1 BAB II TINJAUAN/LANDASAN TEORI A. Perkembangan Surat

advertisement
BAB II
TINJAUAN/LANDASAN TEORI
A. Perkembangan Surat Kabar
Pers di Indonesia mulai berkembang jauh hari sebelum negara Indonesia
diproklamasikan. Pers telah dipergunakan oleh para pendiri bangsa kita sebagai alat
perjuangan untuk memperoleh kemerdekaan. Sejak pertengahan abad ke-18, orangorang Belanda mulai memperkenalkan penerbitan surat kabar di Indonesia. Penguasa
kolonial mengekang pertumbuhan pers, meskipun penerbitnya terdiri dari orang-orang
Belanda sendiri.
Surat kabar pertama di Indonesia adalah Bataviase Nouvelles (Agustus 1744Juni
1746),
disusul
kemudian
Bataviasche
Courant
(1817),
Bataviasche
Advertentieblad (1827). Selanjutnya terdapat beberapa surat kabar yang terbit
menggunakan bahasa lokal, seperti pada tahun 1855 di Surakarta terbit surat kabar
pertama dalam bahasa Jawa, bernama Bromartani, lalu surat kabar berbahasa Melayu
yang pertama dengan nama Soerat Kabar Bahasa Melajoe yang terbit di Surabaya pada
tahun 1956, kemudian ada juga surat kabar dengan bahasa betawi dengan nama Soerat
Chabar Betawie (1958), Selompret Melajoe yang terbit di Semarang tahun 1860,
Bintang Timoer (Surabaya, 1862), Djoeroe Martani (Surakarta 1864), dan Biang Lala
(Jakarta, 1867).
Melihat dari pengertian pers di Indonesia sudah jelas sebagaimana tercantum
pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 yang berbunyi sebagai berikut:
1
”Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang
melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki,
menyimpan, megolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan,
suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk
lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis
saluran yang tersedia”.
Definisi pers tersebut menunjukkan bahwa pers di Indonesia merupakan
lembaga kemasyarakatan bukan lembaga pemerintah, bukan terompet pemerintah.
Dengan kata lain, pers di Indonesia menganut teori tanggung jawab sosial. Mengenai
hal ini secara jelas dicantumkan pada pasal 15 tentang peran dewan pers dan
keanggotaan dewan pers, dan pasal 17 tentang peranan masayarakat dalam kehidupan
pers yang terdapat pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999.
Seiring dengan perkembangan jaman, terjadi pula perkembangan dalam fungsi
surat kabar. Surat kabar yang pada awalnya berfungsi untuk menyebarkan berita-berita
yang terjadi di lingkunan sekitar, serta menjadi media perjuangan masyarakat
pergerakan Indonesia di jaman penjajahan, saat ini juga berkembang menjadi industri
bisnis yang tujuannya tidak hanya menyebarkan informasi, tetapi juga berorientasi
kepada bisnis atau keuntungan. Industri surat kabar saat ini telah menjadi sebuah
perusahaan yang bertujuan untuk meraih keuntungan melalui pendapatan iklan.
Pendapatan iklan saat ini merupakan salah satu bentuk pendapatan utama dari sebuah
surat kabar, dimana segala bentuk pengeluaran atau biaya operasional diharapkan dapat
ditutup dengan adanya pendapatan dari iklan tersebut. Salah satu bentuk strategi
tersebut berupa pemasaran yang ditujukan kepada para pengiklan dan juga para
pembaca. Dimana salah satu parameter keberhasilan sebuah surat kabar ditentukan oleh
jumlah pembacanya, yang selanjutnya berpengaruh kepada munculnya tingkat
2
efektifitas pesan iklan yang akan dipresentasikan kepada pengiklan untuk beriklan di
surat kabar tersebut.
Pada dasarnya industri surat kabar di Indonesia tidak dapat lepas dari
perkembangan pers di Indonesia. Pers di Indonesia yang mulai tumbuh pada masa
penjajahan Belanda menjadi titik start dari perkembangan industri surat kabar di
Indonesia. Berikut ini beberapa tahapan perkembangan pers di Indonesia.
1. Pers pada zaman Hindia Belanda (1744 sampai awal abad ke 19 )
Berbicara perihal dunia pers di Indonesia, tentunya tidak bisa dipisahkan
dari hadirnya bangsa Barat di tanah air kita. Memang tidak bisa dipungkiri, bahwa
orang Eropa-lah, khususnya bangsa Belanda, yang telah “berjasa” memelopori
hadirnya dunia pers serta perkembangan suratkabar di Indonesia. Masalahnya
sebelum kehadiran mereka, tidak diberitakan adanya media masa yang dibuat oleh
bangsa pribumi.
Sejak abad 17 di Batavia sudah terbit sejumlah berkala dan surat kabar.
Dikatakannya, bahwa pada tahun 1676 di Batavia telah terbit sebuah berkala
bernama Kort Bericht Eropa (berita singkat dari Eropa). Berkala yang memuat
berbagai berita dari Polandia, Prancis, Jerman, Belanda, Spanyol, Inggris, dan
Denmark ini, dicetak di Batavia oleh Abraham Van den Eede tahun 1676. Setelah
itu terbit pula Bataviase Nouvelles pada bulan Oktober 1744, Vendu Nieuws pada
tanggal 23 Mei 1780, sedangkan Bataviasche Koloniale Courant tercatat sebagai
surat kabar pertama yang terbit di Batavia tahun 1810. Dengan kata lain media
masa di masa itu telah dipandang sebagai alat pencatat atau pendokumentasian
segala peristiwa yang terjadi di negeri kita yang amat perlu diketahui oleh
3
pemerintah pusat di Nederland maupun di Nederlandsch Indie serta orang-orang
Belanda pada umumnya.
Kemudian dunia pers semakin menghangat ketika terbitnya “Medan
Prijaji” pada tahun 1903, sebuah surat kabar pertama yang dikelola kaum pribumi.
Munculnya surat kabar ini bisa dikatakan merupakan masa permulaan bangsa kita
terjun dalam dunia pers yang berbau politik. Pemerintah Belanda menyebutnya
Inheemsche Pers (Pers Bumiputra). Pemimpin redaksinya yakni R. M.
Tirtoadisuryo yang dijuluki Nestor Jurnalistik ini menyadari bahwa surat kabar
adalah alat penting untuk menyuarakan aspirasi masyarakat.
2. Pers di masa Penjajahan Jepang (1942 - 1945)
Era ini berlangsung dari 1942 hingga 1945, orang-orang surat kabar (pers)
Indonesia banyak yang berjuang tidak dengan ketajaman penanya melainkan
dengan jalan lain seperti organisasi keagamaan, pendidikan dan politik. Hal ini
menunjukkan bahwa di masa Jepang pers Indonesia tertekan. Surat kabar yang
beredar pada zaman penjajahan Belanda dilarang beredar. Pada era ini pers
Indonesia
mengalami
kemajuan
dalam
hal
teknis
namun
juga
mulai
diberlakukannya izin penerbitan pers. namun surat kabar-surat kabar Indonesia
yang semula berusaha dan berdiri sendiri dipaksa bergabung menjadi satu, dan
segala bidang usahanya disesuaikan dengan rencana-rencana serta tujuan-tujuan
tentara Jepang untuk memenangkan apa yang mereka namakan “Dai Toa Senso”
atau Perang Asia Timur Raya. Dengan demikian, di zaman pendudukan Jepang pers
merupakan alat Jepang. Kabar-kabar dan karangan-karangan yang dimuat hanyalah
pro-Jepang semata. Selain itu Jepang juga mendirikan Jawa Shinbun Kai dan
4
cabang kantor berita Domei dengan menggabungkan dua kantor berita yang ada di
Indonesia yakni Aneta dan Antara.
Selama masa ini, terbit beberapa media (harian), yaitu: Asia Raya di
Jakarta, Sinar Baru di Semarang, Suara Asia di Surabaya, Tjahaya di Bandung.
Dengan munculnya ide bahwa beberapa surat kabar sunda bersatu untuk
menerbitkan surat kabar baru Tjahaja (Otista), beberapa surat kabar di Sumatera
dimatikan dan dibuat di Padang Nippo (melayu), dan Sumatera Shimbun (JepangKanji).
3. Pers dimasa Orde Lama atau Pers Terpimpin (1957 - 1965)
Lebih kurang 10 hari setelah Dekrit Presiden RI menyatakan kembali ke
UUD 1945, tindakan tekanan pers terus berlangsung, yaitu pembredelan terhadap
kantor berita PIA dan surat kabar Republik, Pedoman, Berita Indonesia, dan Sin Po
dilakukan oleh penguasa perang Jakarta. Pada tahun 1960 penguasa perang mulai
mengenakan sanksi-sanksi perizinan terhadap pers. Pada tahun 1964 kondisi
kebebasan pers makin buruk: digambarkan oleh E.C. Smith dengan mengutip dari
Army Handbook bahwa Kementerian Penerangan dan badan-badannya mengontrol
semua kegiatan pers. Perubahan ada hampir tidak lebih sekedar perubahan sumber
wewenang, karena sensor tetap ketat dan dilakukan secara sepihak.
