BAB I

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Sampai saat ini masalah seksualitas selalu menjadi topik yang menarik
untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah
menjadi suatu hal yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa
dihindari oleh makhluk hidup, karena dengan seks mahluk hidup dapat terus
bertahan hidup menjaga kelestarian keturunanya.
Masalah seksualitas di kalangan remaja adalah masalah yang cukup pelik
untuk diatasi. Di satu sisi, perkembangan seksual itu muncul sebagai bagian dari
perkembangan yang harus dijalani, namun, di sisi lain, penyaluran hasrat seksual
yang belum semestinya dilakukan dapat menimbulkan dan berakibat yang serius,
seperti kehamilan atau tertular penyakit kelamin.
Sejak tahun 1960-an, ketika mulai muncul revolusi seks di daratan eropa
dan Amerika, penelitian mengenai keserbabolehan dalam perilaku seksual pada
remaja mulai dilakukan. Ada indikasi yang menunjukan adanya peningkatan
persentase remaja yang memiliki tingkat keserbabolehan yang tinggi atau yang
melakukan hubungan seksual pranikah (Sarwono, 1989).
Penelitian yang dilakukan oleh Dr. Boyke Dian Nugraha (seorang ahli
obstetric dan ginekologi) di suatu klinik aborsi, ditemukan 50% pengunjungnya
berusia 15-20 tahun dan 44,5% diantaranya hamil diluar nikah (Republika, 1999).
Walaupun data yang diperoleh belum mencerminkan perilaku seksual
remaja pada umumnya, namun tampak jelas adanya suatu fenomena baru yang
menunjukan berkembangnya perilaku seks bebas di kalangan remaja, dan
kecenderungan hamil di luar nikah.
Pada perkembangan ditahap remaja akhir, individu biasanya mencari
teman untuk pasangan hidup dilakukan secara lebih serius dan berkomitmen.
Namun tidak jarang, pergaulan yang dilakukan melampaui batas-batas karena
1
2
mereka merasa saling mencintai dan saling memiliki satu sama lain, sehingga
menimbulkan kehamilan.
Kehamilan merupakan suatu anugerah bagi kebanyakan pasangan suami
isteri karena adanya anak membuat hidup berkeluarga terasa lebih lengkap dan
lebih mempunyai arti. Namun akan berbeda halnya untuk kehamilan yang terjadi
sebelum adanya suatu ikatan pernikahan. Kehamilan seperti ini sangat tidak
diharapkan oleh kebanyakan orang karena dianggap sebagai aib.
Wanita yang mengalami kehamilan sebelum menikah biasanya dihadapkan
pada pilihan yang sulit, yaitu meneruskan atau menghentikan kehamilanya
(aborsi). Dari sekian banyak kasus kehamilan di luar nikah, tidak semuanya
berakhir dengan aborsi. Sebagian wanita dalam situasi serupa memilih untuk
meneruskan kehamilan tanpa menikah. Walaupun demikian, pilihan ini juga
membawa konsekuensi tersendiri, misalkan adanya sanksi sosial bagi anak yang
dilahirkan karena anak yang dilahirkan tanpa ayah sering kali dianggap sebagai “
anak haram”, dan terutama bagi wanita sebagai ibu, tanpa ada pasangan atau
ikatan pernikahan yang sah.
Perasaan malu menganggap dirinya tak berarti dan merasa dikucilkan oleh
keluarga dan lingkungan sekitar akan sangat dirasakan oleh ibu dan anaknya
yang dilahirkan tanpa ikatan perkawinan. Selain itu, karena tidak adanya status
yang jelas, mereka sangat mungkin tersisihkan dalam lingkungan, dan munculah
perasaan hidup itu terasa hampa, frustasi dan tidak berarti. Kondisi ini sangan
mungkin mengakibatkan kehidupan wanita tersebut menjadi tidak bermakna.
Bastaman (1996), mendefinisikan bahwa makna hidup adalah sesuatu yang
dianggap penting dan berharga, serta memberikan nilai khusus bagi seseorang.
Makna hidup bila berhasil ditemukan dan terpenuhi akan menyebabkan kehidupan
ini dirasakan demikian berarti dan berharga.
Setiap individu senantiasa menginginkan dirinya menjadi orang yang
berguna dan berharga bagi keluarganya, lingkungan dan masyarakatnya, serta bagi
dirinya sendiri. Setiap orang menginginkan bagi dirinya suatu cita-cita dan tujuan
hidup yang akan diperjuangkannya dengan penuh semangat, sebuah tujuan hidup
yang menjadi arahan segala kegiatanya.ia mendambakan dirinya sebagai orang
3
yang bertanggung jawab, sekurang-kurangnya bagi dirinya sendiri, serta menjadi
orang yang mampu menentukan sendiri apa yang akan dilakukanya dan apa yang
paling baik bagi dirinya sendiri dan lingkunganya. Disisi lain ada banyak wanita
single mother yang berusaha untuk hidup optimis agar dirinya dapat meraih hidup
bermakna, hal ini membuat penulis tertarik untuk mengetahui gambaran
kebermaknaan hidup hidup pada wanita hamil pra nikah yang memutuskan
menjadi single mother
B. Pertanyaan Penelitiaan
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan, pertanyaan yang
diajukan pada penelitian ini adalah:
1.
Bagaimana makna hidup yang dialami oleh wanita hamil pra nikah
yang memutuskan menjadi single mother?
2.
Faktor-faktor apa yang mempengaruhi makna hidup wanita hamil pra
nikah yang memutuskan menjadi single mother?
3.
Bagaimana proses pencapaian makna hidup pada wanita hamil pra
nikah yang memutuskan menjadi single mother ?
C.
Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam studi kasus ini adalah untuk
mengetahui:
1. Kebermaknaan hidup pada wanita hamil pra nikah yang memutuskan
menjadi single mother.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi makna hidup pada wanita hamil
pra nikah yang memutuskan menjadi single mother.
3. Proses pencapaian makna hidup pada wanita hamil pra nikah yang
memutuskan menjadi single mother.
4
D.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki dua manfaat, yaitu :
1. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan masukan dan dorongan untuk
wanita yang hamil pranikah dan memutuskan untuk menjadi single
mother, dalam mencapai kebermaknaan hidup.
2. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu
pengetahuan khususnya bidang psikologi klinis yang berkaitan dengan
pencarian kebermaknaan hidup pada wanita hamil pra nikah yang
memutuskan menjadi single mother
Download