metode penelitian

advertisement
Implementasi Homeschooling dalam Pemenuhan Kebutuhan Belajar Anak Berkebutuhan
Khusus
IMPLEMENTASI HOMESCHOOLING DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN
BELAJAR ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya
[email protected]
Abstrak
Setiap anak berhak memperoleh pendidikan yang layak tanpa memandang status, dan kekurangan pada setiap
individunya, tugas dan kewajiban pemerintah menyiapkan berbagai jenis pendidikan sesuai dengan kebutuhan warga
negaranya tanpa adanya diskriminasi. Jenjang pendidikan yang dipersiapkan pemerintah apapun bentuk pendidikannya
pada dasarnya diselenggarakan dalam membebaskan manusia dari berbagai persoalan hidup yang melingkupinya.
Untuk dapat memeperoleh pendidikan yang layak, salah satunya melalui homeschooling. Homeschooling adalah wadah
belajar yang bisa merangkul dan menerima keberagaman, mendorong keingintahuan dan kreativitas untuk dapat
memenuhi kebutuhan belajar peserta didik khususnya pada anak berkebutuhan khusus. Salah satu homeschooling yang
memberikan layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yaitu Imanuel Homeschooling Surabaya. Fokus dalam
penelitian ini yaitu untuk mengetahui: (1) Bagaimana implementasi komunitas homeschooling dalam pemenuhan
kebutuhan belajar anak berkebutuhan khusus?, (2) Apa saja faktor pendukung implementasi homeschooling dalam
pemenuhan kebutuhan belajar anak berkebutuhan khusus, dan (3) Apa faktor penghambat implemetasi homeschooling
dalam pemenuhan kebutuhan belajar anak berkebutuhan khusus?.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data penelitian menggunakan metode
wawancara mendalam, observasi partisipan, dokumentasi. Subjek penelitian yang meliputi: pengelola lembaga
homeschooling, pendidik/tutor dan keluarga homeschooler. Untuk menjamin keterpercayaan/ kebenaran hasil penelitian
kualitatif, penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan, adapaun langkah-langkah dalam analisis data yang meliputi:
reduksi data, display data, verifikasi data dan simpulan sedangkan untuk pemeriksaan data terdapat kriteria dalam
kebenaran hasil penelitian yaitu: Kredibilita, Dependabilitas, Tranferabilitas dan Konfirmabilitas, hal tersebut untuk
mengkaji tentang implementasi homeschooling dalam pemenuhan kebutuhan belajar anak berkebutuhan khusus,
sehingga dengan langkah-langkah tersebut diharapkan mampu mendapatkan hasil yang sesuai.
Hasil penelitian menunjukan bahwa implementasi homeschooling dalam pemenuhan kebutuhan belajar anak
berkebutuhan khusus di Imanuel homeschooling Surabaya dalam pelaksanaan dan proses pembelajarannya didasarkan
pada kebutuhan anak yang berbeda-beda terlebih pada anak berkebutuhan khusus yang disesuaikan dengan tingkat
kemampuan, hambatan yang dialami dan karakter komunikasi yang mengembangkan aspek bakat dan minat agar
kebutuhan akan pendidikannya dapat terpenuhi. Dalam pelaksanaan dan proses pembelajaran homeeschooling terdapat
beberapa faktor pendukung yang meliputi dukungan dari orangtua, program pembelajaran, Pemerintah dan dukungan
dari masyarakat sekitar. Selain terdapat faktor pendukung pembelajaran homeschooling, tidak menutup kemungkinan
juga terdapat beberapa faktor penghambat yang dialami yang meliputi kondisi peserta didik dan kondisi tenaga
pendidik/tutor.
Kata kunci: implementasi homeschooling, pemenuhan kebutuhan belajar
Implementasi Homeschooling dalam Pemenuhan Kebutuhan Belajar Anak Berkebutuhan
Khusus
IMPLEMENTATION HOMESCHOOLING COMMUNITY LEARNING IN MEETING
THE NEEDS CHILDREN WITH SPECIAL NEEDS
YUSNIA ARUM ANGGRAINI
Abstract
Every child has the right to obtain a decent education regardless of their status, and deficiencies in each individual, the
duty of the government is preparing various types of education according to the needs of its citizens without
discrimination. Study level government prepared any form of education is basically organized in freeing people from
various issues of life that surrounded him. In order to obtain a proper education, one through homeschooling.
Homeschooling is a place of learning that can embrace and accept diversity, encourage curiosity and creativity to be
able to meet the needs of learners, especially in children with special needs. One of homeschooling that provide
educational services for children with special needs, namely Emmanuel Homeschooling Surabaya. The focus of this
research is to determine: (1) How is the implementation homeschooling community in meeting the learning needs of
children with special needs ?, (2) What are the factors supporting the implementation of homeschooling in meeting the
learning needs of children with special needs, and (3) What are the factors inhibiting the implementation of
homeschooling in meeting the learning needs of children with special needs ?.This study used a qualitative approach.
