Pemasangan iklan di
media massa dan jasa pencari karyawan
diharapkan mampu menarik minat orangorang yang tepat, namun biayanya cukup
mahal dan waktunya cukup lama.
Sudah begitu, tetap saja tidak ada
jaminan mendapatkan kandidat terbaik.
Banyak juga orang-orang terbaik yang
tidak melamar atau kebingungan menetapkan pilihan pada jabatan yang banyak
diiklankan di berbagai media.
Jasa rekrutmen belakangan semakin
populer, khususnya untuk mencari talent
di level manajemen/eksekutif. Rekrutmen dengan cara ini mahal, di mana perusahaan menggunakan satu firma tetap
atau satu firma yang dibayar secara rutin
Cover Story
setiap bulan. Firma pencarian eksekutif
cenderung lebih cepat menemukan kandidat yang sesuai karena mereka memiliki database yang besar, di samping
akses yang luas kepada para profesional
di berbagai perusahaan. Intinya, firma
semacam ini memiliki jejaring yang cukup luas.
Rekrutmen menggunakan internet selain lebih cepat juga lebih murah diban­
dingkan seluruh metode rekrutmen yang
bisa terus dipertahankan sesuai keinginan rekruter.
2. Respon Pelamar Lebih Cepat. Begitu
ditayangkan di internet, pada hari
yang sama para pelamar bisa memberikan respon.
3. Memproses resume pelamar lebih
cepat. Pelamar mengirimkan resume
secara elektronik bisa langsung
diproses, menerima bukti, diproses
secara elektronik, dan resumenya
langsung bisa dikirim ke sejumlah
manager sekaligus. ada. Iklan lowongan akan terus terpampang untuk periode waktu yang cukup
lama, dan bisa diakses hampir 24 jam
sehari. Kandidat bisa melihat dan me­
respons iklan tersebut secara elektronik.
Akses internet saat ini begitu mudah, baik menggunakan jaringan kabel
maupun nirkabel. Banyak tempat menyediakan akses internet. Mereka yang baru
lulus kebanyakan mencari pekerjaan secara online. Internet mempercepat pro­
ses rekrutmen melalui 3 tahapan:
1. Pemasangan Iklan Lowongan Lebih
Cepat. Keharusan menunggu tanggal
untuk mendapatkan tempat yang pas
untuk beriklan di media massa tidak
diperlukan lagi. Waktu antara pe­
ngiriman materi iklan dan pemasang­
an iklan menjadi lebih pendek, dan
Rekrutmen via internet tidak semua­
nya positif; ada sejumlah hal yang perlu
diperhatikan:
1. Banyak pelamar yang masih memandang sangat penting bentuk temu
muka dalam proses seleksi. Pelamar
semacam itu cenderung mengabaikan iklan lowongan secara online.
2. Perusahaan dibanjiri oleh volume
resume pelamar yang dikirimkan
via internet. Hal ini memperpanjang
proses penyusunan daftar pendek.
Jika proses penyaringan awal tidak
dilakukan secara baik, kuantitas resume yang besar bisa memperlambat
proses seleksi.
3. Pencari kerja yang menginginkan
kerahasiaan dalam proses rekrutmen
enggan menggunakan internet untuk
Rekrutmen Melalui Internet
mengirimkan lamaran.
Untuk keefektifan penggunaan strategi e-Recruiting, perusahaan disarankan
untuk:
a. Gunakanlah Job Sites yang terspesialisasi dan sesuai dengan kebutuhan
industri spesifik
b. Lakukan asesmen komitmen layanan
dari Job Sites untuk menjamin bahwa
mereka memelihara level layanan
yang dijanjikan.
c. Tingkatkan situs Web perusahaan sebagai alat untuk mendorong pencari
kerja potensial berminat bergabung
dengan perusahaan.
d. Ambil manfaat dari fakta bahwa iklan
lowongan di internet tidak memiliki
batasan ruang sehingga perusahaan
bisa menginformasikan uraian jabatan dengan juga menjelaskan perusahaan, persyaratan jabatan, dan
kondisi pekerjaan yang ditawarkan.
e. Gunakan mesin pencari yang valid
yang akan mensortir kandidat secara
efektif, dan tidak akan melakukan diskriminasi kepada pelamar siapapun.
f. Ciptakan iklan koran yang menarik
minat dan dorong mereka untuk
melihat situs Web perusahaan. Me­
reka kemudian akan melihat seluruh
lowongan yang diiklankan.
g. Dorong karyawan mengirim email
iklan lowongan kepada teman-teman
mereka;
h. Desain dan implementasikan strategi
e-Recruitment yang sukses.
Rekrutmen Kampus
Rekrutmen kampus – mengirimkan
wakil perusahaan ke kampus untuk menyeleksi awal pelamar dan membuat pool
pelamar dari alumni kampus – adalah
sumber yang penting untuk mendapatkan management trainee, kandidat baru
lulus yang kelak bisa dipromosikan, dan
kar­yawan profesional-teknikal. Untuk
mendapatkan kandidat terbaik de­ngan
metode ini, perusahaan dan peluang
karirnya mesti dibuat menarik. Sejumlah kecil mahasiswa dan calon lulusan
potensial ingin mengetahui karir mereka
Human Capital Journal n No. 10 n Tahun I n April 2012 |
11
Cover Story
dalam beberapa tahun ke depan jika bergabung.
Kriteria yang dipergunakan mahasiswa dalam memilih pekerjaan pertama
cenderung konserevatif. Perusahaan yang
akan sukses melaksanakan rekrutmen
adalah perusahaan yang mampu memperlihatkan bagaimana jabatan tersebut
menjawab kebutuhan mahasiswa untuk
pengembangan keahlian, peluang reward, kepuasan personal, fleksibilitas
dan kompensasi.
Rekrutmen kampus memberikan
peluang bagi rekruter untuk memilih
karyawan potensial dengan kompetensi
personal, teknikal, dan profesional yang
dibutuhkan di perusahaan. Kompetensi
personal, antara lain, etika kerja positif,
keahlian interpersonal yang kuat, kapasitas kepemimpinan, dan kemampuan
untuk bekerja dalam team. Peluang untuk mendiskusikan kekuatan mahasiswa
tersebut saat ini dan nilai potensial di
masa depan bagi perusaaan tidak bisa
direplikasi di lain waktu. Ini sebuah
momen istimewa.
Terdapat 2 keuntungan menggunakan strategi ini, yakni biaya (lebih mahal dari promosi getok tular tetapi lebih
murah dibandingkan biaya iklan di media
atau menggunakan jasa rekrutmen), dan
kenyamanan (banyak kandidat bisa diwawancarai dalam waktu singkat di lokasi yang sama dengan dukungan fasilitas
dari kampus itu sendiri). Sayangnya, kandidat yang sesuai baru bisa bergabung
dalam periode waktu tertentu, yang tidak
selalu sesuai dengan kebutuhan organisasi. Kekurangan lain menggunakan
metode ini adalah minimnya pengalaman
dan munculnya harapan berlebihan dari
kandidat yang baru lulus.
Agar sukses melakukan rekrutmen
kampus, pertama kali perusahaan harus
menentukan berapa banyak kampus yang
akan didatangi dan kampus mana saja.
Sudah terbukti rekrutmen kampus efektif
secara biaya bilamana melakukan rekrutmen secara intensif. Syaratnya harus
selektif memilih kampus dan bangun
reputasi di antara para mahasiswa dan
12 |
dosen. Pemberian bantuan literatur, pemberian kesempatan magang, dan pemberian penghargaan untuk bidang akademik
dan sosial sangat mengangkat nama
perusahaan. Bisa juga dengan memberikan undangan untuk berkunjung ke kantor perusahaan; buat kandidat potensial
memiliki image yang kuat terhadap perusahaan.
Rekrutmen kampus juga menyediakan kesempatan untuk magang. Program
ini memberi organisasi karyawan yang
berkualitas dengan biaya rekrutmen
yang rendah. Sejumlah program magang
memberikan gaji rendah (upah minimum)
di samping pengalaman bekerja. Mahasiswa magang berkesempatan belajar
bisnis, mengetahui lebih dalam tentang
perusahaan sebelum memutuskan untuk
bergabung. Ada juga kegiatan magang
dilakukan setelah mahasiswa lulus.
Rekrutmen kampus relatif mahal dan
makan waktu. Prosesnya melibatkan upaya menyaring kandidat untuk mengetahui
apakah mereka bernilai bagi perusahaan
sekaligus memasarkan citra perusahaan
sebagai tempat yang disukai untuk be­
kerja. Strategi alternatif bagi rekrutmen
kampus adalah mengadakan workshop
perencanaan karir. Aktifitas semacam
ini adalah investasi di mata mahasiswa.
Pada saat mereka lulus diharapkan melamar bila ada lowongan. n
Bergeser ke
Kompetensi Perilaku
Untuk mendapatkan vailiditas hasil rekrutmen yang lebih
baik, dalam satu dasawarsa terakhir terjadi pergeseran kompetensi yang dinilai saat melakukan rekrutmen. Rekrutmen
semakin menekankan pada kompetensi perilaku (soft competencies). Seberapa manjur?
P
ergeseran dari industri manufaktur yang mendominasi dunia
menjadi ekonomi berbasis jasa
menciptakan perdebatan panjang
tentang penekanan utama tentang jenis
kompetensi saat rekrutmen: kompetensi
teknis (hard/technical competencies) atau
kompetensi perilaku (soft competencies).
Mayoritas ahli SDM melihat perlunya
efektifitas rekrutmen digeser dari penekanan kepada kompetensi teknis menjadi
kompetensi perilaku. Repotnya, men­
definisikan kompetensi perilaku bukanlah
hal yang mudah. Cukup bisa dimengerti
karena hingga saat inipun perdebatan
Human Capital Journal n No. 10 n Tahun I n April 2012
tentang definisi kompetensi juga belum
usai.
Hal-hal yang biasanya dimasukkan
ke dalam kategori kompetensi perilaku,
antara lain, atribut pribadi, kualitas individu, keahlian yang bisa ditransfer, keah­
lian sosial, dan sebagainya. Selain itu,
akan sangat berbahaya jika kompetensi
perilaku didefinisikan berbeda antara
jabatan yang secara historis banyak didominasi oleh para pria dengan jabatan
yang lebih banyak didominasi oleh wanita. Sebagai contoh, pada sebuah perusahaan swasta yang mempekerjakan lebih
banyak manager pria, maka kompetensi
Cover Story
manajerialnya termasuk: toleransi ter­
hadap stres, kemampuan menghadapi
tekanan, mempertahankan argumen logis dan persuasif di tengah situasi oposisi yang kuat.
Sangat kontras dengan kompetensi
perilaku yang dikembangkan oleh perusahaan bidang eceran yang lebih banyak
an lebih tinggi, termasuk kemampuan
manajerial dan kepemimpinan, fokus kepada kompetensi teknis tersebut kurang
relevan.
Selain itu, kompetensi teknis cukup
mudah dipelajari sehingga penekanan
kepada kompetensi teknis hanya bagus
untuk jangka pendek. Seorang mekanik
mempekerjakan manajer wanita, antara
lain: kebijakan pintu terbuka, menaruh
minat kepada kehidupan karyawan, dan
memiliki perhatian kuat terhadap ke­
sejahteraan karyawan. Kendatipun masih banyak ketidakjelasan dan ketidaksepahaman soal kompetensi perilaku, semakin banyak perusahaan yang memberikan penekanan
kepada kompetensi perilaku dalam
melakukan rekrutmen. Kompetensi teknis
dianggap lebih cocok untuk jabatan staf
teknis, yang lebih menuntut keahlian
teknis dalam melaksanakan pekerjaan.
Untuk jabatan yang menuntut keahli­
mesin mobil, misalnya, pasti jago dalam
bidang teknisnya, namun kinerjanya bisa
saja jeblok karena rendahnya motivasi
diri untuk berprestasi. Keahlian teknis
mekanik tersebut diyakini akan bisa dikuasai lebih cepat dan mudah oleh me­
reka yang punya minat di bidang teknik
namun memiliki motivasi berprestasi
dan kemauan belajar yang kuat. Apalagi,
kemajuan dunia pekerjaan yang berkembang kian kompleks, menuntut keahlian
teknis baru – yang mungkin tidak bisa
disediakan langsung oleh sekolah atau
perguruan tinggi.
“Jika ada dua orang yang memiliki
kompetensi teknis sama, namun salah
satu unggul dalam kompetensi perilaku,
maka yang akan terpilih adalah kandidat
dengan kompetensi perilaku lebih baik,”
ujar para pakar rekrutmen.
Para ahli mengatakan, kerangka
kompetensi kini menggantikan konsep
spefisikasi individu tradisional yang lebih
berdasarkan kepada kompetensi teknis. Hasil survey
CIPD Recruitment and Retention mendapatkan fakta,
85% perusahaan menggunakan wawancara berbasis
kompetensi dalam proses
seleksi karyawan. Pendapat Dick dan Nadin (2006)
lebih tajam lagi. Mereka
mengatakan kompetensi
tidak mesti sama untuk
gender berbeda, namun
kompetensi yang dipergunakan untuk menilai kinerja
umumnya menjadi nilainilai dan minat dari mayoritas pemegang jabatan.
Berdasarkan riset ter­
hadap para manajer wanita, kompetensi teknis yang
didukung oleh sejumlah
kompetensi perilaku se­
perti komunikasi personal,
kerjasama bisnis dan team
menghasilkan kinerja yang
tinggi. Hasil riset terhadap
Unilever di Inggris menda­
patkan fakta menarik: para wanita sa­
ngat berbakat pada sejumlah keahlian
seperti kemitraan bisnis, manajemen
akun, manajemen hubungan, konsultansi
internal, dan inovasi.
Pilihan Proses Rekrutmen
Berdasarkan riset global, saluran rek­
rutmen utama untuk mendapatkan para
pelamar adalah iklan di koran lokal/nasional, agency rekrutmen/firma pencarian
SDM, website perusahaan, jurnal khusus,
mendorong pelamar secara spekulatif,
dan skema referensi karyawan.
Human Capital Journal n No. 10 n Tahun I n April 2012 |
13
Cover Story
Rekrutmen Melalui Internet
Dengan kemajuan teknologi rekrutmen via internet, rekrutmen via internet
telah menjadi wahana rekrutmen utama
oleh perusahaan dan agency rekrutmen.
Gelombang rekrutmen via internet mulai
terjadi sejak 1998, dimulai dengan ba­
nyaknya organisasi yang menggunakan
10
O
Lakukan seleksi sendiri untuk mendapatkan kandidat yang
benar-benar tertarik.
Untuk memilah antara kandidat
yang benar-benar serius dan yang
tidak, analisis resume dan wawancara temu muka kandidat tidak lagi
memadai. Harus ditambahkan aktifitas lain. Salah satunya dengan mengundang seluruh kandidat potensial
untuk bertemu bersama dalam ke­
giatan semacam Open House. Dalam artikel di the Wallstreet Journal,
konsultan bisnis start-up I Love Rewards Inc. menjelaskan bagaimana
1.200 pelamar terpilih diundang,
hanya 400 orang yang datang. “Ini
semacam seleksi diri sendiri. Begitu
mudah untuk mengirimkan lamar­
an, namun terbukti 800 orang tidak
mengikuti seleksi langkah pertama.
