Peranan Lembaga Perlindungan Anak (LPA) - E

advertisement
Peranan Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Kota Padang dalam melakukan
advokasi terhadap anak yang mengalami kekerasan
Amelia1,Sukmareni1,Pebriyenni1
Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Bung Hatta
E_mail : [email protected]
ABSTRACT
This research is motivated because there are many tindakkan violence that occurs in children .
The purpose of this study was to look at the role of Child Protection Institution ( LPA ) of
Padang in advocating for children who have experienced violence . This research type is
descriptive qualitative . Techniques of data collection is by interview and questionnaire .
From the results of this study concluded that the Child Protection Agency ( LPA ) of Padang
has a role that advocacy against violence that occurs in children . Child Protection Institution (
LPA ) of Padang still having some problems in performing their duties as a lack of I Human
Resources . Therefore, the Child Protection Agency ( LPA ) of Padang trying to do outreach
to school - school - penyulhan to give knowledge of the importance of child protection .
Kata Kunci : LPA, Peranan, Kekerasan
instrumen HAM Internasional justru
PENDAHULUAN
Anak adalah anugerah dan amanah
dari Tuhan Yang Maha Esa yang wajib
dirawat dan dilindungi. Anak juga
merupakan generasi penerus bangsa yang
akan
melanjutkan
cita-cita
Bangsa
Indonesia. Anak juga manusia dan
karenanya menghormati hak asasi anak
sama halnya dengan mengormati Hak
Asasi Manusia (HAM). Smith dalam
(Muhtaj, 2008 : 223) bahkan menguatkan
bahwa secara sempurna, keseluruhan
berada pada “jantung” hak-hak anak.
Sayangnya, fakta masih menunjukkan,
anak termasuk sebagian dari kelompok
yang
rentan
terjadinya
kekerasan.
Kerentanan ini terjadi sebagai akibat
kelompok manusia ini diklaim sebagai
manusia
kebijakan
komunitas
yang
“lemah”.
menyangkut
anak
Bahkan
dirinya
teralienasi
saja,
dari
kepentingan terbesar terhadap dirinya.
Untuk
memperkuat
upaya
melalui lembaga pemerintah maupun
perlindungan anak, maka Indonesia juga
masyarakat. Untuk itu dipandang perlu
sudah memiliki Undang-Undang Nomor
pengukuhan
23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak Indonesia di Kota Padang dan
Anak. Pasal 1 ayat (2) menyatakan
menetapkannya
dengan tegas bahwa perlindungan anak
Walikota Padang.
adalah segala kegiatan untuk menjamin
Lembaga
Perlindungan
dengan
Keputusan
Berdasarkan data yang penulis
dan melindungi anak dan hak-haknya
peroleh
agar dapat hidup, tumbuh, berkembang,
penelitian di Lembaga Perlindungan
dan berpartisipasi secara optimal sesuai
Anak Kota Padang. Diketahui bahwa
dengan harkat dan martabat kemausiaan,
dalam 3 (tiga) tahun terakhir terjadi
serta
peningkatan kekerasan terhadap anak.
mendapat
perlindungan
dari
kekerasan dan diskriminasi.
Keputusan
Lembaga
Walikota
Padang
Padang
pada
saat
melakukan
Perlindungan
sudah
Anak
melakukan
pra
Kota
advokasi
Nomor : 463/174/SOSNAKER/XI/2010
terhadap anak sebanyak 29 Kasus pada
menegaskan
rangka
tahun 2012, 38 Kasus pada tahun 2013,
menjamin terpenuhinya hak-hak anak
60 Kasus pada tahun 2014 dan 46 kasus
agar dapat hidup, timbul berkembang
sampai Mei 2015.
bahwa
dalam
dan berpartisipasi secara optimal sesuai
Advokasi atau bantuan hukum
dengan harkat dan martabat kemanusiaan
menurut Undang-Undang No. 16 Tahun
serta
dari
2011 pasal 1 ayat (1) yaitu jasa hukum
diskriminasi
demi
yang diberikan oleh pemberi bantuan
Indonesia
yang
hukum
mendapat
kekerasan
dan
perlindungan
terwujudnya
anak
berkualitas,
berahklak
mulia
secara
cuma-cuma
kepada
dan
penerima bantuan hukum. Sedangkan
sejahtera, maka diupayakan mewujudnya
penerima bantuan hukum menurut ayat
(2) adalah orang atau kelompok orang
adalah semua anak yang diberi advokasi
miskin sedangkan menurut ayat (3) yang
oleh Lembaga Perlindungan Anak Kota
dikatakan
Padang pada tahun tahun 2013 dan 2015
pemberi
bantuan
hukum
adalah lembaga bantuan hukum atau
Sampel
adalah
sebagian
dari
organisasi kemasyarakatan yang member
populasi, segala kerekteristik populasi
layanan bantuan hukum berdasarkan
tercemin dalam sampel yang di diambil.
