BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan di

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehamilan di usia tua adalah kehamilan yang terjadi pada wanita yang berusia
lebih atau sama dengan 35 tahun. Kelompok usia ini sudah tidak masuk dalam usia
aman untuk kehamilan, yakni antara usia 20-34 tahun, dimana pada rentan usia tersebut,
kondisi fisik dan psikis ibu dalam kondisi prima dan dinilai paling cocok untuk
menerima kehamilan. Oleh sebab itu, diyakini bahwa pada kehamilan di usia tua terjadi
peningkatan berbagai faktor risiko yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas
pada ibu maupun janin. Hal ini didukung oleh studi yang dilakukan di Inggris yang
mengatakan bahwa ibu yang yang hamil di usia >35 tahun meningkatkan berbagai
komplikasi persalinan dan risiko berat bayi lahir rendah serta prematuritas.
Seiring perkembangan jaman, jumlah wanita yang memilih untuk menunda
kehamilan cenderung meningkat. Hal ini ditunjang dengan semakin berkembangnya
teknik pengobatan reproduksi, yang dapat memperpanjang masa kesuburan ibu, serta
adanya donasi oosit yang memungkinkan bahkan wanita post menopause untuk
hamil.2Namun kehamilan merupakan kondisi yang berisiko, sementara kondisi
kesehatan ibu akan semakin menurun seiring bertambahnya usia. Hal ini tentu saja
berdampak pada kondisi kesehatan baik ibu maupun kesejahteraan janin.2 Dampak
tersebut tidak hanya secara interpersonal namun juga berpengaruh terhadap gambaran
kesehatan ibu secara umum. Setiap kehamilan mengandung risiko, dimana risiko
tersebut akan berdampak pada kesehatan ibu maupun janin. Berbagai risiko yang
muncul selama kehamilan melibatkan berbagai macam faktor, seperti usia ibu, riwayat
obstetri, kondisi medis ibu saat ini, riwayat penyakit keluarga, dan masih banyak lagi.
Usia ibu memegang peranan penting dalam terjadinya komplikasi selama kehamilan.
Banyak penyulit kehamilan seperti pre-eklampsi dan ekalmpsia, perdarahan antepartum,
dan diabetes mellitus, meningkat insidensinya pada rentan usia tertentu.3 Oleh karena
itu, telah disepakati bahwa usia ideal untuk hamil dan melahirkan ialah antara usia 2030 tahun. Dimana pada usia tersebut, diharapkan, kondisi ibu yang prima dapat
mekenan komplikasi yang mungkin muncul dari terjadinya kehamilan. Hal tersebut
dipertegas oleh beberapa survey yang menyebutkan bahwa kematian maternal 2-5 kali
lebih tinggi pada wanita hamil dan melahirkan pada usia <20 tahun jika dibandingkan
dengan usia20-30 tahun. Angka ini kembali meningkat pada usia >35 tahun.4
Angka kematian ibu (AKI) adalah salah satu indikator dalam melihat
kesejahteraan wanita, namun dalam kenyataannya, angka ini masih terus berada jauh
diatas target yang diinginkan. Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)
2007, AKI di Indonesia tercatat sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup, dimana angka
ini masih tertinggi di Asia.3 Sementara di Jawa Tengah, berdasarkan Profil kesehatan
EVIDENCE BASED CARE RESIKO KEHAMILAN DI USIA TUA 1
Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 menunjukkan peningkatan Angka Kematian Ibu
(AKI) sebesar 116,34/100.000 kelahiran hidup dibanding dengan AKI 2011 sebesar
116,01/100.000 kelahiran hidup.5 Hal tersebut tentu saja masih cukup tinggi dibanding
target AKI berdasarkan Millenium Development Goal (MDGs) tahun 2015, yakni
sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup.3 Untuk itu, demi tercapainya target MDGs
tahun 2015, dan demi mensukseskan program EMAS (Expanding Maternal and
Newborn Survival) dengan target penurunan angka kematian ibu dan neonatal sebesar
25%,6perlu dikaji lebih dalam mengenai faktor-faktor yang berisiko meningkatkan AKI
di Indonesia, sehingga angka ini dapat ditekan secara signifikan demi tercapainya target
yang diinginkan. Berdasarkan hal tersebut, penulis bermaksud mengkaji lebih lanjut
mengenai faktor-faktor yang berperan terhadap luaran maternal dan perinatal khususnya
pada ibu hamil berusia tua di RS Adhyatma, Semarang. Terpilihnya RS Adhyatma
dikarenakan penelitian semacam ini belum pernah dilaksanakan disana, dan RS
Adhyatma merupakan rumah sakit rujukan provinsi di Jawa Tengah, sehingga
diharapkan dapat diketahui suatu karakteristik ibu hamil usia tua di Jawa Tengah.
