HERYANI ARMAN-FSH

advertisement
ii
ii
iii
iii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 16 Februari 2011 M
12 Rabiul Awal 1432 H
Penulis
iv
ABSTRAKSI
Heryani Arman. 106046101628, “Relevansi konsep Uang Al-Ghazali Dalam sistem
Keuangan Kontemporer”, Program Strata I, Program Studi Muamalah, Konsentrasi
Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2010.
Berdasarkan logika kapitalisme uang, definisi uang adalah kekayaan, dan
tujuan aktivitas ekonomi adalah bagaimana menciptakan uang sebanyak mungkin.
Kapitalisme uang telah memberikan kesempatan kepada orang yang memiliki uang
untuk meningkatkan tuntutan mereka terhadap kumpulan kekayaan masyarakat yang
sesungguhnya tanpa memberi kontribusi kepada produksinya. Aktivitas seperti itu,
menyebabkan sejumlah kecil orang menjadi kaya tapi tidak produktif, dan Sejarah
menunjukan manakala sistem financial semakin besar, maka resiko terjadinya gejolak
dan krisis juga semakin tinggi. Maka dari itu, sektor financial menjadi transmisi yang
paling efektif untuk memunculkan gejolak dan krisis.
Kesalahan besar ekonomi konvensional ialah menjadikan uang sebagai
komoditas, sehingga keberadaan uang saat ini lebih banyak diperdagangkan daripada
digunakan sebagai alat tukar dalam perdagangan. Kesalahan konsepsi itu berakibat
fatal terhadap krisis hebat dalam perekonomian sepanjang sejarah, khususnya sejak
awal abad 20 sampai sekarang.
Sebelum kapitalisme berjaya, Imam al-Ghazali pada abad ke 11-12, telah
memperingatkan bahwa memperdagangkan uang ibarat memenjarakan fungsi uang.
Jika banyak uang yang diperdagangkan, niscaya tinggal sedikit uang yang dapat
berfungsi sebagai uang, dan Ia pun menegaskan bahwa uang tidak mempunyai
manfaat pada zatnya sendiri. Menurutnya, uang ibarat cermin, ia tidak mempunyai
warna tetapi dapat merefleksikan semua warna, uang tidak termasuk dalam fungsi
utilitas karena manfaat yang kita dapatkan bukan dari uang itu secara langsung,
melainkan dari fungsinya sebagai perantara untuk mengubah suatu barang menjadi
barang yang lain.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, melalui penelitian kepustakaan
(library research) yang bersifat normatif, yaitu menelaah dan mengkaji buku-buku,
jurnal ilmiah, dan artikel-artikel yan berhubungan dengan pembahasan judul skripsi,
serta tulisan-tulisan ilmiah dari koran, majalah, maupun internet yang ada
hubungannya dengan pembahasan di atas, kemudian dilakukan analisis dan akhirnya
mengambil kesimpulan yang akan dituangkan dalam bentuk laporan tertulis.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa Al-Ghazali memandang uang hanya
sebagai alat tukar, bukan sebagai komoditas atau barang dagangan. Maka motif
permintaan terhadap uang adalah untuk memenuhi kebutuhan transaksi (money
demad for transaction), bukan untuk spekulasi atau trading. Dan Islam pun tidak
mengenal spekulasi (money demand for speculation) karena pada hakikatnya uang
adalah milik Allah Swt yang diamanahkan kepada kita untuk dipergunakan sebesarbesarnya bagi kepentingan masyarakat. Uang tidak boleh ditimbun (iktinaz); karena
akan membuat perekonomian menjadi lesu, Uang juga tidak boleh idle (menganggur),
ia harus diproduktifkan dalam bisnis riil.
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, tiada kata yang pantas untuk diucapkan selain Puji syukur
kehadirat Allah SWT, atas rahmat, hidayah serta kasih sayang-Nya akhirnya dengan
penuh kesabaran penulisan skripsi ini dapat diselesaikan oleh penulis.
Shalawat beserta salam tak terupakan kepada baginda kita Muhammad SAW,
yang telah berhasil membawa umatnya dari kemiskinan etika, moral, serta norma
agama.
Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.
Sehubungan dengan itu, penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada yang
terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, S.H, M.A, M.M., sebagai Dekan
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta yang selalu memberikan motivasi kepada seluruh mahasiswa di Fakultas
Syariah dan Hukum, baik semasa perkuliahan berlangsung, ataupun pada saat
penyelesaian tugas akhir.
2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.A., sebagai Ketua Jurusan Muamalat (Ekonomi Islam)
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, yang selalu memberikan dorongan kepada mahasiswa untuk selalu giat
dalam mengikuti perkuliahan.
vi
3. Ibu Dr. Nurhasanah, S.Ag., MA., sebagai Dosen Pembimbing skripsi yang telah
sangat banyak meluangkan waktu dan pikirannya, dan perhatian membantu
penulis dalam memberikan pengarahan dan petunjuk tata cara penulisan skripsi.
4. Bapak A Chaerul Hadi MA, selaku dosen pembimbing skripsi yang juga sangat
telah membantu dan meluangkan waktu serta perhatiannya hingga skripsi ini
terselesaikan.
5. Bapak H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH sebagai Pembimbing Akademik
yang juga senantiasa mengingatkan dan mengarahkan penulis semasa mengikuti
perkuliahan hingga akhirnya menyelesaikan penulisan skripsi ini.
6. Segenap Bapak/Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mengajarkan ilmu yang tidak ternilai,
hingga penulis menyelesaikan studi di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Segenap Staf akademik dan Staf perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Orang Tua ku Tercinta Bp Warman & Ibu Inah R, yang telah membimbing serta
mengarahkan penulis sehingga bisa bertahan dan terus belajar untuk selalu
bersyukur dalam menghadapi hidup dan memperbaiki diri.
9. Adik-adikku Ade Irawan & Ridwan Aji, dan seluruh keluarga besar yang telah
memberikan kasih sayang serta doa restunya hingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
vii
10. Untuk teman-teman PS B’06 (Mayang, Arie, Haniah, Aulia, Hilda, Anya, Egrie,
Asril, Giska, dan semuanya yang tidak bisa penulis sebutkan satu-satu) teman
seperjuangan dari awal hingga akhir dalam perkuliahan dan penulisan skripsi
terima kasih atas dukungannya kepada penulis sehingga penulis bisa
menyelesaikan skripsi ini.
11. Untuk semua teman-teman tercinta di Fakultas Syariah dan Hukum khususnya
Jurusan Perbankan Syariah angkatan 2006.
12. Untuk Deva, terima kasih atas perhatiannya yang selalu setia diberikan kepada
penulis, terutama pada masa penulisan skripsi ini hingga selesai.
Semoga segala budi baik dari semua pihak tersebut diterima oleh Allah SWT
serta mendapatkan pahala yang berlipat dari-Nya.
Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca
dan semua pihak yang memerlukannya. Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa
skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehubungan dengan berbagai keterbatasan
kemampuan penulis, baik kemampuan akademik maupun dalam kemampuan teknik
penulisan. Sehubungan dengan itu, penulis sangat berharap kritik membangun, saran
dan masukan dari pembaca.
Jakarta, 16 Februari 2011 M
12 Rabiul Awal 1432 H
Penulis
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................................
i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ........................................
ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQASYAH.........................
iii
LEMBAR PERNYATAAN.........................................................................................
iv
ABSTRAK .....................................................................................................................
v
KATA PENGANTAR..................................................................................................
vi
DAFTAR ISI .................................................................................................................
ix
BAB I
: PENDAHULUAN ...................................................................................
A. Latar Belakang Masalah ................................................................
1
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................................
8
C. Tujuan Penelitian .............................................................................
8
D. Manfaat Penelitian ...............................................................................
9
E. Kerangka Teori ..................................................................................
9
F.
BAB II
Metode Penelitian ..............................................................................
11
G. Sistematika Penulisan ........................................................................
13
: PROFIL DAN KONSEP UANG AL-GHAZALI ..............................
A. Profil Al-Ghazali ...................................................................................
14
14
1. Riwayat Hidup Al-Ghazali…………………………………….....
14
2. Pendidikan Al-Ghazali……………………………………… .......
17
3. Karya-karya Al-Ghazali……………………………………… .....
18
B. Konsep Uang menurut Al-Ghazali ......................................................
20
1. Pengertian Uang……………………………………………… .....
20
2. Sejarah Uang………………………………………………….. ....
25
ix
3. Fungsi dan Tujuan Uang………………………………….. ..........
BAB III
28
: GAMBARAN UMUM SISTEM KEUANGAN KONTEMPORER 40
A. Pasar Uang ............................................................................................. 40
B. Pasar modal............................................................................................
42
C. Arti dan makna Uang dalam system keuangan Global ......................
45
1. Jenis-jenis uang……………………………………………… ......
48
2. Peran Uang dalam Ekonomi Konvensional………………….. .....
50
D. Masalahnya dalam system Keuangan Global .....................................
53
: ANALISA RELEVANSI KONSEP UANG AL-GHAZALI
DALAM SISTEM KEUANGAN GLOBAL..........................................
A. Kelemahan dalam Sistem Nilai Tukar ...............................................
57
60
1. Pasar Uang .........................................................................................
60
2. Pasar Modal .......................................................................................
61
B. Krisis yang Berulang………………………………………… ..........
65
C. Sistem Ekonomi Islam yang berbasis Sektor Real…………... ..........
65
: KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................................
80
A. Kesimpulan ...........................................................................................
80
B. Saran ......................................................................................................
83
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................
84
BAB IV
BAB V
x
RELEVANSI KONSEP UANG AL-GHAZALI DALAM SISTEM KEUANGAN
KONTEMPORER
skripsi
Diajukan Sebagai Salah Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syari’ah (SE,Sy.)
Oleh:
HERYANI ARMAN
106046101628
JURUSAN MUAMALAT-PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011 M
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
“Dunia ekonomi telah memasuki fase ketidakstabilan yang luar biasa dan
perjalanan masa depannya benar-benar tidak pasti”. Tulis Helmut Schelmid kira-kira
satu dekade lalu ketidakstabilan terus berlangsung dan ketidakpastian berlanjut.1
Sesudah melalui masa-masa inflasi tingkat tinggi yang menyakitkan, perekonomian
dunia telah mengalami suatu resesi mendalam dan laju pengangguran yang belum
pernah terjadi sebelumnya, dibarengi dengan laju suku bunga riil yang tinggi dan
fluktuasi valuta asing yang tidak sehat. Meskipun penyembuhannya kini tengah
berlangsung, namun ketidakpastian tetap berlajut. Laju suku bunga riil tetap tinggi
dan ini diperkirakan akan terus meningkat, sehingga meningkatkan kecemasan
adanya penyembuhan yang gagal.