Hal ini membantu mengurangi beban
proses penyaringan,” ujar CEO perusahaan itu kepada WSJ, sambil menambahkan, “Strategi Open House
membantu Anda melihat bagaimana
14 |
men via internet, organisasi memiliki sejumlah pilihan: mendorong para pelamar
untuk melamar di website, membangun
website khusus rekrutmen, atau memasang iklan lowongan kerja di perusahaan khusus rekrutmen internet, seperti
JobsDB, Mosnter, Top Jobs, dan sebagainya.
Langkah Mendapatkan
Kandidat Ideal
rganisasi selalu kesulitan
mendapatkan kandidat ideal.
Berikut sejumlah langkah
yang bisa ditempuh untuk menda­
patkan kandidat yang diinginkan:
1
website korporat mereka sebagai saluran
rekrutmen. Nilai rekrutmen online saat
ini di seluruh dunia diperkirakan mencapai lebih dari US$10 miliar.
Rekrutmen via internet sangat efektif
khususnya untuk merekrut para lulusan
baru, untuk jabatan IT dan profesional
teknis, manajer madya. Dengan rekrut-
kandidat berinteraksi dalam grup.”
2
Atur untuk terjadinya interaksi
dalam grup
Berinteraksi dengan kandidat potensial dalam format kelompok adalah cara
terbaik untuk mengetahui karakter, tingkat minat, pengetahuan tentang pekerjaan, dan keahlian berkomunikasi dari
para kandidat. Ini juga membantu Anda
mengetahui apakah mereka sesuai de­
ngan budaya perusahaan Anda.
Wawancara interaktif bisa pula dilakukan dengan cara berbeda, tetapi
a­cara itu intinya adalah mengundang
kandidat untuk bertemu dalam grup, di
mana para kayawan dan kandidat bisa
berinteraksi. Wawancara kandidat yang
singkat tidak memungkinkan rekruter
mendalami potensi dan kompetensi
kandidat secara baik. Cara kreatif lainnya? Bisa saja. Yang penting, pertemuan
dengan kandidat itu memungkinkan Anda
memahami pengetahuan dan kecintaan
kandidat terhadap industrinya, di sam­
ping personalitas kandidat.
3
Pilihlah kandidat yang punya
mimpi dan perlihatkan bahwa Anda
menginginkan mereka.
Kandidat pasif (mereka yang sudah
bekerja dan tidak aktif mencari peker-
Human Capital Journal n No. 10 n Tahun I n April 2012
jaan baru) merupakan orang yang Anda
impikan untuk direkrut, tetapi Anda tidak
akan benar-benar bisa membuat mereka
tertarik tanpa menunjukkan seberapa besar Anda menginginkan mereka.
Sebuah tulisan dalam BusinessWeek
menceritakan pengalaman sebuah perusahaan yang menyeleksi 100 kandidat
ideal dan ingin mengetahui mereka melalui riset terhadap profil mereka di media
sosial dan pada pekerjaan sebelumnya.
Setiap kandidat dikirimi iPod pribadi yang
berisi ucapan selamat datang dari CEO.
Agak mahal memang.
Hasilnya? “Lebih dari 90 penerima
merespons kiriman tersebut, 3 meninggalkan pekerjaan karena dipromosikan,
dan banyak kandidat potensial mengetahui perusahaan dari teknik getok tular
yang diciptakan oleh perusahaan pencari
karyawan tersebut,” ungkap BusinessWeek.
Carilah kandidat di tempat yang
tidak lajim
Direktur Talent Acquisition dari
Quicken Loans di Amerika menceritakan
kepada New York Times bagaimana perusahaannya (yang selalu termasuk pada
“100 best places to work” versi majalah
Fortune) melakukan rekrutmen dengan
cepat dengan tetap menjaga standar bu-
4
Cover Story
Manfaat beriklan di internet bagi perusahaan, antara lain, menurunkan biaya
rekrutmen, menggapai jumlah pelamar
yang lebih luas, mempersingkat siklus
rekrutmen, menyortir pelamar berdasarkan kriteria seleksi, mengurangi pekerjaan menggunakan kertas dalam proses
rekrutmen, di samping menciptakan citra
perusahaan yang bagus. Bagi para pelamar, rekrutmen internet bisa menciptakan
fleksibilitas yang lebih besar, termasuk
menyesuaikannya dengan situasi pasar
kerja yang bersifat temporer.
Perusahaan yang melakukan rekrutmen secara internasional bisa mengkombinasikan teknologi internet dengan
teknologi lainnya, seperti teknologi video,
untuk memudahkan dan mengefisienkan
biaya rekrutmen di negara-negara berbeda. Rekrutmen internet juga memungkinkan perusahaan untuk menggunakan
alat bantu seleksi awal dan test untuk
menyaring kandidat sehingga muncul
daftar pendek nama kandidat untuk ke-
daya perusahaan dengan cara mencari
orang-orang hebat di tempat yang tidak
lajim.
Sebagai contoh, perusahaan melakukan sidak di toko ritel dan restoran,
mengirimkan karyawan ke luar kantor
untuk berinteraksi dengan mereka, dan
menawarkan wawancara dengan me­
reka yang benar-benar menarik. “Terlalu
banyak perusahaan yang fokus kepada
pengalaman dalam bidang industri saat
melakukan rekrutmen. Kita bisa mengajari orang lain tentang keuangan. Namun,
kita tidak bisa mengajarkan ketekunan,
kesungguh-sungguhan, dan keinginan
untuk meraih keberhasilan,” katanya.
Misalnya, melalui video yang diunggah di YouTube, yang menunjukkan betapa menariknya bekerja di perusahaan
Anda. Bisa juga dalam bentuk podcast
(semacam job casting di iPod), yang bertujuan menaikkan minat dan apresiasi
kandidat terhadap perusahaan.
lainnya. Anda tinggal ketik Forum
yang sesuai de­ngan profesi yang
Anda cari, internet akan mencarikannya untuk Anda. Selanjutnya, tinggal
Anda putuskan di forum mana Anda
akan memasang iklan atau mengirimkan informasi lowongan kerja.
Menghadiri kegiatan yang bukan Job Fair
Job Fair sering menjadi tidak berguna
karena kandidat terbaik mungkin sudah
bekerja. Sehingga Anda seyogyanya
mencari talent pada acara-acara lain,
yang bukan terkait dengan rekrutmen.
Forum-forum profesional seringkali dihadiri oleh orang-orang yang sesuai de­
ngan kebutuhan Anda.
Secara aktif mencari profil
kandidat melalui media sosial
Ketimbang repot mengurusi ratusan resume yang tidak sesuai dengan
kebu­tuhan perusahaan, Anda lebih baik
melakukan sendiri pencarian kandidat
melalui media sosial, macam Facebook,
Twitter, LinkedIn, dan sebagainya. Anda
bisa memfokuskan pencarian kepada kandidat yang sesuai dengan kriteria Anda.
Beberapa situs Web memungkinkan
kandidat menciptakan profil diri mereka,
termasuk resume dan informasi detil lainnya, untuk meningkatkan pemahaman rekruter tentang diri mereka. Bukan hanya
bisa mencari kandidat melalui media sosial, tetapi juga langsung berinteraksi dan
berkomunikasi dengan kandidat melalui
media yang sama.
Pertimbangkan kandidat
sebelumnya
Kandidat yang pernah ditolak
bisa jadi menjadi pilihan tepat untuk
direkrut saat ini. Dalam rekrutmen
sebelumnya, boleh jadi Anda mengabaikan kandidat yang bagus untuk
berbagai alasan – mungkin permin­
taan gajinya kebesaran atau dinilai
bukan kandidat potensial untuk posisi
tersebut. Apapun alasannya, sepan­­
jang Anda merasa dia akan menjadi
pilihan bagus untuk posisi ini, Anda
bisa membuka kontak kembali dan
menanyakan apakah yang bersangkutan berminat.
Promosikan perusahaan di
media non-tradisional
Uraian jabatan tertulis pada situs
pencari kerja masih bersifat standar dan
tidak menjelaskan perusahaan Anda kepada mereka. Sebuah video atau bentuk
media lainnya justru bisa memberikan
efek yang diharapkan. Menggunakan
media non-tradisional memberikan pula
kesempatan untuk menyampaikan pesan
tentang budaya perusahaan Anda kepada
pencari kerja. Iklankan di tempat yang sering
dilihat oleh kandidat ideal
Fokuskan proses rekrutmen dengan
cara dan tempat yang sesuai bagi kandidat yang Anda inginkan, termasuk mediamedia yang sering dikunjungi oleh kandidat potensial. Yang termurah saat ini
adalah media online. Kalau Anda mencari
profesional di bidang HR tentu akan lebih
pas beriklan di media-media yang umumnya mereka baca, termasuk media online.
Begitu juga untuk profesional di bidang
5
6
7
8
9
10
Ciptakan insentif referral
Refferral menjadi salah satu
metode rekrutmen yang tergolong
ekselen. Anda hanya perlu menginformasikan kepada karyawan siapa
yang Anda cari, dan barangkali menciptakan insentif untuk mendapatkan
kandidat potensial. Insentif referral
biasanya diberikan setelah kandidat
yang direkomendasikan melewati
masa percobaan. Bentuk insentifnya
tidak hanya berupa uang tunai, tetapi
juga bisa fasilitas liburan, fasilitas
parkir gratis langsung setahun, tambahan hari libur, dan sebagainya. n
Human Capital Journal n No. 10 n Tahun I n April 2012 |
15
Cover Story
mudian didalami lebih jauh.
Ada sejumlah hal yang perlu dicatat
tentang rekrutmen internet. Mayoritas
perusahaan masih berkeberatan menggunakan seleksi secara online. Mayoritas perusahaan menggunakan rekrutmen
internet hanya untuk menjaring pelamar,
dan menindaklanjutinya secara offline.
Masih sangat sedikit yang menaruh
kuesioner seleksi secara online ataupun menggunakan test secara online.
Alasannya, hal ini akan menarik minat
kandidat yang tidak sesuai. Begitu pula,
masih sedikit pemahaman perusahaan
terhadap partisipasi dan pengalaman
dari para pelamar dengan latar belakang
modern terhadap rekrutmen internet secara lengkap.
Rekrutmen internet, agaknya, lebih
menarik bagi pencari kerja tertentu, se­
perti anak-anak muda, pelamar yang
lebih berpendidikan, mereka yang sering ingin mengubah pekerjaan, dan
mereka-mereka yang sudah bekerja. Hal
semacam ini tentu berpengaruh bagi kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan
bagi orang lain.
Skema Referensi Karyawan
(Employee Referral)
Salah satu metode rekrutmen yang
juga populer, kendatipun bukan hal baru,
adalah skema referensi karyawan, di
16 |
mana karyawan yang ada mengusulkan
kandidat potensial dari jaringan mereka.
Persentase perusahaan yang menggunakan metode ini di seluruh dunia terus
meningkat. Manfaat metode rekrutmen
ini cukup banyak, seperti menurunkan
biaya rekrutmen, memudahkan pelamar
untuk mendapatkan pemahaman jabatan yang lebih realistis, memudahkan
perusahaan mendapatkan kandidat yang
le­bih sesuai dengan kebutuhan perusahaan, dan sebagainya.
Keinginan karyawan untuk merekomendasikan perusahaannya kepada orang
lain digunakan sebagai ukuran “komitmen organisasional” dalam lingkungan
kerja berkinerja tinggi. Perusahaan yang
terlibat dalam rekrutmen berkelanjutan
mendapatkan manfaat terbesar dari rekrutmen via referensi karyawan ini. Ba­
nyak perusahaan yang mempromosikan
rekrutmen model ini untuk mengatasi
berbagai kesulitan dalam rekrutmen.
Berbeda dengan praktik di Indonesia, di negara-negara maju, perusahaan
menciptakan imbalan untuk setiap keberhasilan rekrutmen berdasarkan referensi
karyawan. Karenanya, dikenal istilah
skema rekrutmen referensi karyawan,
yaitu adanya sistem insentif yang diberlakukan. Biasanya, pembayaran dilakukan
di akhir masa percobaan dari karyawan
yang direferensikan. Besaran insentif
Human Capital Journal n No. 10 n Tahun I n April 2012
cukup lumayan, berkisar
antara Rp 15 juta hingga
Rp 100 juta lebih sedikit
per orang, tergantung kepada nilai jabatan di mana
si karyawan ditempatkan.
Meski tetap mengeluarkan biaya, rekrutmen via
referensi karyawan tetap
lebih hemat dibandingkan
dengan menggunakan perusahaan jasa rekrutmen
– nilai penghematannya
bisa mencapai Rp 25 juta
per kandidat.
Terlepas dari daya
tarik menggunakan teknik
rekrutmen
menggunakan referensi karyawan, pendekatan ini
dikritik karena menimbulkan implikasi
ketidaketaraan bagi pencari kerja di luar
sana dalam memperebutkan pekerjaan
alias terjadi diskriminasi. Para pencari
kerja yang tidak memiliki koneksi dengan
orang dalam akan dirugikan.
Untuk menghilangkan potensi bias
terkait metode rekrutmen referensi kar­
yawan, maka perusahaan harus memastikan bahwa skema tersebut didukung
oleh proses seleksi yang adil, orangorang yang terlibat sangat terlatih dalam
proses rekrutmen dan seleksi. Kemungkinan lain adalah dengan menetapkan
kriteria/batasan yang jelas tentang partisipasi dalam skema tersebut bagi kelompok karyawan tertentu. Misalnya, para
manager senior dan staf SDM dengan
tugas utama melakukan rekrutmen, tidak
diperbolehkan ikut skema ini.
Proses Seleksi
Meramalkan kinerja jabatan seseorang di masa depan merupakan sebuah
proses yang kompleks karena kinerja
yang berhasil dalam setiap peran jabat­
an dipengaruhi oleh variabel individu
dan organisasional. Hal ini mendorong
banyak pakar berargumentasi bahwa
yang terpenting bukan untuk mengisolasi
keputusan dari praktik manajemen SDM
lainnya yang berlangsung sebelum dan
Cover Story
setelah proses seleksi, seperti menyediakan informasi yang memadai dalam iklan
dan literatur rekrutmen tentang peran
jabatan.
Pemikiran ini bertujuan untuk citra
perusahaan yang baik sekaligus juga sebagai sosialisasi dari kebijakan baru dalam rekrutmen. Banyak usulan agar faktor keberagaman karyawan berdasarkan
latar belakang etnis, agama dan gender
perlu untuk diperhatikan dalam pelaksanaan rekrutmen. Praktik terbaik di perusahaan adalah mengkombinasikan sejumlah proses seleksi yang lebih canggih,
ketimbang hanya menggunakan sumber
informasi tunggal dalam pengambilan
keputusan apakah menerima atau menolak aplikasi pelamar.
Perusahaan perlu mempertimbangkan
sejumlah pendekatan seleksi dalam rekrutmen, termasuk wawancara tidak terstruktur, baik temu muka langsung atau
dilaksanakan melalui telepon, wawancara perilaku atau situasional terstruktur,
wawancara berbasis kompetensi, test
psychometric, dan seleksi menggunakan
pusat asesmen.
Bagaimanapun, masih terjadi ba­
nyak debat dan riset tentang bagaimana
meningkatkan validitas dan kehandalan
proses seleksi. Penggunaan test psychometric dalam proses seleksi diterima
sebagai cara untuk menjamin terciptanya
prosedur yang berkeadilan, di mana test
dilakukan sama untuk setiap kandidat. Di
sisi lain, test psychometric juga melahirkan ketidakadilan distributif karena se­
ring didasarkan kepada asumsi bahwa
ada satu cara “terbaik” untuk mengerjakan sebuah pekerjaan. Apa yang perlu dilakukan oleh organisasi adalah mengakui
bahwa setiap orang bisa mengerjakan
sebuah pekerjaan dengan cara berbeda
namun tetap efektif.
