penerapan metode topsis untuk analisis kesesuaian lahan budidaya

advertisement
PENERAPAN METODE TOPSIS UNTUK ANALISIS
KESESUAIAN LAHAN BUDIDAYA LAUT INDONESIA
I Made Godya Aditya, Soewarto Hardhienata dan Lita Karlitasari
Email: [email protected]
Program Studi Ilmu Komputer FMIPA Universitas Pakuan
Indonesia dengan luas lautan 5,8 juta km 2, merupakan potensi kelautan dan perikan
sangat besar, potensi tersebut perlu dikelola secara baik dan benar sehingga dapat
berkelanjutan. Klasifikasi kesesuaian lahan pada budidaya laut didasarakan pada
beberapa hal, yaitu lingkungan, kualitas air, dan sosia-infrastruktur. Pada saat ini,
masih banyak pelaku usaha yang membuat keramba tanpa memperhitungkan hal-hal
tersebut, sehingga akibatnya, pelaku usaha tersebut merugi ataupun gagal. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk membuat aplikasi yang mudah digunakan, gratis, cepat, dan
dapat memberikan informasi serta keputusan tentang lokasi terbaik pembuatan
keramba ikan/rumput laut sesuai dengan data pengamatan yang ada. Penelitian
dilakukan menggunakan data sekunder yang didapatkan melalui tinjauan pustaka dan
pakar di Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Jakarta. Aplikasi Analisis
Kesesuaian Lahan Budidaya Laut Indonesia sebagai hasil dari penelitian ini, dapat
digunakan oleh pengguna untuk menentukan kesesuaian lahan dan stasiun paling
layak menggunakan metode TOPSIS berdasarkan data-data parameter, yaitu
kedalaman, kecepatan arus, tinggi gelombang, substrat, suhu, salinitas dan pH.
Kata Kunci : TOPSIS, Kesesuaian Lahan, Budidaya Laut
Klasifikasi kesesuaian lahan pada
pembuatan keramba ikan maupun rumput
laut didasarkan pada beberapa hal yaitu
lingkungan, kualitas air, dan sosiainfrastruktur, hal-hal tersebut sangat
mempengaruhi kesuksesan suatu keramba,
baik dalam membudidayakan ikan/rumput
laut, maupun dalam bisnis/penjualan. Pada
saat ini, masih banyak pelaku usaha yang
membuat keramba ikan/rumput laut tanpa
memperhitungkan hal-hal yang menjadi
dasar kesesuaian lahan, yang akibatnya
membuat pelaku usaha merugi ataupun
gagal dalam mengembangkan usaha
mereka.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
membuat aplikasi yang mudah digunakan,
gratis, cepat, dan dapat memberikan
informasi serta keputusan tentang lokasi
terbaik pembuatan keramba ikan/rumput
laut sesuai dengan data pengamatan yang
ada. Aplikasi Analisis Kesesuaian Lahan
Budidaya Laut Indonesia diharapkan
dapat digunakan oleh para pelaku usaha,
PENDAHULUAN
Indonesia dengan luas lautan 5,8 juta
km2, panjang garis pantai 95.131 km, dan
17.504 pulau, merupakan potensi kelautan
dan perikanan sangat besar. Potensi
tersebut perlu dikelola secara baik dan
benar sehingga dapat berkelanjutan
(Kementrian Kelautan dan Perikanan,
2013).
Metode TOPSIS sendiri pada saat ini,
telah banyak sekali digunakan di berbagai
bidang ilmu dan kehidupan, salah satunya
digunakan untuk menentukan pegawai
terbaik, tetapi metode TOPSIS tidak
menutup kemungkinan untuk digunakan
pada berbagai bidang ilmu lainnya, seperti
salah satu contoh penelitian yang telah
dilakukan oleh Annisa Nandadiri pada
tahun 2014 yang menggunakan metode
TOPSIS sebagai metode untuk meranking
calon lahan berdasarkan perhitungan
menggunakan nilai bobot yang telah
ditentukan sebelumnya.