Krisis ini juga diperburuk oleh adanya kemiskinan di tengah orang-orang kaya
di semua negara, berbagai bentuk ketidakadilan sosioekonomi, defisit neraca
pembayaran yang besar, dan ketidakmampuan sebagian negara-negara berkembang
untuk mencicil utang mereka. Para ekonom tentu akan cenderung setuju dangan
pandangan bahwa tak ada teori ekonomi terdahulu yang tampaknya mampu
menjelaskan krisis ekonomi dunia saat ini.
1
Helmut Schmidt (mantan Kanselir Jerman Barat), “The Structure of the World Product”,
(Foreign Affairs: T.pn., 1974), h 437
1
2
Keberkelanjutan persoalan dan dalamnya krisis ini menunjukan bahwa pada
dasarnya ada sesuatu yang salah. Tidak akan ada pengobatan yang efektif kecuali hal
itu diarahkan kepada arus utama krisis. Sayangnya, kesalahan yang umumnya
dilakukan yaitu bahwa akar permasalahan hanya dicari pada simtom (gejala),
Akibatnya penyembuhan hanya bersifat sementara, seperti obat-obatan analgesic,
mengurangi rasa sakit hanya sementara. Beberapa saat kamudian, krisis muncul
kembali, bahkan mendalam dan serius. 2
Badai krisis ekonomi yang dipicu resesi di Amerika (USA) baru dimulai.
Ibarat hujan, saat ini masih gerimis. Namun, meski baru gerimis, korban krisis
tersebut telah bermunculan hampir di seluruh belahan dunia. Belum dapat
dibayangkan bagaimana jika badai tersebut benar-benar telah datang.
Era Ekonomi Baru yang lahir setelah runtuhnya kekuasaan Uni Soviet, telah
menjadikan Amerika Serikat sebagai negara adikuasa tunggal dan menandai
kemenangan ekonomi pasar atas sosialisme. Kondisi pasar yang terjadi pada era
ekonomi baru, bukan hanya kapitalisme mengalahkan komunisme, tetapi juga
menjadikan kapitalisme versi Amerika yang didasari kegigihan individualisme.
Seiring proses globalisasi, maka terjadilah penyebaran kapitalisme gaya
Amerika ke seluruh dunia. Semua pihak, pada awal era ekonomi baru seolah
memperoleh manfaat dari tatanan Economia Americana.
2
Henry A Kissinger, “Saving The World Economy”,( New sweek: T.pn., 1983), h. 153.
3
Dalam setiap era ekonomi senantiasa terjadi pergeseran perekonomian.
Pergeseran yang terjadi pada Era Ekonomi Baru adalah pergeseran produksi "barang"
(manufaktur) ke produksi "gagasan". Ekonomi Baru, lebih memerlukan pengolahan
informasi dibandingkan persediaan barang.
Mulai pertengahan era 1990-an, sektor manufaktur menyusut mendekati 14%
dari total output perekonomian. Hal ini berpengaruh terhadap penyerapan tenaga
kerja, alih-alih menciptakan lapangan pekerjaan baru, yang terjadi tingkat
pengangguran jauh lebih besar dari era sebelumnya.3
Berubahnya basis perekonomian dari manufaktur ke gagasan, menjadikan
perusahaan teknologi menjadi rebutan para investor untuk menginvestasikan dana
mereka. Rebutan investor dalam mengiventasikan dananya pada suatu sektor dapat
mengakibatkan munculnya "kegairahan irasional" dalam sebuah pasar, dan apabila
harga-harga sesungguhnya bersifat acak yang didasari oleh keranjingan irasional
spekulator pasar, maka investasi akan kacau balau. Spekulasi muncul akibat terlalu
mengandalkan kepercayaan pasar dibandingkan pengetahuan tentang pasar, dan
kurang mengindahkan ekonomi riil yang melandasi pemilihan investasi.
Hal tersebut memunculkan sebuah "kegairahan irasional", sehingga hargaharga yang terjadi hanya didasari oleh keranjingan semata. Demi mengejar kenaikan
harga dan keuntungan, para investor mengesampingkan pertimbangan-pertimbangan
3
xix.
M Umar Chapra, Sistem Moneter Islam (Jakarta: Gema Insani Press, 2000),. Cet Pertama, h.
4
normal perilaku investasi rasional. Mereka melakukan investasi di dalam pasar yang
sebenarnya bercirikan risiko tinggi
Perkembangan yang tidak rasional tersebut, menurut Gilpin & Gilpin (2000),
merupakan tahap "mania" atau "gelembung" dalam bom. Pada saat tahap ini semakin
cepat, maka harga dan laju penambahan uang yang dispekulasikan pun meningkat.
Kemudian, pada titik tertentu pasar akan mencapai puncaknya. Beberapa investor
dalam mulai mengkonversi investasinya ke bentuk uang atau memindahkan ke
investasi lain, untuk mengantisipasi kondisi yang akan terjadi berikutnya.
Melihat hal itu, banyak spekulan yang sadar, bahwa "permainan" akan
berkahir dan ikut menjual asset-asset investasi mereka. Lomba adu cepat untuk keluar
dari asset-asset yang berisiko dan bernilai tinggi menjadi semakin sengit, dan pada
akhirnya berubah menjadi gerombolan liar yang mengejar kualitas dan keamanan.
Peristiwa tersebut dapat menimbulkan sinyal pasar yang memicu kekacauan
dan menyebabkan paniknya dunia keuangan. Kepanikan tersebut dapat berupa
kegagalan bank, bangkutnya suatu perusahaan, atau sejumlah peristiwa yang tidak
mendukung lainnya
Ketika para investor terburu-buru keluar dari pasar, harga-harga pun
berjatuhan, kebangkutan meningkat, dan "gelembung" spekulasi akhirnya meletus
yang menyebabkan harga ambruk. Kepanikan terjadi setelah para investor dengan
putus asa mencoba menyelamatkan diri mereka sedapat mungkin.4
4
A. Prasetyoko, Bencana Financial Stabilitas sebagai Barang Pubik (Jakarta: PT Kompas
Media Nusantara, 2008), h .25.
5
Menurut Stiglitz, selama bertahun-tahun, semakin banyak bukti bahwa pasar
sering tidak berjalan dengan baik. Walaupun, hubungan antar harga saham dengan
informasi masuk akal, tetapi seringkali naik turunnya harga tidak demikian. Fluktuasi
pasar benar-benar acak. Sifat pasar yang acak dan tidak efisien mempunyai biaya
yang mahal dan menyebabkan suatu perusahaan mendapatkan investasi berlebih,
sementara sebagian perusahaan lain mendapatkan investasi telalu sedikit bahkan
mungkin tidak dapat sama sekali. Mereka menggantungkan hidup dari pendapatan
yang diperoleh dari kepemilikan uang dan mengharapkan tabungan yang
diinvestasikan semakin menumpuk, namun kondisi tersebut menyimpang dari realitas
ekonomi yang mendasarinya.
Kapitalisme uang telah memberikan kesempatan kepada orang yang memiliki
uang untuk meningkatkan tuntutan mereka terhadap kumpulan kekayaan masyarakat
yang sesungguhnya tanpa memberi kontribusi kepada produksinya. Aktivitas seperti
itu, menyebabkan sejumlah kecil orang menjadi kaya tapi tidak produktif.
Menurut Korten, ketidakmampuan kapitalisme uang untuk membedakan
antara investasi yang produktif dan yang ektraktif merupakan salah satu sifat yang
menjadi ciri khasnya. Berdasarkan logika kapitalisme uang, definisi uang adalah
kekayaan, dan tujuan aktivitas ekonomi adalah bagaimana menciptakan uang
sebanyak mungkin.5
5
“Fungsi Uang”
kabarindonesia.blogspot.com
artikel
diakses
pada
21-Maret-2010
dari
www.pewarta-
6
Sebelum kapitalisme berjaya, Imam al-Ghazali pada abad ke 11-12, telah
memperingatkan bahwa memperdagangkan uang ibarat memenjarakan fungsi uang.
Jika banyak uang yang diperdagangkan, niscaya tinggal sedikit uang yang dapat
berfungsi sebagai uang.6
Dalam konsep Islam, uang tidak termasuk dalam fungsi utilitas karena
manfaat yang kita dapatkan bukan dari uang itu secara langsung, melainkan dari
fungsinya sebagai perantara untuk mengubah suatu barang menjadi barang yang lain.
Dampak berubahnya fungsi uang dari sebagai alat tukar dan satuan nilai menjadi
komoditi dapat kita rasakan sekarang. Pada tahun 1997, mukjizat keuangan Asia yang
sering digembar-gemborkan sebelumnya, tiba-tiba berubah menjadi kehancuran
keuangan Asia akibat terlena pada sebuah era di mana milyaran dolar dalam bentuk
investasi baru mengalir amat deras ke pasar saham dan menaikkan harga-harga
dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Kehancuran tersebut dimulai dari Thailand, dan kemudian dengan cepat
menjalar, sebagaimana deretan kartu domino yang berjatuhan, ke Malaysia,
Indonesia, Korea Selatan, dan Hong Kong. Kejadian yang hampir sama berulang saat
ini dan menimpah super power Amerika yang menimbulkan getar bagai tsunami ke
seluruh dunia.
Namun sebenarnya, dampak tersebut sudah diingatkan oleh Ibnu Tamiyah
yang lahir di zaman pemerintahan Bani Mamluk tahun 1263. Ibnu Tamiyah dalam
6
Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam dari Masa Klasik hingga Kontemporer
(Jakarta: Granada Press 2007), h. 128.