Oleh karenanya, pendekatan tunggal
dalam seleksi mungkin tidak pas. Betapapun kompleksnya proses rekrutmen
dan seleksi, perusahaan perlu secara
sistematis memantau outcome dari kebijakan dan praktik rekrutmen dan seleksi.
RALAT
> Pada majalah Human Capital Journal edisi 09/Maret 2012, halaman 11-12, tertulis
"MIGAS" yang berkaitan dengan variable bonus.... Seharusnya tertulis "ENERGY", dimana
Untuk Table 1
energy ini termasuk Migas, Tambang, dan Power.
> Table 1 halaman 11, table 2-4 halaman 12 yang benar adalah yang di bawah ini:
Tabel 1
Market Movement in Indonesia 2003-2012
Untuk Table 2
Tabel 2
Salary Increase by Industry 2009-2012
Untuk Table 3
Tabel 3
2011 Actual Variable Bonus Ditributed, General Industry
Untuk Table 4
Tabel 4
2012 Projected Variable Bonus, By Industry
n
Human Capital Journal n No. 10 n Tahun I n April 2012 |
17
Cover Story
Apa Kata Mereka?
Enny Sampurno HR Director Unilever Indonesia
Strategi Rekrutmen
ala Unilever
P
erusahaan yang beroperasi di Indonesia sejak
tahun 1933 dan tumbuh dan berkembang bersama masyarakat Indonesia selama 75 tahun
memiliki strategi tersendiri dalam hal merekrut
karyawan. Salahnya satunya dengan MCR.
Unilever Indonesia adalah produsen merek-merek yang
sudah sangat dikenal masyarakat, antara lain Pepsodent,
Lifebuoy, Lux, Dove, Sunsilk, dan masih banyak lagi. Posisi
Unilever Indonesia yang kuat sebagai pemimpin pasar
telah diakui melalui berbagai penghargaan nasional dan
internasional yang diterima oleh perusahaan. Tahun 2008
saja, Unilever Indonesia menerima 63 penghargaan lokal
dan regional baik dari berbagai media massa papan atas
maupun instansi pemerintah, seperti Asia’s 200 Most Admired Companies oleh Wall Street Journal Asia, PROPER
Award oleh Kementrian Lingkungan Hidup, 4 penghargaan
International Asia’s Best Brand Poll (Best Managed Company, Best Corporate Governance, Best Investor Relations
& Most Committed to a Strong Dividend Policy), Energy
Globe Award (Environment IDE program), Asian MAKE
Award 2008, Indonesia’s Best Brand Award oleh SWA,
dan lain-lain.
18 |
Human Capital Journal n No. 10 n Tahun I n April 2012
Keberhasilan Unilever Indonesia
menerima penghargaan berbagai
penghargaan nasional dan internasional
tak lepas dari kehandalan dan komitmen
tinggi karyawan Unilever terhadap kemajuan perusahaan ini. Bagaimana system
perekrutan karyawan yang dilakukan
oleh Unilever Indonesia, dibeberkan oleh
Enny Sampurno, HR Director Unilever
Indonesia akhir Maret 2012 lalu kepada
Human Capital Journal di Jakarta.
Berikut petikan wawancaranya:
Strategi apa yang dilakukan Uni­
lever dalam merekrut karyawan?
Kami memiliki dua cara untuk merek­
rut karyawan, baik untuk yang fresh
graduated maupun pro hire (professional
hire). Untuk fresh graduated, kami tidak
langsung memberikan pekerjaan, tapi
Cover Story
B
uat kami, sebenarnya yang sulit
bukan rekrutnya, tapi
on boarding-nya.
Biasanya suka ‘lari’.
Karena itu, biasanya
dalam on boarding,
programnya harus
tahu dan siapa yang
akan mendampingi.
kami ‘putar-putar dulu. Caranya dengan
me-rolling karyawan baru di berbagai
tempat. Misalnya pertama di bagian
sales selama dua tahun, kemudian di­
pindahkan ke bagian lain. Ketika me­reka
ditempatkan di satu pekerjaan, kami
bantu juga untuk men-develop mereka.
Kenapa? Karena kalau orang-orang dari
fresh graduated langsung ditempatkan
di pekerjaan, mereka pasti kaget karena
nuansa universitas mereka masih ada.
Dalam masa training selama tiga tahun,
mereka kami perkenalkan macammacam pekerjaan di Unilever, culture
Unilever seperti apa, behavior-nya se­
perti apa. Kami selalu lakukan regularly
assess. Setiap bulan mereka diharuskan
presentasi, kemudian kami berikan
masukan mereka harus bagaimana,
cocok atau tidak. Kalau memang tepat,
baru kami berikan
pekerjaan dan kami
naikkan levelnya.
Metode apa
saja yang diguna­
kan untuk mer­
ekrut karyawan
tersebut?
Untuk fresh
graduated, standar
dengan perusahaan
lain seperti nilai IPK
dan lain-lain. Kemudian ada assessment
center. Mereka kami
kumpulkan untuk
melakukan berbagai
hal, misalnya presentation, group discussion, interview dan
sebagainya. Dengan
cara ini, kami bisa
melihat dan mengetahui karakter orang,
apa saja yang lebih dominan, apakah
mereka mau mendengarkan pendapat
orang lain, dan masih banyak lagi. Bagi
saya, group discussion justru lebih
menarik karena semuanya bisa terlihat.
Saya suka melihat dan memperhatikan
mereka. Mereka diberikan kasus dan diminta presentasi bagaimana mengatasi
dan menghadapi kasus tersebut. Khusus
untuk pro hire, kami punya program yang
di Unilever disebut MCR (Mid Career
Recruitment). Tujuannya adalah untuk
mengisi posisi-posisi yang kosong. Kalau
yang ini memang kami tidak bisa ambil
fresh graduated, jadi kami ambil yang
sudah berpengalaman, kami rekrut,
kalau cocok baru kami ambil.
Sejauhmana keberhasilan kedua
metode tersebut dan efektivitasnya?
Begini, kalau dari rekrutmen
dan aplikan untuk fresh graduated
biasanya mengirim sampai ribuan
form. Namun yang diterima hanya
sekitar 25-30 orang per tahun. Dan
itu rutin dilakukan setiap tahun.
Tapi kalau untuk pro hire, saya kira
memang tidak mudah. Adakalanya
bisa langsung dapat, adapula yang
ternyata tidak cocok. Kebutuhannya
juga tidak setiap saat.
Posisi apa saja yang banyak
dicari dan sulit saat merekrut?
Di tempat kami, posisi yang pa­
ling sulit adalah di level senior untuk
program MCR. Tapi kami punya
beberapa pilihan, bisa kami ambil
dari MCR atau kami ambil ekspatriat. Biasanya kami ambil dari luar,
adalah yang capability-nya belum
kami miliki. Misalnya kami mau
besarkan ready to drink, mau tidak
mau harus ambil dari luar. Atau kita
ingin beauty punya capability lain
di market, misalnya merchandise
atau yang lain, baru kami ambil.
Buat kami, sebenarnya yang sulit
bukan rekrutnya, tapi on boardingnya. Biasanya suka ‘lari’. Karena
itu, biasanya dalam on boarding,
programnya harus tahu dan siapa
yang akan mendampingi. Saat ini
kami lebih banyak ambil dari dalam.
Ada juga pro hire-nya, tapi yang
masih muda Kami ambil agar bisa
dibentuk. Saat ini kami juga ada pro
hire untuk level senior, tapi prosentasinya sedikit. Untuk MCR, paling
hanya 3%, sementara turnover kami
cuma 7%. Level assistant manager
adalah posisi yang banyak dicari.
Makanya kami banyak develop dari
dalam. n
Ratri Suyani
Human Capital Journal n No. 10 n Tahun I n April 2012 |
19
Cover Story
Member Get Member
Tonny Warsono
Director of Human Capital and Business Development
WIjaya Karya (WIKA)
K
eterampilan para personel Wijaya Karya (WIKA) dalam industri
konstruksi sudah dikenal luas
tak hanya di dalam negeri, tapi
juga di dunia internasional. Perusahaan
jasa konstruksi yang menangani berbagai
proyek penting seperti pemasangan jaringan listrik di Asahan, proyek irigasi Jatiluhur, dan masih banyak lagi memiliki anak
perusahaan yang juga dikenal seperti PT
Wijaya Karya Beton (pengembangan Divisi Produk Beton), PT Wijaya Karya Realty
(pengembangan Divisi Realty), PT Wijaya
Karya Intrade (pengembangan Divisi Industri dan Perdagangan), PT Wijaya Karya
Gedung (bergerak dalam bidang
usaha pembangunan high rise
building), PT Wijaya Karya
Insan Pertiwi (yang bergerak di
bidang mechanical-electrical),
dan tahun 2009 lalu, bersama
dengan PT Jasa Sarana dan
RMI, didirikan PT Wijaya Karya
Jabar Power (yang bergerak dalam pemba­ngunan Pembangkit
20 |
Human Capital Journal n No. 10 n Tahun I n April 2012
Listrik Tenaga Panas Bumi).
Pertengahan 2009 lalu, WIKA bersama perusahaan
lain berhasil menyelesaikan Jembatan Suramadu, sebuah
proyek prestisius yang menghubungkan pulau Jawa
dengan pulau Madura. Memasuki tahun 2010, WIKA men­
yiapkan Visi baru, yaitu VISI 2020 untuk menjadi salah satu
perusahaan EPC dan Investasi terintegrasi terbaik di Asia
Tenggara. Visi ini diyakini dapat memberi arah ke segenap
jajaran WIKA untuk mencapai pertumbuhan yang lebih
optimal, sehat dan berkelanjutan.
WIKA juga berhasil meraih beberapa penghargaan nasional seperti Runner Up-1 untuk Kategori Services serta
Commendation for The First Time Sustainability Reporting
dari National Center for Sustainability Reporting (NCSR)
dalam acara Indonesia Sustainability Reporting Awards
(ISRA), predikat “Sangat Bagus” dalam INFOBANK BUMN
Award 2011, The Best in Building and Managing Corporate
Image dari Frontier Consulting Group, dan masih banyak
lagi. Kesuksesan WIKA meraih berbagai penghargaan tak
lepas dari dukungan seluruh karyawan dan manajemen
yang ingin selalu mengembangkan dan membesarkan
WIKA. Bagaimana strategi rekrutmen yang dilakukan WIKA
dibeberkan oleh Tonny Warsono, Director of Human
Capital and Business Development WIKA. Berikut petikannya:
Strategi apa yang dilakukan Wika dalam mer­
ekrut karyawan?
Di Wika memang ada dua hal yang berkaitan dengan
rekrutmen. Pertama, berkaitan dengan fresh graduated,
Cover Story
P
osisi yang dibutuhkan di WIKA
seperti engineer, supervisor di
lapangan, technical, quality, dan
safety yang saat ini paling banyak
dibutuhkan. Ada juga administrasi
untuk di finance, human resource
juga ada. mekanikal, electrical sipil.
Yang juga susah dicari adalah pro­
cess engineer
satu lagi adalah pro hire. Untuk pro
hire, kami bisa lakukan member get
member atau diinfokan kepada temannya teman atau temannya karyawan, tapi bisa diiklankan. Sedang­
kan untuk fresh graduated, kami
menyebarkan ke seluruh Indonesia,
terutama di kampus-kampus. Kami
merekrut hampir di semua propinsi.
Ini karena kami punya policy, yaitu
rekrutmen yang kami lakukan harus
mewakili pulau-pulau di Indoensia.
Tujuannya, ketika mereka menjadi
manager, mereka kembali ke tempatnya dan memba­ngun pulaunya.
Jadi nuansa Indonesianya semakin
kental. Setelah direkrut dan diterima, kemudian ada seleksi melalui
pelatihan selama 6 bulan. Setelah
lulus pelatihan, mereka kemudian
diangkat jadi pegawai. Pengangkatannya juga pakai pakaian natural,
untuk menciptakan ke Indonesiaan.
Nasionalisme di Wika sangat tinggi.
Jadi, nasionalisme juga diberlakukan kepada karyawan baru.
Metode apa saja yang digu­
nakan untuk merekrut karya­
wan tersebut?
Untuk fresh graduated, ada
minimum IPK. Tapi memang IQ yang
lebih menentukan. Sekarang ini sudah
angkatan ke-37 untuk fresh graduated.
Selama 5 hari, mereka akan dites dan
dilihat oleh para psikolog. kalau mereka
tidak kuat, akan kelihatan. semua diperhatikan perilakunya. Setiap tahun selalu
kami lakukan rekrutmen, turn over kami
sekitar 1,5%. Kompensasi kami di atas
rata-rata dan berdasarkan salary survey.
Kami juga melihat dari sisi spiritualnya.
Tapi spiritual itu tidak hanya soal agama
saja, yang utama hidupnya baik dan
tidak mengganggu orang. Ini lebih dalam
lagi.
Bagaimana keberhasilan kedua
metode tersebut dan sejauhmana
efektivitasnya?
Dari 95% yang masuk, dropnya 5%.
Biasanya ini saat pelatihan 6 bulan
pertama. Ini sama saja de­ngan magang.
Kami ada class room selama 2 minggu,
ditambah dengan class outdoor satu
minggu.
Berapa biaya yang dikeluarkan
untuk proses rekrutmen tersebut?
Setiap tahun, kami keluarkan biaya
sebesar 10 juta/orang untuk biayanya
rekrut saja. Tapi ini beda dengan biaya
pelatihan. Karena pelatihan ini sama
saja bekerja, jadi tidak kami hitung.
Posisi apa saja yang banyak
dicari dan sulit saat merekrut?
Posisi yang dibutuhkan di WIKA
seperti engineer, supervisor di lapangan, technical, quality, dan safety
yang saat ini paling banyak dibutuhkan. Ada juga administrasi untuk di
finance, human resource juga ada.
mekanikal, electrical sipil. Yang
juga susah dicari adalah process
engineer, ini kami lakukan untuk pro
hire. Tapi untuk posisi ini biasanya
dilakukan dengan cara member get
member. Mereka biasanya pindah
ke WIKA karena ingin ada suasana
yang beda de­ngan perusahaan
sebelumnya. Culture-nya kan beda.
Yang jelas semuanya dites dulu.
Tahun ini, kami menerima 150 orang
yang diterima. Total karyawan kami
ada 1500 orang. Biasanya dari
500 calon pelamar, paling dapat
30 orang karyawan baru. Ada lima
kali seleksi penerimaan karya­wan
baru. Tahun ini, sebelum Juni proses
rekrutmennya harus selesai. Jadi,
sebulan sekali kami lakukan proses
rekrutmen.n Ratri Suyani
Human Capital Journal n No. 10 n Tahun I n April 2012 |
21
P HOTO G A L L E RY
4 Days Effective Program
Human Resource
Management Professional
(HRMP)
Jakarta, 19 - 22 Maret 2012
22 |
Human Capital Journal n No. 10 n Tahun I n April 2012
Profile
S
elalu mencari perbedaan dan menghasilkan value merupakan
fokus utama Tonny Warsono
dalam mengelola sumber
daya manusia di Wijaya
Karya (Wika).