1
maupun para peneliti dalam menentukan
lahan yang sesuai untuk pembuatan
keramba ikan maupun rumput laut sesuai
dengan stasiun lokasi dan data
pengamatan yang ada.
Sumber Pengetahuan
Pada tahap ini, sumber pengetahuan
dikumpulkan, diantaranya adalah, datadata kesesuaian lahan budidaya ikan
maupun rumput laut. Data-data kesesuaian
lahan merupakan data sekunder yang
didapatkan melalui tinjauan pustaka yang
dilakukan di PUSLITBANG Perikanan
Jakarta,
Kementrian kelautan dan
perikanan. Tingkat kesesuaian lahan ikan
dapat dilihat pada Tabel 1 sumber
Kementrian Kelautan dan Perikanan 2013.
METODE PENELITIAN
Metode Penelitian yang digunakan pada
Penelitian Penerapan Metode Topsis
untuk Analisis
Kesesuaian Lahan
Budidaya Laut Indonesia adalah sistem
pakar yang dikembangkan oleh Turban,
Aronson, Ting-Peng Liang. Metode
pengembangan ini merupakan metode
yang paling mudah dalam pembangunan
sistem pakar, skema siklus pengembangan
sistem pakar dapat dilihat pada Gambar 1.
Tabel 1. Tingkat Kesesuaian Lahan Ikan
Peubah
Satuan
Sangat
Sesuai
Sesuai
Cukup
Sesuai
Kedalaman
M
10-20
20-25
25-30
cm/s
15-25
15-25
25-35
Kecepatan
Arus
Tinggi
Gelombang
Mulai
Cm
<60
60-80
80-100
>100
Pasir
dan
Pecahan
Karang
Pasir
Berlumpur
Lumpur
Berpasir
Lumpur
0
C
28-32
25-28
20-25
Salinitas
Ppt
31-35
28-31
25-28
pH
mg/L
>7
6-7
4-6
Substrat
Sumber Pengetahuan
Suhu
Analisa Permasalahan
Tidak
Sesuai
<10
dan
>30
<5 dan
>35
Model Analisis
<25
dan >
32
<25
dan
>35
<4
1
Dimodifikasi
dari
(Tabel
tingkat
kesesuaian lahan ikan Kementrian
Kelautan dan Perikanan, 2013)
Peubah/parameter diatas dipilih karena
parameter-parameter diatas merupakan
parameter yang paling mudah diukur
tanpa bantuan alat penelitian khusus
ataupun penelitian laboratorium.
Perancangan Basis Pengetahuan
Perancangan Antar Muka
Implementasi
Uji Coba
Analisa Permasalahan
Sistem Berhasil
Tidak
Pada tahap ini, basis pengetahuan atau
informasi yang didapat dari pakar, terlebih
dahulu diubah kedalam bentuk diagram
pohon keputusan, sehingga didalam
penyelesaian masalah lebih mudah
dilakukan
penelusuran
untuk
mendapatkan solusi atau kesimpulan akhir
yang terbaik, diagram pohon keputusan
dalam Sistem Pakar Analisis Kesesuaian
Lahan dapat dilihat pada Gambar 2.
Ya
Penggunaan dan Pemeliharaan
Selesai
Gambar 1. Skema Siklus Pengembangan
Sistem Pakar (Turban, Aronson, TingPeng Liang, 2005).
