DAMPAK HASIL EVALUASI BELAJAR (RAPORT)

advertisement
Media Prestasi
Jurnal Ilmiah STKIP PGRI Ngawi
Vol.12 No.2(2013)p40-p55 Pendidikan
DAMPAK HASIL EVALUASI BELAJAR (RAPORT)
TERHADAP KONDISI PSIKOLOGIS SISWA
(Studi kasus di MTsN Jogorogo Kabupaten Ngawi )
Pramana Atmadja
STKIP PGRI NGAWI
Abstrak : Tujuan Penelitian ini adalah : (1) Untuk membuktikan adanya dampak
hasil evaluasi terhadap kondisi psikologis siswa di MTsN Jogorogo Kabupaten
Ngawi (2) Untuk membuktikan adanya perbedaan dampak hasil evaluasi terhadap
kondisi psikologis siswa dari desa dan kota di MTsN Jogorogo Kabupaten Ngawi.
Sedangkan teknik pengumpulan datanya menggunakan wawancara dan observasi
dan analisisnya menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Dari hasil analisis data
yang juga merupakan kesimpulan sebagai jawaban dari rumusan masalah, maka
diperoleh hasil penelitian berikut : Pada dasarnya dampak penerimaan hasil
evaluasi (raport) terhadap siswa yang diterima secara merata oleh siswa MTsN
Jogorogo, terutama ketika mereka masih berada di kelas VII (satu). Karena pada
masa itu mereka masih menjalani masa adaptasi dan interaksi dengan lingkungan
yang baru. Namun permasalahan tersebut segera dapat di atasi atau paling tidak
dikurangi intensitasnya oleh pihak sekolah, karena pihak sekolah telah
mengantisipasinya kemungkinan terjadinya permasalahan tersebut.Secara umum
memang ada perbedaan dampak penerimaan hasil evaluasi belajar (raport) di
MTsN Jogorogo antara siswa yang memiliki latar belakang kondisi lingkungan
geografis dari kota dan desa. Hal itu disebabkan oleh adanya orentasi dan persepsi
yang berbeda diantara mereka. Pada umumnya siswa yang berasal dari kota lebih
bersifat ekstrovers dalam menerima dampak tersebut, sehingga mereka cenderung
lebih cepat dalam mengatasi dampak tersebut. Sedangkan siswa yang berasal dari
desa cenderung lebih bersifat introverts, sehingga mereka membutuhkan waktu
yang cukup untuk mengatasi dampak tersebut. Namun seiring dengan waktu dan
berbagai upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah akhirnya pada saat mereka
sudah berada pada kelas VIII dan IX tingkat perbedaan dampak tersebut sudah
mulai berbeda tipis bahkan sama.
Kata Kunci : dampak, evaluasi belajar, raport, psikologis, siswa.
bentuk evaluasi ada beberapa macam,
seperti, ujian tulis, lisan, partisipasi
siswa di kelas dan sebagainya. Hasil
evaluasi
tersebut
akhirnya
terakumulasi dalam nilai raport.
Evaluasi merupakan salah satu
kegiatan yang sangat penting dalam
proses
pembelajaran.
Untuk
mengetahui kemajuan atau prestasi
PENDAHULUAN
Dalam aplikasi pembelajaran yang
dilaksanakan di sekolah tentu pada
akhirnya ingin diketahui hasil dari
pembelajaran tersebut. Hal itu
dimaksudkan
untuk
mengetahui
perkembangan
prestasi
belajar,
instrument yang dipergunakan pada
umumnya adalah evaluasi. Sedang
40
Media Prestasi
Jurnal Ilmiah STKIP PGRI Ngawi
Vol.12 No.2(2013)p40-p55 Pendidikan
belajar siswa, perlu dilakukan kegiatan
evaluasi
pembalajaran.
Evaluasi
pembelajaran adalah evaluasi yang
diterapkan
dalam
kegiatan
pembalajaran.
Evaluasi juga dapat diartikan
sebagai suatu proses mendeskripsikan,
mengumpulkan dan menyajikan suatu
informasi yang bermanfaat untuk
pertimbangan dalam pengambilan
keputusan. Fugsi utama evaluasi
adalah menelaah suatu obyek atau
kedaan untuk mendapatkan informasi
yanga tepat sebagai dasar untuk
pengambilan
keputusan
(Budi
Wiyono, 2004:3).
Evaluasi
pembelajaran
merupakan
evaluasi
yang
dilaksanakan
dalam
bidang
pembelajaran. Dengan kata lain,
evaluasi pembelajaran merupakan
suatu proses kegiatan menelaah atau
menilai aspek-aspek dalam kegiatan
pembelajaran, baik dari sisi konteks,
input, proses, maupun hasil-hasil
pembelajaran. Hal ini sesuai dengan
pendapat Gronlund dan Lin dalam
Budi
Wiyono
(2004:3)
yang
mengatakan
bahwa
evaluasi
pembelajaran adalah suatu proses
mengumpulkan, menganalisis dan
menginterprestasi informasi secara
sistematis untuk menetapkan sejauh
mana
ketercapaian
tujuan
pembalajaran. Sasaran utama evaluasi
pembelajaran adalah informasi yang
dapat digunakan sebagai dasar untuk
pengambilan keputusan dalam proses
kegiatan pembelajaran.
Suatu
kegiatan
evaluasi
pembelajaran,
harus
terintegrasi
dengan kegiatan pembelajaran. Untuk
itu, desain evaluasi yang dibuat harus
terintegrasi dengan desain pengajaran
yang disusun. Evaluasi pembelajaran
banyak menggunakan tes sebagai
instrumen pengumpulan data. Oleh
karena itu tes yang dibuat juga harus
terintegrasi dengan desain pengajaran
yang disusun.
Evaluasi
pembelajaran
merupakan bagian dari kurikulum,
oleh karena itu evaluasi arus betulbetul
teintegrasi
pula
dengan
kurikulum yang dibuat. Dasar yang
menjadi landasan dalam menyusun
kurikulum harus mempertimbangkan
factor- faktor sebagai berikut :
1. Filsafat dan tujuan pendidikan
2. Psikologi belajar
3. Faktor anak
4. Faktor masyarakat.
Dalam
pengembangan
kurikulum terdapat sejumlah prinsip
dasar yang dipakai sebagai landasan,
agar kurikulum yang dihasilkan benarbenar sesuai dengan keinginan yang
diharapkan semua pihak, yakni
sekolah, murid, orang tua, masyarakat
dan pemerintah. Prinsip dasar untuk
pengembangan kurikulum , yaitu
prinsip relevansi, efektifitas, efisien
dan kontinuitas.