4. Perkembangan pers pada masa Orde Baru
Pada awal kekuasaan Orde Baru, Indonesia dijanjikan akan keterbukaan
serta kebebasan dalam berpendapat. Masyarakat saat itu bersuka-cita menyambut
pemerintahan
Soeharto
yang
diharapkan
akan
mengubah
keterpurukan
pemerintahan Orde Lama. Pemerintah pada saat itu harus melakukan pemulihan di
5
segala aspek, antara lain aspek ekonomi, politik, sosial, budaya, dan psikologis
rakyat.Indonesia mulai bangkit sedikit demi sedikit, bahkan perkembangan
ekonomi pun semakin pesat. Pers pada masa ini mendapat berbagai tekanan dari
pemerintah. Tidak ada kebebasan dalam menerbitkan berita-berita miring seputar
pemerintah. Bila terdapat maka media massa tersebut akan mendapatkan peringatan
keras dari pemerintah yang tentunya akan mengancam penerbitannya. Pada masa
Orde Baru, segala penerbitan media massa berada dalam pengawasan pemerintah
yaitu melalui Departemen Penerangan. Pada masa ini, media massa diharuskan
memberitakan hal-hal yang baik tentang pemerintahan Orde Baru. Pers seakanakan dijadikan alat pemerintah untuk mempertahankan kekuasaannya, sehingga
pers tidak menjalankan fungsi yang sesungguhnya yaitu sebagai pendukung dan
pembela masyarakat.
Rezim Orde Baru dengan konsep Pers Pancasila yang memiliki jargon
”pers yang bebas dan bertanggung jawab” pada akhirnya hanya berhenti pada
slogan politis. Bertanggung jawab dalam hal ini tidak lebih sebagai bentuk
bertanggung jawab terhadap pemerintah karena dalam praktiknya, pemerintah
selalu berupaya menempatkan pers sebagai bagian dari ideological state apparatus,
yang diharapkan bisa berperan dalam proses mereproduksi dan menjaga stabilitas
legitimasi penguasa. Untuk itu, rezim Orde Baru telah menerapkan berbagai kontrol
terhadap pers.
5. Pers di masa pasca Reformasi
Pada tanggal 21 Mei 1998, Orde Baru tumbang dan mulailah era reformasi.
Tuntutan reformasi bergema ke semua sektor kehidupan, termasuk sektor
6
kehidupan pers.
Sejak masa reformasi tahun 1998, pers nasional kembali
menikmati kebebasan pers. Hal ini sejalan dengan alam reformasi, keterbukaan, dan
demokrasi yang diperjuangkan rakyat Indonesia. Akibatnya, awal reformasi banyak
bermunculan penerbitan pers atau koran, majalah, atau tabloid baru. Di Era
reformasi pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang
pers. Hal ini disambut gembira dikalangan pers, karena tercatat beberapa kemajuan
penting dibanding dengan undang-undang sebelumnya, yaitu Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 1982 tentang Pokok-Pokok Pers (UUPP).
Dalam Undang-Undang ini, dengan tegas dijamin adanya kemerdekaan pers
sebagai hak asasi warga negara (pasal 4). Itulah sebabnya mengapa tidak lagi
disinggung perlu tidaknya surat ijin terbit, yaitu terhadap pers nasional tidak
dikenakan penyensoran, pembredelan, dan pelarangan penyiaran sebagaimana
tercantum dalam pasal 4 ayat 2. Media massa adalah suatu alat yang digunakan
seseorang untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat luas. Media massa
juga merupakan media yang selalu menjadi perhatian masyarakat. kehidupan
masyarakat pada masa sekarang ini hampir tidak pernah lepas dari media massa
baik itu televisi, koran, radio, atau internet. Keefektifan serta peranannya yang
begitu hebat menjadikan media massa menjadi salah satu komponen penting bagi
pembentukan kepribadian masyarakat
(http://bugi666.blogspot.com/2012/10/pengertianpers-kata-persadalah-istilah.html,
diakses pada tanggal 20 September 2013, pukul 10.00 WIB).
7
B. Integrated Marketing Communication (IMC)
Bahwa setiap pengusaha media khususnya SKH Tribun Jogja harus menyadari
pentingnya pemasaran bagi keberhasilan sebuah perusahaan, dimana sebuah pemikiran
bisnis yang benar-benar baru, sebuah filsafat baru, berkembang disebut sebagai
pemasaran. Dalam makna yang utuh, konsep pemasaran adalah sebuah filsafat bisnis
yang menyatakan bahwa kepuasan keinginan dari konsumen adalah dasar kebenaran
sosial ekonomi kehidupan sebuah perusahaan, sudah sewajarnya diinginkan oleh
konsumen dan kemudian memuaskan keinginan-keinginan tersebut.
Fungsi pemasaran terdiri dari tiga komponen kunci, antara lain bauran
pemasaran (marketing mix), unsur atau elemen internal penting yang membentuk
program pemasaran; kemudian mengetahui dan mengantisipasi kekuatan pasar, peluang
dan ancaman eksternal dimana aktifitas-aktifitas pemasaran sebuah organisasi
berinteraksi dan yang terakhir melakukan proses penyelenggaraan, proses strategi dan
manajerial untuk memastikan bauran pemasaran dan kebijakan-kebijakan internal layak
bagi kekuatan pasar (Payne, 2000: 28).
Pemahaman pemasaran terdiri dari segala hal yang bisa dilakukan perusahaan
untuk mempengaruhi permintaan atas produknya. Beberapa kemungkinan tersebut
dibagi dalam 4 (empat) variabel yang di kenal “ 4P “ antara lain: produk (product)
adalah kombinasi “ barang dan jasa “ yang ditawarkan perusahaan pasar sasaran; harga
(price) adalah jumlah uang yang harus dibayar oleh konsumen untuk mendapatkan
produk; tempat (place) adalah kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk
menonjolkan keistimewaan-keistimewaan produknya dan membujuk konsumen sasaran
8
agar membelinya; dan promosi (promotion) adalah program komunikasi yang
berhubungan pemasaran produk atau jasa (Kotler, 2002: 18).
1. Product (produk)
Produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan ke suatu pasar untuk
memenuhi keinginan atau kebutuhan. Merupakan kombinasi barang dan jasa yang
diatarkan oleh sebuah perusahaan pada target sasaran, termasuk didalamnya ciriciri dan wujud produk, kemasan, merek, dan kebikjasanaan pelayanannya.
2. Price (harga)
Price atau harga adalah jumlah uang yang dibayar pelanggan untuk produk
atau jasa tertentu. Harga memegang peranan kunci dalam menentukan profit,
semakin besar margin profit yang dikandung dalam harga, semkin besar pula
keuntungan perusahaan tersebut. Namun tidak berarti perusahaan harus
membanderol harga setinggi mungkin untuk mencapai tingkat keuntungan yang
diinginkan. Karena barang yang dijual mungkin tidak akan laki, begitu pula
sebaliknya, perusahaan tidak harus memberikan harga semurah-murahnya karena
beresiko bagi perusahaan, yaitu mendatangkan kerugian. Untuk itu, pemberian
harga haruslah dilakukan secara tepat.
3. Place (tempat)
Kegiatan pemasaran juga harus didukung dengan lokasi, dimana produk
atau jasa tersebut dipasarkan. Pemasaran haruslah bersifat jeli mempertemukan
produk/jasa yang dijual dengan kebutuhan pasar. Setelah perusahaan berhasil
menciptakan barang atau jasa yang berkualitas dan mampu menetapkan pricing
9
yang tepat, langkah selanjutnya perusahaan adalah membuat saluran distibusi yang
efektif, sehingga produk/jasa tersebut dapat sampai ke tempat yang dituju.
4. Promotion (promosi)
Promosi merupakan finishing touch yang harus dilakukan agar produk/jasa
yang akan dipasarkan dapat diserap dengan baik. Promosi pada umumnya identik
dengan berbagai usaha untuk memberikan informasi pada pasar tentang produk/jasa
yang dijual, tempat, dan waktunya. Tidak jarang juga perusahaan melakukan
promosi secara besar-besaran seperti melakukan grand launching, ataupun melalui
program harga perkenalan untuk dapat menarik animo target konsumen.