2
Sangat
Sangat Sesuai(4)
Sesuai(4)
10-20
Rule 1
25-30
Kedalaman
Rule 2
5-15
Kecepatan Arus
Sangat
Sangat Sesuai(4)
Sesuai(4)
15-25
Cukup
Cukup Sesuai(2)
Sesuai(2)
<10 dan >30
Tidak
Tidak Sesuai(1)
Sesuai(1)
Sesuai(3)
Sesuai(3)
25-35
Cukup
Cukup Sesuai(2)
Sesuai(2)
<5 dan >35
Rule 3
Tidak
Tidak
Sesuai(1)
Sesuai(1)
Sangat
Sangat Sesuai(4)
Sesuai(4)
<60
Sesuai(3)
Sesuai(3)
60-80
80-100
Tinggi Gelombang
Parameter Keramba Ikan
Sesuai(3)
Sesuai(3)
20-25
Cukup
Cukup Sesuai(2)
Sesuai(2)
>100
Sangat
Sangat
Sesuai(4)
Sesuai(4)
Pasir
Sesuai(3)
Sesuai(3)
Berlumpur
Lumpur
Cukup Sesuai(2)
Berpasir Cukup Sesuai(2)
Pasir dan
Pecahan Karang
Rule 4
Substrat
Lumpur
Tidak
Tidak
Sesuai(1)
Sesuai(1)
Rule 5
28-32
31-35
Salinitas
Sangat
Sangat
Sesuai(4)
Sesuai(4)
28-31
Sesuai(3)
Sesuai(3)
25-28
Cukup
Cukup Sesuai(2)
Sesuai(2)
<25 dan >35
Sangat
Sangat
Sesuai(4)
Sesuai(4)
25-28
20-25
Suhu
Rule 6
Tidak
Tidak Sesuai(1)
Sesuai(1)
<25 dan >32
Sesuai(3)
Sesuai(3)
Cukup
Cukup Sesuai(2)
Sesuai(2)
Tidak
Tidak
Sesuai(1)
Sesuai(1)
Tidak
Tidak Sesuai(1)
Sesuai(1)
Gambar 2. Diagram Pohon Keputusan Lahan Ikan
Analisis Kesesuaian Lahan Budidaya
Laut Indonesia merupakan bagian dari
aplikasi Sistem Informasi Spasial
Budidaya
Laut
Indonesia,
atau
SISBUDIN, oleh karena itu struktur
navigasi Analisis Kesesuaian Lahan dapat
digambarkan seperti pada gambar 3.
Gambar 3. Struktur Navigasi Analisis Kesesuaian Lahan
Proses pada sistem dapat digambarkan
menggunakan
flowchart,
TOPSIS
merupakan metode yang digunakan untuk
penentuan stasiun paling layak diantara
stasiun-stasiun yang ada, perhitungan
TOPSIS dimulai dari perhitungan
persentase yang akan ditambahkan dengan
nilai kriteria dari tiap alternatif, flowchart
perhitungan persentase kesesuaian lahan
dapat dilihat pada gambar 4. Perhitungan
persentase kesesesuaian digunakan untuk
mencari nilai yang lebih presisi
dibandingkan nilai ordinal, perhitungan
ini menggabungkan perhitungan numerik
dan perhitungan ordinal sesuai dengan
tabel dan diagram pohon keputusan.
3
Mulai
Batas Atas = BA, Batas Bawah = BB, Nilai Tengah = T, Sangat Sesuai =
SS, Sesuai = S, Cukup Sesuai = CS, Tidak Sesuai = TS, Nilai = N,
Persentase = P , Kesesuaian + Persentase = KP
SST = SSBB + ((SSBA-SSBB)/2)
ST = SBB + ((SBA-SBB)/2)
CST = CSBB + ((CSBA-CSBB)/2)
TST = TSBB + ((TSBA-TSBB)/2)
Y
Y
N <= SST ?
N = SS ?
T
T
Y
T
N=S?
Y
P = N / SST
P = SST/N
T
N = CS ?
Y
T
N <= ST ?
KP = 4 + P
P = N / ST
P = ST/N
Y
T
N <= CST ?
KP = 3 + P
P = N / CST
P = CST/N
N <= TST ?
KP = 2 + P
P = N / TST
P = TST/N
KP = 1 + P
Selesai
Gambar 4. Flowchart Perhitungan Persentase Kesesuaian Lahan
Setelah nilai presentase dan kesesuaian
sudah didapatkan, nilai-nilai tersebut
dinormalisasi, dikalikan bobot, max dan
min, perhitungan D+ dan D-, serta
penrangkingan tiap stasiun. Flowchart
TOPSIS dapat dilihat pada gambar 5.
Nilai V akan menentukan stasiun mana
yang paling layak diantara stasiun-stasiun
yang ada. Nilai V terbesar adalah stasiun
paling layak diantara stasiun-stasiun
lainnya.