Melalui penelitian ini, penulis berharap dapat diketahui faktor-faktor apa saja yang
berpengaruh pada ibu hamil usia tua, sehingga kejadian morbiditas dan mortalitas
terkait kehamilan di usia tua dapat diturunkan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja dampak kelahiran di usia tua pada ibu?
2. Apa saja dampak kelahiran di usia tua pada bayi ?
3. Bagaimana cara pencegahannya?
4. Apa masalah-masalah utamanya ?
1.3
Tujuan
1. Mengetahui dampak kelahiran di usia tua pada ibu hamil dan bayinya.
2. Mengetahui cara pencegahannya
3. Mengetahui masalah-masalah utama pada kehamilan di usia tua.
BAB II
EVIDENCE BASED CARE RESIKO KEHAMILAN DI USIA TUA 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Resiko Hamil di Usia Lanjut
Risiko kehamilan yang mungkin terjadi saat terjadi kehamilan usia ibu mencapai
40 tahun atau lebih. Terdapat risiko pada ibu dan risiko pada bayi. Sel telur itu kan
sudah ada di dalam organ reproduksi sejak wanita dilahirkan. Namun, setiap bulan sel
telur itu dilepaskan satu per satu karena sudah matang. Berarti, sel telur yang tersimpan
selama hampir 40 tahun ini usianya juga sudah cukup tua. Karena, selama itu sel telur
mungkin terkena paparan radiasi.
Di usia ini, wanita akan lebih sulit mendapatkan keturunan karena tingkat
kesuburan yang sudah menurun. Sebuah riset yang dilakukan di Amerika Serikat
menunjukkan, sekitar 50 persen wanita usia 40-an mengalami kesulitan dalam
memperoleh keturunan. Banyak di antara kita beranggapan bahwa masa subur dan siap
hamil itu ideal di usia 30-an, dan mulai menurun jika usia sudah masuk kepala 4. Kabar
baiknya, sejumlah peneliti di Amerika mengungkapkan bahwa kemungkinan untuk
hamil dan punya bayi di atas usia 40 tahun, masih sangat mungkin. Fertilitas atau masa
subur menurun setelah usia 35 tahun. Di usia 40 tahun, kehamilan tanpa bantuan
teknologi hanya berkisar 10 persen, setelah 45 turun di angka 1 persen. Namun
perkembangan teknologi makin pesat dan membuat kemungkinannya jadi lebih
meningkat. Angka kelahiran di New York berkisar antara 28 persen setelah usia 40, 18
persen di usia 42, dan menurut Dr Grifo kurang dari dua persen ketika berusia di atas 44
tahun.
2.2 Dampak Kelahiran
1) Dampak Pada Bayi.
Kehamilan di atas usia 40 itu berisiko melahirkan bayi yang cacat.
Kecacatan yang paling umum adalah down syndrome (kelemahan motorik, IQ
rendah) atau bisa juga cacat fisik.
Adanya kelainan kromosom dipercaya sebagai risiko kehamilan di usia
40 tahun. Pertambahan usia dapat menyebabkan terjadinya kelainan terutama
pada pembelahan kromosom. Pembelahan kromosom abnormal menyebabkan
adanya peristiwa gagal berpisah yang menimbulkan kelainan pada individu yang
dilahirkan. Terjadinya kelahiran anak dengan sindroma down, kembar siam,
autism sering disangkut pautkan dengan masalah kelainan kromosom yang
diakibatkan oleh usia ibu yang sudah terlalu tua untuk hamil. Akan tetapi hal
inipun masih berada di dalam penelitian lanjut mengenai kebenarannya. Seiring
bertambah usia maka resiko kelahiran bayi dengan down syndrome cukup tinggi
yakni 1:50. Hal ini berbeda pada kehamilan di usia 20-30 tahun dengan rasio
1:1500.
EVIDENCE BASED CARE RESIKO KEHAMILAN DI USIA TUA 3
Selain itu, bayi yang lahir dari kelompok tertua lebih cenderung untuk
memiliki cacat lahir dan harus dirawat di unit perawatan intensif neonatal.
Kebanyakan akan mengalami penurunan stamina. Karena itu disarankan untuk
melakukan persalinan secara operasi caesar. Hal ini dilakukan bukan tanpa
alasan namun mengingat untuk melahirkan normal membutuhkan tenaga yang
kuat. Pada ibu hamil dengan usia 40 tahun ke atas kebanyakan tidak kuat untuk
mengejan karena nafas yang pendek. Akibatnya bayi bisa mengalami stres
karena saat proses persalinan pembukaan mulut rahim akan terasa sulit.
Kebanyakan kasus kehamilan di usia 40 tahun ke atas akan mengalami kesulitan
saat melahirkan secara normal. Apalagi untuk ibu hamil yang hipertensi, maka
sangat dianjurkan untuk melakukan persalinan dengan operasi caesar. Untuk
menyelamatkan ibu dan juga bayi.