Orentasi evaluasi pembelajaran
yang memperhatikan hal-hal di atas
diharapkan hasil dari evaluasi tersebut
pada akhirnya tidak memiliki ekses
negatif terhadap siswa sebagai peserta
didik, karena pada dasarnya tujuan
41
Media Prestasi
Jurnal Ilmiah STKIP PGRI Ngawi
Vol.12 No.2(2013)p40-p55 Pendidikan
pendidikan adalah didasari oleh sifat
ilmu pendidikan yang normatif dan
praktis.
Sebagai ilmu pendidikan yang
normatif
ilmu
pendidikan
merumuskan kaidah-kaidah, normanorma dan, atau ukuran tingkah laku
yang sebenarnya dilaksanakan oleh
manusia. Sebagai ilmu pengetahuan
yang praktis, tugas pendidikan atau
pendidik
maupun
guru
ialah
menanamkan sistem-sistem norma
tingkah
laku
perbuatan
yang
didasarkan pada dasar-dasar filsafat
yang
ditunjang
oleh
lembaga
pendidikan dan pendidik dalam suatu
masyarakat (Ali Saifullah, 1982:27).
Ada tiga jenis program evaluasi
utama yang perlu dilakukan dalam
kegiatan belajar mengajar, yaitu (1)
evaluasi program pengajaran, (2)
evaluasi proses pembelajaran, dan (3)
evaluasi hasil pembelajaran. Tujuan
utama dari evaluasi adalah untuk
melihat tingkat pencapaian hasil
belajar siswa dan pelaksanaannya
adalah pada akhir masa permbelajaran
(Budi Wiyono, 2004:147).
Pendidikan dasar adalah bagian
terpadu dari sistem pendidikan
nasional. Pendidikan dasar merupakan
pendidikan yang lamanya 9 tahun
yang diselenggarakan selama 6 tahun
di SD dan 3 tahun di SMP atau satuan
pendidikan yang sederajat. Penjabaran
kurikulum pendidikan dasar 9 tahun
disusun dalam rangka mencapai tujuan
nasional dalam bidang pendidikan
dengan
memperhatikan
tahap
perkembangan siswa dan kesesuaian
dengan lingkungannya, kebutuhan
pengembangan
nasional,
perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta kesenian (Budi
Wiyono, 2004:147).
Jenis laporan hasil evaluasi
cukup banyak, namun yang sering
dipakai
ialah
raport.
Dengan
menekankan satu jenis laporan ini
teknik yang penting untuk dikuasai
adalah teknik pengisian buku raport.
Pada umumnya nilai raport memiliki
pengaruh terhadap kondisi psikologis
siswa. Dampaknya sangat jelas terlihat
pada masing-masing siswa. Jika nilai
mereka bagus maka akan berpengaruh
positif terhadap kondisi psikologis
siswa tersebut, namun jika hasil nilai
yang diterima jelek atau tidak sesuai
dengan diharapkan, maka pada
umumnya kondisi psikologis siswa
akan droup dan cenderung mengalami
gangguan psikologis.
Pada dasarnya belajar mengajar
terkandung di dalamnya dua kegiatan
pokok, yaitu kegiatan guru dalam
mengajar dan kegiatan murid dalam
belajar. Mengajar pada umunya
diartikan sebagai usaha guru untuk
menciptakan kondisi-kondisi atau
mengatur lingkungan sedemikian
rupa, sehingga terjadi interaksi antara
murid
dengan
lingkungannya,
termasuk guru, alat pelajaran,
kurikulum dan instrumen pendidikan
lainnya, yang disebut proses belajar,
sehingga tercapai tujuan pelajaran
yang telah ditetapkan.
Pendidikan pada dasarnya adalah
inheren dengan pembentukan prilaku.
42
Media Prestasi
Jurnal Ilmiah STKIP PGRI Ngawi
Vol.12 No.2(2013)p40-p55 Pendidikan
Tidak ada pendidikan agama tanpa
pembentukan
prilaku
dan
pembentukan budi pekerti luhur.
Pengembangan rana afektif telah
menjadi obsesi seorang guru agama.
Tentu saja adanya obsesi pada rana
afektif tidak berarti rana kognitif
(nalar) terabaikan (Saridjo, 1998:74).
Terkait
dengan
landasan
penyusunan kurikulum yang harus
mempertimbangkan faktor psikologi
belajar dan faktor anak, maka dalam
model evaluasi dan pembuatan hasil
evalusi harus memperhatikan dan
mempertingkan
efek
psikologis
peserta didik. Sebuah evaluasi
pembelajaran tidak akan ada artinya
manakala hasil evaluasi tersebut
memiliki dampak negatif psikologis
terhadap peserta didik. Sebab hal itu
akan bertentangan dengan landasan
dasar penyusunan kurikulum dan
bertentang tujuan pendidikan, karena
proses pembelajaran yang cenderung
berpengaruh destruktif pada peserta
didik. Sehingga pada akhirnya akan
mempengaruhi hasil pembelajaran itu
sendiri.
Kondisi hiterogenitas siswa
memiliki pengaruh terhadap kondisi
psikologis siswa dalam merespon
ketika siswa menerima raport (hasil
evaluasi). Oleh karena itu peneliti
tertarik untuk mengetahui adanya
perbedaan dampak psikologis siswa
yang memiliki latar belakang tempat
tinggal di desa dan yang memiliki
latar belakang tempat tinggal di kota
dalam satu sekolah.
Dengan dasar paparan dari latar
belakang masalah di atas, maka
peneliti
bermaksud
mengadakan
penelitian yang bersifat studi kasus di
MTsN Jogorogo Kabupaten Ngawi
Kota Ngawi dengan mengambil judul :
“Dampak Hasil Evaluasi Belajar
(raport) Terhadap Kondisi Psikologis
Siswa (Studi kasus di MTsN Jogorogo
Kabupaten
Ngawi)”.
Hal
ini
berdasarkan pertimbangan bahwa ada
hiterogenitas asal sekolah di sekolah
tersebut.
Psikologis mengandung kata
psyche yang dalam bahasa Yunani
berarti jiwa, dan kata logos yang
berarti ilmu. Jadi Ilmu jiwa atau
psikologis dalam arti luas adalah
meliputi
segala
pemikiran,
penggetahuan, tanggapan, tetapi juga
khayalan dan spekulasi mengenai jiwa
itu. Psikologi meliputi pengetahuan
mengenai jiwa yang diperoleh secara
sistematis dengan metode-metode
ilmiah yang memenuhi syarat yang
telah ditentukan.