Research data collection using in-depth interviews, participant observation, documentation. Subjects studies include:
managing homeschooling institution, educator / tutor and family homeschooler. To ensure the reliability / validity of
qualitative research results, this study was conducted over two months, adapaun steps in data analysis include: data
reduction, data display, data verification and conclusions while for the examination of data contained in the truth of the
results of the study criteria, namely: Kredibilita, dependability, Tranferabilitas and confirmability, it is to learn about the
implementation of homeschooling in meeting the learning needs of children with special needs, so that the measures are
expected to gain appropriate results.The results showed that the implementation of homeschooling in meeting the
learning needs of children with special needs in Immanuel homeschooling Surabaya in implementation and learning
process based on the needs of children of different especially in children with special needs are tailored to the level of
ability, barriers experienced and character to develop aspects of communication talents and interests so that the need for
education can be fulfilled. In the implementation and learning process homeeschooling there are several contributing
factors that include the support of parents, learning programs, the Government and the support of the surrounding
community. In addition there is a learning support factors homeschooling, it is possible there are also several inhibiting
factors include the conditions experienced by the learners and educators condition/Tutor.
Keywords: Implementation of homeschooling, fulfilling the needs of learning
Implementasi Homeschooling dalam Pemenuhan Kebutuhan Belajar Anak Berkebutuhan
Khusus
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap anak yang dilahirkan didunia ini pada
hakekatnya berhak memperoleh pendidikan yang layak
tanpa memandang status, dan kekurangan pada setiap
individunya. seperti yang telah dijelaskan pada UU
Republik Indonesia Nomor 20 pasal 5 ayat (1) dan (2)
yang berbunyi “ Setiap warga negara mempunyai hak
yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu.
Warga negara yang mempunyai kelainan fisik,
emosional, mental, intelektual dan atau sosial berhak
memperoleh pendidikan khusus.”
Jenjang pendidikan yang disiapkan oleh pemerintah
yang tercantum dalam UU Nomor 20 tahun 2003 tentang
SISDIKNAS pasal 13 ayat (1), yang berbunyi “ jalur
pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan
informal yang dapat saling melengkapi dan
memperkaya”. Oleh karena itu, pendidikan apapun
bentuknya dan satuannya pada dasarnya diselenggarakan
dalam membebaskan manusia dari berbagai persoalan
hidup yang melingkupinya. Oleh karena itu apapun
bentuk dan satuannya pada dasarnya diselenggarakan
dalam rangka membebaskan manusia dari berbagai
persoalan hidup yang melingkupinya.
Setiap anak mempunyai hak yang sama untuk
mendapatkan pendidikan dan setiap anak sedapat
mungkin memperoleh pendidikan yang layak bagi diri
mereka, tanpa terkecuali pada anak yang memiliki
keterbatasan dan kekurangan seperti pada anak
berkebutuhan khusus. Pendidikan formal kurang bisa
membantu dalam memenuhi kebutuhan pendidikannya.
Karena pada anak-anak seperti ini harus mendapatkan
pendidikan dan layanan khusus untuk dapat
mengoptimalkan potensi yang ada dalam dirinya.
Jumlah anak berkebutuhan khusus di Indonesia belum
terdata secaran akurat dan spesifik namun dengan melihat
data dari Badan Pusat Statistik di Indonesia tahun 2010
jumlah anak berkebutuhan khusus ada 1,48 juta atau 0,7
persen dari jumlah penduduk. Yang berusia sekolah, 5-8
tahun, ada 21,42 persen, atau 317.016 anak. Anak
berkebutuhan khusus yang sudah memperoleh layanan
pendidikan baik sekolah maupun inklusif baru 28.897
atau 26,15 persen. data itu berarti ada 234.119 atau 73,85
persen anak berkebutuhan khusus di Indonesia yang
belum sekolah. Jumlah total Sekolah Luar Biasa terdapat
1311 sekolah, dengan status negeri 23 persen, atau 301
sekolah. Dan swasta 77 persen atau 1010 sekolah. ini
menunjukan bahwa dalam penyelenggaraan pendidikan
bagi anak berkebutuhan khusus masih belum dominan.
Dan belum merata, cenderung berpusat di pulau Jawa,
Jatim (302), Jabar (203) dan Jateng (109). (Suyanto,2010
www.Bataviase.co.id)
Data di atas menunjukan bahwa masih kurangnya
layanan pendidikan bagi Anak berkebutuhan Khusus
(ABK). Oleh karena itu, pemerintah memberikan
alternatif solusi bagi Anak Berkebutuhan Khusus untuk
dapat mengakses pendidikan dengan layanan khusus pada
anak-anak yang membutuhkan sehingga anak-anak
tersebut tidak kehilangan hak-haknya
Beberapa alternatif solusi yang ditawarkan oleh
pemerintah yakni, membentuk pendidikan sekolah dan
mengajak keluarga untuk berpartisipasi dalam dunia
pendidikan melalui model homeschooling. Alternatif
tersebut telah mendapat persetujuan pemerintah lewat UU
No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Pendidikan luar sekolah dan homeschooling merupakan
salah satu upaya pemerintah dalam menerapkan
pendidikan layanan khusus seperti yang diamanatkan
dalam Undang-undang pendidikan
Dukungan
pemerintah
terhadap
keberadaan
homeschooling juga ditunjukan melalui penandatanganan
nota kesepahaman antara Depdiknas dan Asosiasi
Sekolah Rumah dan Pendidikan Alternatif Indonesia
(Asah Pena) pada tanggal 10 Januari 2007 yang berisi
pengakuan Komunitas Sekolah Rumah sebagai salah satu
bentuk Satuan Pendidikan Kesetaraan. Ketentuan
mengenai
kesetaraan diatur dalam Undang-undang
Nomor 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS, pasal 26 ayat
(6) : “ Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara
dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui
proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang
ditunjukan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah
dengan mengacu pada standar nasional pendidikan”
Sistem
penyelenggaraan
pendidikan
dalam
homeschooling pada umumnya adalah memberikan
kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki
keterbatasan dan memiliki potensi kecerdasan ataupun
bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau
pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara
bersama-sama. Homeschooling merupakan wadah belajar
yang bisa merangkul dan menerima keragaman. Tidak
hanya
mentolelirnya,
tetapi
juga
mendorong
keingintahuan dan kreativitas untuk dapat memenuhi
kebutuhan belajar para peserta didik khususnya pada anak
berkebutuhan khusus.
