BAB I Smart Power Operation Tomodachi dalam

advertisement
BAB I
Smart Power Operation Tomodachi dalam Penanganan Gempa Tohoku 2011
A. Latar Belakang
Jepang dengan Amerika telah menjalin hubungan bilateral sejak akhir Perang
Dunia ke 2. Hubungan keduanya dikatakan cukup baik meski sempat berperang pada
masa Perang Dunia 2. Amerika menjadi pemimpin Jepang dengan Supreme Commander
for the Allied Powers (SCAP) sebagai istrumen pengatur kekuasaan Amerika Serikat di
Jepang di Jepang. Hubungan keduanya diwarnai dengan nuansa kontrol militer atas
Amerika Serikat terhadap Jepang meski SCAP telah dibubarkan pada tahun 1951. Kontrol
ini dilakukan dengan dilarangnya Jepang memiliki unit militer dan digantikan dengan
“penjagaan” militer dari Amerika Serikat yang ditempatkan di wilayah Jepang seperti
Okinawa.
Meski Amerika Serikat berfungsi sebagai “sekutu” Jepang tidak selamanya
Amerika membantu permasalahan Jepang. Pada tahun 1995 terjadi gempa besar di
prefektur Hyougo, Jepang yang dikenal dengan Great Hanshin Earthqueake (berskala 6,8
Skala Richter). Gempa yang melanda Kobe ini telah memakan korban sekitar 5.300 orang
dan berdampak pada kerugian mencapai 500 – 600 milyar dollar Amerika Serikat. 1 Meski
dampak Gempa besar ini tidak ditimpali dengan bantuan sekutu Jepang yakni Amerika
Serikat.
2
Ketidakhadiran Amerika Serikat dalam Great Hanshin Earthquake
menimbulkan sikap anti – Amerika bagi beberapa elemen masyarakat Jepang.
Satu decade lebih sejak Great Hanshin Earthquake, Jepang kembali mengalami
gempa besar di wilayah Kanto pada tahun 2011. Gempa yang melanda di prefektur
Tohoku ini memiliki kekuatan yang sama besarnya dengan gempa di prefektur Hyougo
tahun 1995, yang dikenal dengan Great East Japan Earthquake (dari kata 東日本大震災
Higashi nihon daishinsai) atau Gempa Tohoku 2011. Namun berbeda dengan gempa
1
Disaster Recovery Journal, THE GREAT HANSHIN EARTHQUAKE,
<http://www.drj.com/drworld/content/w3_093.htm>, diakses pada 1 Januari 2014
2
Meski dalam beberapa penelitian faktor internal Jepang - lah yang menyebabkan tidak masuknya bantuan
dari luar negeri. Fukushima, Glen S., ‘The Great Hanshin Earthquake’, Japan Policy Research Institue (online),
Maret 1995 ,< http://www.jpri.org/publications/occasionalpapers/op2.html> , diakses pada 1 Januari 2014
8
besar tahun 1995, pada tahun 2011 Amerika Serikat berinisiatif memberikan bantuan
humaniter kepada korban Gempa Tohoku 2011. Bantuan Amerika Serikat ini kemudian
dikenal di dunia sebagai Operation Tomodachi.
Menurut harian online Japan Times, Operation Tomodachi dilakukan sejak 12
Maret hingga 4 Mei 2011. Aksi Humaniter ini melibatkan 24.000 personil militer
Amerika Serikat, 189 pesawat tempur and 24 kapal perang. Diperkirakan Operation
Tomodachi menghabiskan biaya hingga 90 juta dollar Amerika 3 , nomor dua terbesar
setelah Kuwait yang menyumbangkan 5 juta barrel minyak senilai 500 juta dollar
Amerika. 4 Dalam situs Ministry of Foreign Affairs (MOFA) Pemerintah Jepang,
Operation Tomodachi merupakan satu – satunya aksi humaniter yang diberi nama khusus.
