1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut WHO

advertisement
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Menurut WHO Polihidramnion terjadi pada sekitar 1 dari 250 kehamilan,
angka kejadian hidramnion berkisar 1,1 - 2,8% dari seluruh kehamilan disebabkan
oleh komplikasi pada kehamilan dan persalinan dan 8- 18 % dengan kelainan janin.
Biggio,dkk di university of Alabama melaporkan insidensi kelebihan air ketuban 1%
diantara lebih dari 36.000 kehamilan, sedangkan hill,dkk dari maya klinic lebih dari
9000% pasien perinatal menjalani USG rutin menjelang awal trimester III insidensi
hidramnion yaitu 0,1% dari seluruh kehamilan dengan kelebihan air ketuban ringan
atau kantung yang berkurang 8-11 cm daan 80% cairan yang berlebihan hidramnion
sedang 12-15 cm terdapat pada 15% sedangkan yang berat 16 cm terdapat 5% atau
yang sering di jumpai hidramnion pada kelainan congenital sebesar 17,7-29%
(Rachmuddin,2006).
Hidramnion pada wanita hamil dan bersalin merupakan masalah besar di
Negara berkembang termasuk Indonesia jumlah ibu hamil resiko tinggi/komplikasi
sebanyak 1.038.485 ibu hamil. Yang sering dijumpai adalah hydramnion yang ringan
dengan jumlah cairan 2-3 liter sebanyak 80-85 %, kemudian yang sedang sebanyak
17 %, dan yang berat sebanyak 5 %. Cairan ketuban paling banyak dihasilkan oleh
proses urinasi atau produksi air seni janin. Pada kehamilan sekitar 33 minggu, volume
1
2
air ketuban sekitar 1-1,5 liter yang berangsur berkurang hingga kehamilan cukup
bulan (40 minggu) (Cunningham, 2005).
Angka kematian ibu
menggambarkan rendahnya
tentang kesehatan ibu hamil menjadi penentu
kesadaran masyarakat
faktor angka kematian, meskipun
masih banyak faktor yang harus diperhatikan untuk menangani masalah ini. Persoalan
kematian yang terjadi lantaran indikasi yang lazim muncul yakni pendarahan,
keracunan kehamilan yang disertai kejang-kejang, hidramnion, perdarahan pasca
persalinan, persalinan premature, Berikut ini disajikan data sebagai gambaran angka
kematian ibu 2007 sebanyak 228/100.000 kelahiran hidup di provinsi Sumatera utara
tahun 2010 sebesar 104,97/100.000 kelahiran hidup, pada tahun 2011 sebesar
116,01/100.000 KH dan pada tahun 2012 sebesar 116,34/ 100.00 kelahiran hidup
(Pudiastuti, 2012).
Menurut
(Winknjosastro,2010),
polihidromnion
meningkatkan
resiko
kelahiran prematur dan resiko komplikasi persalinan, permasalahan dengan tali pusat
sang bayi, pendarahan hebat pada sang ibu setelah melahirkan, perkembangan bayi
yang lamban sampai dengan kematian pada sang bayi. Cairan ketuban yang ada pada
ibu hamil punya banyak kegunaan bagi janin. Air ketuban berfungsi sebagai
pelindung janin dari benturan atau trauma infeksi, pasokan oksigen,cadangan cairan,
serta sumber nutrisi bagi bayi. hidramnion terjadi pada 3% kehamilan dan bisa
didiagnosa setelah 16 minggu, Kemungkinan terjadi perdarahan pascapersalinan lebih
tinggi dibanding dari pada perlekatannya sebelum operasi dan terjadinya kematian
janin didalam kandungan. Kejadian bedah caesar juga lebih tinggi dibandingkan pada
3
kehamilan biasa karena lebih banyak yang tidak normal atau menurutnya
kesejahteraan janin.
Hidramnion atau polihidramnion merupakan suatu kondisi dimana terdapat
keadaan jumlah air ketuban melebihi dari batas normal. Dalam rahim, janin berada
dalam sebuah kantung cairan yang disebut sebagai air ketuban atau air amnion. dalam
cairan air ini janin tinggal selama Sembilan bulan, Kasus hidramnion berkisar 0,51% dari kehamilan primigravida. Sebenarnya bisa dideteksi sejak dini. Sebab, ibu
yang mengalami hamil kembar air akan mempunyai ciri-ciri ukuran fisik yang tidak
sesuai (Soebroto,2002).
Menurut (Rachmuddin,2006) Di Rumah Sakit Martha Friska Medan Tahun
2008 melaporkan bahwa 105 wanita hamil yang diteliti mengalami kelebihan air
ketuban ditemukan frekuensi 20%, sedangkan Insidensi yang dilaporkan Menurut
(Abdat,2010) Di Rumah Sakit Elisabeth Medan Pada Periode 2009 terdapat 78 orang
kelebihan air ketuban disebabkan oleh komplikasi yang terjadi pada saat kehamilan
ibutrimester ketiga yang dapat menyebabkan bayi mengalami cacat bawaan.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya
hidramnion, yaitu:
penyakit jantung, neftritis, edema umum (anasarka), gamelli atau hamil ganda,
diabetes melitus, anomali kongenital (pada anak), seperti anensefali, spina bifida,
atresia atau striktur esofagus, hidramnion, dan struma blocking aesopagus, Dalam hal
ini terjadi karena: Tidak ada stimulasi dari otak dan spina, tidak berfungsinya pusat
menelan dan haus, trasudasi langsung dari cairan meningeal kedalam amnion
(Muntiah,2009).
4
Berdasarkan Hasil survey Pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada
bulan Januari - April 2014 di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan
diperoleh dari rekam medik bahwa jumlah ibu hamil yang mengalami hidramnion di
Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pringadi Medan periode tahun 2013; 40 orang
Dari uraian diatas diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya hidramnion pada ibu hamil
primigravida di RSUD.Dr.Pringadi Medan periode 2013.
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas yang terjadi rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah apakah faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya
hidramnion pada ibu hamil primigravida di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi
Medan periode 2013.
1.3.
Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya
hidramnion pada ibu hamil Primigravida di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi
Medan Periode 2013.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui apakah penyakit jantung berhubungan dengan hidramnion
pada ibu hamil primigravida di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi
Medan.
5
2. Untuk mengetahui apakah edema umum berhubungan dengan hidramnion
pada ibu hamil primigravida di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi
Medan.
3. Untuk mengetahui apakah diabetes melitus berhubungan dengan hidramnion
pada ibu hamil primigravida di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi
Medan.
4. Untuk mengetahui apakah pre-eklampsi berhubungan dengan hidramnion
pada ibu hamil primigravida di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi
Medan.
5. Untuk mengetahui apakah kelainan kongenital berhubungan dengan
hidramnion pada ibu hamil primigravida di Rumah Sakit Umum Daerah
Dr.Pirngadi Medan.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pihak Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan
Bagi pihak Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan dapat menjadi
bahan masukan dan informasi dalam meningkatkan pelayanan berdasarkan
kebidanan khususnya yang berhubungan dengan kasus hidramnion.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan perbandingan dengan penelitian selanjutnya dan sebagai bahan
informasi dan bahan bacaan di perpustakaan Akademi Kebidanan Audi
Husada Medan tentang kelebihan air ketuban.
6
3. Bagi Peneliti
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis khususnya tentang halhal yang berkaitan dengan hidramnion, dan menjadikan bahan untuk lebih di
kembangkan lagi ilmu pengetahuan bahwa adanya dampak pengaruh
hidramnion pada kehamilan.
7
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1.
Kehamilan
2.1.1. Defenisi Kehamilan
Kehamilan adalah dimulainya konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil
normal adalah 280 hari (40 minggu ) dihitung dari hari pertama sampai terakhir. Oleh
karena dalam tubuh ada sesuatu yaitu individu yang tumbuh dan berkembang
untuk menyesuaikan diri, dengan adanya individu itu tubuh mengadakan perubahan,
memberi tempat, kesempatan dan jaminan untuk tumbuh dan berkembang sampai
saatnya dilahirkan (Prawirohardjo, 2005).
