tinjauan pustaka - Universitas Sumatera Utara

advertisement
TINJAUAN PUSTAKA
Ikan Tamban (Sardinella albella)
Ikan Sardinella sp. merupakan kelompok ikan-ikan pelagis kecil, dari famili
Clupeidae yang lebih umum dikenal sebagai ikan herring. Famili Clupeidae
terdiri atas 160 spesies dan 50 genus. Kebanyakan hidup di laut tropis, tetapi ada
yang hidup di air tawar dan ada pula yang bersifat anadromus, artinya menuju
sumber air tawar untuk memijiah, sedangkan sejak juvenile menuju ke laut.
Beberapa spesies dari famili ini dapat cepat tumbuh dari umurnya ±3 tahun
(Nuitja, 2010). Saanin (1968) menyatakan bahwa family Clupeidae memiliki ciriciri bersirip punggung tambahan yang seperti kulit, berbecak-becak yang
bercahaya, tidak bertulang dahi belakang, sirip dada kadang-kadang tidak
sempurna atau tidak ada, sirip perut mungkin saja tidak ada, jika sirip dada ada,
sirip perut mungkin sempurna.
Klasifikasi ikan tamban menurut Saanin (1968) adalah sebagai berikut:
Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Actinopterygii
Ordo
: Clupeiformes
Famili
: Clupeidae
Genus
: Sardinella
Spesies
: Sardinella albella
xxi
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2. Ikan Tamban (S. albella)
Sardinella sp. berwarna biru kehijauan pada bagian punggung dan putih
keperakan pada bagian lambung, serta mempunyai sirip-sirip transparan. Panjang
tubuh dapat mencapai 23 cm tetapi pada umumnya hanya 10 – 15 cm
(Chan, 1965). Menurut White, dkk. (2013) ikan tamban memiliki bentuk tubuh
yang pipih, sisik tebal, perut menonjol, sisik depan punggung sejajar dengan
punggung, dua jari sirip dubur terakhir membesar, sirip perut dengan satu jari-jari
tidak bercabang dan tujuh jari-jari bercabang, sirip punggung kekuningan dan
terdapat bercak gelap di pangkal sirip. Panjang rata-rata ikan tamban yang siap
ditangkap berkisar 18 cm.
Pada siang hari, kelompok ikan ini dekat dasar perairan sementara ketika
malam hari kelompok ikan ini bergerak mendekati permukaan air dengan
kelompok-kelompok yang terpisah. Terkadang saat siang hari ketika cuaca
mendung ikan ini muncul pula berkelompok di dekat permukaan air. Penangkapan
ikan ini biasanya dilakukan pada saat malam hari ketika mendekati permukaan air
dibantu dengan cahaya lampu. Jumlah yang besar banyak terdapat di perairan
pantai terutama pada saat terjadi upwelling di waktu tertentu, banyak ditemukan di
perairan teluk dan laguna (Merta, dkk., 1999).
xxii
Universitas Sumatera Utara
Ikan tamban banyak ditemukan pada laut yang berasosiasi dengan karang
pada kisaran kedalaman 0 - 50 m. Ikan tamban banyak tersebar di perairan
Laut Merah, Teluk Persia, Pantai Afrika Timur, Madagaskar ke arah Timur
sampai Indonesia, Laut Arafura, Perairan Taiwan dan Papua New Guinea
(Fishbase, 2015).
Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran, baik panjang maupun bobot.
Pertumbuhan dipengaruhi faktor genetik, hormon dan lingkungan. Faktor
lingkungan yang memegang peranan sangat penting adalah zat hara dan suhu
lingkungan (Fujaya, 2004). Pertumbuhan
dapat
diartikan
juga
sebagai
pertambahan ukuran panjang atau bobot dalam suatu waktu, sedangkan
pertumbuhan bagi populasi sebagai peningkatan biomassa suatu populasi yang
dihasilkan oleh akumulasi bahan-bahan dari lingkungan. Akan tetapi kalau dilihat
lebih lanjut, sebenarnya pertumbuhan itu merupakan proses biologis yang
kompleks dimana banyak faktor yang mempengaruhinya.
