11 BAB II LANDASAN TEORI Landasan teori merupakan

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
Landasan teori merupakan konseptualisasi yang dijadikan acuan dalam
melakukan penelitian. Konseptualisasi sebagai landasan teoritis dalam penelitian ini
secara rinci dijelaskan pada uraian di bawah ini.
A. Kajian Teori
Kajian pustaka menyajikan teori-teori yang relevan dengan masalah yang
diteliti (Suyitno 2013: 80). Sedang teori merupakan keterpaduan dari definisi,
asumsi, dan proporsisi umum dalam bidang ilmu tertentu, teori juga merupakan
serangkaian hipotesis yang sudah teruji (Sukmadinata 2013: 38). Fungsi teori untuk
mempertajam wawasan sekaligus sebagai pisau bedah dalam mengerjakan dan
menyelesaikan masalah yang diteliti. Teori sebagai seperangkat proporsi berfungsi
sebagai wahana untuk meramalkan dan menjelaskan fenomena yang diamati
(Snelbecker dalam Moleong 2010: 57). Jadi kajian teori merupakan kumpulan teoriteori yang mendukung proses penelitian dan berfungsi sebagai acuan pendukung
penelitian. Semua itu akan dipaparkan dalam kajian teoritis sebagaimana uraian
berikut ini agar dapat ditelaah secara mendalam.
1. Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi yang dilakukan oleh guru dan
peserta didik. Pembelajaran mempunyai beberapa kategori yang harus diketahui oleh
peneliti. Beberapa teori dan kategori pembelajaran secara dijelaskan pada uraian di
bawah ini.
a. Pengertian Pembelajaran. Pembelajaran merupakan padanan alternatif
untuk learner dan learning. Dilihat dari sisi siswa pembelajaran merupakan suatu
proses yang kompleks, sebagai kegiatan peningkatan kemampuan kognitif, afektif,
dan psikomotorik, agat menjadi lebih baik (Murdiono 2012: 20-21). Dari sisi
pendidik pembelajaran merupakan upaya untuk melaksanakan proses belajar pada
diri peserta didik (Sutikno 2014: 12). Jika dari segi keduanya baik siswa maupun
pendidik pembelajaran merupakan prosedur dan metode yang ditempuh oleh
11
12
pengajar untuk memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk melakukan kegiatan
belajar secara aktif dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran (Husanah dan
Setyaningrum 2014: 186). Maksudnya pembelajaran pada hakikatnya adalah usaha
sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi
siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang
diharapkan (Trianto 2009: 17). Kegiatan pembelajaran merupakan proses pendidikan
yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan potensi dalam
hal sikap, pengetahuan, dan keterampilannya (Lampiran Permendikbud No. 81A
Tahun 2013). Jadi pembelajaran merupakan suatu interaksi yang dilakukan oleh guru
dan siswa dalam proses belajar. Interaksi tersebut untuk mengembangkan potensi diri
siswa yang berupa pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
Pemahaman mengenai pengertian di atas penting bagi peneliti terkait dengan
tema penelitian ini mengenai implementasi Problem Based learning dalam
pembelajaran PPKn. Dengan pengertian tersebut dapat menjadi pijakan untuk
mengamati proses pembelajaran yang dilaksanakan.
b. Syarat-syarat
Pembelajaran.
Kegiatan
dapat
dikatakan
sebagai
pembelajaran apabila memenuhi syarat-syarat sengaja dan terencana, dilakukan guru,
terjadi interaksi educational, menggunakan metode pembelajaran, memiliki tujuan,
ada verifikasi proses, dan disesuaikan dengan perkembangan siswa (Jumali dkk
2008: 30). Secara lebih tegas persyaratan pembelajaran meliputi alokasi waktu, buku
teks pelajaran dan pengelolaan kelas (Dadang 2013). Persyaratan pembelajaran yang
senada yaitu adanya alokasi waktu jam tatap muka pelajaran, buku teks pelajaran,
dan pengelolaan kelas (Permendikbud No. 65 Tahun 2013). Persyaratan lainnya
meliputi terdapat rombongan belajar, beban kerja minimal guru, buku teks pelajaran
dan pengelolaan kelas (Penjelasan Permendiknas No. 41 tahun 2007). Jadi dapat
disimpulkan syarat-syarat pembelajaran yaitu
sengaja dan terencana, terdapat
alokasi waktu, rombongan belajar, adanya buku pelajaran dan pengelolaan kelas.
Berikut penjelasan singkat mengenai syarat-syarat pembelajaran yaitu:
1) Sengaja dan terencana dimaksudkan agar pembelajaran tersebut sejak awal
kegiatannya sudah direncanakan dan terjadwal serta melakukan berbagai kesiapan
ke arah terjadinya pembelajaran.
13
2) Alokasi waktu yang dibutuhkan dalam setiap proses pembelajaran setiap sesinya.
Ketentuan yang berlaku untuk SD/MI 35 menit, SMP/MTs 40 menit,
SMA/MA/SMK/SMAK 45 menit.
3) Rombongan belajar merupakan jumlah peserta didik dalam satu kelas. Ketentuan
rombongan belajar SD/MI berjumlah 28 peserta didik, SMP/MTs berjumlah 32
peserta didik, dan SMA/MA/SMK/SMAK berjumlah 32 peserta didik.
4) Buku pelajaran adalah sumber pokok pembelajaran yang digunakan untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas yang disesuaikan dengan peserta didik.
Buku tek pelajaran selain menggunakan buku materi pokok terdapat bahan ajar
tambahan
5) Pengelolaan kelas merupakan proses terjadinya proses interaksi guru dan siswa.
Pengelolaan kelas ini fokus pengaturnya terdapat pada guru.
Pemahaman mengenai syarat-syarat pembelajaran di atas penting dipahami
sebagai acuan dalam mengamati proses pembelajaran dengan model Problem Based
Learning yang menjadi fokus penelitian ini. Apakah proses pelaksanaannya sudah
memenuhi persyaratan pembelajaran tersebut.
c. Perangkat Pembelajaran. Perangkat yang dipergunakan dalam proses
pembelajaran (Trianto 2010: 96), merupakan sekumpulan media atau sarana yang
digunakan oleh guru maupun siswa dalam proses pembelajaran di kelas (Dewi 2013:
11). Dengan maksud agar pembelajaran yang didahulukan oleh guru yang
berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, dan memotivasi siswa untuk
berpartisipasi aktif (Devi dkk dalam Enggar 2013). Perangkat pembelajaran yang
diperlukaan dalam proses pembelajaran dapat berupa buku siswa, silabus, RPP, LKS,
instrumen evaluasi atau tes hasil belajar, dan media pembelajaran (Ibrahim dalam
Trianto 2010: 96). Jadi dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran merupakan
sekumpulan komponen yang mendukung terlaksananya proses pembelajaran.
perangkat pembelajaran tersebut berupa silabus, RPP, LKS, buku guru dan siswa,
media pembelajaran dan tes hasil belajar. Berikut uaraian singkat mengenai
perangkat pembelajaran tersebut adalah:
1) Silabus merupakan rencana pembelajaran pada suatu dan atau kelompok mata
pelajaran atau tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi
14
dasar, materi pokok pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian
kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.
2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan
prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar
yang ditetapkan dalam standar isi yang dijabarkan dalam silabus.
3) Lembar Kegiatan Siswa (LKS) adalah panduan siswa yang digunakan untuk
melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah.
4) Buku siswa merupakan buku panduan bagi siswa dalam kegiatan pembelajaran
yang memuat materi pelajaran, kegiatan penyelidikan berdasarkan konsep,
kegiatan belajar, informasi, dan contoh-contoh penerapannya pada kehidupan
sehari-hari.
5) Media pembelajaran adalah sebagai penyampai pesan (the carriers of masseges)
dari beberapa penerima pesan (the receiver of the masseges) (Trianto 2010: 96114).
Pemahaman mengenai perangkat pembelajaran di atas penting dipahami
sebagai acuan dalam mengamati dan memperoleh data yang mendukung dengan
pelaksanaan model Problem Based Learning yang menjadi fokus penelitian ini.
Apakah perangkat pembelajarannya sudah mencakup dan sesuai dengan perangkat
pembelajaran yang ditentukan atau lebih berkembang lagi.
d. Langkah-langkah Pembelajaran. Langkah-langkah pembelajaran memiliki
tiga tahapan atau fase, yaitu tahap pendahuluan (pra-instruksional), tahap penyajian
(instruksional), dan tahap penutupan (out-instruksional) (Kurniawan, 2011:35).
Langkah pembelajaran yang lebih khusus meliputi orientasi, eksplorasi, interpretasi,
dan rekreasi (Suryosubroto 2009: 127-129). Secara lebih umum meliputi kegiatan
pendahuluan, inti dan penutup (Permendiknas No. 65 Tahun 2013). Langkah secara
lebih rinci meliputi menentukan topik bahasan, memilih dan mengembangkan
aktivitas kelas, tanya jawab oleh guru dan siswa, serta melakukan penilaian (Piaget
dalam Dimyati dan Murdiono 2009: 14-15). Namun jika ditelaah langkah-langkah di
atas secara garis besar meliputi tahap pendahuluan, inti, dan penutup. Jadi langkahlangkah pembelajaran terdiri tiga kegiatan yaitu kegiatan awal, inti, dan penutup.
Berikut penjelasan mengenai langkah-langkah pembelajaran yaitu:
15
1) Kegiatan awal atau pendahuluan. Kegiatan ini di dalamnya terdapat orientasi
mengenai penjelasan singkat materi, tujuan pembelajaran, dan lain-lain.
2) Kegiatan inti. Kegiatan ini di dalamnya terdapat eksplorasi dan elaborasi
pembelajaran yang dapat dipadukan dengan berbagai strategi dan model
pembelajaran yang digunakan oleh guru.
3) Kegiatan penutup. Kegiatan ini di dalamnya terdapat refleksi, penguatan, dan
penilaian (Permendiknas No. 65 Tahun 2013).
Pemahaman mengenai langkah-langkah pembelajaran di atas penting dipahami
sebagai acuan dalam mengamati proses pembelajaran dengan model Problem Based
Learning yang menjadi
fokus penelitian ini. Apakah langkah pelaksanaan
pembelajarannya sudah sesuai dengan langkah pembelajaran tersebut.
e. Perkembangan Pembelajaran. Dahulu proses pembelajaran diartikan
sebagai pengajaran yang berfokus pada seorang guru sebagai sumber belajar, namun
perkembangannya sekarang menjadi pembelajaran dengan proses yang menuntut
partisipasi peserta didik secara aktif (Muhibbin dan Setyadi 2011: 19). Hal ini
dibuktikan dengan adanya pola pembelajaran telah mengubah pembelajaran teachercentered berganti menjadi child-centered yang mana guru tidak lagi sebagai satusatunya informasi melainkan sebagai director of learning yaitu sebagai pengelola
pembelajaran yang memfasilitasi kegiatan pembelajaran (Husanah dan Setyaningrum
2014: 186). Artinya pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan partisipasi aktif
siswa, yang kemudian dikenal dengan pembelajaran Paikem (Pembelajaran Aktif,
Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan). Pembelajaran Paikem membantu
peserta didik mengembangkan kemampuan berfikir tahap tinggi, kritis, dan kreatif
(Sutikno 2013: 147). Prinsip dasar Paikem harus dilaksanakan dalam proses
pembelajaran adalah:
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang cukup bagi prakarsa, kreatifitas
dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik (PP No. 19 Tahun 2005 Pasal 19 ayat 1).
Berdasarkan
penjelasan
di
atas
dapat
disimpulkan
bahwa
perkembangan
pembelajaran berawal dari sistem pembelajaran (pengajaran) yang berfokus pada
16
seorang guru sebagai sumber belajar, namun pembelajaran berkembang menjadi
pembelajaran Paikem yang mengarahkan pada partisipasi aktif siswa. Pada
perkembangan pembelajaran tidak hanya peran guru namun peran aktif dari peserta
didik dalam kelas untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Pemahaman mengenai perkembangan pembelajaran di atas penting dipahami
sebagai acuan dalam mengamati proses pembelajaran yang ditinjau dari
perkembangannya dengan model Problem Based Learning, yang menjadi fokus
penelitian ini. Apakah perkembangan pembelajaran tersebut pelaksanaannya sudah
diterapkan dalam proses pembelajaran di kelas yang akan diteliti.
2. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara dalam pelaksanaan belajar
mengajar. Berikut uraian mengenai komponen yang berhubungan dengan metode
pembelajaran.
a. Pendekatan Pembelajaran. Pendekatan pembelajaran dibedakkan menjadi
dua yaitu pendekatan berpusat pada siswa dan pendekatan berpusat pada guru
(Mulyatiningsih 2012: 228). Pendapat yang sama menyebutkan bahwa pendekatan
pembelajaran dibedakan menjadi dua yaitu pendekatan yang berpusat pada guru
(teacher-centered approaches) dan pendekatan yang berpusat pada siswa (studentcentered approaches) (Killen dalam Hamruni 2011: 6). Jadi pendekatan
pembelajaran terbagi menjadi dua yaitu berpusat pada guru dan berpusat pada siswa.
Pendekatan yang berpusat pada guru merupakan pendekatan yang menurunkan
strategi pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau
pebelajaran ekspositori. Sedangkan pendekatan berpusat pada siswa menurunkan
strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi pembelajaran induktif
(Hamruni 2011: 6-7).
Pendekatan dan strategi pembelajaran mempunyai makna yang sama yaitu
untuk menjelaskan bagaimana proses seorang guru mengajar dan peserta didik
belajar dalam mencapai tujuan (Mulyatiningsih 2012: 228). Selain pendekatan
pembelajaran hampir sama konsepnya dengan strategi pembelajaran, pendapat lain
mengenai pendekatan pembelajaran yaitu:
17
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang
kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, didalamnya
mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran
dengan cakupan teoritis tertentu (Komalasari 2013: 54).
Atau sebagai pangkal dan titik tekan yang mendapat perhatian utama dalam
penyelenggaraan pembelajaran (Kurniawan 2011: 34).
Berdasarkan teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan
pembelajaran merupakan sebuah acuan umum dalam proses pembelajaran dalam
mencapai
tujuan
pembelajaran.
pendekatan
pembelajaran
di
dalamnya
melatarbelakangi model, strategi dan metode pembelajaran.
Pemahaman mengenai pendekatan pembelajaran di atas penting dipahami
sebagai acuan dalam mengamati proses pembelajaran dengan model Problem Based
Learning yang menjadi fokus penelitian ini. Apakah pendekatan pembelajarannya
sudah menggunakan pendekatan pembelajaran tersebut dengan baik dan benar.
b. Model Pembelajaran. Model pembelajaran adalah kerangka konseptual
yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar yang akan diberikan untuk mencapai tujuan tertentu (Udin dalam
Mulyatiningsih 2012: 228). Atau perangkat rencana atau pola yang dapat
dipergunakan untuk merancang bahan-bahan pembelajaran serta membimbing
aktivitas pembelajaran di kelas atau di tempat-tempat lain yang melaksanakan
aktvitas-aktivitas pembelajaran (Aunurohman 2012: 146).
Maksudnya suatu
perencanaan atau pola yang dapat digunakan untuk mendesain pola-pola mengajar
secara tatap muka di dalam kelas atau mengatur tutorial, dan untuk menentukan
material atau perangkat pembelajaran (Trianto 2010: 52). Jadi dapat disimpulkan
model pembelajaran merupakan suatu rencana dalam proses pembelajaran dengan
tujuan untuk mengorganisasikan pembelajaran di kelas maupun di luar kelas. Model
pembelajaran juga bertujuan untuk mencapai kompetensi yang akan dicapai.
Model pembelajaran dilihat dari pelaksanaannya dapat dibagi menjadi empat
kelompok yaitu pengolahan informasi, personal, sosial, dan sistem perilaku (Joice
dan Well dalam Mulyatiningsih 2012: 230-231). Pendapat lain mengenai model
pebelajaran yang dibedakan menjadi lima model pembelajaran yaitu the exploratory
18
model, the group process model, the developmental model, the programmed model,
dan the fundamental model (Stalling dalam Aunurrohman 2011: 147-148). Model
pembelajaran lain yaitu the classical model, the technological model, the
personalised model, dan the interaction model (John dalam Aunurrohman 2011:
147). Jadi pengelompokkan model pembelajaran dilihat dari pelaksanaannya
dibedakan menjadi empat yaitu pengolahan informasi, personal, sosial, dan perilaku.
Berikut penjelasan singkat mengenai keempat model pembelajaran adalah:
1) Model pengolahan informasi (the information processing model). Model ini
bertujuan untuk memahami dunia dengan cara menggali, mengorganisasaikan
data, merasakan ada masalah, mengupayakan cara untuk mengatasinya dan
mengungkapkan hasil belajarnya secara lisan dan tertulis. Contohnya problem
based learning, inkuiri, discovery, memorization, concept attainment dan lainlain.
2) Model personal (personal model). Model personal merupakan model yang
membangkitkan siswa agar dapat belajar secara mandiri, memiliki kesadaran
terhadap tugas dan tanggungjawabnya. Contohnya metode pengajaran tanpa
arahan (non directive learning), latihan kesadaran (awareness training), dan lainlain.
3) Model sosial (social model). Model pembelajaran ini mengacu pada model
pembelajaran kelompok yang melibatkan kerjasama antar personal. Contohnya
metode investigasi kelompok (group investigation), bermain peran (role playing),
peer teaching, diskusi, dan lain-lain.
4) Model sistem pelaku (behaviour system). Model pembelajaran ini dikenal sebagai
model modifikasi perilaku dalam hubungannya dengan respon terhadap tugastugas yang diberikan. Contohnya belajar tuntas (mastery learning), CBT
(competence based learning), pembelajaran langsung (direct instruction), model
kontrol diri, dan lain-lain (Mulyatiningsih 2012 : 230-231).
Berdasarkan strategi pembelajaran yang inovatif, model pembelajaran dapat
dibedakan menjadi tujuh yaitu model pembelajaran partisipasif atau interaktif non
kooperatif, kooperatif, kontekstual, berbasis masalah, kuantum, terpadu, dan berbasis
19
portofolio (Muhibbin dan Setyadi 2011: 28). Berikut uraian singkat mengenai
ketujuh model pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut:
1) Model pembelajaran partisipatif atau interaktif non kooperatif adalah model
pembelajaran yang berpusat pada aktivitas siswa.
2) Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang berfokus pada
pemberdayaan kelompok kecil yang membentuk kerja sama guna memaksimalkan
kondisi belajar sehingga dapat mencapai tujuan belajar secara optimal (Isjoni
dalam Muhibbin dan Setyadi 2011: 33).
3) Model pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahhuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
4) Model pembelajaran berbasis masalah adalah metode pembelajaran yang
bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para siswa belajar
berfikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah, serta memperoleh
pengetahuan.
5) Model pembelajaran kuantum adalah orkestrasi bermacam-macam interaksi yang
ada di dalam dan di sekitar momen belajar.
6) Model pembelajaran terpadu adalah suatu pendekatan pembelajaran yang
memungkinkan siswa baik secara individual maupun kelompok aktif mencari,
menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik.
7) Model pembelajaran berbasis portofolio adalah suatu inovasi pembelajaran yang
dirancang untuk membant peserta didik memahami teori secara mendalam melalui
pengalaman belajar praktik-empirik (Muhibbin dan Setyadi 2011: 28-71).
Pemahaman mengenai model pembelajaran di atas penting dipahami sebagai
acuan dalam menelaah tentang salah satu model pembelajaran yaitu Problem Based
Learning yang menjadi fokus penelitian ini. Apakah proses pelaksanaannya sudah
sesuai dengan dasar teori model pembelajaran tersebut.
c. Strategi Pembelajaran. Ada dua hal yang ada dalam strategi pembelajaran
diantaranya:
20
Pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian
kegiatan) termasuk penggunaan merode dan pemanfaatan berbagai sumber
daya dala pembelajaran. Kedua, strategi pembelajaran merupakan penyusunan
langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber
belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan (Hamruni 2011:
3).
Strategi pembelajaran merupakan kegiatan proses belajar kelanjutan dari sekuen
(penentan urutan penyampaian) bahan ajar (Muchroji 2011: 52). Maksudnya strategi
pembelajaran merupakan sebuah metode untuk menyampaikan pelajaran yang dapat
membantu peserta didik mencapai tujuan (Burden dalam Mulyatiningsih 2012: 228).
Selain itu strategi pembelajaran juga dapat diartikan sebagai kegiatan pembelajaran
yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara
efektif dan efisien (Kemp dalam Sanjaya 2010: 126). Jadi dapat disimpulkan bahwa
pengertian strategi pembelajaran adalah sebuah cara untuk menyampaikan pelajaran
secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Strategi pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai kegiatan pembelajaran.
Strategi pembelajaran dapat diklasifikasi berdasarkan model pembelajaran non
kooperatif dan kooperatif. Strategi pembelajaran berdasarkan model pembelajaran
non kooperatif meliputi Everyone is a Teacher Here, Question Student Have,
Reading Guide, Information Search, Learning Strats with a Question, Answer
Gallery, dan Planted Question. Sedangkan strategi pembelajaran berdasarkan model
pembelajaran kooperatif meliputi strategi Information Search, The Power of Two,
Snow Balling, True or False, benar salah berantai, Team Quiz, Jigsaw Learning,
Active Debate, Point-Counterpoint, Group to Group Exchange (Small Group
Discussion), Cardsort, Make a Math, Index Card Match, Synergetic Teaching,
Carrousel, Poster Session, Student Team Achiemen Division (STAD), Physical Self
Assesment, Group Investigation, dan Role Playing (Muhibbin dan Setyadi 2011: 2848).
Pemahaman mengenai teori strategi pembelajaran di atas penting dipahami
sebagai acuan dalam menelaah strategi pembelajaran dengan model Problem based
Learning yang menjadi fokus penelitian ini. Apakah proses pelaksanaannya sudah
sesuai dengan dasar teori strategi pembelajaran tersebut.
21
d. Metode Pembelajaran. Dalam sebuah model atau strategi pembelajaran
dapat diterapkan lebih dari satu metode pembelajaran (Mulyatiningsih 2012: 229).
Metode pembalajaran yang sering digunakan oleh guru adalah metode ceramah,
diskusi, penugasan, dan kerja kelompok (Sutikno 2013: 40-49). Metode
pembelajaran yang sesuai untuk penerapan model pembelajaran kognitif,
konvensional, individu, dan kooperatif adalah investigasi, inkuiri, discovery learning,
pembelajaran berbasis masalah, metode pemecahan masalah, problem posing, dan
mind mapping (Mulyatiningsih 2012: 233-238). Dalam perkembangan kurikulum
2013 menggunakan metode pembelajaran yang memiliki tujuan untuk memfasilitasi
pencapaian kompetensi yang telah dirancang agar setiap individu menjadi mandiri.
Kurikulum 2013 menggunakan dua metode pembelajaran yaitu pembelajaran
langsung dan tidak langsung. Pembelajaran langsung proses yang didalamnya peserta
didik mengembangkan pengetahuan, kemampuan berfikir, dan keterampilan
psikomotor melalui interaksi langsung dengan sumber belajar yang dirancang dalam
silabus dan RPP berupa kegiatan-kegiatan pembelajaran. Sedangkan pembelajaran
tidak langsung merupakan proses pendidikan yang terjadi selama proses
pembelajaran langsung namun dirancang dalam kegiatan khusus (Lampiran
Permendikbud No. 81A Tahun 2013). Metode pembelajaran adalah cara-cara
menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses belajar
pada diri peserta didik dalam upaya untuk mencapai tujuan (Sutikno 2014: 34).
Metode pembelajaran merupakan cara-cara menyajikan bahan pelajaran pada peserta
didik untuk tercapainya tujuan yang telah diterapkan (Hamruni 2011: 7). Maksudnya
metode pembelajaran dapat diartkan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata atau
praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran (Mulyatiningsih 2012: 229).
Jadi dapat disimpulkan metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan
dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Cara dalam sebuah
metode pembelajaran berupa berbagai kegiatan yang praktis, efektif, dan efisien.
Pemahaman mengenai metode pembelajaran di atas penting dipahami sebagai
acuan dalam mengamati proses pembelajaran dengan model Problem Based
Learning yang menjadi fokus penelitian ini. Dengan metode pembelajaran tersebut
22
dapat mengamati proses pembelajaran di kelas apakah sudah sesuai dengan
kurikulum 2013 yang telah ditetapkan.
