HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN SELF

advertisement
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN SELF REGULATED LEARNING
PADA SISWA SMP HOMESCHOOLING
(Correlation Between Social Support and Self Regulated Learning
Among Homeschooling Students)
Nur Inayatul Fauziah
Fakultas Psikologi Universitas Semarang
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris hubungan antara dukungan sosial
dan self-regulated learning pada siswa SMP Homeschooling di Homeschooling Kak Seto
(HSKS) Semarang. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan yang
positif antara dukungan sosial dengan self-regulated learning pada siswa SMP Homeschooling.
Subjek dalam penelitian ini berjumlah 35 orang siswa Homeschooling Kak Seto (HSKS)
Semarang. Penelitian ini menggunakan metode studi populasi.
Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan dua skala, yaitu Skala Self Regulated
Learning pada siswa SMP Homeschooling dan Skala Dukungan Sosial. Analisis data dilakukan
dengan menggunakan teknik Korelasi Product Moment. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ada hubungan positif yang sangat signifikan antara dukungan sosial dengan self regulated
learning pada siswa SMP Homeschooling pada siswa SMP Homeschooling yang ditunjukkan
dengan nilai rxy = 0,501 dan (p < 0,01), sehingga hipotesis dalam penelitian ini diterima.
Kata Kunci : self regulated learning pada siswa SMP Homeschooling, dukungan sosial
Abstract
This study want to determine correlation between social support and self-regulated
learning among students in Homeschooling Kak Seto (HSKS) Semarang. The hypothesis is a
positive correlation between social support and self-regulated learning on students
Homeschooling. Subjects in this study was 35 students Homeschooling Kak Seto (HSKS)
Semarang. The research using population study.
This study data was collected using two scales, Self Regulated Learning Scale among
students Homeschooling and Social Support Scale. Data analysis using Product Moment
Correlation. The Results showed that there was a significant correlation between social support
and self-regulated learning on Homeschooling students that indicated by rxy = 0.501 and (p
<0.01), so this hypothesis is accepted.
Key words: self-regulated learning on homeschooling students, social support
28
Homeschooling mengharuskan peserta didik
Pendahuluan
Keberadaan
homeschooling
memiliki
dasar
untuk
belajar
sendiri
sesuai
yang
mana
dengan
tujuan
hukum yang jelas di dalam undang-undang 1945
homeschooling
maupun di dalam UU No. 23 Tahun 2003 mengenai
mengajarkan peserta didik agar belajar sendiri,
sistempendidikan nasional. Sekolah (TK, SD, SMA,
mengajarkan peserta didik bertanggung jawab untuk
dan perguruan tinggi) disebut jalur pendidikan
belajar
formal, pendidikan nonformal didefinisikan secara
mengemukakan
terstruktur
sedangkan
education adalah menjadi mandiri dalam memenuhi
informal
kebutuhan akan pengetahuan. Anak dibiasakan
(Sumardiono, 2007: 55). Saat ini jumlah keluarga
untuk mampu menemukan sumber pembelajaran
yang
terus
sendiri, dimana waktu belajarnya dipilih secara
bertambah. Menurut Ella Yulaelawati, Direktur
mandiri oleh anak sesuai kesiapan dan kebutuhan,
Pendidikan
mengatur
homeschooling
dan
berjenjang,
disebut
melaksanakan
Kesetaraan
pendidikan
homeschooling
Depdiknas
(dalam
Sumardiono, 2007: 27), di Indonesia ada sekitar
sendiri.
Magdalena
tujuan
lingkungan
homeschooling
(2010:
167)
pembelajaran
home
belajar
serta
mampu
memantau kemajuan diri.
1000-1500 siswa homeschooling. Di Jakarta ada
Kemampuan-kemampuan tersebut disebut self
sekitar 600 siswa, sebagian besar diantaranya
regulated learning atau regulasi diri dalam belajar
(sekitar 500 siswa) adalah homeschooling majemuk.