Terkait dengan
penelitian ini peneliti mengkaji lebih
spesifik ke wilayah respond dan sikap
psikologis siswa
ketika mereka
menerima raport (hasil Ujian).
Siswa atau peserta didik :
persoalan yang berhubungan dengan
peserta didik terkait dengan sifat atau
sikap anak didik dikemukakan oleh
Langeveld sebagai berikut : Anak
bukanlah orang dewasa dalam bentuk
kecil, oleh sebab itu anak memiliki
sifat kodrat kekanak-kanakan yang
berbeda
dengan
sfat
hakikat
kedewasaan. Anak memiliki sifat
43
Media Prestasi
Jurnal Ilmiah STKIP PGRI Ngawi
Vol.12 No.2(2013)p40-p55 Pendidikan
menggantungkan diri, membutuhkan
pertolongan dan bimbingan baik
jasmaniah maupun rohaniah. Sifat
hakekat manusia dalam pendidikan ia
mengemukakan anak didik harus
diakui sebagai makhluk individualitas,
sosialitas dan moralitas. Manusia
sebagai makhluk yang harus dididik
dan mendidik”(Langeveld, 1981:3031).
Bila dijabarkan secara terperinci,
tujuan evaluasi pembelajaran adalah :
(1) mengetahui kemajuan belajar
siswa, (2) mengetahui potensi yang
dimiliki siswa, (3) mengetaui hasil
belajar siswa, (4) mengadakan seleksi,
(5) mengetahui kelemahan dan
kesulitan belajar siswa, (6) memberi
bantuan dalam kegiatan belajar siswa,
(7) memberikan bukti untuk laporan
kepada orang tua dan masyarakat
(Saridjo, 1998:78).
Sedangkan
fungsi
utama
evaluasi pembelajaran adalah untuk
(1) memperoleh informasi tentang
hasil yang dicapai dalam program
pembelajaran,
(2)
mengetahui
relevansi program dengan tujuan yang
hendak dicapai, dan (3) sebagai titik
tolak
untuk
melakukan
usaha
perbaikan,
penyesuaian,
dan
penyempurnaan
program
pembelajaran
(Budi
Wiyono,
2004:206).
Psiko analisis, suatu aliaran
psikologi yang dipelopori Sigmund
Freud, berpandangan bahwa manusia
adalah makhluk yang hidup atas
bekerjanya dorongan-dorongan libido
(Id) dan memandang manusia sangat
ditentukan masa lalunya. Konsep
semacam
ini
sangat
mngkin
mengandung pesimisme yang besar
pada setiap upaya pengambangan diri
manusia (Djamaluddin, 2001:153).
Ciri utama aliran ini adala (1)
menentukan
aktifitas
manusia
berdasarkan struktur jiwa yang terdiri
atas id, ego, dan super ego.
Pemaknaan masing-masing struktur
ini pada tahap selanjutnya mengalami
perkembangan
seingga
terjadi
perubahan dan penyempurnaan dari
konsep awalnya, (2) Penggerak utama
struktur manusia adalah libido, sedang
libido yang terkuat adalah libido
seksual. Karena itu, hampir seluruh
tingka
laku
manusia
teraktual
disebabkan oleh motivasi libido
seksual ini, dan (3) tingkat kesadaran
manusia terbagi atas tiga alam, yaitu
alam pra-sadar ( the preconscious),
alam tak sadar (the unconscious), dan
alam sadar ( the conscious) (Abdul
Mujib, 2001:70).
METODE
Peneliti dalam penelitian ini
menggunakan jenis penelitian field
research paradigma kualitatif dengan
menggunakan pendekatan studi kasus,
alasan penggunaan pendekatan ini
karena penelitian ini pada dasarnya
ingin mengetahui dampak hasil
evaluasi belajar (Raport) terhadap
kondisi psikologis siswa antara anak
yang memiliki latar belakang dari desa
dan dari kota kota (Studi kasus di
44
Media Prestasi
Jurnal Ilmiah STKIP PGRI Ngawi
Vol.12 No.2(2013)p40-p55 Pendidikan
MTsN Jogorogo Kabupaten Ngawi).
Pada penelitian ini obyek yang diteliti,
permasalahannya ditelaah secara
komprehensif, detail dan mendalam,
berbagai variabel ditelaah dan
ditelusuri,
termasuk
juga
kemungkinan hubungan antar variabel
yang ada.
Penelitian ini dilaksanakan di
MTsN Jogorogo Kabupaten Ngawi,
sehingga populasi dan sampelnya
dalam penelitian ini adalah para guru
dan siswa sekolah tersebut. Adapun
jumlah guru yang mengajar di MTsN
Jogorogo Kabupaten Ngawi berjumlah
28 orang, sedang jumlah seluruh
murid adalah 529 orang
Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan teknik penggumpulan
data diantaranya adalah dengan teknik
observasi dan wawancara. Peneliti
dalam memaparkan tentang Dampak
Hasil Evaluasi Belajar (raport)
Terhadap Kondisi Psikologis Siswa di
MTsN Jogorogo Kabupaten Ngawi.
Dalam
penelitian
ini
peneliti
menggunakan teknik analisis, yaitu
dengan cara : (1) Menelaah seluruh
data
sebagian
sumber,
baik
wawancara, observasi dan seterusnya;
(2) Mengadakan reduksi data yang
dilakukan dengan jalan membuat
rangkuman yang inti, proses dan
pernyataan-pernyataan yang perlu
dijaga sehingga tetap berada di
dalamnya
(abstraktif);
(3)
Mengkategorikan satuan-satuan itu
sambil
membuat
koding;
(4)
Mengadakan analisis data.
Adapun dalam penelitian ini
analisis yang digunakan adalah
analisis deskriprif kualitatif, setelah
data dianalisis, maka hasilnya
digunakan
dalam
pengambilan
kesimpulan. Dalam pengambilan
kesimpulan, Peneliti menggunakan
kesimpulan dengan cara induksi, cara
induksi yaitu berangkat dari fakta
yang khusus, peristiwa konkrit,
kemudian dari fakta-fakta atau
peristiwa yang khusus itu hendak
ditarik generalisasi-generalisasi yang
mempunyai sifat umum.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Kondisi siswa MTsN Jogorogo
Kabupaten Ngawi yang berasal dari
latar belakang lingkungan yang
beragram, yaitu dari kota dan desa
sedikit banyak memberikan pengaruh
terhadap kondisi mental psikologis
masing - masing siswa tersebut. Cara
mereka dalam bersikap dan merespon
terhadap pelaksanaan pembelajaran di
sekolah tersebut juga berbeda-beda.