Apa yang membuat pria kelahiran Semarang, 24 November 1956
ini tertarik di dunia HR? Jawabannya sederhana. “Saya justru tertarik
di value dan bagi saya value baru
berharga jika ada differentiation,”
ujar jebolan Teknik Sipil
Universitas Parahyangan
tahun 1981. Karirnya
berawal ketika ia mulai
berkiprah di Wika tahun
1982. Dua tahun kemudian, pria asal Semarang,
Jawa Tengah ini diminta
membuat suatu konsep
pengupahan di Wika.
Dalam kurun tiga tahun,
sistem pengupahan yang dibuat Tonny
berhasil meningkatkan produktivitas
perusahaan. “Sistemnya saya buat sesuai
prestasi. Kalau prestasi mereka meningkat, maka upah mereka akan meningkat
sehingga mereka semakin termotivasi. Ini
juga berdasarkan survei karyawan waktu
itu,” imbuhnya.
Setelah itu, ia mulai masuk ke bagian
operation, marketing, quality, teknik,
hingga akhirnya dipercaya mengelola
anak perusahaan Wika, PT Wijaya Karya
Intrade tahun 2000 dengan posisi sebagai
President Director. Juli 2002, ia diminta
sebagai Director of Finance and HR. Dan
baru pada Desember 2002, ia dipercaya
menjabat sebagai Director of Human
Capital and Business Development Wika.
“Selalu ingin lebih, selalu bekerja maksimal dan selalu berbuat terbaik,” kata
Tonny. Karena itu, menciptakan perusahaan yang berbeda dengan perusahaan
lain menjadi hal yang penting. Budaya
Kerja 5S (Rapi, Resik, Ringkas, Rajin, dan
Rawat) ia ciptakan untuk memberikan
Tonny Warsono
kemudian Anda bisa dan punya
kompetensi. Kalau pengharkatan,
Anda tidak bisa teknikal, saya latih
soft kompetensinya, sehingga anda
punya keinginan untuk belajar
sendiri hal-hal teknik yang belum
Anda kuasai. Jadi, buat saya, orang
itu diharkatkan,” paparnya panjang
lebar.
Pada 2003, ia mulai menerapkan Neuro Linguistik Program
(NLP). Ia mengakui, NLP merupakan ‘kotak’ penyadaran diri agar engagement karyawan Wika semakin
tinggi. “NLP itu membuat apa yang
Anda lakukan akan
berefek pada apapun di sekitar Anda.”
Misalnya, Jika Anda
terlambat, maka
akan berefek pada
kelancaran pekerjaan. Atau misalnya
Anda dikritik karena pekerjaan Anda
tidak bagus, Anda
terima kritikan, setelah itu ucapkan terima kasih. Kemudian lakukan pekerjaan
itu dengan baik. “Di Wika tidak diajarkan
untuk benar atau salah, tapi efektif atau
tidak efektif. Jadi, terima saja masukan
atau kritikan, setelah itu ucapkan terima
kasih,” kata Tonny yang mengakui bahwa
perusahaannya seolah ‘melawan arus’
dan bertolak belakang dengan kondisi
masyarakat Indonesia sekarang.
Ketika disinggung apa saja obsesinya
yang belum tercapai, dengan lugas ia
menjawab bahwa ia berhasil menjadikan
pimpinan Wika mempunyai perilaku
yang berbasis kearifan Indonesia dan
melihat 5000 karyawan Wika ada di luar
negeri alias go international. “Karena
melalui cara ini, karyawan Wika bisa
membawa nama baik bangsa Indonesia,”
ucap Tonny yang selalu menjaga kebugaran tubuh dengan tidak mengkonsumsi
nasi, minum vitamin, tidur cukup, jalan
kaki dan stretching, serta brain gym atau
olahraga otak. n Ratri Suyani
Menghasilkan Value
yang Berbeda
value yang berbeda pada Wika. “Ini saya
buat dan sekarang menjadi ciri khas atau
trade mark Wika,” kata ayah dari Dea
Pitasari (26 tahun).
Apa yang mendasari ia menciptakan
budaya kerja demikian? Tak lain karena
karena ia ingin perusahaan memberikan
pengharkatan kepada karyawannya, bukan sekadar penghargaan. Baginya, penghargaan adalah transaksional antara perusahaan dengan karyawan. “Anda beri apa,
saya kasih apa. ini namanya penghargaan.
Saya bilang ke perusahaan, kalau begitu
saja, apa bedanya dengan perusahaan
lain? Tonny berujar. Ia menambahkan,
value perusahaan justru bisa dari perbedaan. “Makanya saya merubah paradigma
dan saya buat menjadi pengharkatan. Apa
bedanya? Sentuhannya berbeda, programnya berbeda,” kata suami dari Irene
Susilowati dengan antusias. Menurutnya, penghargaan adalah melatih orang
sehingga bisa memiliki kompetensi yang
diperlukan perusahaan. “Penghargaan
itu, Anda tidak bisa teknikal, saya latih,
Human Capital Journal n No. 10 n Tahun I n April 2012 |
23
Iklan
MKI Corporate University
Center of Excellence in Business, Leadership & Management
Presents : A Two Day Workshop
KPI with Balanced Scorecard :
Top-Down Cascading
& Alignment Technique
Target Peserta
Outline
Workshop ini dirancang bagi
eksekutif, manajer, dan staf kunci
di berbagai bidang yang memiliki
tugas mengelola kinerja korporat,
unit, dan individu pegawai, baik
untuk perusahaan yang sudah
menerapkan Balanced Scorecard,
akan menerapkan Balanced
Scorecard, maupun yang ingin
meningkatkan efektivitas dari
PMS yang sudah ada.
• Performance Management
Cycle
• Why performance management fails?
• Vision, mission, and business strategy
• Understanding Balanced
Scorecard and its Evolution
• Framework of strategic
performance management
using BSC
• BSC Architecture
• Understanding organization’s value creating chain
to achieve vision, mission &
Workshop Leader
Syahmuharnis
•
•
•
•
•
•
•
•
strategy
Corporate Strategy Map
Cascading corporate Strategy Map to functional unit’
Strategy Map
Creating corporate KPIs
and cascading to lower
level, including individual
Target setting methodology
Measurement methodology
Performance Contract,
Performance standard &
Sub-KPI
Performance Appraisal
Linking strategic initiative
with KPI and evaluating its
effectiveness
Schedule
26 - 27 April 2012
29 - 30 Juni 2012
Metodologi
Workshop ini mengutamakan
latihan ketimbang teori, dengan bobot perkiraan 30% teori
dan70% latihan. Sebaiknya peserta membawa contoh dokumen
rencana strategis korporat untuk
menjadi bahan latihan
Investment Fee
Rp 3.000.000 /peserta
Registration:
Call Ms.Poppy/Purwanti/Dedeh/
Iin/Ria
Tel. (021) 5790 3840
Fax. (021) 527 4443
Email: [email protected]
MKI Corporate University
Center of Excellence in Business, Leadership & Management
Presents: A-Two day Practical Workshop
COMPREHENSIVE STRATEGIC
MANPOWER PLANNING (CSMP)
Topics
- The alignment of manpower
planning with business strategy
- The Nature of Organizations
- Diagnosing Symptoms of
Organization Effectiveness
- Comprehensive Strategic
Manpower Planning Process
& Methodology: ShorttermMedium Term-Longterm
- Job vacant based on existing
organization/unit structure,
need & policy
- Business Plan/Strategy
- Workload Analysis: Key Activity Base & Business Process
Mapping
- Human Capital Readiness/Succession Plan
- Attrition Rate
- New business competency
requirement
- Methodology to calcalute Full
Time Equivalent (FTE)
- Consolidated Manpower Plan
vs. Budget
- Consolidated Manpower Plan
vs. Internal & External Supply
- Execution Plan of consolidated
manpower plan: shortterm &
medium-longterm plan
Jadwal
7 - 8 Juni 2012
Workshop Methodology
Lead Facilitators
Workshop ini lebih menekankan
aspek praktik ketimbang teori. Dari
2 hari workshop, aspek teori hanya
diberikan kurang dari 1 hari, sisanya
berupa latihan.
Investment
Syahmuharnis
Rp. 3.000.000,-
Target Participants
Seluruh Manpower Planner, HR Supervisor & Manager, Manager dari
berbagai unit kerja, pejabat pada Change Management Office, dan eksekutif yang memerlukan pemahaman komprehensif tentang perencanaan
kebutuh­an SDM.
Registration:
Call Ms. Poppy/Purwanti/Dedeh/Iin/Ria Tel. (021) 5790 3840 |
Fax. (021) 527 4443. E-mail : [email protected]
Profile
Cahyo Winarto
Yang terpenting, sambung
Cahyo, orang HR tidak boleh
menggunakan kacamata kuda,
dalam arti hanya berkutik di
bidang HR, jadi harus banyak
belajar di bidang lainnya dan ‘out
of the box. “Saya selalu berprinsip, jangan pernah menolak
jika diberi pekerjaan tambahan
walaupun bukan bidang kita. Ini
berarti atasan saya pasti percaya pada saya
bahwa saya mampu karena saya mempunyai kemauan untuk belajar,” katanya
kembali.
Kemudian ia memutuskan
pindah dan bekerja di Astra
Group. Di Astra, Cahyo bersyukur
banyak memperoleh ‘technical and behavioral competences’
yang ia terapkan kesehariannya
hingga akhirnya ia bisa meraih
posisi sebagai HR Director di suatu
perusahaan dan Chief Corporate
HR. “Saya bersyukur dan patut
berterima kasih pada Astra yang
banyak mengajarkan saya dalam
berpikir dan bertindak serta
berbagai ‘bekal’,” kata Cahyo yang
dipercaya membantu sejumlah
perusahaan di Astra dan beberapa
di luar Astra, dalam mengembangkan dan implementasi program
Customer Service.
Tahun 2007, mantan HR
Director Astra Credit Company
ini bergabung di Bosowa dan
diposisikan sebagai Chief Corporate HR.
Pertimbangan saya berhenti dari Astra
dan selanjutnya memilih bergabung di
Bosowa adalah Bosowa merupakan perusahaan cukup besar dan dikenal dalam
memberikan pelayanan dan menyediakan
barang & jasa untuk masyarakat Indonesia
bagian Timur, dan berpusat di Makasar.
Selain itu, Posisi HR Director di Astra
sudah berhasil saya raih, saya kuatir posisi
itu akan menjadikan saya ‘area nyaman’
yang kurang ada tantangan lagi untuk
berkembang,” jawab pemilik motto Always
delivering promises, People will see who I
am. n Ratri Suyani
Orang HR Jangan Pakai
‘Kacamata Kuda’
B
ekerja sebagai konsultan yang umumnya penuh dengan konsep
dan kadang­kala hanya memahami kulitnya, dipadukan dengan
terjun langsung di dunia operational di berbagai jenis usaha
menjadikan sosok Cahyo Winarto ‘lebih kuat’ dan lengkap.
Lulus dari Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, jurusan Manajemen
Perusahaan, pria penggemar olahraga
jogging dan bersepeda ini mengawali
karirnya di perusahaan konsultan yang
didirikan oleh begawan ekonomi Indonesia, almarhum Prof Dr Soemitro Djojohadikusumo. “Disitu saya banyak belajar
dari beliau tentang begitu pentingnya
integrity, juga jangan lupa untuk selalu
berpegang teguh pada prinsip dan pola
pikir terstruktur serta terintegrasi sebagai
landasan dalam melahirkan gagasan
apapun, juga di saat mengambil keputusan untuk kemudian diimplemantasikan,
yang tentunya didukung komitmen dan
konsistensi,” tukas Cahyo.
Salah satu jasa konsultansi yang
disediakan di perusahaan konsultan itu
adalah di bidang manajemen. Bidang
ini yang membuatnya sangat tertarik
untuk fokus menekuni Human Resources
(HR) dengan berbagai permasalahannya.
“Menangani HR merupakan pekerjaan
seni, karena manusia secara individual
adalah unik yang mempunyai ciri, latar
belakang, karakteristik, keinginan, dan
kepentingan yang tidak sama,” imbuh
kelahiran Semarang, 17 Juli 1955 dengan
antusias.
Tantangan yang dihadapinya jelas
tidak mudah. Di saat membangun
‘employee champion’, HR harus dapat
diterima oleh line managers dan mengajak mereka berperan sebagai HR manager
dalam upaya memperoleh, mengem-
bangkan, membina dan memelihara
karyawan mereka. Tantangan lain adalah
di saat berperan sebagai ‘change agent’,
disini HR harus tampil sebagai pelopor
atau penggagas dalam rangka perusahaan
melakukan antisipasi akan terjadinya
perubahan lingkungan perusahaan yang
abadi. Namun, ia mengakui tantangan
tersulit adalah berperan sebagai ‘strategic
partner’. Baginya, HR harus berupaya
seperti duduk di dalam ‘cockpit’ CEO di
saat mengendalikan keberlangsungan
perusahaan dan turut berkontribusi dalam
memberikan pemikiran strategic ketika
berperan sebagai strategic partner.
Human Capital Journal n No. 10 n Tahun I n April 2012 |
25
IKLAN
English Business
Correspondence Workshop
(Led by Native Expert)
Background
Program Topics
Why is business correspondence so important? Simply put: to maintain
your corporate image by asserting superior communication skills, and achieve
particular outcomes through clear directions, professional responses and
persuasive arguments. Now-a-days business operations are not restricted to
any locality or nation. Today it is a well known reality that production takes
place in one area but consumption takes place everywhere. It is simply no
longer feasible to expect all members on a team to have sufficient time for
personal, face-to-face contact. Thus, there arises the need for effective business correspondence. The purpose of this workshop is to help you effectively
master businesses correspondence as an essential tool for maintaining proper
business relationships and communication. Business writing has been transformed in our era from long, leisurely letters to fast faxes, instant e-mails,
crisp memos, and concise letters.
Communication skills, including writing in business correspondence, are
one of the most important transferable skills that workers possess. Most business professionals, such as marketing, finance, and research and development
managers, need excellent writing skills to properly convey ideas and concepts.
There are many reasons that writing skills are important in the business world.
During a regular business day, bosses write emails to employees notifying
them of meetings or providing instructions for specific projects. These written
messages must be concise and self-explanatory, so workers can be productive
and not waste time asking for further instructions. Business people are busy
and well-written communications help save time. Additionally, good writing
adds to the credibility of the writer and reflects positively on a company's
image.
Business correspondence heightens overall leadership communication.
Even people who seem to have a natural gift for leadership must practice
the nuances of how they communicate every day. With the help of this workshop, anyone can learn the craft of powerful business communication, and top
performers can continuously hone their technique. Our workshop delivers the
skills you need to build your confidence, motivate your people, and, ultimately,
enact measurable change throughout your organization through effective correspondence.
Our workshop will focus on the functional reasons behind business correspondence and simple, complete, and up-to-date instruction on how to properly create such vital pieces of the business communication puzzle. In addition,
our workshop will also eliminate the confusion or controversial questions that
tend to overcomplicate the universally recognized format of business correspondence. Our workshop will clearly explain which types of correspondence
you need to learn rules for and which types the format is not as important.
You will find this workshop to be one of the most effective tools for producing
clear, concise, and persuasive prose. Equally useful to executives and support
staff, it shows how to: write clearly and powerfully; rid writing of jargon and
pompous language; organize material effectively; and avoid errors in spelling,
grammar, and usage.
Set yourself apart from the competition or enhance your contribution to
your existing team by mastering this vital skill set. This is a great workshop for
the novice or the seasoned manager who needs a refresher.
