RINGKASAN

advertisement
ISSN 0215-8250
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN
KEMAMPUAN PENALARAN VERBAL TERHADAP HASIL BELAJAR
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (PPKn)
oleh
I Wayan Koyan
Jurusan Teknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan, IKIP Negeri Singaraja
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode pembelajaran
kooperatif dan kemampuan penalaran verbal terhadap hasil belajar Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan pada siswa SMU Negeri di Singaraja. Penelitian
ini dilakukan di SMU Negeri 2 Singaraja dengan menggunakan metode
eksperimen dengan rancangan faktorial 2x2. Sampel penelitian terdiri atas 96
orang siswa kelas I SMU Negeri 2 Singaraja yang diambil secara acak dengan
menggunakan teknik pengambilan sampel secara bertahap (multistage random
sampling).Data dianalisis dengan teknik analisis varians dua jalur dan uji-t satu
pihak. Hasil penelitian menunjukkan sebagai berikut. (1) Secara keseluruhan, hasil
belajar PPKn pada siswa yang diajar dengan metode pembelajaran kooperatif lebih
baik daripada siswa yang diajar dengan metode pembelajaran non-kooperatif. (2)
Tidak terdapat pengaruh interaksi yang signifikan antara metode pembelajaran
kooperatif dan kemampuan penalaran verbal terhadap hasil belajar PPKn pada
siswa. Berdasarkan temuan penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa metode
pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar PPKn pada siswa kelas I
SMU Negeri di Singaraja.
Kata-kata Kunci: metode pembelajaran kooperatif dan penalaran verbal
ABSTRACT
This study aimed at finding out the effect of the cooperative learning
method and verbal reasoning ability on Pancasila and Civics Education learning
outcome of SMUN students in Singaraja. The study was conducted at SMUN 2
Singaraja by using experimental method with factorial design. The study sample
consisted of 96 students of the first year students of SMUN in Singaraja that were
selected randomly by multistage random sampling. The data analysis used a twoway ANOVA and a one-tailed t-test. The result shows the following: (1) In
general, the learning outcome of Pancasila and Civics Education on the students
_________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH. XXXVI Januari 2003
ISSN 0215-8250
who were taught by the cooperative learning method shows better than those who
were taught by the non-cooperative learning method. (2) There is no interaction
effect between the cooperative learning method and verbal reasoning ability on
students learning outcome on Pancasila and Civics Education. Therefore, it can be
concluded that the cooperative learning method can be used to enhance the
students’ learning outcome in Pancasila and Civics Education, particularly for
SMUN students in Singaraja.
Key Words: cooperative learning method and verbal reasoning
1. Pendahuluan
Untuk melaksanakan PPKn dengan baik, diperlukan strategi dan metode
pembelajaran yang dapat mengembangkan penanaman konsep, penalaran, dan
penghayatan nilai-nilai moral. Salah satu metode pembelajaran yang dapat
menumbuhkan pemahaman, penalaran nilai-nilai moral, dan penghayatan nilainilai moral adalah dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif
(cooperative learning). Dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif,
pengungkapan nilai dan pengembangan penalaran nilai moral dapat diwujudkan
melalui cara-cara yang rasional, komunikatif, edukatif, dan kekeluargaan (Kertih,
1999:177).
Model pembelajaran PPKn yang dianut selama ini, cenderung didasarkan
atas anggapan bahwa PPKn adalah pengetahuan tentang Pancasila yang dapat
secara utuh disampaikan dari pikiran guru ke pikiran siswa. Atas dasar asumsi ini,
guru merasa telah mengajar dengan baik, namun siswanya tidak belajar, dalam arti
belum terjadi proses internalisasi nilai sebagaimana misi dari PPKn yang pada
hakikatnya adalah pendidikan nilai, moral, dan norma Pancasila (Kosasih,
1995:79). Metode pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru pada umumnya
adalah metode ceramah dan ekspositorik, sehingga kurang merangsang aktivitas
belajar siswa.
Di samping hasil belajar dipengaruhi oleh strategi dan metode
pembelajaran, juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya, seperti minat,
inteligensi, motivasi, dan kemampuan penalaran, khususnya penalaran verbal.
Permasalahannya adalah apakah metode pembelajaran kooperatif dan penalaran
_________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH. XXXVI Januari 2003
ISSN 0215-8250
verbal berpengaruh terhadap hasil belajar PPKn pada para siswa SMU Negeri di
Singaraja? Inilah yang menjadi permasalahan utama dalam penelitian ini.