3. Metode Pembelajaran Problem Based Learning
Metode pembelajaran Problem Based Learning merupakan salah satu metode
pembelajaran yang disarankan untuk dilaksanakan dalam Kurikulum 2013. Uraian
mengenai metode pembelajaran Problem Based Learning sebagai berikut.
a. Pengertian Problem Based Learning. Pembelajaran berbasis masalah
merupakan pembelajaran yang penyampaian materinya melalui menyajikan suatu
permasalahan, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, memfasilitasi penyelidikan dan
membuka dialog (Mulyatinngsih 2012: 236). Permasalahan yang diajukan berdasar
masalah-masalah yang dihadapi siswa, terkait dengan kompetensi dasar yang
dipelajari siswa (Kosasih 2014: 88). Pembelajaran ini merupakan penggunaan
berbagai macam kecerdasan, yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap
tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru
dengan kompleksitas yang ada (Tan dalam Rusman 2012: 232). Jadi Problem Based
Learning merupakan pembelajaran dengan menggunakan permasalahan yang terkait
dengan kompetensi dasar yang akan dipelajari. Permasalahan yang dibahas
berdasarkan kejadian nyata yang dihadapi oleh peserta didik.
Pemahaman menegenai pengertian Problem Based Learning di atas sangat
penting dipahami sebagai acuan dasar dalam penelitian ini. Hal ini karena fokus
penelitian ini adalah model Problem Based Learning, maka konsep mengenai hal
tersebut diperlukan sebagai pijakan awal dalam penelitian.
b. Tujuan Problem Based Learning. Tujuan pembelajaran berbasis masalah
adalah penguasaan isi belajar dari disiplin heuristic dan pengembangan keterampilan
pemecahan masalah. Maksudnya pembelajaran tersedut berhubungan dengan belajar
tentang kehidupan yang lebih luas, keterampilan memaknai informasi, kolaboratif
dan belajar kelompok, dan kererampilan berfikir reflektif dan evaluatif (Rusman
2012: 238). Secara lebih prosedural tujuan pembelajaran berbasis masalah untuk
meningkatkan keterampilan intelektual dan investigatif, memahami peran orang
dewasa, dan membantu siswa untuk menjadi pelajar yang mandiri (Sugiyanto 2010:
156). Tujuan lainnya untuk mengajarkan siswa untuk memiliki kemampuan berfikir
23
kritis, analisis, sistemetis, dan logis untuk menemukan alternatif pemecahan masalah
melalui eksplorasi data secara empiris dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah
(Sanjaya 2011: 216). Selain itu tujuan lainnya dari PBL untuk mengembangkan
kemampuan berfikir kritis dan kemampuan pemecahan masalah dan sekaligus
mengembangkan kemampuan peserta didik untuk secara aktif membangun
pengetahuan sendiri serta mengembangkan kemandirian belajar dan keterampilan
sosial peserta didik (Hosnan 2014: 299). Jadi tujuan Problem Based Learning untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam berfikir kritis dan kreatif dalam memcahkan
sebuah masalah dan membangun kemandirian dalam belajar serta meingatkan
keterampilan intelektual dalam pemecahan masalah.
Pemahaman mengenai tujuan Problem Based Learning di atas penting
dipahami sebagai acuan dalam mengamati pelaksanaan metode pembelajaran
tersebut yang menjadi fokus penelitian ini. Apakah dalam pelaksanaannya sudah
bermuara pada tujuan Problem Based Learning tersebut.
c. Karakteristik Problem Based Learning. Karakteristik pembelajaran berbasis
masalah mencakup pemahaman siswa, adanya permasalahan, pengembangan
keterampilan inkuiri, belajar yang kolaboratif, dan keterlibatan siswa dalam proses
belajar (Rusman 2012: 232). Secara lebih praktis karakteristik Problem Based
Learning meliputi rangkaian aktivitas pembelajaran, pemecahan masalah, dan
pendekatan ilmiah (Hamruni 2012: 107-108). Karakteristik lainnya adalah pengajuan
masalah, pemecahan masaalah, hasil pemecahan masalah, dan keterkaitan masalah
dengan disiplin ilmu (Hosnan 2014: 300). Jadi karakteristik Problem Based Learning
meliputi pembelajaran berfokus pada pemecahan masalah, penyelesaian masalah,
perumusan penyelesaian masalah, dan hasil penyelesaian.
Penjelasan dari masing-masing karakteristik Problem Based Learning tersebut
adalah sebagai berikut:
1) Pembelajaran berfokus pada pemecahan masalah. Pembelajaran tersebut terdapat
sebuah masalah sebagai acuan berlangsungnya pembelajaran.
2) Penyelesaian masalah dilakukan dengan penyelidikan autentik dan multipersepsi.
Hal ini dimaksudkan Problem Based Learning tidak hanya pada satu sudut
andang saja dalam memecahkan masalah.
24
3) Perumusan penyelesaian masalah dapat dilakukan dengan kelompok belajar. Hal
ini dimaksudkan pembelajaran tersebut memerlukan belajara yang bersifat
kolaboratif, komunikatif dan kooperatif.
4) Hasil penyelesaian masalah dibentuk dalam sebuah laporan. Pelaporan tersebut
bersifat hasil atau karya yang akan dipresentasikan dalam akhir pembelajaran.
Pemahaman mengenai karakteristik Problem Based Learning di atas penting
untuk dipahami sebagai acuan dalam mengamati pelaksanaan metode pembelajaran
tersebut yang manjadi fokus penelitian. Selain itu sebagai dasar analisis mengenai
seluk beluk dari proses pembelajaran tersebut jika dilaksanakan dalam proses
pembelajaran. Apakah sudah memenuhi cakupan karakteristik pembelajaran tersebut.
d. Perangkat Problem Based Learning. Perangkat yang dipergunakan dalam
proses pembelajaran disebut dengan perangkat pembelajaran (Trianto 2010: 96).
Atau sejumlah alat, bahan, media, petunjuk dan pedoman yang akan digunakan
dalam proses pembelajaran (Suhadi 2007). Maksudnya salah satu alat penunjang
keberhasilan pembelajaran (Dewi 2013: 1). Jadi perangkat pembelajaran dalam
Problem Based Learning adalah sebuah alat untuk mnunjang keberhasilan dalam
proses pembelajaran. Dari penjelasan teori-teori di atas dapat diuraikan perangkat
pembelajaran Problem Based Learning meliputi tema permasalahan, RPP, Lembar
Kerja Siswa berupa hasil diskusi pemecahan masalah, buku pegangan siswa dan
media pembelajaran. Berikut uraian singkat mengenai perangkat Problem Based
Learning adalah:
1) Tema permasalahan. Permasalahan yang dapat dijadikan sebuah pembelajaran
yaitu permasalahan yang aktual dan faktual, dipahami oleh peserta didik, dan
sesuai dengan materi yang diajarkan. Dalam pelaksanaan Problem Based
Learning terdapat sebuah masalah dalam proses pelambajaran.
2) RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yaitu rancangan yang menggambarkan
langkah atau prosedur proses pembelajaran. secara umum seorang guru mempuyai
RPP sebelum melaksanakan pembelajaran. RPP dalam Problem Based Learning
merupakan perangkat penting karena metode pembelajaran tersebut langkah dan
waktu yang prosedural.
25
3) Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang memuat sekumpulan kegiatan mendasar
yang harus dilakukan oleh siswa, karena Problem Based Learning mengakhiri
pemebelajaran dengan mempresentasikan hasil atau solusi pemecahan masalah,
maka LKS dapat dijadikan pedoman siswa dalam pelaksanaan pembelajaran
tersebut.
4) Buku pegangan siswa yaitu perangkat pembelajaran yang berfungsi sebagai acuan
siswa dalam pengumpulan data untuk memecahkan masalah dalam Problem
Based Learning.
5) Media pembelajaran merupakan sebuah perangkat yang menunjang jalannya
proses pembelajaran dapat berupa video, slide, gambar, film, dan objek di luar
kelas. Dalam Problem Based Learning media sangat penting dalam memberikan
pemahaman pada siswa, memberikan kontribusi pada aktivitas siswa, menarik
perhatian, dan menimalisirkan keadaan waktu yang terbatas.
Pemahaman mengenai perangkat Problem Based Learning di atas penting
untuk dipahami sebagai acuan dalam mengamati pelaksanaan model pembelajaran
tersebut yang menjadi fokus penelitian. Selain itu sebagai analisis mengenai
perangkat pembelajaran yang digunakan dalam proses pelaksanaannya apakah sudah
memenuhi perangkat pembelajaran tersebut.
e. Langkah-langkah Problem Based Learning. Langkah-langkah pembelajaran
berbasis masalah mengutamakan pada pemecahan masalah diantaranya:
Pertama, Guru menjelaskan tujuan pembelajaran kemudian memberi tugas atau
masalah untuk dipecahkan. Masalah yang dipecahkan adalah masalah yang
memiliki jawaban kompleks atau luas. Kedua, Guru menjelaskan prosedur
yang harus dilakukan dan memotivasi siswa agar terlibat secara aktif dalam
pemecahan masalah. Ketiga, Guru membantu siswa menyusun laporan hasil
pemecahan masalah yang sistematis. Keempat, Guru membantu siswa untuk
melakukan evaluasi dan refleksi proses-proses yang dilakukan untuk
menyelesaikan masalah (Mulyatiningsih 2012: 236).
Selain keempat langkah di atas, terdapat enam langkah dalam pelaksanaan Problem
Based Learning, diantaranya:
1) Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah yang akan
dipecahkan.
2) Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah dari berbagai
sudut pandang.
26
3) Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai
kemungkinan pemecahan masalah sesuai dengan pengetahuan yang
dimilikinya.
4) Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan
informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah.
5) Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan
kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang
diajukan.
6) Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa
menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai dengan rumusan
hasil pengajuan hipotesis dan rumusan kesimpulan (Hamdayana 2014: 221).
Jadi dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan langkah-langkah Problem
Based Learning secara umum sebagai berikut:
1) Menjelaskan masalah.
2) Merumuskan masalah.
3) Memecahkan masalah.
4) Merumusan jawaban permasalahan.
5) Mempresentasikan jawaban dari permasalahan.
Tahapan-tahapan pembelajaran berbasis masalah dapat diuraikan dalam lima
fase yang dilakukan pada kegiatan pembelajaran dengan Problem Based Learning
sebagaimana dijelaskan pada tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Sintaks Problem Based Learning
Fase
Fase 1:
Mengorientasikan
siswa pada masalah
Aktivitas Guru
Menjelaskan tujuan pembelajaran, logistik yang
diperlukan, memotivasi siswa terlibat aktif pada aktivitas
pemecaha masalah yang dipilih
Fase 2:
Mengorganisasi
siswa untuk belajar
Fase 3:
Membimbing
peyelidikan individu
maupun kelompok
Fase 4:
Mengembangan dan
menyajikan hasil
karya
Fase 5:
Membantu siswa membatasi dan mengorganisasi tugas
belajar yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi
Mendorong siswa mengumpulkan informasi yang sesuai,
melaksanakan eksperimen, dan mencari untuk penjelasan
dan pemecahan
Membantu siswa merencanakan dan menyiapkan karya
yang sesuai seperti laporan, video, dan model, dan
membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya
Membantu siswa melakukan refleksi terhadap penyelidikan
Bersambung
27
Lanjutan Tabel 1
Menganalisis dan
dan proses-proses yang digunakan selama berlangsungnya
mengevaluasi proses pemecahan masalah
pemecahan masalah
Sumber: Ngalimun (2014: 96)
Tabel 2 di atas menjelaskan bahwa langkah-langkah Problem Based Learning
terdiri dari lima fase, diawali dari orientasi dan diakhiri dengan menganalisis
masalah. Kelima fase tersebut sejalan dengan pendekatan saintifik pada
pembelajaran dalam kurikulum 2013.
Berdasarkan sintaks Problem Based Learning di atas, terlihat sedikit perbedaan
pada langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah pada umumnya. Terlihat
perbedaannya adalah dalam langkah umum belum adanya pengelompokan tahapan
dalam proses pelaksanaan sedangkan pada sintaksnya terdapat pengelompokan
tahapan Problem based Learning dari awal sampai akhir. Akan tetapi kedua langkah
tersebut memiliki kesamaan yaitu terdapat peran guru sebagai fasilitator.
Langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah dalam kurikulum 2013 tetap
berkerangka pada pendekatan pembelajaran, yaitu pendekatan saintifik. Berikut
langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah yang dikaitkan dengan pendekatan
saintifik dapat dijelaskan tabel 2 dibawah ini.
Tabel 2. Langkah-langkah Problem Based Learning yang Dikaitkan dengan
Pendekatan Saintifik
Langkah-langkah
1. Mengamati,
mengorientasikan siswa
terhadap masalah
Aktivitas Guru dan Siswa
Guru meminta siswa untuk melakukan kegiatan
pengamatan terhadap fenomena tertentu, terkait
dengan
kompetensi
dasar
yang
akan
dilengkapinya.
2. Menanya, memunculkan Guru mendorong siswa untuk merumuskan
permasalahan
suatu masalah terkait dengan fenomena yang
diamatinya. Masalah itu dirumuskan berupa
pertanyaan yang bersifat problematis.
3. Menalar,
Guru mendorong siswa untuk megumpulkan
mengumpulkan data
informasi (data) dalam rangka menyelesaikan
masalah, baik secara individu ataupun
kelompok, dengan membaca berbagai referensi,
pengamatan
lapangan,
wawancara,
dan
sebagainya.
4. Mengasosiasi,
Guru meminta siswa untuk melakukan analisis
merumuskan jawaban
data dan merumuskan jawaban terkait dengan
Bersambung
28
Lanjutan Tabel 2
5. Mengkomunikasikan
masalah yang mereka ajukan sebelumnya.
Guru
memfasilitasi
siswa
untuk
mempresentasikan jawaban atas permasalahan
yang mereka rumuskan sebelumnya. Guru juga
membantu siswa melakukan refleksi atau
evaluasi terhadap proses pemecahan masalah
yang dilakukan.
Sumber: Kosasih (2014: 91)
Langkah-langkah Problem Based Learning di atas pada tabel 2 dikaitkan
dengan pendekatan saintifik sesuai dengan Kurikulum 2013 yang menghendaki
setiap pembelajaran terdapat peningkatan dari berbagai apek (kognitif, afektif, dan
psikomotor). Berdasarkan tabel 1 dan 2 terdapat kesamaan pada aktivitas guru,
namun pada tabel 1 masih menggunakan fase atau tahapan, sedangkan pada tabel 2
sudah dikaitkan dengan pendekatan saintifik.
Selain dikaitkan dengan pendekatan saintifik, langkah-langkah Problem Based
Learning terdapat pula berbagai indikator. Adapun indikator dalam langkah-langkah
Problem Based Learning dapat dijelaskan tabel 3 dibawah ini.
Tabel 3. Indikator dan Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah
Fase
1
Indikator
Tingkah Laku Guru
Orientasi siswa pada Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan
masalah
logistik yang diperlukan, dan memotivasi siswa
terlibat pada aktivitas pemecahan masalah
2
Mengorganisasi
Membantu
siswa
mendefinisikan
dan
siswa untuk belajar
mengorganisasian tugas belajar yang berhubungan
dengan masalah tersebut
3
Membimbing
Mendorong
siswa
untuk
mengumpulkan
pengalaman
informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen
individual/kelompok untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalah
4
Mengembangkan
Membantu siswa dalam merencanakan dan
dan menyajikan hasil menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan,
karya
dan membantu mereka untuk berbagai tugas
dengan temannya
5
Menganalisis
dan Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau
mengevaluasi proses evaluasi terhadap penyelidikan merea dan proses
pemecahan masalah yang mereka gunakan
Sumber: Ismail dalam Rusman (2012: 243)
29
Langkah-langkah Problem Based Learning pada tabel 3 dijelaskan bahwa
terdapat indikator untuk mengukur setiap tahapan langkah model pembelajaran
tersebut. Indikator tersebut digunakan untuk mengukur terlaksana atau tidak setiap
langkah yang telah ditempuh dalam pelaksanaan Problem Based Learning.
Berdasarkan beberapa teori di atas dapat disimpulkan terdapat lima langkahlangkah dalam pelaksanaan Problem Based Learning, diantaranya:
1) Mengorientasikan permasalahan yang akan dibahas dalam kegiatan pembelajaran.
2) Merumuskan permasalahan yang akan dibahas dalam proses pembelajaran.
3) Mengumpulkan data untuk memecahkan masalah. Dalam proses pengumpulan
data dapat dilakukan dengan cara berkelompok atau membentuk kelompok
diskusi.
4) Merumuskan jawaban permasalahan yang sudah diperoleh dalam pengumpulan
data.
5) Menyajikan hasil temuan atau hasil dari penyelesaian masalah dapat berupa
laporan tertelus ataupun presentasi.
Pemahaman mengenai langkah Problem Based Learning di atas penting untuk
dipahami sebagai acuan dalam mengamati pelaksanaan model pembelajaran tersebut
sebagaimana fokus penelitian ini. Apakah pelaksanaannya sudah sesuai dengan
langkah-langkah Problem Based Learning tersebut.
f. Kelemahan Problem Based Learning. Kelemahan pembelajaran berbasis
masalah yaitu siswa tidak mempunyai rasa percaya diri, keterbatasan waktu, dan
kurangnya pemahaman siswa (Sanjaya 2012: 221). Secara prosedural kelemahan
Problem Based Learning adalah persiapan pembelajaran yang kompleks, kesulitan
mencari permasalahan, terjadi kesalahan pemahaman, dan keterbatasan waktu
(Amardani 2014). Kelemahan lainnya yaitu kurangnya pemahaman peran guru,
keterbatasan biaya dan waktu, dan aktivitas siswa yang sulit dipantau guru jika
kegiatan pembelajaran di luar kelas (Warsono dan Harianto 2012: 152). Jadi
kelemahan dari Problem Based Learning meliputi keterbatasan waktu, kurangnya
minat siswa, dan pemahaman siswa yang bergantung pada satu sumber.
Penjelasan dari masing-masing kelemahan Problem Based Learning tersebut
adalah sebagai berikut:
30
1) Keterbatasan waktu. Dalam pelaksanaan Problem Based Learning memerlukan
waktu yang panjang dalam perumusan masalah dan pengumpulan data
permasalahan.
2) Kurangnya minat siswa dalam pemecahan masalah. Minat siswa menjadi
penghambat jalannya pelaksanaan Problem Based Learning karena proses
pembelajaran tersebut membutuhkan peran aktif dan berfikir kritis yang dilakukan
oleh siswa.
3) Pemahaman siswa yang bergantung pada satu sumber. Pemahaman siswa dalam
pemecahan masalah tidak hanya bergantung pada satu sumber karena Problem
Based Learning terdapat masalah yang harus diselesaikan dalam multi-perspektif
yang sesuai dengan konteks permasalahan tersebut.
Pemahaman mengenai kelemahan Problem Based Learning di atas penting
dipahami sebagai acuan dalam mengamati pelaksanaan model pembelajaran tersebut
yang menjadi fokus penelitian. Selain itu kelemahan Problem Based Learning
penting dipahami dapat digunakan sebagai pedoman kekurangan pembelajaran
tersebut jika dalam pelakasnaannya terjadi hal yang menyangkut kelemahan tersebut.
g. Keunggulan Problem Based Learning. Keunggulan Problem Based
Learning yaitu pembelajaran yang bagus untuk memahami isi pelajaran, penemuan
pada pengetahuan baru, dapat meningkatkan pemahaman siswa, mentransfer
pengetahuan dalam kehidupan nyata, dan mengambangkan pemahaman siswa untuk
berfikir kritis dan kreatif (Sanjaya 2010: 220). Secara konseptual keunggulan
Problem Based Learning meliputi realitas dengan kehidupan nyata, konsep sesuai
dengan kebutuhan, memupuk sifat inkuiri siswa, referensi konsep menjadi kuat, dan
memupuk kemampuan pemedahan masalah pada siswa
(Amardani 2014).
Kelemahan lainnya yaitu siswa akan terbiasa menghadapi masalah, menumbuhkan
sikap kooperatif, dan membiasakan dalam menerapkan eksperimen (Warsono dan
Hariyanto 2012: 152). Jadi keunggulan dari Problem Based Learning meliputi
membantu siswa untuk meningkatkan pengetahuan siswa, memupuk dalam
meningkatkan Problem Solving, berfikir kreatif dan kritis, serta sikap kooperatif.
Penjelasan masing-masing keunggulan Problem Based Learning tersebut
adalah sebagai berikut:
31
1) Membantu siswa untuk meningkatkan pengetahuan siswa. Selain pengetahuan
siswa, terdapat peningkatan sikap dan psikomotorik siswa dalam pelaksanaan
Problem Based Learning.
2) Membantu siswa dalam berfikir kreatif dan kritis dalam setiap permasalahan yang
ada. Hal ini dikarenakan karena pemecahan masalah menuntut siswa untuk
berfikir kritis terhadap masalah yang ada dan berfikir kreatif untuk memilih data
dalam pemecahan masalah.
3) Menumbuhkan sikap kooperatif siswa. Sikap kooperatif sangat dibutuhkan tidak
hanya dalam pembelajaran berbasis masalah. Sikap kooperatif di butuhkan dalam
pelaksanaan Problem Based Learning untuk merumuskan jawaban dari
permasalahan tersebut.
4) Memupuk siswa dalam meningkatkan Problem Solving. Pemecahan masalah
dalam Problem Based Learning bagi siswa sangat berguna untuk membangun
kebiasaan memecahkan masalah dalam kehidupan nyata.
Pemahaman mengenai keunggulan Problem Based Learning di atas penting
dipahami sebagai acuan dalam mengamati pelaksanaan model pembelajaran tersebut.
Selain itu keunggulan Problem Based Learning menjadi acuan sebagai data penting
untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran tersebut.
4. Metode Pembelajaran PPKn
Metode pembelajaran PPKn menjadi fokus penelitian yang penting pula untuk
diuraikan secara lengkap. Berikut penjelasan mengenai metode pembelajaran dapat
dikaji pada uraian di bawah ini.
a. PPKn. Kurikulum pada tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah
wajib memuat mata pelajaran pendidikan agama, pendidikan kewarganegraan,
bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, seni dan
budaya, pendidikan jasamani dan rohani, keterampilan/ kejuruan, dan muatan lokal
(Pasal 37 Ayat 1 UU No. 20 Tahun 2003). Maksudnya kurikulum pendidikan dasar
dan menengah harus memuata mata pelajaran wajib, yaitu salah satunya Pendidikan
Kewarganegaraan dan sekarang dikembangkan menjadi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PPKn). Berikut penjelasan mengenai hal yang terkait dengan
metode pembelajaran PPKn yang diuraikan dalam sub-kajian teori di bawah ini.
32
1) Pengertian PPKn
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) merupakan nama dari
mata pelajaran untuk membina perkembangan moral anak didik sesuai dengan nilainilai Pancasila, agar dapat mencapai perubahan secara optimal dan mewujudkan
dalam kehidupan masyarakat (Daryono dalam Saraswati 2014: 10). Mata pelajaran
ini dirancang untuk membekali peserta didik dengan keimanan dan akhlak mulia
sebaimana diarahkan oleh falsafah hidup bangsa Indonesia yaitu Pancasila
(Kemendikbud 2014: 1). Juga dapat dimaknai sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa
Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan
sehari-hari peserta didik baik sebagai individu, maupun sebagai anggota masyarakat
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara (Darmadi 2013). Jadi PPKn merupakan
mata pelajaran yang diajarkan dalam berbagai jenjang sekolah diintegrasikan dengan
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia. Selain itu, juga menjadikan penalaran
peserta didik sesuai dengan karakter bangsa.
2) Visi dan Misi PPKn
Visi Pendidikan kewarganegaraan yaitu sebagai sarana pembinaan watak
bangsa dan pemberdayaan warga negara (Darmadi 2013). Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan mempunyai misi sebagai pendidikan nilai moral Pancasila,
penyadaran akan norma dan konstitusi UUD 1945, pengembangan komitmen
terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan penghayatan terhadap
filosofi Bhineka Tunggal Ika (Kemendikbud 2013: 1).
Visi dan misi PPKn mempuntai peran penting untuk dikaji. Dikarenakan
dalam pelaksanaan pembelajaran sebagai guru harus sesuai dengan visi dan misi
PPKn untuk mewujudkan tujuan dari mata pelajaran tersebut.