Bagi anak berkebutuhan khusus peran aktif dan
dukungan dari orang tua sangat dibutuhkan, karena hal
ini sangat menentukan dalam kesehatan dan
perkembangan
pada anak, khususnya dalam
perkembangan belajarnya. Efektivitas berbagai program
penanganan untuk anak berkebutuhan khusus akan sangat
tergantung pada peran serta dan dukungan penuh dari
keluaraga dan masyarakat Hallahan dan Kauffman (2006:
81), penguasaan berbagai kemampuan pada anak akan
mencapai kemajuan yang lebih baik jika pada prosesnya
terdapat kolaborasi antara orangtua dengan para
profesional praktisi pendidikan Hunt dan Marshall (2005
:45).
Pemenuhan kebutuhan belajar anak berkebutuhan
khusus melalui homeschooling memberikan bekal pada
anak ABK untuk dapat mandiri dan memperoleh layanan
pendidikan, karena anak berkebutuuhan khusus memiliki
persamaan hak dan kesempatan sebagaimana anak-anak
yang lain.
Prinsip mendasar dari pendidikan homeschooling
yang memiliki siswa anak berkebutuhan khusus adalah
selama memungkinkan pada dasarnya semua anak belajar
bersama-sama tanpa memandang kesulitan ataupun
perbedaan yang mungkin pada mereka. jadi setiap anak
Implementasi Homeschooling dalam Pemenuhan Kebutuhan Belajar Anak Berkebutuhan
Khusus
dapat diterima dan saling membantu dengan guru dan
teman sebayanya maupun anggota masyarakat lain
sehingga kebutuhan individualnya dapat terpenuhi.
Pada saat ini banyak homeschooling yang memberi
kesempatan belajar bagi anak berkebutuhan khusus. Salah
satunya yaitu Imanuel homeschooling Surabaya, yang
merupakan lembaga pendidikan alternatif yang
memberikan layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan
khusus. Dimana para orang tua mempercayakan
pendidikan anak-anak mereka bukan hanya dalam
pendidikan
akademik
saja
melainkan
lebih
mengutamaakan lifeskill, karena yang menjadi prioritas
yakni, anak berkebutuhan khusus diharapkan dapat
mengurus dirinya sendiri baik sekarang atau dimasa yang
akan datang.
Imanuel homeschooling melaksanakan pembelajaran
dengan menggunakan acuan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan Nasional yang berlaku, yaitu kurikulum
pendidikan kesetaraan (Paket A setara SD, Paket B setara
SMP, dan Paket C setara SMA) sehingga peserta didik
yang
mengikuti
homeschooling
di
Imanuel
homeschooling akan dapat mengikuti ujian kesetaraan
serta mendapat ijazah resmi dari pemerintah.
Proses kegiatan belajar mengajar di Imanuel
homeschooling ini berbentuk komunitas, sedangkan
model pembelajarannya terbagi menjadi dua yakni
dengan menggunakan model clasical dan distance
learning. Model pembelajaran ini disesuaikan dengan
kebutuhan belajar peserta didik. Distance learning di
khususkan kepada peserta didik yang masih sulit untuk
bersosialisasi dan beradaptasi dengan lingkungan
sekitarnya.
Pada umumnya peserta didik di homeschooling relatif
memiliki siswa tanpa berkebutuhan khusus, namun
Imanuel homeschooling sebagai salah satu lembaga
pendidikan yang membantu keluarga dalam memilih dan
memberikan layanan dan fasilitas pendidikan bagi anak
berkebutuhan khusus sehingga kebutuhan pendidikan
mereka dapat terpenuhi.
Berdasarkan kesenjangan-kesenjangan diatas, maka
perlu dilakukan penelitian tentang: “Implementasi
Homeschooling Komunitas dalam Pemenuhan Kebutuhan
Belajar Anak Berkebutuhan Khusus”
B. Fokus Penelitian
1. Bagaimana implementasi homeschooling dalam
pemenuhan kebutuhan belajar anak berkebutuhan
khusus (ABK) di Imanuel Homeschooling
Surabaya?
2. Apa saja faktor pendukung implementasi
homeschooling komunitas dalam pemenuhan
kebutuhan belajar anak berkebutuhan khusus
(ABK) di Imanuel Homeschooling Surabaya?