Kehamilan adalah suatu keadaan dimana janin dikandung didalam tubuh
wanita, yang sebelumnya diawali dengan proses pembuhan dan kemudian akan
diakhiri dengan proses persalinan (Manuaba, 2002). Sedangkan Menurut (Jannah,
2012) Kehamilan merupakan proses alamiah (normal) dan bukan proses patologi
tetapi kondisi normal dapat menjadi patologi/abnormal.
Kehamilan adalah hasil dari pertemuan sperma dan sel telur. Dalam
prosesnya, perjalanan sperma untuk menemui sel telur (ovum) betul-betul penuh
perjuangan (Maulana, 2008). Sedangkan Menurut (Hanafiah, 2008) Kehamilan
didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan
dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Pertumbuhan dan perkembangan janin
intra uterine mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan.
8
Kehamilan merupakan proses yang normal dan alamiah. Namun proses
kehamilan dapat menjadi penyebab depresi pada hamil. Hal ini perlu diyakini oleh
tenaga kesehatan khususnya bidan, sehingga dalam memberikan asuhan kepada
pasien, pendekatan yang dilakukan cenderung dalam bentuk pelayanan promotif.
Realisasi yang paling mudah dilaksanakan adalah pelaksanaan komunikasi informasi
dan edukasi (KIE) kepada pasien dengan materi-materi mengenai pemantauan
kesehatan ibu hamil dan penatalaksanaan ketidaknyamanan selama hamil
(Asrinah,2010).
2.1.2. Tanda dan gejala kehamilan
A. Tanda-tanda gejala kemungkinan hamil :
1. Amenorea (tidak dapat haid)
2. Mual dan muntah (nausea and vomiting)
3. Mengidam
4. Tidak tahan suatu bau-bauan
5. Pingsan, bila berada pada tempat-tempat ramai yang sesak dan padat.
6. Tidak ada selera makan (Anoreksi)
7. Lelah
8. Payudara membesar, tegang dan sedikit nyeri
9. Miksi sering
10. Pemekaran vena-vena (varises) biasanya dijumpai pada triwulan akhir.
9
B. Tanda-tanda tidak pasti kehamilan :
1. Perut membesar
2. Uterus membesar, terjadi perubahan dalam bentuk, besar dan konsistensi
rahim
3. Tanda Hegar
4. Tanda Chadwick
5. Kontraksi-kontraksi kecil uterus bila dirangsang (Braxton Hicks)
6. Teraba Ballotement
7. Reaksi Kehamilan Positif
C. Tanda-tanda pasti kehamilan :
1. Gerakan janin yang dapat dilihat atau diraba, juga bagian –bagian janin
2. Denyut jantung janin positif
3. Terlihat tulang-tulang janin dalam foto rontgen (Manuaba,2002).
2.1.3. Etiologi Kehamilan
Suatu kehamilan akan terjadi bila terdapat 5 aspek berikut, yaitu :
a) Ovum
Ovuma dalah suatu sel dengan diameter +0,1 mm yang terdiri dari suatu
nukleus yang terapung apung dalam vitelus dilingkari oleh zona pellusida oleh
kromosom radiata.
10
b) Spermatozoa
Berbentuk seperti kecebong, terdiri dari kepala berbentuk lonjong agak
gepeng berisi inti, leher yang menghubungkan kepala dengan bagian tengah
dan ekor yang dapat bergerak sehingga sperma dapat bergerak cepat.
c) Konsepsi
Konsepsi adalah suatu peristiwa penyatuan antara sperma dan ovum di tuba
fallopii.
d) Nidasi
Nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke dalam
endometrium.
e) Plasentasi
Plasentasi adalah alat yang sangat penting bagi janin yang berguna untuk
pertukarann zat antara ibu dan anaknya dan sebaliknya (Maulana, 2008).
2.2.
Kehamilan Primigravida
Primigravida adalah ibu yang pertama kali hamil. Kehamilan (graviditas) di
mulai dengan konsepsi dan berakhir dengan permulaan persalinan. kehamilan adalah
suatu krisis maturasi yang dapat menimbulkan stress tetapi berharga karena wanita
menyiapkan diri untuk member perawatan dan mengemban tanggung jawab yang
lebih besar. Seiring persiapannya untuk menghadapi peran baru, wanita tersebut
mengubah konsep dirinya supaya ia siap menjadi orang tua. Setelah bertahap ia
berubah dari seseorang yang bebas dan berfokus pada diri sendiri menjadi seorang
11
yang seumur
hidup berkomitmen
untuk merawat seorang individu lain.
Pertumbuhan ini membutuhkan penguasaan tugas-tugas perkembangan tertentu :
menerima kehamilan, mengidentifikasi peran ibu, mengatur kembali hubungan antara
ibu dan anak serta antara dirinya dan pasangannya, membangun hubungan dengan
anak yang belum lahir dan mempersiapkan diri untuk menghadapi pengalaman
melahirkan (Bobak,2004).
2.2.1. Etiologi Kehamilan primigravida
Pada kehamilan primigravida respon emosional tersebut dipengaruhi oleh
perubahan hormonal, yang merupakan bagian dari respon ibu terhadap kehamilan,
dapat menjadi penyebab perubahan mood, hampir sama saat seperti mereka akan
menstruasi atau selama menapouse, masalah seksual atau rasa takut terhadap nyeri
selama melahirkan (Bobak,2004).
2.3.
2.3.1.
Ibu Hamil Yang Mengalami Hidramnion
Pengertian Hidramnion
Hidramnion merupakan suatu keadaan dimana jumlah air ketuban jauh lebih
banyak dari normal biasanya lebih dari 2 liter, Volume air ketuban adalah komponen
penting skoring profil biofisikal Dalam keadaan normal, volume air ketuban sekitar
500 – 1500 ml Polihidramnion : volume air ketuban > 2000 m Sedangkan secara
klinik adalah penumpukan cairan ketuban yang berlebihan sehingga menimbulkan
rasa tidak nyaman pada pasien. Sedangkan secara USG jika Amniotic Fluid Index
(AFI)> 20 atau lebih. Polihidramnion dapat terjadi jika janin tidak menelan dan
12
menyerap cairan ketuban dalam jumlah yang normal. Yang sering kita jumpai adalah
hidramnion yang ringan, dengan jumlah cairan 2- 3 liter. Yang berat dan akut jarang.
Frekuensi hidramnion kronis adalah 0,5-1%. Insiden dari kongenital anomali lebih
sering kita dapati pada hidramnion yaitu sebesar 17,7-29% (Widjanarko,2009).
Menurut (Varney,2006) Hidramnion sering terjadi bersamaan dengan :
a. Gemelli atau hamil ganda (12,5%),
b. Hidrops foetalis
c. Diabetes mellitus
d. Toksemia gravidarum
e. Cacat janin terutama pada anencephalus dan atresia esophagei
f. Eritroblastosis foetalis
2.3.2.
Etiologi Hidramnion
Mekanisme terjadi hidramnion hanya sedikit yang kita ketahui. Secara teori
hidramnion terjadi karena :
a. Produksi air ketuban bertambah; yang diduga menghasilkan air ketuban
adalah epitel amnion, tetapi air ketuban juga dapat bertambah karena cairan
lain masuk kedalam ruangan amnion, misalnya air kencing anak atau cairan
otak pada anencephalus.
b. Pengaliran air ketuban terganggu; air ketuban yang telah dibuat dialirkan dan
diganti dengan yang baru. Salah satu jalan pengaliran adalah ditelan oleh
janin, diabsorbsi oleh usus dan dialirkan ke placenta akhirnya masuk kedalam
13
peredaran darah ibu. Jalan ini kurang terbuka kalau anak tidak menelan seperti
pada atresia esophogei, anencephalus atau tumor-tumor placenta. Pada
anencephalus dan spina bifida diduga bahwa
hidramnion terjadi karena
transudasi cairan dari selaput otak dan selaput sum-sum tulang belakang.
Selain itu, anak anencephal tidak menelan dan pertukaran air terganggu
karena pusatnya kurang sempurna hingga anak ini kencing berlebihan.
c. Pada atresia oesophagei hidramnion terjadi karena anak tidak menelan.