2) Dampak pada ibu.
Memasuki usia 35, wanita sudah harus berhati-hati ketika hamil karena
kesehatan reproduksi wanita pada usia ini menurun. Kondisi ini akan makin
menurun ketika memasuki usia 40 tahun. Risiko makin bertambah karena pada
usia 40 tahun, penyakit-penyakit degeneratif (seperti tekanan darah tinggi,
diabetes) mulai muncul. Selain bisa menyebabkan kematian pada ibu, bayi yang
dilahirkan juga bisa cacat.
Kehamilan di usia ini sangat rentan terhadap kemungkinan komplikasi
seperti, placenta previa, pre-eklampsia, dan diabetes. Risiko keguguran juga
akan meningkat hingga 50 persen saat wanita menginjak usia 42 tahun. Terjadi
perdarahan dan penyulit kelahiran. Elastisitas jaringan akan berkurang seiring
dengan bertambahnya usia. Di usia semakin lanjut, maka sering terjadi penipisan
dinding pembuluh darah meskipun kasus tidak terlalu banyak dijumpai, namun
masalah pada kualitas dinding pembuluh darah khususnya yang terdapat di
dinding rahim, dengan adanya pembesaran ruang rahim akibat adanya
pertumbuhan janin dapat menyebabkan perdarahan.
Hamil di usia 40 merupakan kehamilan dengan resiko komplikasi yang
tinggi. Menurut penelitian yang dilakukan Royal College of Obstetricians and
Gynaecologists, perempuan yang hamil di akhir usia 30-an dan 40-an lebih
beresiko mengalami hipertensi saat kehamilan (preeclampsia), kehamilan di luar
rahim (kehamilan etopik), mengalami keguguran. Kualitas sel telur yang lemah
menyebabkan penempelan janin pada dinding rahim lemah sehingga sering
menimbulkan perdarahan.
Terjadi pre eklampsia. Pre eklampsia atau perdarahan yang disebabkan
oleh adanya tekanan darah yang tinggi melebihi batas normal sering menjadi
penyebab kematian ibu yang melahirkan. Pre eklampsia banyak dikaitkan
dengan usia ibu yang terlalu tua untuk hamil. Kesulitan melahirkan. Proses
melahirkan butuh energi yang ekstra. Tanpa adanya tenaga yang kuat, maka ibu
EVIDENCE BASED CARE RESIKO KEHAMILAN DI USIA TUA 4
dapat sulit mengejan sehingga justru berbahaya bagi bayi yang dilahirkan.
Semakin tua usia ibu dikhawatirkan tenaga sudah relatif menurun, meskipun
tidak dapat disamaratakan antara individu satu dengan lainnya.
Di saat melahirkan, pembukaan mulut rahim mungkin akan terasa sulit
sehingga bayi bisa mengalami stres. Oleh karena itu, proses melahirkan pada ibu
yang berusia 40 tahun pada umumnya dilakukan secara Caesar. Penelitian
terhadap 36.916 ibu yang baru kali pertama melahirkan di salah satu rumah
sakit Irlandia antara tahun 2000 dan 2011. Para peneliti kemudian
membandingkan proses melahirkan antara ibu yang masih muda dan yang lebih
tua. Dalam studi ini sekitar 3 persen kelompok termuda atau calon ibu yang
menjadi responden masih berusia 17 tahun dan lebih muda; kelompok menengah
sebanyak 78 persen merupakan ibu berusia di antara 20 dan 34 tahun; dan
kelompok tertua berusia 40 tahun atau di atasnya. Hasilnya, secara keseluruhan
sekitar 6 persen dari kelompok menengah melahirkan sebelum usia
kehamilannya mencapai 37 minggu. Sementara kelahiran prematur pada
kelompok termuda terjadi sebanyak 10 persen. Pasalnya, kehamilan dianggap
normal jika berlangsung selama 37-42 minggu. Untuk operasi caesar, para
peneliti menemukan bahwa kelompok termuda paling sedikit melakukan operasi
caesar, yaitu hanya 11 persen. Sementara sekitar 54 persen operasi caesar
dilakukan oleh kelompok tertua. Dan 24 persennya dilakukan oleh kelompok
menengah.
2.3 Pencegahan
1. Rajin menjaga kebugaran tubuh, Anda tak perlu terlalu khawatir. Karena, Anda
tetap bisa melahirkan secara normal. Anda dan bayi pun akan sehat-sehat saja.
2. Berkonsultasi kepada dokter mengenai asupan gizi yang perlu bagi kesehatan
kehamilan. Jangan lupakan menerapkan pola hidup sehat dengan mengonsumi
makanan sehat bernutrisi yang dibutuhkan untuk ibu hamil dan janin dalam
perut.