•
•
•
•
•
Good Writing (It Begins with Principles)
Start-Up Strategies (Your Launch Point)
The First Draft (Getting It Down)
Getting It Right ((The Editing Craft)
An expanded introduction to writing letters, faxes, and e-mails, with new
tips and advice on the best use of each
• Dozens of additional sample e-mail formats to meet today's communication needs
• Even more focused, easy-to-remember directions for organizing your
thoughts and composing even the toughest kinds of correspondence
Schedule
June 2 - 3, August 18 - 19, October 13 - 14, December 8 - 9, 2012
About the Facilitator
Janise Petty is a native Phoenician born and raised
in Arizona. Her professional expertise comes from a
wide range of exposure. She first earned her AA in
paralegal studies and corporate contracts and went
on to earn her BS in Finance from W.P. Carey School
of Business at ASU. Her management training experience was strengthened by her position of Director
of Finance of a large corporation where she facilitated actions to achieve and exceed planned improvements through her innovative business governance
processes designed to deliver superior financial results. She understands
the unique demands involved with driving and tracking business growth and
productivity initiatives across multiple functions to avoid and resolve various
financial and business process issues. She conducted several training and
professional enhancement seminars centered on effective communication,
time management, and conflict resolution. Janise proceeded to earn her BA
in Secondary Education Mathematics from College of Teacher Education and
Leadership. Her career shifted to training and education full time. She began
teaching GMAT and GRE test preparation for Kaplan in the US and continues
to be a well known instructor here in Indonesia. She is committed to providing practical, easy to understand and implement strategies for any course of
study, topic, or discipline she mentors. She loves living in Indonesia and plans
to eventually retire here.
Registration
5790 3840
Call Ms.Poppy / Dedeh / Purwanti / Iin / Ria : 021
Fax : 021 517 4443 or E-mail : [email protected]
Column
By : Janice Petty
Mastering English
Business Correspondence
M
ost business decisions involve
the cooperation and interaction
of several individuals. Sometimes dozens of colleagues and
co-workers globally strive in unison to realize
mutual goals. Lines of communication through
business correspondence must therefore be
maintained to facilitate these joint efforts.
Without communicating ideas and thoughts it
would be impossible to identify common objectives and purposes necessary for successful
operations. Without effective communication
correspondence and the team effort it permits,
the successful completion of any important
project can be jeopardized. Some aspects of
the project would be unnecessarily replicated
while other tasks would be left unattended.
Further, in the absence of adequate communication, colleagues would find themselves working at feuding purposes and perhaps pursuing
opposing goals. What one team member may
have worked to assemble one day, a second
team member may dismantle the next. Without communication the chances for a successful
outcome of any business endeavor are significantly reduced.
Writing skills are important in many types
of company communications, including emails,
reports, presentations, company brochures,
sales materials, and visual aids. For example, a
marketing research manager's reports should
be comprehensive and informative, yet written
on a level that any employee can understand.
Plus, as more companies operate internationally, emails are replacing telephone communications.
Functional examples of proper implementation of effective business correspondence
skills are evident in most organization. Human
resources managers need excellent writing skills to
attract, select, and hire the right employees. It takes
a considerable amount of money to place advertisements and hire employees. Job advertisements
must appeal to job applicants with the right education and experience. Human resources managers with the best writing skills know how to state
specific qualifications in a job advertisement. Writing skills are particularly important to advertising
copywriters. These professionals create magazine,
newspaper, and Internet advertisements to convince readers to purchase a company's products or
services. For example, an advertisement's headline
must grab the consumer's attention and get her to
read the company's offer. A company's sales brochures and other advertising materials must also be
written effectively.
Business correspondence is not only convenient
and cost effective, but also can serve as valuable evidence for facts, project/duty assignments, followup accountability, or disputes that may arise. Every
email, fax, and letter should always be written with
the mindset that it may be viewed by others than
the original intended recipient and referenced for
the future. Employees must not only know how to
write effectively, they must also be discreet in their
written work. For example, employees should not
write emails when they are angry or upset as emails
can be saved and later printed. An employee who
says inappropriate things in an email can create
trouble or even be fired. Jokes, profanity, and crude
written communications are also prohibited in the
workplace.
Communication is a make-or-break skill for
leaders and managers in every industry and workplace. Mastering business correspondence is mastering a form of business communication that permeates all aspects of the global professional’s career.
n
Human Capital Journal n No. 10 n Tahun I n April 2012 |
27
Column
Salah Kaprah Dalam Merekr
E
ntah karena disiplin ilmunya yang mempelajari tingkah laku manusia atau karena
keahlian para lulusannya dalam melakukan tes seleksi, Fakultas Psikologi sering
dikesankan sebagai jurusan perguruan tinggi yang
paling tepat untuk mengisi pekerjaan di unit SDM.
Kalau unit Keuangan dianggap jatah karirnya
lulusan Fakultas Ekonomi Akuntansi, unit Produksi jatahnya lulusan Fakultas Teknik, unit Pemasaran
jatahnya lulusan Fakultas Ekonomi Manajemen,
maka unit SDM dianggap jatah karirnya lulusan
Fakultas Psikologi. Anggapan seperti ini banyak
benarnya, namun untuk unit SDM ternyata belakangan ini terbukti banyak kelirunya (misleading).
Anggapan atau kesan ini datang dari dua pihak
baik para user di organisasi maupun para alumni
Fakultas Psikologi sendiri. Loh kenapa misleading ?
Kan psikologi memang mengurusi manusia ? Nah
disinilah letak sumber salah kaprahnya.
28 |
Human Capital Journal n No. 10 n Tahun I n April 2012
Banyak organisasi menganggap unit SDM
sekedar mengurusi rekrutmen, seleksi, budaya organisasi dan administrasi kepegawaian. Kalau memang cuma itu mungkin benar lulusan Psikologi
cocok berkarir disitu, namun ketika Manajemen
SDM berkembang sejak era tahun 1970an diperlukan lebih dari sekedar disiplin ilmu perilaku untuk melaksanakan pengelolaan SDM di organisasi.
Oleh karena pada dasarnya unit SDM merupakan
salah satu fungsi manajemen dalam organisasi, dan
sebagai salah satu fungsi manajemen unit SDM
dasar ilmunya yang utama adalah manajemen
umum. Kompetensi manajemen tidak melulu berisi pengetahuan dan ketrampilan mengenai perilaku
manusia, namun lebih dari itu adalah mengenai
pengelolaan organisasi. Fakultas Psikologi di lain
pihak tidak memberikan mata kuliah Manajemen
Umum, apalagi secara spesifik Manajemen SDM.
Pengelolaan SDM dalam dua dekade ini telah
Oleh : R. Chandra
erekrut HR Professional
mengalami peningkatan peran yang luar biasa di
organisasi, dari sekedar sebagai supporting unit
saat ini telah menjadi bagian dari strategic unit sebagaimana yang telah diungkapkan oleh para pakar
manajemen top dunia seperti Dave Ulrich, Robert
Kaplan dan David Norton. Unit SDM tidak lagi
boleh hanya sekedar mengurusi seleksi karyawan
atau administrasi kepegawaian tetapi harus terfokus
pada pencapaian sasaran strategik organisasi. Untuk itu Ulrich telah mengemukakan 5 kompetensi
dasar yang harus dimiliki oleh pengelola SDM (5
HR Core Competencies), yakni :
1. Personal Credibility
2. Manajemen Perubahan
3. Manajemen Budaya
4. Manajemen SDM
5.Pengetahuan tentang bisnis perusahaan
Personal Credibility berkaitan dengan kapabilitas individu pengelola SDM yang harus credible di
mata karyawan, misalnya memiliki interpersonal
relationship skill, problem solving, integrity yang
baik.
Manajemen Perubahan (Change Management)
berkaitan dengan kemampuan untuk berinisiatif,
mengelola dan mengendalikan proses perubahan
dalam organisasi.
Manajemen Budaya berkaitan dengan kapabilitas sebagai role model bagi penciptaan dan pengembangan perilaku dan budaya organisasi yang kondusif dan selaras dengan sasaran organisasi.
Manajemen SDM berkaitan dengan kemampuan untuk merumuskan dan mengaplikasikan
berbagai sistem dalam Manajemen SDM mulai
dari Perencanaan SDM sampai dengan Sistem Informasi Manajemen SDM.
Dan yang tidak kalah pentingnya adalah Pengetahuan tentang bisnis organisasi. Pengetahuan ini
meliputi antara pemahaman mengenai Strategic
Planning, Marketing Management, Financial Management, Project Management, serta kemampuankemampuan lain yang berkaitan dengan bisnis.
Belakangan Ulrich malah menambahkan satu
kompetensi lagi yakni Strategic HR Performance
Management.
Dilain pihak, Fakultas Psikologi saat ini men­
cetak lulusan yang bahkan tidak dibekali de­ngan
kompetensi seleksi karyawan, sehingga dapat
dikatakan semakin jauh saja kesenjangan antara
kompetensi yang dibutuhkan unit SDM dengan
kompetensi yang dapat diberikan oleh para Sarjana
Psikologi. Anehnya, kalau kita perhatikan iklaniklan lowongan kerja di media masih saja banyak
perusahaan yang mensyaratkan S1 Psikologi untuk
pekerjaan di unit SDM.
Jadi, lulusan sekolah apa yang sebenarnya cocok
untuk ditempatkan di unit SDM? Dari pengalaman
di lapangan, sebenarnya tidak ada satupun jurusan
di perguruan tinggi yang tepat menduduki posisi
tersebut. Banyak HR Manager atau HR Director
yang sukses justru bukan dari latar belakang ilmu
psikologi, tetapi dari latar belakang teknik, manajemen, antropologi, bahkan pertanian. Artinya,
salah kaprah juga kalau masih mengatakan alumni
Psikologi identik dengan pengelolaan SDM.
Lalu jika demikian, dimana peluang karir
alumni Fakultas Psikologi ? Dari observasi karir selama beberapa tahun terakhir, karir mereka justru
berkembang pesat di dunia pemasaran. Manajemen Pemasaran yang meliputi mulai dari Analisis Pasar sampai dengan Manajemen Penjualan
ternyata sangat sarat dengan penerapan ilmu perilaku. Kompetensi riset perilaku yang diajarkan
di fakultas terbukti sangat bermanfaat dalam me­
nyusun Strategi Pemasaran dan Penjualan. Jika
diperbandingkan dengan Manajemen SDM, peran ilmu psikologi dalam Manajemen Pemasaran
mungkin lebih dari 60% dari total ruang lingkup
Manajemen Pemasaran sementara dalam Manajemen SDM mungkin saat ini perannya tidak sampai
10% dari total ruang lingkupnya.
Jadi, bagi para lulusan Psikologi mulai sekarang
ubahlah strategi dan arah karir Anda dari Pengelolaan SDM kepada Manajemen Pemasaran.
Happy hunting ... n
Penulis adalah Managing
Consultant MKI Corporate
University
Human Capital Journal n No. 10 n Tahun I n April 2012 |
29
IKLAN
MKI Corporate University
Center of Excellence in Business, Leadership & Management
Mki Corporate University :
Country Business Partner
Kazian Global School of Business Management
P
T Menara Kadin
Indonesia (MKI
Corporate University) telah ditunjuk oleh
Kazian Global School
of Business Management dari India menjadi Country Business
Partner di Indonesia.
Kazian terafiliasi dengan
Mahatma Gandhi
University, dan programprogram pendidikan jarak jauh mereka
mendapatkan akreditasi dari NCHEMS
(National Center for Higher Education
Management System), Kementerian
Pendidikan India.
Program pendidikan Kazian tersedia
dari program diploma hingga doktor dalam bidang manajemen. MKI Corporate
University akan memfokuskan pemasaran program diploma di berbagai
bidang bisnis (Diploma in Business
Management/DBM), dengan bidang
spesialisasi yang sangat beragam dan
sesuai dengan kebutuhan bisnis. Selain
itu, ada juga Advance Diploma Course
dan Advance Certification Course buat
para sarjana maupun alumni DBM.
Diploma dan sertifikasi semakin
dibutuhkan bagi para profesional untuk
bisa bekerja di perusahaan manapun.
Peserta program ini berasal dari
sarjana dan non-sarjana yang membutuhkan diploma profesional untuk
pengembangan karir.
Dari kiri ke kanan:
Mr. Saurabh Dubey dari
Kazian bersalaman dengan
Syahmuharnis, disaksikan
oleh Purwanti, Frans Budi
Pranata, MBA, dan Dedeh
Poerawinata dari MKI.
Advance Certification Course
Advance certification course in Advertising Management
Advance certification course in Sales and Distribution Mgt
Advance certification course in Sales Management
Advance certification course in Marketing Management
Advance certification course in Industrial Marketing
Advance certification course in International Marketing
Advance certification course in Marketing Research
Advance certification course in Marketing Planning
Advance certification course in Services Marketing
Advance certification course in Relationship Marketing
Advance certification course in Business Marketing
Advance certification course in Customer Relationship
Advance certification course in Research Methodology
Advance certification course in Product Design and Devolopment
Advance certification course in Product Management
Advance certification course in Consumer Behavior
Advance certification course in Rural Marketing
Advance certification course in Business Research
Advance certification course in Banking Management
Advance certification course in Risk Management & Insurance
Advance certification course in Invesment Analysis
Advance certification course in Financial Services
Advance certification course in Financial System
Advance certification course in Banking and Financial Analysis
Advance certification course in Finance Management
Advance certification course in International Financial Mgt
Advance certification course in Financial Accounting
Advance certification course in Accounting and Financial Analysis
Advance certification course in Corporate Finance
Advance certification course in Commodity Markets
Advance certification course in Financial Markets and Institutions
Advance certification course in Personal Finance
Advance certification course in Public Finance
Advance certification course in Taxation
Advance certification course in Management Accounting
Advance certification course in Cost Accounting
Advance certification course in Human Resource Management
Advance certification course in International Human Resources Mgt
Advance certification course in Corporate Governance
Advance certification course in Public Relations
Advance certification course in Corporate Responsibilty
Advance certification course in Knowledge Management
Advance certification course in Entrepreneurship
Advance certification course in Strategic Management
Advance certification course in Industrial Relations and Labour
Law
Advance certification course in International Management
Advance certification course in International Business
Advance Diploma Course
Advance Diploma Course in Travel and Tourism Management
Advance Diploma Course in Tax Consultancy
Advance Diploma Course in Operation Management
Advance Diploma Course in Total Quality Management
Advance Diploma Course in Textile Management
Advance Diploma Course in Hotel Management
Advance Diploma Course in Fashion Management
Advance Diploma Course in Information Technology
Advance Diploma Course in Hardware Management
Advance Diploma Course in Production Management
Further Information Call Ms. Poppy / Purwanti / Dedeh / Iin / Ria
021 5790 3840
Fax. (021) 527 4443 Email: [email protected] /[email protected]
[email protected]/[email protected]
Periscope
Sinergi
Oleh Husen Suprawinata SE MM ScHK
MKI Executive Partner /SMI Certified Coach
A
pa yang menjadi
harapan kita sebagai
pemimpin dan/atau
manajer? Kebanyakan orang akan memberikan
jawab­an bahwa mereka berharap orang-orang yang ada di
bawah pengawasan mereka
dapat be­kerja sama secara
produktif dengan mempergunakan sumber daya seminimal
dan seefisien mungkin dalam
menyelesaikan pekerjaan
mereka. Hal ini memang merupakan salah satu peran utama
dari para manajer dan/atau
pemimpin.