Untuk menjawab permasalahan tersebut secara teoretis, berikut ini akan
dikaji mengenai hakikat metode pembelajaran kooperatif, penalaran verbal, dan
hasil belajar PPKn. Proses belajar dengan menggunakan metode pembelajaran
kooperatif pada mata pelajaran PPKn adalah strategi pembelajaran yang
memusatkan perhatian pada proses penalaran nilai-nilai moral melalui diskusi dan
proses tanya jawab dialektis yang bersifat mengajar dan menantang proses
pemahaman (Lickona, 1992:236-238). Menurut Slavin, metode pembelajaran
kooperatif menunjuk pada bermacam-macam metode pembelajaran yang
memungkinkan para siswa bekerja dalam kelompok kecil untuk saling membantu,
berdiskusi, saling memberi argumentasi, saling menilai pengetahuan yang dimiliki
sekarang dan mengisi kesenjangan pemahaman di antara mereka (Slavin, 1995:2).
Selanjutnya, menurut Lickona ada delapan bentuk metode pembelajaran
kooperatif, yaitu : (1) belajar berpasangan (learning partners), (2) susunan duduk
berkelompok (cluster group seating) , (3) belajar bertim (student team learning),
(4) belajar dengan membahas berbagai topik dalam tim (Jigsaw learning), (5)
mengetes tim (team testing), (6) proyek kelompok kecil (small-group projects), (7)
kompetisi dalam tim (team competition), dan (8) proyek untuk seluruh kelas
(Whole-class project) (Lickona, 1992:198). Sedangkan menurut Slavin, terdapat
lima metode utama dalam pembelajaran bertim (Student Teams Learning). Tiga di
antaranya, berlaku secara umum pada semua bidang studi, yaitu sebagai berikut :
“Student Teams-Achievement Divisions (STAD), Teams-Games Tournaments
(TGT), and Jigsaw II.” Sedangkan dua metode lainnya hanya berlaku secara
khusus, yaitu: “Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)” untuk
pengajaran membaca dan menulis pada tingkat 2-8, dan “Team Accelerated
Instruction (TAI)” untuk pengajaran matematika pada tingkat 3-6 (Slavin, 1995:5).
Dari kelima metode pembelajaran kooperatif tersebut, dalam penelitian ini
digunakan metode “Student Teams-Achievement Divisions (STAD)”, yaitu metode
pembelajaran dalam kelompok-kelompok kecil, yang masing-masing kelompok
terdiri dari 4 orang siswa yang heterogen. Dengan menggunakan metode
pembelajaran kooperatif ini, dalam proses pembelajaran PPKn dapat
_________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH. XXXVI Januari 2003
ISSN 0215-8250
meningkatkan interaksi antara guru dengan siswa, antara siswa dengan siswa
lainnya, komunikatif, serta bersifat multi arah.
Sebaliknya, metode pembelajaran non-kooperatif adalah metode
pembelajaran yang bersifat tradisional di kelas yang didominasi oleh metode
ceramah dan ekspositorik, sehingga proses belajar lebih banyak didominasi oleh
guru (teacher centred). Dalam pelaksanaan proses pembelajaran di kelas, masih
didominasi oleh metode ceramah dan ekspositorik, serta hampir tidak pernah
menggunakan metode pembelajaran kooperatif. Kelemahan metode pembelajaran
tradisional ini, jika dibandingkan dengan metode pembelajaran kooperatif,
menurut Johnson dan Johnson (1984:31) adalah sebagai berikut.
Tabel 1. Perbandingan antara Metode Pembelajaran Kooperatif dan Metode
Pembelajaran Non-Kooperatif
Kelompok Pembelajaran Kooperatif
Kelompok Pembelajaran Tradisional
1.Saling tergantung secara positif
1.Tidak ada saling ketergantungan
2.Pertanggungjawaban secara individual 2.Tidak ada pertanggungjawaban
individual
3.Heterogin
3.Homogin
4.Kepemimpinan bergantian
4.Menunjuk seorang pemimpin
5.Bertanggung jawab satu sama lain
5.Bertanggung jawab hanya untuk
dirinya
6.Pada tugas dan pemeliharaan
6.Hanya menekankan pada tugas
7.Keterampilan sosial diajarkan secara
7.Keterampilan sosial diabaikan
langsung
8.Guru mengamati dan campur tangan
8.Guru mengabaikan fungsi kelompok
9.Memperhatikan keefektifan proses
kelompok
9.Tidak memperhatikan
proses kelompok
keefektifan
Adapun keuntungan dari penggunaan metode pembelajaran kooperatif
adalah sebagai berikut: (1) mengajarkan nilai-nilai kerjasama, (2) membangun
masyarakat di dalam kelas, (3) mengajarkan dasar keterampilan hidup, (4) dapat
_________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH. XXXVI Januari 2003
ISSN 0215-8250
meningkatkan prestasi akademik, (5) menawarkan suatu alternatif jalan keluar
(other alternative to tracking), dan (6) memiliki potensi untuk memperlunak aspek
negatif dari kompetisi (Lickona, 1992:187-188).