Selain menjadi satu – satunya bantuan humaniter yang diberikan detail khusus mengenai
jumlah personil, foto operasi dan tanggapan masyarakat yang berterima kasih atas
Operation Tomodachi dalam laman dunia maya pemerintahan Jepang. Aksi humaniter
yang dibentuk oleh Amerika Serikat tersebut berhasil mengumpulkan rasa simpati
masyarakat Jepang terhadap keberanian militer Amerika Serikat. Operation Tomodachi
menjadi suatu momentum baru hubungan pertahanan Jepang – Amerika Serikat pasca
berlangsungnya 50 tahun sejak 19 Januari 1960 yang tercantum dalam Treaty of Mutual
Cooperation and Security between the United States and Japan.
B. Rumusan Masalah
Untuk menganalisis mengenai aksi humaniter tersebut, penulis menggunakan
rumusan masalah : Apakah Operation Tomodachi mempengaruhi hubungan sosial –
politik dan pertahanan Jepang dengan Amerika?
3
The Japan Times Online, Operation Tomodachi a huge success, but was it a one-off? (online), 3 Maret 2012,
<http://www.japantimes.co.jp/text/nn20120303f1.html>, diakses pada 14 Januari 2013
4
Embassy of The State Kuwait, Japan welcomes HH Kuwait''s Amir visit (online),<http://kuwaitembassy.or.jp/E_news.shtml>, diakses pada 14 Januari 2012
9
C. Landasan Konseptual : Smart Power
More than four centuries ago, Niccolo Machiavelli advised princes in Italy that it was
more important to be feared than to be loved. But in today's world, it is best to be both.
Winning hearts and minds has always been important, but it is even more so in a
global information age. ...... Yet political leaders have spent little time thinking about
how the nature of power has changed and, more specifically, about how to
incorporate the soft dimensions into their strategies for wielding power. -Joseph Nye5
Konsep Soft Power diperkenalkan dan digagas oleh Joseph Nye pada tahun 1990
dalam buku Bound to Lead: The Changing Nature of American Power. Satu decade
selanjutnya Nye memformulasikan konsep Soft Power dalam buku Soft Power : The
Means to Success in World Politics pada tahun 2004. Konsep Soft Power yang
diperkenalkan Nye merupakan intrepretasi lebih lanjut dalam memahami kekuatan atau
power. Dalam buku Future Power, Nye menjelaskan lebih lanjut evolusi dari Soft Power
yang kemudian disebut dengan Smart Power.
Kekuatan atau Power memiliki makna sebagai suatu kemampuan mempengaruhi
perilaku orang lain untuk mendapatkan hasil yang kita inginkan. Aplikasi power sendiri
bisa dipraktekkan dengan ancaman, sogokan (uang), bekerjasama, menarik perhatian
dengan menjadi sosok karismatik dan semacamnya. Dalam memahami konsep power,
sering timbul persepsi bahwa power berbasis pada kekuatan fisik saja (seperti paksaan
dan perintah). Dalam Soft Power instrumen yang digunakan berdasarkan pada kharisma
dan instrument non fisik, seperti budaya, teknologi, ideology. Istilah Smart Power
kemudian digagas Nye ketika suatu negara menggunakan instrumen Soft Power dengan
Hard Power secara bersamaan
Konsep Soft Power diperkenalkan dan dikembangkan
oleh Nye untuk memperluas wawasan mengenai power dan analisa terhadap kebijakan
Amerika. Soft Power merupakan kemampuan yang menitikberatkan pada pembentukan
preferensi pihak lain dengan minimnya atau bahkan tanpa melibatkan unsur kekerasan
atau kekuatan fisik (Hard Power). Aplikasi Soft Power lebih kepada kerjasama dan
menarik perhatian pihak lain untuk mengikuti kemauan atau keinginan seseorang.
5
Nye, Joseph S., Soft Power : The Means to Success in World Politics, Public Affairs, New York, 2004, hal. 1
10
Singkatnya Soft Power merupakan attractive power 6 , sedangkan Hard Power ialah
paksaan. Ketika keduanya digabungkan maka terbentuklah Smart Power. Jika
digambarkan maka dalam grafik, maka Soft Power dapat dilihat seperti dibawah ini.
Smart Power terletak ditengah – tengah tabel.