3. Apa saja faktor penghambat implementasi
homeschooling komunitas dalam pemenuhan
kebutuhan belajar anak berkebutuhan khusus
(ABK) di Imanuel Homeschooling Surabaya?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini sesuai dengan latar
belakang dan fokus masalah yang ada, yaitu :
1. Mendeskripsikan
dan
menganalisis
implementasi homeschooling komunitas dalam
pemenuhan
kebutuhan
belajar
anak
berkebutuhan khusus
2. Mendeskripsikan dan menganalisis apa saja
faktor pendukung implementasi homeschooling
komunitas dalam pemenuhan kebutuhan belajar
anak berkebutuhan khusus
3. Mendeskripsikan dan menganalisis apa saja
faktor penghambat implementasi homeschooling
komunitas dalam pemenuhan kebutuhan belajar
anak berkebutuhan khusus
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Homeschooling
Pendidikan non formal merupakan salah satu jenis
pendidikan yang keberadaannya ada sejak manusia
melakukan interaksi dengan lingkungan sekitar. Pada
awal kehadirannya, pendidikan non formal di pengaruhi
oleh pendidikan informal, yaitu kegiatan yang terutama
berlangsung dalam ruang lingkup keluarga, Sudjana
(2004:62). Sebagai salah satu lembaga penyelenggaraan
pendidikan informal. Keberadaan homeschooling adalah
legal, dan keberadaannya dapat dimasukan sebagai model
komunitas belajar yang diklasifikasikan sebagai satuan
pendidikan jalur informal dalam Undang-undang nomor
20 tahun 2010 tentang sistem pendidikan nasional.
Homeschooling adalah suatu model pendidikan
dimana sebuah keluarga memilih untuk bertanggung
jawab sendiri atas pendidikan anak-anaknya dan
mendidik anaknya dengan menggunakan rumah sebagai
basis pendidikannya. Orang tua dituntut untuk berperan
aktif dan bertanggung jawab atas proses pendidikan
anaknya Sumardiono (2007:4).
Homeschooling akan membelajarkan anak-anak
dengan berbagai situasi, kondisi, dan lingkungan sosial
yang terus berkembang Mulyadi (2007: 44). Orang tua
seharusnya memusatkan perhatian pada anak-anak,
selama mereka terjaga dan beraktivitas, kedekatan
orangtua dengan anak-anaknya dapat dijadikan cara
belajar yang efektif dan bisa dikaitkan dengan
pengalaman-pengalaman yang menyenangkan yang
didapatkan dari fasilitas yang ada didunia nyata.
B. Pemenuhan Kebutuhan Belajar
Kebutuhan yang berkaitan dengan kebutuhan
manusia untuk mempertahankan dan mengembangkan
kehidupannya disebut dengan kebutuhan hidup manusia
teori yang berhubungan dengan hal tersebut seperti yang
diungkapkan oleh Abraham Maslow (1970). menjelaskan
lima tingkat kebutuhan yang harus dipenuhi oleh manusia
dalam
mempertahankan
dan
mengembangkan
kehidupannya. Lima tingkatan tersebut berbentuk piramid
yang dimulai dari kebutuhan fisioiologis dasar,
Implementasi Homeschooling dalam Pemenuhan Kebutuhan Belajar Anak Berkebutuhan
Khusus
kebutuhan rasa aman, kebutuhan social, kebutuhan
penghargaan, dan kebuthan aktualisasi diri.
Kebutuhan adalah kecenderungan permanen dalam
diri seorang yang menimbulkan dorongan dan kelakuan
untuk mencapai tujuan tertentu. Kebutuhan adalah
kesenjangan antara keadaan sekarang dengan yang
seharusnya dalam redaksi yang berbeda tapi sama. M
Atwi Suparman (2001: 63).
C. Implementasi Homeschooling dalam Pemenuhan
Kebutuhan Belajar Anak Berkebutuhan Khusus
Pendidikan merupakan kebutuhan dasar
setiap manusia untuk menjamin keberlangsungan
hidupnya agar lebih bermartabat. Karena itu
negara memiliki kewajiban untuk memberikan
layanan pendidikan yang bermutu kepada setiap
warga negaranya tanpa terkecuali termasuk
mereka yang memiliki perbedaan dalam
kemampuan (disfabel) atau anak berkebutuhan
khusus.
Pada saat ini peran lembaga pendidikan
sangat menunjang tumbuh kembang dalam
berolah system maupun cara bergaul dengan
orang lain. Selain itu lembaga pendidikan tidak
hanya sebagai wahana untuk system bekal ilmu
pengetahuan, namun juga sebagai lembaga yang
dapat memberikan skill atau bekal untuk hidup
yang nantinya diharapkan dapat bermanfaat
didalam masyarakat. Dengan adanya lembaga
pendidikan akan membekali anak untuk dapat
hidup mandiri dalam kehidupannya dengan segala
kekurangan dan kelebihannya
Pada
anak-anak
yang
memiliki
perbedaan kemampuan dan keterbatasan fisik
pemerintah menyediakan fasilitas pendidikan
khusus yang disesuaikan dan dirancang sesuai
dengan kebutuhannya. Dalam mengatasi berbagai
permasalahan pendidikan bagi anak berkebutuhan
khusus, maka telah disediakan berbagai bentuk
layanan pendidikan (sekolah).