3. Karena adanya sejumlah risiko komplikasi ini, Anda yang berusia 35 tahun ke
atas cukup besar kemungkinannya untuk melahirkan secara Caesar.
4. Sejumlah risiko di atas tetap dapat diminimalkan dengan berkonsultasi secara
intensif dengan dokter kandungan.
5. Ibu hamil dengan usia beresiko lebih sering melakukan pemeriksaan dan
konsultasi. Segeralah melakuan screening atau tes untuk mencegah atau
mengurangi resiko yang membahayakan ibu dan anak. Pemeriksaan yang bisa
dilakukan seperti, USG, Triple Test dengan mengambil sample darah, Nuchal
Translucency yang mengukur ketebalan belakang leher janin, dan Amniocentesis
yaitu pengambilan cairan ketuban dari dalam rahim, yang selanjutnya dikirim ke
laboratorium genetik untuk dilihat adakah kelebihan atau kelainan kromosom.
EVIDENCE BASED CARE RESIKO KEHAMILAN DI USIA TUA 5
6. Disarankan untuk mengonsumi minuman suplemen asam folat dan rajin
mengunjungi dokter spesialis kandungan.
7. Melakukan olahraga low impact juga bisa dilakukan untuk melatih stamina
selama menjalani kehamilan.
8. Di pertengahan usia 30 tahunan bahkan lebih dari usia 40 tahun. Kehamilan
pada usia advanced, memerlukan penanganan ekstra baik untuk persiapan ibu
maupun bayinya.
Kehamilan ideal di usia 25 tahun hingga sebelum berusia 35 tahun. Menurut
dokter spesialis kandungan Didi Danukusumo, penyulit yang mungkin terjadi pada
kehamilan setelah usia 35 tahun selain menurunnya kesuburan, juga ancaman pada
ibunya dan hasil kehamilan (bayi). Pada ibunya, risiko hipertensi pada kehamilan,
diabetes karena hamil, persalinan dengan tindakan seksio sesarea (caesar), sampai
kematian. Sementara terhadap hasil kehamilan terjadi peningkatan risiko keguguran,
kelainan janin akibat kelainan kromosom, dan kematian hasil konsepsi\lahir mati. Untuk
mengurangi risiko tersebut diperlukan skrining. Terutama di trismester pertama (11-14
minggu).
Dengan pemeriksaan darah dan USG. Untuk pemeriksaan lebih lanjut, bisa
diambil cairan ketuban jika ditemukan diagnosis kelainan kromosom dan biopsi
plasenta. Menurut dokter spesialis kebidanan Nurwansyah, jika ditemukan kelainan
kromosom seperti down syndrome, thalessemia, sudah tidak bisa dilakukan terapi.
Banyak wanita yang mempertanyakan mengapa hamil di usia 30-an atau 40-an
dianggap memiliki resiko tinggi. Di atas usia 35 tahun, memang ada beberapa resiko
yang meningkat baik untuk sang ibu (seperti tekanan darah tinggi dan pre-eklampsia)
dan juga untuk sang bayi (seperti resiko Down Syndrome) meningkat tiap tahunnya.
Tapi, tanpa mengabaikan resiko-resiko tersebut, wanita yang berusia di atas 35 tahun
juga bisa kok menjalani kehamilan yang sehat dan melahirkan bayi yang sempurna.
Jika Anda seorang wanita berusia di atas 35 tahun dan sedang hamil, dokter
Anda biasanya memperlakukan Anda dengan ekstra hati-hati. Anda akan diminta untuk
check up kehamilan lebih sering, dan lebih diwajibkan untuk menjalani serangkaian tes,
konseling genetik dan skrining kendala-kendala yang mungkin terjadi pada wanita
hamil usia 30-an. Pilihan proses melahirkan juga biasanya lebih terbatas. Anda
kemungkinan tidak akan disarankan untuk melahirkan di bidan atau rumah bersalin
kecil, karena resiko melahirkan Anda lebih besar sehingga Anda akan diminta untuk
melahirkan di rumah sakit besar atau rumah bersalin besar. Namun, dengan melakukan
perawatan prenatal yang baik, Anda bisa mengurangi komplikasi yang berhubungan
dengan usia persalinan secara signifikan.
Kabar baiknya adalah, kebanyakan wanita yang hamil di usia 40-an ternyata
berhasil menjalani kehamilan yang sehat dan melahirkan bayi yang sehat pula. Dan
wanita hamil pada usia 40-an biasanya lebih berhati-hati terhadap kehamilannya
dibandingkan wanita yang lebih muda. Mereka akan lebih mencari dan menyerap
EVIDENCE BASED CARE RESIKO KEHAMILAN DI USIA TUA 6
informasi dengan baik tentang kondisi-kondisi dan resiko-resiko yang mungkin terjadi
pada kehamilan mereka. Mereka biasanya lebih sering bertanya tentang perkembangan
janin mereka. Mereka juga lebih mementingkan perawatan pre-natal dan biasanya
mempersiapkan diri mereka lebih baik sebelum hamil, jika kehamilan tersebut memang
direncanakan. Karena itu para ilmuwan sekarang mempercayai bahwa resiko ibu hamil
di usia yang lebih tua tidak meningkat secara tajam hanya karena faktor usia saja.