Perbedaan antara pembelajaran tradisional dan pembelajaran kooperatif
dalam tabel di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut. (1) Kelompok pembelajaran
kooperatif didasarkan pada saling ketergantungan yang positif di antara anggota
mereka, sedangkan pada kelompok pembelajaran tradisional tidak terdapat saling
ketergantungan di antara anggota kelompok. (2) Pada kelompok pembelajaran
kooperatif terdapat tanggung jawab individual secara nyata yakni setiap siswa
menguasai tugas-tugas yang harus dikerjakan dan setiap siswa memberikan umpan
balik tentang kemajuannya sehingga anggota-anggota kelompok lain mengetahui
siapa membantu dan memberikan dorongan. Sedangkan pada kelompok
pembelajaran tradisional, tiap individu tidak sering memberikan tanggung jawab
individual bagi penyelesaian tugas kelompok, dan biasanya siswa hanya
mencantunkan nama pada tugas-tugas kelompok tersebut. (3) Dalam kelompok
pembelajaran kooperatif, anggota kelompok bersifat heterogen dalam hal
kemampuan dan karakteristik peribadi, sedangkan pada kelompok pembelajaran
tradisional sering bersifat homogen dalam keanggotaannya. (4) Dalam
pembelajaran kooperatif, semua anggota ikut bertanggung jawab bagi
pembentukan perilaku kepemimpinan dalam kelompok, sedangkan pada kelompok
pembelajaran tradisional, seorang pemimpin sering ditetapkan atau ditunjuk untuk
memimpin kelompok. (5) Dalam pembelajaran kooperatif, terdapat tanggung
jawab satu sama lainnya dalam belajar, dan setiap anggota kelompok diharapkan
untuk saling membantu dan saling mendorong dalam penyelesaian tugas
kelompok; sedangkan pada kelompok pembelajaran tradisional, anggota kelompok
hanya bertanggung jawab atas belajarnya sendiri. (6) Dalam pembelajaran
kooperatif, tujuan difokuskan untuk membawa setiap anggota kelompok untuk
memaksimalkan dan memelihara kerjasama yang baik di antara anggotanya;
sedangkan pada kelompok pembelajaran tradisional, siswa sangat sering terfokus
hanya pada penyelesaian tugas-tugas. (7) Dalam kelompok pembelajaran
kooperatif, keterampilan sosial siswa diperlukan untuk bekerja secara kolaborasi,
seperti kepemimpinan, kemampuan untuk berkomunikasi, untuk bersatu padu, dan
untuk menyelesaikan konflik, yang diajarkan secara langsung; sedangkan pada
_________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH. XXXVI Januari 2003
ISSN 0215-8250
kelompok pembelajaran tradisional, keterampilan sosial dan hubungan
interpersonal sering diabaikan. (8) Jika kelompok pembelajaran kooperatif
digunakan, guru mengobservasi kelompok, menganalisis permasalahan yang dapat
dikerjakan bersama, dan memberikan umpan balik pada setiap kelompok, seberapa
baik mereka mengelola tugas-tugas kelompok; sedangkan pada kelompok
pembelajaran tradisional, guru hanya kadang-kadang saja mencampuri pekerjaan
mereka. (9) Dalam kelompok pembelajaran kooperatif, guru-guru sangat
memperhatikan efektivitas proses kerja kelompok; sedangkan pada kelompok
pembelajaran tradisional, guru-guru kurang memperhatikan efektivitas kerja
kelompok.