Seperti yang tertuang dalam Undangundang Dasar, jalur pendidikan terdiri atas
pendidikan formal, informal, dan non formal
yang sifatnya
saling
memperkaya
dan
melengkapi. Pendidikan Non Formal merupakan
sistem baru dalam dunia pendidikan yang bentuk
dan pelaksanaannya berbeda dengan sistem
sekolah yang sudah ada. Pendidikan non formal
memberikan layanan pendidkan yang sifatnya
fleksibel dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan
belajar peserta didiknya, terutama pada peserta
didik yang memiliki keterbatasan sehingga
membutuhkan layanan pendidikan khusus.
Sebagai salah satu cakupan pendidikan
non formal, homeschooling merupakan salah satu
pendidikan alternatif yang berperan sebagai
pengganti (subtitude education) dari pendidikan
formal. Dengan memilih pendidikan secara
Homeschooling, orang tua bertanggung jawab
dan terlibat langsung dalam menentukan proses
penyelenggaraan pendidikan, seperti penentuan
arah dan tujuan pendidikan, nilai-nilai yang
hendak
dikembangkan,
kecerdasan
dan
keterampilan , kurikulum dan materi, serta
metode dan praktek belajar yang disesuaikan
dengan kebutuhan belajar anaknya (Simbolan,
2007. http//. Wordpress.com.homeschooling).
Dengan demikian kebutuhan anak dan
khususunya pada anak yang memiliki kebutuhan
khusus akan berkembang sesuai dengan
kemampuannya dan kebutuhan akan pendidikan
dapat terpenuhi secara optimal. Prinsip mendasar
dari pendidikan homeschooling yang menangani
anak berkebutuhan khusus yakni, selama
memungkinkan semua anak seyogyanya belajar
bersama-sama tanpa memandang kesulitan
ataupun perbedaan yang mungkin ada pada
mereka. jadi setiap anak dapat diterima menjadi
bagian dari kelas tersebut, dan saling membantu
dengan guru dan teman sebayanya maupun
anggota masyarakat yang lain sehingga
kebutuhan individunya dapat terpenuhi
Pelaksanaan homeschooling bagi anak
berkebutuhan khusus dilaksanakan berdasarkan
prinsip terstruktur, terpola, terprogram, konsisten.
Kurikulum yang digunakan dalam pelaksanaan
homeschooling untuk anak berkebutuhan khusus
ini disesuaikan dengan kebutuhan anak. Prinsip
dalam pelaksananan homeschooling ini sama
halnya dengan prinsip pada gerakan pendidikan
progresivisme dalam aspek siswa, tenaga
pengajar, kurikulum. metode pengajaran dan lain
sebagainya.
Keberhasilan
homeschooling
didukung oleh kurikulum yang sesuai, fasilitas
yang memadai dan peran serta orang tua,
sedangkan metode yang digunakan berupa
penyediaan lingkungan dan fasilitas yang
memungkinkan untuk berlangsungnya proses
belajar secara bebas pada setiap anak. Ditinjau
dari teori bimbingan sekolah, pelaksanaan
homeschooling menjadikan anak bersikap aktif
dalam mengembangkan potensi masing-masing.
Sebagaimana disebutkan dalam teori intelegensi
Gardner bahwa intelegensi setiap orang berbeda.
Dengan adanya homeschooling, potensi anak
dapat dikembangkan secara maksimal sehingga
anak akan menguasai bidang yang diminatinya
yang nantinya akan bermanfaat bagi anak
tersebut.
Efektivitas
berbagai
program
penanganan dan peningkatan kemampuan hidup
anak dan remaja yang memiliki kebutuhan khusus
akan sangat bergantung pada peran serta dan
dukungan penuh dari keluarga dan masyarakat
(Hallahan dan Kauffman, 1998: Hardman, et al
2002; Heward, 2003; Hunt dan Marshall, 2005;
dalam Hendriani, 2006) , sebab keluarga adalah
pihak yang mengenal dan memahami berbagai
aspek dalam diri seseorang dengan jauh lebih
Implementasi Homeschooling dalam Pemenuhan Kebutuhan Belajar Anak Berkebutuhan
Khusus
baik daripada orang lain. Di samping itu,
dukungan dan penerimaan dari orangtua dan
anggota keluarga yang lain akan memberikan
‘energi’ dan kepercayaan dalam diri anak
berkebutuhan khusus untuk lebih berusaha
mempelajari dan mencoba hal-hal baru yang
terkait dengan keterampilan hidupnya.
Peran orang tua menjadi salah satu
faktor yang mempengaruhi perkembangan
seorang anak. Anak dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik jika mendapat perhatian
dari orangtua, utamanya dalam hubungan
pendidikan anak. Sehubungan dengan hal itu,
maka kondisi keluarga haruslah seperti seorang
guru yang dapat mengevaluasi perkembangan
anaknya dan dapat bekerjasama dengan lembaga
pendidikan yang terkait, hal tersebut dapat
memotivasi seorang anak untuk belajar lebih
baik.