7
kitabnya Majmu' Fatwa Syaikhul Islam menyampaikan lima butir peringatan penting
mengenai uang sebagai komoditi, yakni :
1. Perdagangan uang akan memicu inflasi;
2. Hilangnya kepercayaan orang terhadap stabilitas nilai mata uang akan
mengurungkan niat orang untuk melakukan kontrak jangka panjang, dan
menzalimi golongan masyarakat yang berpenghasilan tetap seperti pegawai/
karyawan;
3. Perdagangan dalam negeri akan menurun karena kekhawatiran stabilitas nilai
uang;
4. Perdagangan internasional akan menurun;
5. Logam berharga (emas dan perak) yang sebelumnya menjadi nilai intrinstik
mata uang akan mengalir keluar negeri.7
Jumlah uang yang tidak sesuai dengan nilai produksi yang dihasilkan suatu
negara dikenal menyebabkan terjadinya inflasi dan bubble gum economics, yang pada
akhirnya menyebabkan multi function crisis. Penggerak pembangunan suatu negara
adalah sektor produksi, bukan sektor moneter, karena sektor produksi akan menyerap
tenaga kerja, meningkatkan pendapatan pekerja, dan menimbulkan permintaan
(pasar) terhadap produksi lainnya.
Untuk itu, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian, memberikan
gambaran konsep uang imam al-Ghazali dalam menghadapi kondisi perekonomian
7
“Uang
dan
Agama”artikel
diakses
pada
http://hermaninbismillah.blogspot.com/2009/01/uang-dan-agama.html
02-Maret-2010,
dari
8
saat ini. sehingga penulis tertarik untuk mengambil judul “RELEVANSI KONSEP
UANG AL-GHAZALI DALAM SISTEM KEUANGAN KONTEMPORER”
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Berdasarkan uraian pada masalah diatas maka dalam hal ini penulis
membatasi permasalahan pada konsep uang imam al-Ghazali dan relevansinya dalam
sistem keuangan kontemporer.
2. Rumusan Masalah
Dalam rangka memfokuskan pembahasan, penulis merumuskan beberapa hal
yang perlu dikemukakan dalam skripsi ini, diantaranya :
a. Bagaimana konsep uang al-Ghazali?
b. Bagaimana kesesuaian konsep uang al-Ghazali dalam sistem keuangan
kontemporer (pasar uang dan pasar Modal)?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Dari adanya pembatasan dan perumusan masalah diatas, diharapkan penelitian
ini mempunyai tujuan yang bermanfaat untuk pribadi sediri atau untuk orang lain. Di
antara tujuan yang diharapkan adalah :
a. Untuk mengetahui tentang bagaimana pendekatan yang dilakukan Al-Ghazali
dalam menilai sifat, fungsi, dan peranan uang dalam perekonomian.
9
b. Untuk mengetahui konsep uang menurut Al-Ghazali
c. Dan untuk mengetahui relevansinya terhadap system keuangan kontemporer.
2.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang bisa ditimbulkan dari penelitian ini baik secara praktis
dan teoritis, penulis ingin agar penelitian ini bisa memberikan manfaat:
a. Secara teoritis penelitian ini merupakan kontribusi besar terhadap pengembangan
ekonomi di masa yang akan datang.
b. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang
bersifat emansipatoris terutama dalam hal kepedulian pada upaya pembebasan
manusia dari penindasan dan ketidakadilan ekonomi
D. Kerangka Teori
Dr. Muhammad Zaki Syafi’i mendifinisikan uang sebagai “segala sesuatu
yang diterima khalayak untuk menunaikan kewajiban-kewajiban.”8
Sedangkan Imam al-Ghazali berpendapat bahwa uang dibutuhkan sebagai
ukuran nilai suatu barang, sekalipun dalam perekonomian barter. Dengan keberadaan
uang sebagai ukuran nilai (unit of account), uang akan berfungsi pula sebagai media
pertukaran (medium of exchange) untuk melancarkan pertukaran dan penetapan nilai
yang wajar dari pertukaran tersebut. Imam al-Ghazali mencontohkan, orang yang
mempunyai baju dan tidak mempunyai uang tidak bisa membeli makanan karena
8
Ahmad Hasan, Mata Uang Islami (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005) h.10.
10
mungkin makanan tidak dapat ditukar dengan baju. Hal ini hanya dapat diukur
dengan uang. Karena baju tersebut harus dijual terlebih dahulu untuk menghasilkan
uang. Dengan uang inilah, ia baru bisa memperoleh makanan.
Selanjutnya, Imam al-Ghazali menegaskan bahwa uang tidak mempunyai
manfaat pada zatnya sendiri. Menurutnya, uang ibarat cermin, ia tidak mempunyai
warna tetapi dapat merefleksikan semua warna. Dengan kata lain, uang tidak
mempunyai harga tetapi dapat merefleksikan semua harga barang. Uang diciptakan
untuk beredar dari tangan ke tangan, sehingga menjadi perantara diantara manusia.
Dalam istilah ekonomi klasik, keberadaan uang tersebut disebut direct utility
function, uang akan memberikan kegunanan hanya bila digunakan untuk membeli
suatu barang. Teori Ekonomi Neo klasik menyatakan bahwa keguanaan uang timbul
dari daya belinya. Jadi, uang memberikan kegunaan tidak lansung (indirect utility
function).
Dengan demikian, dalam pandangan Imam al-Ghazali, uang hanya berfungsi
sebagai satuan hitung (unit of account) dan alat tukar (medium of exchange). Ia
menyatakan bahwa zat uang itu sendiri tidak dapat memberikan manfaat dan ini
berarti bahwa uang bukan merupakan alat penyimpan kekayaan (store of value).
Bahkan Imam al-Ghazali menganggapnya sebagai perbuatan zalim kerena menimbun
harta (kanz al-mal) yang dapat mengakibatkan terjadinya pengangguran yang meluas,
kelesuan ekonomi dan instabilitas ekonomi.9
9
Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam dari masa Klasik hingga Kontemporer, h.128.
11
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, melalui penelitian kepustakaan
(library research) yang bersifat normatif, yaitu menelaah dan mengkaji buku-buku,
jurnal ilmiah, dan artikel-artikel yan berhubungan dengan pembahasan juduul skripsi,
serta tulisan-tulisan ilmiah dari koran, majalah, maupun internet yang ada
hubungannya dengan pembahasan di atas, kemudian dilakukan analisis dan akhirnya
mengambil kesimpulan yang akan dituangkan dalam bentuk laporan tertulis
2. Sifat Data
Data pada penelitian ini bersifat kualitatif dan historis. Data kualitatif
berdasarkan pada isi atau mutu suatu fakta, sedangkan data historis didasarkan pada
pengalaman masa lalu yang menggambarkan secara seluruh kebenaran kejadian atau
fakta yang bertumpu pada kegiatan mengevaluasi suatu objek, seperti peristiwa atau
tokoh masa lampau di pandang dari sudut standar dan kebudayaan dewasa saat ini.10
3. Teknik Pengumpulan Data
Karena model penelitian ini adalah penelitian kualitatif, maka teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara Penelitian Kepustakaan (library
research)
10
Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis,(Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada. 2003), h.22.
12
Yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mempelajari dan memahami data
atau bahan yang diperoleh dari berbagai literature, serta mencatat teori-teori yang
didapat dari buku-buku, majalah, artikel, atau karya ilmiah yang berkaitan dengan
pembahasan penelitian ini.
4.
Teknik Penulisan Skripsi
Adapun teknik penulisan skripsi ini, penulis menggunakan “Pedoman
Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2007”.
13
F. Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
BAB I
Pendahuluan, yang meliputi Latar belakang Masalah, Batasan dan
Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Kerangka Teori
dan Metode Penelitian.
BAB II
Pada bab ini akan dibahas mengenai Profil dan Konsep Uang alGhazali yang meliput tentang riwayat hidup dan riwayat akademik
beliau
serta
karya-karyanya
di
berbagai
bidang,
serta
mengungkapkan konsep uang menurut al-Ghazali yang meliputi
sejarah dan asal usul uang, definisi uang menurut para pakar ekonomi
dan para ulama, serta fungsi dan peranannya dalam perekonomian
BAB III Gambaran Umum Sistem Keuangan kontemporer yang meliputi
pengertian sistem keuangan kontemporer dalam pasar uang dan pasar
modal, arti dan makna uang dalam sistem keuangan kontemporer,
dan masalahnya dalam sistem keuangan kontemporer.
BAB IV Menganalisis tentang kesesuaian pemikiran al-Ghazali dengan sistem
keuangan kontemporer
BAB V
Penutup, pada bab terakhir ini menjelaskan pokok-pokok kajian
dalam penelitian yang memuat kesimpulan dan saran.
14
BAB II
PROFIL DAN KONSEP UANG AL-GHAZALI
A. PROFIL AL-GHAZALI
1. Riwayat Hidup Al-Ghazali
Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali ath-Thusi asy-Syafi'i
(lahir di Thus; 1058 / 450 H – meninggal di Thus; 1111 / 14 Jumadil Akhir 505 H;
umur 52–53 tahun) adalah seorang filosof dan teolog muslim Persia, yang dikenal
sebagai Algazel di dunia Barat abad Pertengahan. Ia berkuniah Abu Hamid karena
salah seorang anaknya bernama Hamid. Gelar beliau al-Ghazali ath-Thusi berkaitan
dengan ayahnya yang bekerja sebagai pemintal bulu kambing dan tempat
kelahirannya yaitu Ghazalah di Bandar Thus, Khurasan, Persia (Iran). Sedangkan
gelar asy-Syafi'i menunjukkan bahwa beliau bermazhab Syafi'i. Ia berasal dari
keluarga yang miskin. Ayahnya mempunyai cita-cita yang tinggi yaitu ingin anaknya
menjadi orang alim dan saleh. Imam Al-Ghazali adalah seorang ulama, ahli pikir, ahli
filsafat Islam yang terkemuka yang banyak memberi sumbangan bagi perkembangan
kemajuan manusia. Ia pernah memegang jawatan sebagai Naib Kanselor di Madrasah
Nizhamiyah, pusat pengajian tinggi di Baghdad. Imam Al-Ghazali meninggal dunia
pada 14 Jumadil Akhir tahun 505 Hijriah bersamaan dengan tahun 1111 Masehi di
Thus. Jenazahnya dikebumikan di tempat kelahirannya.11
11
“Al-Ghazali” diakses pada 02-Maret-2010, dari http://id.wikipedia.org/wiki/Al-Ghazal
14
15
Sejak muda, al-Ghazali sangat antusias terhadap ilmu pengetahuan. Ia
pertama-tama belajar bahasa arab dan Fiqih di kota Tus, kemudian pergi ke kota
Jurjan untuk belajar dasar-dasar Ushul Fiqh. Setelah kembali ke kota Tus selama
beberapa waktu, ia pergi ke Naisabur untuk melanjutkan rihlah ilmiyahnya. Di kota
ini, al-Ghazali belajar kepada al-Haramain. Setelah itu ia berkunjung ke kota Bagdad,
ibu kota daulah Abbasiyah, dan bertemu dengan wajir Nizham al-Mulk. Darinya alGhazali mendapaat penghormatan dan penghargaan yang besar. Pada tahun 483 H
(1090 M), ia diangkat menjadi guru dimadrasah Nizhamiyah. Pekerjaannya ini
dilaksanakan dengan sangat berhasil, sehingga para ilmuwan pada masa itu
menjadikannya sebagai referensi utama.12
Selain mengajar, al-Ghazali juga melakukan bantahan-bantahan terhadap
berbagai pemikiran Bathiniyah, Ismailiyah, Filosof, dan lain-lain. Pada masa ini
sekalipun telah menjadi guru besar, ia masih merasakan kehampaan dan keresahan
dalam dirinya. Akhirnya, setelah merasakan bahwa hanya kehidupan sufistik yang
mampu memenuhi kebutuhan ruhaninya, al-Ghazali memutuskan untuk menempuh
tasawuf sebagai jalan hidupnya.