3) Tujuan PPKn
Tujaun PPKn terdapat tujuan umum dan khusus. Tujuan khusus dari
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di sekolah bagi setiap siswa adalah:
Tujuan akhir dari Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan adalah warga
negara yang cerdas dan baik, yakni warga negara yang bercirikan tumbuh
kembangnya kepekaan, ketanggapan, kritisasi, dan kreativitas sosial dalam
konteks kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara secara tertib,
33
damai, dan kreatif, sebagai cerminan dan pengejawantahan nilai, norma dan
moral Pancasila (Kemendikbud, 2013:3).
Selain tujuan khusus di atas terdapat tujuan umum dari Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan yaitu:
PPKn berusaha membentuk manusia seutuhnya sebagai perwujudan
kepribadian Pancasila, yang mampu melaksanakan pembengunan masyarakat
Pancasila, tanpa PPKn, segala kepintaran atau akal, ketinggalam ilmu
pengetahuan dan teknologi, keterampilan dan kecekatan, tidak memberi
jaminan pada terwujudnya masyarakat Pancasila (Daryono, 2011:1).
Jadi tujuan PPKn adalah mewujudkan warganegara yang yang sesuai dengan
dasar negara yaitu Pancasila. Pemahaman mengenai tujuan PPKn di atas penting
dipahami sebagai acuan sebelum mengamati Problem Based Learning dalam
pembelajaran PPKn sebagai objek penelitian ini.
4) Kompetensi PPKn
PPKn memiliki kompetensi yang harus dipenuhi oleh peserta didik. Secara
umum kompetensi tersebut meliputi dimensi pengetahuan kewarganegaraan (civic
knowledge), dimensi keterampilan kewarganegaraan (civic skill), dan dimensi nilai
kewarganegaraan (civic values). Atau kompetensi pengetahuan (civic knowledge),
kompetensi keterampilan (civic skill), dan kompetensi pembentukan watak
kewarganegaraan (civic desposition) (Ikhsan dalam Muhibbin dan Setyadi 2011: 57). Disebut pula dengan penguasaan pengetahuan kewarganegaraan (civic
knowledge), penguasaan sikap kewarganegaraan (civic disposition), serta penguasaan
mengartikulasi keterampilan kewarganegaraan (civic skill) (Haryanti, 2013). Jadi
kompetensi PPKn adalah dimensi pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge),
keteramilan kewarganegaraan (civic skill), dan nilai kewarganegaraan (civic values).
Penjelasan mengenai ketiga kompetensi PPKn tersebut sabagai berikut:
a) Dimensi pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge) yang menyangkut
bidang politik, hukum dan moral. Konsekuensinya adalah bahwa mata pelajaran
PPKn meliputi pengetahuan tetang prinsip dan proses demokrasi, lembagalembaga pemerintahan dan non pemerintah, identitas nasional, rule of law,
peradilan yang bebas dan objektif, konstitusi, sejarah nasional, hak dan
tanggungjawab warga negara, hak asasi manusia, dan hak politik.
34
b) Dimensi
keterampilan
kewarganegaraan
(civic
skill)
yang
menyangkut
keterampilan berpartisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal ini
terkait antara lain dengan perwujudan masyarakat madani sehingga peserta didik
diberi kemampuan untuk ikut mewujudkan masyarakat madani, keterampilan
mempengaruhi, keterampilan melakukan monitoring jalannya pemerintahan,
keterampilan dalam pengambilan keputusan, keterampilan pemecahan masalah
sosial, keterampilan berkoalisi, dan keterampilan mengelola konflik.
c) Dimensi nilai kewarganegaraan (civic values), yaitu materi pelajaran yang
diarahkan untuk menanamkan nilai, kepercayaan, serta sikap berwarganegara
yang baik. Materi yang terkait dengan dimensi
ini antara lain: komitmen,
penguasaan nilai keagamaan, norma dan etika, nilai keadilan, demokrasi,
kebebsan individu, dan perlindungan (Ikhsan dalam Setyadi dan Muhibbin,
2011:5-6).
PPKn dalam satuan pendidikan memiliki kompetensi untuk mempersiapkan
peserta didik menjadi warga negara yang cerdas dan baik (to be smart dan good
citizen) berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Warga negara yang dimaksud adalah warga
negara yang menguasai pengetahuan (knowledge), sikap dan nilai (attitudes and
values), keterampilan (skills) yang dapat dimanfaatkan untuk menumbuhkan rasa
kebangsaan dan cinta tanah air sebagai wujud implementasi dan aktualisasi nilai-nilai
Pancasila (Kemendikbud 2014: 2-3). Kompetensi PPKn di SMK membentuk peserta
didik menguasai pengetahuan, sikap dan nilai serta keterampilan yang dapat
dimanfaatkan dan diaktualisasikan dalam nilai-nilai pancasila.
Kompetensi PPKn di sekolah mengembangkan peserta didik untuk memiliki
kualitas sebagai berikut:
a) Kemelekwacanaan sebagai warga negara (civic literacy), yakni pemahaman
peserta didik sebagai warga negara dalam kehidupan demokrasi konstitusional
Indonesia serta menyesuaikan perilakunya dengan pemahaman dan kesadaran itu.
b) Komunikasi sosial kultural kewarganegaraan (civic engagement), yakni kemauan
dan kemampuan peserta didik sebagai warga negara untuk melibatkan diri dalam
komunikasi sosial-kultural sesuai dengan hak dan kewajibannya.
35
c) Kemampuan berpartisipasi sebagai warga negara (civic skill and participation),
yakni kemauan, kemampuan, dan keterampilan peserta didik sebagai warga
negara dalam mengambil prakarsa dan/atau turut serta dalam pemecahan masalah
sosial-kultural kewarganegaraan dilingkungannya.
d) Penelaran kewarganegaraan (civic knowledge), yakni kemampuan peserta didik
sebagai warga negara untuk berfikir secara kritis dan bertanggungjawab tentang
ide, instrumentasi, dan praksis demokrasi konstitusional Indonesia.
e) Partisipasi kewarganegaraan secara bertanggungjawab (civic participation and
civic resopnsibility), yakni kesadaran dan kesiapan peserta didik sebagai warga
negara untuk berpartisipasi aktif dan penuh tanggungjawab dalam kehidupan
demokrasi konstitusional (Depdiknas dalam Kemendikbud 2014: 2).
Selanjutnya kompetensi PPKn di sekolah tersebut dijabarkan dalam
kompetensi PPKn pada masing-masing jenjang. Kompetensi PPKn pada sekolah
menengah untuk kelas XI terdiri atas kompetensi inti dan kompetensi dasar.
Kompetensi inti dan dasar dimaksud mengacu pada kompetensi PPKn dalam
Kurikulum 2013.
Pemahaman mengenai kompetensi PPKn di atas penting dipahami sebagai
acuan pelaksanaan Problem Based Learning dan pedoman sebelum mengamati
implementasi model pembelajaran tersebut yang menjadi fokus penelitian.
5) Materi PPKn
Materi PPKn memuat tentang pendidikan nilai dan moral, pendidikan
kemasyarakatan, pendidikan kebangsaan, pendidikan kewarganegaraan, pendidikan
politik, pendidikan hukum dan hak asasi manusia, serta pendidikan demokrasi
(Kemendikbud 2014: 1). Materi tersebut sesaui dengan kompetensi umum dari PPKn
yaitu dimensi pengetahuan, sikap, dan nilai kewarganegaraan. Secara umum materi
PPKn meliputi:
a) Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup.
b) UUD 1945 sebagai hukum dasar yang menjadi landasan konstitusional kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
c) Bhineka Tunggal Ika sebagai wujud keberagaman kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara dalam keberagaman yang kohesif dan utuh.
36
d) Negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai bentuk negara Indonesia
(Kemendikbud dalam Apandi 2014).
Materi PPKn untuk satuan pendidikan merupakan suatu pengembangan dari
materi umum. Materi PPKn di SMK meliputi:
a) Penegakan hak asasi manusia.
b) Kaidah bangsa Indonesia.
c) Keutuhan negara kesatuan Republik Indonesia.
d) Pemerintahan pusat dan daerah.
e) Keadilan bangsa Indonesia.
f) Hak dan kewajiban dalam berdemokrasi.
g) Kebersamaan dalam kebhinekaan.
h) Kesadaran berbangsa dan bernegara.
i) Dinamika demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
j) Penyelenggaraan kekuasaan negara.
k) Keadilan dan kedamaian.
l) Pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga negara
m) Integrasi nasional
n) Dinamika kehidupan bernegara dalam konteks geopolitik Indonesia.
o) Potret budaya poitik masyarakat Indonesia.
p) Badan dan lembaga negara di Indonesia.
q) Konsep Negara Kesatuan Republik Indonesia dan konsep negara Federal.
r) Pengelolaan kekuasaan negara di pusat dan di daerah.
s) Peran Indonesia dalam hubungan internasional (Permendikbud No. 70 Tahun
2013).
Materi di atas merupakan materi yang termuat dalam tingkat SMA/SMK maka
untuk materi PPKn SMK kelas XI sebagai objek penelitian, yaitu:
a) Menapaki Jalan Terjal Penegakan HAM di Indonesia.
b) Menelaah Ketentuan Konstitusional Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
c) Menelusuri Dinamika Demokrasi dalam Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa
dan Bernegara
d) Mengupas Penyelenggaraan Kekuasaan Negara
37
e) Menyiram Indahnya Keadilan dan Kedamaian
f) Menyibak Kasus Pelanggaran Hak dan Pengingkaran Kewajiban Warga Negara
g) Menatap Tantangan Integrasi Nasional
h) Menelusuri Dinamika Kehidupan Bernegara dalam Konteks Geopolitik Indonesia
i) Mencermati Potret Budaya Politik Masyarakat Indonesia (Permendikbud Nomor
70 Tahun 2013).
6) Kurikulum dan Silabus PPKn
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (UU No. 20 Tahun
2003 Pasal 1 Ayat 19). Kurikulum terdiri dari tiga poin penting, yaitu mencakup
kurikulum yang memuat isi dan materi pembelajaran, kurikulum sebagai rencana
pembelajaran, dan kurikulum sebagai pengalaman belajar (Hamalik dalam Yamin
2012: 35). Kurikulum harus memberikan perspektif baru dalam proses pendidikan.
Kurikulum akan menjadi kunci utama dalam keberhasilan pendidikan (Yamin 2012:
46). Jadi dapat disimpulkan kurikulum merupakan acuan dasar yang digunakan untuk
proses pembelajaran.
Silabus merupakan rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata
pelajaran atau tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar,
materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajran, indikator pencapaian kompetensi
untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar (Trianto 2011: 96).
Atau seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran,
pengelolaan kelas dan penilaian hasil belajar (Wulandari 2012). Selain itu silabus
juga dapat diartikan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam
materi pokok atau pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian
kompetensi untuk penilaian (Mulyadi 2012). Jadi dapat disimpulkan silabus
merupakan rencana yangdibuat untuk pelaksanaan pembelajra yang berisi tentang
materi pokok, penilaian, alokasi waktu, kompetensi inti dan kompetensi dasar.
Penyusunan silabus perlu memperhatikan langkah-langkah pengembangan
silabus yaitu:
38
a) Mengkaji kompetensi inti dan kompetensi dasar sesuai sebagaimana tercantum
dalam Permendikbud No. 70 Tahun 2013 mata pelajaran PPKn kelas XI.
b) Mengidentifikasi materi pokok yang sesuai dengan kompetensi dasar.
c) Mengembangkan
kegiatan
pembelajaran.
kegiatan
pembelajaran
tersebut
dipadukan dengan pendekata, strategi, dan model pembelajaran yang sesuai
dengan Kurikulum 2013.
d) Merumuskan indikator pencapaian kompetensi. Indikator pencapaian kompetensi
tersebut sebagai pengembangan dari kompetensi dasar.
e) Menentukan jenis penilaian. Jenis penilaian tersebut dengan cara tes dan non tes
atau dengan penugasan.
f) Menentukan alokasi waktu yang sesuai dengan kurikulum 2013. Misalnya di kelas
XI SMK setiap satu materi pokok pelaksanaannya 3 minggu x JP. Satu jam
pelajaran perminggu terdapat 3 x 45 menit. Jadi 3 minngu x JP adalah satu materi
pokok tersebut berlangsung dalam 3 minggu dan setiap minggu 3 x 45 menit.
g) Menentukan sumber belajar. Sumber belajar merupakan rujuakan yang dipakai
dalam pembelajaran misalnya buku pelajaran, media bejajar, dan lingkungan.