Untuk dapat mencapai kuantitas
yang lebih banyak dan/atau hasil kerja
yang lebih berkualitas, banyak manajer
sering lebih memilih untuk menambahkan jumlah orang dalam upaya mengejar
tujuan tersebut. Namun demikian,
walaupun penambahan sumber daya
manusia tersebut mungkin saja me­
ngakibatkan bertambahnya orang-orang
yang memiliki kompetensi sehingga
berujung pada peningkatan kuantitas
dan/atau kualitas hasil kerja yang
dihasilkan tetapi tingkat produktivitas
yang dicapai mungkin masih tetap jauh
dari apa yang diharapkan atau bahkan
menurun. Apa yang sebenarnya diperlukan adalah suatu pengaturan dari semua
sumber-sumber daya yang ada yaitu
waktu, uang, bahan-baku, dan tenaga
kerja sehingga akan tercipta aktivitasaktivitas yang sinergistis.
Kebanyakan para manajer dan/atau
pemimpin tidak memahami dinamikadinamika dasar tentang pengaturan
proses kerja yang dapat menciptakan
sinergi. Sinergi bukan saja bisa diukur
tetapi memang harus diukur sehingga
tindakan-tindakan dapat direncanakan secara spesifik untuk mendukung
penciptaan sinergi yang diharapkan.
Kemampuan team dalam menggunakan sumber-sumber daya dapat diukur
dan kita dapat menggunakan 3 analogi
sederhana berikut untuk menunjukkan
apakah proses yang dijalankan sudah
produktif atau tidak seperti seharusnya
dan apakah team sudah bekerja sedemikian rupa sehingga terdapat proses
yang sinergistis.
1+1< 2:
Apa yang
kita harapkan dari penambahan orang
atau beberapa orang adalah tentu untuk
mendapatkan lebih banyak output tetapi
ada banyak kejadian yang membuktikan
bahwa penambahan dalam jumlah orang
meskipun bekerja sama namun ternyata
bahkan mempergunakan lebih banyak
sumber-sumber daya lain seperti waktu
sebagai contoh dibandingkan dengan
yang dihasilkan mereka. Ujungnya
justeru adalah output yang dihasilkan
lebih sedikit dibandingkan dengan yang
diharapkan bila individu-individu yang
sama tersebut bekerja secara sendirisendiri. Situasi ini mungkin terjadi ketika
2 orang tersebut menghabiskan lebih
banyak waktu dan energi mereka mi­
salnya dalam konflik satu sama lain atau
situasi yang tentu tidak diharapkan adalah ketika mereka malahan menghabiskan waktu untuk membicarakan hal-hal
yang tidak relevan dengan tugas-tugas
yang diberikan. Sebuah contoh lain adalah ketika departemen penjualan dan de-
Human Capital Journal n No. 10 n Tahun I n April 2012 |
31
Periscope
partemen produksi saling menyalahkan
satu sama lain atas tidak terpenuhinya
janji-janji kepada para pelanggan atau
bisa saja antara mereka terjadi miskomunikasi. 2 departemen tersebut lebih
terlihat seperti dua kelompok yang
bersaing dan bukannya dua departemen
yang bekerjasama dalam perusahaan.
Situasi ini juga dapat terjadi ketika
orang-orang dari ke 2 departemen yang
berbeda tersebut menghabiskan lebih
banyak waktu dan energi dalam konflik
satu sama lain dibandingkan melakukan
tugas yang diberikan sehingga menyebabkan produktivitas negatif dimana
waktu, uang, bahan-baku, dan sumbersumber daya lainnya menjadi terbuang
percuma.
1+1=2:
Banyak dari
kita akan menerima kondisi ini dan
meskipun tampaknya tidak ada masalah
dengan situasi ini karena output yang dihasilkan merupakan asumsi yang secara
matematis dapat diterima manakala
2 individu bekerja bersama-sama dan
hasilnya merupakan penjumlahan dari
upaya masing-masing individu, namun
ini bukanlah sebuah hubungan kerja
yang sinergistis. Persamaan matematis
ini menunjukkan bahwa ke 2 individu
tidak menghasilkan hasil yang melampaui apa yang seharusnya dapat dicapai
ketika 2 orang bekerja sama dan setelah
beberapa waktu dimungkinkan bahwa
hasil yang didapatkan berubah menjadi
1 + 1 < 2, sebuah tren yang menurun ka­
rena sebab-sebab yang telah diuraikan
sebelumnya.
1+1>2:
Ini adalah
sebuah hubungan kerja yang sinergistis
dimana melalui gabungan upaya-upaya
dari 2 individu yang bekerja sama dalam
menyelesaikan suatu tugas tertentu
menghasilkan kuantitas yang lebih besar
daripada jumlah dari apa yang masingmasing individu bisa hasilkan bilamana
mereka bekerja secara sendiri-sendiri.
32 |
Untuk mendapatkan hubungan kerjasama yang demikian tersebut akan
diperlukan pengaturan-pengaturan dalam pelaksanaan tahap-tahap pekerjaan.
Seperti kata pepatah, kita dapat bersiul
melantunkan nada-nada dari sebuah
lagu tapi dibutuhkan orkestra untuk
memainkan sebuah simfoni. Sebuah
contoh lain adalah situasi dimana
sebuah team sepak bola yang terdiri dari
pemain-pemain dengan kemampuan
biasa-biasa namun dilatih menjadi team
yang kompak dan sinergistis mungkin
akan dapat mengalahkan team yang
terdiri dari para bintang yang tidak
kolaboratif satu dengan lainnya. Menggabungkan keterampilan-keterampilan
dari dua atau lebih individu menjadi
sebuah team kerja yang sangat produktif
adalah kunci untuk menciptakan hubung­
an kerja yang sinergistis. Berbagai
departemen yang berbeda dalam suatu
perusahaan dapat menggabungkan
upaya-upaya dan bakat-bakat secara
sinergistis dan saling mengisi untuk
dapat mengatasi kelemahan-kelemahan
dari departemen yang lain sehingga
dapat menghasilkan output dengan
sangat produktif dan dengan cara yang
lebih efisien serta efektif daripada ketika
masing-masing departemen bekerja
secara sendiri-sendiri. Adalah penting
untuk diperhatikan bahwa team manajemen memanfaatkan pengetahuan dan
keterampilan-keterampilan dari semua
anggota team sehingga mereka bekerja
Human Capital Journal n No. 10 n Tahun I n April 2012
sebagai satu kesatuan operasional dan
bukannya mereka hanya bekerja sebagai
kumpulan beberapa orang. Beroperasi
secara sinergistis membutuhkan kerja
sama team yang efektif dan efisien.
Team yang bekerja dalam hubungan
yang sinergistis dapat memanfaatkan
sumber-sumber daya secara optimal
untuk mencapai lebih banyak output
seperti yang seharusnya sehingga pada
akhirnya akan memungkinkan perusahaan untuk bereaksi secara lebih efektif
terhadap perubahan cepat yang terjadi
di pasar. Dalam suatu era dimana penggunaan teknologi informasi merupakan norma yang lazim dewasa ini,
kita perlu mengupayakan penggunaan aplikasi yang tidak hanya dapat meningkatkan output tapi juga
dapat mengurangi biaya pada saat
yang sama. Aplikasi yang tepat akan
memungkinkan kita untuk meningkatkan
efisiensi dan kepercayaan pelanggan
pada perusahaan. Adalah suatu hubung­
an kerja yang sinergistis manakala dua
orang atau lebih dilengkapi dengan
aplikasi-aplikasi berdasarkan teknologi
informasi benar-benar dapat menghasilkan kuantitas lebih banyak daripada
jumlah yang dapat mereka hasilkan
ketika mereka bekerja secara sendirisendiri. Hubungan kerja yang sinergistis
melalui penggunaan teknologi informasi
juga akan menciptakan bisnis yang lebih
cepat beradaptasi dan sigap dalam menanggapi perubahan-perubahan dalam
kebutuhan-kebutuhan para pelanggan.
Sebagai pemimpin, kita harus berusaha
untuk menciptakan tingkat sinergi yang
tinggi dalam pelaksanaan proses-proses
oleh individu-individu yang berada di
bawah pengawasan kita sehingga akan
tercipta peluang-peluang lebih besar
untuk mewujudkan tujuan-tujuan perusahaan dengan lebih cepat dalam perubahan lingkungan bisnis yang berubah
secara dramatis dan cepat selain juga
tentunya akan dapat meningkatkan
moral karyawan dan oleh karenanya
keterlibatan mereka dalam mendukung
pencapaian visi perusahaan. n
IKLAN
MKI Corporate University
Center of Excellence in Business, Leadership & Management
Business
Perfomance &
Productivity Audit
®
Latar Belakang
Metodologi Audit
roduktivitas merupakan kunci keberhasilan organisasi untuk berkompetisi
dan memenangkan persaingan bisnis yang kian ketat. Produktivitas membedakan perusahaan, unit, dan individu yang unggul di pasar dengan perusahaan, unit, dan individu yang tidak unggul. Oleh sebab itu, produktivitas
seyogyanya menjadi concerned jajaran manajemen organisasi. Sehingga peningkat­
an produktivitas adalah tugas utama manajemen organisasi.
Untuk bisa meningkatkan produktivitas secara efisien dan efektif, manajemen
perlu mendapatkan gambaran tentang tingkat produktivitas organisasi, unit, dan
karyawan saat ini secara akurat dan menyeluruh. Manajemen puncak membutuhkan
audit produktivitas untuk bisa mendapatkan gambaran tingkat produktivitas tersebut,
sekaligus mendiagnosa berbagai persoalan yang menghambat peningkatan produktivitas di berbagai level organisasi.
MKI Corporate University menyediakan jasa BUSINESS PERFORMANCE PRODUCTIVITY AUDIT® kepada berbagai perusahaan di Indonesia dengan biaya kompetitif
dan cost effective. Kami menjadi perusahaan pertama di Indonesia yang mampu menyediakan jasa ini secara terpadu, mulai dari audit, konsultansi dan pendampingan
hingga melaksanakan inisiatif dalam rangka peningkatan produktifitas. Jasa ini berbentuk studi dan konsultansi yang memberikan informasi bagi manajemen tentang :
1. Tingkat produktivitas perusahaan atau unit yang menjadi fokus audit
2. Hasil diagnosa tentang faktor-faktor penghambat produktivitas
3. Rekomendasi perbaikan produktivitas
4. Manfaat finansial yang bisa diperoleh organisasi jika rekomendasi dijalankan
>Review dengan pimpinan puncak
>Diskusi terfokus dengan counter part yang ditunjuk
>Review dengan manajer terkait
>Review dengan staf terkait
>Review dengan pelanggan, mitra, pemasok, dan
stakeholder lainnya
>Studi/riset lapangan
>Observasi
>Benchmarking dengan standar industri
P
Aspek-aspek yang Diaudit
Team Audit
BUSINESS PERFORMANCE PRODUCTIVITY AUDIT®
ditangani team konsultan profesional yang berpengalaman, termasuk sebagai CEO dan Direksi perusahaanperusahaan terkemuka. Team Audit memiliki latar belakang ilmu dan keahlian beragam yang sangat diperlukan
untuk keberhasilan pelaksanaan audit.
Alamat Kontak
Bagi organisasi yang membutuhkan atau ingin
mengetahui lebih jauh tentang jasa BUSINESS
PERFORMANCE PRODUCTIVITY AUDIT®, silakan
menghubungi:
Proses bisnis-Kompetensi-Infrastruktur-Kebijakan-Proses dan me­todologi kerjaBudaya kerja-Lingkungan kerja-Sistem kerja-Sistem manajemen-Efektifitas karya­
wan-Penciptaan nilai
MKI Corporate University
Gedung Menara Kadin Lt. 24, Jl. HR Rasuna Said, Jakarta
Call Ms. Poppy / Purwanti / Dedeh / Iin / Ria
Telp. : 021 5790 3840 Fax : 021 527 4443
Email : [email protected]
Human Capital Journal n No. 10 n Tahun I n April 2012 |
33
IKLAN
MKI Corporate University
Center of Excellence in Business, Leadership & Management
IKLAN
Menyelenggarakan Lokakarya
FRAUD AUDIT
LATAR BELAKANG
TUJUAN PROGRAM
Skandal keuangan dan akuntansi yang terjadi di berbagai negara
telah mendorong ketidakpercayaan publik terhadap penegakan good
governance. Berbagai usaha telah dilakukan untuk menegakkan praktik good governance. Di Amerika misalnya, skandal yang terjadi telah
mendorong regulator untuk mengeluarkan Sarbanes-Oxley Act 2003
dan Public Company Accounting Oversight Board guna memperbaiki
good governance.
Skandal serupa juga ditemui di Indonesia. Bahkan, publik menyaksikan secara gamblang berbagai tindak kecurangan yang terjadi seperti korupsi, kolusi dan nepotisme. Tidak mengherankan jika Indonesia
telah dinobatkan sebagai salah satu dari tiga besar negara terkorup di
Asia, berdasarkan hasil riset The Political and Economic Risk Consultancy (PERC) pada tahun 2008.
Pengalaman menunjukkan bahwa berbagai kasus yang menghebohkan di Amerika Serikat yang terkenal dengan Enron Gate, Worldcom Gate dan lain-lain, terungkap antara lain berkat penggunaan fraud
audit dalam teknik auditnya. Teknik audit konvensional seringkali sulit
mendeteksi praktik kecurangan (fraud) di beberapa lembaga yang biasanya melibatkan pihak lain (collussion). Guna mencegah terjadinya
fraud yang jelas-jelas merugikan banyak pihak, penegakan tata kelola
yang baik (good governance) di berbagai institusi, baik pemerintah,
perusahaan maupun lembaga non-profit lainnya menjadi suatu kebutuhan mendesak yang tidak dapat ditawar lagi. Namun demikian,
banyak pihak yang belum memahami apa sebenarnya fraud audit?
mengapa diperlukan? dan bagaimana perannya dalam menyingkap
fraud dan menegakkan good governance di Indonesia?
> Memberikan pemahaman mengenai fraud dan modus operandinya
serta pendeteksian terjadinya fraud.
> Memberikan pemahaman mengenai tata kelola yang baik (good
governance) dalam upaya mencegah terjadinya fraud.
> Memberikan pemahaman mengenai peran institusi dalam membantu penegakan good governance di Indonesia
> Memberikan pemahaman mengenai teknik perhitungan kerugian
akibat kecurangan keuangan
Topik PROGRAM
1. Definisi fraud dan kenapa penting bagi perusahaan untuk memahami cara kerjanya
2. Type profile pelaku fraud
3. 7 Teknik financial shenagans dalam mendeteksi terjadinya fraud
dalam laporan keuangan
4. Hubungan regulasi standard dan profesi tentang fraud dengan aktivitas internal audit
5. Ciptakan pendekatan yang proaktif dari internal audit mengantisipasi fraud
6. Analisa process/account pembukuan untuk menerapkan teknik
audit fraud
7. Respons terhadap indikator2 dari potensi fraud
8. Latihan & study kasus
Facilitator
Ritha J. Nainggolan, SE, MBA, CISA. pernah
meraih Top-10 Indonesia Best CFO pada tahun
2010 dan 2011 (versi Majalah SWA) Menyelesaikan MBA dari University of Texas at Arlington, USA, dan mendapatkan Certified Information Systems Auditor sejak Maret 2005. Pernah
menjabat Country CFO – PT Microsoft Indonesia (2009 – 2011) Asia Pacific Finance Director – CapRock Communications (2004 – 2009),
Finance Controller untuk Indonesia dan Australia – Schlumberger Network Solutions (2001-2004)
Fransiscus Budi Pranata, SE Ak. MBA. DMS
Menamatkan pendidikan di Akuntan Register dari
Universitas Indonesia. MBA Newport University,
California, Doctor in Management Studies, Kaizen School of Business Management, Pune - India. Pernah bekerja di Group Finance Controller
- Alghanim Kuwait, Finance & President Director - Guinness Beer, Finance Director - American
Standard, Finance Controller - Pro XL
INVESTASI Rp. 3.250.000,-
Pendaftaran
Untuk keterangan lebih lanjut dan pendaftaran dapat menghubungi
Poppy / Purwanti / Dedeh / Iin / Ria :
Tel.