Integrated Marketing Communication (IMC) mulai dikenal konsepnya pada
awal tahun 1980-an meskipun belum secara luas (Estaswara, 2008: 13). Selanjutnya
konsep ini tersebut berkembang dengan berbagai pemikiran dari para profesional dan
akademisi. Komunikasi pemasaran terpadu menurut The American Association of
Advertising Agencies adalah konsep perencanaan komunikasi pemasaran yang
memberikan nilai tambah pada strategi komunikasi yang melibatkan kegiatan promosi
penjualan, periklanan, kehumasan, dan direct response yang dipadukan untuk
menghasilkan
dampak
komunikasi
yang
(http://en.wikipedia.org/wiki/Integrated_Marketing_Communications,
berarti
diakses
pada
tanggal 1 Maret 2015, pukul 22.00 WIB). Konsep ini diperkenalkan tahun 1994 oleh
Don E. Schultz bersama Stanley I. Tannenbaum dan Robert F. Lauterborn. Namun sejak
awal tahun 1980-an sampai dengan tahun 1994 terdapat banyak perubahan yang
10
mendasari terbentuknya komunikasi pemasaran terpadu. Berikut ini adalah gambar
sejarah perkembangan studi komunikasi pemasaran terpadu:
Gambar 2.1. Sejarah Perkembangan Studi Komunikasi Pemasaran Terpadu
Penerapan kegiatan pemasaran terpadu harus dilakukan mulai dari pimpinan
puncak dengan orientasi pada pelanggan, menjadikan komunikasi sebagai sumber
keunggulan daya saing, dan bersifat sentralisasi atau konsolidasi (Alifahmi, 2005: 19).
Berikutnya adalah model perencanaan komunikasi terpadu yang menjelaskan secara
spesifik langkah-langkah untuk mengembangkan program pemasaran terpadu (Belch, et
al, 2001: 25-27):
11
Gambar 2.2. Model Integrated Marketing Communication
Langkah yang pertama adalah review of marketing plan. Pada tahap ini
perusahaan memeriksa tujuan dan rencana komunikasi pemasaran secara umum.
Kemudian pada tahap analysis of promotional program situation, perusahaan
menganalisis kondisi internal dan eksternal perusahan. Analisa internal antara lain
kemampuan untuk mengimplementasikan program promosi dan meninjau kembali hasil
program yang pernah dilakukan. Sedangkan analisa eksternal antara lain perilaku
konsumen, segmentasi pasar, dan target pasar. Langkah berikutnya adalah analysis of
communication process. Pada tahap ini perusahaan melakukan analisis mengenai
seberapa efektif perusahaan berkomunikasi dengan target pasarnya. Dalam tahap ini
12
pula dikembangkan goals dan objectives dalam komunikasi pemasaran. Setelah tujuan
komunikasi pemasaran ditentukan, maka langkah berikutnya adalah menentukan budget
promosi. Idealnya jumlah yang dikeluarkan untuk promosi ditentukan oleh apa yang
telah dirumuskan dalam tujuan komunikasi. Namun, pada kenyataannya, budget
promosi ditentukan oleh seberapa banyak budget yang dialokasikan oleh perusahaan
atau persentase dari penjualan.
Selanjutnya
adalah
developing
integrated
marketing
program
atau
mengembangkan program pemasaran terpadu. Setiap metode komunikasi pemasaran
memiliki keunggulan dan kelemahannya masing-masing sehingga diperlukan objective,
strategi, dan taktik pada setiap metode komunikasi pemasaran tersebut. Setelah pesan
dan strategi media telah ditentukan, maka harus segera mengambil langkah untuk
mengimplementasikannya. Langkah terakhir dalam proses perencanaan komunikasi
pemasaran terpadu adalah memonitor, mengevaluasi, dan mengkontrol program
tersebut. Penting untuk menentukan seberapa berhasil program ini dalam mencapai
tujuan komunikasi pemasaran dan membantu perusahaan untuk menyelesaikan goals
dan objectives perusahaan.
Marketing mix sendiri merupakan sebuah perpaduan dari berbagai alat-alat
promosi yang dapat dikatakan sebagai sebuah strategi yang cukup efektif di dalam
melakukan kegiatan pemasaran, antara lain berbagai variabel dalam periklanan, personal
selling, ataupun dengan berbagai alat-alat promosi yang lain. Biasanya sebuah
perusahaan menggunakan konsep bauran pemasaran (marketing mix) dengan konsep 4P.
menurut Kotler (2002: 18), konsep tersebut meliputi empat hal yang memegang peranan
13
penting dalam pemasaran, yaitu product (produk), price (harga), promotion (promosi),
dan place (tempat).
C. Bauran Promosi (Promotion Mix) Dalam Pemasaran
Promosi dapat dikatakan memegang peranan yang sangat penting di dalam
elemen bauran pemasaran (marketing mix), karena dengan melalui sebuah kegiatan
promosi seorang produsen atau perusahaan dapat mengkomunikasikan produk atau jasa
yang ditawarkan oleh produsen tersebut kepada konsumen. Istilah promosi sendiri dapat
diartikan sebagai sebuah arus informasi atau persuasi satu arah sebagai sebuah kegiatan
pemasaran yang dibuat untuk mengarahkan seseorang atau organisasi kepada tindakan
yang menciptakan pertukaran dalam pemasaran dan untuk mendorong permintaan
(Swastha dan Irawan, 1986: 346).
Promotion mix sendiri merupakan sebuah perpaduan dari berbagai alat-alat
promosi yang dapat dikatakan sebagai sebuah strategi yang cukup efektif di dalam
melakukan kegiatan pemasaran, antara lain berbagai variabel dalam periklanan, personal
selling, ataupun dengan berbagai alat-alat promosi yang lain. Kotler (2002: 56)
mengidentifikasi bahwa bauran promosi (promotion mix) antara lain terdiri dari
periklanan (advertising), penjualan tatap muka (personal selling), promosi penjualan
(sales promotion), pemasaran langsung (direct marketing), dan hubungan masyarakat
(public relation). Sebuah kegiatan pemasaran jika dilakukan dengan sebuah kegiatan
bauran komunikasi atau komunikasi promosi secara efektif, maka segala tujuan
pemasaran dari sebuah produk atau seorang produsen akan dapat tercapai, sehingga
komunikasi promosi dapat dikatakan mempunyai peranan penting di dalam kelangsungan
14
sebuah produk. Menurut J. Paul Peter & Jerry C. Olson dalam Consumer Behavior (Peter
dan Olson, 1987: 80), tujuan dari komunikasi promosi antara lain:
1) Konsumen harus memiliki kebutuhan yang disadari akan suatu kategori produk
atau bentuk produk.
2) Konsumen harus sadar akan sebuah produk.
3) Konsumen harus memiliki sikap merek yang positif.
4) Konsumen harus memiliki keinginan untuk membeli sebuah merek.
5) Konsumen harus melakukan berbagai macam perilaku untuk membeli merek
tertentu.
6) Konsumen harus melakukan berbagai macam perilaku untuk membeli merek
tertentu.
Sedangkan menurut Basu Swastha & Irawan (1986: 352), promosi memiliki beberapa
tujuan, antara lain :
1) Modifikasi tingkah laku.
Di dalam tujuan ini, kegiatan promosi dilakukan untuk merubah sikap ataupun
pandangan dari konsumen akan sebuah produk ataupun image dari sebuah
perusahaan. Kegiatan promosi yang dilakukan dapat membuat seorang
konsumen untuk menggunakan sebuah produk yang ditawarkan, ataupun dapat
beralih dari produk lain yang terlebih dahulu digunakan oleh konsumen
tersebut.sehingga mampu mendorong tingkat penjualan dari sebuah produk.
2) Memberitahu (to inform).
15
Di dalam tujuan kegiatan promosi ini, kegiatan promosi dilakukan untuk
memberikan berbagai informasi akan sebuah produk kepada konsumen (target
konsumen) dari produk tersebut. Kegiatan promosi yang bersifat informatif
tersebut biasanya dilakukan secara besar-besaran pada tahap awal siklus dari
sebuah produk karena dengan informasi tersebut diharapkan konsumen target
dari sebuah produk mampu menggunakan informasi tersebut sebagai
pertimbangan di dalam mengambil keputusan saat akan membeli sebuah
produk.
3) Membujuk (to persuade).
Tujuan dari kegiatan promosi ini diarahkan untuk mendorong tingkat penjualan
dari sebuah produk. Dengan berbagai informasi akan kelebihan dan manfaat
dari sebuah produk yang diberikan kepada konsumen (melalui iklan, atau
variabel pemasaran lainnya), diharapkan konsumen tersebut mau membeli
produk tersebut. Biasanya promosi yang bersifat persuasif ini akan menjadi
dominan jika produk yang ditawarkan mulai memasuki tahap pertumbuhan pada
siklus kehidupan sebuah produk.
4) Mengingatkan (to remind).
Kegiatan promosi di dalam tujuan ini digunakan untuk selalu menjaga
awareness konsumen akan sebuah produk, agar tiap konsumen masih ingat akan
produk tersebut dan tetap menggunakan produk tersebut sehingga mampu
memunculkan brand loyalty di dalam konsumennya. Biasanya kegiatan promosi
dengan tujuan ini dilakukan pada saat produk berada pada tahap kedewasaan
dalam siklus kehidupan sebuah produk.