(Deasyanti dan Anna, 2007: 13). Zimmerman
Jumlah sebenarnya tidak diketahui dengan pasti,
(1990: 4) menegaskan bahwa individu yang bisa
tapi diperkirakan masih lebih besar lagi. Jumlah
dikatakan self-regulated learners adalah individu
siswa homeschooling di Homeschooling Kak Seto
yang
(HSKS) Semarang ada sekitar 138 siswa, yang
behavioral aktif ikut serta dalam proses belajar.
terdiri dari 87 siswa dengan program komunitas dan
Individu tersebut dengan sendirinya memulai usaha
51 siswa program distance learning. Fokus kajian
belajar
dalam
SMP
pengetahuan dan keahlian yang diinginkan tanpa
Homeschooling Kak Seto (HSKS) Semarang, yang
bergantung pada guru, orang tua, dan orang lain.
berusia 12-15 tahun. Peneliti menggunakan siswa
Inilah yang diharapkan ada pada diri anak
SMP Homeschooling Kak Seto (HSKS) Semarang
homeschooling agar mampu lebih mandiri dalam
dikarenakan siswa SMP masih labil secara emosi,
belajar dan memiliki self regulated learning yang
sehingga dalam belajar masih sulit dalam mengelola
baik. Umumnya, siswa yang berhasil adalah siswa
dorongan untuk menunda waktu belajar.
yang menggunakan strategi self-regulated learning
penelitian
ini
adalah
siswa
secara
secara
metakognisi,
langsung
motivasional,
untuk
dan
memperoleh
dan sebagian besar sukses di sekolah.
29
Hasil wawancara terhadap lima siswa SMP
ini terjadi karena anak homeschooling sebagai
homeshooling, menunjukkan kurang spesifiknya dan
individu merupakan makhluk sosial yang senantiasa
sedikitnya strategi belajar yang diterapkan. Adapun
membutuhkan
strategi belajar yang diterapkan anak homeschooling
hidupnya. Sarafino (dalam Smet, 1994: 136)
antara lain hanya membaca modul sesuai materi
memberikan
yang diperintahkan untuk dibaca oleh tutor, mencari
dukungan sosial mengacu pada kesenangan yang
bahan materi dari internet, mengerjakan tugas jika
dirasakan, penghargaan akan kepedulian, atau
ada tugas dari tutor. Hal ini menunjukkan bahwa
membantu orang menerima dari orang-orang atau
anak homeschooling kurang memiliki kemampuan
kelompok-kelompok lain. Schwarzer dan Leppin
untuk
untuk
(dalam Smet, 1994: 135) mengungkapkan bahwa
memperoleh pengetahuan secara mandiri dalam
dukungan sosial dapat dilihat sebagai fakta sosial
proses
atas dukungan yang sebenarnya terjadi atau
mengelola
dirinya
belajarnya.
secara
Sehingga
aktif
mempengaruhi
kehadiran
definisi
dukungan
kepada
bahwa
pelajaran dan hasil belajar pada anak homeschooling.
(perceived support) dan sebagai kognisi individu
seseorang sehingga melakukan self regulated
lain
sosial
dalam
diberikan
sosial kognitif terdapat tiga hal yang mempengaruhi
orang
lain
kemampuan pemahaman terhadap suatu materi
Menurut Zimmerman (1990: 180) dalam teori
oleh
orang
individu
mengacu pada persepsi terhadap dukungan yang
diterima (received support).
Dukungan
keluarga
merupakan
dukungan
learning, yakni individu, perilaku dan lingkungan.
sosial pertama yang diterima seseorang karena
Faktor individu meliputi pengetahuan, tujuan yang
anggota keluarga adalah orang-orang yang berada di
ingin dicapai, kemampuan metakognisi serta efikasi
lingkungan paling dekat dengan diri individu dan
diri. Faktor perilaku meliputi behavior self reaction,
memiliki kemungkinan yang besar untuk dapat
personal self reaction serta environment self
memberikan bantuan. Menurut Gottlieb (dalam
reaction. Sedangkan faktor lingkungan dapat berupa
Smet, 1994: 35) dukungan sosial terdiri dari
lingkungan fisik maupun lingkungan sosial, baik
informasi atau nasehat verbal/nonverbal, bantuan
lingkungan
sekolah,
nyata atau tindakan yang diberikan oleh keakraban
lingkungan pergaulan dan sebagainya. Salah satu
sosial atau didapat karena kehadiran seseorang dan
yang kemungkinan dapat mempengaruhi self-
mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku
regulated learning dalam faktor lingkungan adalah
bagi pihak penerima. Dukungan keluarga berperan
dukungan sosial.
