BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A
Latar Belakang Masalah
Masa remaja merupakan periode transisi perkembangan antara masa
kanak-kanak dengan masa dewasa yang melibatkan perubahan-perubahan
biologis, kognitif, dan sosio-emosional (Santrock, 2007:20).
WHO Meeting on Pregnancy and Abortion in Adolesence pada tahun 1974
mendefinisikan remaja sebagai kurun dimana seseorang berangsur-angsur
mempertunjukkan ciri-ciri seks sekunder sampai mencapai kematangan seks;
jiwanya berkembang dari anak menjadi dewasa; dan keadaansosioekonominya beralih dari ketergantungan menjadi relatif bebas (dalam
Sarwono, 1981:90).
Menurut Desmita (2005:222), salah satu fenomena kehidupan remaja yang
sangat menonjol adalah terjadinya peningkatan minat dan motivasi terhadap
seksualitas. Santrok juga menjelaskan (dalam Desmita, 2005:222) terjadinya
peningkatan perhatian remaja terhadap kehidupan seksual ini sangat
dipengaruhi oleh faktor perubahan-perubahan fisik selama periode pubertas.
Terutama kematangan
organ-organ seksual
dan perubahan-perubahan
hormonal, mengakibatkan munculnya dorongan-dorongan seksual dalam diri
remaja. Dorongan-dorongan seksual remaja ini sangat tinggi, dan bahkan lebih
tinggi dari dorongan seksual orang dewasa. Sebagai anak muda yang belum
memiliki pengalaman tentang seksual, tidak jarang dorongan-dorongan
seksual ini menimbulkan ketegangan fisik dan psikis.
Untuk melepaskan diri dari ketegangan seksual tersebut, remaja mencoba
mengespresikan dorongan seksualnya dalam berbagai bentuk tingkah laku
seksual, mulai dari melakukan aktivitas berpacaran (dating), berkencan,
bercumbu sampai dengan melakukan kontak seksual (Desmita, 2005:223).
Dari sekian banyak bentuk tingkah laku seksual yang diekspresikan remaja,
melakukan kontak seksual merupakan perilaku yang banyak mengadung
Jelia Karlina Rachmawati, 2014
Penerimaan Diri Remaja Hamil Pra Nikah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2
resiko seperti penyakit menular, AIDS dan kehamilan remaja. Namun
ironisnya fakta tersebut tidak berpengaruh banyak karena tetap saja banyak
terjadi perilaku seksual di kalangan remaja. Seperti yang diungkapkan KPAI (
Komisi Perlindungan Anak Indonesia) hasil survey pada tahun 2012 bahwa
sebanyak 32 % remaja usia 14 hingga 18 tahun di kota-kota besar di Indonesia
pernah berhubungan seks.
Masalah-masalah seksual remaja dapat meliputi kehamilan remaja, infeksi
yang ditularkan secara seksual, perilaku kekerasan seksual, dan pelecehan
seksual. Salah satu masalah-masalah seksual tersebut yang semakin banyak
terjadi di Indonesia adalah kehamilan remaja.
Berdasarkan penelitian dari Australian National University (ANU) dan
Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia (UI) tahun 2010/2011 di
Jakarta, Tangerang dan Bekasi (Jatabek), dengan jumlah sampel 3006
responden (usia 17-24 tahun), menunjukkan 20.9 persen remaja mengalami
kehamilan dan kelahiran sebelum menikah. Dan 38,7 persen remaja
mengalami kehamilan sebelum menikah dan kelahiran setelah menikah. Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mencatatat bahwa angka
kehamilan anak diluar nikah mengalami peningkatan, untuk tahun 2012
pihaknya mencatatat 4,8 persen kehamilan terjadi pada anak usia 10 hingga 11
tahun. Sedangkan pada usia produktif usia 15 hingga 19 sebanyak 48,1 persen
terutama pada usia 17 tahun.
Sebagian besar remaja melakukan hubungan seksual selain faktor dari
dorongan seksual yang tinggi pada usia remaja ialah emosi yang belum stabil
didukung dengan mudahnya mendapatkan akses pornografi, membuat banyak
remaja di kota besar yang sudah melakukan hubungan seksual. Namun hal
tersebut dapat berdampak sangat merugikan bagi remaja putri yaitu kehamilan
yang tidak diinginkan.