16
Biasanya tiap-tiap produk yang berbeda menggunakan promotion mix yang
berbeda-beda pula, karena untuk mendapatkan hasil yang efektif dan tercapainya segala
tujuan pemasaran, sebuah kegiatan promotion mix yang dilakukan harus disesuaikan
dengan karakter dari produk serta konsumen target dari produk itu sendiri. Faktor-faktor
yang mempengaruhi penentuan kombinasi terbaik dari variabel-variabel promotion mix
adalah sebagai berikut (Kotler 2002: 88);
1) Jumlah Dana
Besar kecilnya jumlah dana mempengaruhi bagaimana sebuah kegiatan
promotion mix dilakukan pada suatu produk. Semakin besar jumlah dana yang
dianggarkan, maka semakin variatif juga promotion mix yang dilakukan, dan
juga sebaliknya. Jika sebuah perusahaan hanya mempunyai dana yang cukup
kecil dalam memasarkan produknya, biasanya perusahaan tersebut hanya
cenderung bermain pada media below the line dan lebih berkutat pada
periklanan, karena sebuah periklanan lebih bersifat massif, menjangkau lebih
banyak konsumen, dan dengan daerah yang luas.
2) Sifat pasar
Ada beberapa sifat pasar yang mempengaruhi bagaimana promotion mix
dilakukan, antara lain sebagai berikut;
a) Luas pasar secara geografis
Sebuah perusahaan yang memiliki pasar konsumen lokal menggunakan
promotion mix yang berbeda dengan perusahaan yang berskala nasional.
Perusahaan yang mempunyai pasar dengan skala nasional membutuhkan
17
promotion mix yang mampu menjangkau konsumen targetnya yang lebih
banyak dan luas (paling tidak menggunakan media periklanan), sedangkan
pada perusahaan dengan skala lokal hanya menggunakan promotion mix
yang cukup untuk menjangkau konsumen targetnya disekitar perusahaan
itu berada.
b) Konsentrasi pasar
Konsentrasi pasar merupakan bagaimana sebuah perusahaan memusatkan
atau menentukan konsumen target akan produknya. Penentuan konsentrasi
pasar sebuah produk akan mempengaruhi pada strategi pemasaran yang
diambil, dan sehingga promotion mix yang akan dilakukan juga akan
berbeda.
c) Macam pembeli
Karakteristik dari konsumen target sebuah produk akan mempengaruhi
penentuan variabel promotion mix yang akan dilakukan oleh sebuah
perusahaan. Strategi promotion mix yang tepat dengan karakteristik
konsumen target dari sebuah produk akan berpengaruh pada tercapainya
tujuan pemasaran dari sebuah produk.
d) Posisi produk pada siklus kehidupan produk
Sebuah strategi yang akan diambil oleh suatu perusahaan untuk
mempromosikan produknya dipengaruhi oleh pada tahap apa posisi sebuah
produk dalam siklus kehidupan produk.
i. Pada tahap perkenalan, perusahaan harus mendorong untuk
meningkatkan permintaan primer (permintaan untuk satu macam
18
produk) daripada permintaan selektif (permintaan untuk produk
dengan merek tertentu) terlebih dulu.
Perusahaan harus menjual kepada pembeli dengan mempromosikan
produk tersebut secara umum sebelum mempromosikan satu merek
tertentu. Pada saat mempromosikan produk baru atau pada saat
memasuki daerah pemasaran yang baru, kegiatan personal selling
dapat lebih ditonjolkan daripada kegiatan yang lain.
ii. Pada tahap pertumbuhan, kedewasaan, dan kejenuhan, perusahaan
dapat hanya menitikberatkan di dalam kegiatan promosinya.
iii. Pada tahap kemunduran, sebuah perusahaan harus mampu
membentuk produk baru atau image baru sebuah produk yang lebih
baik, hal ini disebabkan karena produk tersebut sudah tidak dapat
lagi dipertahankan di dalam pasar, kalah bersaing dengan produk
kompetitornya, dan berbagai macam kegiatan promosi yang
dilakukan cenderung tidak dapat berbuat banyak untuk menolong
produk pada tahap kemunduran ini.
Di dalam proses evaluasi kegiatan promosi, dapat dilihat dari bagaimana pesan itu
direspon dari konsumen targetnya, apakah pesan tersebut mendapatkan respon dan
tindakan positif dari konsumen. Indikator yang dapat dipakai sebagai ukuran efektifitas
pesan adalah tingkat penjualan produk yang ditawarkan ke pasar. Pesan (iklan, brosur,
hubungan masyarakat, direct mail, dan lain-lain) disebut efektif jika setelah pesan
disampaikan, penjualan produk setelah penyampaian pesan dapat meningkat secara
19
signifikan. Sedangkan sebuah pesan dapat dikatakan tidak efektif jika setelah pesan
tersebut disampaikan kepada konsumen target, tingkat penjualan tidak mengalami
peningkatan, bahkan terjadi penurunan.
Oleh karena itu, proses penyampaian pesan harus dirancang sedemikian rupa
sehingga proses komunikasi akan efektif. Ada beberapa alat promosi yang digunakan di
dalam di dalam proses komunikasi pemasaran yang disebut sebagai bauran promosi, yaitu
periklanan, personal selling, promosi penjualan, direct marketing, public relations, brand
loyalty, sponsorship, dan desain.
1) Periklanan (advertising)
Periklanan menurut American Marketing Association, merupakan setiap
bentuk pembayaran terhadap suatu proses penyampaian dan perkenalan ide-ide,
gagasan, dan layanan yang bersifat non personal atau tanggungan sponsor tertentu.
Sedangkan menurut Wright, periklanan berarti proses komunikasi yang mempunyai
kekuatan yang sangat penting sebagai alat pemasaran yang membantu menjualkan
sebuah produk, memberikan layanan serta gagasan atau ide-ide melalui saluran
tertentu dalam bentuk informasi yang persuasif.
Tujuan periklanan secara riil adalah mengadakan komunikasi secara efektif.
Sasaran periklanan adalah masyarakat atau pasar, jadi bukannya individu. Agar
sebuah periklanan dapat efektif, maka penentuan siapa dan bagaimana yang
menjadi konsumen target dari periklanan tersebut dan penentuan penggunaan media
harus ditentukan terlebih dahulu. Ada lima keputusan pokok yang perlu ditetapkan
di dalam periklanan (Chandra, 2002: 181), yaitu:
a) Mission, yaitu menyangkut sasaran penjualan dan tujuan periklanan
20
b) Money, yaitu besarnya anggaran iklan yang ditetapkan
c) Message, yaitu perancangan, evaluasi, pemilihan, dan eksekusi pesan
yang disampaikan kepada target konsumen
d) Media, yaitu keputusan mengenai pemilihan media periklanan yang akan
digunakan
e) Measurement, yaitu mengukur dampak komunikasi (communication
effect) dan dampak penjualan (sales effect)
Tujuan periklanan perlu ditetapkan untuk memberikan arah bagi perancangan
pesan dan penggunaan media yang akan digunakan. Penetapan tujuan periklanan
juga berfungsi sebagai standar evaluasi kinerja program periklanan. Tujuan
periklanan dapat dikombinasikan satu sama lain, antara lain (Chandra, 2002: 183):
a) Menciptakan kesadaran (awareness) atas nama merek, konsep produk
ataupun informasi mengenai tempat dan cara membeli produk
b) Mengingatkan kembali para pembeli agar menggunakan atau membeli
lagi (restock) produk
c) Mengubah sikap terhadap penggunaan bentuk produk (product form)
d) Mengubah persepsi terhadap derajat kepentingan (importance) atribut
merek
e) Mengubah keyakinan (belief) terhadap merek
f) Memperkuat sikap pelanggan
g) Membangun citra korporat dan lini produk
h) Mendapatkan respon langsung
21
Program periklanan dilaksanakan untuk mendapatkan efek atau respon dari
masyarakat sebagai konsumen target dari produk yang diiklankan. Efek dari iklan
dapat dikelompokkan menjadi tiga tahap, yaitu;
a) Respon kognitif, menyangkut penerimaan pesan
b) Respon afektif, menyangkut pengembangan sikap (suka atau tidak suka)
terhadap produk atau perusahaan
c) Respon behavioral, menyangkut tindakan aktual yang dilakukan oleh
target konsumen
2) Personal selling
Personal selling adalah alat promosi yang digunakan untuk berkomunikasi
dengan konsumen potensial secara langsung. Peran personal selling dalam strategi
pemasaran perusahaan adalah sebagai berikut:
a) Menyampaikan pesan yang kompleks kepada konsumen potensial
mengenai kebijakan dan produk perusahaan.
b) Mengadaptasi penawaran dan atau daya tarik promosional produk untuk
kebutuhan yang unik dan konsumen yang spesifik.
c) Membujuk konsumen bahwa produk atau jasa perusahaan lebih baik
atau
setidak-tidaknya
mempunyai
sisi-sisi
dibandingkan dengan produk kompetitor.