2.4 Masalah-masalah utama
Ada beberapa masalah yang sering ditemukan dokter pada wanita hamil dengan
usia di atas 35 tahun, seperti diabetes gestational (diabetes yang muncul pada saat
kehamilan), tekanan darah tinggi dan juga masalah-masalah pada janin. Wanita hamil
dengan usia yang lebih tua juga akan lebih sering mengalami masalah pada kandung
kemih dibandingkan wanita hamil dengan usia yang lebih muda. Resiko-resiko lainnya
adalah resiko keguguran lebih besar, lebih banyak yang melahirkan melalui operasi
Caesar karena kondisi yang tidak memungkinkan untuk melahirkan secara normal, dan
juga memiliki resiko lebih tinggi melahirkan bayi cacat.
Saat berusia akhir 30-an, wanita cenderung mengalami kondisi-kondisi medis
berkaitan dengan sistem reproduksi, seperti fibroid uterine dan tumor otot. Fibroid
uterine adalah pertumbuhan sel otot atau jaringan lain di dinding uterus, membentuk
tumor. Fibroid uterine dan tumor otot bisa menimbulkan rasa nyeri atau perdarahan
vagina saat kehamilan berkembang. Jika wanita tersebut hamil di atas usia 40 tahun,
tingkat keparahannya bahkan lebih berat lagi. Problem-problem tadi bisa bertambah
dengan adanya hemoroid (wasir), inkontinensi (kesulitan menahan keluarnya urin),
varises, problem-problem pembuluh darah, nyeri otot, nyeri punggung, dan juga proses
melahirkan yang lebih sulit dan lebih panjang.
Selain resiko melahirkan bayi dengan Sindroma Down, resiko keguguran dan
melahirkan dengan operasi Caesar, wanita hamil berusia di atas 35 tahunan juga
memiliki resiko bayi meninggal saat dalam rahim atau saat proses melahirkan.
Walaupun resiko ini ada di setiap usia kehamilan, namun pada wanita dengan usia 35
tahun ke atas, resiko ini lebih besar, yaitu 7 dari 1000 kehamilan.
a) Konseling Genetik
Wanita yang hamil dengan usia di atas 35 tahun biasanya juga akan
diminta untuk melakukan konseling genetik, atau konseling ini bisa juga
dilakukan oleh dokter kandungan. Ada 3 wilayah yang menjadi fokus pada
saat melakukan konseling genetik, yaitu sejarah/riwayat reproduksi pasien,
riwayat kesehatan keluarga, serta consanguinity, yaitu kondisi genetika yang
disebabkan perkawinan antar-saudara.
Riwayat reproduksi meliputi apakah pasien pernah hamil, pernah
mengalami keuguguran, atau pernah mengalami kematian janin di dalam
rahim atau saat proses melahirkan. Selain itu penggunaan metode KB, lama
EVIDENCE BASED CARE RESIKO KEHAMILAN DI USIA TUA 7
waktu penggunaan KB, dan apakah pasien pernah terpapar zat-zat berbahaya
misalnya karena lingkungan pekerjaan juga menjadi informasi yang penting
dalam konseling. Riwayat kesehatan keluarga pasien juga penting untuk
menentukan apakah kehamilan yang sedang dijalani termasuk kehamilan berresiko tinggi atau tidak. Informasi ini mencakup tentang status kesehatan
pasien dan pasangan, para saudara kandung pasien dan pasangan, jika ada
yang sudah meninggal juga akan ditanyakan penyebab dan usia saat
meninggal serta apakah ada yang meninggal sehubungan dengan proses
kelahiran (saat melahirkan atau saat dilahirkan). Riwayat kesehatan keluarga
akan membantu dokter mengidentifikasi abnormalitas yang telah muncul di
keluarga pasien dan membantu memprediksi kemungkinannya untuk muncul
pada pasien.