Dalam memberikan layanan pendidikan
bagi anak berkebutuhan khusus keluarga dan
profesional haruslah dapat menjalin kemitraan
(partnership) sebab orang tua merupakan penjaga
dan perawat (caretaker) yang utama serta
membantu anak-anak mereka. para profesional
harus pekah terhadap seluruh kebutuhan keluarga,
tidak hanya kebutuhan anak berkebutuhan
khusus, melainkan para profesional haruslah
memiliki pemahaman mendasar dari dampak
mempunyai seorang anak berkebutuhan khusus
didalam keluarga, dan memiliki rasa hormat
(respect) kepada para orangtua yang mungkin
tidak dilatih sebagai pendidik khusus. Pemahaan
dan rasa hormat akan mempermudah kemitraan
yang efektif antara rumah dan sekolah.
Penguasaan berbagai kemampuan pada
anak akan mencapai kemajuan yang lebih baik
jika pada prosesnya terdapat kolaborasi antara
orangtua dengan para profesional praktisi
pendidikan Hunt dan Marshall (2005: 112).
Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh
anak disekolah akan lebih bertahan dan dikuasai
dengan baik apabila mereka juga dapat
melatihnya dirumah atau di luar lingkungan
sekolah dengan bantuan dan arahan orangtua.
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitan ini
adalah pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah
penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena
tentang apa yang dialami oleh subjek secara holistik
dandengan cara deskripsi dalam kata-kata bahasa, pada
suatu konteks khusus yang alamiah dengan
memanfaatkan berbagai metode alamiah
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat di mana peneliti
akan melakukan penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di
Imanuel Homeschooling Surabaya
Nama Lembaga
: IMANUEL
HOMESCHOOLING
SURABAYA
Alamat Lengkap
:
Jl. Babatan Pratama 29
Blok PP-50 Wiyung,
Surabaya
C. Metode Pengumpulan Data Penelitian
Penelitian ini menggunakan beberapa teknik atau
alat pengumpulan data, sebagai pendukung dalam
proses pencarian dan penggalian data penelitian.
Berikut uraian tentang gambaran teknik atau alat
pengumpul data yang digunakan:
1.
2.
3.
Wawancara
Metode wawancara ini ditujukan kepada ketua
lembaga, tutor, kepala sekolah dan orangtua peserta
didik IHS. Wawancara ini dimaksud untuk
mendapatkan
data
tentang
implementasi
homeschooling dalam pemenuhan kebutuhan belajar
anak berkebutuhan khusus (ABK). Wawancara
tersebut telah dirancang dan disusun dalam lampiran
instrumen wawancara.
Observasi
Penelitian ini menggunakan metode observasi
dengan cara mengamati secara langsung bagaimana
proses dan pelaksanaan pembelajaran serta faktor
penghambat
dan
pendukung
implemetasi
homeschooling komunitas. Peneliti mencatat,
menganalisis, dan selanjutnya dapat membuat
kesimpulan tentang implementasi homeschooling
dalam pemenuhan kebutuhan belajar anak
berkebutuhan khusus (ABK)
Dokumentasi
Pada metode dokumentasi, peneliti membuat
instrumen dokumentasi yang berisi instansi
variabel-variabel yang akan di dokumentasikan
dengan menggunakan chek list untuk mencatat
variabel yang sudah ditentukan.dokumentasi yang
terkait pada penelitian ini terkait dengan kegiatankegiatan pembelajaran yang telah dilakukan di
Imanuel Homeschooling Surabaya
4. Teknik Analisis Data
Penelitian kualitatif, analisis data dilakukan sejak
sebelum terjun kelapangan sampai selesai dilapangan
yang dilakukan dengan cara seksama dan teliti.
Mills dan Huberman (dalam Riyanto, 2007: 31)
Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam analisis
data kualitatif adalah:
1. Reduksi Data
Reduksi data diawali dengan menerangkan, memilih
hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang
penting terhadap isi dari suatu data yang berasal dari
Implementasi Homeschooling dalam Pemenuhan Kebutuhan Belajar Anak Berkebutuhan
Khusus
lapangan. Reduksi data dalam penelitian ini
dilaksanakan dengan cara: 1) Membuat ringkasan
kontak, 2) Pengkodean kategori, 3) Membuat catatan
refleksi, 4) Pemilahan data.
2. Display Data
Milles dan Huberman (dalam Riyanto 2007: 33)
display data merupakan proses menampilkan data
secara sederhana dalam bentuk kata-kata, kalimat,
naratif, tabel, matrik dan grafik dengan maksud agar
data yang telah dikumpulkan dikuasai oleh peneliti
sebagai dasar untuk mengambil kesimpulan yang
tepat.
3. Verivikasi dan Simpulan
Verifikasi data dalam penelitian ini dilakukan dengan
cara mencari makna yang sama, hubungan persamaan
dan perbedaan, faktor-faktor yang mempengaruhi
disesuaikan dengan hasil catatan
di Imanuel
Homeschooling Surabaya yang terdiri dari
wawancara, observasi, serta dokumentasi yang
berkaitan dengan implementasi homeschooling dalam
pemenuhan kebutuhan belajar anak berkebutuhan
khusus. Masalah kesimpulan dalam penelitian ini
dilakukan dengan cara menyatukan dari hasil yang
didapat di lapangan dan didukung dengan bukti yang
valid, yaitu dapat berupa dokumentasi yang berkaitan
dengan
implementasi
homeschooling
dalam
pemenuhan kebutuhan belajar anak berkebutuhan
khusus.