Oleh karena itu, pada tahun 488 H (1095 M), al-Ghazali meninggalkan
Baghdad dan pergi menuju Syiria untuk merenung, membaca, dan menulis selama
kurang lebih 2 tahun. Kemudian ia pindah ke Palestina untuk melakukan aktivitas
yang dengan mengambil tempat di baitul maqdis. Setelah melakukan ibadah haji dan
12
121-122.
Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam dari Masa Klasik hingga Kontemporer. H.
16
menetap beberapa waktu di kota Iskandariyah, al-Ghazali kembali ke tempat
kelahirannya di Tus pada tahun 499 H (1105 M) untuk, malanjutkan aktivitasnya,
berkhalwat, dan beribadah. Proses pengasingannya tersebut berlangsung selama 12
tahun dan pada masa ini ia banyak menghasilkan berbagai karyanya yang terkenal,
seperti kitab Ihya Ulumuddin.13
Imam al-Ghazali mempunyai daya ingat yang kuat dan bijak berhujjah. Ia
digelar Hujjatul Islam karena kemampuannya tersebut. Ia sangat dihormati di dua
dunia Islam yaitu Saljuk dan Abbasiyah yang merupakan pusat kebesaran Islam. Ia
berjaya menguasai pelbagai bidang ilmu pengetahuan. Imam al-Ghazali sangat
mencintai ilmu pengetahuan. Ia juga sanggup meninggalkan segala kemewahan hidup
untuk bermusafir dan mengembara serta meninggalkan kesenangan hidup demi
mencari ilmu pengetahuan. Sebelum beliau memulai pengembaraan, beliau telah
mempelajari karya ahli sufi ternama seperti al-Junaid Sabili dan Bayazid Busthami.
Imam al-Ghazali telah mengembara selama 10 tahun. Ia telah mengunjungi tempattempat suci di daerah Islam yang luas seperti Mekkah, Madinah, Jerusalem, dan
Mesir. Ia terkenal sebagai ahli filsafat Islam yang telah mengharumkan nama ulama
di Eropa melalui hasil karyanya yang sangat bermutu tinggi. Sejak kecil lagi beliau
telah dididik dengan ahlak yang mulia. Hal ini menyebabkan beliau benci kepada
sifat riya, megah, sombong, takabur, dan sifat-sifat tercela yang lain. Ia sangat kuat
13
Adi Warman Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Jakarta: PT
Persada, 2006) Edisi Ketiga, h. 315-316.
Raja Grafindo
17
beribadat, wara, zuhud, dan tidak gemar kepada kemewahan, kepalsuan, kemegahan
dan mencari sesuatu untuk mendapat ridha Allah SWT
2. Pendidikan al-Ghazali
Pada tingkat dasar, beliau mendapat pendidikan secara gratis dari beberapa
orang guru karena kemiskinan keluarganya. Pendidikan yang diperoleh pada
peringkat ini membolehkan beliau menguasai Bahasa Arab dan Parsi dengan fasih.
Oleh sebab minatnya yang mendalam terhadap ilmu, beliau mula mempelajari ilmu
ushuluddin, ilmu mantiq, usul fiqih, filsafat, dan mempelajari segala pendapat
keeempat mazhab hingga mahir dalam bidang yang dibahas oleh mazhab-mazhab
tersebut. Selepas itu, beliau melanjutkan pelajarannya dengan Ahmad ar-Razkani
dalam bidang ilmu fiqih, Abu Nasr al-Ismail di Jarajan, dan Imam Harmaim di
Naisabur. Oleh sebab Imam al-Ghazali memiliki ketinggian ilmu, beliau telah
dilantik menjadi mahaguru di Madrasah Nizhamiah (sebuah universitas yang
didirikan oleh perdana menteri) di Baghdad pada tahun 484 Hijrah. Kemudian beliau
dilantik pula sebagai Naib Kanselor di sana.
Ia telah mengembara ke beberapa tempat seperti Mekkah, Madinah, Mesir dan
Jerusalem untuk berjumpa dengan ulama-ulama di sana untuk mendalami ilmu
pengetahuannya yang ada. Dalam pengembaraan, beliau menulis kitab Ihya
18
Ulumuddin yang memberi sumbangan besar kepada masyarakat dan pemikiran
manusia dalam semua masalah.14
3. Karya-karya al-Ghazali
Al-Ghazali merupakan sosok ilmuwan dan penulis yang sangat produktif.
Berbagai tulisanya telah banyak menarik perhatian dunia, baik dari kalangan muslim
atau non muslim. Para pemikir Barat abad pertengahan, seperti Raymond Martin,
Thomas Aquinas, dan Pascal ditengarai banyak dipengaruhi oleh pemikiran alGhazali. Pasca periode sang Hjattullah ini, berbagai hasil karyanya telah banyak
diterjemahkan kedalam berbagai bahasa seperti Latin, Spanyol, Yahudi, Prancis,
Jerman dan Inggris, dijadikan referensi oleh kurang lebih 44 pemikir Barat. AlGhazali diperkirakan telah menghasilkan 300 buah karya tulis yang meliputi berbagai
disiplin ilmu seperti logika, filsafat, moral, tafsir, fiqh, ilmu-ilmu al-Qur’an, tasawuf,
politik, administrasi, dan perilaku Ekonomi. Namun yang ada hingga kini hanya 84
buah diantaranya :15
Teologi
•
Al-Munqidh min adh-Dhalal
•
Al-Iqtishad fi al-I`tiqad
•
Al-Risalah al-Qudsiyyah
•
Kitab al-Arba'in fi Ushul ad-Din
14
“Al-Ghazali” diakses 01-Maret-2010, dari http://id.wikipedia.org/wiki/Al-Ghazali.
15
Karim. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, h.316.
19
•
Mizan al-Amal
•
Ad-Durrah al-Fakhirah fi Kasyf Ulum al-Akhirah
Tasawuf
•
Ihya Ulumuddin (Kebangkitan Ilmu-Ilmu Agama), merupakan karyanya
yang terkenal
•
Kimiya as-Sa'adah (Kimia Kebahagiaan)
•
Misykah al-Anwar (The Niche of Lights)
Filsafat
•
Maqasid al-Falasifah
•
Tahafut al-Falasifah, buku ini membahas kelemahan-kelemahan para
filosof masa itu, yang kemudian ditanggapi oleh Ibnu Rushdi dalam buku
Tahafut al-Tahafut (The Incoherence of the Incoherence).
Fiqih
•
Al-Mushtasfa min `Ilm al-Ushul
Logika
•
Mi`yar al-Ilm (The Standard Measure of Knowledge)
•
al-Qistas al-Mustaqim (The Just Balance)
•
Mihakk al-Nazar fi al-Manthiq (The Touchstone of Proof in Logic) 16
16
“Riwayat
Hidup
Al-Ghazali”
http://id.wikipedia.org/wiki/Al-Ghazali
diakses
pada
01-Maret-2010,
dari
20
B. KONSEP UANG MENURUT AL-GHAZALI
1. Pengertian Uang
Dalam khazanah hukum Islam, terdapat beberapa istilah untuk menyebut
uang; Dawud dan Syabir menyebutkan antara lain nuqud (bentuk jamak dari naqd),
atsman (bentuk jamak dari tsaman). Dilihat dari sudut bahasa, menurut al-Ashfahani
atsman memiliki beberapa arti; antara lain qimah, yakni nilai sesuatu, dan “harga
pembayaran barang yang dijual” yakni sesuatu dalam bentuk apa pun yang diterima
oleh pihak penjual sebagai imbalan dari barang yang dijualnya; sedangkan dalam
tataran fiqih, kata itu digunakan untuk menunjukkan uang emas dan perak; demikian
juga fulus (bentuk jamak fals). Fulus digunakan untuk pengertian logam bukan emas
dan perak yang dibuat dan berlaku di tengah-tengah masyarakat sebagai uang dan
pembayaran.
Sikkah (bentuk jamaknya adalah sukak) dipakai untuk dua pengertian;
pertama, stempel besi untuk mencap (mentera) mata uang, dan kedua, mata uang
dinar dan dirham yang telah dicetak dan distempel, dan umlah yang memiliki dua
pengertian; pertama, satuan mata uang yang berlaku di negara atau wilayah tertentu,
misalnya ‘umlah yang berlaku di Yordania adalah Dinar dan di Indonesia adalah
Rupiah; kedua, mata uang dalam arti umum sama dengan nuqud. Namun demikian,
ulama fiqih pada umumnya lebih banyak menggunakan istilah nuqud dan tsaman dari
pada istilah lainnya.17
17
“Sejarah Penggunaan Uang di Dunia Islam”, artiikel diakses pada 01-Maret-2010 dari
http://www.dakwatuna.com/2009/sejarah-penggunaan-uang-di-dunia-islam/.diakses
21
Walaupun di kalangan ulama cukup populer istilah nuqud untuk pengertian
uang, ternyata kata itu tidak ditemukan di dalam al-Qur’an. Untuk menunjukkan uang
atau fungsinya, al-Qur’an menggunakan beberapa istilah, antara lain “dirham”,
“dinar”, “emas”, dan “perak”. Kata dirham hanya disebutkan satu kali, yaitu dalam
QS. Yusuf (12) ayat 20:
ÇËÉÈ
...;oyŠr߉÷ètB zNÏdºu‘yŠ <§øƒr2 ¤ÆyJsVÎ/ çn÷ruŽŸ°ur
Artinya :
“Dan mereka menjual Yusuf dengan harga yang murah, yaitu beberapa dirham
saja .