Peneliti yang sekaligus juga
sebagai guru agama di sekolah
tersebut tertarik untuk mengetahui
secara
detail
tentang
kondisi
psikologis mereka ketika menerima
hasil evaluasi belajar (raport) baik dari
mereka yang memiliki latar belakang
dari desa maupun yang berasal dari
kota. Adapun sumber data yang
peneliti ambil adalah dari kepala
sekolah, beberapa guru dan beberapa
45
Media Prestasi
Jurnal Ilmiah STKIP PGRI Ngawi
Vol.12 No.2(2013)p40-p55 Pendidikan
siswa. Hal itu dimaksudkan agar data
yang diperolah dapat diterima dengan
lengkap dan komprehensif
Sebagaimana di sekolah-sekolah
lain kondisi di MTsN Jogorogo terkait
dengan dampak penerimaan hasil
evaluasi belajar (raport) yang diterima
oleh siswa juga memiliki pengaruh
yang cukup kuat terhadap kondisi
psikologis siswa secara umum. Hal itu
sebagaimana disampaikan oleh bapak
kepala sekolah dan beberapa guru
serta siswa di sekolah tersebut.
Umumnya
kondisi
tekanan
psikologis tersebut yang paling besar
adalah pada saat mereka masih berada
di kelas VII (Satu), berbagai ekspresi
muncul dari para siswa baik ekspresi
kegembiraan
maupun
ekspresi
kesedihan. Namun luapasn perasaan
tersebut terlihat agak tertahan, hal itu
lebih disebabkan karena mereka masih
menjalani masa adaptasi atau interaksi
dengan lingkungan yang baru.
Mereka terlihat kurang begitu
bebas dalam meluapkan perasaan
emosinya atau paling-paling diluapkan
bersama dengan teman-teman dekat
atau
yang
menjadi
kelompok
komunitas mereka. Bagi mereka yang
kebetulah memperoleh hasil nilai baik
mereka tampak tersenyum-senyum
sambil terkesan menahan luapan
kegembiraannya, sedang bagi mereka
yang mendapatkan hasil nilai kurang
baik terlihat lesuh kurang bergairah
menahan perasaan sedih.
Siswa yang memperoleh nilai baik
merasa semakin termotivasi untuk
meningkatkan prestasi mereka dan
semakin percaya pada diri sendiri.
Sedang mereka yang memperoleh
nikai kurang baik, mereka merasa
minder dan kurang percaya pada diri
sendiri. Bahkan tidak sedikit diantara
mereka yang merasa takut pulang ke
rumah khawatir dimarahi oleh orang
tua mereka.
Selama ini pihak sekolah sudah
berupaya
untuk
mengatasi
kesenjangan
tersebut,
dengan
melakukan
langkah-langkah
pengarahan dan motivasi pada seluruh
siswa khususnya mereka yang berlatar
belakang dari desa. Namun sampai
sekarang hasilnya masih belum
optimal. Hal itu mungkin di sebabkan
oleh orentasi stratifikasi social dan
status ekonomi mereka berbeda.
Rata – rata tingkat keberanian atau
partisipasi siswa yang berasal dari
wilayah kota lebih besar dan merata,
sedangkan mereka yang berasal dari
desa tingkat partisipasinya dalam
proses pembelajaran lebih sedikit.
Kondisi demikian khususnya terjadi
pada mereka ketika masih duduk di
kelas VII, namun setelah mengikuti
proses pembelajaran akhirnya pada
saat mereka telah berada di kelas VIII
dan sembilan, tingkat keberanian atau
pertisipasi dalam proses pembelajaran
terlihat mulai agak berimbang.
Hal itu menurut hemat saya antara
lain di karenakan upaya yang keras
dan berkelanjutan dari pihak sekolah
dalam memberikan motivasi dan
pengarahan kepada mereka bahwa
pada dasarnya meskipun mereka
memiliki latar belakang yang berbeda
46
Media Prestasi
Jurnal Ilmiah STKIP PGRI Ngawi
Vol.12 No.2(2013)p40-p55 Pendidikan
namun hakekatnya adalah sama.
Setiap orang pasti diberikan kelebihan
dan kelemahan oleh Tuhan sebagai
bukti keadilan-Nya.
Kadangkala pihak sekolah juga
memanggil pihak orang tua siswa dan
diberi
pengarahan
tentang
permasalahan tersebut. Sehingga
akhirnya dibuat kesepakatan bersama
untuk mencari solusi dan memberikan
pengarahan serta motivasi kepada
mereka, khususnya orang tua yang
berasal dari lingkungan pedesaan.
Upaya- upaya tersebut sedikit banyak
memang sedikit membaya hasil,
namun belum dapat dicapai secara
optimal. Hal itu kami sadari karena
latar belakang tipologi masayarakat
sedikit banyak memang dipengaruhi
oleh
faktor
kondisi
geografis
masyarakat itu sendiri.
Umumnya para siswa yang berasal
dari lingkungan kota terlihat lebih
santai ketika akan menerima raport
dan pada saat mereka telah menerima
raport respon sikap mereka juga
cenderung terlihat agak biasa. Bagi
mereka yang memperoleh nilai baik,
rata-rata luapan emosional mereka
untuk
mengungkapkan
luapan
kegembiraannya berlangsung tidak
lama, sedangkang bagi mereka yang
kebetulan mendapatkan nilai yang
kurang
baik,
mereka
sedikit
menampakkan ekspresi kecewa namun
setelah itu mereka bersikap cuek dan
berkomunikasi dengan teman-temanya
lagi seakan-akan tidak mengalami
permasalahan apapun.
Sedangkan siswa yang memiliki
latar belakang dari wilayah desa
terlihat sangat mencolok sikapnya
ketika akan menerima raport, rasa
khawatir dan takut terlihat secara jelas
di raut wajah mereka, sikapnya
terlihat jelas diliputi kecemasan,
sehingga nampak sikap-sikap salah
tingkah pada perilaku mereka. Pada
saat setelah mereka menerima raport,
bagi mereka yang memperoleh nilai
baik dan terbaik nampak jelas respon
sikapnya seakan-akan tak terkendali,
ekspresi
kegembiraan
terlihat
meledak-ledak. Sebaliknya mereka
yang memperoleh nilai kurang baik
juga
terlihat
jelas
perasaan
kekecewaannya, wajah yang lesuh
tidak bergairah bahkan tidak sedikit di
antara mereka yang menangis, apalagi
bagi mereka yang pada saat itu
dinyatakan tidak lulus.
