Full Text - Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan » Universitas

advertisement
PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KARAKTER DALAM
PEMBELAJARAN PPKn DI SEKOLAH DASAR
Ludfi Arya Wardana, S.Pd., M.Pd/0857 366 717 46/
[email protected]
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Panca Marga Probolinggo
Abstrak
Mencermati tujuan mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) salah
satu misi yang diemban yaitu pembentukan karakter. Karakter dapat diartikan sebagai konsistensi sikap
yang semakin lama menjadi kebiasaan atau pola hidup. Keberhasilan penanaman karakter dapat diketahui
dengan menggunakan proses penilaian yang jelas. Selain itu, proses penilaian karakter dalam mata
pelajaran PPKn dibutuhkan instrumen yang valid sehingga mampu untuk mengukur konsistensi sikap
siswa. Selama ini yang terjadi di lapangan guru belum mempunyai instrumen penilaian yang mampu
mengukur konsistensi sikap siswa Pengumpulan informasi yang dilakukan dibeberapa sekolah dasar (SD)
di Kota Probolinggo ditemukan masalah, yaitu guru belum mampu untuk mengukur konsistensi sikap
sehingga penanaman karakter belum diketahui keberhasilannya.
Pengumpulan informasi lanjutan dapat disimpulkan bahwa ketidakmampuan guru dalam proses
penilaian dikarenakan tidak adanya instrumen penilaian dalam pembelajaran PPKn. Solusi dari
permasalahan di atas, yaitu dengan mengembangkan instrumen penilaian yang mampu membaca
perkembangan konsistensi sikap siswa dalam beberapa jangka waktu.Tujuan penelitian pengembangan ini
untuk menghasilkan instrumen penilaian pada mata pelajaran PPKn yang mempunyai tingkat kevalidan,
keterterapan dan keterbacaan tinggi. Penelitian pengembangan ini menggunakan model pengembangan
O’Malley & Pierce yang telah dimodifikasi menjadi: (1) pengumpulan informasi, (2) perencanaan, (3)
pengembangan produk, (4) validasi ahli, (5) uji coba lapangan, (6) produk akhir. Hasil validasi ahli dan
uji coba lapangan instrumen penilaian yang dikembangkan mendapatkan nilai dalam kriteria valid dengan
revisi kecil (4,11), kriteria sesuai pada keterterapan (4,27), kriteria sesuai pada keterbacaan (4).
Penggunaan instrumen penilaian agar maksimal, sebaiknya perlu memperhatikan petunjuk penggunaan
dengan seksama.
Kesimpulan dari penelitian pengembangan ini instrumen penilaian mempunyai keunggulan,
yaitu: (1) instrumen penilaian dapat melihat perkembangan konsistensi sikap sehingga ketercapaian
penanaman karakter dapat diketahui, (2) instrumen penilaian terdapat simpulan rapor dan deskripsinya
sehingga hasil penilaian dapat diketahui dengan jelas, dan (3) instrumen penilaian dapat digunakan di SD
luar Kota Probolinggo karena sudah mempunyai tingkat kevalidan, keterterapan dan keterbacaan yang
tinggi. Saran produk instrumen penilaian ini, yaitu: (1) guru harus memahami dengan baik panduan
penggunaan instrumen penilaian, (2) melakukan penyebaran secara luas atau diseminasi, dan (3)
pengembangan produk lebih lanjut dapat digunakan dan disesuaikan dalam pembelajaran tematik di SD.
Kata kunci : Instrumen penilaian karakter, pembelajaran PPKn.
Pendahuluan
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) adalah salah satu mata
pelajaran pokok yang harus ditempuh oleh siswa sekolah dasar (SD). Tujuan utama
mata pelajaran PPKn di SD yaitu memfokuskan pada pembentukan warga negara
Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter. Salah satu kunci penting dalam
pencapaian tujuan pembelajaran PPKn adalah guru. Guru dituntut untuk menanamkan
nilai-nilai yang tertuang dalam tujuan pembelajaran PPKn. Indikator keberhasilan dalam
mencapai tujuan pembelajaran PPKn tergantung pada kemampuan penilaian guru
terhadap kompetensi siswa. Pada prinsipnya penilaian dalam pembelajaran PPKn tidak
1
berbeda dengan penilaian dalam mata pelajaran lainnya, hanya penekanan penilaian
dalam mata pelajaran PPKn lebih pada aspek afektif (Winataputra, 2008:125).