Pada gemelli mungkin disebabkan karena salah satu janin pada kehamilan
satu telur jantungnya lebih kuat dan oleh karena itu juga menghasilkan banyak
air kencing. Mungkin juga
karena luasnya amnion lebih besar pada
kehamilan kembar. Pada hidramnion sering ditemukan placenta besar
( Gunawan,2007).
Menurut (Gunawan,2007) menjelaskan bahwa hidromnion terjadi karena:
a. Prduksi air kemih berlebih
b. Ada kelainan pada janin yang menyebabkan cairan ketuban menumpuk, yaitu
hidrocefalus, atresia saluran cerna, kelainan ginjal dan saluran kencing
congenital
c. Ada sumbatan/penyempitan pada janin sehingga dia tidak bisa menelan air
ketuban. Alhasil volume ketuban meningkat drastic
d. Kehamilan kembar, karena adanya dua janin yang menghasilkan air seni
e. Ada proses infeksi
14
f. Ada hambatan pertumbuhan atau kecacatan yang menyangkut sistem syaraf
pusat sehingga fungsi gerakan menelan mengalami kelumpuhan
g. Ibu hamil mengalami diabetes yang tidak terkontrol
h. Ketidak cocokan / inkompatibilitas rhesus
Oleh karena angka kejadian hidramnion ibu dan janin yang cukup tinggi maka
ibu hamil dengan kelebihan air ketuban lebih sering dipantau sehingga dapat diambil
sikap untuk melakukan obeservasi dan penanganan yang tepat, kehamilan
kembar air sebenarnya bisa di dektesi sejak dini Sebab, ibu yang mengalami hamil
kembar air akan mempunyai ciri-ciri ukuran fisik yang tidak sesuai. Pertama, ukuran
rahim lebih besar daripada usia kehamilannya. Misalnya, di usia kehamilan 5 bulan,
di mana rahim seharusnya baru setinggi di bawah pusar, kalau ia menderita
hidramnion maka bisa saja rahim sudah di atas pusar yang berarti sama dengan usia
kehamilan 6 bulan atau sebulan lebih besar. Tapi, ukuran rahim yang besar tidak
selalu berindikasi hidramnion, Bisa saja karena memang bayi yang dikandungnya
kembar atau lebih dari satu, ibu juga akan semakin sulit merasakan gerakan janinnya.
Sebab, gerakan janin akan semakin nyata dirasakan bila si janin itu membentur
dinding rahim, kalau jumlah air ketubannya sangat banyak, kemungkinan janin
membentur dinding rahim akan semakin berkurang (Varney,2006).
15
2.3.3.
Tanda & Gejala Hidramnion
Menurut (Prawirohardjo,2005) Hidramnion juga menimbulkan tanda :
a. Ukuran uterus lebih besar dibanding yang seharusnya,
b. Identifikasi janin dan bagian janin melalui pemeriksaan palpasi sulit di
lakukan,
c. Denyut jantung janin (DJJ sulit terdengar)
d. Balotemen janin jelas.
Gejala pada ibu hamil yang meliputi :
a. Dispnea (sesak napas) dan rasa tidak nyaman di perut karena tekanan pada
diafargma
b. Gangguan pencernaan karena konstipasi maupun obstipasi, edema karena
tekanan pada pembuluh darah vena karena pembesaran dari uterus, varises
dan hemoroid, (nyeri abdomen ).
c. Kandungan cepat sekali membesar.
d. Pembesaran TFU disertai kesulitan dalam meraba bagian-bagian kecil janin
2.3.4.
Klasifikasi Hidramnion
Menurut (Cunningham,2005) Berdasarkan waktu terjadinya hydramnion
terbagi 2 yaitu:
1. Hidramnion akut / mendadak: dimana penambahan air ketuban terjadi dalam
waktu yg cepat, hanya dalam beberapa hari. Biasanya terjadi pada kehamilan
muda pada bulan ke 4 atau 5. Yang ini jarang terjadi. Hidramnion akut
16
biasanya akan menyebabkan persalinan sebelum usia gestasi 28 minggu, atau
gejala dapat menjadi demikian parah sehingga harus dilakukan intervensi.
Pada sebagian besar kasus hidramnion kronik, tekanan cairan amnion tidak
terlalu tinggi dibandingkan dengan pada kehamilan normal. Hidramnion akut
cenderung muncul pada kehamilan dini dibandingkan dengan bentuk kronik
dan dapat dengan cepat memperbesar uterus.
2. Hidramnion kronis (menahun) : penambahan air ketuban perlahan-lahan,
berangsur-angsur, Ini bentuk yang paling umun / sering terjadi. Ibu yang
bersangkutan mungkin mentoleransi distensi abdomen yang berlebihan tanpa
banya kmengalami rasa yang tidak nyaman. biasanya terjadi pada kehamilan
lanjut. Diagnosis
pasti bisa didapatkan dari pemeriksaan ultrasonografi
(USG). Insidensi hidramnion adalah 1% dari semua kehamilan.
2.3.5.
Diagnosa Hidramnion
1. Anamnesisa
a) Perut lebih besar dan teras lebih berat dari biasa
b) Pada yang ringan keluhan-keluhan subyektif tidak banyak
c) Pada yang akut dan pada
terdapat
pada pembesaran uterus yang cepat maka
keluhan - keluhan yang disebabkan karena tekanan padaorgan
terutama pada diafargma, seperti sesak, nyeri ulu hati, dan diagnosis,
d) Nyeri perut karena tegangnya uterus,mual dan muntah
e) Edema pada tungkai,vulva,dinding perut
17
f) Pada proses akut dan perut besar sekali,bisa syok,berkeringat dingin dan
sesak
2. Inpeksi
a) Kelihatan perut sangat buncit dan tegang, kulit perut berkilat, retak-retak
kulit jelas dan kadang-kadang umbilicus mendatar
b) Jika akut si ibu terlihat sesak dan sionasis, serta terlihat payah membawa
kandungannya
3. palpasi
a) Perut tegang dan nyeri tekan serta terjadi oedema pada dinding perut valve
dan tungkai
b) Fundus uteri lebih tinggi dari tuanya kehamilan sesungguhnya
c) Bagian-bagian janin sukar dikenali karena banyaknya cairan
d) Kalau pada letak kepala, kepala janin bisa diraba, maka ballottement jelas
Sekali
e) Karena bebasnya jann bergerak dan kepala tidak terfiksir, maka dapat terjadi
kesalahan-kesalahan letak janin
4. Auskultasi
Denyut jantung janin tidak terdengar atau jika terdengar sangat halus sekali
5. Rontgen foto abdomen (Cunningham, 2005).
18
2.3.6. Penanganan Hidramnion
Terapi hidromnion dibagi dalam tiga fase:
A. Waktu hamil
a. Hidromnion ringan jarang diberi terapi klinis, cukup diobservasi dan
berikan terapi simptomatis.
b. Pada hidromnion yang berat dengan keluhan-keluhan, harus dirawat
dirumah sakit untuk istirahat sempurna. Berikan diet rendah garam. Obatobatan yang dipakai adalah sedativa dan obat duresisi. Bila sesak hebat
sekali disertai sianosis dan perut tengah, lakukan pungsi abdominal pada
bawah umbilikus.
c. Dalam satu hari dikeluarkan 500 cc perjam sampai keluhan berkurang.
Jika cairan dikeluarkan dikhawatirkan terjadi his dan solutio placenta,
apalagi bila anak belum viable.
d. Komplikasi pungsi dapat berupa : Timbul his, Trauma pada janin,
e. Terkenanya rongga-rongga dalam perut oleh tusukan
f. Infeksi serta syok
g. Bila sewaktu melakukan aspirasi keluar darah, umpamanya janin
mengenai placenta, maka pungsi harus dihentikan.
B. Waktu bersalin
a) Bila tidak ada hal-hal yang mendesak, maka sikap kita menunggu.
b) Bila keluhan hebat, seperti sesak dan sianosis maka lakukan pungsi
transvaginal melalui serviks bila sudah ada pembukaan.
19
c) Dengan memakai jarum pungsi tusuklah ketuban pada beberapa tempat,
lalu air ketuban akan keluar pelan-pelan.
d) Bila sewaktu pemeriksaan dalam, ketuban tiba-tiba pecah, maka untuk
menghalangi air ketuban mengalir keluar dengan deras, masukan tinju
kedalam vagina sebagai tampon beberapa lama supaya air ketuban keluar
pelan-pelan. Maksud semua ini adalah supaya tidak terjadi solutio placenta,
syok karena tiba-tiba perut menjadi kosong atau perdarahan post partum
karena atonia uteri.