22
positif
yang
lebih
Personal selling yang menggunakan wiraniaga (salesman) dan menekankan
dyadic
communication
(komunikasi
antara
dua
orang
atau
kelompok)
memungkinkan perancangan pesan secara lebih spesifik dan customized,
komunikasi yang lebih personal, dan pengumpulan feedback (umpan balik) secara
langsung dari para pelanggan dapat dilakukan. Tugas personal selling mencakup
sejumlah tanggung jawab yang berkaitan dengan lima tahap evolusi penjualan
berikut ini:
a) Provider stage, yaitu aktivitas penjualan terbatas hanya pada menerima
pesanan untuk produk pemasok yang tersedia dan menyampaikannya
kepada pembeli
b) Persuade stage, yaitu aktivitas penjualan yang menekankan pada usaha
untuk membujuk dan meyakinkan individu untuk membeli produk dari
pemasok
c) Prospector stage, yaitu aktivitas penjualan yang berusaha mencari calon
pelanggan terseleksi yang diyakini memiliki kebutuhan, kesediaan,
sumber daya, dan wewenang untuk membeli produk dari pemasok
d) Problem solverstage, yaitu aktivitas penjualan yang mencakup usaha
menyelaraskan kebutuhan pelanggan dengan produk pemasok yang
dapat memecahkan masalah pelanggan
e) Procreator stage, yaitu aktivitas penjualan yang berusaha memahami
masalah atau kebutuhan pelanggan dan solusinya melalui kolaborasi
aktif antara penjual dan pembeli, kemudian menciptakan produk yang
secara unik disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan tersebut
23
Kelima tahap evolusi penjualan tersebut menunjukkan perkembangan dari
yang semula menekankan teknik-teknik persuasif ke arah upaya menjalin kemitraan
dengan pelanggan. Terlepas dari konteks penjualan, umumnya wiraniaga memiliki
salah satu atau beberapa tugas spesifik berikut untuk dikerjakan:
a) Prospecting, mencari calon pelanggan
b) Targeting, yaitu memutuskan cara mengalokasikan waktu diantara para
prospek dan pelanggan
c) Communicating, yaitu menyampaikan informasi mengenai produk dan
layanan perusahaan
d) Selling, melakukan pendekatan, berpresentasi, menjawab keberatan dan
kebutuhan pelangggan, dan menutup penjualan
e) Servicing, memberikan berbagai layanan kepada para pelanggan, seperti
konsultasi, pembiayaan, dan pengiriman
f) Information gathering, melakukan riset pasar dan intelejensi pemasaran
g) Allocating, yaitu memutuskan pelanggan yang akan menerima produk
yang langka manakala terjadi kelangkaan produk dipasaran
3) Promosi penjualan (sales promotion)
Sales promotion adalah segala bentuk penawaran jangka pendek yang
ditujukan bagi pembeli, pengecer, atau pedagang grosir dan dirancang untuk
memperoleh respon spesifik dan segera. Sales promotion dapat dirancang untuk
memperkenalkan produk baru, dan juga membangun merek dengan penguatan
24
pesan iklan dan citra perusahaan. Definisi promosi penjualan menurut American
Marketing Association (AMA) adalah (Rangkuti, 2002:15) :
Sales promotion is media and non media marketing pressure applied for
a predertmined, limited period of time in order to stimulate trial,
increase consumer demand, or improve product quality.
Definisi diatas menunjukkan bahwa promosi penjualan merupakan upaya
pemasaran media dan non media untuk merangsang coba-coba dari konsumen,
meningkatkan permintaan dari konsumen atau untuk memperbaiki kualitas produk.
Secara umum terdapat tiga tujuan dari promosi penjualan, yaitu:
a) Merangsang permintaan oleh pengguna industri atau konsumen rumah
tangga.
b) Memperbaiki kinerja pemasaran dari penjual kembali.
c) Sebagai suplemen periklanan, personal selling, public relations, dan direct
marketing.
Sedangkan promosi penjualan dapat dklasifikasikan menjadi tiga macam,
yaitu:
a) Promosi konsumen (consumer promotion), meliputi kupon, produk,
sampel gratis, premium, hadiah, undian, dan sebagainya.
b) Promosi dagang (trade promotion), meliputi diskon kas, barang dagangan
(merchandise), bantuan peralatan, specialty advertising, atau intensif lain
untuk pengecer dan pedagang grosir.
25
c) Promosi wiraniaga (salesforce promotion), seperti kontes penjualan.
Disamping penentuan tujuan di dalam kegiatan promosi, perancangan
program mempunyai peranan penting di dalam tingkat keefektifan sebuah promosi
produk. Perancangan program promosi penjualan harus mempertimbangkan dua
aspek utama, yaitu:
a) Faktor-faktor yang mempengaruhi karakteristik respon pasar dalam jangka
pendek:
i. Loyalitas terhadap ukuran produk (product size).
ii. Jumlah dan tipe aktivitas pencarian yang dibutuhkan.
iii. Situasi dimana pembeli regular membuat persediaan produk pada
harga promosi.
b) Faktor merek yang terkait dengan positioning perusahaan dalam jangka
panjang:
i.
Ada kecenderungan bahwa dampak promosi merek berkualitas
tinggi terhadap brand switching dari konsumen merek berkualitas
rendah akan lebih besar daripada situasi sebaliknya.
ii.
Setiap
pemasar
harus
mencermati
dampak
dinamis
dari
penggunaan promosi harga.
Di dalam sebuah kegiatan promosi, sebuah respon pasar menjadi salah satu
faktor penting bagaimana bentuk dan tujuan dari kegiatan promosi. Terdapat enam
jenis respon dari pasar (market) yang perlu diketahui oleh pemasar, yaitu:
26
a) Tingkat penebusan (redemption rates), yaitu jumlah pembeli yang merespon
intensif yang ditawarkan, misalnya menukarkan kupon
b) Displacement rates, yaitu penjualan kepada pembeli regular yang cenderung
tetap akan membeli produk pada kondisi normal walaupun tanpa ada
promosi
c) Stock-up effect, yaitu dampak yang ditimbulkan karena sebagian penjualan
selama masa promosi merupakan penjualan pinjaman dari periode yang
akan datang
d) Acquisition rates, yaitu persentase jumlah kupon yang ditebus oleh pembeli
non regular
e) Conversion rates, yaitu jumlah pembelian merek di masa dating yang
dilakukan oleh pembeli non regular setelah periode promosi
f) Product-line effect, yaitu kemungkinan terjadinya elastisitas permintaan
silang diantara produk yang dipromosikan dengan produk komplementer
atau produk substitusinya
4) Pemasaran langsung (direct marketing).
Direct marketing merupakan sistem pemasaran interaktif yang menggunakan
berbagai media komunikasi untuk meningkatkan respon langsung yang sifatnya
spesifik dan terukur. Terdapat enam area dari direct marketing, yaitu:
a) Direct mail (surat menyurat)
b) Mail order (memesan lewat surat)
c) Direct response (respon langsung)
27
d) Direct selling (penjualan secara langsung)
e) Digital marketing (pemasaran melalui teknologi)
f) Telemarketing (pemasaran lewat telepon)
Program direct marketing selain itu dapat dirancang untuk mencapai beberapa
alternatif tujuan, yaitu:
a) Mendorong leads atau percobaan produk (product trial)
b) Meningkatkan kualitas relasi dengan pelanggan
c) Mempertahankan pelanggan
d) Mengaktifkan kembali mantan pelanggan
5) Hubungan masyarakat (Public relations).
Membangun sebuah hubungan yang baik dengan berbagai publik perusahaan
dengan sejumlah cara supaya memperoleh publisitas yang menguntungkan dan
membangun citra positif perusahaan. Pemeliharaan hubungan yang positif dengan
satu atau berbagai pihak dapat meningkatkan penjualan dan laba sekaligus
mempertahankan keberadaan produk dalam jangka waktu yang cukup panjang.
Public relations merupakan kumpulan dari usaha-usaha komunikasi yang
digunakan untuk menciptakan dan memelihara hubungan antara organisasi dan
pihak-pihak yang berpengaruh bagi kelangsungan organisasi tersebut (Pride, 2003:
477). Public relations adalah keseluruhan upaya yang dilangsungkan secara
terencana dan berkesinambungan dan dalam rangka menciptakan dan memelihara
28
niat baik dan saling pengertian antara suatu organisasi dengan khalayaknya
(Jefkins, 2002: 9).
Public relations mempunyai fungsi kedalam dan keluar. Kedalam berfungsi
untuk mengkomunikasikan citra perusahaan terhadap pihak internal perusahaan.