Namun biasanya hal itu juga telah
diantisipasi oleh pihak sekolah agar
perasaan-perasaan yang muncul dari
para siswa yang memiliki latar
belakang wilayah yang berbeda
tersebut tidak berlarut-larut. Karena
dikhawatirkan
akan
memiliki
pengaruh yang buruk terhadap
pelaksanaan proses pembelajaran
berikutnya. Adapun langkah-langkah
yang dilakukan oleh pihak sekolah
antara lain adalah menenangkan dan
memotivasi mereka bahwa nilai raport
yang mereka
terima
bukanlah
merupakan segala-galanya, ada hal
lain yang lebih penting yaitu tingkat
pengamalan atas ilmu yang mereka
terima. Ukuran kuantitaif tidak dapat
47
Media Prestasi
Jurnal Ilmiah STKIP PGRI Ngawi
Vol.12 No.2(2013)p40-p55 Pendidikan
dijadikan ukuran sebagai bentuk
kualitas seseorang. Dan kegagalan
adalah kesuksesan yang tertunda,
sehingga siapapun dapat mengalami
pasang surut memperoleh nilai dari
hasil belajar.
Di samping upaya-upaya di atas
pihak sekolah juga memantapkannya
kondisi psikologis mereka dengan doa,
hal itu khususnya dilakukan oleh guru
agama. MTsN Jogorogo sebagai
sekolah yang berbasis agama tentu
juga telah cukup memberikan
pengetahuan
agama
khsusunya
masalah akhlak, sehingga tidak terlalu
dikhawatirkan
tentang
kondisi
psikologis para siswa. Karena
pengetahuan agama yang telah mereka
terima diharapkan mampu berperan
sebagai kontrol dari sikap dan perilaku
mereka.
Selain data yang diperoleh dari
kepala sekolah, peneliti juga menggali
data dari guru khususnya guru yang
memegang mata pelajaran agama.
Diantara hasil wawancara dengan
beberapa tersebut dapat peneliti
deskripsikan sebagai berikut :
Sebenarnya
pendapat
dari
beberapa guru tersebut hampir senada
dengan apa yang telah disampaikan
oleh kepala sekolah, namun pada
dasarnya pendapat dari beberapa guru
tersebut bersifat lebih spesifik atau
lebih detail. Pada umumnya nilai
kompetensi kecerdasan antara anak
yang berasal dari kota dan dari desa
tidak ada perbedaan, perbedaan itu
lebih pada gaya sikap dan pola
berfikirnya saja. Hasil itu bersifat
wajar karena kondisi geografis
lingkungan mereka memang berbeda.
Termasuk dalam hal berpakaian, anakanak yang berasal dari kota lebih
bersifat modis dan inovatif, sedangkan
mereka yang berasal dari desa lebih
bersifat sederhana dan apa adanya.
Dalam hal partisipasi pada
pelaksanaan proses pembelajaran anak
yang berasal dari kota tingkat
partisipasinya lebih dominan secara
merata sedangkan anak yang berasal
dari desa kurang merata, boleh
dikatakan satu berbanding dua (1:2).
Kondisi demikian umumnya terjadi
pada saat mereka masih duduk di
kelas VII, namun seiring dengan
berkembangan proses pembelajaran
dan juga disertai upaya-upaya dari
sekolah untuk mengatasinya, ketika
mereka masuk di kelas VIII tingkat
perbedaan partisipasi sudah mulai
berkurang bahkan boleh dikatakan
sama.
Diakui oleh beberapa guru bahwa
upaya yang dilakukan oleh pihak
sekolah tersebut memang merupakan
dorongan keras dari bapak kepala
sekolah. Karena kepala sekolah MTsN
Jogorogo memiliki tingkat kepedulian
yang tinggi terhadap keberhasilan
proses pembelajaran, tingkat inovatif
dari kepala sekolah cukup tinggi.
Keberhasilan
suatu
lembaga
pendidikan sangat tergantung pada
kepemimpinan kepala sekolah. Karena
ia
merupakan
pemimpin
di
lembaganya, maka is harus mampu
membawa
lembaganya
kearah
tercapainya
tujuan
yang
telah
48
Media Prestasi
Jurnal Ilmiah STKIP PGRI Ngawi
Vol.12 No.2(2013)p40-p55 Pendidikan
ditetapkan, ia harus mampu melihat
adanya perubahan serta mampu
melihat masa depan dalam kehidupan
global yang lebih baik. Kepala
sekolah/madrasah
harus
bertanggungjawab atas kelancaran dan
keberhasilan semua urusan pengaturan
dan pengelolaan sekolah secara formal
kepada atasannya atau secara informal
kepada masyarakat yang telah
menitipkan anak didiknya. Tingkat
kompetensi yang dimiliki oleh kepala
sekolah MTsN Jogorogo memang
demikian, sehingga mampu membawa
kemajuan dalam pelaksanaan proses
belajar mengajar.
Selain ide dan upaya dari kepala
sekolah tingkat partisipasi aktif dari
beberapa juga juga tinggi, karena pada
umumnya seluruh guru melihat
fenomena tersebut pada diri siswa.
Sehingga dengan adanya partisipasi
aktif dari berbagai pihak tersebut
akhirnya permasalahan gangguangangguan psikologis siswa akibat
dampak dari penerimaan hasil evaluasi
belajar (raport) dapat diantisipasi dan
dicarikan solusi yang tepat dan efektif.
Langkah yang dapat dilakukan
oleh pihak sekolah adalah senantiasa
memberikan pengarahan dan miotivasi
bahwa pada dasarnya setiap orang
memiliki tingkat kemampuan yang
sama,
kondisi
geografis
atau
lingkungan tempat tingal tidak
berpengaruh terhadap kemampuan
seseorang. Siapa yang ada kemauan
untuk berusaha pasti ada kesempatan
untuk berhasil.
Disamping
langkah-langkah
tersebut di atas, ada upaya lain yang
juga memiliki peran besar terhadap
gangguan psikologis siswa pada saat
menerima raport, yaitu perencanaan
dan pelaksanaan proses pembelajaran
yang efektif, sehingga hal itu memiliki
pengaruh terhadap perolehan nilai
siswa. Ketika nilai yang diterima oleh
siswa minimal baik, maka hal itu
secara
otomatis
akan
dapat
mengurangi
tingkat
gangguan
psikologis siswa.