C. Post partum
a) Harus hati-hati akan terjadinya perdarahan post partum, jadi sebaiknya
lakukan pemeriksaan golongan dan transfusi darah serta sediakan obat
uterotonika.
b) Untuk berjaga-jaga pasanglah infus untuk pertolongan perdarahan post
partum.
c) Jika perdarahan banyak, dan keadaan ibu setelah partus lemah, maka untuk
menghindari infeksi berikan antibiotika yang cukup (Cunningham, 2005).
2.3.7.
Komplikasi
Komplikasi hidramnion terjadi karena harus melakukan tindakan agar gejala
klinis dan keluhan pada ibu hamil berkurang. Tindakan ini meliputi:
a) persalinan premature,
b) Malpresentasi janin,
20
c) Abrupsio plasenta,
d) Bila ketuban pecah dapat menimbulkan prolapsus bagian kecil dan prolapsus
fenikuli. komplikasi hidramnion pada posisi janin intra uterin ditemukan kelainan
letak janin.
e) Saat persalinan dapat terjadi selusio plasenta,
f) Perdarahan pasca partus, dan
g) kelainan letak mungkin memerlukan tindakan operasi (Varney,2006).
2.3.8. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Hidramnion Pada Ibu
Hamil Primigravida
Faktor yang dapat berhubungan dengan terjadinya hidramnion, antara lain :
a) Penyakit jantung, Berhubungan dengan sirkulasi darah, jika sirkulasi ibu
terganggu maka sirkulasi janin juga akan terganggu. hipotesis mentakan
bahwa janin mengambil sebagian besar sirkulasi ibu sehingga mengalami
hipertropi sehingga menigkatkan pengeluaran urin pada masa neonatus dini
yang mengisyaratkan bahwa hidramnion terjadi karena peningkatan produksi
urin, Komplikasi yang bisa terjadi seperti persalinan kurang bulan,
pendarahan pasca persalinan, dan KPD. Yang juga bisa menyebabkan
kelainan pada bayi dan sumbatan saluran makanan bayi (Yulianti,2010).
b) Edema umum (anasarka), merupakan penimbunan cairan secara umum, atau
Bengkak pada kaki atau kelopak mata kadang terjadi pada saat kehamilan.
Pembengkakan kaki saat hamil bisa terjadi akibat penimbunan cairan pada
21
kaki karena ketidakstabilan cairan yang disebabkan oleh gangguan fungsi
ginjal, misalnya infeksi. Pembengkakan kaki pada ibu hamil juga bisa
disebabkan
gangguan
hipertensi
kehamilan
(preeklamsia).
Untuk
membedakan pembengkakan kaki yang ibu alami normal atau diakibatkan
oleh hipertensi sebaiknya tekan dengan ujung jari pada bagian yang bengkak
(Kostania ,2014).
c) Diabetes Melitus, Diabetes merupakan suatu penyakit dimana tubuh tidak
menghasilkan insulin dalam jumlah cukup, atau sebaliknya, tubuh kurang
mampu menggunakan insulin secara maksimal. Insulin adalah hormon yang
dihasilkan oleh pankreas, yang berfungsi mensuplai glukosa dari darah ke selsel tubuh untuk dipergunakan sebagai bahan bakar tubuh. Hidramnion yang
sering terjadi pada diabetes ibu selama trimester ketiga masih belum dapat
diterangkan. Salah satu penjelasannya adalah bahwa hiperglikemia janin yang
menimbulkan diuresis osmotik.
Pada masa awal kehamilan, dapat
mengakibatkan bayi mengalami cacat bawaan, berat badan berlebihan, lahir
mati, dan gangguan kesehatan lainnya seperti gawat napas, hipoglikemia
(kadar gula darah kurang dari normal), dan sakit kuning (Dewi,2009).
d) Pre-Eklamsi, Pre eklamsia/eklamsia adalah kondisi ibu yang disebabkan oleh
kehamilan disebut dengan keracunan kehamilan, dengan tanda-tanda oedem
(pembengkakan) terutama tampak pada tungkai dan muka, tekanan darah
tinggi, dan dalam air seni terdapat zat putih telur pada pemeriksaan urine dari
22
laboratorium.
Kematian
karena
eklampsia
meningkat
dengan
tajam
dibandingkan pada tingkat pre-eklampsia berat (Dewi, 2009).
e) Anomali kongenintal (pada anak), seperti anensafali, spinabifida, hidrosefalus,
dan struma bloking oesaphagus, Dalam hal ini terjadi karena tidak ada
stimulasi dari anak dan spina, Excressive urinary secration, tidak berfungsinya
pusat menelan dan haus, transudasi pusat langsung dari cairan meningeal
keamnion, simpul tali pusat, diabetes mellitus, gemelli univulair, mal nutrisi,
penyakit kelenjar hipofsis, pada hidramnion biasanya placenta lebih besar dan
terasa lebih berat dari biasa karena itu transudasi menjadi lebih banyak dan
timbul hidramnion (Varney,2006).
23
2.3.9.
Kerangka Konsep
Adapun kerangka konsep dalam penelitian tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi ibu hamil primigravida mengalami hidramnion di Rumah Sakit
Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan tahun 2013 adalah sebagai berikut :
Variabel Independen
Variabel Dependen
Faktor-faktor yang berhubungan
dengan hidramnion
1.
2.
3.
4.
5.
Penyakit Jantung
Edema Umum
Diabetes Melitus
Pre-eklamsi
Kelainan congenital (pada
anak)
Hidramnion
Berdasarkan kerangka konsep diatas maka variable yang dinilai adalah
1. Anomali
kongenital
(pada
anak)faktor-faktor yang berhubungan, sedangkan
variable
independent
(bebas)
yaitu
Seperti :-spina bifida, -anensefali
variable dependent (terikat) yaitu Hidramnion.
A.
Variabel Independent (bebas)
Variabel yang menyebutkan faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya
hidramnion terdiri dari :Penyakit Jantung, Edema Umum, Diabetes Melitus,
pre-eklamsi, Kelainan Kongenital (pada anak).
B.
3.
Variabel Dependent (terikat)
4.
Variabel yang menyangkut dengan hidramnion
24
2.3.10. HIPOTESA
a. Adanya pengaruh penyakit Jantung terhadap terjadinya hidramnion pada ibu
hamil di RSUD.Dr.Pirngadi Medan tahun 2013
b. Adanya pengaruh Edema Umum terhadap terjadinya hidramnion pada ibu
hamil primigravida di RSUD.Dr.Pirngadi Medan tahun 2013
c. Adanya pengaruh Diabetes Melitus terhadap terjadinya hidramnion pada ibu
hamil primigravida di RSUD.Dr.Pirngadi Medan tahun 2013
d. Adanya pengaruh Pre-eklamsi terjadinya hidramnion pada ibu hamil
primigravida di RSUD.Dr.Pirngadi Medan tahun 2013
e. Adanya pengaruh Anomali congenital (pada anak) terhadap terjadinya
hidramnion pada ibu hamil primigravida di RSUD.Dr.Pirngadi Medan tahun
2013
25
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.
Jenis Penelitian
Jenis Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross
sectional terdiri atas variabel bebas dan terikat yaitu untuk menganalisis faktor-faktor
yang berhubungan dengan terjadinya hidramnion pada ibu hamil primigravida di
Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan.
3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan
periode 2013.
3.2.2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada bulan Januari-Juni 2014
3.3.
Populasi data sampel
3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan ibu hamil yang mengalami
hidramnion di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan pada periode
Januari-April 2013 sebanyak 40 orang.
25
26
3.3.2. Sampel
Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 40 orang. Dengan
menggunakan metode total sampling peneliti mengambil keseluruhan
populasi untuk dijadikan sampel (Notoadmojo,2010).
3.4.
Metode Pengumpulan Data
3.4.1
Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder
diperoleh dari data yang ada Di RSUD.
Dr.Pirngadi Medan. Data tersebut berisi hasil mengenai jumlah ibu hamil
untuk mengetahui penyebab terjadinya hidramnion.