Akibat dari kehamilan remaja ini akan menimbulkan beberapa konflik
pada diri remaja. Menurut Sumapradja (1981:145), kehamilan remaja
umumnya merupakan malapetaka yang menghancurkan kekuatan, kegesitan,
Jelia Karlina Rachmawati, 2014
Penerimaan Diri Remaja Hamil Pra Nikah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3
kecerdasan, dan cita-cita remaja yang bersangkutan. Remaja hamil dihadapkan
kepada resiko tinggi, baik dari sudut kedokteran, maupun dari sudut
kemasyarakatan. Ilmu kedokteran menganggap kehamilan remaja sebagai
kehamilan resiko tinggi. Berdasarkan hasil penelitian apabila wanita hamil di
bawah usia 20 tahun itu resiko kematiannya 2-4 kali lebih tinggi bila
dibandingkan dengan wanita yang hamil diatas 20 tahun. Apabila remaja
memutuskan untuk meneruskan kehamilannya, biasanya berujung putus
sekolah, dan tidak mungkin masuk sekolah lagi setelah melahirkan. Apabila
mereka memutuskan untuk menikah karena keputusan untuk meneruskan
kehamilan tersebut, perkawinannya lebih banyak berujung pada perceraian.
Apabila remaja hamil memutuskan untuk mengurus anaknya sendiri, sering
kali mereka akan dihadapkan kepada malapetaka yang terus menerus seperti
putus sekolah, tidak dapat melanjutkan sekolah, dan ketergantungan kepada
orang lain. Seperti yang terjadi pada seorang siswi SMP berusia 14 tahun
warga Petemon, Surabaya pada April 2012. Siswi tersebut terpaksa tidak bisa
mengikuti Ujian Nasional (UN) karena hamil 7 bulan.
Masa remaja menurut para ahli sering dikatakan masa yang rentan atau
juga dikatakan usia abu-abu. Penyebab hal tersebut adalah peran remaja yang
membingungkan dikarenakan remaja bukan anak-anak namun juga belum bisa
dikatakan dewasa. Menurut Hurlock (1980:207), sebagian besar remaja
bersifat ambivalen terhadap setiap perubahan. Mereka menginginkan
perubahan dan menuntut kebebasan tetapi mereka sering takut bertanggung
jawab akan akibatnya dan meragukan diri mereka sendiri untuk dapat
mengatasi tanggung jawab tersebut. Ketakutan remaja dalam bertanggung
jawab tersebut, mengakibatkan remaja hamil pra nikah bahkan berani
melakukan hal-hal seperti aborsi.
Berdasarkan data Komnas Perlindungan Anak (Komnas PA) ditemukan
fakta sebanyak 21,2 % remaja yang menjadi sampel mengaku pernah
melakukan aborsi akibat mengalami kehamilan pranikah. Pelaku aborsi itu
merupakan presentase dari 14.726 anak yang duduk di SMP dan SMA. Selain
aborsi dan putus sekolah, akibat lain dari kehamilan remaja adalah bunuh diri.
Jelia Karlina Rachmawati, 2014
Penerimaan Diri Remaja Hamil Pra Nikah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4
Seperti yang terjadi di Sekadau, Kalimantan seorang siswi SMA gantung diri
dikarenakan tidak kuat menahan rasa malu dikarenakan hamil. Kehamilan
remaja ini dapat menimbulkan perasaan bersalah, berdosa dan malu pada diri
sendiri ataupun orang terdekat seperti keluarga, ditambah lagi dengan sangsi
sosial berupa penolakan keberadaan kehamilan remaja sebelum menikah.
Penolakan tersebut dapat mengakibatan trauma-trauma dan konflik-konflik
psikologis yang dialami remaja.
Ketidaksiapan remaja dalam menghadapi masalah yang dialaminya akibat
dari tingkah laku yang tidak dapat ia kendalikan dapat memberikan dampakdampak seperti diatas. Menurut Hurlock (1980:238), remaja yang mengetahui
bahwa sikap dan perilakunya dianggap “tidak matang‟ oleh kelompok sosial
dan menyadari bahwa orang lain memandangnya tidak mampu menjalankan
peran dewasa yang baik, akan mengembangkan rasa rendah diri. Maka
terdapat kesenjangan antara apa yang diinginkan dan apa pandangannya
tentang dirinya sendiri, seperti tercermin dalam dugaan mengenai pandangan
orang lain tentang diri mereka. Apabila kesenjangan ini lebar, maka ia
cenderung menganggap dirinya sendiri tidak berharga, merenung atau bahkan
mencoba bunuh diri.