Dalam ayat ini selain dikemukakan dirham sebagai mata uang dan fungsinya
sebagai alat pertukaran, disinggung juga bahwa penggunaan dirham di kalangan
masyarakat saat itu berpatokan pada jumlah atau bilangan, bukan pada nilainya.18
Sebagaimana Dirham, kata dinar hanya disebutkan satu kali, yaitu dalam QS.
Ali ‘Imran (3) ayat 75:
y7ø‹s9Î) ÿ¾ÍnÏjŠxsムžw 9‘$oYƒÏ‰Î/ çm÷ZtBù's? bÎ) ô`¨B Oßg÷YÏBur y7ø‹s9Î) ÿ¾ÍnÏjŠxsム9‘$sÜZÉ)Î/ çm÷ZtBù's? bÎ) ô`tB É=»tGÅ3ø9$# È@÷dr& ô`ÏBur *
ÇÐÎÈ ... $VJͬ!$s% Ïmø‹n=tã |MøBߊ $tB žwÎ)
Artinya :
Di antara Ahli Kitab ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya
harta yang banyak, dikembalikannya kepadamu; dan di antara mereka ada orang
yang jika kamu mempercayakan kepadanya satu dinar, tidak dikembalikannya
padamu, kecuali jika kamu selalu menagihnya
18
M. Amin Suma, Menggali Akar Mengurai Sehat Ekonomi dan Keuangan Islam (Jakarta,
Kholam Publishing 2008), h. 236.
22
Ayat ini, selain menyebutkan dinar sebagai satuan mata uang tertentu untuk
pengukur nilai, mengisyaratkan pula bahwa uang adalah alat penyimpan nilai.
Mengenai kata emas dan perak cukup banyak ditemukan dalam al-Qur’an. Hal
ini nampaknya disebabkan ketika al-Qur’an diturunkan masyarakat banyak
menggunakan emas dan perak dalam melakukan kegiatan transaksi. Emas disebutkan
pada delapan tempat; di antaranya QS. al-Taubah (9) ayat 34:
ÇÌÍÈ 5OŠÏ9r& A>#x‹yèÎ/ Nèd÷ŽÅe³t7sù «!$# È@‹Î6y™ ’Îû $pktXqà)ÏÿZムŸwur spžÒÏÿø9$#ur |=yd©%!$# šcrã”É\õ3tƒ šúïÏ%©!$#ur …
Artinya :
Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak
menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa
mereka akan mendapat) siksa yang pedih.
Selain mengandung isyarat bahwa emas dan perak adalah satuan mata uang,
alat pembayaran dan penyimpan nilai, ayat ini mengandung larangan penimbunan
uang karena akan berakibat “mematikan” fungsinya sebagai sarana kegiatan ekonomi.
Ayat lain yang menyebutkan emas sebagai mata uang dan alat pertukaran
adalah QS. Ali ‘Imran (3) ayat 91:
… ¾ÏmÎ/ 3“y‰tGøù$# Èqs9ur $Y6ydsŒ Äßö‘F{$# âäö@ÏiB NÏdωymr& ô`ÏB Ÿ@t6ø)ム`n=sù Ö‘$¤ÿä. öNèdur (#qè?$tBur (#rã•xÿx. tûïÏ%©!$# ¨bÎ)
Artinya :
Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan mati sedang mereka tetap dalam
kekafirannya, maka tidaklah akan diterima dari seseorang di antara mereka emas
sepenuh bumi, walaupun dia menebus diri dengan emas (yang sebanyak) itu .
23
Sementara itu, kata perak disebutkan enam kali dalam al-Qur’an. Di antaranya
adalah QS. Ali ‘Imran (3) ayat 14:
... ÏpžÒÏÿø9$#ur É=yd©%!$# šÆÏB Íot•sÜZs)ßJø9$# ÎŽ•ÏÜ»oYs)ø9$#ur tûüÏZt6ø9$#ur Ïä!$|¡ÏiY9$# šÆÏB ÏNºuqyg¤±9$# •=ãm Ĩ$¨Z=Ï9 z`Îiƒã—
Artinya :
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang
diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas,
perak
QS. al-Kahf (18) ayat 19:
ÇÊÒÈ ...ÏpoYƒÏ‰yJø ’n<Î) ÿ¾ÍnÉ‹»yd öNä3Ï%Í‘uqÎ/ Nà2y‰ymr& (#þqèWyèö/$$sù óOçFø[Î6s9 $yJÎ/ ÞOn=ôãr& öNä3š/u‘ (#qä9$s% …
Artinya :
Maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa
uang perakmu ini .
Begitupun dengan para ahli ekonomi, banyak para ahli ekonomi yang
mendefinisikan arti uang. Mereka memiliki cara pandangan tersendiri terhadap
hakekat uang. Sehingga masih belum ada kata sepakat tentang arti uang yang
spesifik.
1.
Menurut Muhammad Zaki Syafi’i mendefinisikan uang sebagai: “Segala
sesuatu yang diterima oleh khalayak untuk menunaikan kewajibankewajiban.”19
19
Muhammad Zaki Syafii, Muqaddimah fi an-Nuqud wa al-Bunuk, (Dar al-Nahdhah alArabiya: T.pn., 1982), h. 32.
24
2.
J. P Coraward mendefinisikan uang sebagai: “Segala sesuatu yang diterima
secara luas sebagai media pertukaran, sekaligus berfungsi sebagai standar
ukuran nilai harga dan media penyimpan kekayaan.”20
3.
Boumoul dan Gandlre berkata: “Uang mencakup seluruh sesuatu yang
diterima secara luas sebagai alat pembayaran, diakui secara luas sebagai alat
pembayaran utang-utang dan pembayaran harga barang dan jasa.”21
4.
Nazhim al-Syamry berkata: “Setiap sesuatu yang diterima semua pihak
dengan legalitas tradisi urf atau undang-undang, atau nilai sesuatu itu sendiri,
dam mampu berfungsi sebagai media dalam proses transaksi pertukaran yang
beragam terhadap komoditi dan jasa, juga cocok untuk menyelesaikan utangpiutang dan tanggungan, adalah termasuk dalam lingkup uang.”22
5.
Sahir Hasan berkata: “Uang adalah pengganti materi terhadap segala aktivitas
ekonomi, yaitu media atau alat yang memberikan kepada pemiliknya daya beli
untuk memenuhi kebutuhannya, juga dari segi peraturan perundangan menjadi
alat bagi pemiliknya untuk memenuhi segala kewajibannya.”23
20
J.P. Croward,Almujaz fi iqtishadiyat al-Nuqud, terjemah Mustafa kamal farid, (Cairo: Dar
al-Fikri, T.t), h. 24.
21
Boumoul and Gandlre, ilmu al-Iqtishad (al-amaliyat wa al-siyasat al-iqtishadiyah)
terjemahan Sai’id al-sam’ari dkk, (T.tp: As;ad Bagdad, 1964), h. 344.
22
Nazhim Mhammad Nori al-Syamri, al-Nuqud wa al-Masharif, (Mosoul: Dar kutub Lil atThaba’ah wa al-nasyir,1987), h. 29.
23
Sahir hasan, an-Nuqud wa at-twazun al-iqtishadi, (T.tp: Muassasah Syabab al-Jamiah li al-
Thiba’ah, 1980), h. 50.
25
Berdasarkan definisi-definisi yang telah diutarakan di atas, maka kita bisa
membedakan definisi uang dalam tiga segi:
§ Definisi uang dari segi fungsi-fungsi ekonomi sebagai standar ukuran nilai,
media pertukaran, dan sebagai alat pembayaran yang tertunda deferred
payment.
§ Definisi uang dengan melihat karakteristinya, yaitu segala sesuatu yang
diterima secara luas oleh tiap-tiap individu.
§ Definisi uang dari segi peraturan perundangan sebagai sesuatu yang
memiliki kekuatan hukum dalam menyelesaikan tanggungan kewajiban.
2. Sejarah Uang
Pada peradaban awal, manusia memenuhi kebutuhannya secara mandiri,
mereka memperoleh makanan dari berburu atau memakan berbagai buah-buahan.
Karena jenis kebutuhannya masih sedarhana, mereka belum membutuhkan orang lain.
Masing-masing individu memenuhi kebutuhan makanannya secara mandiri. Dalam
periode yang dikenal sebagai periode prabarter ini, manusia belum mengenal
transaksi perdagangan atau dikenal dengan istilaah jual-beli.24
Ketika jumlah manusia semakin bertambah dan peradabannya semakin maju,
kegiatan dan interaksi antarsesama manusia pun meningkat. Jumlah dan jenis
kebutuhan manusia, juga semakin beragam. Ketika itulah, masing-masing individu
24
240.
Mustafa Edwin Nasution, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, (Jakarta: Kencana 2007),h.
26
mulai tidak mampu memenuhi kebutuhannya sendiri. Bisa dipahami kerana ketika
seseorang menghabiskan waktunya seharian untuk
bercocok tanam, pada saat
bersamaan tentu ia tidak akan bisa memperoleh ikan atau garam, menenung pakaian
sendiri atau kebutuhan lainnya.
Satu sama lain mulai membutuhkan, Karena tidak ada individu yang secara
sempurna mampu memenuhi kebutuhannya sendiri. Sejak saat itulah, manusia mulai
menggunakan berbagai cara dan alat untuk melangsungkan pertukaran barang dalam
rangka memenuhi kebutuhan mereka. Pada tahapan peradaban manusia yang masih
sangat sederhana mereka dapat menyelenggarakan tukar-menukar kebutuhan dengan
cara barter.25 Namun pada akhirnya, banyak kesulitan-kesulitan yang dirasakan
dengan sistem ini. Di antaranya adalah kesulitan untuk menemukan orang yang
mempunyai barang yang diinginkan dan juga mau menukarkan barang yang
dimilikinya serta kesulitan untuk memperoleh barang yang dapat dipertukarkan satu
sama lainnya dengan nilai pertukaran yang seimbang atau hampir sama nilainya.