Model Analisis
Mulai
Baris 1 = Stasiun 1,
Baris 2 = Stasiun 2,
KP-Kedalaman (C1), KP-Kecepatan Arus (C2), KP-Tinggi Gelombang (C3), KP-Substrat (C4),
KP-Suhu (C5), KP-Salinitas (C6), KP-pH (C7), Bobot C1 = 1, Bobot C2 = 1, Bobot C3 = 2,
Bobot C4 = 1, Bobot C5 = 1, Bobot C6 = 2, Bobot C7 = 2.
Pada model analisis, program akan
dimodelkan baik secara input, proses,
maupun output, pada tahapan ini, program
akan dimodelkan menggunakan DFD
(Data Flow Diagram) atau Diagram Alur
Data. Berikut, DFD aplikasi Sistem Pakar.
Analisis Kesesuaian Lahan, diagram
konteks yang merupakan diagram untuk
mendefinisikan awal dan akhir dari data
yang masuk serta keluaran pada suatu
sistem dapat dilihat pada gambar 6.
Sedangkan diagram lvl 0 digunakan
untuk menjelaskan diagram konteks
secara lebih mendetail, pada proses level 0
terdiri dari beberapa proses, yaitu proses
pengubahan
basis
pengetahuan,
identifikasi kesesuaian tiap parameter,
cetak laporan, tambah atau ubah stasiun,
serta perhitungan topsis dapat dilihat pada
gambar 7.
C1=√(X11²+X21²) , C5 = √(X15²+X25²)
C2=√(X12²+X22²) , C6 = √(X16²+X26²)
C3=√(X13²+X23²) , C7 = √(X17²+X27²)
C4=√(X14²+X24²)
R11 = X11 / C1 , R21 = X21 / C1 , R15 = X15/C5 , R25 = X25/C5
R12 = X12 / C2 , R22 = X22 / C2 , R16 = X16/C6 , R26 = X26/C6
R13 = X13 / C3 , R23 = X23 / C3 , R17 = X17/C7 , R27 = X27/C7
R14 = X14 / C4 , R24 = X24 / C4
(R11,R21) * Bobot C1 , (R15,R25) * Bobot C5
(R12,R22) * Bobot C2 , (R16,R26) * Bobot C6
(R13,R23) * Bobot C3 , (R17,R27) * Bobot C7
(R14,R24) * Bobot C4
Max(R11,R21),Min(R11,R21) , Max(R15,R25),Min(R15,R25)
Max(R12,R22),Min(R11,R21) , Max(R16,R26),Min(R16,R26)
Max(R13,R23),Min(R11,R21) , Max(R17,R27),Min(R17,R27)
Max(R14,R24),Min(R11,R21)
D1+=√((R11-Max)+(R12-Max)+(R13-Max)+(R14-Max)+(R15-Max)+(R16-Max)+(R17-Max))
D2+=√((R21-Max)+(R22-Max)+(R23-Max)+(R24-Max)+(R25-Max)+(R26-Max)+(R27-Max))
D1-=√((R11-Min)+(R12-Min)+(R13-Min)+(R14-Min)+(R15-Min)+(R16-Min)+(R17-Min))
D2-=√((R21-Min)+(R22-Min)+(R23-Min)+(R24-Min)+(R25-Min)+(R26-Min)+(R27-Min))
V1=D1-/(D1-+D1+)
V2=D2-/(D2-+D2+)
Nilai V dan Kesimpulan
Selesai
Gambar 5. Flowchart Perhitungan
TOPSIS
4
Gambar 6. Diagram Konteks
Kesesuaian
Parameter
Pengguna
Parameterparameter
Tabel_Kesesuaian
_Stasiun
Proses 2.0
Identifikasi
Kesesuaian Tiap
Parameter
Parameter-parameter,
Hasil Kesesuaian
Proses 1.0
Mengubah Basis
Pengetahuan
Kesesuaian
Parameter
Parameter-parameter
Tabel_Stasiun
Kesesuaian
Parameter
Admin
Parameter-parameter
Proses 4.0
Tambah atau
Ubah Stasiun
Proses 5.0
Identifikasi
Kesesuaian Tiap
Parameter
Parameter-parameter,
Hasil Kesesuaian dan
Rekomendasi
Proses 3.0 Cetak
Laporan
Kesesuaian
Parameter