Kehamilan adalah masa transisi yang paling dramatis. Saat pertama hamil
merupakan perubahan status dari seorang perempuan menjadi seorang ibu.
Beberapa ahli mengatakan bahwa kehamilan adalah kondisi krisis yang
dialami oleh perempuan tidak hanya gangguan psikologi namun juga adanya
perubahan „sensi‟ dan „identitas‟ pada diri perempuan, (Paul 2004:254). Dan
masa remaja menurut Erickson, merupakan tahap identity versus identity
confusion. Pada tahap ini remaja mulai merasakan suatu perasaan tentang
identitas diri sendiri, perasaan bahwa ia adalah individu yang unik yang siap
memasuki suatu peran yang berarti di tengah masyarakat, baik peran yang
bersifat menyesuaikan diri maupun yang bersifat memperbaiki diri.
Ketidakmampuan remaja dalam menyesuaikan diri dikarenakan tidak puas
pada dirinya sendiri akan menimbulkan sikap penolakan diri (Hurlock,
1980:239).
Jelia Karlina Rachmawati, 2014
Penerimaan Diri Remaja Hamil Pra Nikah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5
Untuk itu diperlukan sikap pernerimaan diri bagi remaja agar dapat
mengatasi permasalahan yang dialami serta mengembangkan aspek-aspek
positif lain dalam hidupnya. Karakterisitik utama remaja yang menerima
dirinya adalah spontanitas dan tanggung jawab pada self-nya. Mereka
menerima kualitas kemanusiaannya tanpa menyalahkan diri sendiri untuk
kondisi-kondisi yang berada diluar kontrolnya (Allport, dalam Hjelle dan
Ziegler, 1981:389). Mereka bebas dari kesalahan manusiawi dan tidak
memandang dirinya sebagai seseorang yang harus marah atau takut atau
menghidar dari konflik keinginan. Mereka merasa memiliki hak untuk
mempunyai ide, aspirasi dan keinginan sendiri. Mereka tidak menggerutu
tentang kepuasan hidup.
Melalui pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa penerimaan diri pada
remaja merupakan pemahaman akan keadaan diri termasuk setiap peristiwa
yang terjadi dalam hidupnya tanpa menimbulkan konflik internal yang dapat
mempengaruhi
kesehatan
psikologis
remaja,
sehingga
akan
mampu
beradaptasi dengan lingkungan.
Self acceptance atau penerimaan diri adalah suatu tingkat dimana individu
yang telah mempertimbangkan ciri-ciri personalnya, dapat dan mampu hidup
dengannya (Hurlock, 1979:434). Individu yang menerima dirinya akan
menyadari segala kemampuan yang dimilikinya dan dapat memanfaatkanya
semaksimal
mungkin,
serta
menyadari
segala
kekurangannya
tanpa
menyalahkan dirinya sendiri akan keterbatasan yang dimilikinya.
Jika dikaitkan dengan remaja hamil pra nikah, maka remaja hamil pra
nikah pun dapat memiliki konsep diri yang stabil jika dapat menerima kondisi
diri secara objektif. Hal ini diperlukan karena menurut Hurlock (1980:210),
dalam tahap remaja terdapat tugas perkembangan yang penting yaitu persiapan
tentang tugas-tugas dan tanggung jawab kehidupan keluarga. Kurangnya
persiapan ini merupakan salah satu penyebab dari “masalah yang tidak
terselesaikan” yang oleh remaja akan dibawa ke dalam masa dewasa. Apabila
remaja hamil pra nikah memutuskan untuk membesarkan anaknya, remaja
tersebut akan memiliki keluarga dan tanggung jawab baru. Maka remaja
Jelia Karlina Rachmawati, 2014
Penerimaan Diri Remaja Hamil Pra Nikah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6
tersebut harus memiliki konsep diri yang stabil dan penerimaan diri terhadap
situasi yang dimilikinya sehingga dapat mengampu tugas-tugas dan tanggung
jawab kehidupan keluarga selanjutnya.
Berdasarkan paparan tersebut, maka peneliti tertarik melakukan penelitian
mengenai “Penerimaan Diri Remaja Hamil Pra Nikah”.