Two Types of Power
Sumber : Nye, Joseph S., Soft Power : The Means to Success in World Politics, Public Affairs, New
York, 2004, hal. 8
Dalam fenomena Gempa Tohoku 2011, Smart Power yang digunakan Amerika
Serikat adalah Operation Tomodachi, sebuah asistensi humaniter yang dioperasikan oleh
personil militer. Militer merupakan Hard power yang menyediakan berbagai bentuk
bantuan. 7 Hard Power bisa menjadi Smart Power ketika telah memenuhi aspek beberapa
aspek (kualitas kemurahan hati pendonor, kompetensi, legitimasi dan kepercayaan) dan
berhasil mengkategorisasikan diri dalam level tertentu. Dimensi Kekuatan Militer yang
digagas Nye sebagai berikut. (Dimensi Ke empat merupakan Smart Power)
6
Ibid, hal. 6
7
Sesuai dengan prinsip fungsi militer ke empat yakni “provide many forms of assistance”, Nye, Joseph S., The
Future of Power, Public Affairs, New York, 2011 hal. 40
11
Sumber : Nye, Joseph S., The Future of Power, Public Affairs, New York, 2011, hal.
42
Operation Tomodachi memiliki konsep yang sama dengan Smart Power dalam
penanganan efek Gempa Tohoku 2011 yakni gabungan dari instrumen militer (Hard
Power) dan ide serta nilai yang disebarkan dalam berjalannya Operation Toomodachi
(Soft Power). Operation Tomodachi menarik perhatian masyarakat Jepang dengan
kesuksesan penyelamatan infrastruktur dan image ramah terhadap masyarakat. Secara
sengaja baik langsung maupun tidak langsung, masyarakat dan pemerintah Jepang telah
terpengaruh dengan Smart Power yang disajikan Amerika Serikat melalui Operation
Tomodachi. Kesuksesan Operation Tomodachi menghilangkan antipati masyarakat
Jepang terhadap militer dan menumbuhkan kepercayaan diri bagi Jepang dan Amerika
untuk memperpanjang hubungan pertahanan kedua negara. Ketika menganalisa dari sudut
pandang Smart Power, Operation Tomodachi tidak hanya dihitung jumlah personil yang
dilibatkan namun dampak dari berjalannya Operation Tomodachi terhadap behavioral
effect bagi Jepang ke Amerika Serikat.
12
D. Argumentasi Utama
Operation Tomodachi memberikan beberapa dampak yang cukup besar bagi kedua
negara. Pertama, antipati masyarakat terhadap militer menjadi berkurang. Hal ini secara
tidak langsung mendukung kelancaran program keamanan Jepang dan Amerika pada
tahun 2012 hingga selanjutnya. Kedua, berkurannya sensitivitas pubik Jepang tentang
militer (baik kepada Japan Self Defense Force atau US Marines) membuka peluang bagi
kerjasama pertahanan yang lebih kondusif. Operation Tomodachi memberikan motivasi
kedua negara agar lebih bekerjasama dalam bidang pertahanan, dimana hal ini gagal
diraih kedua negara pada saat peringatan 50 tahun kerjasama keamanan Jepang –
Amerika pada tahun 2010.
Keberhasilan Operation Tomodachi mengubah pola hubungan pertahanan Jepang dan
Amerika Serikat. Sejak diberlakukannya konstitusi tahun 1945, hubungan pertahanan
Jepang dan Amerika berfokus pada penggunaan hard power. Bentuk Hard Power
Amerika Serikat yang paling menonjol adalah penempatan pangkalan militer Amerika
Serikat di Okinawa. Keberadaan pangkalan militer ini secara langsung maupun tidak
langsung berpengaruh dalam hubungan bilateral Jepang dan Amerika Serikat, dari isu
sosial tentang ketakutan masyarakat terhadap militer hingga isu politik seperti status
Okinawa bagi kedua negara. Pangkalan militer Amerika Serikat di Okinawa menjadi
sebuah simbol kekuatan (power) Amerika Serikat dalam “mengontrol” Jepang. Namun
seiring berjalannya waktu, pangkalan militer Amerika Serikat di Okinawa menimbulkan
friksi dalam hubungan bilateral Jepang. Kasus Pemerkosaan Siswi Jepang yang dilakukan
personil militer Amerika Serikat memperburuk antipasti Jepang terhadap Amerika Serikat.