Selanjutnya, mengenai penalaran yang dibahas dalam penelitian ini adalah
penalaran verbal, yaitu penalaran yang menggunakan Bahasa Indonesia sebagai
sarana utama. Penalaran (reasoning) menunjuk pada suatu proses yang
memungkinkan seseorang menilai dan mengemukakan argumentasi-argumentasi
yang logis (Anderson, 1985:262). Penalaran dapat dibedakan menjadi penalaran
deduktif dan penalaran induktif. Penalaran deduktif (deductive reasoning)
adalah penarikan kesimpulan khusus dari prinsipn-prinsip umum. Sedangkan
penalaran induktif (inductive reasoning) adalah kebalikan dari penalaran deduktif,
yaitu penarikan kesimpulan umum dari fakta-fakta yang bersifat khusus (Carlson
dan Buskist, 1997:359-362). Penalaran merupakan bagian dari kegiatan proses
berpikir, dan berpikir itu sendiri adalah merupakan bagian dari inteligensi. Oleh
karena itu, pembahasan mengenai penalaran tidak bisa dilepaskan dari
pembahasan mengenai inteligensi dan berpikir.
Menurut Thurstone, yang dilaporkan oleh Thorndike, bahwa inteligensi
terdiri dari “multi factor” atau faktor jamak yang mencakup kemampuan mental
utama (primary mental abilities), yang meliputi : kemampuan verbal, kemampuan
numerikal, kemampuan ruang, kemampuan memori, kemampuan penalaran,
kemampuan penguasaan kata-kata, dan kecepatan perseptual (Thorndike,
1997:220). Kemampuan penalaran verbal adalah kemampuan untuk berpikir logis
yang diekspresikan dengan kata-kata. Dengan perkataan lain penalaran adalah
kecakapan mengadakan analisis terhadap obyek pikir yang terjadi melalui proses
mental. Untuk mengukur kemampuan penalaran verbal tersebut, dapat digunakan
subtes dari Standford-Binet, yang terdiri dari indikator-indikator: Vocabulary
_________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH. XXXVI Januari 2003
ISSN 0215-8250
(perbendaharaan kata-kata), Comprehension (pemahaman), Absurdities
(kemustahilan), dan Verbal Relation ( hubungan kata-kata). Tetapi dapat juga
digunakan tes kemampuan ganda, seperti Differential Aptitude Test Battery
(DAT). Subtes Verbal Reasoning (penalaran verbal) ini terdiri dari analogi katakata, perbendaharaan kata, dan hubungan kata-kata.
Selanjutnya, mengenai hasil belajar, Gagne dkk menyatakan bahwa hasil
belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai akibat
perbuatan belajar dan dapat diamati melalui penampilan siswa (Gagne dan
Driscoll, 1988:70). Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil
belajar PPKn pada aspek kognitif. Menurut kurikulum SMU tahun 1994, PPKn
adalah wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral
yang berakar pada budaya bangsa Indonesia, yang diharapkan dapat diwujudkan
dalam bentuk perilaku dalam kehidupan sehari-hari siswa, baik sebagai individu
maupun sebagai anggota masyarakat, warganegara, dan mahluk ciptaan Tuhan
Yang Maha Esa.
Berdasarkan pernyataan tersebut jelaslah bahwa PPKn adalah untuk
mengembangkan daya nalar, sikap, dan perilaku yang dilandasi oleh nilai-nilai
moral Pancasila. Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor
yang berasal dari dalam diri individu (faktor internal) maupun yang berasal
dari luar individu (faktor eksternal). Salah satu faktor internal yang berpengaruh
terhadap hasil belajar adalah faktor kemampuan penalaran verbal. Sedangkan salah
satu faktor eksternal yang berpengaruh terhadap hasil belajar adalah kualitas
pengajaran, termasuk di dalamnya metode pembelajaran yang digunakan oleh guru
dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan kajian teori tesebut di atas, diajukan hipotesis penelitian
sebagai berikut. (1) Secara keseluruhan, hasil belajar PPKn pada siswa yang diajar
dengan metode pembelajaran kooperatif lebih baik daripada siswa yang diajar
dengan metode pembelajaran non-kooperatif. (2) Terdapat interaksi antara metode
pembelajaran dan kemampuan penalaran verbal terhadap hasil belajar siswa dalam
bidang studi PPKn.
_________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH. XXXVI Januari 2003
ISSN 0215-8250
2. Metode Penelitian
Metode penellitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen dengan rancangan “Factorial Group Design” dengan 2 kategori,
seperti desain berikut ini.