Pemahaman mengenai kuriklum dan silabus PPKn di atas penting dipahami
sebagai acuan dalam mengamati pelaksanaan pembelajaran di kelas sebagai fokus
penelitian ini. Dengan mengamati kurikulum dan silabus tersebut dalam pelaksanaan
pembelajaran di kelas tersebut sudah sesuai dengan silabus yang dirumuskan atau
belum sesuai dengan yang diterapkan.
7) Evaluasi atau Penilaian PPKn
Evaluasi merupakan penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai
tujuan yang telah ditetapkan (Muhibbin dan Setyadi 2011: 148). Atau penilaian yang
sistematik tentang manfaat atau kegunaan suatu objek (Husamah dan Setyaningrum
2013: 117). Maksudnya evaluasi berfokus pada luaran yang diinginkan oleh guru dan
pada kualitas (Basuki dan Hariyanto 2014: 10). Jadi dapat disimpulkan evaluasi
adalah penilaian keberhasilan siswa yang disusun secara sistematis dan berfokus
pada kualitas yang diinginkan oleh guru.
Evaluasi PPKn ada tiga aspek yang dinilai, diantaranya penilaian pengetahuan,
penilaian sikap, dan penilaian keterampilan (Kemendikbud 2014: 25). Ketiga
39
penilaian tersebut dalam Kurikulum 2013 disebut dengan penilaian autentik.
Penilaian autentik dalam kompetensi PPKn terdiri dari penilaian sikap, pengetahuan
dan keterampilan. Penilaian sikap dapat diterapkan melalui observasi, penilaian diri,
penilaian “teman sejawat” (peer evaluation) oleh peserta didik dan jurnal. Penialain
pengetahuan melalui teknik tes tulis, lisan, dan penugasan. Penilaian keterampilan
melalui tes praktik, proyek dan penilaian fortofolio (Kemendikbud 2014: 28-41).
Pemahaman mengenai evaluasi atau penilaian PPKn tersebut penting dipahami
sebagai acuan dalam mengamati proses pembelajaran PPKn di kelas sebagai objek
penelitian. Pembelajaran tersebut dalam penilaian sudah mencakup ketiga
kompetensi tersebut.
b. Metode Pembelajaran PPKn. Metode adalah sebuah cara yang digunakan
untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran (Mulyatiningsih 2012: 233). Berikut
metode pembelajaran yang digunakan dalam mata pelajaran PPKn diantaranya
sebagai berikut:
1) Pembelajaran Konvensional dalam PPKn
Pembelajaran konvensional bersifat one way traffic communication, yaitu guru
sebagai penyampai materi saja dan sebagai satu-satunya sumber pembelajaran dan
menggunakan cara-cara yang sederhana, yaitu ceramah (Muhibbin dan Setyadi,
2011:20). Salah satu bentuk pembelajaran konvensional adalah ceramah, metode
pembelajaran ini merupakan sebuah bentuk interaksi melalui penerangan dan
penuturan lisan dari guru kepada peserta didik (Taniredja dkk 2012: 45). PPKn yang
terkesan hanya hafalan-hafalan maka pembelajaran konvensional dianggap efektif
namun dewasa ini pembelajaran PPKn yang terpenting adalah penanaman makna dan
nilai-nilai kewarganegaraan (Yanti 2013). Jadi pembelajaran konvensional disebut
juga pembelajaran tradisional yang berfokus pada satu peran seorang guru. Bentuk
pembelajaran konvensional adalah ceramah. Metode ini hanya meningkatkan
pengetahuan. Sementara itu dalam PPKn harus meraih tiga kompetensi, disamping
pengetahuan juga sikap dan keterampilan.
Metode pembelajaran konvensional dirasa masih kurang untuk mewujudkan
ketiga kompetensi tersebut. Untuk itu diperlukan metode non konvensional yaitu
strategi pembelajaran aktif.
40
2) Pembelajaran Aktif dalam PPKn
Pembelajaran aktif (Active Learning) adalah proses kegiatan yang subjek
didiknya terlibat secara intelektual dan emosional sehingga siswa betul-betul
berperan dan berpartisipasi aktif dalam melakukan kegiatan belajar (Hosnan,
2014:208). Atau segala bentuk pembelajaran yang memugkinkan peserta didik
berperan secara aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri, baik dalam bentuk
interaksi antar peserta didik dengan peserta didik, maupun antara peserta didik
dengan guru (Sutikno, 2014:149). Jadi pembelajaran aktif disebut pula dengan
pembelajaran yang menekankan pada partisipasi siswa.
Pembelajaran aktif dalam PPKn menekankan pada kegiatan siswa secara
penuh. Mata pelajaran PPKn lebih banyak mengarah pada learning by doing, yaitu
praktik belajar kewarganegaraan sebagai inovasi pembelajaran untuk memahami
tentang kognisi dan afeksi secara mendalam pengalaman dengan kecakapan
hidupnya (Tim Binata 2014: 7). Maka dari itu pembelajaran aktif dalam PPKn
terdapat beberapa model dan strategi serta metode pembelajaran yang inovatif untuk
mewujudkan pembelajaran yang aktif.
Berdasarkan kutipan di atas, pembelajaran aktif merupakan pembelajaran yang
menekankan keaktifan siswa dalam proses belajar-mengajar. Hal mendasar yang
membedakan antara pembelajaran konvensional aktif adalah pembelajaran
konvensional berpusat pada guru sedangkan pembelajaran aktif berpusat pada siswa.
Kompetensi PPKn dalam pelaksanaan pembelajaran aktif dapat dimaksimalkan
untuk mewujudkan ketiga ompetensi PPKn tersebut. Hal ini dikarenakan selain
pengetahan, pembentukan sikap dan keterampilan dalam pembelajaran aktif secara
langsung dan tidak langsung peserta didik sebagai pelaku pembelajaran tersebut.
Pemahaman mengenai pembelajaran konvensiona dan aktif di atas penting
dipahami sebagai acuan dalam mengamati pelaksanaan pembelajaran di kelas
sebagai fokus penelitian ini. Hal ini dikarenakan Kurikulum 2013 menekankan pada
pembelajaran aktif dan meminimalisir pembelajaran konvensional.
5. Pembelajaran PPKn dalam Kurikulum 2013
41
Penyempurnaan pembelajaran PPKn dalam Kurikulum 2013 mengalami
perkembangan dari kurukulum sebelumnya yaitu KTSP. Di bawah ini uraian
mengenai pembelajaran PPKn dalam kurikulum 2013.
a. Kurikulum 2013. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 19). Kurikulum terdiri dari tiga poin
penting, yaitu mencakup kurikulum yang memuat isi dan materi pembelajaran,
kurikulum sebagai rencana pembelajaran, dan kurikulum sebagai pengalaman belajar
(Hamalik dalam Yamin 2012: 35). Kurikulum harus memberikan perspektif baru
dalam proses pendidikan. Kurikulum akan menjadi kunci utama dalam keberhasilan
pendidikan (Yamin 2012: 46). Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan dari
kurikulum 2006 (KTSP). Berikut penjelasan mengenai Kurikulum 2013, sebagai
ganti KTSP.
1) Pengertian Kurikulum 2013.
Kurikulum didefinisikan sebagai suatu bahan tertulis yang berisi uraian
program pendidikan suatu sekolah atau madarasah yang harus dilaksanakan dari
tahun ke tahun (Hidayat 2013: 20). Atau perencanaa yang disiapkan sebagai
pedoman belajar sekolah yang pada umumnya dimunculkan dalam dokumen dan
diterapkan dalam kelas (Glatthon dalam Supriyanto 2012: 48). “Kurikulum 2013
merupakan pengembangan dari kurikulum 2006 (KTSP)” (Apandi 2013). Jadi
Kurikulum 2013 merupakan suatu bahan atau rencana yang disiapkan dan
dilaksanakan dalam pembelajaran pada tahun 2013.
Pemahaman mengenai pengertian kurikulum 2013 di atas penting dipahami
sebagai acuan dalam mengkaji dalam pelaksanaan metode Problem Based Learning
pada kurikulum 2013 sebagai fokus penelitian ini. Dengan pengertian kurikulum
2013 tersebut dapat menjadi pijakan untuk mengkaji pelaksanaan Problem Based
Learning yang sesuai dengan kurikulum 2013.
2) Pengembangan Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 dikembangkan karena adanya beberapa kesenjangan
kurikulum tingkat satuan pendidikan (Mulyasa 2013: 61). Kondisi tersebut tidak
42
hanya pada kesenjangan namun terdapat penyempurnaan pada pola pikir dalam
perumusan kurikulum (Kemendikbud 2012). Kesenjangan dalam kondisi kuriklum
terdapat beberapa faktor, diantaranya:
a) Kompetensi lulusan untuk kondisi saat ini belum sepenuhnya menghasilkan
keterampilan yang sesuai sedangkan idealnya harus mengahasilkan keterampilan
yang sesuai.
b) Materi pembelajaran untuk kondisi saat ini belum relevan dengan kompetensi
yang dibutuhkan sedangkan idealnya sudah relevan dengan materi yang
dibutuhkan.
c) Proses pembelajaran kondisi saat ini berpusat pada guru, proses pembelajaran
berorientasi pada buku teks, dan buku teks tersebut hanya memuat materi
bahasan, sedangkan idealnya berpusat pada peserta didik, sifat pembelajaran yang
kontekstual, dan buku teks memuat materi dalam proses pembelajaran, sistem
pembelajaran, sistem penilaian, serta kompetensi yang diharapkan.
d) Penilaian untuk kondisi saat ini hanya menekankan pada aspek kognitif dan tes
menjadi cara penilaian yang dominan sedangkan idealnya menekankan pada
aspek kognitif, afektif, psikomotorik secara profesional dan penilaian tes pada
fortofolio saling melengkapi.
e) Pendidik dan tenaga kependidikan untuk kondisi saat ini memenuhi kompetensi
profesi saja dan fokus pada ukuran kinerja PTK sedangkan idealnya memenuhi
kompetensi profesi, pedagogi, sosial dan profesional serta adaya motivasi
mengajar.
f) Pengelolaan kurikulum kondisi saat ini satuan pendidikan mempuyai pembebasan
dalam pengelolaan kurikulum sedangkan idelnya pemerintah pusat dan daerah
memiliki kendalikualitas dalam pelaksana kurikulum di tingkat satuan pendidikan
dan pemerintah menyiapkan semua komponen kurikulum sampai buku teks dan
pedoman (Kemendikbud 2012).
Kesenjangan antara Kurikulum 2006 (KTSP) dengan Kurikulum 2013 tersebut
sesuai dengan keadaan saat ini dan idealnya untuk diterapkan dalam satuan
pendidikan.
Selain faktor kondisi di atas, maka Kurikulum 2013 memiliki
penyempurnaan
pola
pikir
perumusan
kurikulum
(Mulyasa
2013:
63).
43
Penyempurnaan tersebut dapat dilihat dari standar proses dan isi dalam kurikulum,
diantaranya:
a) Standar kompetensi lulusan KTSP diturunkan dari standar isi sedangkan standar
kompetensi lulusan pada Kurikulum 2013 diturunkan dari kebutuhan.
b) Standar isi KTSP dirumuskan berdasarkan tujuan mata pelajaran (standar
kompetensi lulusan mata pelajaran) yang dirinci menjadi standar kompetensi dan
kompetensi dasar mata pelajaran sedangkan standar isi pada Kurikulum 2013
diturunkan pada standar kompetensi lulusan melalui kompetensi inti yang bebas
mata pelajaran.
c) Kompetensi pada KTSP diturunkan dari mata pelajaran sedangkan pada
Kurikulum 2013 mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai.
d) Mata pelajaran pada KTSP lepas satu dengan yang lain sedangkan pada
Kurikulum 2013 semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti (Kemendikbud
2012).
Penyempurnaan pola pikir Kurikulum 2013 dapat mengarahkan pendidikan
lebih pada kontributif setiap jenjang pendidikan. Selain pada jenjang pendidikan
pada tingkat dasar dan menengah, dari standar isi, standar kompetensi dan mata
pelajaran dengan pola pikir di atas, pendidikan di Indonesia dapat mengalami
perkembangan pada arah yang lebih maju.