penting karena dukungan keluarga bisa membuat
keluarga,
lingkungan
Dukungan sosial sangat berperan bagi peserta
didik homeschooling dalam proses pembelajaran
siswa
homeschooling
merasa
diperhatikan,
dipedulikan dan semangat untuk lebih giat belajar.
yang dapat mempengaruhi prestasi belajarnya. Hal
30
Keberadaan teman bagi anak homeschooling
yang
sedang
menghadapi
dalam
penting bagi anak homeschooling sebagai pemberi
memahami suatu mata pelajaran, juga dapat
dukungan dan motivasi yang dapat mempengaruhi
membantu
memahami
keberhasilan pembelajaran di homeschooling agar
pelajaran secara menyeluruh, menemukan cara
tetap belajar dengan giat secara mandiri dan mampu
mudah dalam belajar dan menyelesaikan tugas
memahami
dengan baik. Manan (dalam Ristianti, 2008: 24)
Kenyataannya, masih terdapat peserta didik yang
mengatakan bahwa dukungan dari teman sebaya
belajar jika suasana hatinya sedang baik, belajar jika
akan membuat individu merasa keberadaan dan
ada tugas atau ujian bahkan lupa belajar untuk
kemampuan dirinya diakui. Keakraban dengan cara
mempersiapkan menghadapi ujian.
anak
kesulitan
yang sulit. Orang tua, teman dan tutor berperan
homeschooling
membagi pikiran dan perasaan dapat memberikan
semangat
belajar
dan
membantu
anak
homeschooling mengatasi kesulitan belajar.
juga
diperlukan
dengan
baik.
Hasil penelitian yang relevan berkaitan dengan
self-regulated learning pada siswa kelas VIII yang
dan Purnamasari, 2011: 25) menunjukkan dukungan
dalam
sosial dari keluarga cenderung tinggi disebabkan
perkembangan belajar peserta didik homeschooling.
karena individu memperoleh kehangatan, perhatian,
Menjaga agar perhatian tetap fokus pada tugas
dorongan, arahan, dan bimbingan dari keluarga
belajar, menyarankan strategi belajar yang efektif,
apabila mengalami kesulitan belajar. Pemenuhan
dan memonitor kemajuan belajar merupakan wujud
kebutuhan
dukungan
kegiatan
tutor
sangat
pelajaran
ditinjau dari dukungan sosial keluarga (Adicondro
Selain dukungan keluarga dan teman, peran
tutor/guru
materi
kepada
peserta
didik
fasilitas
individu
belajar
dan
yang
adanya
mendukung
pujian
bila
homeschooling. Komunikasi yang baik antara tutor
memperoleh prestasi. Dukungan sosial dari keluarga
dengan peserta didik homeschooling dapat membuat
tinggi akan meningkatkan self-regulated learning.
peserta didik merasa nyaman, aman, dan termotivasi
Dukungan sosial yang diterima oleh anak
kembali ketika mengalami masalah yang dapat
homeschooling, baik dari keluarga, teman sebaya,
mengganggu kegiatan belajarnya.
maupun tutor diharapkan dapat membuat anak
Berdasarkan hasil wawancara terhadap lima
anak
homeschooling
bahwa
memperbaiki kemampuan self-regulated learning.
homeschooler mendapatkan dukungan sosial berupa
Anak homeschooling yang menerima dukungan
support,
maupun
sosial diharapkan mampu mengelola secara efektif
dukungan seperti membantu mencari cara yang
pengalaman belajarnya sendiri di dalam berbagai
lebih mudah untuk memahami suatu mata pelajaran
cara sehingga mencapai hasil belajar yang optimal.
motivasi,
menunjukkan
homeschooling lebih semangat untuk belajar dan
nasehat,
sharing
31
Kenyataannya, fenomena yang ditemui peneliti
efektivitas belajar, dan tergantung pada proses
menunjukkan masih terdapat anak Homeschooling
motivational. Siswa memilih mengatur sendiri dan
Kak Seto Semarang kurang memiliki self regulated
menggunakan strategi self-regulated learning untuk
learning yang baik dan kemauan untuk belajar
mencapai
masih berdasarkan mood sehingga hasil belajarnya
berdasarkan umpan balik terhadap efektivitas
kurang optimal. Berdasarkan uraian-uraian diatas,
belajar dan kemampuan siswa (Zimmerman, 1990:
maka peneliti tertarik melakukan suatu penelitian
6).