Jika pasien dan pasangan masih tergolong saudara, hal ini juga penting
untuk diinfokan pada dokter/konselor, karena jika pasangan suami istri adalah
sepupu langsung, mereka memiliki 1/16 gen yang sama. Artinya
kemungkinan terjadi kelainan-kelainan genetika pada anak yang akan
dilahirkan lebih tinggi dibanding jika mereka menikah dengan orang yang
tidak dalam satu kerabat. Beberapa orang Afrika dan etnis Mediterania juga
memiliki kecenderungan untuk menurunkan penyakit Anemia sickle cell pada
turunannya. Yang penting untuk diperhatikan adalah, konselor atau dokter
tidak akan memberikan keputusan pada pasien dan pasangannya berkenaan
dengan hasil konseling. Mereka hanya akan menyediakan informasiinformasi yang dibutuhkan sang pasien tentang kehamilan dan janinnya, dan
keputusan bahwa apakah kehamilan tersebut akan diteruskan atau digugurkan
(jika prediksi terhadap resiko-resiko yang mungkin dialami terlalu tinggi)
diserahkan sepenuhnya pada calon orang tua.
b) Prenatal Testing
Prenatal Testing atau pengujian-pengujian pada saat kehamilan
yang dilakukan pada kehamilan beresiko tinggi tidak dapat mendeteksi
semua abnormalitas yang mungkin terjadi. Namun abnormalitas
kromosom bisa dideteksi pada saat perkembangan janin melalui
serangkaian tes seperti amniocentesis, ultrasound, sampling chorionic
villus dan fetoscopy. Hasil dari serangkaian pengujian ini akan memberi
pilihan bagi pasangan untuk melanjutkan kehamilan atau menggugurkan
janin yang dikandung jika ternyata terdeteksi adanya kelainan. Hasil testes ini juga akan menjadi panduan bagi dokter dan tenaga kesehatan
untuk melakukan tindakan-tindakan yang dirasa perlu pada saat
kehamilan, kelahiran, dan membantu sang orang tua untuk memberi
saran-saran tentang tumbuh-kembang sang buah hati.
EVIDENCE BASED CARE RESIKO KEHAMILAN DI USIA TUA 8
Kehamilan di usia di atas 35 tahun kedengarannya memang
menyeramkan, tapi seperti yang telah disebutkan sebelumnya,
kebanyakan wanita yang hamil di atas usia 35 tahun berhasil
menjalankan kehamilan yang sehat dan melahirkan bayi yang sempurna.
Memang benar bahwa resiko akan bertambah sejalan dengan
meningkatnya usia calon ibu saat hamil, namun dengan persiapan yang
lebih matang, informasi yang lebih lengkap, serta bantuan tenaga
kesehatan yang lebih sigap dan informatif terhadap kondisi kehamilan
beresiko tinggi akan membantu sang calon ibu untuk bisa tetap percaya
diri, sehat, dan semangat saat menjalani kehamilannya.
BAB III
PENELITIAN
1. Menurut penelitian yang dilakukan Royal College of Obstetricians and
Gynaecologists, perempuan yang hamil diakhir usia 30-an dan 40-an lebih beresiko
mengalami hipertensi saat kehamilan (preeclampsia), kehamilan di luar rahim
(kehamilan etopik), mengalami keguguran.
2. Bayi Beresiko Down Syndrome.
Menurut penelitian yang dilakukan Dr. Ivan R Sini, MD FRANZCOG, GDRM,
EVIDENCE BASED CARE RESIKO KEHAMILAN DI USIA TUA 9
ahli kebidanan dari RS Bunda Menteng, Jakarta. Seiring bertambah usia maka
resiko kelahiran bayi dengan down syndrome cukup tinggi yakni 1:50. Hal ini
berbeda pada kehamilan di usia 20-30 tahun dengan rasio 1:1500. Hal ini
disampaikan oleh
Bahkan resiko ini akan lebih meningkat pada kehamilan bukan anak pertama.
Salah satu resiko yang seringkali dialami ibu hamil dengan usia 40an adalah terjadi
pendarahan saat hamil atau setelah melahirkan. Untuk itu dr. Ivan, menyarakan agar
ibu hamil dengan usia beresiko lebih sering melakukan pemeriksaan dan konsultasi.
“Saat tahu hamil, segeralah melakuan screening atau tes untuk mencegah atau
mengurangi resiko yang membahayakan ibu dan anak,”katanya.
Ada berbagai pilihan pemeriksaan yang bisa dilakukan seperti, USG, Triple Test
dengan mengambil sample darah, Nuchal Translucency yang mengukur ketebalan
belakang leher janin, dan Amniocentesis yaitu pengambilan cairan ketuban dari
dalam rahim, yang selanjutnya dikirim ke lab genetik untuk dilihat adakah
kelebihan atau kelainan kromosom.
3.
Lebih Cepat Lelah
Ibu hamil pada usia 40 ke atas kebanyakan akan mengalami penurunan stamina.
Karena itu disarankan untuk melakukan persalinan secara operasi caesar. Hal ini
dilakukan bukan tanpa alasan namun mengingat untuk melahirkan normal
membutuhkan tenaga yang kuat. Sedangkan pada ibu hamil dengan usia 40 tahun
ke atas kebanyakan tidak kuat untuk mengejan karena nafas yang pendek.