Pemahaman mengenai pengembangan Kurikulum 2013 di atas penting
dipahami sebagai acuan untuk mengamati proses pembelajaran dalam metode
Problem Based Learning pada Kurikulum 2013 sebagai fokus penelitian.
Perkembangan kurikulum tersebut sudah digunakan atau belum digunakan dalam
kelas yang akan diamati.
3) Desain Kurikulum 2013
Desain atau rancangan Kurikulum 2013 dalam SMA dan SMK terdapat
berbagai kompenen rancangan (Hidayat 2013: 131). Berikut uraian tentang desain
atau rancangan Kurikulum 2013 SMA dan SMK.
44
Tabel 4. Rancangan Struktur Kurikulum SMA
No.
Komponen Rancangan
1. Apakah masih perlu penjurusan di SMA mengingat:
a) Sudah tidak ada lagi negara yang menganut sistem penjurusan di
SMA
b) Kesulitan dalam penyetaraan ijazah
c) Dapat melanjutkan ke semua jurusan di perguruan tinggi
2. Tanpa penjurusan akan menyebabkan mata pelajaran menjadi terlalu banyak
seperti pada siswa SMA kelas X saat ini, sehingga diperlukan mata pelajaran
pilihan dan mata pelajaran wajib
3. Perlunya memberi kesempatan bagi mereka yang memiliki kecerdasan di
atas rata-rata untk menyelesaikan lebih cepat atau belajar lebih banyak
melalui mata pelajara pilihan
4. Perlunya ujian nasional yang lebih fleksibel (dapat diambil di kels XI)
5. Perlunya integrasi vertikal denganperguran tinggi
6. Perlunya memperkuat pelajaran bahasa Indonesia, termasuk sastra, terutama
menulis dan membaca dengan cepat dan paham
7. Bahasa Inggris diajarkan untuk membentuk keterampilan berbahasa
8. Perlunya meningkatkan tingkat abstraksi mata pelajaran
9. Perlunya membentuk kultur sekolah yang kondusif
Sumber: Hidayat (2013: 131)
Tabel 4 di atas mnjelaskan bahwa perkembangan Kurikulum 2013 pada tingkat
SMA tidak adanya penjurusan pada kelas XI. Perkembangan kurikulum SMA
mengalami perkembangan yang signifikan dibandingkan dengan kurikulum
sebelumnya.
Hampir sama halnya dengan kurikulum tingkat SMK, berikut isu
rancangan kurikulum SMK dapat dijelaskan pada tabel 5 di bawah ini.
Tabel 5. Isu Kurikulum SMK
No.
Isu
1.
Ujin nasional sebaiknya tahun ke XI sehingga tahun ke XII konsentrasi ke
ujian sertifikasi keahlian
2.
Bidang keahlian yang belum sesuai lagi dengan kebutuhan global
3.
Penambahan life and career skills (bukan sebagai mata pelajaran)
4.
Perlunya mengibatkan pengguna (industri terkait) dalam penyusunan
kurikulum
5.
Pembelajaran SMK berbasis proyek dan sekolah terbuka bagi siswa untuk
waktu yang lebih lama dari jam pelajaran
6.
Keseimbangan hard skill/ competence dan soft skill/ cometence
7.
Perlunya membentuk kultur sekolah yang kondusif
8.
Pembagian keahlian yang terlalu rinci sehingga mempersulit pelaksanaannya
di lapangan
Sumber: Hidayat (2013: 131)
45
Tabel 5 di atas menjelaskan bahwa perkembangan pada isu rancangan struktur
kurikulum SMK yang menekankan pada hard skill dan soft skill peserta didik. Selain
itu penambahan pengetahuan keahlian karir yang diluar mata pelajaran.
Pemahaman mengenai desain kurikulum di atas penting dipahami sebagai
acuan dalam mengkaji dan mengamat pelaksanaan Kurikulum 2013 sebagai fokus
penelitian ini. Apakah pelaksanaannya sudah memenuhi rancangan atau desain
kurikulum tersebut.
4) Struktur Kurikulum 2013
Struktur kurikulum 2013 memiliki tiga tingkatan (SD/MI, SMP/MTs dan
menengah (Husamah dan Setyaningrum 2013: 18-28). Struktur kurikulum sekolah
menengah diuraikan pada penjelasan sebagai berikut:
a) Kelompok mata pelajaran wajib yaitu kelompok A dan Kelompok B. Kelompok A
adalah mata pelajaran yang memberikan orientasi kompetensi lebih kepada aspek
kognitif dan afektif sedankan kelompok B adalah mata pelajaran yang lebih
menekankan padaaspek afektif dan psikomotor.
b) Mata pelajaran pilihan lintas minat yaitu mata pelajaran yang dapat diambil oleh
peserta didik diluar kelompok mata pelajaran peminatan yang dipilihnya tetapi
masih dalam kelompok peminatan lainnya.
c) Untuk mata pelajaran pilihan lintas minat dan/atau pendalaman minat kelas X,
jumlah jam pelajaran pilihan perminggu berdurasi 6 jam pelajaran yang dapat
diambil dengan pilihan dua mata pelajaran di luar kelompok peminatan yang
dipilihnya tetapi masih dalam kelompo peminatan lainnya dan mata pelajaran
pendalaman kelompok peminatan yang dipilihnya. Sedangkan pada kelas XI,dan
XII, peserta didik mengambil lintas minat dan/atau pendalaman minat dengan
jumlah jam pelajaran pilihan per minggu berdurasi 4 jam pelajaran yang dapay
diambil dengan pilihan satu mata pelajaran diluar kelompok peminatan yang
dipilihnya tetapi masih dalam kelompok peminata lainnya dan/atau mata pelajaran
pendalaman kelompok peminatan yang dipilihnya.
d) Mata pelajaran pendalaman dimaksudkan untuk mempelajari salah satu mata
pelajaran dalam kelompok peminatan untuk persiapan ke perguruan tinggi.
46
e) Mata pelajaran pilihan lintas minat dan mata pelajaran pendalaman bersifat
opsional, dapat dipilih keduanya atau salah satu (Husamah dan Setyaningsih,
2013:24-26).
Struktur Kurikulum mata pelajaran wajib dalam Kurikulum 2013 dijelaskan pada
tabel 6 di bawah ini.
Tabel 6. Struktur Kelompok Mata Pelajaran Wajib dalam Kurikuum SMA/MA
Mata Pelajaran
Kelompok A
1.
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
2.
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
3.
Bahasa Indonesia
4.
Matematika
5.
Sejatah Indonesia
6.
Bahasa Inggris
Kelompok B
7.
Seni budaya (termasuk muatan lokal)
8.
Pendidikan jasmani, olah raga, dan
kesehatan (termasuk muatan lokal)
9.
Prakarya dan kewirausahaan (termasuk
muatan lokal)
Jumlah Jam Pelajaran Kelomok A dan B Per
Minggu
Kelompok C
Mata Pelajaran Peminatan Akademik (SMA/MA)
Jumlah Jam Pelajaran yang Harus Ditempuh per
minggu
Sumber: Kemendikbud (2013)
Alokasi Waktu Per Minggu
X
XI
XII
3
2
4
4
2
2
3
2
4
4
2
2
3
2
4
4
2
2
2
3
2
3
2
3
2
2
2
24
24
24
18
42
20
44
20
44
Selain struktur Kurikulum 2013 di atas, maka terdapat perubahan yang tampak pada
sekolah menengah dalam draft Kurikulum 2013 dalam struktur kurikulum mata
pelajaran dan alokasi waktu (standar isi) yaitu:
a) SMA mengalami perubahan sistem dan mata pelajaran wajib dan ada mata
pelajaran pilihan sedangkan SMK menyesuaikan jenis keahlian berdasarkan
spektrum kebutuhan saat ini.
b) SMA mengalami terjadi pengurangan mata pelajaran yang harus diikuti siswa
sedangkan SMK penyeragaman mata pelajaran dasar umum dan produktif
disesuaikan dengan perkembangan industri.
47
c) SMA dalam jumlah jam bertambah dua jam pelajaran per minggu akibat
perubahan pendekatan pembelajaran sedangkan SMK pengelompokan mata
pelajaran produktif sehingga tidak terlalu rinci pembegiannya (Hidayat 2013:
129).
Struktur Kurikulum 2006 dan struktur Kurikulum 2013 mengalami
perkembangan yang sangat signifikan. Perkembangan tersebut mewujudkan bahwa
kurikulum bersifat dinamis. Teori di atas dapat dikaitkan dengan penelitian,
berhubungan dengan pelaksanaan kurikulum 2013 terlebih teori di atas menjelaskan
aturan yang dirubah pada kurikulum sebelumnya.
5) Pentingnya Kurikulum 2013
Pentingnya kurikulum 2013 untuk dilaksanakan dapat dilihat dari kelemahan
kurikulum sebelumnya yaitu:
a) Konten kurikulum terlalu padat yang ditunjukkan dengan banyaknya mata
pelajaran.
b) KTSP belum sepenuhnya berbasis kompetensi dan belum menggambarkan secara
holistik domain sikap, pegetahuan, dan keterampilan.
c) KTSP belum peka dan tanggap dengan adanya perubahan sosial.
d) Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran yang
multitafsir.
e) Standar penilaian yang mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi (Hidayat
2013: 120-121).
Di samping itu untuk menjawab permasalahan atas kelemahan KTSP tersebut
perlunya Kurikulum 2013 ditandai dengan beberapa kelebihan, yaitu:
a) Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan yang bersifat alamiah (kontekstual).
b) Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi yang mendasari
pengembangan kemampuan-kemampuan lain.
c) Pengembangan bidang studi atau mata elajaran tertentu menggunakan pendekatan
kompetensi yang berkaitan dengan keterampilan (Mulyasa 2013: 163-164) .
Berdasarkan kutipan di atas menggambarkan bahwa pengembangan kurikulum
harus didasari dengan adanya peninjauan kelemahan KTSP dan kelebihan Kurikulum
2013. Dengan tujuan untuk mengembangkan sistem pendidikan melalui kurikulum.
48
Pentingnya Kurikulum 2013 menggambarkan adanya perubahan baik dari
pendekatan, metode, dan model pembelajaran serta penilaian.
Pemahaman mengenai pentingnya Kurikulum 2013 penting dipahami sebagai
acuan mengamati pengembangan model pembelajaran sebagai fokus penelitian.
Pengamatan pelaksanaan pembelajaran tersebut apakah sudah sesuai dengan cakupan
yang termuat dalam Kurikulum 2013 tersebut.
b. Metode Pembelajaran PPKn dalam Kurikulum 2013. Metode pembelajaran
dalam Kurikulum 2013 tetap berlaku pada semua mata pelajaran terlebih PPKn.
metode pembelajaran PPKn dalam Kurikulum 2013 mencakup kompetensi dan
pelaksanaan pembelajaran. Hal-hal yang berhubungan dengan metode pembelajaran
PPKn dalam Kurikulum 2013 sebagai berikut.
1) PPKn dalam Kurikulum 2013
Salah satu langkah untuk PPKn dalam Kurikulum 2013 adalah menata kembali
PKn menjadi PPKn, dengan rincian sebagai berikut:
(a) Mengubah nama mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) menjadi
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn).
(b) Menempatkan mata pelajaran PPKn sebagai bagian utuh dari kelompok mata
pelajaran memiliki misi pengokohan kebangsaan.
(c) Mengorgaisasikan SK-KD dan indikator PPKn secara nasional dengan
memperkuat nilai pancasila dan moral pencasila, nilai dan norma UUD NRI
Tahun 1945, nilai dan semangat Bhineka Tunggal Ika, serta wawasan dan
komitmen Negara Kesatuan Republik Indonesia.
(d) Memantapkan pengembangan peserta didik dalam dimensi pengetahuan
kewarganegaraan, sikap kewarganegaraan, keterampilan kewarganegaraan,
keteguhan kewarganegaraan, komitmen kewarganegaraan, dan kompetensi
kewarganegaraan.
(e) Mengembangkan dan menerapkan model pemelajaran yang sering dengan
karakteristik PPKn yang berorientasi pada pengembangan karakter peserta
didik sebagai warganegara yang cerdas dan baik secara utuh.
(f) Mengembangkan dan menerapkan berbagai model penilaian proses
pembelajaran dan hasil belajar PPKn (Apandi, 2013).