hasil
akademik
yang
diinginkan
yang bertujuan untuk menguji hubungan antara
Undang-Undang Negara Republik Indonesia
dukungan sosial dengan self-regulated learning
No. 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 menyebutkan
pada anak HSKS Semarang.
bahwa salah satu jenjang pendidikan formal di
Self Regulated Learning pada Siswa SMP
Indonesia adalah jenjang pendidikan SMP. Pada
Homeschooling
tingkat SMP individu berada pada rentang masa
Self-regulated learning adalah memunculkan
dan memonitor sendiri pikiran, perasaan, dan
perilaku untuk mencapai suatu tujuan (Santrock,
remaja awal. Batasan usia bagi remaja awal adalah
usia 12 - 15 tahun (dalam Monks, dkk, 2002: 262).
Berdasarkan uraian tersebut diketahui bahwa
2007: 296). Boekaerts (dalam Cheng, 2011: 4)
self-regulated
mendefinisikan self-regulated learning sebagai
Homeschooling merupakan suatu cara atau proses
serangkaian proses kognitif dan afektif yang saling
bagaimana individu pada rentang 12-15 tahun
berkaitan yang beroperasi bersama komponen
mengontrol,
berbeda dari sistem pengolahan informasi. Pintrich
pembelajarannya
(dalam Cheng, 2011: 3) menyatakan bahwa self-
pengorganisasian, pengarahan diri, pemantauan diri,
regulated learning merujuk pada strategi yang
mengevaluasi diri dengan mengaktifkan kognitif,
digunakan siswa untuk mengatur kognisi dan
afektif, perilaku sehingga tercapai tujuan belajar.
mengelola sumber, yang berarti mengelola dan
learning
pada
mengarahkan
sendiri
siswa
dan
dalam
SMP
mengatur
perencanaan,
Menurut Zimmerman (1990: 4), terdapat tiga
mengendalikan lingkungan. Pintrich menganggap
area dalam self-regulated learning, antara lain:
bahwa kegiatan regulasi diri bertindak sebagai
a. Metakognitif
mediator antara peserta didik, lingkungan, dan
Peserta didik mengatur sendiri rencana tujuan
performa belajar siswa secara keseluruhan. Self-
pendidikan
(self-regulated
regulated
menetapkan
tujuan
learning
siswa
meliputi
tiga
ciri:
(set
learners
goals),
plan),
mengatur
learning,
(organize), memantau diri (self-monitor), dan
respon terhadap umpan balik self-oriented tentang
mengevaluasi diri (self-evaluate) atas berbagai hal
menggunakan
strategi
self-regulated
selama proses akuisisi. Proses ini memungkinkan
32
siswa
menjadi
berpengetahuan
sadar
diri
(self-aware),
(knowledgeable),
dan
menentukan pendekatan siswa untuk belajar.
dapat
membuat
perubahan
adaptif
dalam
pembelajaran.
b. Motivasi dan Afeksi
b. Motivasi
Upaya untuk mengendalikan self-efficacy melalui
Motivasi menunjukkan siswa memiliki self-
penggunaan positif self-talk (misalnya, "Aku tahu
efficacy tinggi, self-atribusi, dan minat terhadap
aku bisa melakukan tugas ini”). Siswa dapat
tugas intrinsik. Siswa mengawali diri (self-
mencoba untuk mengendalikan afeksi dan emosi
starter) dengan menunjukkan upaya luar biasa
melalui penggunaan berbagai strategi coping yang
dan ketekunan selama belajar.
membantu
mengatasi
ketakutan
dan
c. Behavioral
afeksi
kecemasan.
negatif
Siswa
seperti
berusaha
Pembelajar memilih pembelajaran yang diatur
mengubah atau mengendalikan motivasi dalam
sendiri,
rangka untuk menyelesaikan tugas yang mungkin
dan
menciptakan
lingkungan
yang
mengoptimalkan pembelajaran, mencari saran,
informasi,
dan
tempat-tempat
yang
paling
membosankan atau sulit.