Untuk mengatasinya, mulai timbul pikiran-pikiran untuk menggunakan
benda-benda tertentu untuk digunakan sebagai alat tukar. Benda-benda yang
ditetapkan sebagai alat pertukaran itu adalah benda-benda yang diterima oleh umum
(generally accepted), benda-benda yang dipilih bernilai tinggi (sukar diperoleh atau
memiliki nilai magis dan mistik), atau benda-benda yang merupakan kebutuhan
primer sehari-hari; misalnya garam yang oleh orang Romawi digunakan sebagai alat
25
Suma, Menggali Akar Mengurai Sehat Ekonomi dan Keuangan Islam, h. 225.
27
tukar maupun sebagai alat pembayaran upah. Pengaruh orang Romawi tersebut masih
terlihat sampai sekarang; orang Inggris menyebut upah sebagai salary yang berasal
dari bahasa Latin salarium yang berarti garam.
Meskipun alat tukar sudah ada, kesulitan dalam pertukaran tetap ada.
Kesulitan-kesulitan itu antara lain karena benda-benda yang dijadikan alat tukar
belum mempunyai pecahan sehingga penentuan nilai uang, penyimpanan (storage),
dan pengangkutan (transportation) menjadi sulit dilakukan serta timbul pula
kesulitan akibat kurangnya daya tahan benda-benda tersebut sehingga mudah hancur
atau tidak tahan lama.
Kemudian muncul apa yang dinamakan dengan uang logam. Logam dipilih
sebagai alat tukar karena memiliki nilai yang tinggi sehingga digemari umum, tahan
lama dan tidak mudah rusak, mudah dipecah tanpa mengurangi nilai, dan mudah
dipindah-pindahkan. Logam yang dijadikan alat tukar karena memenuhi syarat-syarat
tersebut adalah emas dan perak. Uang logam emas dan perak juga disebut sebagai
uang penuh (full bodied money). Artinya, nilai intrinsik (nilai bahan) uang sama
dengan nilai nominalnya (nilai yang tercantum pada mata uang tersebut). Pada saat
itu, setiap orang berhak menempa uang, melebur, menjual atau memakainya, dan
mempunyai hak tidak terbatas dalam menyimpan uang logam.
Sejalan dengan perkembangan perekonomian, timbul kesulitan ketika
perkembangan tukar-menukar yang harus dilayani dengan uang logam bertambah
sementara jumlah logam mulia (emas dan perak) sangat terbatas. Penggunaan uang
28
logam juga sulit dilakukan untuk transaksi dalam jumlah besar sehingga
diciptakanlah uang kertas
Mula-mula uang kertas yang beredar merupakan bukti-bukti pemilikan emas
dan perak sebagai alat/perantara untuk melakukan transaksi. Dengan kata lain, uang
kertas yang beredar pada saat itu merupakan uang yang dijamin 100% dengan emas
atau perak yang disimpan di pandai emas atau perak dan sewaktu-waktu dapat
ditukarkan penuh dengan jaminannya. Pada perkembangan selanjutnya, masyarakat
tidak lagi menggunakan emas (secara langsung) sebagai alat pertukaran. Sebagai
gantinya, mereka menjadikan 'kertas-bukti' tersebut sebagai alat tukar.
3. Fungsi dan Tujuan Uang
a. Fungsi dan Tujuan Uang dalam Islam
1) Uang sebagai Standar Ukuran Harga dan Unit Hitungan
Uang adalah standar ukuran harga, yaitu sebagai media pengukur nilai harga
komoditas dan jasa, dan perbandingan harga komoditas dengan komoditas lainnya.
Pada sistem barter, sangat sulit untuk mengetahui harga komoditas dengan harga
komodias yang lainnya. Demikian pula dengan harga sebuah jasa terhadap jasa-jasa
lainnya.26 Uang dalam fungsinya sebagai standar ukuran umum harga berlaku untuk
ukuran nilai dan harga dalam ekonomi, seperti berlakunya standar meter untuk
ukuran jarak, atau ampere untuk mengukur tegangan listrik, atau kilogram sebagai
26
Subhi Tadris Qharishah dan Medhat Muhammad al-Aqqad,al-nuqudwa al- bunukwa alAlaqat iqtishadiyah al-Dauliyah,(Dar al-Nadhah, Beirut, 1983),h. 17.
29
standar timbangan. Demikianlah uang sebagai alat yang mesti diperlukan untuk setiap
perhitungan dalam ekonomi baik oleh produsen maupun konsumen. Tanpa hal itu,
tidak mumgkin baginya untuk melakukan perhitungan keuntungan atau biaya-biaya.27
2) Uang Sebagai Media Pertukaran
Uang adalah alat tukar yang digunakan setiap individu untuk pertukaran
barang dan jasa. Misalnya ada seseorang yang memiliki tomat dan ia membutukan
beras, kalau dalam sistem barter orang yang memiliki tomat akan pergi ke pasar dan
mencari orang yang memiliki beras dan membutuhkan tomat sehingga bisa terjadi
pertukaran di antara keduanya.
Fungsi ini menjadi sangat penting dalam ekonomi maju, di mana pertukaran
terjadi oleh banyak pihak. Setiap orang tidak memproduksi setiap apa yang ia
butuhkan, tetapi terbatas pada barang tertentu, atau bagian dari barang atau jasa
tertentu, yang dijual kepada orang-orang untuk selanjutnya ia gunakan untuk
mendapatkan barang atau jasa yang ia butuhkan. Ketika seseorang memproduksi
barang dan kemudian menjualnya dengan mendapatkan uang, selanjutnya ia gunakan
untuk membeli kebutuhannya. Dengan demikian, uang membagi pertukaran kedalam
dua macam:
Ø Proses penjualan barang atau jasa dengan pembayaran uang;
Ø Proses pembelian barang atau jasa dengan menggunakan uang.28
27
Fuad Dahman, al-Iqtishad al-Siyasi,(T.tp: T.pn., T.t), h. 8.
30
3) Uang sebagai Media Penyimpan Nilai
Maksud para ahli ekonomi dalam ungkapan mereka, “uang sebagai media
penyimpan nilai” adalah bahwa orang yang mendapatkan uang, terkadang tidak
mengeluarkannya sekaligus,akan tetapi ia sisihkan sebagian untuk membeli
kebutuhan pada waktu tertentu, atau ia menyimpan untuk hal-hal yang tidak terduga
seperti sakit atau mendapatkan kerugian.
b. Fungsi Uang Menurut Imam Al-Ghazali
Uang dinar dan dirham ibarat cermin dari kepemilikan dan kekayaan. Ia
berfungsi sebagai alat tukar. Jika Uang dijadikan komodity sebagaimana barang,
maka hancurlah system perekonomian masyarakat (Imam Al-Ghazali). 29
Tujuh ratus tahun sebelum Adam Smith menulis buku The Wealth of Nation,
seorang tokoh islam bernama Abu Hamid al-Ghazali (w. 1111 M), telah membahas
fungsi uang dalam perekonomian. Secara panjang lebar ia membahas fungsi uang
dalam Bab Syukur dalam kitab Ihya Ulumuddin. Dalam Bab itu beliau mengatakan :
“Di antara nikmat Allah ialah berlakunya Dinar dan Dirham. Dengan dinar dan
dirham kehidupan dunia bisa diatur, padahal keduanya tak lebih dari logam,
yakni barang yang pada asalnya tidak berguna apa-apa. Tetapi semua orang
tertarik pada kedua mata uang itu, sebab setiap orang membutuhkan bermacammacam barang untuk makan, berpakaian, dan kebutuhan-kebutuhan lainnya”.30
1) Evolusi Uang dan Fungsi Uang Imam Al-Ghazali
28
Abdu Hadi Ali al-Najjar, al-Islam wa al-Iqtisha, (Kuwait Alam: al-Ma’rifah, 1983), h. 145.
29
Mohammad Hidayat, an Introduction to the Sharia Economic (Jakarta: Dzikrul hakim
2010), h. 144.
30
Ibid,h. 151.
31
Pembahasan beliau tentang uang nampak cukup komprehensif, yang dimulai
dari evolusi uang hingga fungsi uang. Beliau menjelaskan bagaimana uang mengatasi
permasalahan yang timbul dari suatu perdagangan barter. Dibahas juga berbagai
akibat negatif dari pemalsuan dan penurunan nilai mata uang. Berikut sejumlah
pernyataan beliau tentang uang :
“Kemudian disebabkan jual beli muncul kebutuhan terhadap dua mata uang.
Seseorang yang ingin membeli makanan dengan baju, dari mana dia mengetahui
ukuran makanan dari nilai baju tersebut. Berapa? Jual beli terjadi pada jenis
barang yang berbeda-beda seperti dijual baju dengan makanan dan hewan
dengan baju. Barang-barang ini tidak sama, maka diperlukan hakim yang adil
sebagai penengah antara kedua orang yang ingin bertransaksi dan berbuat adil
satu dengan yang lain. Keadilan itu dituntut dari jenis harta. Kemudian
diperlukan jenis harta yang bertahan lama karena kebutuhan yang terus
menerus. Jenis harta yang paling bertahan lama adalah barang tambang. Maka
dibuatlah uang dari emas, perak, dan logam .31
Perdagangan barter mengandung banyak kelemahan di antaranya (1) kurang
memiliki angka penyebut yang sama (lack of common denominator), (2) barang yang
diperdagangkan sulit untuk dibagi-bagi (indivisibility of goods), (3) keharusan adanya
dua keinginan yang sama antara penjual dan pembeli (double coincidence of wants).32
Dengan berbagai keterbatasan barter tesebut, maka diperlukan suatu alat yang mampu
berperan lebih baik dalam transaksi jual beli. Itulah yang menurutnya mendasari
munculnya kebutuhan akan uang di masyarakat. Dalam ekonomi barter sekalipun,
uang dibutuhkan sebagai ukuran nilai suatu barang, karena transaksi barter hanya
terjadi ketika kedua belah pihak sama-sama membutuhkan barang atau jasa masing31
Al- Ghazali, Ihya Ulumuddin, (Dar al-Khair: T.pn.,1993) Cet ke-2, h. 4.