Akibatnya bayi bisa mengalami stres karena saat proses persalinan pembukaan
mulut rahim akan terasa sulit. “Kebanyakan kasus kehamilan di usia 40 tahun ke
atas akan mengalami kesulitan saat melahirkan secara normal. Apalagi untuk ibu
hamil yang hipertensi, maka sangat dianjurkan untuk melakukan persalinan dengan
operasi caesar. Untuk menyelamatkan ibu dan juga bayi,” kata dr. Ivan MD
FRANZCOG, GDRM.
Untuk itu ibu yang hamil di usia 40 tahun, disarankan untuk mengonsumi
minuman suplemen asam folat dan rajin mengunjungi dokter spesialis kandungan.
Melakukan olahraga low impact juga bisa dilakukan untuk melatih stamina selama
menjalani kehamilan. Selain itu, jangan lupakan menerapkan pola hidup sehat
dengan mengonsumi makanan sehat bernutrisi yang dibutuhkan untuk ibu hamil
dan janin dalam perut.
4. Menurut Dr. OZ ( Dr.Ryan Tamrin ) Resiko Hamil Usia 40 Tahun Akibatkan
Komplikasi Melahirkan. Kehamilan merupakan saat yang sangat ditunggu dan
didambakan bagi setiap pasangan suami istri. Dari beberapa studi kesehatan
mengenai kehamilan diatas usia 35 tahun ditemukan hasil riset yang menakjubkan.
Ternyata pada usia antara 35 tahun hingga 40 tahun memiliki resiko komplikasi
pada saat melahirkan. Sebagai contoh adalah Paramitha Rusady yang melahirkan
EVIDENCE BASED CARE RESIKO KEHAMILAN DI USIA TUA 10
dengan usia tersebut mengalami beberapa masalah komplikasi seperti bayi
sungsang, tali plasenta yang melekat terlalu dalam bahkan Paramitha Rusady
mengalami koma saat melahirkan. Namun beruntung bayi yang dikandung selamat
lahir ke muka bumi ini. Update sebelum ini tentang Cara Redakan Nyeri
Menstruasi Dengan Pijatan.
Selain hal itu, bahaya melahirkan dan hamil di usia 40 tahun melahirkan
komplikasi. Dan untuk ibu hamil yang usianya masih remaja biasanya akan
mengalami bayi prematur. Studi ilmiah yang dilakukan oleh Trinity College, Dublin
dan diteliti oleh Dr Deirdre Murphy ini merupakan hasil yang sudah dikonfirmasi
dan disahkan. Bahaya Hamil di Usia 45 Tahun Harus Operasi Caesar.
Jadi, kalau misalnya anda mempunyai bayi pertama kalinya pada usia anda yang
menginjak usia 40 tahun, dari studi ilmiah biasanya akan kurang toleran dengan
komplikasi dan juga pada masalah apa saja. Tidak soal itu saja, kondisi tubuh dan
fisik anda dan mengalami kehamilan usia 40 tahun akan cenderung melahirkan
secara operasi caesar.
5.
Melahirkan di Usia 40 Tahun Turunkan Risiko Kanker Endometrium.
Wanita yang melahirkan anak ketika menginjak usia 30-40 tahun memiliki
keuntungan dengan menurunnya risiko terkena kanker endometrium. Persentase
penurunan berbeda untuk tiap usia pada rentang tersebut. Demikian menurut sebuah
studi dari University of Southern California Keck School of Medicine.
Kanker endometrium tumbuh di lapisan rahim wanita. Jika penanganan
terlambat, kanker akan semakin membesar dan menimbulkan masalah di organ
reproduksi. Ketika wanita melahirkan di rentang usia 30-40 tahun, mereka bisa
mendapatkan penurunan risiko kanker ini selama bertahun-tahun.
Wendy Setiawan, profesor dan peneliti di University of Southern California
Keck School of Medicine, mengatakan, belum sepenuhnya bisa dimengerti alasan
melahirkan di usia tersebut dapat menurunkan risiko kanker endometrium.
Kemungkinan terdapat hormon yang bermanfaat untuk mencegah kanker tersebut
yang bekerja lebih efektif ketika menginjak usia 30-40 tahun. Wanita yang
menjalani proses kelahiran diduga juga turut membersihkan sel penyebab kanker
yang ada di rahimnya. Bisa pula, rahim wanita di rentang usia tersebut mungkin
juga lebih sehat.
“Perlindungan berlangsung selama bertahun-tahun,” kata Setiawan yang
studinya diterbitkan online melalui American Journal of Epidemiology.
Studi ini mengolah data dari 17 studi yang melibatkan 8.671 wanita yang terkena
kanker endometrium dan 16.562 wanita dengan rahim sehat. Peneliti meneliti
pengaruh melahirkan dengan kemunculan kanker endometrium dengan
memperhatikan faktor lain yang mungkin terlibat. Misalnya, jumlah anak dan
penggunaan alat kontrasepsi.