Menurut Krathwohl (1964) ranah afektif pada tingkat characterization dapat diartikan
konsistensi sikap yang sudah menjadi pola hidup atau karakter. Artinya, dalam tingkat
characterization konsistensi sikap harus dapat diukur sehingga dalam ketercapaian
pembentukan karakter dapat diketahui.
Selama ini yang terjadi di lapangan, penilaian karakter pembelajaran PPKn
belum dilakukan secara efektif dan efisien. Hal ini disebabkan karena belum adanya
instrumen penilaian. Hasil angket yang diberikan ke beberapa guru Kota Probolinggo
(3 Agustus 2015) menunjukan bahwa guru belum mampu mengukur konsistensi sikap
karena dalam proses pembelajaran guru masih bingung dalam pembuatan instrumen
penilaian. Menanggapi hal itu beberapa guru berhasil diwawancarai (29 Agustus 2015),
hasil yang diperoleh dapat disimpulkan guru melakukan penilaian sikap dengan
pengamatan secara tak terstruktur. Guru belum melakukan penilaian konsistensi
perkembangan sikap. Hal ini dilakukan karena terbatasnya pengetahuan dan
keterampilan guru sehingga guru mengalami kesulitan dalam mengembangkan
instrumen penilaian. Selain itu, belum adanya contoh instrumen penilaian yang
menggambarkan kemampuan sikap menjadi kendala guru dalam melakukan penilaian.
Berdasarkan pengumpulan informasi di atas dapat disimpulkan permasalahan
yang terjadi, yaitu belum adanya instrumen penilaian yang mampu untuk mengukur
konsistensi sikap sehingga dalam pembentukan karakter pada mata pelajaran PPKn
belum diketahui keberhasilannya. Kondisi ini tentu tidak sesuai dengan tujuan mata
pelajaran PPKn yang mempunyai misi pembentukan karakter. Peneliti berpendapat
solusi permasalahan di atas adalah pembuatan instrumen penilaian yang mampu
mengukur konsistensi perkembangan sikap. Pembuatan instrumen penilaian merupakan
langkah nyata untuk memperbaiki pengambilan informasi tentang perkembangan sikap
siswa selama proses pembelajaran sehingga membantu guru untuk mengambil
keputusan. Hal ini sejalan pendapat Bull (dalam Wahyuni, 2010:29) penilaian
merupakan suatu kegiatan pengumpulan informasi untuk mengambil sebuah keputusan.
Pengambilan keputusan yang dilakukan guru didasarkan dalam proses penggunaan
instrumen penilaian. Proses penggunaan instrumen penilaian didasarkan pada indikator
sikap yang muncul dalam setiap kegiatan pembelajaran sehingga dapat diukur
konsistensinya. Jika siswa mulai konsisten dalam kemunculan indikator sikap, maka
dapat diartikan siswa mulai konsisten atau membudayakan. Hal ini sejalan dengan
kriteria yang dikembangkan Kemendiknas (2010:9-10), yaitu belum terlihat (BT),
mulai terlihat (MT), mulai berkembang (MB), dan membudaya karakter (MK) yang
masing-masing mempunyai konversi skor serta deskripsi konsistensi.
Instrumen penilaian karakter belum banyak dikembangkan di SD terutama pada
mata pelajaran PPKn. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan Haryani,
dkk (2012) dengan judul Pengembangan Instrumen Asesmen Pembelajaran Membaca
Puisi Siswa SMP/MTS pada Guru SMP 18 Malang, yaitu instrumen yang telah dibuat
sudah menunjukkan kemudahan dalam menilai siswa dan menunjukan kemampuan
siswa dalam membaca puisi. Hasil penelitian Wicaksono (2012) dengan judul
Pengembangan Instrumen Asesmen Autentik untuk Proses dan Hasil Belajar Siswa
pada Pembelajaran IPS Kelas IV SD, yaitu instrumen asesmen autentik memberikan
gambaran kemampuan siswa dan penilaian proses belajar siswa dapat terukur dengan
jelas. Hasil penelitian yang dilakukan Bundu (2013) dengan judul Instrumen Asesmen
Keterampilan Proses dan Nilai Karakter Berbasis E-Portfolio di Sekolah Dasar. Hasil
2
penelitian menyimpulkan instrumen asesmen keterampilan proses berbasis nilai
karakter mudah digunakan dan dimodifikasi oleh guru. Beberapa penelitian terdahulu di
atas mendukung solusi yang ditawarkan untuk menyelesaikan permasalahan yang
terjadi.