Parameter-parameter,
Hasil Kesesuaian
Parameter-parameter,
Hasil Kesesuaian dan Rekomendasi
Parameterparameter,
Hasil Kesesuaian
Laporan Parameter-parameter,
Hasil Kesesuaian dan Rekomendasi
Proses 6.0
Perhitungan TOPSIS
Hasil Perhitungan
TOPSIS
Parameterparameter,
Hasil Kesesuaian
‘Keterangan :
Tabel Kesesuaian Stasiun terbagi menjadi 2, Tabel Kesesuaian Stasiun Ikan dan Tabel Kesesuaian Stasiun Rumput Laut
Tabel Stasiun terbagi menjadi 2, Tabel Stasiun Ikan dan Tabel Stasiun Rumput Laut
Gambar 7. Diagram lvl 0
Tabel 2. Tabel Stasiun
Perancangan Basis Pengetahuan
No
1
2
3
4
5
6
7
Pengetahuan atau data yang ada, disusun
sedemikian rupa ke dalam bentuk tabel
untuk mempermudah sistem dalam
pengambilan keputusan.
Basis pengetahuan aplikasi analisis
kesesuaian lahan budidaya laut Indonesia
(ANKELBI) menggunakan Microsoft
Access,
tabel
basis
pengetahuan
ANKELBI diantaranya adalah tabel
stasiun yang dapat dilihat pada tabel 2,
tabel kesesuaian stasiun yang dapat dilihat
pada tabel 3 dan tabel persentase
kesesuaian stasiun yang dapat dilihat pada
tabel 4.
8
9
10
11
12
13
Nama Field
Stasiun
Nama
x
y
KEDALAMAN
ARUS
TINGGI_GELOMBA
NG
SUBSTRAT
SUHU
SALINITAS
PH
HASIL
HASIL_HURUF
Tipe
Number
Text
Double
Double
Double
Double
Double
Ukuran
2
100
4
4
4
4
4
Text
Double
Double
Double
Double
Text
100
4
4
4
10
100
Tabel 3. Tabel Kesesuaian Stasiun
No
1
2
3
5
Nama Field
Nomor
sesuaidalam
sesuaiarus
Tipe
Number
Double
Double
Ukuran
2
4
4
4
5
6
7
8
9
10
11
12
sesuaigel
sesuaisubs
sesuaisuhu
sesuaisalin
sesuaiph
jeniskesesuaian
rekomendasi
rekomendasi2
rekomendasi3
Double
Double
Double
Double
Double
Text
Text
Text
Text
4
4
4
4
4
100
200
200
200
Budidaya Laut Indonesia (SISBUDIN),
SISBUDIN merupakan aplikasi yang
dikembangkan oleh penulis pada saat
melakukan
praktek
lapang
di
PUSLITBANG Perikanan pada tahun
2015. ANKELBI itu sendiri merupakan
form yang berada di dalam salah satu
menu SISBUDIN, Hasil dan Pembahasan
ANKELBI dibuat dalam model arsitektur
Sistem Pendukung Keputusan, yaitu
subsistem manajemen data, subsistem
manajemen model, subsistem antarmuka
pengguna dan subsistem manajemen
berbasis pengetahuan.
Tabel 4. Tabel Persentase Kesesuaian
Stasiun
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Nama Field
Stasiun
Nama
x
y
P-KEDALAMAN
P-ARUS
PTINGGI_GELOMBAN
G
P-SUBSTRAT
P-SUHU
P-SALINITAS
P-PH
HASIL
Tipe
Number
Text
Double
Double
Double
Double
Double
Ukuran
2
100
4
4
4
4
4
Subsistem Manajemen Data
Double
Double
Double
Double
Double
4
4
4
4
10
Manajemen data pada ANKELBI dibagi
menjadi dua, yaitu basis data hasil ikan
dan basis data hasil rumput laut. Basis
Data Hasil Ikan dapat dilihat pada gambar
8.