B
Fokus Penelitian
Berdasarkan pemaparan latar belakang sebelumnya, penelitian ini berfokus
pada penerimaan diri remaja hamil pra nikah. Penerimaan diri remaja yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah pemahaman akan keadaan diri termasuk
setiap peristiwa yang terjadi dalam hidupnnya tanpa menimbulkan konflik
internal yang dapat mempengaruhi kesehatan psikologis remaja, sehingga
akan mampu beradaptasi dengan lingkungan. Penerimaan diri ini akan
digambarkan melalui aspek-aspek penerimaan diri menurut Jersild (1978:372384) yaitu (1) persepsi mengenai diri dan sikap terhadap penampilan, (2) sikap
terhadap kelemahan dan kekutan diri sendiri dan orang lain, (3) perasaan
inferiotitas sebagai gejala penolakan diri, (4) respon atas penolakan dan
kritikan, (5) keseimbangan antara “real self” dan “ideal self”, (6) penerimaan
diri dan penerimaan orang lain, (7) penerimaan diri, menuruti kehendak, dan
menonjolkan diri,
(8) penerimaan diri, spontanitas, menikmati hidup, (9)
aspek moral penerimaan diri, dan (10) sikap terhadap penerimaan diri.
Subjek penelitian ini difokuskan pada individu yang pernah hamil saat
remaja akibat hubungan seksual pra nikah di Kota Bandung.
C
Rumusan Masalah
Remaja merupakan masa dimana terjadi banyak perubahan dari fisik dan
juga psikis. Pada perubahan fisik mengakibatnya munculnya dorongandorongan seksual yang tinggi melebihi orang dewasa dalam diri remaja. Pada
perubahan psikis masa pencarian identitas sehingga banyak melakukan hal-hal
untuk memenuhi rasa penasarannya akan hal tersebut. Sehingga banyak hal
terjadi pada periode ini. Berkaitan dengan perubahan kedua hal tersebut salah
satunya kehamilan pra nikah remaja pada remaja putri. Kehamilan ini banyak
mempengaruhi perkembangan remaja. Sementara dilain sisi remaja memiliki
Jelia Karlina Rachmawati, 2014
Penerimaan Diri Remaja Hamil Pra Nikah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
7
tugas perkembangan yang harus ia penuhi sebelum memasuki masa dewasa.
Salah satunya ialah menerima diri. Tidak terkecuali pada remaja hamil pra
nikah. Untuk menerima diri remaja perlu memenuhi beberapa aspek dan
tahapan yang harus ia penuhi agar dapat melanjutkan tugas perkembangannya
dan mempersiapkan diri untuk tugas perkembangan dimasa selanjutnya.
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka pertanyaan dalam penelitian
ini sebagai berikut:
1.
Bagaimana proses dalam mencapai penerimaan diri remaja hamil pra
nikah?
2.
Bagaimana gambaran penerimaan diri pada remaja hami pra nikah?
3.
Apa faktor yang mempengaruhi penerimaan diri remaja hamil pra nikah?
4.
Apa dampak penerimaan diri remaja hamil pra nikah?
5.
Bagaimana strategi meningkatkan penerimaan diri pada remaja hamil pra
nikah?
D
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini sebagai berikut :
1.
Mengetahui proses dalam mencapai penerimaan diri remaja hamil pra
nikah?
2.
Mengetahui gambaran penerimaan diri pada remaja hami pra nikah?
3.
Mengetahui faktor yang mempengaruhi penerimaan diri remaja hamil pra
nikah?
4.
Mengetahui dampak penerimaan diri remaja hamil pra nikah?
5.
Mengetahui strategi meningkatkan penerimaan diri pada remaja hamil pra
nikah?
E
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis
maupun secara aplikatif.
1
Manfaat Teoritis
Hasil penelitian mengenai penerimaan diri pada remaja hamil pra
nikah diharapkan dapat memberikan sumbangan keilmuan, khususnya
Jelia Karlina Rachmawati, 2014
Penerimaan Diri Remaja Hamil Pra Nikah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
8
dalam
psikologi
perkembangan
dalam
memperoleh
gambaran
penerimaan diri pada remaja hamil pra nikah.
Selain itu, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi berguna
bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian mengenai
remaja hamil pra nikah.