32
Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, h. 335.
32
masing. Uang berfungsi memperlancar pertukaran dan menetapkan nilai yang wajar
dalam pertukaran tersebut. Beliau mengisyaratkan bahwa uang sebagai unit hitungan
yang digunakan untuk mengukur nilai harga komoditas dan jasa. Kemudian uang juga
sebagai alat yang berfungsi sebagai penengah antara kepentingan penjual dan
pembeli, yang membantu kelancaran proses pertukaran komoditas dan jasa. Selain itu
diisyaratkan juga bahwa uang sebagai alat simpanan, karena itu dibuat dari jenis harta
yang bertahan lama karena kebutuhan akan keberlanjutan sehingga benar-benar
bersifat cair mudah diuangkan kembali, dapat digunakan pada waktu yang
dibutuhkan, dan cenderung mempunyai nilai harga yang stabil.
Berbagai permasalahan perdagangan barter dibahas dengan baik. Meskipun
perdagangan barter dapat dilakukan namun sangat tidak efisien, karena adanya
perbedaan karakteristik barang, baik bentuk, ukuran maupun kualitasnya. Ia
menegaskan bahwa evolusi uang terjadi karena kesepakatan dan kebiasaan yang
berlaku di masyarakat, yakni tidak akan ada masyarakat tanpa pertukaran barang dan
tidak ada pertukaran yang efektif tanpa ekuivalensi, dan ekuivalensi demikian hanya
dapat ditentukan dengan tepat bila terdapat ukuran yang sama. Hal tersebut dapat kita
simak dari paparan beliau di bawah ini:
Termasuk nikmat Allah Swt. Diciptakan dirham dan dinar. Dengan keduanya
kehidupan menjadi lurus. Keduanya hanyalah dua barang tambang yang tidak
ada manfaat pada bendanya, tapi makhluk perlu kepadanya sekiranya setiap
manusia membutuhkan banyak barang yang berkaitan dengan makanan, pakaian,
seluruh kebutuhannya. Terkadang dia tidak mempunyai apa yang tidak ia
butuhkan. Seperti orang yang memiliki za faran misalnya, dan ia membuuhkan
unta untuk tunggangannya. Dan orang yang memiliki unta dapat saja tidak
membutuhkannya dan membutuhkan za faran sehingga terjadi pertukaran antar
keduanya. Dan mau tidak mau dibutuhkan suatu ukuran untuk mengukur
33
pertukaran karena pemilik unta tidak menyerahkan untanya dengan seluruh
ukuran za faran. Dan tidak ada kesesuaian antara za faran dan unta sehingga
dapat dikatakan dia menyerahkan misalnya, dalam berat dan bentuk. Tidak tahu
seberapa banyak za faran yang menyamai seekor unta, sehingga transaksi
mengalami kesulitan. Barang-barang yang beragam dan sangat berbeda ini
membutuhkan penengah yang bertindak seperti pemutus yang adil sehingga
setiap sesuatu dapat diketahui tingkat dan nilainya. Transaksi barter seperti ini
sangat sulit. Barang-barang seperti ini memerlukan media yang dapat
menentukan nilai tukarnya secara adil. Bila tempat dan kelasnya dapat diketahui
dengan pasti, menjadi mungkin untuk menentukan mana barang yang memiliki
nilai yang sama dan mana yang tidak. Maka Allah ciptakan dinar dan dirham
sebagai hakim penengah di antara seluruh harta sehingga dengan keduanya
semua harta dapat diukur. Sesuatu (seperti uang) dapat dengan pasti dikaitkan
dengan sesuatu yang lain jika sesuatu itu tidak memiliki bentuk atau fitur
khususnya sendiri contohnya cermin tidak memiliki warna tetapi dapat
memantulkan semua warna. 33
Allah menciptakan dinar dan dirham sebagai hakim penengah di antara seluruh
harta sehingga seluruh harta bisa diukur dengan keduanya. Dikatakan, unta ini
menyamai 100 dinar, sekian ukuran minyak za faran ini menyamai 100.
Keduanya kira-kira sama dengan satu ukuran maka keduanya bernilai sama.
Namun, dinar dan dirham itu tidak dibutuhkan semata-mata karena logamnya .
Dinar dan Dirham diciptakan untuk dipertukarkan dan untuk membuat aturan
pertukaran yang adil dan untuk membeli barang-barang yang memiliki
kegunaan. 34
Uang tidak mempunyai harga, namun dapat merefleksikan harga semua
barang atau jasa. Semua barang dan jasa akan dapat dinilai atau diukur masingmasing dengan uang. Ibarat cermin, semua jenis benda yang dihadapkan pada sebuah
cermin, maka cermin tersebut akan dapat memantulkan gambar benda yang ada di
depannya. Demikian juga dengan uang, semua benda atau produk yang dihadapkan
dengannya akan dapat dinilai berapa masing-masing harganya. Dengan demikian
uang dapat digunakan sebagai satuan unit penilai semua barang dan jasa. Namun,
33
Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. h. 335.
34
Ahmad Hasan, Mata Uang Islami,(Jakarta: PT. Raja Grafindo 2005), h. 27.
34
beliau menekankan bahwa uang tidak diinginkan karena uang itu sendiri. Artinya,
uang dibutuhkan masyarakat bukan karena masyarakat menginginkan mempunyai
emas dan perak yang merupakan bahan uang tersebut, tetapi kebutuhan tersebut lebih
pada menggunakan uang sebagi alat tukar. Uang baru akan memiliki nilai jika
digunakan dalam suatu pertukaran. Tujuan utama dari emas dan perak adalah untuk
dipergunakan sebagai uang. Uang tidak dibutuhkan untuk uang itu sendiri.
2) Menimbun dan Melebur Uang
Merujuk pada al-Qur’an, beliau mengecam para penimbun uang yang
dianggapnya sebagai penjahat. Uang yang ditimbun tidak akan memberi manfaat bagi
masyarakat luas. Uang yang seharusnya berputar menjadi mandek pada sekelompok
orang. Para produsen, pedagang, distributor akan kesulitan meningkatkan modal
usahanya, karena uang menjadi langka akibat ditimbun atau hanya berputar pada
kalangan tertentu. Penimbunan uang akan mengurangi produktifitas dan inefisiensi
usaha. Yang lebih buruk lagi adalah orang yang melebur Dinar dan Dirham menjadi
perhiasan emas dan perak. Mereka adalah orang yang tidak bersyukur kepada Sang
Pencipta, dan kedudukannya lebih rendah daripada penimbun uang. Berikut petikan
pernyataan beliau tentang ini :
“Jika seseorang menimbun dirham dan dinar, ia berdosa. Dinar dan dirham tidak
memiliki gunas langsung pada dirinya. Dinar dan dirham diciptakan supaya
beredar dari tangan ke tangan, untuk mengatur dan memfasilitasi pertukaran
(sebagai) simbol untuk mengetahui nilai dan kelas barang. Siapapun yang
mengubahnya menjadi peralatan-peralatan emas dan perak berarti ia tidak
bersyukur kepada penciptanya, dan lebih buruk daripada penimbun uang, karena
orang yang seperti itu adalah seperti orang yang memaksa penguasa untuk
melakukan fungsi-fungsi yang tidak cocok seperti menenun kain, mengumpulkan
pajak, dan lain-lain. Menimbun koin masih lebih baik dibandingkan
35
mengubahnya, karena ada logam dan material lainnya seperti tembaga, peruggu,
besi, tanah liat yang dapat digunakan untuk membuat peralatan. Namun tanah liat
tidak dapat digunakan untuk mengganti fungsi yang dijalankan oleh dirham dan
dinar.”35
Kegiatan menimbun uang berarti menarik uang dari peredaran untuk
sementara, artinya uang yang ditimbun tersebut masih berwujud uang dan suatu
ketika dimungkinkan masih dapat beredar kembali ke masyarakat berfungsi sebagai
uang. Sedangkan melebur uang berarti menarik uang dari peredaran untuk selamanya,
karena wujud uang telah berubah bentuk, sehingga tidak lagi dapat berfungsi sebagai
uang. Didasarkan pada teori moneter modern, menimbun uang akan dapat
memperlambat perputaran uang, dan sekaligus memperkecil jumlah transaksi
sehingga akan membuat perekonomian menjadi lesu. Dampak selanjutnya
pertumbuhan ekonomi akan menurun, kesejahteraan masyarakat juga akhirnya
menurun karena pendapatan yang menurun. Sementara itu, melebur uang sama
artinya dengan mengurangi jumlah penawaran uang sebagai alat transaksi untuk
selamanya. Dengan demikian dampak negatifnya akan lebih besar dibandingkan
kalau menimbun uang.36
3) Pemalsuan Uang
Peredaran uang palsu, yaitu dengan kandungan emas atau perak yang tidak
sesuai dengan ketentuan pemerintah, beliau kecam keras. Menurutnya mencetak atau
mengedarkan uang palsu lebih berbahaya daripada mencuri 1.000 Dirham. Perbuatan
35
Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam,h. 336.
36
Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam dari Masa Klasik hingga Kontemporer, h. 129.