Perancangan Antarmuka (Interface)
Pada tahapan ini, antarmuka program
akan dirancang, antarmuka berfungsi
untuk menghubungkan pengguna dengan
sistem. Pada perancangan ini, seluruh
desain menu, layout, dan elemen
pendukung antarmuka lainnya seperti
logo, banner, akan dibuat.
Implementasi
Gambar 8. Basis Data Hasil Ikan
Pada tahap implementasi, seluruh hasil
rancangan akan disatukan dan dibuat
dalam
sistem
berbasis
dekstop
menggunakan Microsoft Visual Studio
2010, dengan database Microsoft Access.
Data-data hasil analisis kesesuaian lahan
ikan disimpan di form Basis Data Hasil
Ikan. Admin dapat menambahkan data,
mengubah data, menghapus data, atau
mengekspor data. Form Basis Data Hasil
Ikan juga memiliki fitur Cari Stasiun
Paling Layak untuk menentukan stasiun
paling layak diantara stasiun-stasiun yang
ada, menggunakan metode TOPSIS. Hasil
dari TOPSIS, ataupun hasil analisis
stasiun
yang
baru
ditambahkan
dimunculkan dalam pop-up hasil, dapat
dilihat pada gambar 9.
Uji Coba Sistem
Uji coba sistem dilakukan dengan tiga
tahap yaitu uji coba struktural, uji coba
fungsional, dan uji coba validasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Kesesuaian Lahan Budidaya
Laut Indonesia (ANKELBI) merupakan
bagian dari Sistem Informasi Spasial
6
diharapkan memudahkan pengguna untuk
melihat kesesuaian. Setelah semua data
dimasukan (termasuk nama dan x,y),
pengguna akan mendapatkan hasil
kesesuaian
lahan
total
dengan
menggunakan tombol ‘Kalkulasi’. Setelah
tombol Kalkulasi diklik, maka akan
muncul tombol cetak.
Data-data
parameter
dan
hasil
kesesuaian akan secara otomatis disimpan
di database yang dapat dibuka oleh Admin
melalui form Basis Data Hasil Kesesuaian
Lahan Ikan.
Gambar 9. Pop-up Hasil
Subsistem Manajemen Model
Manajemen model pada ANKELBI
terdapat di form Info dan Metode.
Form Info dan Metode mencakup
informasi tentang ANKELBI, basis
pengetahuan kesesuaian lahan ikan dan
rumput laut yang didapatkan dari
Kementrian Kelautan dan Perikanan.
Subsistem Manajemen Berbasis
Pengetahuan
Manajemen berbasis pengetahuan
pada ANKELBI terbagi menjadi dua,
yaitu basis pengetahuan ikan sebagai basis
pengetahuan dari analisis kesesuaian lahan
ikan dan basis pengetahuan rumput laut
sebagai basis pengetahuan dari analisis
kesesuaian lahan rumput laut. Kedua basis
pengetahuan tersebut dapat diubah oleh
admin melalui form admin di ANKELBI.
Basis pengetahuan ikan dapat dilihat pada
gambar 11.
Subsistem Antarmuka Pengguna
Antarmuka
pengguna
adalah
penghubung antara sistem dengan
pengambil keputusan.
Form Analisis Kesesuaian Lahan Ikan,
merupakan form yang dapat diakses
melalui form menu utama ANKELBI,
Form Analisis Kesesuaian Lahan Ikan
dapat dilihat pada gambar 10.
Gambar 11. Basis Pengetahuan Ikan
Gambar 10. Form Analisis Kesesuaian
Lahan Ikan
Batas Atas dan Batas Bawah
digunakan agar sistem lebih mudah
diprogram dan mencegah kesalahan
pembacaan sistem. Penjelasan Batas Atas
dan Batas Bawah adalah sebagai berikut :
Misal Sangat Sesuai 34 C – 46 C, maka
Batas Atas adalah 46 C, dan Batas Bawah
adalah 34 C.