Kutipan di atas menegaskan bahwa PKn pada KTSP beralih menjadi PPKn
pada Kurikulum 2013 dengan tujuan untuk memantapkan kembali nilai-nilai
pancasila yang telah memudar. Selain tujuan nilai Pancasialis tersebut, Kurikulum
2013 menetapkan indikator dari PPKn sendiri adalah nilai Pancasila dan moral
49
Pancasila, nilai dan norma UUD NRI Tahun 1945, nilai dan semangat Bhineka
Tunggal Ika, serta wawasan dan komitmen Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pemahaman mengenai PPKn dalam Kurikulum 2013 di atas penting dipahami
untuk mengkaji tentang mata pelajaran tersebut sebagai fokus penelitian. Kajian teori
tersebut untuk mengkaji tentang seluk beluk dari mata pelajaran PPKn tersebut.
2) Kompetensi PPKn dalam Kurikulum 2013
Kompetensi PPKn dalam kurikulum 2013 berdasarkan teori-teori di atas, dapat
diperoleh kompetensi PPKn terdiri dari kompetensi inti dan kompetensi dasar.
Kompetensi inti dan dasar PPKn sebagai berikut:
a) Kompetensi Inti, terdiri dari:
(1) Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
(2) Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif
dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta
dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
(3) Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
(4) Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
b) Kompetensi Dasar
(1) Menghayati perilaku yang sesuai dengan prinsip-prinsip solidaritas yang
dilandasi ajaran agama dan kepercayaan yang dianutnya.
(2) Mengamalkan isi pasal 28E dan 29 ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
50
(3) Menghayati persamaan kedudukan warga negara tanpa membedakan ras,
agama dan kepercayaan, gender, golongan, budaya, dan suku dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
(4) Mengamalkan
nilai-nilai
Pancasila
dalam
kehidupan
bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
(5) Menghayati nilai-nilai yang terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara.
(6) Mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam pasal-pasal Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam berbagai aspek
kehidupan (ipoleksosbudhankam dan hukum).
(7) Menghayati berbagai dampak dan bentuk ancaman terhadap negara dalam
mempertahankan Bhinneka Tunggal Ika.
(8) Menghayati budaya demokrasi dengan mengutamakan prinsip musyawarah,
mufakat dan kesadaran bernegara kesatuan dalam konteks NKRI.
(9) Menganalisis kasus pelanggaran HAM dalam rangka pelindungan, pemajuan,
dan pemenuhan HAM.
(10) Menganalisis pasal-pasal yang mengatur tentang wilayah negara, warga
negara dan penduduk, agama dan kepercayaan, pertahanan dan keamanan.
(11) Menganalisis perkembangan demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
(12) Menganalisis sistem pembagian kekuasaan pemerintahan negara, kementerian
negara, dan pemerintahan daerah menurut Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
(13) Menganalisis praktik perlindungan dan penegakan hukum dalam masyarakat
untuk menjamin keadilan dan kedamaian.
(14) Menganalisis kasus pelanggaraan hak dan pengingkaran kewajiban sebagai
warga negara.
(15) Menganalisis strategi yang telah diterapkan oleh negara dalam mengatasi
ancaman untuk membangun integrasi nasional dalam bingkai Bhinneka
Tunggal Ika.
51
(16) Menganalisis dinamika kehidupan bernegara sesuai konsep NKRI dan
bernegara sesuai konsep federal dilihat dari konteks geopolitik.
(17) Menganalisis macam-macam budaya politik di Indonesia.
(18) Menyaji hasil análisis tentang kasus pelanggaran HAM dalam pelindungan,
pemajuan, dan pemenuhan HAM.
(19) Menyaji hasil kajian pasal-pasal yang mengatur tentang wilayah negara,
warga negara dan penduduk, agama dan kepercayaan, pertahanan dan
keamanan.
(20) Menyaji hasil análisis tentang perkembangan demokrasi dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
(21) Menyaji hasil analiasis tentang sistem pembagian kekuasaan pemerintahan
negara, kementerian negara dan pemerintahan daerah menurut UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
(22) Menyaji hasil analisis praktik perlindungan dan penegakan hukum untuk
menjamin keadilan dan kedamaian dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
(23) Menyaji hasil analisis kasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban
sebagai warga negara.
(24) Menyaji hasil análisis tentang strategi untuk mengatasi ancaman terhadap
negara dalam membangun integrasi nasional dengan bingkai Bhinneka
Tunggal Ika.
(25) Menyaji hasil análisis tentang dinamika kehidupan bernegara sesuai konsep
NKRI dan bernegara sesuai konsep federal dilihat dari konteks geopolitik.
(26) Menyaji hasil analisis tentang budaya politik di Indonesia.
(27) Menyaji hasil análisis tentang perkembangan demokrasi dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
(28) Berinteraksi dengan teman dan orang lain berdasarkan prinsip saling
menghormati, dan menghargai dalam keberagaman suku, agama, ras, budaya,
dan gender.
(29) Menyaji bentuk partisipasi kewarganegaraan yang mencerminkan komitmen
terhadap keutuhan nasional (Permendikbud No. 70 Tahun 2013).
52
Berdasarkan uraian di atas bahwa terdapat empat kompetensi inti PPKn dan
dua puluh sembilan kompetensi dasar PPKn dalam Kurikulum 2013. Kompetensi
dasar tersebut diturnkan dalam kompetensi inti.
Pemahaman mengenai kompetensi PPKn dalam Kurikulum 2013 di atas
penting dipahami utuk mengkaji pelaksanaan pembelajaran di kelas sebagai fokus
penelitian. Pembelajaran tersebut apakah sudah sesuai dengan kompetensi di atas
yang ada dalam mata pelajaran PPKn.
3) Metode Pembelajaran PPKn dalam Kurikulum 2013
Metode pembelajaran PPKn dalam Kurikulm 2013 dari beberapa teori di atas
telah dijelaskan bahwa pembelajaran PPKn dapat meningkakan pemikiran tentang
kenegaraan dan kewarganegaraan. Salah satu model pembelajarannya adalah melalui
pemecahan masalah yang akan meningkatkan kesadaran berwarganegara dengan
pemecahan masalah yang terjadi di Indonesia.
6. Metode Pembelajaran Problem Based Learning dalam Mata Pelajaran PPKn di
Kurikulum 2013
Metode pembelajaran Problem Based Learning dalam mata pelajaran PPKn di
Kurikulum 2013 dari beberpa teori di atas telah dijelaskan model pembelajaran
tersebut berfokus pada sebuah masalah yang akan dibahas. Masalah tersebut dapat
mendorong kemampuan berfikir siswa dalam proses pembelajaran. Kemampuan
pemecahan masalah dalam PPKn bukan saja berhubungan dengan disiplin ilmu
sosial tertentu tetapi juga dapat berupa kemampuan yang bersifat umum dan
menghadapi masalah sehari-hari (Sholihatin 2012: 91). Masalah yang diangat dalam
Problem Based Learning adalah masalah yang terjadi dan dialami oleh peserta didik,
seperti masalah penegakan HAM, demokrasi, korupsi, dan lain-lain.
7. Indikator Problem Based Learning
Berdasarkan beberapa teori di atas, dapat disimpulakan indikator dari model
pembelajaran Problem Based Learning adalah metakognitif, elaborasi (analisis),
interpretasi, induksi, identifikasi, investigasi, eksplorasi, konjektur, sintesis,
generalisasi, dan inkuiri (Ngalimun 2013: 164). Dalam pelaksanaan Problem Based
Learning di kelas memuat indikator yang ditinjau dari karakteristik dan prosedur atau
langkah-langkah dari pelaksanaan metode pembelajaran tersebut (Hamruni 2012:
53
107). Dari kedua indikator tersebut dapat diketahui indikator yang dipakai dalam
penelitian ini adalah:
a. Metakognitif yang mengacu pada berbagai aktivitas pemahaman siswa.
b. Interpretasi dalam melakukan penafsiran masalah.
c. Induksi yang memecahkan masalah berfiir secara ilmiah.
d. Elaborasi dalam mengamati sebuah permasalahan.
e. Identifikasi dalam memunculkan sebauh permasalahan.
f. Eksplorasi dan generalisasi dalam mengumpulkan data atau informasi.
g. Inkuiri dalam pemecahan masalah.
h. Sintesis yang memadukan hasil pemecahan masalah.
8. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan kajian teoritis sebagaimana telah dipaparkan di atas, maka dalam
penelitian ini dipandang perlu mengajukan kerangka pemikiran sebagai berikut:
a. Pembelajaran merupakan suatu interaksi yang dilakukan guru dan siswa dalam
proses belajar. Interaksi tersebut untuk mengembangkan potensi dalam
pengetahuan, sikap dan keterampilan.
b. Pendekatan pembelajaran merupakan acuan umum yang digunakan untuk
melatarbelakangi model, strategi, dan metode pembelajaran. pendekatan
pembelajaran pada saat ini diharapkan berpusat pada siswa.
c. Model pembelajaran merupakan suatu bentuk pembelajaran efektif pada
kurikulum saat ini dengan menerapkan salah satu model pembelajaran dapat
mengembangkan pembelajaran.
d. Strategi pembelajaran merupakan cara untuk menyampaikan pembelajaran secara
efektif dan efisien dengan berbagai bentuk untuk mencapai tujuan pembelajaran.
e. Metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan dalam proses pembelajaran
untuk mencapai tujuan pembelajaran. suatu cara dalam sebuah metode
pembelajaran berupa berbagai kegiatan yang praktis, efektif, dan efisien.
f. Salah satu metode pembelajaran adalah Problem Based Learning yang
menekankan pada suatu permasalahan digunakan untuk pembelajaran.
g. Langkah-langkah pelaksanaan Problem Based Learning adalah mengorientasikan
permasalahan yang akan dibahas, merumuskan permasalahan, mengumpulkan
54
data untuk memecahkan masalah, merumuskan jawaban permasalahan dan
menyajikan hasil temuan atau penyelesaian masalah.
h. Implementasi Problem Based Learning dapat meningkatkan pemahaman siswa
lebih efektif dan efisien dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan.
i. Urgensi dari pelaksanaan Problem Based Learning di kelas XI SMK
Muhammadiyah 4 Surakarta adalah suatu model pembelajaan yang memerlukan
partisipasi siswa secara langsung.
B. Kajian Penelitian yang Relevan
Suatu penelitian diperluka adanya tinjauan penelitian yang serumpun dengan
penelitian di atas. Kajian penelitian yang relevan bertujuan untuk memaparkan hasil
penelitian sebelumnya. Kajian penelitian yang relevan yang sebalumnya berkaitan
dengan model pembelajaran akan di paparkan berkaitan dengan pelaksanaan
Problem Based Learning dalam kurikulum 2013.
Penelitian Prasetyo (2014), menunjukkan bahwa ada peningkatan pemahaman
konsep matematika siswa yang dapat dilihat dari indikator-indikator penelitian: 1)
Siswa yang berani menyatakan ide dan menjawab dengan benar yang semula
sebanyak 40,00% menjadi 63,33%; 2) Siswa yang mampu merumuskan konsep ke
dalam bentuk model matematika yang semula sebanyak 23,33% menjadi 36,67%; 3)
Siswa yang mampu memberikan contoh lain yang berhubungan dengan materi yang
dijelaskan yang semula 33,33% menjadi 46,67%. Dapat disimpulkan bahwa
implementasi pendekatan Scientific dengan model Problem Based Learning dapat
meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa.
Penelitian Nurhayati (2014), menunjukkan bahwa 1) Implementasi pendekatan
saintifik dengan Problem Based Learning dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan di kelas VII D SMP Negeri 1 Surakarta tahun pelajaran
2013/2014, sudah disusun dalam kegiatan nyata dan efektif; 2) Guru PPKn kelas VII
D SMP Negeri 1 Surakarta sudah mensosialisasikan kepada siswa mengenai
pendekatan saintifik dengan Problem Based Learning sesuai indikator yang telah
55
ditentukan; 3) Hampir semua siswa kelas VII D SMP Negeri 1 Surakarta memenuhi
indikator pendekatan saintifik dengan Problem Based Learning.
Penelitian Prasetyo dan Nurhayati tersebut memiliki persamaan dan perbedaan
dengan penelitian ini. Persamaannya ialah sama-sama meneliti tentang Problem
Based Learning dan pelaksanaannya, sedangkan perbedaannya kalau penelitian
Prasetyo dengan penelitian tindakan kelas dan penelitian Nurhayati dengan
pendekatan saintifiknya. Sedangkan penelitian ini fokusnya hanya pelaksanaan
Problem Based Learning.
Download