2
Manfaat Praktis
a
Remaja
Remaja diharapkan memiliki pemahaman yang mendalam akan
mulai dari kondisi kehamilan pada saat remaja, gambaran yang
dialami remaja hamil sebelum menikah, faktor yang mengakibatkan
kehamilan remaja serta dampak dari kehamilan pada saat remaja
sebelum menikah. Dan remaja diharapkan untuk menghindari seks
bebas yang dapat mengakibatkan kehamilan remaja sebelum
menikah. Remaja juga diharapkan dapat mengetahui dan mengerti
tentang akibat dari seks pra nikah sehingga mempelajari tentang
etika dan norma-norma seks.
b
Orang tua
Orang tua diharapkan memperoleh gambaran mengenai remaja
hamil pra nikah sehingga memperhatikan pergaulan anaknya
terutama yang remaja agar dapat mengendalikan perilaku seksual
remaja untuk mengurangi kehamilan remaja pra nikah. Orang tua
diharapkan juga memberikan pendidikan seksual yang tepat pada
remaja.
c
Sekolah
Diharapkan pihak sekolah memiliki gambaran perilaku dan
akibat perilaku negatif remaja saat ini terutama yang berkaitan
dengan seks bebas di kalangan remaja dan kehamilan remaja pra
nikah, sehingga sekolah dapat memberikan pengarahan/pendidikan
untuk mengurangi perilaku seks bebas pada remaja serta kehamilan
remaja pra nikah.
Jelia Karlina Rachmawati, 2014
Penerimaan Diri Remaja Hamil Pra Nikah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
9
d
Pemerintah
Pemerintah diharapkan mendapatkan gambaran penerimaan diri
pada remaja hamil pra nikah dan menggalakkan program yang
bertujuan untuk mengurangi perlaku seks bebas dan kehamilan
remaja di Indonesia.
e
Pemimpin Agama
Pemimpin agama diharapakan dapat mendapatkan gambaran
perilaku dan akibat perilaku negatif remaja saat ini terutama yang
berkaitan dengan seks bebas di kalangan remaja dan kehamilan
remaja pra nikah,, sehingga pemimpin agama dapat membuat
program untuk mencegah perilaku seksk bebas remaja dan
konseling untuk remaja hamil pra nikah.
F. Sruktur Organisasi Skripsi
Berikut merupakan struktur organisasi dalam penulisan skripsi ini:
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Fokus Penelitian
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
F. Struktur Organisasi Skripsi
BAB II: KAJIAN TEORITIS
A. Penerimaan Diri
1. Definisi Penerimaan Diri
2. Ciri Penerimaan Diri
3. Tahap Penerimaan Diri
4. Aspek Penerimaan Diri
5. Faktor-Faktor Penerimaan Diri
6. Dampak Penerimaan Diri
Jelia Karlina Rachmawati, 2014
Penerimaan Diri Remaja Hamil Pra Nikah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
10
7. Cara Menerima Diri
B. Remaja
1. Definisi Remaja dan Masa Remaja
2. Ciri-Ciri Masa Remaja
3. Tugas Perkembangan Remaja
4. Hambatan-Hambatan Dalam Perkembangan Remaja
C. Kehamilan Pra nikah Remaja
1. Definisi Kehamilan Pra Nikah
2. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Remaja Hamil Pra Nikah
3. Dampak Kehamilan Remaja
4. Kehamilan Pra Nikah Menurut Sudut Pandang Agama
D. Penelitian Mengenai Penerimaan Diri dan Remaja Hamil Pra Nikah
1.
Penelitian Mengenai Penerimaan Diri
2.
Penelitian Mengenai Remaja
E. Kerangka Pemikiran
BAB III: METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
B. Definisi Operasional
C. Lokasi dan Subjek Penelitian
D. Instrumen Penelitian
E.
Teknik Pengumpulan Data
F.
Teknik Analisis Data
G. Teknik Analisis Keabsahan Data
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian dan Pembahasan Subjek DN
1. Profil Subjek DN
2. Hasil Penelitian
3. Pembahasan
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan Subjek NA
1. Profil Subjek NA
2. Hasil Penelitian
Jelia Karlina Rachmawati, 2014
Penerimaan Diri Remaja Hamil Pra Nikah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
11
3. Pembahasan
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Jelia Karlina Rachmawati, 2014
Penerimaan Diri Remaja Hamil Pra Nikah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Download