3.5.
Definisi Oprasional
1) Hidramnion adalah suatu keadaan dimana jumlah air ketuban jauh lebih
banyak dari normal biasanya lebih dari 2 liter, dan dapat terjadi karena
Produksi air yang berlebihan
Untuk analisis dilakukan pengkategorian :
Kategori
: a. hidramnion
b. Tidak hidramnion
Skala ukur
: Nominal
Alat ukur
: Rekam Medik
27
2) Penyakit jantung, kondisi ibu yang disebabkan oleh kehamilan disebut dengan
keracunan kehamilan, dengan tanda-tanda oedem (pembengkakan) terutama
tampak pada tungkai dan muka, tekanan darah tinggi.
Untuk analisis dilakukan pengkategorian :
Kategori
: a. penyakit jantung
b. tidak penyakit jantung
Skala Ukur
: Nominal
Alat Ukur
: Rekam Medik
3) Edema umum merupakan proses alamiah yang dialami kebanyakan ibu pada
saat kehamilan karena saat ibu hamil,begitu banyak perubahan fisik yang
terjadi. Perut yang semakin membesar akan menambah berat tubuh untuk
menopangnya sehingga tak jarang kaki menjadi bengkak.
Untuk analisis dilakukan pengkategorian:
Kategori
: a. ada
b. tidak ada
Skala Ukur
: Nominal
Alat ukur
:Rekam Medik
4) Diabetes melitus adalah penyakit kelainan metabolisme dimana tuguh
penderita tidak bisa secara otomatis mengendalikan tingkat gula (glukosa)
dalam darahnya. Pengaruh pada persalinan kegiatan otot rahim dan usaha
meneran mengakibatkan pemakaian glukosa lebih banyak, sehingga dapat
terjadi hipoglikemia, apabila disertai dengan muntah –muntah.
28
Untuk analisis dilakukan pengkategorian :
Kategori
: a. diabetes melitus
b. tidak diabetes melitus
Skala Ukur
: Ordinal
Alat Ukur
: Rekam Medik
5) Pre-eklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, proteinuria dan
edema yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam
triwulan ke 3 pada kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya pada mola
hidatidosa (Prawirohardjo,2005).
Untuk analisis dilakukan pengkategorian :
Kategori
: a. pre-eklampsia
b. tidak pre-eklampsia
Skala Ukur
: Ordinal
Alat ukur
: Rekam Medik
6) Kelainan kongenital pada anak sering terjadi akibat tidak adanya stimulasi
dari anak
Untuk analisis dilakukan pengkategorian :
Kategori
: a. ada
b. tidak ada
Skala ukur
: Nominal
Alat ukur
: Rekam Medik
29
3.6. Pengolahan Data dan Analisis Data
3.6.1. Pengolahan Data
Setelah data berhasil dikumpulkan, langkah selanjutnya yang perlu dilakukan
ialah mengolah data :
1. Editing
Data yang telah dikumpulkan diperiksa kelengkapannya terlebih dahulu apakah
sesuai dengan data yang diharapkan atau tidak.
2. Coding
Data yang telah diediting diubah ke dalam bentuk angka (kode) nama responden
diubah menjadi nomor dalam kode responden yaitu 01.02.03 dan seterusnya.
3. Tabuling
Data yang telah lengkap sesuai dengan variable yang dibutuhkan lalu
dimasukkan kedalam tabel.
4. Entri data
Yaitu memasukkan data yang sudah ada ke dalam komputer
5. Cleaning
Pengecekan data kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya
kesalahan kode, ketidaklengkapan dan sebagainya. Kemudian dilakukan
pembetulan atau koreksi.
30
3.6.2. Analisis Data
a) Analisis data univariat
Analisis data dilakukan secara deskritif dan analitik bertujuan untuk
menganalisa distribusi frekuensi dari masing-masing variable. Untuk menguji
hipotesa penelitian yaitu dengan tingkat kepercayaan taraf nyata (α = 0,05).
Uji statistic yang digunakan yaitu uji chi-square.
b) Analisis data bivariat
Analisis data secara bivariat dilakukan untuk menguji ada tidaknya faktorfaktor yang berhubungan penyakit jantung, edema umum, faktor penyebab
terjadinya hidramnion pada ibu hamil lalu dilakukan uji chi-square.
31
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1.
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1. Letak dan Luas Wilayah
Rumah sakit umum Daerah Dr.Pirngadi Medan didirikan tanggal 11 Agustus
1928 di jalan Prof.H.M.SH. Direktur dari Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi
Medan adalah Dr.Amran Lubis,SpJP (K), Seperti tertulis dalam prasasti yang terletak
di dinding pintu masuk/pintu gerbang Rumah Sakit dilaksanakan peletakan batu
pertama pembangunan Rumah Sakit tersebut.Tulisan yang tertera pada prasasti
tersebut adalah sebagai berikut :DEZE STEEN WERO GELEGO DAAR MARIA
CONSTANTIA MAC KAY 11 Agustus 1928 AUDS JAAR.Terjemahan bebas dalam
bahasa Indonesia kurang lebih berbunyi sebagai berikut :’’peletakan batu pertama
pada tanggal 11 Agustus 1928 oleh seorang anak wali kota ,yang bernama Gelego
Daar constantia’’(pada waktu itu dikabarkan baru berumur 5 tahun). Pembangunan
Rumah Sakit ini di selesaikan selama lebih kurang 2 tahun dan dipergunakan sejak
tahun 1930.
4.1.2. Motto Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan
Motto RSUD Dr.Pirngadi Medan yaitu kepentingan penderita adalah yang
utama.
4.1.3. Visi Rumah Sakit Umum Daerah Dr.pirngadi Medan
Visi RSUD Dr.Pirngadi Medan Adalah
31
32
Mandiri : Dalam pendanaan dan pelaksanaan pelayanan kepada masyarakat
Tanggap :Terhadap tuntunan masyarakat perubahan pola penyakit kemajuan IPTEK
di bidang kesehatan.
Profesional :Dalam Pelaksanaan pelayanan sesuai standart dan etika.
4.1.4. Misi Rumah Sakit Umum Daerah Dr.pirngadi Medan
1.
Meningkatkan
upaya
kesehatan
paripura
kepada
semua
golongan
masyarakat secara merata dan terjangkau, sesuai dengan tugas pokok, fungsi
serta peraturan yang berlaku.
2.
Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bersifat spesialistik dan sub
spesialistik yang bemutu.
3.
Meningkatkan upaya pelayanan kesehatan secara profesional dan etis agar
timbul kepercayaan dan harapan serta rasa aman dan kenyamanan bagi para
penderita.
4.
Meningkatkan peran rumah sakit sebagai tempat pendidikan, pelatihan,
penilaian dan pengembangan IPTEK Di Bidang Kesehatan.
33
4.2.
Analisis Univariat
Karekteristik responden yang di teliti dalam penelitian ini meliputi: ibu hamil
yang hidramnion.
4.2.1. Hidramnion
Untuk melihat hidramnion pada ibu hamil primigravida di Rumah Sakit
Umum Dr.Pirngadi Medan Tahun 2013 dapat dilihat pada table 4.2.1 :
Tabel 4.2.1 Distribusi Frekuensi yang Berhubungan terjadinya hidramnion
pada ibu hamil primigravida di Rumah Sakit Umum Daerah
Dr.Pirngadi Medan
No
Hidramnion
f
%
1.
Hidramnion
21
52,5
2.
Tidak Hidramnion
19
47,5
Jumlah
40
100,0
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa frekuensi yang behubungan terjadinya
hidramnion pada ibu hamil sebanyak 21 orang (52,5%) dan yang tidak berhubungan
hidramnion sebanyak 19 orang (47,5%).
4.2.2. Penyakit Jantung
Untuk melihat ibu hamil yang memiliki riwayat penyakit jantung di RSUD.
Dr.Pirngadi Medan Tahun 2013 dapat dilihat pada table 4.2.2 :
Tabel 4.2.2 Distribusi Frekuensi Ibu Hamil Primigravida Yang Mengalami
Hidramnion Berdasarkan penyakit jantung di Rumah Sakit
Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan
No
Penyakit Jantung
f
%
1.