(021)
5790 3840
Email: [email protected]
Fax (021)
527 4443
Salary Negotiation
N
egosiasi gaji merupakan hal terpenting di saat sebuah perusahaan
menawarkan pekerjaan kepada
Anda. Sebagai kandidat, Anda ingin
tahu apakah gaji yang Anda tawarkan diterima dengan baik oleh perusahaan atau malah
Anda harus melupakan keinginan bekerja di
perusahaan tersebut.
Berikut tips negosiasi gaji yang bisa membantu Anda tawar-menawar sehingga mendapatkan Win-win compensation agreement:
• Ketahui value Anda. Anda harus mengetahui bagaimana Anda bisa berkontribusi untuk organisasi. Jelaskan hal ini kepada Mana­
ger Recruitment. Anda bisa membuat daftar
keahlian, kemampuan, bakat, dan pengetahuan yang Anda miliki. Pastikan Anda memiliki beberapa kekuatan dasar seperti keahlian,
keterampilan dan value bagi perusahaan sebagai kompensasi tambahan untuk Anda.
• Persiapkan dengan baik. Jika Anda
mempersiapkan dengan baik, maka akan
muncul rasa percaya diri dan keyakinan untuk
sukses. Pelajari pengalaman di tempat bekerja sebelumnya. Memahami apa yang telah
Anda capai di tempat sebelumnya akan membuat Anda lebih percaya diri. Pengalaman
Anda bisa dijadikan sebagai alat saat Anda
bernegosiasi gaji.
• Jangan pernah Anda membicarakan
gaji, biarkan Manager Recruitment yang memulainya. Anda akan berada di posisi kuat dalam hal tawar-menawar gaji saat penawaran
tersebut dibuat. Tunggu hingga Manager
Recruitment menawarkan posisi untuk Anda,
baru Anda bisa berbicara tentang gaji.
• Tentukan kebutuhan pribadi Anda dan
beberapa persyaratan sebelum masuk ke
bagian negosiasi.
• Ketahui pasar Anda. Sebelum masuk ke
negosiasi gaji, Anda harus tahu gaji rata-rata
yang dibayarkan untuk posisi yang sama di
perusahaan lain di daerah Anda.
• Jika memungkinkan, cobalah cari tahu
rentang gaji di perusahaan tersebut kepada
salah satu karyawan yang Anda kenal atau
s
Tip
mantan karyawan yang pernah bekerja di perusahaan tersebut.
• Jangan lupa untuk bertanya tentang
berbagai fasilitas yang akan Anda dapatkan
seperti Insentif, kebijakan cuti, asuransi kese­
hatan, tunjangan pensiun, dan lain sebagainya sebagai paket gaji. Cari tahu apakah
Anda memang tepat untuk mengisi posisi
yang kosong dan seberapa perlu perusahaan
terhadap Anda. Ini akan memberikan kekua-
tersebut.
• Pastikan untuk mendapatkan penawaran
dan kesepakatan akhir secara tertulis. Anda
harus merasa nyaman bertanya pada atasan
Anda selama 24 - 48 jam jika ada hal yang
perlu Anda tanyakan perihal kepakatan tersebut.
• Jangan pernah menghubungkan gaji
dengan kebutuhan pribadi Anda. Kompensasi harus selalu berhubungkan dengan value
tan untuk Anda dalam bernegosiasi.
• Negosiasi gaji harus win-win negotiation.
• Jangan takut untuk bernegosiasi karena
takut kehilangan tawaran tersebut. Sebagian
besar pengusaha mengharapkan Anda bernegosiasi secara adil dan masuk akal. Selalu
bernegosiasi dengan cara yang mencermin­kan
kepribadian, karakter, dan etos kerja Anda.
Tetap berada dalam zona kenyamanan Anda.
• Jangan pernah kehilangan kendali.
Tetap antusias dan optimis meskipun negosiasi yang Anda lakukan nantikan akan sedikit
‘memanas’. Ini mungkin bagian dari tes awal
sebelum Anda diterima di perusahaan tersebut. ‘Main keras’ hanya bisa dilakukan jika
Anda memang berniat melepas tawaran
Anda.
• Dengarkan baik-baik dan memperhatikan. Tujuan Anda kemungkinan berbeda
dengan tujuan dari. Cobalah untuk memahami sudut pandang atasan Anda. Kemudian
encanakan strategi untuk memenuhi fokuc
utama Anda dan atasan. Utamakan win-win
solution untuk bernegosiasi gaji. Bisa saja gaji
pokok yang Anda terima rendah tetapi komi­
sinya jauh lebih tinggi atau bonus structure
bagus.
• Pahami leverage Anda. Ketahui Anda
berada dalam posisi yang kuat atau lemah
saat benegosiasi. Bernegosiasi secara cerdas
berdasarkan situasi pribadi Anda. Akhiri negosiasi gaji dengan ramah dan sopan. n
Human Capital Journal n No. 10 n Tahun I n April 2012 |
35
Column : Leadership
Risk Leadership
M
engapa Japan Airlines bangkrut,
mengapa PANAM tutup, mengapa
Lehman Brother yang telah bero­
perasi lebih dari 100 tahun kemudian bangkrut, mengapa Pertamina memiliki pro­
fitabilitas yang lebih rendah dari Petronas, mengapa
banyak perusahaan yang bangkrut pada saat terjadi
krisis ekonomi?
Setiap management, khususnya top manage-
ment pada umumnya melakukan konsentrasinya
pada 2 aspek penting, yaitu terhadap: Peluang
Bisnis dan Ancaman Bisnis. Konsentrasi utama
ialah pada peluang bisnis, dimana perusahaan bisa
memanfaatkan peluang tersebut untuk menjadi
potensi bisnis atau meningkatkan pertumbuhan
pendapatan perusahaan. Pada umumnya aspek peluang bisnis menjadi perhatian utamanya, sehingga
relatif sedikit fokus dan konsentrasi yang dicurahkan pada aspek ancaman terhadap bisnisnya. Hal
inilah yang menyebabkan sebagian perusahaan
yang telah lama beroperasi dapat kemudian bang-
36 |
Human Capital Journal n No. 10 n Tahun I n April 2012
krut.
Dari faktor eksternal perusahaan, terdapat sangat banyak bentuk ancaman pada pertumbuhan
atau eksistensi perusahaan. Salah satu faktor misalkan perkembangan teknologi, pada saat telephone
mobile muncul, maka produk pager segera hilang
dipasaran. Pada saat personal komputer dan komputer mini mulai dikembangkan, maka main frame
IBM dalam waktu yang tidak terlalu lama, juga hilang dari peredaran. Pada saat terjadi krisis energi di tahun 80 an, industri mobil
Amerika yang memiliki desain mobil besar dan boros bensin, terpukul oleh mobil
Jepang yang lebih kecil dan hemat energi.
Banyak faktor eksternal lain yang dapat
mengancam pengusaha, seperti kebijakan
atau peraturan pemerintah, perubahan
iklim, terjadinya perang, perubahan kondisi moneter keuangan, dan sebagainya.
Kelemahan atau weakness yang ada
pada internal organisasi, akan juga merupakan bentuk ancaman perusahaan. Bahwa setiap perusahaan memiliki strength
(kekuatan) dan weakness (kelemahan).
Perusahaan yang tidak melakukan fokus
pada sisi kelemahannya, pada suatu saat
akan berkembang menjadi ancaman yang
berbahaya bagi kesehatan perusahaannya.
Kelemahan pada internal perusahaan
juga sangat beragam, misalkan pada aspek
kompetensi karyawannya, atau pada aspek organisasi yang terlalu gemuk, atau pada budaya kerja
yang tidak menunjang, atau pada infrastruktur
yang tidak mencukupi, dan sebagainya.
Jadi setiap perusahaan memiliki dan meng­
hadapi berbagai bentuk ancaman (resiko) atas kelangsungan perusahaannya yang bisa disebabkan
oleh faktor eksternal atau internal. Beberapa top
management menaruh lebih banyak perhatian dan
konsentrasinya pada aspek mencari peluang dan
meningkatkan pendapatan atau laba perusahaan,
dan kurang menaruh cukup perhatian pada sisi
Oleh : Brata Taruna Hardjosubroto
resiko. Leadership mereka pada aspek resiko, pada
banyak perusahaan dirasa kurang.
Perusahaan pada umumnya menerapkan Risk
Management, dengan tujuan untuk mengidentifikasi segala potensi resiko yang dapat terjadi pada
perusahaan, dan mencari solusi untuk memperkecil potensi resiko yang ada, melalui berbagai bentuk cara. Dibutuhkan leadership yang kuat untuk
melakukan identifikasi resiko pada berbagai aspek
dalam perusahaan dan juga pada saat implementasi
risk management.
Risk Leadership merupakan inisiatif dan bentuk keberanian untuk melakukan perubahan pada
perusahaan sebagai reaksi atas potensi ancaman
yang ditimbulkan oleh faktor eksternal ataupun
internal perusahaan. Adalah merupakan salah satu
peran management untuk senantiasa mengevaluasi kondisi perusahaan dan mampu untuk ‘me­
neropong’ dan membaca dengan baik kondisi lingkungan eksternal perusahaan. Kemampuan untuk
mengidentifikasi potensi resiko, keberanian untuk
mengemukakan potensi resiko, dan persistensi
untuk menindak lanjuti dalam proses risk management adalah merupakan bentuk risk leadership dari
pemimpin.
Beberapa kasus yang terjadi adalah, dimana
para pimpinan telah sadar atas beberapa resiko
yang sangat mengancam perusahaan. Namun
hal tersebut tidak dilakukan tindak lanjut atau
tidak difokuskan penanganannya, oleh karena
akan berdampak merugikan beberapa pihak lain
yang memiliki pengaruh besar, atau oleh karena
harus dilakukannya perubahan yang besar. De­
ngan kondisi yang demikian, beberapa pimpinan
memilih untuk melakukan jalan alternatif yang
pada dasarnya tidak menyelesaikan masalah yang
sebenarnya, namun hanya bersifat sementara, atau
bersifat menunda atau membiarkan dalam kondisi
status quo, sampai dengan berakibat terjadinya
permasalahan besar.
Sebagai contoh, terjadinya kondisi dimana pemerintah saat ini harus menaikkan harga BBM un-
tuk menghilangkan dana subsidi pada APBN, dan
mencoba untuk mengatasinya dengan mengganti
BBM dengan BBG. Namun yang terjadi, adalah
ketidaksiapan untuk pengadaan BBG dalam waktu
yang relatif singkat. Kondisi ini bukanlah sesuatu
yang belum diketahui sebelumnya. Sudah pasti
bahwa pemerintah telah mengetahuinya beberapa
tahun lalu, bahwa kondisi ini cepat atau lambat,
akan pasti terjadi. Namun mengapa pada saat beberapa tahun tersebut tidak dilakukan persiapan
yang terfokus untuk perubahan BBM menjadi
BBG? Bila diteliti lebih dalam, kemungkinan diakibatkan oleh berbagai sebab. Mungkin karena faktor
politik tingkat tinggi, atau perebutan lahan bisnis
diantara petinggi, atau masih banyak penyebab
lain. Hal ini membuktikan bahwa pejabat yang accountable terhadap permasalahan ini memiliki risk
leadership yang lemah atau bahkan sangat lemah.
Contoh lain, mengenai masalah kemacetan
atau masalah banjir di Jakarta. Masalah ini disadari oleh segenap pimpinan bahwa hal tersebut
akan memberikan dampak resiko berupa kerugian
yang sangat besar pada seluruh lapisan masyarakat.
Namun mengapa kondisi demikian tidak kunjung
menjadi lebih baik? Hal ini menunjukan risk leadership yang lemah pada jajaran pejabat DKI untuk
mengatasi pemasalahan yang sudah sangat nyata.
Bisa jadi permasalahan yang ada karena terbentur
pada banyak pihak yang masing-masing memiliki kekuasaan kuat dan ingin saling mengambil
keuntungan dari kondisi tersebut. Ketidak mampuan pejabat DKI untuk menghadapi pihak-pihak
terkait tersebut dan melakukan perubahan yang
fundamental, menunjukkan lemahnya risk leadership para pejabat DKI dan juga pemerintah pusat.
Oleh karena itu, pemimpin harus memiliki risk
leadership yang kuat dan didasari oleh moral dan
mental yang kuat. Dengan demikian management
dapat memimpin perubahan yang harus dilakukan demi untuk memperkecil resiko atau ancaman
yang ada, baik berasal dari eksternal maupun internal. n
Penulis adalah mantan
Eksekutif IBM & Indosat
Group, sekarang berprofesi
sebagai Executive Coach
dan Practice Leader MKI
Corporate University.
Human Capital Journal n No. 10 n Tahun I n April 2012 |
37
C ol u m n : S u c c e s s M o t i vat i on
Leader dan Man
D
alam suatu sesi pelatihan ke­pe­
mimpinan, seorang peserta yang
juga adalah seorang Kepala Bagian
mengajukan pertanyaan sebagai
berikut : “ mana yang lebih penting
proses atau hasil? “ . Dia mengajukan pertanyaan
ini, karena merasa sangat tertekan oleh sang atasan
yang terlalu menekankan “pencapai­an hasil yang
ditargetkan” tanpa mau mengindahkan “proses
pencapaiannya”, sehingga hal ini berdampak
dengan banyaknya “anggota timnya” yang mengundurkan diri. Para bawahannya merasa ha­nya
“diperalat” saja, dan hanya dipuji ketika “berhasil”,
sedangkan jika mereka “gagal” mencapai hasil yang
diharapkan mereka akan mendapatkan “teguran
yang keras”. Topik yang menjadi bahasan dalam
pelatihan tersebut adalah bagaimana seorang manager juga haruslah menjadi leader yang baik bagi
timnya.
Membahas tentang Manager dan Leader, adalah sama saja ketika kita membicarakan apakah
itu kepemimpinan dan manajemen. Manajemen
adalah berbicara “bagaimana kita merencanakan
38 |
Human Capital Journal n No. 10 n Tahun I n April 2012
suatu pencapaian hasil dan cara untuk mencapai­
nya?“, “bagaimana mendapatkan dan mendayagunakan sumberdaya sehingga suatu pekerjaan dapat
diselesaikan dengan baik dan tepat waktu? Pada
intinya seorang manager diukur berdasarkan kinerjanya. Dan tentu saja yang melakukan penilaian
terhadap kinerja sang manajer adalah sang atasannya. Namun acapkali sang manager yang begitu
dipuji oleh atasannya, justru seringkali meninggalkan kesan yang buruk dan dianggap gagal oleh para
bawahannya.