c. Behavior
mungkin untuk belajar, menginstruksikan diri
Regulasi behavior merupakan aspek regulasi diri
selama penerimaan dan memperkuat diri selama
yang
pelaksanaan.
mengendalikan perilaku, seperti perencanaan
Pintrich (2004: 389) menyatakan kerangka self-
melibatkan
upaya
individu
untuk
yang disengaja, dan perilaku yang direncanakan.
regulated learning terdiri dari empat area berikut:
Siswa berupaya untuk mengendalikan usaha agar
a. Kognisi
melakukannya dengan baik, membuat manajemen
Siswa
terlibat
dalam
pembuatan
rencana,
waktu dimana melibatkan pembuatan jadwal
memonitor, dan mengatur kognisi. Perencanaan
untuk belajar dan mengalokasikan waktu untuk
dan kegiatan berpikir mencakup penetapan target
kegiatan berbeda. Siswa juga dapat membuat
secara spesifik atau tujuan kognitif dalam
keputusan
pembelajaran, mengaktifkan pengetahuan prior
bagaimana siswa akan mengalokasikan usaha dan
tentang materi yang dipelajari, serta mengaktifkan
intensitas pekerjaannya.
dan
pengetahuan metakognitif siswa mungkin tentang
d. Konteks
tugas atau diri mereka sendiri. Aspek penting dari
Kontrol
regulasi kognisi adalah pemantauan kognisi.
melibatkan
Siswa
harus
kontekstual
upaya
dan
untuk
tujuan
proses
tentang
regulasi
mengontrol
atau
dan
memantau
menyusun lingkungan dengan cara-cara yang
tujuan,
memonitor
memfasilitasi tujuan dan penyelesaian tugas.
belajarnya dan pemahaman terhadap materi, agar
Dalam self-regulated learning, banyak pemodelan
kemajuannya
menyadari
membentuk
terhadap
33
yang termasuk strategi untuk membentuk atau
menyatakan bahwa terdapat beberapa sumber
mengontrol atau menyusun lingkungan belajar
dukungan sosial yang diterima individu, yaitu
sebagai strategi penting untuk pengaturan diri.
keluarga dan teman sebaya. Rodin dan Salovey
Berdasarkan jurnal Kosnin (2007: 221) untuk
(dalam Smet, 1994: 133) menjelaskan bahwa
mengukur self-regulated learning digunakan alat
keluarga adalah sumber dukungan yang penting
ukur
karena keluarga merupakan tempat pertumbuhan
Motivated
Strategies
for
Learning
Questionnaires (MSLQ) yang dikembangkan oleh
dan perkembangan individu.
Pintrich dengan memanfaatkan tiga komponen
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan
strategi motivasional (nilai, harapan, dan afektif)
bahwa dukungan sosial merupakan suatu fungsi
dan dua komponen strategi pembelajaran (kognitif
pertalian atau ikatan didalam lingkungan yang
dan
manajemen
terdiri dari informasi atau nasehat berbentuk verbal
strategi). Selanjutnya, alat ukur MSLQ tersebut
atau non-verbal yang diperoleh dari interaksi
akan digunakan peneliti dalam penyusunan alat
dengan lingkungan, dimana memiliki manfaat
ukur untuk mengungkap self-regulated learning.
emosional atau efek perilaku sehingga seseorang
Dukungan Sosial
merasakan adanya kesenangan dan penghargaan
metakognitif,
serta
sumber
134)
serta merasa dicintai, diperhatikan, nyaman dan
dukungan sosial adalah salah satu diantara fungsi
berharga serta dapat membantu mengurangi beban
pertalian (ikatan) sosial. Segi-segi
permasalahan yang sedang dialami.
Menurut
Rook
(dalam
Smet,
1994:
fungsional
mencakup dukungan emosional, mendorong adanya
ungkapan
perasaan,
pemberian
nasehat
atau
Ada empat jenis dukungan sosial yang dikemukan
oleh House (dalam Smet, 1994: 136). Jenis-jenis
informasi dan pemberian bantuan material. Ikatan
dukungan sosial tersebut antara lain:
sosial dan persahabatan dengan orang lain atau
a. Dukungan emosional
orang
yang
dianggap
sebagai
aspek
yang
Mencakup
ungkapan
empati,
kepedulian,
memberikan kepuasan secara emosional dalam
perhatian terhadap individu yang bersangkutan
kehidupan
serta memberikan rasa aman, rasa saling memiliki
individu.