Form Analisis Kesesuaian Lahan Ikan
dapat digunakan oleh pengguna untuk
mengetahui apakah lokasi mereka
merupakan tempat yang sesuai untuk
budidaya ikan melalui data-data standar
yang
mereka
miliki.
Form
ini
menampilkan kesesuaian disamping data
parameter dengan warna-warna yang
7
Uji Coba Struktural
Hasil dari perhitungan di ANKELBI
adalah 3, sesuai, dapat dilihat pada
gambar 13.
Uji
struktural
bertujuan
untuk
mengetahui apakah sistem yang dibuat
sudah sesuai dengan rancangan.
Uji Coba Fungsional
Uji coba fungsional merupakan tahap uji
coba yang bertujuan untuk mengetahui
apakah bagian dari proses sistem
informasi berjalan sesuai dengan fungsi
masing-masing.
Uji Coba Validasi
Gambar 13. Hasil Perhitungan
Uji coba validasi pada ANKELBI
dilakukan dengan menghitung kalkulasi
data parameter secara manual pada
kesesuaian lahan ikan, berikut uji validasi
kesesuaian lahan ANKELBI.
Manual :
Nama
= Kerapu 1
Koordinat x,y
= 121,21
Kedalaman
= 12 (4)
Kecepatan Arus
= 21 (3)
Tinggi Gelombang = 35 (4)
Substrat
= Lumpur Berpasir (2)
Suhu
= 21 (2)
Salinitas
= 28 (2)
pH
= 12 (4)
Keterangan : Sangat Sesuai = 4,
Sesuai = 3, Cukup Sesuai = 2,
Tidak Sesuai = 1.
Maka :
4 + 3 + 4 + 2 + 2 + 2 + 4 = 21
Dibagi banyak data (7) : 21/7 = 3 (Sesuai).
Hasil dari perhitungan manual adalah 3,
sedangkan, Perhitungan pada ANKELBI
dapat dilihat pada gambar 12.
Dari perhitungan tersebut, dapat
disimpulkan bahwa hasil perhitungan
ANKELBI dengan perhitungan manual
adalah 100% sama.
Sedangkan untuk uji coba validasi
TOPSIS data serta perhitungan manual
dengan nilai Stasiun 1(A1) : KPKedalaman 4,8, KP- Kecepatan Arus 3,9,
KP-Tinggi Gelombang 4,9, KP-Substrat 3,
KP-Suhu 2,9, KP-Salinitas 1,4, KP-pH
3,9.
Stasiun 2(A2) : KP-Kedalaman 3,9, KPKecepatan
Arus
4,8,
KP-Tinggi
Gelombang 4,7, KP-Substrat 2, KP-Suhu
2,9, KP-Salinitas 1,7, KP-pH 4,9. Dari
nilai-nilai diatas, didapatkan hasil V
terbaik adalah 0,58 (stasiun 1). Berikut
perhitungan di ANKELBI, data yang
digunakan dapat dilihat pada gambar 14.
Gambar 14. Data stasiun yang digunakan
untuk TOPSIS
Gambar 12. Perhitungan di ANKELBI
8
Hasil perhitungan sebagai berikut :
DAFTAR PUSTAKA
1) Annisa Nandadiri. 2014. Sistem
Informasi Geografis Pemilihan
Lahan Tembakau di Kabupaten
Jember
Berbasis
WEB
Menggunakan Metode TOPSISAHP. Tugas Akhir Program Studi
Sistem Informasi Universitas
Jember, Jember.
2) Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas
Pakuan Bogor. 2015. Buku
Panduan Skripsi dan Tugas Akhir.
Pusat Komputasi Program Studi
Ilmu
Komputer
Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Bogor.
3) Food
and
Agriculture
Organization,
1976.
Land
Suitability Information. Roma.
4) Fitriana Susanti, Sri Winiarti.
2013. Sistem Pakar Penentuan
Kesesuaian Lahan Pertanian
Untuk Pembudidayaan Tanaman
Buah-Buahan. Jurnal Sarjana
Teknik Informatika. Volume 1
Nomor 1, Yogyakarta.