Apakah memang sulit untuk menjadi seorang
manager yang baik juga sekaligus leader yang baik?
Memang tidak semua manager adalah pemimpin
yang baik, artinya manajemen yang baik juga tidak
selalu indentik dengan kepemimpinan yang baik.
Warren Bennis memberikan suatu pandangan
mengenai perbedaan antara seorang leader dan
manager. Seorang pemimpin adalah orang yang
melakukan hal yang benar, sedangkan manager
adalah orang yang melakukan segala sesuatu de­
ngan benar. Hal ini berdasarkan kepada pengamatannya, bahwa banyak lembaga yang “dikelola
Manager
dengan sangat baik”, namun demikian “dipimpin
dengan sangat buruk”, mereka unggul dalam menangani masalah rutin hari demi hari, tetapi mereka mungkin tidak bertanya apakah pekerjaan rutin
itu memang harus dikerjakan.
Para manajer yang juga seorang leader yang
baik adalah mereka yang mampu menjunjung
tinggi dan mengangkat “dimensi kemanusian” di
dalam lingkungan kerja. Mereka percaya bahwa
“Kepemimpinan adalah seni mencapai sesuatu
yang lebih daripada apa yang diperkirakan mampu dicapai oleh ilmu manajemen “. Mereka terus
mempelajari, memahami, menghormati orangorang yang dipimpinnya, sebagai manusia yang dapat dirangsang melalui semangat untuk mencapai
tujuan individunya namun sekaligus juga memberikan hasil yang terbaik untuk timnya. Ini yang
berbeda dengan cara pandang seorang manager
yang hanya mengandalkan posisinya, dan cende­
rung menggunakan kewenangannya untuk menyelesaikan perbedaan pendapat, dimana di lain
pihak seorang leader lebih tertarik menggunakan
pengaruh dan musyawarah karena mereka percaya
bahwa tidak ada seorangpun yang dapat “dipaksa”
untuk mengubah keyakinannya. Pertanyaan sekarang yang muncul adalah “ apakah seorang leader
yang baik otomatis adalah juga seorang manager
yang baik? “ Jawabannya memang tidak, karena
kemampuan untuk memimpin orang lain tidak
secara otomatis membuat seseorang menjadi ma­
nager yang baik. Itulah sebabnya diperlukan pelatihan yang terus menerus untuk menyeimbangkan
antara peran kedua-duanya yakni menjadi seorang
manager sekaligus leader yang baik ditengah persaingan bisnis dan tentu saja berpengaruh terha­dap
persaingan dalam memperebutkan manusia yang
merupakan sumberdaya termahal dalam suatu
organisasi. Seorang manager dan leader yang baik
sangat dibutuhkan dan harus memiliki kemampuan untuk mempertahankan karyawan yang baik
diperusahaan yang dipimpinnya.
Untuk itu para manager harus terus menerus
Oleh : Gani Gunawan Djong
mendapatkan pelatihan keterampilan dalam
“hubungan antara manusia”, dengan memulai
suatu program “pengembangan diri” (self development). Sebagai seorang manager yang juga diharapkan menjadi leader yang baik, maka mempelajari
hubungan antar manusia adalah sangat tepat jika
melalui pendekatan terhadap “diri sendiri” terlebih
dahulu. Jika seorang kurang dalam pemahaman
terhadap dirinya sendiri, bagaimana mungkin dia
mampu untuk memahami orang-orang yang di­
pimpinnya, sehingga difinisi kepemimpinan yang
memiliki tujuan untuk mencapai hasil-hasil yang
spesifik dan bermanfaat melalui orang-orang dapat
dipenuhi.
Dalam bukunya “The Five Pillars of Leadrship
– How to Bridge the Leadrship Gap“, Paul J Meyer
dan Randy Slechta, pendiri dan presiden, Success
Motivation Institute, Inc yang berpusat di Waco,
Texas, USA, menawarkan agar kita kembali kepada
dasar-dasar kepemimpinan yang mereka sebut sebagai Lima Pilar Kepemimpinan dan bisa menjadi
“jembatan” untuk mengatasi kesenjangan tersebut,
namun tentu saja ini bukan merupakan suatu obat
mujarab yang dapat memberikan solusi kilat, akan
tetapi diperlukan waktu berbulan-bulan dan bahkan bertahun-tahun, dalam menerapkan strategi
ini sehingga masalah kesenjangan kepemimpinan
itu bisa teratasi.
Mantan Presiden Amerika Serikat, almarhum John F Kennedy pernah mengatakan bahwa,
“masalah-masalah kita adalah buatan manusia,
oleh karena itu semuanya dapat diselesaikan oleh
manusia”, ini adalah sangat beralasan jika dikatakan “permasalahan” yang terjadi dalam berbagai
organisasi dewasa ini adalah karena “kurangnya
kepemimpinan yang unggul dan efketif”, karena
tidak berfokus kepada “potensi yang dikaruniakan
pencipta” dari masing-masing anggotanya, dimana
seharusnya para “pemimpin yang efektif” adalah
yang bisa “menemukan dan memanfaatkan potensi dalam timnya dengan konstruktif”. Itulah
definisi kepemimpinan yang pada intinya adalah “
Human Capital Journal n No. 10 n Tahun I n April 2012 |
39
C ol u m n : S u c c e s s M o t i vat i on
mencapai hasil yang spesifik dan bermanfaat melalui orang-orang “, dimana ketika seorang pemimpin
selain memimpin orang lain juga diri sendiri untuk “meningkatkan kontribusi” bagi organisasinya
dengan cara yang lebih konsisten, efisien dan efektif. Dan hal ini hanya bisa terjadi apabila setiap anggota tim “percaya” kepada pemimpinnya dan juga
kepada diri mereka sendiri, dan tentu saja disertai
“komitmen” dan “tetap setia” terhadap upaya-upaya untuk mencapainya.
Di tengah berbagai dinamika perubahan dewasa ini, maka seorang pemimpin haruslah dapat
menyesuaikan dan menggenggamnya, dan melakukan “pemberdayaan” terhadap para pemimpin di
tingkatan berikutnya, sehingga dapat menaklukkan berbagai tantangan-tantangan kehidupan
dan tentu saja bisa membagikan lebih banyak lagi
kelimpahan dalam kehidupan ini. Ada tiga unsur
yang harus diperhatikan ketika seorang pemimpin
mau melakukan “pemberdayaan” kepada masingma­sing anggota timnya yakni ; integritas, hati
seorang hamba dan menjadi pengurus. Hanya
dengan cara demikian seorang pemimpin akan
mencapai “lebih banyak sasaran”, organisasi yang
“kokoh dan stabil”, “bertumbuh” dan “tahan uji”.
Adapun ke “Lima Pilar Kepemimpinan” yang
ditawarkan adalah sebagai berikut :
Keluarga / Rumah Tangga, Mental / Pendidikan, Spiritual / Etika, Sosial / Budaya dan Fisik
/ Ke­sehatan. Pemimpin yang efektif adalah
me­reka yang senantiasa mengembangkan
roda kehidupannya dengan seimbang.
Pemikiran yang Terkristalisasi
Komitmen dan Tanggung Jawab.
Ditengah kesibukan sehari-hari seorang
pemimpin yang sangat efektif masih sempat waktu
untuk “bermimpi”, dan mereka akan “mengkristalisasikan pemikiran” mereka dalam bentuk berupa
visi dan misi yang hanya akan “terwujud” melalui
“sasaran-sasaran” yang jelas dan terkomunikasi
dengan baik ke para pemimpin tingkatan berikutnya. Seperti dikatakan oleh Paul J Meyer, “bila
anda tidak sedang mengalami kemajuan yang
anda inginkan atau yang bisa anda capai, secara
sederhana hal itu disebabkan oleh karena sasaran
anda yang tidak ditentukan dengan jelas”.
Rencana dan Keseimbangan
Langkah berikutnya adalah melakukan “penyu­
sunan rencana-rencana tertulis” dalam rangka
mencapai “tujuan-tujuan yang spesifik”. Kedua
penulis ini menawarkan proses goal setting yang
berdasarkan keseimbangan kehidupan dalam 6
aspek bidang kehidupan yakni ; Keuangan / Karir,
40 |
Semangat dan Hasrat
Bagi seorang pemimpin yang efektif, semangat dan hasrat merupakan lampu penuntun yang mengarahkan jalan mereka menuju
kepada kesuksesan yang lebih besar lagi, ka­
rena kedua sikap dasar ini dapat menimbulkan
efek “pelipat gandaan”. Seperti yang dikatakan
oleh Jack Welch, “barangkali hanya ka­rena semangat, dan bukan hal yang lain yang membedakan orang-orang dengan nilai A dengan
orang-orang nilai B“.
Keyakinan dan Kepercayaan
Pemimpin besar ada dimana mereka berada dan menjadi siapa adanya mereka karena
memiliki pikiran-pikiran yang mendominasi otak mereka, tidak kurang, tidak lebih.
Melalui keyakinan dan kepercayaan mereka
terhadap kemampuan mereka sendiri untuk
melakukan inovasi, berkembang, dan tekun
bertahan adalah merupakan resep utamanya.
Akhirnya komitmen dan tanggung jawab
seorang pemimpin adalah dua hal terakhir
yang akan memberikan kesuksesan jangka
panjang bagi suatu organisasi. Komitmen
akan membuat seorang pemimpin memusatkan dirinya pada sasaran yang harus
dicapai dan melalui komitmen itulah ukuran
untuk kesediaan para anggota tim untuk tetap
bekerja menuju sasaran-sasaran yang spesifik
tanpa memandang kesulitan yang mungkin
mereka hadapi, sedangkan melalui tanggung
Jawab seorang pemimpin yang efektif justru
seringkali memberikan hasil terbaik yang
melampaui apa yang orang lain harapkan
darinya. n
Gani Gunawan Djong, Motivator dan Success Coach.
Success Motivation Institute, Inc, Southeast Asia Regional
Office. Website : www.success-motivation.com
Human Capital Journal n No. 10 n Tahun I n April 2012
Form
FORMULIR
BERLANGGANAN
Human Capital Journal bisa diperoleh dengan berlangganan.
MOHON DIISI DENGAN HURUF CETAK
Kepada Yth.
Bagian Sirkulasi HUMAN CAPITAL JOURNAL
Menara Kadin Indonesia 24th Floor.
Jl. HR. Rasuna Said X-5 Kav. 2-3, Jakarta 12950
Ya, kami ingin berlangganan HUMAN CAPITAL JOURNAL :
Nama :
Jabatan :
Nama Perusahaan
Alamat :
Kota :
Kode Pos :
Nomor Telpon :
Hand Phone :
Facsimile :
E-mail :
Berlangganan mulai Edisi No :.................
3 bulan Rp. 75.000,-
6 bulan
Rp. 150.000,-
1 tahun Rp. 300.000,-
2 tahun Rp. 550.000,-
Jumlah ............... Eksemplar
Total Biaya Rp.
Beri tanda X pada kotak yang disediakan. Nilai yang ditransfer ditambah dengan ongkos kirim.
Alamat pengiriman
(
sama dengan alamat di atas)
Nama :
Alamat :
Kota :
Kode Pos
:
Pembayaran
:
Transfer ke Bank Mega Cabang Rasuna Said, Jakarta
Rek. No. 010 2000 1100 3221 a/n PT Menara Kadin Indonesia
Nama Jelas, tanda tangan
n
n
Setelah formulir ini diisi, harap di Fax atau email balik beserta bukti pembayarannya ke : Bagian Sirkulasi dan Pemasaran HUMAN CAPITAL
JOURNAL, Menara Kadin Indonesia 24th Floor. Jl. HR. Rasuna Said X-5 Kav. 2-3, Jakarta 12950, Indonesia Phone : (62-21) 5790 3840. Fax. :
(62-21) 527 4443. Email : [email protected], [email protected] www.pt-mki.co.id
Harga langganan tidak termasuk ongkos kirim per eksemplar (Jakarta Rp. 6.000,- Luar Jakarta sesuai tarif yang berlaku di TIKI/JNE)
Contoh : Ongkos kirim berlangganan untuk 3 bulan di Jakarta = 3 x Rp. 6.000,-/ekp = Rp. 18.000,- Jumlah yang ditransfer : Rp. 75.000 + Rp.
18.000 = Rp. 93.000,-
Form Berlangganan Cetak.indd 2
12/7/2011 1:53:39 PM
Syahmuharnis
R. Chandra, Daisy M
Performance Management for Manager
HR Management Professional Certification - Jakarta
3
4
R. Chandra, Daisy M
R. Chandra,
R. Chandra
R. Chandra
R. Chandra
R. Chandra
R. Chandra
HR Management Professional Certification - Bali
Mendesain Kurikulum Berbasis Kompetensi - Jakarta
Mendesain Kurikulum Berbasis Kompetensi - Jogyakarta
Mendesain Kurikulum Berbasis Kompetensi - Bandung
Comprehensive Assessment Center Certification
Strategic Competency Profiling
Technical Comprehensive Library Development - Jakarta
Technical Comprehensive Library Development - Jogya
Training for the Trainers
Comprehensive Training Management
How To Design MT Program
Implementasi Knowledge Management
Career Development Management
Compensation & Benefit Certification
Competency Based Job Evaluation
Finance for Non Finance
Training Identification and Evaluation
Management Development Program (Soft skill Managerial), Star Program
Effective Supervisory Management Program
Leadership Development Program
Assessing Personality with MBTI
Time Management
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
Pendaftaran :
R. Chandra, Daisy M
4.500.000
6.000.000
4
2
2
2
2
Jan
Feb
Mar
25 - 26
24 - 27
25 - 26
25 - 27
11 - 12
23 - 24
9 - 11
25 - 26
17 - 20
4-5
26 - 27
Apr
9 - 10
29 - 30
22 - 24
10 - 11
16 - 17
8-9
1-2
16 - 17
22 - 25
May
26 - 27
5-7
6-8
19 - 20
26 - 27
12 - 15
7-8
29 - 30
Jun
5790 3840 | Fax. (021) 527 4443 | Email: [email protected]
3.250.000
3.000.000
3.000.000
3.250.000
2.750.000
2.750.000
3.000.000
2
2
2
3.000.000
3.500.000
3.000.000
2.750.000
3.250.000
2.750.000
5.500.000
3.500.000
3.500.000
2.750.000
7.500.000
7.000.000
6.000.000
6.000.000
2.750.000
3.000.000
3.000.000
Fee
Ms. Poppy / Purwanti / Dedeh / Iin dan Ria. Tel. (021)
Mira Widagdo,
Anies Rachmawati
Brata T. H
Brata T. H
Brata T. H
Daisy M
Zacky Yusuf
Susi Muchtar
Mahelan
3
2
Mahelan
2
Johnnie Susanto,
Anies Rachmawati
2
2
0
2
3
2
2
2
4
4
4
4
2
2
2
Days
Lucky Esa
Johnnie Susanto
Anies Rachmawati
Bayu Murti
R. Chandra
R. Chandra, Daisy M
HR Management Professional Certification - Bandung
HR Management Professional Certification - Jogya
5
6
Syahmuharnis
KPI with Balanced Scorecard (Corporate Perfomance Management System)
2
Syahmuharnis
Facilitator
Comprehensive Strategic Man Power Planning
Trainng
1
No
Agenda MKI Corporate University 2012
Agenda
Pendaftaran :
Ms. Poppy / Purwanti / Dedeh / Iin dan Ria. Tel. (021)
5790 3840 | Fax. (021) 527 4443 | Email: [email protected]
Download