Undang-Undang ini.
Menurut
Sugiyono
(2010:118)
bahwa
Sampel yaitu bagian dari jumlah dan
kerakteristik yang dimiliki oleh populasi 2
METODOLOGI PENELITIAN
tersebut. Sampel dalam penelitian ini
Jenis
penelitian
ini
adalah
adalah kasus-kasus kekerasan yang telah di
merupakan penelitian deskriptif. Menurut
advokasi di Lembaga Perlindungan Anak
Sukardi (2003:157) menyatakan penelitian
Kota Padang. Sampel ini diambil dengan
deskriptif adalah metode penelitian yang
cara purposive Sampling unit sampel yang
berusaha
dan
dihubungi disesuaikan dengan kriteria-
menginterpretasi objek sesuai dengan apa
kriteria tertentu. Sampel dalam penelitian
adanya atau hipotesis yang berkaitan
ini adalah anak korban Traficking
menggambarkan
dengan kejadian sekarang.
Sugiyono (2010:61) menyatakan
Populasi adalah keseluruhan dari
bahwa variabel penelitian adalah suatu
sampel. Menurut Sugiyono (2010:117)
atribut atau sifat atau nilai orang, objek
bahwa
wilayah
atau kegiatan yang mempunyai variasi
generalisasi yang terdiri atas objek/subjek
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
yang mempunyai kualitas dan karakteristik
untuk dipelajari dan kemudian ditarik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
kesimpulannya. Sesuai dengan defenisi di
untuk dipelajari dan kemudian ditarik
atas dan untuk kepentingan penelitian,
populasi
adalah
kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini
maka
penelitian
ini
mempunyai
dua
variabel yaitu:
Menurut
Indikator Terikat
a. Penuruan jumlah kasus kekerasan yang
Sugiyono
(2010:61)
bahwa variabel bebas adalah variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel
dependen (terikat). Variabel bebas pada
penelitian ini adalah perlakuan
tejadi terhadap anak
b. Jumlah kasus yang sudah mendapatkan
advokasi dari pihak LPA
Jenis data pada penelitian ini ada dua yaitu:
a) Data Primer
yang
Menurut Suyanto dan Sutinah
diberikan pada sampel penelitian, yaitu:
(2011:55), data primer yaitu data yang
Peranan Lembaga Perlindungan Anak Kota
diperoleh langsung dari objek yang
Padang
akan
Menurut
Sugiyono
(2010:61)
diteliti.
Data
primer
dalam
penelitian ini adalah data yang penulis
bahwa variabel terikat adalah variabel
peroleh
yang dipengaruhi atau yang menjadi
berkompeten dengan penelitian ini.
akibat, karena adanya variabel bebas.
Yaitu hasil wawancara dengan Ketua
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
LPA (Lembaga Perlindungan Anak)
jumlah kasus kekerasan terhadap anak.
Kota Padang
Indikator Bebas
a. Peranan Lembaga Perlindungan
Anak
dari
para
pihak
yang
b) Data Sekunder
Menurut Suyanto dan Sutinah
(2011:55), data sekunder yaitu data
b. Kendala yang dihadapi
yang diperoleh dari lembaga atau
c. Upaya yang dilakukan LPA
institusi tertentu”. Data sekunder dalam
penelitian ini adalah laporan Lembaga
Perlindungan Anak Kota Padang.
oleh respon dari responden daripada
Sumber data
a. Data primer bersumber dari wawancara
terhadap ketua Lembaga Perlindungan
sekunder
bersumber
dari
Lembaga Perlindungan Anak Kota
yang
mengalami
tindakan
Teknik pengumpulan data dalam penelitian
ini dilakukan dengan cara Wawancara
Wawancara
adalah
cara
menjaring informasi atau data melalui
interaksi
verbal/lisan.
Wawancara
memungkinkan kita menyusup ke dalam
alam pikiran orang lain, tepatnya hal-hal
yang
berhubungan
pikiran,
pengalaman,
lainnya
yang
dengan
perasaan,
pendapat,
tidak
bisa
dan
diamati
(Suwartono, 2014 : 48). Wawancara yang
digunakan
oleh
peneliti
(Suwartono, 2014 ;49).
kasus kekerasan, foto-foto, surat-surat,
arsip-arsip, dokumen-dokumen dan lain-
Studi dokumentasi yang dilakukan penulis
adalah data-data tentang kasus kekerasan
kekerasan
(interview).
dimilik
lainnya yang menunjang penelitian ini.