Ikatan-ikatan
sosial
menggambarkan tingkat dan kualitas umum dari
hubungan interpersonal. Cohen dan Wills (dalam
dan dicintai.
b. Dukungan penghargaan
Bishop, 1994: 170) mengatakan bahwa dukungan
Terjadi lewat ungkapan hormat atau penghargaan
sosial adalah semacam bantuan atau pertolongan
yang positif bagi individu, dorongan untuk maju
dan dorongan yang diterima individu dari interaksi
atau gagasan perasaan individu dan perbandingan
dengan
individu tersebut dengan individu yang lain yang
orang
lain.
Santrock
(2003:
548)
34
kurang mampu atau lebih buruk keadaannya atau
dengan self-regulated learning pada siswa SMP
menambah penghargaan diri.
Homeschooling, yaitu semakin kuat dukungan sosial
c. Dukungan instrumental
yang diterima siswa SMP Homeschooling maka self-
Mencakup bantuan langsung sesuai dengan yang
regulated learning yang dimiliki siswa SMP
dibutuhkan oleh seseorang, seperti kalau orang-
Homeschooling semakin baik, dan sebaliknya.
orang memberi pinjaman uang kepada orang itu
atau menolong dengan pekerjaan.
Batasan populasi untuk penelitian ini adalah
peserta didik tingkat SMP Homeschooling Kak Seto
d. Dukungan informatif
(HSKS) Semarang yang berjumlah 35 siswa dan
Mencakup memberi nasehat, petunjuk-petunjuk,
mengikuti
saran-saran atau umpan balik.
Penelitian ini menggunakan dua skala, yaitu Skala
Menurut
Ritter
(dalam
Smet,
1994:
program
komunitas
homeschooling.
134)
Self-Regulated Learning pada Anak Homeschooling
dukungan sosial dapat diklasifikasikan berdasarkan
dan Skala Dukungan Sosial. Teknik analisis data
segi-segi struktural dan segi-segi fungsional. Segi
yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah
struktural ini meliputi pengaturan hidup, frekuensi
teknik Korelasi Product Moment oleh Pearson.
dalam melakukan hubungan, serta keikutsertakan
dalam
jaringan
sosial.
Segi-segi
fungsional
mencakup dukungan emosional, dorongan untuk
mengungkapkan perasaan, pemberian nasehat atau
Hasil dan Pembahasan
Hasil analisis data yang diperoleh diketahui
bahwa rxy = 0,501
p = 0,002 (p < 0,01) sehingga
hipotesis dalam penelitian ini diterima. Hal ini
informasi maupun batasan secara material.
Berdasarkan teori tersebut, jenis dukungan sosial
yang dijadikan acuan untuk pembuatan alat ukur
dalam penelitian ini meliputi dukungan emosional,
dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dan
menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang
sangat signifikan antara dukungan sosial dengan self
regulated learning pada siswa SMP homeschooling
pada siswa SMP homeschooling. Hasil penelitian ini
berarti mendukung pendapat Zimmerman (1990:
dukungan informatif.
190) bahwa salah satu faktor yang berpengaruh
Metode Penelitian
terhadap self regulated learning adalah faktor
Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara
lingkungan. Self-control akan dimunculkan kembali,
empiris hubungan antara dukungan sosial dan self-
muncul dari pengalaman sosialisasi dimana tindakan
regulated learning pada anak homeschooling di
regulasi diri dimodelkan dan dijelaskan pada
Homeschooling
Semarang.
awalnya, kemudian diberlakukan dengan dukungan
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah
sosial, dan akhirnya dilakukan sendiri. Dukungan
ada hubungan yang positif antara dukungan sosial
sosial yang diterima oleh siswa homeschooling, baik
Kak
Seto
(HSKS)
35
dari orangtua, teman ataupun tutor akan memberikan
prestasi. Dukungan sosial dari keluarga tinggi akan
pengalaman yang berarti bagi siswa homeschooling
meningkatkan self-regulated learning.
dalam meregulasi diri, sehingga nantinya akan
mampu secara mandiri meregulasi dirinya sendiri.