Selain itu budaya pembelajaran
kelompok yang merupakan bagian
dari penggunaan metode pembelajaran
atau
menyelesaikan
tugas-tugas
belajar secara kelompok juga dapat
memupuk tingkat kebersamaan siswa.
Pembelajaran
kelompok
dapat
menyediakan kesempatan kepada
siswa untuk berpartisipasi secara aktif,
sedangkan di pihak guru pembelajaran
melalui kelompok ini, kegiatan pokok
adalah monitoring terhadap proses
kelompok dan kemjuan belajar
anggota kelompok dilakukan secara
intensif. Di samping itu pembelajaran
secara kelompok dapat meningkatkan
kerja kelompok dan ketrampilan sosial
anak. Belajar melalui kerjaama
kelompok, melatih anak untuk bekerja
secara bersama-sama. Kerjasama
dalam kelompok merupakan praktek
belajar yang lebih diterima oleh guru
dari pada mengadakan persaingan
antar anak dalam kelas.
Hal ini tidak berarti bahwa
persaingan tidak boleh dalam kelas
atau sekolah. Beberapa penasehat
49
Media Prestasi
Jurnal Ilmiah STKIP PGRI Ngawi
Vol.12 No.2(2013)p40-p55 Pendidikan
bekerjasama merasa bahwa persaingan
dalam kondisi yang benar dan adanya
keselarasan individu atau kelompok
dapat menjadi sumber motivasi,
keasyikan, kesenangan, tugas yang
cepat, permainan ringan dan kegiatan.
Mengarahkan siswa kepada tujuan
kelompok merupakan hal pertama
yang perlu dilakukan oleh guru untuk
membentuk siswa di kelas menjadi
kelompok yang memiliki ikatan yang
kuat. Para siswa pada umumnya, hadir
di kelas dengan tujuan yang berbeda,
bahkan mungkin bertolak belakang.
Atau, mungkin juga ada yang tidak
memiliki tujuan yang jelas. Oleh
karena itu, pada awal pembelajaran,
guru perlu mengarahkan siswa kepada
tujuan kelas, khususnya tujuan
pebelajaran
Pembelajaran kelompok memang
tidak boleh sekedar asal saja, namun
harus dirumuskan oleh guru secara
lengkap, meliputi mekanisme atau tata
cara, metode, tujuan dari pelaksanaan
pembelajaran tersebut, dan tujuan dari
materi yang ditentukan sebagai topic
dalam pembelajaran tersebut. Dengan
demikian hasil yang optimal dalam
pembelajaran
tersebut
dapat
diharapkan..
Selain upaya-upaya formal yang
dilakukan oleh sekolah, ada upaya non
formal yang dilakukan oleh kepala
sekolah dan guru dalam rangkat
mengurangi tingkat perbedaan dintara
siswa yang memiliki latar belakang
lingkungan
yang
berbeda
dan
memberikan motovasi kepada mereka,
yaitu pada saat hari raya Idhul Fitrih,
sudah menjadi kegiatan rutin dari para
siswa pada hari raya Idhul Fitrih
mengadakan
silaturrahmi
atau
kunjungan kepada para guru. Hal itu
dimanfaatkan oleh para guru untuk
meningkatkan keakraban antara siswa
dengan guru dan antara siswa dengan
siswa itu sendiri, sehingga hal itu
dapat memupuk kebersamaan mereka
dan akhirnya berkurang perasaan
minder mereka ketika mengikuti
pembelajaran di sekolah.
Peran kepala sekolah dalam
kepemimpinan adalah kepribadisn dan
sikap aktifnya dalam mencapai tujuan.
Mereka aktif dan reaktif, membentuk
ide dari pada menanggapi untuk
mereka.
Kepemimpinan
kepala
sekolah cenderung mempengaruhi
perubahan suasana hati, menimbulkan
kesan dan harapan, dan tepat pada
keinginan dan tujuan kusus yang
ditetapkan untuk urusan yang terarah.
Hasil
kepemimpinan
ini
mempengaruhi perubahan cara orang
berpikir tentang apa yang dapat
diinginkan,
dimungkinkan,
dan
diperlukan.
Tekanan-tekanan psikologis pada
umumnya terjadi pada seluruh siswa
baik yang berasal desa maupun dari
kota adalah pada saat kelas VII (satu),
sebab pada masa itu adalah masa
adaptasi, jadi seluruh siswa jika
menerima hasil evaluasi belajar
(raport) tentu merasa was-was dan
khawatir. Muncul perasaan senang
yang luar biasa bagi siswa yang
hasilnya raportnya baik sebaliknya
50
Media Prestasi
Jurnal Ilmiah STKIP PGRI Ngawi
Vol.12 No.2(2013)p40-p55 Pendidikan
mereka yang nilainya tidak bagus
merasa tertekan.
Namun karena ada upaya yang
dilakukan oleh pihak sekolah untuk
mengurasi
munculnya
tekanan
psikologis tersebutnya akhirnya para
siswa mulai berkurang perasaan
tertekannya. Namun pada umumnya
siswa yang berasal dari kota lebih
cepat mengatasi tekanan psikologis
tersebut dibandingkan dengan siswa
yang berasal dari desa.
Siswa yang berasal dari kota
mungkin karena factor kebiasaan
mudah dalam berkomunikasi dan
berinteraksi dengan bebas dan cepat
akhirnya lebih mudah dan cepat dalam
mengatasi
perasaan-perasaan
psikologis tersebut. Pola berpikir dan
gaya bergaul yang cenderung agak
bebas
dan
terbuka
membantu
mempercepat
siswa
dari
kota
mengatasi permasalahan tersebut.
Sedangkan siswa yang berasal dari
desa umumnya membutuhkan waktu
untuk mengatasi perasaan-perasaan
yang merupakan tekanan psikologis
pada saat mereka menerima raport.
Bagi mereka yang memperoleh nilai
jelas tidak mengalami masalah, sedang
bagi mereka yang nilainya kurang
baik,
terasa
sulit
dan
berat
mengatasinya namun seiring dengan
perkembangan waktu akhirnya mereka
dapat juga mengatasinya meskipun
tidak secepat siswa yang berasal dari
kota. Pada umumnya siswa yang
berasal dari desa awalnya cenderung
bersifat introverst (tertutup).
Pembahasan
Dari
beberapa
temuan
penelitian di atas, peneliti mencoba
membahasnya dengan berpedoman
pada landasan teori yang dipaparkan
pada bab II. Secara sekilas memang
terdapat dampak penerimaan hasil
evalusi belajar (raport) terhadap
kondisi psikologis siswa.