Padang.
c. Anak
yang
Dokumentasi ini dapat berupa jumlah
Anak di Kota Padang.
b. Data
agenda
adalah
wawancara
yang terjadi pada tahun 2013-2014.
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan
tertulis yang digunakan untuk memperoleh
informasi
ini peneliti (pengumpul data) memberikan
sedikit sekali kendali atas pembicaraanya
– jalannya pembicaraan lebih diarahkan
responden
dalam
arti
laporan tentang pribadinya atau hal-hal
yang ia ketahui (arikunto, 2006 : 151).
Dalam penelitian ini angket yang
digunakan adalah angket tertutup yaitu
angket yang digunakan sudah memberikan
jawaban
sehingga
responden
tinggal
memilih jawaban
Instrument adalah alat pada waktu
tidak
terstruktur dimana dalam wawancara jenis
dari
penelitian menggunakan sesuatu metode.
Maka
instrumen
penelitiannya
adalah
panduan wawancara, daftar angket, checklist, dan dokumentasi. Sedangkan alat
yang digunakan adalah kamera dan alat
Perlindungan Anak (LPA) Kota Pada
perekam.
tangal 07 Desember 2015, maka dapat
Dalam penelitian ini teknik yang
digunakan untuk menganalisis data berupa
pendeskripsian
Perlidungan
keberadaan
Anak
Kota
Lembaga
Padang
dan
wawancara dengan Lembaga Perlidungan
Anak Kota Padang.
HASIL
PENELITIAN
DAN
PEMBAHASAN
1.1.Hasil Penelitian
Berdasarkan
penelitian
yang
dilakukan melalui teknik dokumentasi
maka dapat diketahui terjadi peningkatan
jumlah tindakkan kasus kekerasan terhadap
anak dari tahun ke tahun (2012-2015).
Kasus kekerasan pada tahun 2012
tercatat sebanyak 25 kasus, tahun 2013
diketahui bahwasanya :
Anak korban tindakkan kekerasan yang
melapor ke pihak Lembaga Perlindungan
Anak (LPA) Kota Padang saat melapor itu
ditemani oleh orang tua atau orang yang
lebih dewasa. Hal ini dikarenakan seorang
tidak akan bisa melapor sendiri tanpa
didampingi oleh orang tua / wali. Pada
saat pelaporan, pada umunya anak korban
tindakkan
kekerasan
tersebut
menceritakan secara detail yang menimpa
mereka. Mereka akan menceritakan
kejadian dari awal terjadi sampai kejadian
tersebut terjadi kepada pihak Lembaga
Perlindungan Anak (LPA) Kota Padang.
Salah satu upaya penyelesaian kasus
tindakkan kekerasan yang terjadi pada
anak adalah dengan melakukan advokasi.
Dalam tahapan ini, pihak Lembaga
Perlindungan Anak (LPA) Kota Padang
melakukan advokasi atau bantuan hukum
terhadap penyelenggara perlindungan
anak. Pihak Lembaga Perlindungan Anak
(LPA) Kota Padang akan melakukan
pemantauan
apakah
kasus
yang
dilaporkan sudah diberi tanggapan oleh
penyelenggara perlindungan. Selain itu,
Pihak Lembaga Perlindungan Anak (LPA)
Kota Padang juga mendampingi korban
tindakkan kekerasan pada saat melapor ke
pihak yang berwajib dan memantau
sampai mana kasus itu diproses oleh pihak
yang berwajib.
Berdasarkan
sebanyak 25 kasus, tahun 2014 sebanyak 44
kasus dan 2015 (Sampai Juni) sebanyak 41
hasil
wawancara yang dilakukan peneliti
dengan Bapak Erry Gusman selaku
kasus.
Ketua Lembaga Perlindungan Anak
Berdasarkan hasil wawancara yang
(LPA)
Kota
Pada
tangal
07
dilakukan peneliti dengan Bapak Erry
Desember
Gusman
selaku
Ketua
2015,
maka
dapat
Lembaga
diketahui kendala yang di hadapi
oleh Lembaga Perlindungan Anak
(LPA)
Kota
melakukan
Padang
advokasi
dalam
terhadap
tindakkan kekerasan terhadap anak
adalah
dalam melakukan advokasi terhadap
tindakkan kekerasan yang terjadi
pada anak adalah tidak semua
tindakkan
kekerasan
yang
dilaporkan kepada pihak Lembaga
Perlindungan Anak (LPA) Kota
Padang
dapat
ditangani
dikarenakan kurangnya Sumber
Daya Manusia (SDM). Selain itu,
tidak
semua
korban
mau
melaporkan kasus kekerasan yang
terjadi dikarenakan menganggap
hal kejadian itu merupakan AIB.
kepada sekolah-sekolah mengenai
pentingnya meneggakan perlindungan
terhadap anak yang mengalami
kekerasan. Sedangkan dalam waktu
dekat yaitu pada tahun 2016 sedang
dicanangkan sosialisasi mengenai
pentingnya perlindungan terhadap
anak-anak yang mengalami kekerasan
dengan melalui penyuluhan dengan
tujuan utama PKK.