Penyakit jantung
28
70,0
2.
Tidak penyakit Jantung
12
30,0
Jumlah
40
100,0
34
Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa Frekuensi yang behubungan penyakit
jantung sebanyak 28 orang (70,0 %) yang tidak berhubungan penyakit jantung 12
orang (30,0 %).
4.2.3. Edema Umum
Untuk melihat yang mengalami edema umum pada ibu hamil di RSUD.
Dr.Pirngadi Medan Tahun 2013 terlihat pada table 4.2.3 :
Tabel 4.2.3 Distribusi Frekuensi Ibu Hamil Primigravida Yang Mengalami
Hidramnion Berdasarkan Edema Umum di Rumah Sakit Umum
Daerah Dr.Pirngadi Medan
No
Edema Umum
f
%
1.
Ada
22
55,0
2.
Tidak ada
18
45,0
Jumlah
40
100,0
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa Frekuensi yang mengalami edema
sebanyak 22 orang (55,0 %), dan yang tidak mengalami edema sebanyak 18 orang
(45,0 %).
4.2.4. Diabetes Melitus
Untuk melihat yang mengalami diabetes melitus pada ibu hamil di RSUD.
Dr.Pirngadi Medan Tahun 2013 terlihat pada table 4.2.4 :
Tabel 4.2.4 Distribusi Frekuensi Ibu Hamil Primigravida Yang Mengalami
Hidramnion Berdasarkan diabetes melitus di Rumah Sakit
Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan
No
Diabetes Melitus
f
%
1.
Diabetes melitus
26
65,0
2.
Tidak diabetes melitus
14
35,0
Jumlah
40
100,0
35
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa Frekuensi yang mengalami diabetes
melitus sebanyak 26 orang (65,0 %), dan yang tidak mengalami diabetes melitus
sebanyak 14 orang (35,0 %).
4.2.5. Pre- Eklampsia
Untuk melihat pre-eklampsia pada ibu hamil di RSUD.Dr.Pirngadi Medan
Tahun 2013 terlihat pada table 4.2.5 :
Tabel 4.2.5
No.
1.
2.
Distribusi Frekuensi Ibu Hamil Primigravida Yang Mengalami
Hidramnion Berdasarkan pre-eklampsia di Rumah Sakit Umum
Daerah Dr.Pirngadi Medan
Pre-eklampsia
f
%
Pre-eklampsia
29
75,5
Tidak pre-eklampsia
11
27,5
Jumlah
40
100,0
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa Frekuensi yang mengalami preeklampsia sebanyak 29 orang (72,5 %), dan yang tidak mengalami pre-eklampsia
sebanyak 11 orang (27,5 %).
4.2.6. Kelainan kongenital
Untuk melihat yang mempengaruhi kelainan congenital (pada anak) pada ibu
hamil di RSUD.Dr.Pirngadi Medan Tahun 2013 terlihat pada table 4.2.6 :
Tabel 4.2.6 Distribusi Frekuensi Ibu Hamil Primigravida Yang Mengalami
Hidramnion Berdasarkan kelainan kongenital di Rumah Sakit
Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan
No
Kelainan Kongenital
f
%
1.
Ada
29
72,5
2.
Tidak ada
11
27,5
Jumlah
40
100,0
36
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa Frekuensi yang mengalami kelainan
kongenital sebanyak 21 orang ( 52,5 %), dan yang tidak mengalami
kelainan
kongenital sebanyak 19 orang (47,5 %).
4.3.
Analisis Bivariate
Analisis bivariate bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan antara
penyakit jantung, edema umum, diabetes melitus, pre-eklampsia, kelainan congenital
(pada anak) terhadap terjadinya hidramnion pada ibu hamil primigravida maka
dipakai analisa menggunakan uji chi-square yang ditunjukkan dengan analisa cross
tab dan di dapat hasil sebagai berikut :
Tabel 4.3.1. Distribusi Frekuensi Hubungan Hidramnion dengan Terjadinya
Penyakit Jantung pada ibu hamil Di Rumah Sakit Umum
Daerah.Dr.Pirngadi Medan
Hidramnion
No Penyakit Jantung
Mengalami
Tidak mengalami Total
1.
2.
Penyakit Jantung
Tidak penyakit Jantung
Jumlah
n
19
2
%
14,7
6,3
21 52,5
n
9
10
19
%
13,3
5,7
N
28
12
%
70,0
30,0
47,5
40
100,0
Dari tabel diatas terlihat bahwa dari 28 responden ibu hamil yang mengalami
hidramnion berdasarkan penyakit jantung mayoritas ibu yang mengalami penyakit
jantung 19 orang (14,7%) dan minoritas ibu yang tidak mengalami penyakit jantung 2
orang (6,3 %) sedangkan yang tidak mengalami mayoritas ibu yang tidak mengalami
penyakit jantung 10 orang (5,7%) dan minoritas ibu yang mengalami penyakit
jantung 9 orang (13,3%). Hasil uji statistic chi-squere dengan menunjukkan bahwa
37
probabilitas 0,003 <α 0,005 Ho ditolak artinya ada pengaruh antara penyakit jantung
terhadap ibu hamil mengalami hidramnion.
Tabel 4.3.2. Distribusi Frekuensi Hubungan Edema Umum dengan terjadinya
hidramnion pada ibu hamil di Rumah Sakit Umum Daerah
Dr.Pirngadi Medan
Hidramnion
No Edema umum
Total
Mengalami Tidak mengalami
n
%
n
%
N
%
1.
ada
7
11,6
15
10,5
22
55,0
2.
Tidak ada
14
9,5
4
8,6
18
45,0
Jumlah
21
21,0
19
19,0
40
100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 22 responden ibu yang mengalami
hidramnion berdasarkan edema mayoritas ibu yang mengalami edema 7 orang
(11,6%) dan minoritas ibu yang tidak mengalami edema 14 orang (9,5 %) sedangkan
yang tidak mengalami mayoritas ibu yang tidak mengalami edema 4 orang (8,6%)
dan minoritas ibu yang mengalami edema 15 orang (10,5%). Hasil uji statistic chisquare dengan menunjukkan bahwa probabilitas 0,010 <α 0,005 Ho ditolak artinya
ada pengaruh antara edema umum terhadap ibu hamil mengalami hidramnion.
Tabel 4.3.3. Distribusi Frekuensi Hubungan Diabetes melitus dengan terjadinya
hidramnion pada ibu hamil di Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi
Medan
Hidramnion
No Diabetes melitus Berhubungan Tidak berhubungan
Total
n
%
n
%
N
%
1. Diabetes melitus
18
13,7
8
12,4
26
65,0
2. Tidak diabetes melitus 3
7,4
14
35,0
11
6,7
Jumlah
21
21,1
19
19,1
40
100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 26 responden ibu yang ber
hidramnion berdasarkan diabetes melitus mayoritas ibu yang mengalami diabetes
38
melitus 18 orang (13,7%) dan minoritas ibu yang tidak mengalami diabetes melitus 3
orang (7,4%) sedangkan yang tidak mengalami mayoritas ibu yang tidak mengalami
diabetes melitus 11 orang (6,7%) dan minoritas ibu yang mengalami diabetes melitus
8 orang (12,4%). Hasil uji statistic chi-squere dengan menunjukkan bahwa
probabilitas 0,011 <α 0,005 Ho ditolak artinya ada pengaruh antara diabetes melitus
terhadap ibu hamil mengalami hidramnion.
Tabel 4.3.4. Distribusi Frekuensi Hubungan Pre-eklampsi dengan terjadinya
hidramnion pada ibu hamil di Rumah Sakit Umum Daerah
Dr.Pirngadi Medan
Hidramnion
No Pre-eklampsi
Total
Mengalami
Tidak mengalami
n
%
n
%
N
%
1 pre-eklampsi
20 15,2
9
13,8
29
72,5
2 tidak pre-eklampsi
1
5,8
10
5,2
11
27,5
Jumlah
21
21.0
19
19,0
40
100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 29 responden ibu yang mengalami
hidramnion berdasarkan pre-eklampsi mayoritas ibu yang mengalami pre-eklamsi 20
orang (15,2%) dan minoritas ibu yang tidak mengalami diabetes melitus 9 orang
(13,8%) sedangkan yang tidak mengalami mayoritas ibu yang tidak mengalami preeklampsi 1 orang (5,8%) dan minoritas ibu yang mengalami pre eklampsi 10 orang
(5,2%) . Hasil uji statistic chi-squere dengan menunjukkan bahwa probabilitas 0,002
<α 0,005 Ho ditolak artinya ada pengaruh antara pre-eklampsia terhadap ibu hamil
mengalami hidramnion.