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan digolongkan menjadi dua bagian
yaitu faktor dalam dan luar. Faktor dalam umumnya adalah faktor yang sukar
dikontrol, diantaranya adalah keturuanan, seks, umur, parasit, dan penyakit.
Faktor luar yang utama mempengaruhi pertumbuhan adalah makanan dan suhu
perairan. Di daerah tropik makanan merupakan faktor yang lebih penting dari
pada suhu perairan. Ikan dengan makanan berlebih akan tumbuh lebih pesat
(Effendie, 2002).
Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan diantaranya adalah
jumlah dan ukuran makanan yang tersedia, jumlah ikan yang menggunakan
xxiii
Universitas Sumatera Utara
sumber makanan yang tersedia, suhu, oksigen terlarut, faktor kualitas air, umur
dan ukuran ikan serta kematangan gonad. Pertumbuhan dapat dinyatakan dengan
ekspresi matematika. Misalnya yang dimaksud dengan pertumbuhan mutlak
adalah ukuran rata-rata ikan pada umur tertentu, seperti ukuran panjang rata-rata
ikan berumur satu tahun atau bobot rata-rata ikan berumur tiga tahun dan
sebaginya (Effendie, 1979).
Metode Ford Walford merupakan metode sederhana dalam menduga
parameter pertumbuhan L∞ dan K dari persamaan Von Bertalanffy dengan
interval waktu pengambilan contoh yang sama. Metode ini memerlukan masukan
panjang rata-rata ikan dari beberapa kelompok ukuran. Kelompok ukuran
dipisahkan dengan menggunakan program FISAT II (FAO-ICLARM Stok
Assesment Tool) yaitu dengan metode NORMSEP (Norma Separation). Indeks
separasi menggambarkan kualitas pemisahan dua kelompok umur yang
berdekatan. Apabila indeks separasi kurang dari dua (<2) maka tidak mungkin
dilakukan pemisahan kelompok umur karena akan terjadi tumpang tindih dengan
kedua kelompok umur (Brojo dan Sari, 2002).
Faktor Kondisi
Faktor kondisi atau ponderal indek perhitungannya berdasarkan kepada
panjang dan bobot ikan. Faktorkondisi itu ada tiga macam, yaitu :
K
=
Panjang dalam cm dan bobot dalam gram, pada sistim metrik.
C
=
Panjang dalam inci dan bobot dalam pon, pada sistim Inggris.
R
=
Panjang dalam inci dan bobot dalam gram, gabungan kedua sistim
di atas. Sistim gabungan ini biasa dipakai di Amerika Serikat,
xxiv
Universitas Sumatera Utara
terutama diterapkan untuk ikan-ikan yang berukuran kecil, karena
bobot ikan yang kurang dari satu pon akan baik ditimbang dengan gram
(Effendie, 1979).
Informasi faktor kondisi ikan penting diketahui dalam upaya pengelolaan
sumberdaya perikanan di kawasan ini. Hal ini mengingat intensitas aktivitas
penangkapan ikan yang dilakukan oleh masyarakat dan ancaman gangguan
terhadap kondisi perairan baik yang disebabkan oleh alam misalnya pemanasan
global maupun aktifitas manusia misalnya penangkapan ikan secara berlebihan
dan tidak ramah lingkungan (Mulfizar, dkk., 2012).
Hubungan Panjang Bobot
Hubungan panjang bobot dapat menyediakan informasi yang penting
untuk salah satu spesies ikan dari suatu daerah. Meskipun informasi tentang
hubungan panjang bobot untuk salah satu spesies ikan dapat menggunakan ikan
dari daerah lain dalam pengkajian, akan tetapi hubungan panjang bobot ikan yang
terbaik adalah informasi lokal dari suatu daerah (Gonzales dkk., 2000 dalam
Masyahoro, 2009).