Berdasarkan hasil wawancara
dengan Lembaga Perlindungan Anak
(LPA) Kota Padang pada tanggal 10
Desember
2015
dapat
diketahui
bahwa
Aparatur
Negara
atau
pihak
yang
berhubungan dengan perlindungan
Berdasarkan
hasil
wawancara yang dilakukan peneliti
anak banyak yang belum memahami
mengenai perlindungan anak. Hal ini
dikarenakan adanya ketidakpastian
dengan Bapak Erry Gusman selaku
Ketua Lembaga Perlindungan Anak
(LPA)
Kota
Pada
tangal
07
hukum. Oleh karena itu solusinya
adalah
mengenai
meberikan
penyuluhan
aturan-aturan
yang
menyangkut mengenai perlindungan
Desember
2015,
diketahui
upaya
maka
dapat
anak.
pengurangan
tindakkan kekerasan terhadap anak
adalah melalui sosialisasi sebagai
berikut
Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Kota
Padang sedang berusaha agar setiap
tindakkan kekerasan yang terjadi pada
anak dapat segera dilaporkan. Selain
itu, dilakukan juga penyuluhan/seminar
PEMBAHASAN
Berdasarkan analisis yang telah
dilaksanakan, maka disajikan
pembahasan hasil penelitian
mengenai Peranan Lembaga
Perlindungan Anak (LPA) Kota
Padang
Dalam Melakukan Advokasi Terhadap
Anak Yang Mengalami Kekerasan
, maka secara garis Peranan
Anak (LPA) Kota Padang
dapat ditangani.
c. Belum semua pihak paham
Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Kota
mengenai
Padang ini belum maksimal melaksanakan
Anak dikarenakan peneggak
perananya.
hukum
Dalam
Padang
mengalami
beberapa
d. Masih kurangnya Sumber Daya
Manusia Lembaga Perlindungan
Anak (LPA) Kota Padang dalam
kendala yaitu
a. tidak
semua
kekerasan
mau
korban
terhadap
melaporkan
kekerasan
anak
kasus
yang
dikarenakan
terjadi
menganggap
hal kejadian itu merupakan
AIB
yang
disimpan
berusaha
sendiri
dan
diusahakan tidak diketahui
melakukan Advokasi.
e. Kurangnya
melaporkan
semua
kasus
tindakkan
kepada
Lembaga
Perlindungan
Anak (LPA) Kota Padang
f. Masyarakat
kurang
ikut
serta
melindungi anak dari tindakkan
kekerasan
Banyak upaya yang telah
tindakkan
kekerasan
yang
terjadi
dilaporkan
kepada
pihak
Lembaga
masyarakat
kekerasan yang terjadi pada anak
oleh orang lain.
b. Tidak
maksimal
kepastian hukum.
Lembaga
Perlindungan Anak (LPA) Kota
belum
berjalan sehingga tidak ada
melakukan
peranannya,
Perlindungan
Perlindungan
dilakukan oleh pihak Lembaga
Perlindungan Anak (LPA) Kota
Padang
sendiri
dalam
usaha
menangani kendala yang dihadapi
seperti dibawah ini
a. Lembaga
Anak
(LPA) Kota Padang pada saat
ini
mensosialisasikan
masayarakat
melaporkan
kekerasan
untuk
setiap
yang
informasi
tentang
layanan hukum kepada korban
Perlindungan
sekarang
c. Memberikan
d. Melakukan penyuluhan mengenai
sedang
Undang-Undang
kepada
Anak
dapat
tindakkan
terjadi
tindakkan kekerasan
kepada
anak. Hal ini dilakukan supaya
perlindungan mengenai anak dapat
perlindungan
e. Oleh karena itu solusinya adalah
meberikan
penyuluhan
aturan-aturan
yang
mengenai
menyangkut
mengenai perlindungan anak kepada
penyelenggara
perlindungana
anak
seperti kepolisian, hakim, dan panti
berjalan dengan baik.
asuhan
b.