Berdasarkan uraian di atas, maka dalam permasalahan ini diperlukan penelitian
dengan judul “Pengembangan Instrumen Penilaian Karakter dalam Pembelajaran PPKn
di Sekolah Dasar.”
Metode
Metode penelitian dan pengembangan yang digunakan dalam mengembangkan
instrumen penilaian karakter menggunakan model pengembangan model O’Malley &
Pierce. Penelitian pengembangan ini menggunakan model pengembangan O’Malley &
Pierce yang telah dimodifikasi menjadi: (1) pengumpulan informasi, (2) perencanaan,
(3) pengembangan produk, (4) validasi ahli, (5) uji coba lapangan, (6) produk akhir.
Uji coba kelayakan produk yang dilakukan meliputi: (1) uji validasi dari ahli
isi/materi dan ahli evaluasi pembelajaran dan (2) uji coba lapangan. Subjek uji coba
meliputi ahli isi/materi, ahli evaluasi pembelajaran, dan beberapa guru di Kota
Probolinggo. Instrumen pengumpulan data yang digunakan antara lain lembar validasi
para ahli, angket tanggapan siswa dan angket tanggapan guru. Analisis data yang
digunakan dalam penelitian dan pengembangan ini yaitu analisis deskriptif kualitatif
dan deskriptif kuantitatif.
Hasil Penelitian dan Pengembangan
a. Data Uji Validasi Ahli Isi/Materi
Ahli isi/materi dipercayakan untuk memvalidasi produk pengembangan yaitu
Bapak Drs. Imam Nawawi, M.Si. Beliau merupakan dosen pada Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Malang. Selain itu, beliau juga telah melakukan
beberapa penelitian terutama pada mata pelajaran PPKn SD. Hasil perolehan uji validasi
instrumen penilaian menunjukkan perolehan sebesar 3,95 dan hasil tersebut mendapat
kriteria cukup valid.
b. Data Uji Validasi Ahli Evaluasi Pembelajaran
Ahli evaluasi pembelajaran dipercayakan sebagai validator evaluasi pembelajaran
yaitu Ibu Dr. Titik Harsiati, M.Pd., beliau merupakan dosen Fakultas Sastra Universitas
Negeri Malang dan Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Hasil perolehan uji
validasi instrumen penilaian menunjukkan perolehan hasil sebesar 4,28. Setelah
dikonversi pada tabel tingkat kelayakan, produk tersebut termasuk dalam kategori valid.
c.
Data Uji Coba Lapangan
Subjek dalam uji lapangan ini yaitu beberapa guru Kota Probolinggo dan
siswanya yang berjumlah 45 orang. Data uji coba lapangan bertujuan untuk mengetahui
tingkat keterterapan dan keterbacaan produk.
Tingkat keterterapan diambil dari angket tanggapan guru dan siswa. Tanggapan
guru dikumpulkan melalui angket yang diberikan peneliti pada guru. Hasil tanggapan
guru terhadap keterterapan instrumen penilaian menunjukkan perolehan nilai dengan
sebesar 4,3. Sedangkan hasil tanggaan siswa menunjukkan presentase skor sebesar 4,25.
Setelah dikonversi, skor tersebut sebesar 4,27 berkategori sesuai.
3
Tingkat keterbacaan diambil dari angket tanggapan guru dan siswa. Tanggapan
guru dikumpulkan melalui angket yang diberikan peneliti pada guru. Hasil tanggapan
guru terhadap keterterapan instrumen penilaian menunjukkan perolehan nilai dengan
sebesar 4. Sedangkan hasil tanggaan siswa menunjukkan presentase skor sebesar 4.