1. Dampak hasil evaluasi belajar
(raport)
terhadap
kondisi
psikologis siswa
Berdasarkan hasil penelitian di
atas langkah peneliti selanjutnya
adalah membahasnya secara umum
sebagai berikut :
Kondisi dampak psikolgis dari
penerimaan hasil evaluasi belajar
(raport) terhadap siswa memang juga
terjadi di MTsN Jogorogo Kabupaten
Ngawi. Hal itu termasuk hal yang
biasa karena kondisi tersebut juga
tentunya terjadi pula di lembagalembaga pendidikan lainnya. Apalagi
MTsN Jogorogo Kabupaten Ngawi
termasuk lembaga pendidikan agama
negeri yang berada di kota Ngawi.
Unsur kebanggan dan kekhawatiran
tentu menyelimuti para siswa dan
orang tua mereka.
Namun demikian hendaknya
pihak sekolah tidak mengabaikan
begitu saja kondisi tersebut, sebab hal
itu pada akhirnya akan memiliki
pengaruh yang besar terhadap
kelancaran
pelaksanaan
proses
pembelajaran di lembaga pendidikan
tersebut. Oleh karena itu perlu ada
langkah-langkah
konkrit
untuk
51
Media Prestasi
Jurnal Ilmiah STKIP PGRI Ngawi
Vol.12 No.2(2013)p40-p55 Pendidikan
mengantisipasinya dan memberikan
solusi yang efektif.
Jika kondisi psikologis tidak
segera ditangani maka kenyamanan
mengikuti proses pembelajaran akan
hilang sehingga siswa tidak memiliki
perhatian terhadap materi yang
disampaikan oleh guru, dan akhirnya
akan berpengaruh terhadap pencapaian
hasil pembelajaran yang optimal,
bahkan mungkin akan mengalami
kegagalan.
Kondisi belajar mengajar yang
efektif adalah adanya miat dan
perhatian siswa dalam belajar. Minat
merupakan suatu sifat yang relatif
menetap pada diri seseorang. Minat ini
besar sekali pengaruhnya terhadap
belajar sebab dengan minat seseorang
akan melakukan sesuatu yang
diminatinya. Sebaliknya, tanpa minat
seseorang tidak mungkin melakukan
sesuatu. Keterlibatan siswa dalam
belajar erat kaitannya dengan sifatsifat murid, baik yang bersifat kognitif
seperti kecerdasan dan bakat maupun
yang bersifat afektif seperti motivasi,
rasa percaya diri, dan minatnya.
hal
itu
sangat
menentukan
keberhasilan
guru
dalam
melaksanakan proses pembelajaran.
Perbedaan kondisi geografis
akan berpengaruh terhadap orentasi
dan persepsi seseorang, sehingga hal
itu akan sangat berpengaruh terhadap
pola berfikir dan gaya hidup mereka.
Pada umumnya ada perbedaan antara
pola piker dan gaya hidup antara
orang desa dan kota. Oleh karena itu
sedapat mungkin seorang guru dalam
mendesain
pembelajaran
merperhatikan
dan
mempertimbangkan factor lingkungan
geografis yang berbeda tersebut.
Berlakunya kaidah dalam suatu
kelompok masyarakat atau manusia
bergantung pada kekuatan kaidah
tersebut sebagai petunjuk tentang
cara-cara seseorang untuk berlaku dan
bertindak.
Artinya
kebudayaan
berfungsi selama anggota masyarakat
menerimanya
sebagai
petunjuk
perilaku yang pantas. Diakui secara
umum bahwa kebudayaan merupakan
unsur
penting
dalam
proses
pembangunan suatu bangsa. Lebihlebih jika bangsa itu sedang
membentuk watak atau kepribadian
yang lebih serasi dengan tantangan
zaman.
Kemajuan
dalam
bidang
teknologi komunikasi masa dan
tranportasi,
membawa
pengaruh
teradap intensitas kontak budaya antar
suku maupun dengan kebudayaan dari
luar. Terjadinya kontak budaya asing
bukan
hanya
menyebabkan
intensitasnya menjadi lebih besar,
2. Dampak hasil evaluasi terhadap
kondisi psikologis siswa yang
berasal dari desa dan kota di
MTsN Jogorogo Kabupaten Ngawi
Kota Ngawi
Faktor lingkungan sangat
menentukan tugas guru pada tahap
sebelum pengajaran dalam menyusun
satuan pelajaran. Faktor ini harus
mendapat perhatian yang serius, sebab
52
Media Prestasi
Jurnal Ilmiah STKIP PGRI Ngawi
Vol.12 No.2(2013)p40-p55 Pendidikan
tetapi
juga
penyebarannya
berlangsung dengan cepat dan luas
jangkauannya. Terjadilah perubahan
orentasi budaya yang kadang-kadang
menimbulkan dampak terhadap tata
nilai
masyarakat
yang
sedang
menumbuhkan identitasnya sendiri
sebagai bangsa.
Di
samping
melahirkan
perbedaan kecenderungan kondisi
karakter baik introverts maupun
ekstroverts,
selain
itu
kondisi
perbedaan letak geografis juga dapat
berpengaruh terhadap status social.
Karena tingkat pertumbuhan dan
percepatan ekonomi antara masyarakat
pedesaan dan perkotaan terjadi
perbedaan.
Sehingga
mobilisasi
perekonomian masyarakat perkotaan
lebih besar jika dibandingkan dengan
masyarakat pedesaan.
Hal
mendasar
yang
berpengaruh
besar
terhadap
keberhasilan proses interaksi sosial
seseorang adalah kondisi sosial
budaya yang ada pada komunitas
masyarakat. Sosial budaya sebenarnya
memiliki makna yang sangat luas.
Namun dalam konteks ini budaya
lebih dikhususkan pada aspek nilai,
norma, keyakinan keagamaan dan
segenap yang berhibungan dengan
penilaian baik dan tidak baik.
Melihat realitas yang demikian
hendaknya pihak sekolah memiliki
daya sensitifitas (kepekaan) dan
akhirnya mencarikan solusi yang
terbaik sehingga proses belajar
mengajar yang diselenggarakan oleh
lembaga pendidikan tersebut dapat
berjalan dengan lancar dan dapat
mencapai hasil pembelajaran yang
optimal meskipun peserta didiknya
berasal dari lingkungan geografis yang
berbeda.