Pendugaan suatu pertumbuhan dapat menggunakan dua model, yaitu
model yang berhubungan dengan bobot dan model yang berhubungan dengan
panjang. Persamaan hubungan panjang bobot ikan dimanfaatkan untuk
mengetahui
bobot
ikan
melalui
panjangnya
dan
menjelaskan
sifat
pertumbuhannya. Bobot dapat dianggap suatu fungsi dari panjang. Hubungan
panjang bobot ikan sebagai pangkat tiga dari panjangnya (Manik, 2009).
Panjang bobot ikan mempunyai nilai praktis yang memungkinkan
merubah nilai panjang kedalam harga bobot ikan atau sebaliknya. Bobot ikan
xxv
Universitas Sumatera Utara
dapat dianggap sebagai suatu fungsi dari panjangnya, dan hubungan panjang
bobot ini hampir mengikuti hukum kubik yang dinyatakan dengan rumus:
W = aL3 (W = bobot, L = panjang, a = konstanta). Hal tersebut disertai dengan
anggapan bahwa bentuk serta berat jenis ikan itu tetap selama hidupnya. Tetapi
karena ikan itu tumbuh dimana bentuk tubuh, panjang dan bobotnya selalu
berubah, maka rumus umumnya adalah W = aLb (a dan b konstanta). Logaritma
persamaan tersebut : log W = log a + b log L menunjukkan hubungan yang linier.
Harus ditentukan dari persamaan tersebut adalah harga a dan b, sedangkan harga
W dan L diketahui (Effendie, 1979).
Pertumbuhan panjang ikan diikuti oleh pertumbuhan bobot ikan atau
sebaliknya. Dikenal dua hubungan panjang dan bobot ikan, yakni pertumbuhan
Isometrik dan Allometrik. Pertumbuhan isometrik saat semua bagian tubuh ikan
tumbuh pada tingkat yang sama. Alometrik jika sebagian tubuh ikan tumbuh pada
tingkat yang berbeda (Nuitja, 2010).
Hubungannya dengan pertumbuhan dan kondisi ikan, analisa hubungan
panjang bobot untuk mengukur variasi bobot untuk panjang tertentu dari ikan
secara individual atau kelompok–kelompok individu sebagai suatu petunjuk
tentang kegemukan, kesehatan, perkembangan gonad dan sebagainya. Analisa
hubungan panjang bobot yaitu dapat mengestimasi faktor kondisi atau sering
disebut dengan index of plumpness, yang merupakan salah satu derivat penting
dari pertumbuhan untuk membandingkan kondisi (fitness, well-being) atau
keadaan kesehatan relatif populasi ikan atau individu tertentu. Hubungan panjang
bobot dan faktor kondisi secara sistematis mempunyai nilai praktis karena dapat
xxvi
Universitas Sumatera Utara
digunakan untuk mengkonversi panjang ke bobot atau bobot ke panjang
(Manik, 2009).
Mortalitas dan Laju Eksploitasi
Ada dua pendekatan umum untuk menduga mortalitas. Salah satu
diantaranya adalah mempertimbangkan fraksi populasi yang dipanen sebagai
pengukuran jumlah eksploitasi, dan cara lainnya adalah mempertimbangkan
beberapa usaha alat penangkapan tertentu yang proposional dengan kekuatan
fishing mortality. Laju eksploitasi atau pendugaan kematian karena fishing diberi
batasan sebagai kemungkinan ikan akan mati karena penangkapan perikanan
selama periode tertentu bila semua faktor penyebab kematian terhadap populasi
(Effendie, 2002).
Beverton dan Holt (1956) dalam Sudrajat (2006) menjelaskan bahwa
tingkat eksploitasi (E) diperoleh dari rumus E = F/(F+M) dengan F (mortalitas
pengakapan) dan M (mortalitas alami). Dengan asumsi bahwa nilai optimum F
dari stok ikan yang dieksploitasi (F opt) adalah sebanding dengan mortalitas
alaminya (M), maka eksploitasi optimum yang diharapkan adalah sama dengan
0,5. Selanjutnya Mbawuike, dkk., (2011) menjelaskan bahwa kematian ikan dapat
terjadi karena beberapa faktor termasuk strses, suhu, kekurangan makanan dan
oksigen, teknik penangkapan yang salah berlebihan.