Setelah dikonversi, skor tersebut sebesar 4 berkategori sesuai.
Pembahasan
Kevalidan instrumen penilaian karakter diambil dari hasil validasi ahli yang
merupakan data yang paling penting untuk merevisi produk agar lebih sempurna.
Berdasarkan hasil uji ahli evaluasi pembelajaran diperoleh nilai sebesar 4,28 yaitu nilai
tersebut valid. Saran dari ahli evaluasi pembelajaran yaitu instrumen penilaian karakter
harus mengukur tingkat konsistensi siswa minimal 1 semester sehingga diketahui
konsistensi sikap. Hal ini sejalan Kemendiknas (2010:9-10) bahwa deskripsi sikap pada
pedoman penskoran hasil belajar afektif mengukur tingkat konsistensi sikap siswa.
Selain itu, pada jenjang pendidikan sekolah dasar (SD) porsi sikap lebih dominan dari
pada pengetahuan dan keterampilan. Hal ini sejalan dengan keseimbangan aspek sikap
lebih berat daripada aspek keterampilan dan aspek pengetahuan. Marzano (dalam
Kemendikbud, 2013:9). Instrumen penilaian karakter menunjukan kemampuan siswa
dalam membuat karya. Karya yang dihasilkan berupa peta sederhana, semboyan dan
esai. Siswa lebih antusias dalam proses pembelajaran dan hasil kegiatan siswa lebih
autentik.
Hasil uji ahli materi atau isi mendapatkan nilai 3,95 termasuk dalam kualifikasi
cukup valid, sehingga hanya memerlukan revisi kecil. Revisi yang dilakukan berkaitan
dengan indikator sikap dibuat lebih operasional sesuai dengan konteks kegiatan
pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pendapat Ruminiati (2007:115) yang mengatakan
bahwa PPKn merupakan pendidikan yang cenderung pada pendidikan aspek afektif
tetapi tanpa meninggalkan aspek yang lain. Selain itu, menurut Winataputra (2008:125)
secara umum penilaian dalam PPKn sama dengan mata pelajaran lainnya, tetapi
penekanannya cenderung pada aspek afektif. Dengan demikian perubahan dilakukan
pada indikator sikap dibuat lebih operasional dan disesuaikan dengan konteks kegiatan
pembelajaran yang akan diukur.
Hasil uji keterterapan dan keterbacaan dilihat dari hasil uji coba lapangan
menyatakan bahwa instrumen penilaian karakter memperoleh skor 4,2 dengan kategori
sesuai, sedangkan hasil keterbacaan memperoleh skor 4 dengan kategori sesuai. Saran
dari dibuat simpulan rapor tentang konsistensi sikap agar mempermudahkan guru dalam
melaporkan kepada orang tua. Dengan demikian proses pelaporan nilai konsistensi
sikap siswa lebih sederhana. Pencapaian skor yang telah didapat pada uji lapangan
cukup tinggi hal tersebut sejalan dengan teori keterterapan menurut Brown (2004:5) alat
penilaian dikatakan memiliki keterterapan yang tinggi, jika dapat dilakukan guru pada
kondisi apapun. Hal ini menunjukan instrumen penilaian ini sesuai dengan teori
keterterapan. Selain itu, hasil uji keterbacaan menurut Harjdasujana (1999:10)
kalimatnya mudah dipahami, paragraf-paragrafnya memiliki kesatuan dan isi yang
memadai, bab-babnya runtut dan gaya bahasanya sederhana. Skor yang diperoleh dari
lapangan instrumen penilaian menunjukan sesuai dengan teori keterterapan karena
petunjuk pembelajaran dan prosedur penilaian dapat dipahami oleh guru dan siswa.
4
Simpulan dan Saran
Produk instrumen penilaian karakter dalam pembelajaran PPKn di SD yang
telah dikembangkan memenuhi tingkat kelayakan produk dan dapat digunakan dalam
pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan
instrumen ini memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan produk yang telah disusun
adalah sebagai berikut.