Pada wanita yang terakhir melahirkan pada usia 35-39 tahun, mereka memiliki
penurunan risiko kanker endometrium sebesar 32 persen. Wanita yang melahirkan
EVIDENCE BASED CARE RESIKO KEHAMILAN DI USIA TUA 11
terakhir kali di usia 30-34 tahun, penurunan risiko sebesar 17 persen. Namun,
wanita yang terakhir kali melahirkan pada rentang usia 40-44 tahun, dimungkinkan
memiliki risiko lebih tinggi mendapatkan kanker endometrium.
Hamil dan melahirkan pada usia tua tidak dianjurkan. Menurut sebuah studi lain,
efek yang bisa muncul adalah ukuran bayi lebih kecil, lebih mudah mengalami
komplikasi selama kehamilan, dan dimungkinkan bermasalah pada saat kelahiran.
Hamil pada usia lanjut turut meningkatkan risiko terkena kanker ovarium dan
kanker payudara.
6. Peneliti menyarankan agar wanita tak menunda memiliki anak hingga mereka
berusia 30 sampai 40 tahun. Wanita yang menunda memiliki anak pertama hingga
usia tersebut kemungkinan akan semakin ragu untuk memiliki anak, karena proses
melahirkan di usia tersebut akan semakin berisiko, sementara tingkat kesuburan
wanita akan menurun sejalan dengan usia mereka, seperti dilansir oleh Daily Mail.
Penelitian terbaru ini menemukan bahwa wanita yang hamil di atas usia 40 tahun
memiliki tingkat melahirkan caesar 22,4 persen, dan 24 persen untuk melahirkan
dengan banyak prosedur operasi. ANgka ini cukup tinggi jika dibandingkan dengan
tingkat melahirkan caesar pada wanita berusia 20 hingga 24 tahun yang sebesar 6,7
hingga 13 persen, serta 8,4 hingga 16,2 persen pada wanita berusia 25 sampai 29
tahun.
Usia juga mempengaruhi kemungkinan penggunaan epidural selama melahirkan.
Wanita yang melahirkan di usia 20 hingga 24 tahun berkemungkinan menggunakan
epidural 5,9 persen, sementara wanita berusia di atas 40 tahun berkemungkinan
hingga 12,9 persen. Peneliti akan melakukan penelitian lebih lanjut untuk
mengetahui faktor lainnya yang bisa berpengaruh terhadap proses persalinan selain
usia, seperti tingkat obesitas. Penelitian lanjutan juga diharapkan bisa memberikan
informasi lebih lanjut pada wanita yang berencana menunda memiliki anak hingga
mereka berusia 30 tahun atau 40 tahunan.
EVIDENCE BASED CARE RESIKO KEHAMILAN DI USIA TUA 12
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan.
I.
II.
III.
IV.
IV.2
Kehamilan di usia tua adalah kehamilan yang terjadi pada wanita yang
berusia lebih atau sama dengan 35 tahun.
Terdapat Risiko kehamilan yang mungkin terjadi saat kehamilan di usia ibu
mencapai 40 tahun atau lebih, yaitu risiko pada ibu dan risiko pada bayi.
Akan terdapat dampak-dampak yang timbul pada saat kehamilan di usia tua
yang sangat membahayakan bagi ibu dan bayi.
Resiko tersebut masih bisa di cegah dan diatasi dengan berbagai macam cara
dan penanganannya.
Saran.
I.
II.
Untuk mengurangi dan mencegah terjadinya resiko kehamilan di usia tua,
bidan harus memberikan asuhan kebidanan yang sesuai dengan kebutuhan
ibu.
Bidan harus bisa memberikan konseling yang baik kepada ibu dan suami
tentang kehamilan yang di alaminya pada usia tua, agar ibu tidak merasa
takut dengan kehamilan di usia tuanya.
EVIDENCE BASED CARE RESIKO KEHAMILAN DI USIA TUA 13
III.
Bidan harus menyarankan dan menjelaskan kepada ibu bagaimana cara
pencegahannya.
DAFTAR PUSTAKA
Fimela, Seputar Kehamilan, dalam http://family.fimela.com/seputar-kehamilan/hamilsehat/hamil-di-usia-40-tahun-banyak-resiko-130306y.html, diakses 6 April
2015.
Ryan, Resiko Hamil, dalam http://drozindonesiatranstv.blogspot.com/2015/01/dr-ozresiko-hamil-usia-40-tahun.html, di akses 6 April 2015.
Dimoji, hamil di usia 40 tahun, dalam http://tandakehamilanawal.com/hamil-di-usia-40tahun-mungkinkah.html, di akses 9 april 2015.
EVIDENCE BASED CARE RESIKO KEHAMILAN DI USIA TUA 14
Download