Sedangkan keluar berfungsi untuk mengupayakan tumbuhnya sikap dan gambaran
positif terhadap segala tindakan dan kebijakan perusahaan. Public Relations sangat
berhubungan dengan beberapa tugas pemasaran, diantaranya:
a) Membangun dan memelihara citra,
b) Mendukung kegiatan-kegiatan komunikasi lain,
c) Menangani masalah dan permasalahan,
d) Menguatkan positioning,
e) Mempengaruhi publik spesifik,
f) Membantu dalam peluncuran jasa-jasa baru.
Kegiatan-kegiatan hubungan masyarakat dalam suatu perusahaan dapat
digolongkan ke dalam empat jenis, yaitu (Peter dan Donneli, 2006: 124-125) :
a) News Release yaitu pengumuman mengenai perubahan yang terjadi dalam
suatu organisasi. Tujuannya adalah untuk memberikan informasi kepada
media mengenai hal-hal yang mengandung nilai berita dengan harapan
pemuatan berita tersebut dalam media massa
b) Konferensi Pers merupakan pertemuan yang diprakarsai oleh pihak
perusahaan
dengan
mengundang
perwakilan
dari
media
untuk
memberitahukan berbagai berita penting, seperti peluncuran produk baru,
29
penggabungan perusahaan, atau pada saat perusahan menghadapi situasi
krisis
c) Sponsor dan acara-acara perusahaan. Kegiatan ini bertujuan untuk
mendukung pembangunan citra perusahaan. Selain itu, acara dan
pemberian sponsor juga dapat menyediakan kesempatan bagi penciptaan
kegiatan komunikasi pemasaran lainnya, seperti penjualan perseorang dan
kata-kata yang keluar dari mulut
d) Pengumuman di tempat-tempat umum. Kegiatan ini biasanya lebih sering
dilakukan oleh organisasi nirlaba sebagai cara untuk mendapatkan
kontribusi dari masyarakat luas
Public relations melakukan berbagai macam program untuk mengembangkan
good will, dan memperoleh opini publik yang favorable atau menciptakan kerja
sama berdasarkan hubungan yang harmonis dengan berbagai publik. Programprogram tersebut adalah untuk mempengaruhi orang lain melalui komunikasi yang
luwes, musyawarah, pemasangan iklan melalui media massa, dan memperhatikan
keadaan dan opini di dalam masyarakat sekitar.
6) Brand loyalty
Banyak kegiatan yang disebut sebagai program hubungan setidak-tidaknya
merupakan promosi yang tersembunyi. Teknik tersebut jika didasari dengan strategi
dan perencanaan yang matang dan mampu memberikan nilai tambah kepada para
pelanggan, dan dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama, akan memunculkan
sebuah pola kesetiaan terhadap merek dari sebuah produk (brand loyalty).
30
Pemasaran hubungan sering berfungsi sebagai bagian dari strategi komunikasi
pemasaran yang paling penting tetapi jarang dijadikan kegiatan utama. Tetapi yang
menjadi kekurangan dari teknik ini adalah teknik ini lebih memfokuskan kepada
mempertahankan konsumen lama daripada upaya untuk membentuk konsumenkonsumen baru.
7) Sponsorship
Umumnya nilai-nilai yang diperoleh dapat menjelaskan dirinya sendiri,
termasuk bagi sebuah produk. Namun, secara umum hal ini berlaku untuk merekmerek yang sudah terkenal. Pensponsoran akan mendukung strategi komunikasi
yang telah membangkitkan tingkat kesadaran tertentu dan yang menyampaikan
pesan-pesan yang tepat dengan cara-cara yang berbeda. Pensponsoran memberikan
kesempatan yang lebih besar kepada pasar untuk dapat menemui merek dari sebuah
produk.
Pensponsoran atas sebuah kegiatan atau event dapat membuat masyarakat
terutama target konsumen untuk mengetahui dan lebih mengenal merek dari produk
yang dipasarkan. Pada intinya, pensponsoran mungkin dapat berfungsi sebagai
calon pendorong kampanye promosi dalam membangkitkan merek-merek, tetapi
sebaliknya, terdapat kemungkinan juga hanya akan sebagai kegiatan penunjang
saja. Di dalam pelaksanaan kegiatan sponsorship, terdapat beberapa tujuan di
dalamnya (Kurtz & Clow, 1998: 272) :
a) Untuk meningkatkan volume penjualan,
b) Untuk meningkatkan citra dari sebuah produk,
c) Meningkatkan brand awareness dari target konsumen
31
8) Desain
Sebuah desain produk, sekalipun dikatakan mempunyai desain yang cukup
baik, terkadang jarang dianggap sebagai sebuah teknik yang penting di dalam
pemasaran
sebuah
produk.
Desain
terkadang
hanya
dianggap
sebagai
penggambaran kecil atas apa yang menjadi isi dan siapa pencipta dari sebuah
produk yang ada dipasaran, dengan kata lain identitas umum dari sebuah produk
tersebut. Tetapi di dalam perjalanannya, sebuah desain mampu memunculkan
kegiatan komunikasi yang ditujukan kepada target konsumen dari produk
tersebut.
Desain dapat menjadi sebuah sarana komunikasi yang dapat menciptakan
perbedaan-perbedaan dipasar. Sehingga dengan desain yang dimanfaatkan secara
maksimal, secara otomatis dapat mempengaruhi target konsumen untuk
memperhatikan dan menjadi pembeda atas produk-produk lain yang terdapat
dipasaran sebagai kompetitor. Seluruh penampilan desain pada sebuah produk,
kemasannya, iklan-iklannya memegang peranan penting dalam menciptakan
respons yang dipengaruhi oleh perasaan seorang konsumen maupun pada calon
konsumennya. Respon tersebut merupakan kebutuhan pokok untuk mencapai
keberhasilan dalam komunikasi kita, dan sebenarnya dalam spektrum pemasaran.
D. Marketing Public Relations
1. Hubungan Public Relations Dengan Pemasaran
32
Public relations (PR) kini telah menjadi salah satu alat komunikasi dengan peran
dan fungsi yang lebih besar, tidak hanya dalam membangun citra perusahaan tetapi juga
pada citra produk, merek, atau perusahaan. Menurut Kotler dan Keller (2008: 276-277),
perusahaan tidak hanya berhubungan secara konstruktif dengan pelanggan, pemasok, dan
penyalur. Perusahaan juga harus berhubungan dengan sejumlah besar masyarakat yang
berkepentingan. Masyarakat (publik) adalah setiap kelompok yang memeliki kepentingan
dalam atau pengaruh terhadap kemampuan sebuah perusahaan dalam mencapai
tujuannya. Hubungan masyarakat (public relations) meiputi berbagai program yang
dirancang untuk mempromosikan atau melindungi citra perusahaan atau masing-masing
produknya.
Menurut Oliver (2007: 4), public relations adalah manajemen reputasi organisasi.
Public relations mengidentifikasi persepsi yang dipegang oleh organisasi dan memberi
informasi mengenai kinerja organisasi kepada semua audiens yang relevan. Public
relations juga menyangkut pengembangan reputasi yang pantas untuk sebuah organisasi,
yang didasarkan pada kinerja. Reputasi ini tidak harus baik, tetapi hanya yang pantas
diperoleh organisasi ini.
Dalam penerapannya, public relations biasanya menjadi alat yang dapat
melengkapi strategi lain perusahaan dalam mencapai tujuannya, salah satunya adalah
strategi pemasaran (marketing). Menurut Soemirat dan Elvinaro (2008: 99), idealnya
bahwa antara PR dan marketing itu secara struktural sama-sama memiliki department
(divisi) sendiri-sendiri. Tetapi secara fungsional, kedua departemen bersatu untuk
mencapai tujuan perusahaan. Meskipun antara PR dan marketing secara filosofis berbeda,
masing-masing dapat bersinergi dalam mencapai tujuan bersama perusahaan. Public
33
relations dapat berperan dalam membangun citra (kepada target publik), sedangkan
marketing bertujuan untuk menjual produk (product selling) kepata target pasar. Menurut
Kriyantono (2008: 57), perpaduan antara dua elemen tersebut melahirkan konsep
Marketing Public relations (MPR). Hal tersebut dapat terlihat saat perusahaan
memperluas
strategi
PR
mereka
dengan
menggabungkan
social
marketing,
corporate/product branding, dan advertising. Mengenai perluasan fungsi PR dalam
pemasaran tersebut, Jefkins (2004: 19):
"Since PR concern the total communication of any organizations, commercial
or non commercial...it is involved in every aspects of the marketing mix. Since
the marketing director is constantly involved in human relations and
communcations he needs to be PR minded."
Pada dasarnya PR mengisi semua lini komunikasi yang terjadi di semua
organisasi, baik komersil maupun non komersil. Tak terkecuali dalam berbagai aspek di
dunia pemasaran yang pada dasarnya juga memerlukan komunikasi dan hubungan antar
pribadi, seperti antara perusahaan dengan target khalayak dari produknya, dengan
konsumen dan dengan pelanggan.