39
Tabel 4.3.5. Distribusi Frekuensi Hubungan Kelainan kongenital dengan
terjadinya hidramnion pada ibu hamil di Rumah Sakit Umum
Daerah Dr.Pirngadi Medan
Hidramnion
No Kelainan kongenital Mengalami Tidak mengalami
Total
n
%
n
%
N
%
1. Ada
5
11,0
16
10,0
21
52,5
2. Tidak ada
16
10,0
3
9,0
19
47, 5
Jumlah
21
21,0
19
19,0
40
100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 21 anak yang mengalami
hidramnion berdasarkan kelainan kongenital mayoritas anak yang mengalami
kelainan kongenital 5 orang (11,0%) dan minoritas anak yang tidak mengalami
kelainan kongenital 16 orang (10,0%) sedangkan yang tidak mengalami mayoritas
anak yang tidak mengalami kelainan kongenital 3 orang (9,0%) dan minoritas anak
yang mengalami kelainan kongenital 16 orang (10,0%) . Hasil uji statistic chi-squere
dengan menunjukkan bahwa probabilitas 0,000 <α 0,005 Ho ditolak artinya ada
pengaruh antara penyakit jantung terhadap ibu hamil mengalami hidramnion.
40
BAB V
PEMBAHASAN
5.1.
Hasil Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh penulis mencakup tentang faktor –faktor
yang mempengaruhi ibu hamil primigravida mengalami hidramnion di Rumah Sakit
Dr.Pirngadi Medan periode 2013. Analisa statistic untuk menguji apakah ada faktor
antara penyakit jantung, edema umum, diabetes melitus, pre–eklampsi, kelainan
kongenital dengan terjadinya hidramnion dengan uji chi-square yang ditunjukan
dengan analisa crosstab, Maka hasil penelitian yang didapatkan oleh penulis sebagai
berikut :
5.1.1. Faktor Yang Berhubungan Dengan Ibu Hamil Primigravida Mengalami
Hidramnion Pada Penyakit Jantung
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil yang mengalami hidramnion
berdasarkan penyakit jantung (14,7%). Hasil analisa statistik menggunakan uji chisquare di peroleh probabilitas 0,003 <α 0,005 Ho ditolak artinya terdapat hubungan
antara penyakit jantung terhadap ibu hamil mengalami hidramnion.
Menurut (Mustika,2012) Penyakit jantung berhubungan dengan sirkulasi
darah, jika sirkulasi ibu terganggu maka sirkulasi janin juga akan terganggu.
Hipotesis mengatakan bahwa janin mengambil sebagian besar sirkulasi ibu sehingga
meningkatkan pengeluaran urin pada masa neonates dini yang menginsyaratkan
bahwa hidramnion terjadi karena peningkatan produksi urin.
40
41
Munurut (Yuliati,2010) bahwa penyakit jantung memang banyak menyerang
siapa saja dengan usia tidak tentu, Ironisnya ibu yang sedang mendapatkan kehamilan
dapat terkena penyakit jantung. Penyakit jantung disebabkan oleh kelainan jantung
congenital dan penyakit otot jantung, penyakit jantung pada wanita hamil masih
merupakan sebab kematian baru di ketahui seperti sesak napas, syanosis, kelainan
nadi, oedema, jantung yang berdebar-debar. Peningkatan volume plasma yang
dimulai kira-kira pada akhir trimester pertama dan mencapai puncaknya pada minggu
ke 32-34 minggu yang selanjutnya menetap pada trimester terakhir kehamilan dimana
volume plasma bertambah sebesar 22 %, peningkatan pada volume sel darah merah
dapat mengakibatkan anemia, disulosional.
Menurut (Widjanarko,2007) bila seorang ibu yang hamil dengan penyakit
jantung terutama bila penyakit masuk kategori kelas 3 dan 4. Saat istirahat saja sudah
sesak, apalagi dengan beban jantung bertambah akibat ibu hamil. Jadi sangat
berbahaya, terutama bagi ibu yang hamil. Serangan biasanya terjadi saat usia
kehamilan 7 bulan, karena adanya peningkatan volume plasma darah ibu hamil,
sehingga beban kerja jantungdipaksa kerja berlebih padahal jantung sudah sakit.
Risiko serangan lain saat persalinan akibat beban energy mengedan ibu yang
membuat kerja jantung meningkat dan segera pasca salin. Ini, karena adanya
peningkatan volume darah balik ke ibu yang selama ini beredar dalam sirkulasi
plasenta.
Menurut asumsi peneliti diketahui bahwa penyakit jantung berhubungan
dengan terjadinya hidramnion pada ibu hamil primigravida karena dapat
42
membahanyakan bagi ibu dan juga bayi yang ada dikandungan ibu, ibu yang
mengalami penyakit jantung pada kehamilannya dapat mengakibatkan kelainan pada
janin. Kehamilan dapat memperbesar penyakit jantung bahkan dapat menyebabkan
payah jantung (dekompensasi kordis). Pengaruh penyakit jantung terhadap kehamilan
adalah dapat terjadi abortus, prematuritas (lahir tidak cukup bulan), dismaturitas
(lahir cukup bulan namun dengan berat badan lahir rendah), lahir dengan Apgar
rendah atau lahir mati, serta kematian janin dalam rahim (KJDR).
5.1.2. Faktor Yang Berhubungan Dengan Ibu Hamil Primigravida Mengalami
Hidramnion Pada Edema Umum
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil yang mengalami hidramnion
berdasarkan edema ibu yang mengalami edema 7 orang (11,6%). Hasil uji statistic
chi-squere dengan menunjukkan bahwa probabilitas 0,010 <α 0,005 Ho ditolak
artinya terdapat hubungan antara edema terhadap ibu hamil mengalami hidramnion.
Menurut (Wiknjosastro, 2010) edema yang timbul selama kehamilan atau
sampai 48 jam postpartum, Umumnya terjadi pada trimester III kehamilan. Penyakit
yang ditandai dengan edema adanya preeklamsi, proteinuria. Sedangkan edema
adalah penimbunan cairan secara umum dan berlebihan dalam jaringan tubuh dan
dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta pembekakan kaki, jari tangan dan
muka
Menurut asumsi peneliti bahwa edema umum pada ibu hamil primigravida
mengalami hidramnion sangat berhubungan dengan kehamilan ibu karena terdapat
penumpukan cairan yang diakibatkan karena ibu terlalu banyak mengkonsumsi
43
makanan yang mengandung yodium atau ibu tidak melakukan aktivitas seperti
berolah raga atau senam ibu hamil, oleh karena itu diperlukan adanya pemeriksaan
lebih lanjut pada ibu yang memiliki edema umum.
5.1.3. Faktor Yang Berhubungan Dengan Ibu Hamil Primigravida Mengalami
Hidramnion Pada Diabetes Melitus
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil berdasarkan diabetes melitus
18 orang (13,7%). Hasil uji statistic chi-squere dengan menunjukkan bahwa
probabilitas 0,011 <α 0,005 Ho ditolak artinya terdapat hubungan antara penyakit
jantung terhadap ibu hamil mengalami hidramnion.
Menurut (Prawirohardjo,2005) diabetes melitus adalah penyakit kelainan
metabolisme dimana tuguh perita tidak bisa secara otomatis mengendalikan tingkat
gula (glukosa) dalam darahnya. Penderita diabetes melitus tidak bisa memproduksi
insulin dalam jumlah yang cukup sehingga terjadi kelebihan gula dalam tubuh.