Operation Tomodachi mengubah persepsi masyarakat Jepang terhadap militer itu
sendiri. Skeptisisme Jepang terhadap milliter (Jepang dan Amerika Serikat) mulai
berkurang. Keberhasilan Operation Tomodachi dan sikap ramah militer mengubah
persepsi Jepang tentang keburukan militer Jepang dan Amerika Serikat. Momentum ini
dimanfaatkan Amerika Serikat bersama pemerintah Jepang untuk mengubah pola
kekuatannya di Jepang, yang semula berfokus pada Hard Power menuju ke Soft Power.
Perubahan fundamental ini mengubah beberapa poin dalam kerjasama pertahanan
Amerika dan Jepang.
13
E. Jangkauan Penelitian
Tinjauan dalam penelitian mengenai Operation Tomodachi disusun dalam jangka
waktu 2011 – 2012. Pada tahun 2011, Jepang mengalami Gempa Bumi besar di kawasan
Tohoku dan di tahun yang sama Jepang langsung mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak, khususnya Amerika Serikat dengan Operation Tomodachi. Pada tahun 2012,
merupakan masa pemulihan Jepang pasca gempa. Di tahun ini, hubungan Jepang dan
Amerika dinilai membaik dan melahirkan kesepakatan baru, seperti Joint Statement
Japan-U.S. Security Arrangements 2012 dan Pivot to Pacific Strategy. Pada tahun 2011,
pembahasan dibatasi pada aktifitas Operation Tomodachi pada saat penanganan korban
Gempa dan situasi politik dalam negeri Jepang pada saat itu. Sedangkan pada tahun 2012,
pembahasan dibatasi pada dampak Operation Tomodachi kondisi social politik Jepang
beserta regional Asia Timur.
F. Metode Penelitian
Penelitian dalam penulisan skripsi ini bersifat kualitatif meliputi teknik reduksi data,
organisasi data dan interpretasi. Penulis akan menggunakan studi literatur sebagai acuan
utama untuk memperoleh data dan gambaran menyeluruh mengenai isu yang diangkat
dalam skripsi ini. Beberapa buku dan jurnal ilmiah akan dipergunakan untuk membentuk
argumentasi dalam pembahasan masalah di dalam skripsi. Jurnal yang diakses berasal
jurnal – jurnal penelitian Asia Timur yang ditemukan di situs online. Artikel berita online
akan dimanfaatkan sebagai data pendukung dari argumentasi yang dibuat dalam skripsi,
mengingat isu dan tenggang waktu kasus yang diangkat dalam skripsi ini yang tergolong
baru.
Landasan teori Smart Power digunakan untuk membahas rumusan masalah yang
diajukan penulis dalam makalah ini. Smart Power akan dimanfaatkan untuk menganalisa
proses dan keberhasilan Operation Tomodachi terhadap dinamika hubungan Jepang
dengan Amerika, khususnya dalam hubungan pertahanan dan keamanan. Data pendukung
diambil dari media online seperti Japan Times, Yomiuri Shinbun, Asahi Shinbun serta
situs pemerintahan Jepang - Ministry of Foreign Affairs (MOFA).
14
G. Sistematika Penulisan
-
BAB I Pendahuluan
Meliputi latar belakang permasalahan, rumusan masalah, landasan konseptual,
argumentasi utama, jangkauan penelitian, metode penelitian, serta sistematika
penulisan.
-
BAB II Mobilisasi Operation Tomodachi dalam Gempa Tohoku
Berisi penjelasan kronologis
situasi sosial politik dalam negeri Jepang dan
kemunculan Operation Tomodachi. Detail mengenai rangkaian peristiwa Operation
Tomodachi dibahas dibab ini.
-
BAB III Dampak Operation Tomodachi terhadap hubungan Jepang dengan
Amerika
Berisi hasil dari Operation Tomodachi. Bab ini membahas dampak - dampak atau
perjanjian mungkin yang muncul pasca Operation Tomodachi.
-
BAB IV Kesimpulan
Berisi tentang kesimpulan atas penelitian yang telah dilakukan.
15
Download