Penentuan Umur Ikan
Umur ikan adalah lama hidup suatu ikan mulai dari menetasnya telur
hingga menjadi dewasa. Pengetahuan mengenai komposisi umur dalam suatu
populasi atau komunitas ikan dalam suatu perairan merupakan hal yang sangat
xxvii
Universitas Sumatera Utara
penting, terutama jika dihubungkan dengan produksi dan pengelolaan ikan
sebagai sumberdaya perairan. Menurut Effendie (1979) bahwa data umur yang
dihubungkan dengan lainnya memberikan keterangan mengenai komposisi dari
populasi, umur ikan pada waktu gonadnya masak untuk pertama kali, lama hidup,
mortalitas, pertumbuhan dan produksi. Dasar pokok menentukan umur ikan ada 2
macam, yaitu mempelajari tanda tahunan pada bagian tubuh (seperti sisik,
operculum, duri sirip, tulang punggung dan otolit) dan metode frekuensi panjang.
Data komposisi umur dan hasil tangkapan perikanan komersial, dapat
digunakan untuk mengetahui kurva tangkapan dimana rata-rata kematian tahunan
dihitung. Penentuan secara cermat data umur ikan adalah sangat penting untuk
menghitung pertumbuhan. Tiga komponen utama dalam menentukan populasi
ikan yakni rata-rata pertumbuhan, kematian, dan pengukuran rekrutmen.
Komposisi tersebut merupakan fungsi terpenting yang sangat vital untuk menilai
dan mengelola sektor perikanan secara benar (Suharti, 2002).
Gillnet
Ayodhyoa (1981) dalam Sudirman dan Mallawa (2012) menjelaskan
bahwa gillnet sering diterjemahkan dengan jaring insang, jaring rahang, dan
jaring. Istilah gillnet didasarkan pada pemikiran bahwa ikan-ikan yang tertangkap
gillnet terjerat di sekitar operculum-nya pada mata jaring. Dalam bahasa Jepang,
gillnet disebut dengan istilah sasi ami, yang berdasarkan pemikiran bahwa ikanikan tersebut menusukkan diri-sasu pada jaring ami. Di Indonesia, penanaman
gillnet ini beraneka ragam, ada yang menyebutnya berdasarkan jenis ikan yang
tertangkap (jaring koro, jaring udang, dan sebagainya), ada pula yang disertai
dengan nama tempat (jaring udang bayeman), dan sebagainya.
xxviii
Universitas Sumatera Utara
Baskoro, dkk. (2011) menyatakan bahwa gillnet merupakan dinding jaring
dengan bahan jaring yang lembut dan mempunyai daya visibilitas yang rendah
dengan ukuran mata jaring yang homogen. Ikan-ikan akan terjerat pada mata
jaring di bagian tutup insangnya dalam usaha mereka untuk melewati jaring
tersebut. Contoh beberapa gillnet sebagai berikut :
1. Set gillnet, yaitu jaring insang yang direntangkan dan dipasang secara
menetap pada suatu periran.
2. Drift gillnet, dalam operasinya jaring dibiarkan hanyut terbawa arus.
Menurut Sudirman dan Mallawa (2012) jenis-jenis ikan yang terjerat pada
mata jaring misalnya saury, sardine, salmon, layang, tembang, kembung, dan lainlain membentuk suatu gerombolan (shoal) dan dapat dikatakan setiap individu
mempunyai ukuran yang hampir sama. Jenis-jenis ikan seperti ikan cucut, tuna
yang mempunyai tubuh sangat besar dan tak mungkin terjerat pada mata jaring
ataupun ikan-ikan seperti flat fish yang mempunyai bentuk gepeng lebar, sehingga
sukar terjerat pada mata jaring, ikan-ikan seperti ini akan tertangkap dengan cara
terbelit-belit (entangled).
xxix
Universitas Sumatera Utara
Download