Tabel 2. Desain Eksperimen Faktorial 2x2
Metode Pembelajaran (A)
Metode Kooperatif
Non-kooperatif
(A 1)
(A 2)
Penalaran Verbal (B)
Penalaran Verbal Tinggi (B1)
A1B1
A2B1
Penalaran Verbal Rendah (B2)
A1B2
A2B2
Sampel penelitian ini berjumlah 96 orang yang diambil dengan teknik
pengambilan sampel secara acak dan bertahap (multistage random sampling). Pada
tahap pertama, diambil secara acak sebuah SMU Negeri sebagai sampel penelitian,
yakni SMU Negeri 2 Singaraja. Kemudian, diambil secara acak 4 kelas yang
terdiri atas 96 orang siswa sebagai sampel penelitian. Dari 96 orang tersebut,
sebanyak 48 orang digunakan sebagai kelompok eksperimen yang dikenai
perlakuan, dan 48 orang lainnya digunakan sebagai kelompok kontrol. Dengan
demikian, masing-masing sel berjumlah 24 orang.
Data hasil belajar PPKn diperoleh dengan menggunakan Tes Prestasi
Belajar (achievement test) bidang studi PPKn dalam bentuk tes objektif pilihan
ganda yang dibuat berdasarkan materi pelajaran pada semester I yang sedang
berlangsung di kelas I. Tes Prestasi Belajar memiliki keterandalan KR-20 = 0,97.
Sedangkan data tentang kemampuan penalaran verbal siswa diperoleh dengan
menggunakan Tes Kemampuan Penalaran Verbal. Hasil tes kemampuan penalaran
verbal, kemudian dikategorikan menjadi dua bagian, yakni kategori tinggi dan
rendah. Data hasil belajar PPKn dianalis dengan teknik ANAVA dua jalur dan ujit satu pihak.
_________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH. XXXVI Januari 2003
ISSN 0215-8250
3. Hasil Penelitian dan Pembahasan
3.1. Hasil Penelitian
Hasil uji hipotesis penelitian secara keseluruhan adalah sebagai tercantum
dalam tabel 3 pada halaman berikut ini.
Tabel 3. Rangkuman Analisis Varians Dua Jalur
Sumber
Varians
dk
JK
RJK
Fh
Ft
=0,05
=0,01
Antar Kolom (A)
Metode Belajar
1
266,67
266,67
8,89**
3,96
6,96
Antar Baris (B)
Penalaran Verbal
1
80,67
80,67
2,68ns
3,96
6,96
Interaksi (A x B)
Metode Belajar
Penalaran
1
12,04
12,04
0,40ns
3,96
6,96
Kekeliruan (D)
92
2763,58
30,04
--
--
--
Total Direduksi
95
3122,96
--
--
--
--
><
Keterangan:
dk = derajat kebebasan
JK = Jumlah Kuadrat
RJK = Rata-rata Jumlah Kuadrat
Fh = F hitung
Ft = F tabel pada taraf signifikansi (=0,05 dan =0,01)
** = signifikan pada taraf signifikansi =0,01
ns = non signifikan pada taraf signifikansi =0,05
Hasil analisis varians dua jalur menunjukkan bahwa nilai FA hitung = 14,05
lebih besar daripada nilai F tabel pada taraf signifikansi =0,01 dengan derajat
kebebasan (dk = 1:92) = 6,96 (Fh = 8,89 > Ft (=0,01; 1: 92) = 6,96). Hal ini berarti
bahwa secara keseluruhan terdapat perbedaan hasil belajar PPKn yang sangat
signifikan antara siswa yang diajar dengan metode pembelajaran kooperatif dan
siswa yang diajar dengan metode pembelajaran non-kooperatif pada taraf
signifikansi 1%. Dengan menggunakan uji-t satu pihak (pihak kanan), diperoleh
harga t hitung = 2.98. Sedangkan nilai t tabel dengan derajat kebebasan (n1 + n2 _________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH. XXXVI Januari 2003
ISSN 0215-8250
2) = 94 pada taraf signifikansi =0,05 atau dengan probabilitas 0,95 (1-) = 1,67
Ini berarti bahwa nilai t hitung lebih besar daripada nilai t tabel pada taraf
signifikansi =0,05 atau dengan probabilitas 0,95 (th = 2,81 > ttab(0,95; 94) = 1,67).
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan, hasil belajar
PPKn pada siswa yang diajar dengan metode pembelajaran kooperatif lebih baik
daripada hasil belajar pada siswa yang diajar dengan metode pembelajaran nonkooperatif pada siswa kelas I SMU Negeri di Singaraja.
Selanjutnya, dari hasil analisis varians dua jalur ditemukan bahwa nilai FB
hitung = 0,40 lebih kecil daripada nilai F tabel pada taraf signifikansi =0,05
dengan derajat kebebasan (dk = 1:92) = 3,96 (Fh = 0,40 < Ft (=0,05;1:92) = 3,96).