Hasil penelitian yang dilakukan Tarmidi dan
Rambe (2010: 219) menunjukkan bahwa ada
Gottlieb (dalam Smet, 1994: 135) menyatakan
hubungan antara dukungan sosial orangtua dengan
bahwa dukungan sosial adalah informasi atau
kemandirian belajar. Ini berarti bahwa semakin
nasehat verbal dan non verbal, bantuan nyata atau
tinggi dukungan sosial orangtua maka akan diikuti
tindakan yang diberikan oleh keakraban sosial atau
pula dengan semakin tinggi kemandirian belajar, dan
didapat karena kehadiran orang lain dan mempunyai
sebaliknya jika semakin rendah dukungan sosial
manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak
orangtua maka semakin rendah pula kemandirian
penerima. Individu yang mendapatkan dukungan
belajarnya. Dukungan sosial yang diterima siswa
sosial percaya bahwa seseorang tersebut dicintai dan
SMP homeschooling akan dapat menumbuhkan
diperhatikan, dihargai dan berharga, serta menjadi
keyakinan
bagian dari kelompok sosial, seperti keluarga atau
homeschooling mampu mengatur secara mandiri
komunitas. Anak homeshooling yang mendapatkan
setiap kebutuhan dalam proses belajar, sehingga
dukungan sosial, baik dari keluarga, teman ataupun
siswa
tutor akan dapat mengatasi setiap bentuk kesulitan
menunjukkan self regulated learning yang baik.
yang
dialami
karena
adanya
informasi
dalam
SMP
diri
bahwa
homeschooling
siswa
dapat
SMP
semakin
yang
Hasil penelitian yang dilakukan Febrianela (2013:
diberikan oleh keluarga, teman ataupun tutor. Anak
211) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
homeshooling akan semakin mampu mengatur segala
signifikan antara self regulated learning (SRL)
sesuatunya sendiri, sehingga tujuan utama dalam
dengan prestasi akademik siswa. Apabila self
belajar dapat tercapai.
regulated learning (SRL) semakin tinggi, maka
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
prestasi akademik siswa juga semakin tinggi, dan
yang dilakukan Adicondro dan Purnamasari (2011:
apabila self regulated learning (SRL) semakin
25) yang menunjukkan bahwa dukungan sosial dari
rendah, maka prestasi akademik siswa juga semakin
keluarga
cenderung
karena
rendah. Self regulated learning pada siswa SMP
individu
memperoleh
perhatian,
homeschooling menentukan dalam keberhasilan
dorongan, arahan, dan bimbingan dari keluarga
proses belajar yang dilakukan, terutama dalam
apabila mengalami kesulitan belajar. Pemenuhan
pencapaian
kebutuhan fasilitas belajar yang mendukung kegiatan
learning pada siswa SMP homeschooling dapat
individu dan adanya pujian bila memperoleh
menjadikan siswa SMP homeschooling mampu
tinggi
disebabkan
kehangatan,
prestasi
belajarnya.
Self
36
regulated
menentukan langkah yang harus dilakukan agar
sosial yang diterima siswa SMP homeschooling
dapat mengikuti proses belajar mengajar dengan
maka self-regulated learning yang dimiliki siswa
lancar.
SMP homeschooling semakin baik dan sebaliknya,
Rodin dan Salovey (dalam Smet, 1994: 133)
menjelaskan
bahwa
keluarga
adalah
sumber
dukungan yang penting karena keluarga merupakan
tempat pertumbuhan dan perkembangan individu.
Selain itu keluarga merupakan tumpuan harapan,
tempat bercerita dan mengeluarkan keluhan-keluhan
bila individu mengalami persoalan. Selain itu, teman
sebaya dan teman juga memiliki peranan penting
dalam tingkah laku sehat remaja. Individu yang
memiliki kawan-kawan yang baik dan membantu
sehingga hipotesis dalam penelitian ini diterima.
Daftar Pustaka
Adicondro, N. dan Purnamasari, A. 2011. Efikasi
Diri, Dukungan Sosial Keluarga dan Self
Regulated Learning pada Siswa Kelas VIII.