Engagment,
2)
Persistent
Observation,
3)
Trianggulasi, 4) member Check
2. Dependabilitas
Dependabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan
cara mengaudit terhadap keseluruhan proses
penelitian yang berkaitan dengan implementasi
homeschooling dalam pemenuhan kebutuhan belajar
anak berkebutuhan khusus. Adapun yang menjadi
auditor dalam penelitian ini adalah dosen pembimbing
peneliti dan pengelolah lembaga yang bertujuan untuk
mengetahui proses penelitian tersebut bermutu atau
tidak serta digunakan untuk ketelitian dalam
pelaksanaan atau ada tidaknya masalah dalam
penelitian di Imanuel Homeschooling Surabaya.
3. Transferabilitas
Peneliti dalam penelitian ini menganalisis dan
mendeskripsikan implementasi homeschooling dalam
pemenuhan kebutuhan belajar anak berkebutuhan
khsusus di Imanuel Homeschooling Surabaya.
4. Konfirmabilitas
Penelitian ini konfirmabilitas dilakukan dengan
penelitian dan pereviewan data dari lapangan, analsis
data, dan catatan tentang proses penelitian.oleh
auditor independen adalah dosen pembimbing serta
dosen penguji hasil penelitian
HASIL PENELITIAN
Analisis Data
5. Kriteria Keabsahan Data
Teknik pemeriksaan keabsahan data sangat
diperlukan untuk mengetahui sejauh mana data itu valid
atau tidak. Menurut Loncoln dan Guba 1985 (dalam
Riyanto, 2007: 17) setidak-tidaknya ada 4 (empat) tipe
standar/kriteria
utama
untuk
menjamin
keterpercayaan/kebenaran hasil penelitian kualitatif,
yaitu:
1. Kredibilitas
Data dan informasi yang dikumpulkan harus
mengandung nilai kebenaran, yang berarti bahwa
hasil penelitian kualitatif harus dapat dipercaya.
Penelitian ini akan menggunakan teknik triangulasi.
Metode ini berarti mengecek dan membandingkan
tingkat kepercayaan atau kebenaran suatu informasi
atau data yang telah diperoleh dengan menggunakan
berbagai metode pengumpulan data yaitu dengan
wawancara, observasi dan dokumentasi. Hal ini
dilakukan dengan membandingkan data hasil
pengamatan atau observasi dengan data hasil
wawancara, serta membandingkan hasil wawancara
dengan isi dokumen yang diperoleh dari hasil studi
serta dokumentasi, Moleong (2007: 330), 1) prologed
(1) Implementasi Homeschooling yang dilihat dari
Pelaksanaan dan proses pembelajaran di imanuel
Homeschooling Surabaya didasarkan pada tingkat
kebutuhan peserta didik yang disesuaikan dengan kondisi,
dan tingkat kemampuan peserta didik mengingat peserta
didik di Imanuel Homeschooling Surabaya adalah anak
berkebutuhan khusus. Peserta didik di IHS tidak hanya
diberikan bekal secara akademik melainkan juga diberi
bekal keterampilan, bina diri (life skill), hal tersebut
ditunjukan dari program-program pembelajaran yang ada
meliputi: artclas, yang terdiri dari kelas keterampilan,
bernyanyi, menari, menggambar/ melukis, cookingclass,
berkebun. Tentu saja hal tersebut disesuaikan dengan
minat dan kegemaran yang ada dalam diri peserta didik,
tutor ditugaskan untuk dapat mengarahkan. Bekal
keterampilan dan bina diri (lifeskill) yang diberikan pada
peserta didik bertujuan agar peserta didik berkebutuhan
khusus dapat memiliki keterampilan dan dapat mandiri
untuk mengurus dirinya sendiri baik dimasa sekarang
maupun
dimasa
yang
akan
datang.
(2)
Pemenuhan
kebutuhan
belajar
anak
berkebutuhan khusus yang tebagi menjadi kebutuhan
aktualisasi diri dan kebutuhan sosial. Meskipun mereka
memiliki keterbatasan anak berkebutuhan khusus berhak
memperoleh pendidikan seperti anak normal pada
umumnya. Di IHS mengupayakan peserta didik sedapat
mungkin kebutuhan aktualisasi dan kebutuhan sosialnya
Implementasi Homeschooling dalam Pemenuhan Kebutuhan Belajar Anak Berkebutuhan
Khusus
dapat terpenuhi dengan maksimal hal ini didukung
dengan adanya kegiatan sosialisasi (outing) peserta didik
di ajarkan untuk dapat bersosialisasi di lingkungan
sekolah, keluarga, dan lingkungan masyarakat. Kegiatan
sosialisasi dilaksanakan 3 bulan sekali secara rutin,
peserta didik dikenalkan pada lingkungan sekitar.