Memberikan penyuluhan/seminar
f. Dalam jangka waktu dekat, sedang
kepada sekolah-sekolah mengenai
dicanangkan melakulan sosialisasi
pentingnya
menegakkan
kepada
masyarakat
dengan
perlindungan terhadap anak yang
pendekatan
kepada
Pembinaan
mengalami kekerasan. Salah satu
Kesejahteraan
contoh,
pihak
Keluarga
(PKK).
Lembaga
Hal ini sedang dicanangkan, karena
Perlindungan Anak (LPA) Kota
PKK lebih dianggap mendekati
Padang dengan cara bekerjasama
kepada orang tua sehingga dapat
dengan PGRI dalam rangka hari
memberikan pemahaman mengenai
guru
memberikan
seminar
di
perlindungan
sekolah-sekolah
anak
dari
tindak
mengenai
kekerasan dan rencana ini akan
pentingnya perlindungan anak.
dilaksanakan pada tahun 2016.
Perbedaan
penelitian
ini
dengan penelitian relevan yang
PENUTUP
Kesimpulan
tertera pada bab II yaitu Bobi
Ertanto tahun 2015 dengan judul
“Pelaksanaan
Perlindungan
Tugas
Anak
Lembaga
(LPA)
Sumatera Barat dalam Melindungi
Anak yang Menjadi Korban Tindak
Kekerasan”. Sedangkan penelitian
yang akan peneliti lakukan adalah
dengan judul “Peranan Lembaga
Perlindungan Anak (LPA) Kota
Padang dalam melakukan advokasi
terhadap anak yang mengalami
kekerasan”. Penelitian ini samasama meneliti tentang peranan
Lembaga
Perlindungan
Anak
(LPA) dalam mengatasi kekerasan
yang
terjadi
pada
anak.
Perbedaanya penelitian ini adalah
dari ruang lingkup, pada penelitian
Bobi Ertanto adalah di wilayah
Sumatera Barat, sedangkan yang
akan diteliti oleh peneliti adalah
tingkat Kota Padang.
Bedasarkan penelitian dan
pembahasan yang telah dilakukan
dapat disimpulkan bahwa :
a. Lembaga Perlindungan Anak
(LPA)
Kota
mengupayakan
Padang
tugas
dan
wewenang yang ada padanya,
akan
tetapi
hal ini
belum
sempurna.
b. Kendala yang dihadapi oleh
Lembaga Perlindungan Anak
(LPA) Kota
Padang
dalam
melakukan advokasi terhdap
anak
yang
mengalami
kekerasan adalah seperti tidak
maunya
korban
melaporkan
kejadian tindakkan kekerasan
yang terjadi, kurangnya Sumber
Daya Manusia di Lembaga
Perlindungan Anak (LPA) Kota
Padang dan kurang pahamnya
beberapa penyelenggara hukum
mengenai
Undang-Undang
Lembaga
Perlindungan Anak.
Perlindungan
Anak
(LPA) ditingkat daerah lain
c. Lembaga Perlindungan Anak
(LPA)
Kota
Padang
sudah
berusaha melakukan berbagi
Arikunto,
upaya seperti penyuluhan dan
tindakkan
Prosedur
2006.
Penelitian. Jakarta : PT. Rineka
sosialisasi untuk mengurangi
tingkat
Suharsimi.
Cipta
kekerasan
Mansur, dan Gultom. 2006. Urgensi
terhadap anak
Pelrindungan
Korban
Kejahatan.Jakarta
:
PT.
Rajagrafindo Persada.
4
Muhtaj, El Majda. 2008 . Dimensi-dimensi
5.2 Saran
Ham. Jakarta : PT. Rajagrafindo
Berdasarkan penelitian maka dapat
Persada
diberi saran sebagai berikut
Supeno,
1. Kepada
Lembaga
Hadi.
2010.
Kriminalisasi
Perlindungan
Anak.Jakarta
:
PT.
Gramedia
Anak (LPA) Kota Padang lebih
Pustaka Utama
sering
memberikan
mengenai
pentingnya
penyuluhan
mengenai
Suwartono.
2014.
Dasar-dasar
undang-undang perlindungan anak
Metodologi Penelitian. Purwokerto
baik kepihak sekolah, keluarga
: CV. Andi Offset.
maupun mansyarakat.
Suyanto, Bagung. 2010. Masalah Anak
2. Bagi peneliti selanjutnya agar dapat
meneliti
mengenai
peranan
Sosial. Surabaya: Kencana Prenada
Media Grup
Undang-Undang Republik Indonesia no 23
Th. 2002 tentang perlindungan anak
Undang-Undang R.I. Nomot 16 Tahuan
2011 tentang bantuan hokum
Download