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pengaruh interaksi antara metode
pembelajaran dan kemampuan penalaran verbal terhadap hasil belajar PPKn tidak
signifikan pada taraf signifikansi =0,05.
3.2. Pembahasan
Penelitian ini telah menemukan efek utama (main effect) bahwa metode
pembelajaran berpengaruh sangat signifikan terhadap hasil belajar PPKn pada
siswa SMU Negeri di Singaraja. Secara keseluruhan, dengan tidak memperhatikan
atribut kemampuan penalaran verbal, hasil belajar siswa yang diajar dengan
metode pembelajaran kooperatif lebih baik daripada hasil belajar siswa yang diajar
dengan metode pembelajaran non-kooperatif. Hal ini membuktikan bahwa metode
pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar PPKn pada siswa kelas
I SMU Negeri di Singaraja. Dengan demikian, untuk bidang studi PPKn yang
memiliki tujuan utama untuk mengembangkan daya nalar, sikap, dan perilaku
yang berlandaskan nilai-nilai moral Pancasila, perlu menggunakan metode
pembelajaran kooperatif sehingga dapat mengembangkan daya nalar, sikap, dan
perilaku untuk memecahkan masalah-masalah moral di dalam masyarakat.
Masalah-masalah moral yang terjadi di dalam masyarakat sangat kompleks dan
luas sehingga dibutuhkan kemampuan untuk berpikir kreatif, divergen, analitik,
evaluatif, dan holistik. Cara berpikir tingkat tinggi semacam ini dapat digunakan
untuk memecahkan masalah-masalah yang kompleks di dalam masyarakat. Bentuk
latihan konkrit yang dapat dilakukan di dalam kelas pada saat proses
_________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH. XXXVI Januari 2003
ISSN 0215-8250
pembelajaran, antara lain adalah dengan jalan menggunakan metode pembelajaran
kooperatif. Seperti telah diuraikan pada bagian kajian teori, bahwa metode
pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi,
berinteraksi ke semua arah dan mengemukakan pendapatnya secara bebas dan
kreatif. Dengan demikian, dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif
dalam proses belajar akan dapat mengembangkan dan meningkatkan daya nalar
pada siswa.
4. Penutup
Berdasarkan temuan penelitian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
metode pembelajaran kooperatif dapat digunakan untuk meningkatan hasil belajar
PPKn, baik pada siswa yang memiliki kemampuan penalaran verbal tinggi
maupun pada siswa yang memiliki kemampuan penalaran verbal rendah,
khususnya pada siswa kelas I SMU Negeri di Singaraja. Dengan demikian, perlu
upaya untuk menggunakan metode pembelajaran kooperatif dalam proses
pembelajaran PPKn di kelas, khususnya pada siswa kelas I SMU Negeri di
Singaraja.
Berdasarkan simpulan tersebut di atas dan dalam upaya untuk
meningkatkan hasil belajar PPKn, dikemukakan beberapa saran sebagai berikut
ini. Pertama, dalam proses pembelajaran PPKn, hendaknya para guru lebih banyak
menggunakan metode pembelajaran kooperatif daripada metode non-kooperatif.
Kedua, dengan adanya beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, kepada peneliti
lain diharapkan untuk mengadakan penelitian sejenis lebih lanjut dengan
mengambil sampel yang lebih luas dan dengan menggunakan rancangan
eksperimen yang lebih kompleks, waktu pelaksanaan eksperimen lebih lama,
bidang studi yang dicakup lebih luas, serta dengan menggunakan teknik analisis
data yang lebih canggih, sehingga dapat mengendalikan pengaruh variabelvariabel ekstraneus lainnya secara statistik.
_________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH. XXXVI Januari 2003
ISSN 0215-8250
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, John R. (1985). Cognitive Psychology and Its Implications. CarnegieMellon University: W.H. Freeman and Company.
Carlson, Neil R. dan William Buskist. (1997). The Science of Behavior. Boston:
Allyn and Bacon.
Gagne, Robert M. dan Marcy Perkens Driscoll. (1988). Essentials of Learning for
Instructions. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall.
Lickona, Thomas. (1992). Educating For Character. How Our Schools Can Teach
Respect and Responsibility. New York: Bantam Books.
Slavin, Robert E. (1995). Cooperative Learning : Theory, Research, and Practice.
Boston: Allyn and Bacon.
Thorndike, Robert M. (1997). Measurement and Evaluation in Psychology and
Education. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
_________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH. XXXVI Januari 2003
Download