(3)
Faktor
penghambat
dan
pendukung
implementasi homeschooling. Berdasarkan Pengumpulan
data implementasi homeschooling dalam pemenuhan
kebutuhan belajar anak berkebutuhan khusus yang dilihat
dari proses dan pelaksanaannya ini terdapat beberapa
faktor pendukung, diantaranya:
1. Orang tua
Dengan orang tua yang koperatif dapat membantu
pelaksanaan homeschooling. Orang tua mendukung
penuh semua program yang ada di IHS sehingga anakanak dapat berkembang dengan baik karena tujuan yang
diinginkan adalah anak-anak bertambah maju.
2. Masyarakat dilingkungan belajar
Adanya dukungan masyarakat sekitar lingkungan
belajar dapat membantu dan mendukung proses
pembelajaran yang berlangsung tiap harinya dengan
mengijinkan lahan mereka digunakan untuk beberapa
kegiatan dan tempat parkir kendaraan meskipun hanya
sementara
3. Dinas Pendidikan
Dukungan yang di berikan Dinas Pendidikan dapat
dilihat dengan adanya fasilitas yang diberikan seperti
pelatihan-pelatihan dan memberikan kesempatan kepada
peserta didik di IHS untuk dapat mengikuti ujian
kesetaraan sama halnya seperti peserta didik ada
umumnya
PENUTUP
A. Simpulan
Implementasi
homeschooling
dalam
pemenuhan
kebutuhan belajar anak berkebutuhan khusus di Imanuel
Homeschooling Surabaya yang dilihat berdasarkan proses
dan pelaksanaannya dapat berjalan dengan efektif melalui
tahapan (1) rekruitmen peserta didik, (2) identifikasi
kebutuhan, (3) pendidik/tutor, (4) materi pembelajaran
dan kurikulum, (5) metode, (6) alokasi waktu, (7) sarana
dan prasarana, (8) evaluasi pembelajaran Identifikasi
dalam pelaksanaan dan proses homeschooling didasarkan
pada kebutuhan setiap anak yang berbeda-beda terlebih
pada anak berkebutuhan khusus yang disesuaikan dengan
tingkat kemampuan, hambatan yang dialami dan karakter
komunikasi melalui pendidikan yang mengembangkan
aspek bakat dan minat agar kebutuhan akan
pendidikannya dapat terpenuhi.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2009). Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Abraham Maslow/file.Upi.Edu/2010/Asas Kebutuhan.
Diakses 15 April 2015
Badan Pusat Statistik.
2010. Statistik Kota Surabaya.
(Online). (http.//surabayakota.bps.go.id. diakses
pada 29 Januari 2015)
Moleong.L.J.
2010. Metodelogi Penelitian Kualitatif.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
4. Pemerintah Kota
Pemerintah kota cukup mendukung, seperti yang
diketahui bahwa IHS adalah satu-satunya homeschooling
yang menangani anak berkebutuhan khusus di kota
Surabaya. Dukungan pemerintah dapat dilihat dengan
keterlibatan IHS dalam setiap acara yang diselenggarakan
pemerintah kota yang berkaitan dengan anak
berkebutuhan khsusus
Sedangkan faktor penghambat implementasi
homeschooling dalam pemenuhan kebutuhan belajar anak
berkebutuhan khusus yang meliputi:
1. Tutor
Proses pembelajaran akan terhambat jika salah satu
tutor berhalangan hadir. Pelaksanaan pembelajaran akan
kacau, seperti yang diketahui bahwa satu anak
didampingi oleh satu tutor
2. Peserta didik
Kondisi peserta didik akan mempengaruhi proses
dan pelaksanaan pembelajaran mengingat peserta didik di
Imanuel homeschooling Surabaya ini adalah anak
berkebutuhan khusus, jadi kondisi emosi tidak menentu
selain itu susah memusatkan konsentrasi dalam belajar.
jika hal tersebut terjadi maka kegiatan belajar mengajar
jadi terhambat.
Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem pendidikan Nasional
Hallahan,DP.&Kauffman,J.M.
2006.
Exceptional
Learners; Introduction to Special Education
10th ed. USA: Person
Hunt,N and Marshall, K. 2005. Exceptional Children
and Youth. Boston Houghton Miffin Company
http://pormadi.wordpress.com/2007/11/12/homeschoolin
g//. Diakses 23 Januari 2015
Kembara, Maulana D.2007. Panduan Lengkap
Homeschooling. Bandung:
Progresio
Riyanto,
Yatim. (2007). Metodelogi Penelitian
Pendidikan Kualitatif dan Kuantitatif. Surabaya:
Unesa University Press.
Musyawarah.
2013. “Keterlibatan orang tua dalam
pendidikan ABK di SLB X Kota Makasar”.
Universitas
Pendidikan
Indonesia.(http://repository.upi.edu diakses pada
26 Februari 2015)
Implementasi Homeschooling dalam Pemenuhan Kebutuhan Belajar Anak Berkebutuhan
Khusus
Suparman, Atwi. 2001. Desain Instructional. Proyek
Pengembangan Universitas Terbuka Ditjen Dikti
Departemen Pendidikan Nasional
Sudjana, Nana.
2005. Penilaian
Hasil
Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosddakarya
________, 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar
Mengajar. Bandung: Remaja Rosddakarya
Download