Menurut Ardianto (2009: 120-121), masuknya bidang PR kedalam marketing
karena adanya penginkatan kebutuhan dan minat konsumen, harga semakin kompetitif,
sehingga perlu adanya memperluas distribusi, dan banyaknya promosi dari produk/jasa
sejenis. Berubahnya cara marketing dengan memasukkan PR kedalamnya disebabkan
oleh:
1) Adanya sikap kritis konsumen dan ketatnya pengawasan pemerintah
2) Penarikan berbagai produk selalu menghiasi berita utama di media massa
3) Adanya kesan negatif konsumen kepada setiap produk yang ditawarkan
34
4) Perlunya pemasangan iklan dengan muatan yang mencerminkan kebutuhan sosial
dan tanggung jawab produsen
5) Adanya permasalahan yang muncul terkait isu produk dan perusahaan
6) Masalah citra perusahaan dan produk yang selalu harus dipelihara dan
ditingkatkan
Public relations dapat menjadi efektif dalam menopang fungsi marketing, jika
terlebih dahulu diperjelas dalam perencanaan marketing. Perencanaan harus matang
dalam menentukan sasaran dan target perusahaan, yaitu dengan penerapan strategi dan
taktik promosi untuk penjualan suatu produk. Karena itu, hubungan antara PR dan
pemasaran harus sangat kuat. Sedangkan menurut Anggoro (2005: 242), PR dan
kaitannya dengan pemasaran sangat penting untuk membangun brand awareness
(kesadaran produk), brand image (citra produk), dan future market, serta mendidik
konsumen dan masyarakat mengenai manfaat produk/jasa. Biasanya PR digunakan dalam
perencanaan marketing untuk mencapai beberapa sasaran, yaitu:
1) Membantu perusahana dan nama produk agar lebih dikenal
2) Membantu mengenalkan produk baru atau peningkatan produk
3) Membantu meningkatkan produk lifestyle, seperti menyempurnakan pesan iklan
dan promosi penjualan dengan menambah informasi baru
4) Mencari pangsa pasar baru dan memperluas keadaannya
5) Memantapkan semua citra positif bagi produk dan usahanya
2. Pengertian Dan Peran Marketing Public Relations
35
Menurut Harris yang dikutip dari Kriyantoro (2008: 58), Marketing Public
relations (MPR) didefinisikan sebagai sebuah proses perencanaan, eksekusi, dan evaluasi
program-program yang mendorong atau menganjurkan pembelian dan kepuasan
konsumen melalui komunikasi yang kredibel dalam menyampaikan informasi dan
menciptakan impresi yang mengidentifikasi perusahaan dan produknya dengan
kebutuhan, keinginan, perhatian, dan kepentingan konsumen. Sedangkan menurut
Suparmo (2011: 57), penggunaan Marketing Public relations dilakukan ketika:
1) Memposisikan perusahaan sebagai leader dan ahli di bidangnya (advertorial)
2) Membangun kepercayaan konsumen
3) Introduksi produk baru
4) Menghidupkan kembali dan repositioning produk yang sudah mentas
5) Mengkomunikasikan benefit baru dari produk lama
6) Mempromosikan penggunaan baru bagi produk lama
7) Melibatkan orang dengan produk
8) Membangun interest atas kategori produk
9) Membuka pasar baru
10) Mencapai pasar sekunder
11) Memperkuat pasar lemah
12) Mendorong pencapaian iklan
13) Counteract atas penolakan konsumen terhadap iklan
14) menembus kesemrawutan atas banyaknya iklan di media massa
15) Menjadikan sebuah iklan sebagai berita
16) Menguatkan iklan dengan pesan yang lebih menyakinkan
36
Menurut Kotler dan Keller (2008: 279), Marketing Public Relations dapat
membangun kesadaran dengan menempatkan berita di media untuk menarik perhatian
orang akan sebuah produk, jasa, perseorangan, organisasi, atuapun gagasan. Marketing
Public Relations dapat membangun kredibilitas dengan menyampaikan pesan dalam
konteks editorial. Marketing Public Relations juga dapat membantu untuk meningkatkan
antusiasme tenaga penjualan dan penyalur dengan cerita-cerita mengenai produk baru
sebelum diluncurkan. Marketing Public Relations juga dapat menurunkan biaya promosi,
karena MPR menghabiskan biaya yang belih rendah daripada direct mail ataupun
periklanan.
Kotler (2002: 626) selanjutnya memasukkan PR kedalam lima bentuk bauran
komunikasi pemasaran dikarenakan pentingnya peranan PR dalam komunikasi
pemasaran. Menurutnya, PR merupakan salah satu bentuk kegiatan komunikasi dari lima
bentuk bauran komunikasi pemasaran (marketing communication mix/promotion mix)
yang digunakan untuk mengkomunikasikan produk atau citra lembaga pada khalayak.
Empat unsur lainnya adalah periklanan (advertising), promosi penjualan (sales
promotion), penjualan pribadi (personal selling), dan pemasaran langsung (direct
selling). Oleh karena itu, peran MPR dalam kegiatan komunikasi pemasaran menjadi
vital dalam pencapaian tujuan pemasaran sebuah produk atau perusahaan itu sendiri.
3. Strategi Marketing Public Relations
Menurut JL Thompson yang dikutip dari Oliver (2007: 2), mendefinisikan strategi
sebagai cara untuk mencapai sebuah hasil akhir Hasil akhir menyangkut tujuan dan
sasaran organisasi dan strategi kompetitif untuk masing-masing aktivitas. Menurut
37
Anggoro (2005: 243), terdapat tiga pendekatan strategis yang harus dilakukan terhadap
PR dan pemasaran. Pertama, kedua fungsi tersebut harus diletakkan sebagai bagian dari
keutuhan dan kelangsungan usaha. Kedua, kegiatannya difokuskan untuk meningkatkan
upaya awareneess dan meningkatkan pembelian produk/jasa yang ditawarkan. Dan
ketiga, orientasinya harus difokuskan untuk menciptakan kepuasan konsumen dan
dimanfaatkan guna membentuk long term customer relationship.
Menurut Kotler dan Keller (2008: 279), terdapat beberapa alat utama yang
digunakan dalam pelaksanaan konsep Marketing Public Relations, yaitu:
1) Terbitan. Perusahaan-perusahaan sangat mengandalkan bahan-bahan yang
diterbitkan untuk menjangkau dan mempengaruhi pasar sasarannya. Bahan-bahan
ini mencakup: brosur; artikel; berita berkala dan majalah perusahaan; laporan
tahunan; dan bahan-bahan audio visual.
2) Acara-acara (event). Perusahaan-perusahaan dapat menarik perhatian pada
produk-produk
baru
atau
kegiatan-kegiatan
perusahaan
lainnya
dengan
menyelenggarakan aara-acara khusus seperti konferensi pers, seminar, wisata,
pameran, kontes, ataupun kompetisi.
3) Sponsorship. Perusahaan-perusahaan dapat mempromosikan mereka dan nama
perusahaannya dengan mensponsori sebuah event yang memiliki audiens sesuai
dengan segmentasi pasar dari perusahaan tersebut.
4) Berita. Salah satu tugas utama profesional humas adalah menemukan atau
menciptakan berita yang menguntungkan tentang perusahaan tersebut, produknya,
dan manajemennya, dan mengupayakan agar media dapat menerima siaran pers
dan menghadiri konferensi pers.
38
5) Ceramah. Makin banyaknya eksekutif perusahaan harus menjawab pertanyaanpertanyaan dari media atau peserta ceramah dalam perhimpunan-perhimpunan
perdagangan atau rapat-rapat penjualan, dan penampilan ini dapat membangun
citra perusahaan tersebut.
6) Kegiatan layanan masyarakat. PErusahaan-perusahaan dapat membangun niat
baik dan citra perusahaan dengan melakukan kegiatan-kegiatan sosial kepada
masyarakat.
7) Media identitas. Perusahaan-perusahaan membutuhkan identitas visual yang
langsung dikenal masyarakat. Identitas visual tersebut terdapat dalam logo
perusahaan, alat tulis, brosur, tanda, formulir bisnis, kartu nama, bangunan,
seragam, ataupun aturan berpakaian untuk pegawainya.
Peran PR dalam konsep komunikasi pemasaran menjadi tidak dapat dilepaskan di
masa kini. Pemasaran (marketing) dengan humas (Public Relations) saat ini telah menjadi
satu kesatuan yang tidak dapat dilepaskan dalam mencapai tujuan pemasaran perusahaan.
Public relations mempunyai peranan yang terkadang tidak dapat dijangkau oleh alat
komunikasi pemasaran lainnya, terutama yang berhubungan dengan publik atau
masyarakat.
E. Strategi Dalam Kegiatan Pemasaran
Perencanaan strategi komunikasi pemasaran dilakukan melalui berbagai elemen
promosi dan kegiatan lain yang disebut dengan marketing communication tools.