Upaya yang dapat dilakukan
oleh
pihak
sekolah
terhadap
permasalahan kondisi psikologis siswa
yang diakibatkan oleh adanya
perbedaan latar belakang lingkungan
antara
lain
adalah
pemberian
pemahaman yang tentang pada
dasarnya setiap orang memiliki
kelebihan dan kelemahan, selanjutnya
memberikan motivasi dan penguatan
agar mereka memiliki semangat atau
moboliasi belajar yang kuat. Sehingga
akhirnya dampak dari perbedaan
tersebut
akan
hilang
dengan
sendirinya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada
dasarnya
dampak
penerimaan hasil evaluasi belajar
(raport) terhadap siswa yang diterima
secara merata oleh siswa MTsN
Jogorogo Kabupaten Ngawi, terutama
ketika mereka masih berada di kelas
VII (satu). Karena pada masa itu
mereka masih menjalani masa
adaptasi
dan
interaksi
dengan
lingkungan yang baru. Siswa yang
memperoleh nilai baik merasa
semakin
termotivasi
untuk
meningkatkan prestasi mereka dan
semakin percaya pada diri sendiri.
Sedang mereka yang memperoleh
nikai kurang baik, mereka merasa
minder dan kurang percaya pada diri
53
Media Prestasi
Jurnal Ilmiah STKIP PGRI Ngawi
Vol.12 No.2(2013)p40-p55 Pendidikan
sendiri. Bahkan tidak sedikit diantara
mereka yang merasa takut pulang ke
rumah khawatir dimarahi oleh orang
tua mereka.
Secara umum memang ada
perbedaan dampak penerimaan hasil
evaluasi belajar (raport) di MTsN
Jogorogo Kabupaten Ngawi antara
anak yang memiliki latar belakang
kondisi lingkungan geografis dari kota
dan desa. Hal itu disebabkan oleh
adanya orentasi dan persepsi yang
berbeda diantara mereka. Pada
umumnya siswa yang berasal dari kota
lebih bersifat ekstrovers dalam
menerima dampak tersebut, sehingga
mereka cenderung lebih cepat dalam
mengatasi
dampak
tersebut.
Sedangkan siswa yang berasal dari
desa
cenderung
lebih
bersifat
introverts,
sehingga
mereka
membutuhkan waktu yang cukup
untuk mengatasi dampak tersebut.
Namun seiring dengan waktu dan
berbagai upaya yang dilakukan oleh
pihak sekolah akhirnya pada saat
mereka sudah berada pada kelas VIII
dan IX tingkat perbedaan dampak
tersebut sudah mulai berbeda tipis
bahkan sama.
Adapun yang perlu peneliti
sampaikan kepada beberapa pihak,
antara lain sebagai berikut :
Kepada
Pihak
sekolah
hendaknya memperhatikan betul halhal yang berkaitan dengan dampak
penerimaan hasil evaluasi belajar
terhadap siswa, sebab jika hal itu
diabaikan atau tidak segera ditangi
akan menjadi permasalahan yang
serius dan akan menganggangu
kerberhasilan dalam pelaksanaan
proses pembelajaran
Kepada Guru, hendaknya
ketika membuat desain pembelajaran
diupayakan
diminiminalisir
kemungkinan terjadinya dampak
psikologis siswa, dan dipersiapkan
langkah-langkah
konkrit
untuk
mengantisipasinya. Sebab jika kondisi
psikologis siswa terganggu, maka
tidak ada kenyamanan siswa dalam
mengikuti
proses
pembelajaran,
sehingga hal itu dikhawatirkan akan
mengganggu proses pencapaian hasil
pembelajaran yang optimal
Bagi
orang
tua,
juga
diharapkan keterlibatan partisipasinya
secara aktif sehingga hal-hal yang
terjadi terhadap anaknya terkait
dengan dampak psikologis tersebut
dapat diantisipasi dan dicarikan solusi
yang efektif, tentunya bekerjasama
dengan pihak sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Alisyahbana, S. Takdir, 1986.
Antropolgi Baru, Jakarta :
Dian Rakyat
Ancok, Djamaluddin, 2001. Psikologi
Islami, Yogjakarta : Pustaka
Pelajar
Azwar, Syaifuddin, 2001. Metode
Penelitian Sosial, Yogjakarta:
Pustaka Pelajar
54
Media Prestasi
Jurnal Ilmiah STKIP PGRI Ngawi
Vol.12 No.2(2013)p40-p55 Pendidikan
C.M,Toha, 1990. Teknik Evaluasi
Pendidikan, Jakarta : Raja
Grafindo Persada
Penerapannya,
UMM Press
Malang
:
Partanto, Pius A. , 1994 . Kamuis
Ilmiah Populer,
Surabaya:
Arkola
Gerungan, W.A, 1991. Psikologi
Sosial, PT Eresco, Bandung
Hadi, Sutrisno, Metodologi Research
2, Yogjakarta: FPSI, 1987.
Saifullah, Ali, 1982.
Pendidikan
Pengajaran & Kebudayaan,
Surabaya : Usaha Nasional
Hadi, Sutrisno, Metodologi Research,
Yogjakarta: Andi Offset, 1991.
Saputra, Suprihadi, 2003. Strategi
Pembelajaran, Malang : UNM
Press
Hasibuan, J.J., Proses Belajar
Mengajar, (Bandung : Rosda
Karya, 2002).
Soekanto, Soerjono, 1993. Sosiologi
Suatu Pengantar, Jakarta :
Raja Grafindo Persada
Kartono, Kartini, Gangguan –
Gangguan Psikis, Bandung :
Sinar Baru, 1981.
Soemardjan, Selo dan Soelaiman
Soemardi, 1964. Setangkai
Bunga Sosiologi, Jakarta : Fak.
Ekonomi UI
Kuntowijoyo, 1999. Budaya &
Masyarakat, Yogyakarta : Tiara
Wacana
Suwarno, 2001.Pengantar Umum
Pendidikan, Jakarta : Aksara Baru
Team Dedaktik Metodik IKIP Malang,
1995. Pengantar Pendidikan,
Malang : TD IKIP
Moleong, Lexy J., 1993. Penelitian
Kualitatif, Bandung : Remaja
Rosda Karya
Mundzir, S dan A.J.E. Toenlieo. ,
2004. Pendekatan Dan Teknik
Pengelolaan Kelas, Malang :
UNM Press
Usman, M. Uzer, 2003. Menjadi Guru
Profesional,
Bandung
:
Remaja Rosda Karya
Mustopo, H. Habib, 1988. Ilmu
Budaya Dasar, Surabaya : Usaha
Wiyono, Bambang Budi, 2004.
Evaluasi Pembelajaran, Malang
UNM
Notosoedirdjo,
Moeljono,
2001.
Kesehatan Mental, Konsep dan
55
Download