Kekurangan insulin disebabkan adanya kerusakan sebagian kecil atau sebagian
besar sel-sel beta palau langerhans dalam kelenjar
pancreas yang bekerja
menghasilkan insulin. Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolism endokrin
dan karbon hidrat untuk makanan janin dan persiapan menyusui bila tidak mampu
meningkatkan produksi insulin (hypoinsulin) yang mengakibatkan hyperglikemia
atau DM kehamilan (DM yang timbul hanya dalam masa kehamilan). Diabetes
melitus daoat mempengaruhi pada kehamilan seperti
hyperemesis gravidarum,
pemakaian glikogen bertambah, pertumbuhan janin, pancreas dan adrenalin jann in
ottero
sudah berfungsi, Meningkatnya metabolism basal, sebagian insulin ibu
44
dimusnahkan oleh enzin unisulin dalam plasenta, Insulin dalam kehamilan dikurangi
oleh plasenta laktogen dan mungkin juga oleh esterogen dan progesterone.
Menurut
(Yuliati,2010)
Diabetes
Melitus
adalah
metabolism dimana tuguh penderita tidak bisa secara
penyakit
kelainan
otomatis mengendalikan
tingkat gula (glukosa) dalam darahnya. Penderita diabetes
melitus tidak bisa
memperoduksi insulin dalam jumlah yang cukup sehingga terjadi kelebihan gula
dalam tubuh.
Menurut asumsi peneliti bahwa ibu yang mengalami diabetes melitus dapat
berhubungan pada ibu hamil mengalami hidramnion dan dapat mengakibatkan
kelainan pada ibu atau pada bayinya karena dapat memperlambat pertumbuhan janin,
hyperemesis gravidarum, pemakaian glikogen bertambah, sebagian insulin ibu
dimusnahkan oleh enzim uninsulin dalam plasenta, Insulin dalam kehamilan
dikurangi oleh plasenta laktogen dan mungkin juga oleh esterogen dan progesterone.
5.1.4. Faktor Yang Berhubungan Dengan Ibu Hamil Primigravida Mengalami
Hidramnion Pada Pre-eklampsia
Hasil penelitian menunjukkan ibu hamil yang mengalami hidramnion
berdasarkan pre-eklampsia 20 orang (15,2%). Hasil analisa uji statistik chi-square di
peroleh probabilitas 0,002 <α 0,005 Ho ditolak artinya terdapat hubungan antara
penyakit jantung terhadap ibu hamil mengalami hidramnion.
Menurut (Prawirohardjo,2005) pre –eklampsi adalah penyakit dengan tandatanda hipertensi, protenuria dan edema yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini
umumnya terjadi dalam trimester ke 3 pada kehamilan. Tetapi dapat terjadi
45
sebelumnya, gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang
terdiri dari trias yaitu hipertensi, proteinuria dan edema yang kadang-kadang disertai
konvulsi sampai koma. Ibu tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan vascular
atau hipertensi sebelumnya.
Menurut
(Wiknjosastro,2010)
Pre-eklampsi
dan eklampsi
merupakan
komplikasi kehamilan yang berkerlanjutan dengan penyebab yang sama. Pemeriksaan
antenatal yang teratur dan teliti dapat menemukan tand–tanda dini pre-eklampsi
khususnya Pre Eklampsi Ringan. Walaupun timbulnya pre-eklampsi tidak dapat di
cegah sepenuhnya namun frekuensi dapat dikurangi dengan pemberian informasi
secukupnya dan pelaksanaan pengawasan yang baik pada wanita hamil. Pre
Eklampsia merupakan komplikasi yang timbul pada ibu hamil, bersalin, dan dalam
masa nifas yang terdiri dari : hipertensi, protein urine dan oedema.
Menurut (Manuaba,2008) Pada Pre-eklampsia ringan belum dijumpai gejala
subjektifnya. Pada Pre Eklampsi berat didapatkan sakit kepala di dahi, penglihatan
kabur, nyeri di daerah epigastrum, mual dan muntah, gangguan pernafasan sampai
sianosis dan terjadi gangguan kesadaran.
Menurut asumsi peneliti bahwa pre-eklamsi dapat terjadi pada ibu hamil
karena gangguan aliran darah ke plasenta, namun teori ini belum dapat menerangkan
semua yang berhubungan dengan sebab tersebut, bertambahnya Frekuensi kehamilan
primigravida menjadi menurun pada kehamilan selanjutnya.
46
5.1.5. Faktor Yang Berhubungan Dengan Ibu Hamil Primigravida Mengalami
Hidramnion Pada Kelainan Kongenital
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang mengalami hidramnion
berdasarkan kelainan kongenital mayoritas anak yang mengalami kelainan kongenital
5 orang (11,0%). Hasil analisa uji statistic chi-square diperoleh probabilitas 0,000 <α
0,005 berarti Ho ditolak artinya
terdapat hubungan antara kelainan congenital
terhadap ibu hamil mengalami hidramnion di rumah sakit daerah dr.pirngadi medan.
Mengacu pada uji tersebut menunjukkan bahwa hidramnion dapat menjadi penyebab
kelainan congenital pada anak.
Menurut (Wiryawan,2009) Anencephalus dan spina bifida diduga bahwa
hidramnion terjadi karena transudasi cairan dari selaput otak dan selaput sum-sum
tulang belakang. Selain itu, anak anencephal tidak menelan dan pertukaran air
terganggu karena pusatnya kurang sempurna hingga anak ini kencing berlebihan.
Pada atresia oesophagei hidramnion terjadi karena anak tidak menelan. Pada gemelli
mungkin disebabkan karena salah satu janin pada kehamilan satu telur jantungnya
lebih kuat dan oleh karena itu juga menghasilkan banyak air kencing. Mungkin juga
karena luasnya amnion lebih besar pada kehamilan kembar. Pada hidramnion sering
ditemukan placenta besar.
Menurut (Wibowo,2006) kelainan kongenital adalah kelainan sejak lahir,
Kelahiran
bayi
dengan
kelainan
kongenital
dapat
menimbulkan
berbagai
permasalahan dalam keluarga terutama orangtua. Masalah yang sering terjadi berupa
perasaan tertekan ataupun stress.
47
Menurut asumsi peneliti bahwa benar adanya kelainan congenital dapat
berhubungan dengan ibu hamil karena dapat berdampak pada kelahiran yang akan
mengalami kelainan pada anak seperti anensefalus, spina bifida, hidrosepalus, ibu
yang memiliki kelainan congenital disebabkan karena adanya ketidak pedulian dan
ketidakmauan ibu dalam menjaga dan memeriksakan kehamilannya, oleh karena itu
kelainan congenital dapat diatasi apabila ibu dapat memperhatikan keadaannya pada
saat hamil.
48
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya
hidramnion
pada ibu hamil di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan
Periode 2013 bahwa :
1. Terdapat hubungan antara penyakit jantung dengan terjadinya hidramnion pada
ibu hamil primigravida di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan.
2. Terdapat hubungan antara edema umum dengan terjadinya hidramnion pada ibu
hamil primigravida di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan.
3. Terdapat hubungan antara diabetes melitus dengan terjadinya hidramnion pada
ibu hamil primigravida di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan.
4. Terdapat hubungan antara pre-eklampsi dengan terjadinya hidramnion pada ibu
hamil primigravida di Rumah Sakit Daerah Dr. Pirngadi Medan.
5. Terdapat hubungan antara kelainan kongenital dengan terjadinya hidramnion
pada ibu hamil primigravida di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan.
48
49
6.2. Saran
1. Diharapkan kepada ibu hamil agar dapat memeriksakan kehamilannya sesuai
dengan standar pelayanan kesehatan sehingga dapat lebih mengantisipasi secara
dini jika tedapat tanda-tanda hidramnion pada kehamilan .
2. Diharapkan kepada petugas kesehatan agar lebih menjelaskan dampak daripada
gejala atau tanda ibu hamil yang mengalami hidramnion untuk memberikan
informasi bahwa hidramnion itu bisa terjadi dan dapat membahayakan pada ibu
yang mengalami pre-eklamsi, diabetes melitus, dan penyakit jantung oleh karena
itu pihak kesehatan harus segera cepat dan tanggap dalam memberikan
pelayanan.
3. Diharapkan
kepada
Akademi
Kebidanan
Audi
Husada
Medan
untuk
menambahkan referensi dan sumber informasi terutama tentang kehamilan,
persalinan yang mempengaruhi terhadap terjadinya hidramnion.
Download