Perencanaan dan pemilihan marketing communication tools menjadi penting sebab tools
39
tersebut merupakan perantara komunikasi perusahaan dalam memasarkan dan
mengenalkan barang atau jasa mereka. Marketing tools yang biasa digunakan oleh
pemasaran di antaranya adalah advertising, sales promotion, public relations, personal
selling, on-line marketing, dan direct marketing. Untuk mendukung masing-masing tools
mencapai tujuan komunikasi pemasaran, pemasar harus benar-benar memikirkan pesan
dan media komunikasi pemasaran dalam menyampaikan pesan tersebut. Sebuah
kampanye sangat dibutuhkan sebagai bagian dari program komunikasi pemasaran agar
implementasi marketing communication tools dapat dilakukan lebih terarah.
Kegiatan pemasaran sebuah produk diawali dengan pembuatan strategi
komunikasi terlebih dahulu. Sebuah strategi komunikasi pemasaran merupakan kerangka
desain untuk berbagai usaha kegiatan komunikasi pemasaran yang akan dilakukan oleh
sebuah perusahaan bagi produknya. Adanya strategi komunikasi pemasaran dapat
menentukan bagaimana arah pencapaian tujuan dari pemasaran sebuah produk di dalam
target konsumennya.
Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus mampu menunjukkan
bagaimana operasionalnya secara praktis harus dilakukan. Strategi komunikasi
pemasaran dapat dikatakan sebagai cara pandang terhadap variabel-variabel dari
marketing mix (product, price, place, dan promotion) sebagai elemen-elemen
komunikatif di dalam kegiatan komunikasi pemasaran yang menyeluruh dan terpadu
yang dilakukan oleh perusahaan. Menurut M. Wayne Delozier (1976: 272), terdapat
beberapa tahapan di dalam menyusun strategi pemasaran antara lain;
1) Menilai peluang-peluang
40
Penilaian terhadap peluang-peluang komunikasi pemasaran meliputi pada
tindakan identifikasi dan evaluasi terhadap perubahan-perubahan yang berlaku pada
lingkungan keseluruhan perusahaan maupun pada pengidentifikasian segmentasi
pasar yang baru. Tindakan identifikasi dan evaluasi terhadap berbagai perubahan
lingkungan tersebut dilakukan dengan mengamati dan menilai bagaimana keadaan
lingkungan dari berbagai bidang kehidupan masyarakat (sosial, ekonomi, budaya,
hukum, ataupun politik) terhadap adanya produk dari perusahaan yang telah berada
di dalam pasar. Data atau informasi dari hasil pengamatan dan evaluasi tersebut
dapat digunakan untuk menentukan definisi dari adanya berbagai peluang dan
kelemahan yang terdapat di dalam pasar atau masyarakat sebagai targetnya dimana
sebuah perusahaan dapat menggunakan berbagai sumber daya atau kekuatan yang
dimilikinya untuk masuk dan memanfaatkan peluang-peluang tersebut.
2) Menganalisa sumber daya
Ketika peluang-peluang pasar telah didapatkan dalam bentuk segmen pasar
tertentu, maka sebuah perusahaan harus melihat dan menganalisa sumber dayasumber daya yang dimiliki oleh perusahaan tersebut untuk menghadapi dan
memanfaatkan peluang-peluang pasar yang telah ditentukan sebelumnya, dan
dengan mengetahui bagaimana karakteristik dari sumber daya yang dimiliki,
perusahaan dapat menentukan kapan waktu yang paling tepat dan cara pengeluaran
yang paling efektif dalam menggunakan berbagai sumber daya yang dimilikinya,
baik itu sumber daya manusia, material, informasi, dan modal dalam rangka
mencapai cita-cita dan sasaran (Simmons, 1990:115).
41
Analisa terhadap sumber daya perusahaan juga harus meliputi analisa terhadap
bagaimana strengths (kekuatan) dan weakness (kelemahan) yang terdapat di dalam
perusahaan tersebut, baik itu kecakapan manajemen, kemampuan dari kekuatan
penjualan, kemampuan riset, produksi, sistem aliran informasi, dan sebagainya.
Hasil dari kegiatan analisa tersebut dapat digunakan untuk menghadapi peluangpeluang yang ada dipasaran, bagaimana sebuah perusahaan menentukan peluangpeluang yang kiranya mampu dimanfaatkan secara maksimal dan efektif dengan
menggunakan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan.
3) Menetapkan sasaran-sasaran
Sasaran juga dapat dikatakan sebagai tujuan, yaitu ekspresi dari titik dimana
perusahaan ingin berada di masa depan yang merupakan pernyataan-pernyataan
sebagai hasil dari pengembangan misi perusahaan dan analisa dari sumber dayasumber daya yang dimiliki oleh perusahaan. Sasaran atau tujuan itu sendiri dapat
dibagi kedalam beberapa tingkat di dalam perusahaan, yaitu tujuan bagi perusahaan
itu sendiri secara umum, pemasaran dan penjualan, sampai pada tujuan di tingkat
individu sales representative. Kesemua tujuan atau sasaran tersebut tergabung
kedalam satu kesatuan sistem tujuan umum berdasarkan pencapaian atas visi dan
misi dari perusahaan, sehingga kesemua tujuan tersebut harus dapat dijalankan
bersama tanpa adanya konflik di tiap-tiap tujuan yang ada.
4) Mengembangkan dan mengevaluasi strategi-strategi alternatif
Setelah menembangkan tujuan, sebuah perusahaan selanjutnya harus
mengembangkan dan mengevaluasi varian-varian strategi yang dirasa paling tepat
dan efektif di dalam pencapaian tujuan perusahaan tersebut. Strategi-strategi
42
tersebut harus meliputi berbagai perencanaan yang menjelaskan bagaimana sumber
daya-sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan dapat digunakan dan
dimanfaatkan di dalam mencapai peluang-peluang pasar. Ketika strategi-strategi
alternatif telah diputuskan, masing-masing harus dievaluasi dalam kerangka hasilhasil yang dijanjikan, reaksi-reaksi kompetitor, resiko yang ada, susunan waktu
dimana variasi sasaran atau tujuan perusahaan dapat dicapai, dan sistem nilai
personal pihak manajemen.
5) Menetapkan tugas-tugas pemasaran secara spesifik
Setelah berbagai rencana strategi pemasaran telah ditentukan, sebuah
perusahaan lalu harus membuat keputusan-keputusan secara spesifik berkaitan
dengan
kegiatan
marketing mix.
Keputusan-keputusan
tersebut
termasuk
pembentukan konsep-konsep baru atau merombak atas elemen-elemen bauran
pemasaran perusahaan sebelumnya, yang meliputi pada total product, total price,
total distribution (place), dan total communication (promotion), dengan
memanfaatkan sumber daya yang tersedia yang dimiliki perusahaan, peluang yang
sudah diidentifikasi dan dievaluasi, serta pasar yang telah disegmentasi.
Secara garis besar, teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengenai
komunikasi pemasaran terpadu (integrated marketing communication/IMC). Dimana
dalam pelaksanaan komunikasi pemasaran terpadu (IMC), penggunaan aktivitas
komunikasi pemasaran mulai dari konsep bauran promosi, penjualan, kehumasan, atau
periklanan dilakukan untuk mencapai tujuan pemasaran dari sebuah perusahaan atau
produk, tentunya dalam hal ini adalah untuk membangun image harian Tribun Jogja
43
dalam upaya mencapai tujuan perusahaan. Tujuan perusahaan dari Tribun Jogja tersebut
meliputi beberapa aspek, seperti untuk mencapai tingkat keterbacaan koran Tribun Jogja,
meningkatkan penjualan, meningkatkan pendapatan iklan, atau untuk membangun
keterikatan dengan pembaca sebagai konsumen dalam bagian memenangkan kompetisi
persaingan surat kabar di Yogyakarta.
PT. Media Tribun Yogya selaku perusahaan harian Tribun Jogja menggunakan
berbagai bentuk aktivitas komunikasi pemasaran terpadu tersebut karena untuk mencapai
tujuan-tujuan perusahaan tersebut yang masing-masing mempunyai segmentasi yang
berbeda-beda, mulai dari pengiklan, pembaca koran, ataupun masyarakat luas. Image dari
Tribun Jogja akan dapat terbangun didalam benak kelompok segmentasi tersebut dengan
pendekatan yang berbeda-beda, menggunakan media-media yang mempunyai kedekatan
tersendiri, dan melalui pesan-pesan yang berbeda sebagai satu kerangka dalam
membangun brand image dari Tribun Jogja. Pencapaian tujuan tersebut tidak akan
terlaksana jika hanya menggunakan satu jenis aktivitas komunikasi pemasaran saja,
karena masing-masing segmentasi mempunyai karakteristik yang berbeda-beda.
44
Download