1. Terdapat simpulan rapor dan deskripsi sehingga diketahui hasil pembentukan
karakter siswa.
2. Instrumen penilaian menggambarkan keadaan sesungguhnya siswa dalam membuat
karya.
3. Siswa antusias dalam pembelajaran karena kegiatan lebih autentik dengan membuat
peta sederhana, membuat semboyan, dan membuat esai.
Adapun kelemahan produk ini, sebagai berikut.
1. Guru membutuhkan waktu yang lebih lama dalam pedoman penskoran yang
digunakan.
2. Terlalu banyak siswa menjadi kendala penilaian sikap dalam proses pembelajaran.
Produk instrumen penilaian karakter yang telah dikembangkan dapat digunakan
secara maksimal jika guru dan siswa mempelajari terlebih dahulu petunjuk penggunaan
agar memudahkan dalam proses pembelajaran. Produk ini juga dapat dimanfaatkan
untuk kalangan lebih luas dengan penyesuaian terutama penyesuaian pada karakteristik
siswa sebagai pengguna. Lebih lanjut instrumen penilaian ini dapat dikembangkan
penilaian sikap dikembangkan dalam kegiatan-kegiatan di luar kelas, pengamatan hasil
penilaian konsistensi sikap dilakukan 1 semester dan instrumen penilaian dapat
dikembangkan pada sikap sesuai dengan Kompetensi Dasar. Selain itu, dalam
implementasi Kurikulum 2013 instrumen penilaian karakter ini dapat digunakan dalam
pembelajaran tematik di SD.
Daftar Rujukan
Akbar, S. 2011. Pendidikan Karakter Bangsa Melalui Pendekatan Menyeluruh.
Malang: FIP UM.
Akbar, S. 2013. Instrumen Perangkat Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya.
Achmad, R. 2011. Penerapan Asesmen Auntentik Berbasis Konstruktivisme untuk
Meningkatkan Keterampilan Proses dan Hasil Belajar Biologi di Kelas X-1
SMAN 2 Malang. Tesis tidak diterbitkan. Malang: PPs UM.
Arifin, Z. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Baswardono, D. 2010. Pendidikan Karakter di Rumah. Conference Proceeding.
Malang: Program Studi Psikologi FIP UM.
Bundu, P. 2013. Model Asesmen Keterampilan Proses dan Nilai Karakter Berbasis EPortfolio di Sekolah Dasar. Jurnal Ilmu Pendidikan Se-Indonesia, 17: 569-583.
5
Borg, W.R, and Gall, M.D.1983. Education Reseacrh An Introduction (Fourth Edition).
New York: Longman Inc.
Gall, M. D. dkk. 2003. Educational Research An Introduction (7th ed.). New York:
Person Education Inc.
Brown, H.D. 2004. Language Assesment: Pricipples and Classroom Practice. New
York: Pearson Education Inc.
Danielson, Charlote, & Marquez, Elizabeth. 1998. A Collection of Perfomance Task
And Rubrics: High School Mathematics. Larchmont, Ny: Eye On Education.Inc.
Djaali & Pudji, Mujiono. 2008. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: PT
Grasindo.
Harsiati, T. 2003. Penerapan Penilaian Otentik (Authentic Assesment) Berbentuk
Portofolio dalam Upaya Peningkatan Proses dan Hasil Penulisan Karya Ilmiah
pada Perkuliahan Bahasa Indonesia Keilmuan di Universitas Negeri Malang.
Malang: Lemlit UM.
Harsiati, T. 2003. Penerapan Pendekatan Konstruktivis dan Peneilaian autentik
(Portofolio) dalam Upaya Peningkatan Kualitas Perkuliahan Evaluasi PBI pada
Mahasiswa JPBSI UM. Laporan Hasil Penelitian LPTK UM.
Harsiati, T. 2011. Penilaian dalam Pembelajaran (Aplikasi pada Pembelajaran
Membaca dan Menulis). Malang: Percetakan Universitas Negeri Malang.
Hajdasujana, dkk. 1999. Evaluasi Keterbacaan Buku Teks Sunda untuk SD di Jawa
Barat. Jakarta: Depdikbud.
6
Download