5) I Made Godya Aditya. 2015.
Sistem Informasi Spasial Budidaya
Laut Indonesia PUSLITBANG
Perikanan.
Laporan
Praktek
Lapang. Jurusan Ilmu Komputer
FMIPA UNPAK, Bogor.
6) I Nyoman Radiarta, Erlania,
Rasidi, Idil Ardi, Ketut Sugama,
Siti Hajar Suryawati, Ketut
Ginantra.
2013.
Kajian
Pengembangan Sistem Perikanan
Budidaya
pada
Komoditas
Unggulan Berbasis Kawasan.
Puslitbang Perikanan Budidaya
Badan
Penelitian
dan
Pengembangan Kelautan dan
Perikanan Kementrian Kelautan
dan Perikanan. Jakarta.
7) Kementrian
Kelautan
dan
Perikanan,
2015.
Buklet
Gambar 17. Hasil perhitungan TOPSIS
Perhitungan di ANKELBI menghasilkan
angka V = 0,57504.... Stasiun 1, manual
menghasilkan angka V = 0,57, didapatkan
hasil bahwa perhitungan ANKELBI
memiliki presisi yang lebih tinggi
dibandingkan perhitungan secara manual,
dengan tingkat validitas 100%.
KESIMPULAN
Kesimpulan dapat diambil dari hasil
yang dicapai bahwa metode TOPSIS
dapat diterapkan untuk menganalisis
kesesuaian lahan budidaya laut Indonesia
dengan validitas nilai V, 98% hingga
100% menggunakan tujuh kriteria, yaitu
kedalaman, tinggi gelombang, kecepatan
arus, substrat, suhu, salinitas dan pH.
Metode TOPSIS yang biasanya digunakan
untuk penentuan pegawai terbaik ataupun
beasiswa, terbukti dapat diterapkan untuk
menentukan stasiun paling layak pada
kesesuaian lahan budidaya laut, Indonesia.
Penelitian Penerapan Metode TOPSIS
untuk Analisis
Kesesuaian Lahan
Budidaya
Laut
Indonesia
telah
diimplementasikan pada aplikasi Analisis
Kesesuaian Lahan Budidaya Laut
Indonesia (ANKELBI) yang merupakan
bagian dari aplikasi Sistem Informasi
Spasial
Budidaya
Laut
Indonesia
(SISBUDIN).
9
Kementrian
Kelautan
dan
Perikanan. Jakarta.
8) Kusrini. 2006, Sistem Pakar Teori
dan Aplikasi. Andi Offset,
Yogyakarta.
9) PUSLITBANG Perikanan. 2015.
Buklet PUSLITBANG Perikanan,
Jakarta.
10) Rahman Hakim, Riza. 2010.
Formation
of
Masculine
Freshwater Crayfish (Cherax
quadricarinatus) Through The
Application of Metiltestosteron by
Deeping Method on The Different
Time.
Prosiding
Departemen
Perikanan Fakultas Pertanian dan
Peternakan
Universitas
Muhammadiyah Malang, Malang.
11) Safia
Dhany.2009.Perancangan
Sistem Pakar Untuk Diagnosa
Penyakit Anak, Medan. Skripsi
Program Studi S-1 Ilmu Komputer
Departemen
Ilmu
Komputer
Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas
Sumatera Utara, Medan.
12) Sativandi Putra, Arief Andy
Soebroto, Issa Arwani. 2015.
Pengembangan Sistem Pakar
Untuk
Memprediksi
Kelas
Kemampuan
Lahan
Pertanian.Jurnal Program Studi
Teknik Informatika Universitas
Brawijaya, Malang.
13) Sri Kusumadewi. 2003. Artificial
Intellegence (Teknik dan Aplikasi).
Edisi pertama. Graha Ilmu,
Yogyakarta.
14) Turban, 2005, Decision Support
System and Intelligent Systems
(Sistem Pendukung Keputusan dan
System Cerdas) Jilid 1, Andi
Offset, Yogyakarta
10
11
Download