Humanitas. Vol. VIII No 1, Hal 17.
Bishop, G. D. 1994. Health Psychology: Integrating
Mind and Body. Boston: Allyn and Bacon.
Cheng, E.C.K. 2011. The Role of Self-Regulated
Learning in Enhancing Learning Performance.
The International Journal of Research and
Riview. Vol. 6 Issue 1.
meringankan beban yang dihadapi. Bagi siswa SMP
homeschooling dukungan sosial yang diterima, baik
dari keluarga, teman, dan tutor memiliki peran
penting pada self regulated learning (SRL) yang
Deasyanti., dan Anna A.R. 2007. Self Regulation
Learning pada Mahasiswa Fakultas Ilmu
Pendidikan
Universitas
Negeri
Jakarta.
Perspektif Ilmu Pendidikan. Vol. 16 Th. VIII, hal
13.
ditunjukkan siswa homeschooling. Dukungan sosial
yang diterima siswa homeschooling dapat membantu
siswa
dalam
menerapkan
mempermudah
mengatur
strategi
waktu
belajar
pemahaman
belajarnya,
khusus
terhadap
untuk
Febrianela, R, B. 2013. Self Regulated Learning
(SL) dengan Prestasi Akademik Siswa
Akselerasi. Jurnal Online Psikologi. Vol. 01. No.
01. Hal. 202-215. Malang: Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang.
pelajaran,
mengatur lingkungan agar mendukung untuk belajar,
memberikan penilaian terhadap hasil pekerjaannya
sendiri, sehingga siswa SMP homeschooling dapat
Kosnin, A. M. 2007. Self-Regulated Learning and
Academic
Achievement
in
Malaysian
Undergraduates.
International
Education
Journal, 2007, 8(1), 221-228. Faculty of
Education, Universiti Teknologi Malaysia.
semakin menunjukkan self regulated learning (SRL).
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil
simpulan bahwa ada hubungan positif antara
dukungan sosial dengan self-regulated learning pada
siswa SMP homeschooling. Semakin kuat dukungan
Magdalena, M. 2010. Anakku tidak (Mau) Sekolah?:
Jangan Takut–Cobalah Homeschooling. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Monks, F.J, Knoers A.M.P & Haditono, S.R. 2002.
Psikologi Perkembangan Pengantar Dalam
Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: University
Press.
37
Pintrich, P. R. 2004. A Conceptual Framework for
Assessing Motivation and Self-Regulated
Learning in College Students. Educational
Psychology Review, Vol. 16, No. 4. Hal. 385-407.
Springer Science.
Ristianti, A. 2008. Hubungan antara Dukungan
Sosial Teman Sebaya dengan Identitas Diri pada
Remaja di SMA Pusaka 1 Jakarta. E-Journal
Psikologi. Fakultas Psikologi, Universitas
Gunadarma. Diakses tanggal 29 Mei 2012.
http://repository.gunadarma.ac.id:8080/handle/12
3456789/15861.
Santrock, J. W. 2003. Adolescence: Perkembangan
Remaja. Alih Bahasa: Dra. Shinto B. Adelar.
Jakarta: Erlangga.
––––––––––––––. 2007. Psikologi Pendidikan. Edisi
Kedua. Jakarta: Kencana.
––––––––––––––. 2009. Psikologi Pendidikan. Edisi
3 Buku 1. Jakarta: Salemba Humanika.
Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta:
Grasindo.
Sumardiono. 2007. Homeschooling A Leap for Better
Learning: Lompatan Cara Belajar. Jakarta: Elex
Media Komputindo.
Tarmidi., dan Rambe, A. R. R. 2010. Korelasi antara
Dukungan Sosial Orangtua dan Self Directed
Learning pada Siswa SMA. Jurnal Psikologi.
Vol. 37. No. 2. Ha. 216-223. Sumatera: Fakultas
Psikologi Universitas Sumatera Utara.
Undang-Undang nomor 20 tahun 2003. Tentang
Sistem Pendidikan Nasional.
Zimmerman, B. J. 1990. Self-Regulated Learning
and Academic Achievement: An Overview.
Lawrence Erlbaum Associates. Educational
Psychologist, 25(1), 3-17.
38
Download