36
mencuri adalah satu dosa, sedangkan mencetak dan mengedarkan uang palsu adalah
dosa yang terus berlipat setiap kali uang itu dipergunakan. Dengan beredarnya uang
palsu maka tidak hanya satu pihak yang dirugikan, tetapi banyak pihak dan terus
bertambah dari waktu ke waktu seiring dengan terus bergulirnya uang palsu tersebut
pindah dari satu tangan ke tangan berikutnya. Seseorang yang mendapatkan uang
palsu akan mencoba untuk membelanjakan lagi uang tersebut ke orang lain dengan
sembunyi-sembunyi atau menipu, karena dia tidak mau menanggung rugi, dan begitu
seterusnya. Dengan demikian nilai mudharatnya bisa jadi akan lebih besar daripada
uang senilai 1.000 Dirham. Implikasi makro beredarnya uang palsu ini juga akan
dapat mendorong tingkat inflasi, karena akan menambah jumlah uang beredar di
masyarakat di luar uang resmi yang dikeluarkan pemerintah. Berikut ini kutipan
pernyataan beliau :
Memalsukkan uang palsu dalam peredaran merupakan suatu kezaliman yang
besar. Semua yang memegangnya dirugikan peredaran suatu dirham palsu
lebih buruk daripada mencuri seribu dirham, karena tindakan mencuri
merupakan sebuah dosa, yang langsung berakhir setelah dosa itu diperbuat;
tetapi pemalsuan uang merupakan sesuatu yang berdampak pada banyak orang
yang menggunakannya dalam transaksi selama jangka waktu yang lama.”37
Selanjutnya, beliau membolehkan peredaran uang yang tidak mengandung
emas dan perak, asalkan pemerintah menyatakan uang tersebut sebagai alat bayar
yang resmi. Bila terjadi penurunan nilai uang akibat dari kecurangan, maka pelakunya
harus dihukum. Namun apabila pencampuran logam dalam koin merupakan tindakan
resmi pemerintah dan diketahui oleh semua penggunanya, maka hal tersebut dapat
37
Al-Ghazali, juz 2 h. 73.
37
diterima. Kemudian, secara tidak langsung beliau membolehkan kemungkinan
penggunaan uang representatif (token money). Hal tersebut dapat disimak dari
pernyataan beliau berikut ini :
Zaif (suasa, logam campuran), maksudnya adalah unit uang yang sama sekali
tidak mengandung perak; hanya polesan; atau dinar yang tidak mengandung
emas. Jika sekeping koin mengandung sejumlah perak tertentu, tetapi dicampur
dengan tembaga, dan itu merupakan koin resmi dalam Negara tersebut, maka hal
ini dapat diterima, baik muatan peraknya diketahui ataupun tidak. Namun, jika
koin itu tidak resmi, koin itu dapat diterima hanya jika muatan peraknya
diketahui.”38
4) Perdagangan Uang
Beliau berpendapat bahwa aktifitas memperdagangkan Dinar dengan Dinar
sama halnya dengan memenjarakan uang, sehingga tidak lagi dapat berfungsi.
Semakin banyak uang diperdagangkan, maka semakin sedikit yang dapat berfungsi
sebagai alat tukar. Bila semua uang dipergunakan untuk membeli uang, maka tidak
ada lagi uang yang dapat berfungsi sebagai alat tukar. Uang tidak dapat menghasilkan
apa-apa. Uang hanya akan berkembang apabila diinvestasikan pada kegiatan ekonomi
riil (tangible economic activity). Secara lengkap pernyataan beliau dapat disimak
pada kutipan berikut :
Jika seseorang memperdagangkan dinar dan dirham untuk mendapatkan dinar
dan dirham lagi, ia menjadikan dinar dan dirham sebagai tujuannya. Hal ini
berlawanan dengan fungsi dinar dan dirham. Uang tidak diciptakan untuk
menghasilkan uang. Melakukan hal ini merupakan pelanggaran. Dinar dan
38
Al-Ghazali, juz 2 h. 74.
38
dirham adalah alat untuk mendapatkan barang-barang lainnya. Mereka tidak
dimaksudkan bagi mereka sendiri. Dalam hubungannya dengan barang lainnya,
dinar dan dirham adalah seperti preposisi dalam kalimat digunakan untuk
memberikan arti yang tepat atas kata-kata. Atau seperti cermin yang
memantulkan warna, tetapi tidak memiliki warna sendiri. Bila orang
diperbolehkan untuk menjual (atau mempertukarkan) uang dengan uang (untuk
mendapatkan laba), transaksi seperti ini akan menjadi tujunnya, sehingga uang
akan tertahan dan ditimbun. Menahan penguasa atau tukang pos adalah
pelanggaran, karena dengan demikian mereka dicegah dari menjalankan
fungsinya; demikian pula halnya dengan uang.
Aktifitas mencari pendapatan dari hasil berdagang uang (keuntungan dari
selisih harga beli dan harga jual) akan membuat orang menjadi malas bekerja pada
sektor riil, dan akan semakin sedikit uang yang berputar pada sektor riil, karena
makin banyaknya uang diperdagangkan. Perdagangan uang yang mengandung
spekulasi itu sangat mudah dilakukan, proses untuk sampai pada hasil sangat cepat
tanpa harus bekerja keras, membanting tulang sebagaimana halnya bekerja di sektor
pertanian, perdagangan, industri, peternakan, perkebunan, perikanan dan sebagainya.
Dapat dibayangkan apabila kemudian lebih banyak orang yang tidak bersedia bekerja
di sektor riil karena prosesnya lama dan perlu kerja keras, dan kemudian lebih
menyukai berdagang uang, maka sektor riil akan terganggu. Kemampuan sektor riil
untuk berproduksi semakin menurun karena pelakunya sedikit dan sulitnya
mendapatkan tambahan modal dari investor. Jumlah produksi turun berarti pasokan
barang ke pasar akan berkurang. Akibatnya jumlah permintaan barang di satu sisi
tetap atau bahkan meningkat, sementara di sisi lain terjadi penurunan penawaran
barang. Hukum permintaan dan penawaran akan berlaku di sini, yaitu harga-harga
produk akan melambung ketika lebih besar permintaan daripada penawaran.
39
Harga-harga produk yang tinggi dan tidak diikuti kenaikan pendapatan
masyarakat, maka kemampuan daya beli masyarakat akan turun, yang berarti tingkat
kesejahteraan masyarakat juga menurun. Daya beli masyarakat yang turun akan
menyebabkan permintaan produk pada skala nasional juga akan turun. Dari kacamata
produsen di sektor riil keadaan seperti itu akan menyebabkan penurunan volume
penjualan, sekaligus jumlah pendapatan/keuntungan, dan ada kemungkinan untuk
menurunkan jumlah produksi dalam rangka untuk dapat mempertahankan harga jual
produknya. Sektor riil akibatnya menjadi semakin tidak menarik, semakin banyak
ditinggalkan oleh pelakunya. Akhirnya akan semakin memperparah kondisi
perekonomian, karena akan terjadi inflasi yang berlipat. Kondisi seperti inilah yang
sekarang ini terjadi di Indonesia, di mana jumlah uang yang masuk ke sektor riil jauh
lebih kecil dibandingkan dengan jumlah uang yang ditransaksikan di pasar uang.
40
BAB III
GAMBARAN UMUM SISTEM KEUANGAN KONTEMPORER
A. Pasar Uang
Pasar uang adalah suatu tempat pertemuan abstrak dimana para pemilik dana
jangka pendek dapat menawarkan kepada calon pemakai yang membutuhkannya,
baik secara langsung maupun melalui perantara. Sedangkan yang dimaksud dengan
dana jangka pendek adalah dana-dana yang dihimpun dari perusahaan maupun
perorangan dengan batasan waktu dari satu hari sampai satu tahun, yang dapat
diperjualbelikan didalam pasar uang.Pandji Anoraga dan Piji Pakarti (2001:20).
Perwujudan dari pasar semacam ini berupa institusi dimana individu atau
organisasi yang mempunyai kelebihan dana jangka pendek bertemu dengan individu
yang memerlukan dana.
Pasar Uang menurut Pandji Anoraga dan Piji Pakarti (2001:19) mempunyai
ciri:jangka waktu dana yang pendek, tidak terikat pada tempat tertentu, pada
umumnya supply dan demand bertemu secara langsung dan tidak perlu guarantor
underwriter. Pasar uang dan pasar modal sebetulnya merupakan sarana investasi dan
moblisasi dana. Pasar uang mempunyai fungsi yaitu sebagai sarana alternatif bagi
lembaga-lembaga keuangan, perusahaan non keuangan dan peserta-peserta lainnya
baik dalam memenuhi kebutuhan dana jangka pendek maupun dalam rangka
memijamkan dana atas kelebihan likuiditasnya. Pasar uang juga berfungsi sebagai
sarana pengendali moneter dalam melaksanakan operasi pasar terbuka. SBI
40
41
(Serrifikat Bank Indonesia) sebagai instrumen dalam melakukan operasi pasar
terbuka digunakan untuk kontraksi moneter.
Lembaga-lembaga yang aktif di pasar uang adalah bank komersial, bank
dagang, penyalur uang, dan bank sentral pemerintah.Pandji Anorga dan Piji Pakarti
(2001:19).
Instrumen Pasar Uang di Indonesia:
Instrumen atau surat-surat berharga yang diperjualbelikan dalam pasar uang
jenisnya cukup bervariasi termasuk surat-surat berharga yang diterbitkan oleh badanbadan usaha swasta dan negara serta lembaga-lembaga pemerintah.
Instrumen pasar uang yang ada di Indonesia. Dahlan Siamat (2001:208)
1. Sertfikat Bank Indonesia (SBI)
Instrumen utang yang diterbitkan oleh pemerintah atau bank sentral atas unjuk
dengan jumlah tertentu yang akan dibayarkan kepada pemegang pada tanggal yang
telah ditetapkan. Instrumen ini berjangka waktu jaruh tempo satu tahun atau kurang.
2. Surat Berharga Pasar Uang (SBPU)
Surat-surat berharga berjangka pendek yang dapat diperjualbelikan secara
diskonto dengan Bank Indonesia atau lembaga diskonto yang ditunjuk oleh BI
3. Sertifikat Deposito
Instrumen keuangan yang diterbitkan oleh suatu bank atas unjuk dan
dinyatakan dalam suatu jumlah, jangka waktu dan tingkat bunga tertentu. Sertifikat
Deposito adalah deposito berjangka yang bukti simpanannya dapat diperdagangkan.
Ciri pokok yang membedakaimya dengan deposito berjangka terletak pada sifat yang
42
dapat dipindahtangankan atau diperjualbelikan sebelum jangka waktu jatuli temponya
melalui lembaga - lembaga keuangan lainnya.
4. Commerecial Paper
Promes yang tidak disertai dengan jaminan yang diterbitkan oleh perusahaan
untuk memperoleh dana jangka pendek dan dijual kepada investor dalam pasar uang.
5. Call Money
Kegiatan pinjam meminjam dana antara satu bank dengan bank lainnya untuk
jangka waktu pendek.
6. Repurchase Agreement
Transaksijual odi surat-surat berharga disertai dengan perjanjian bahwa
penjual akan membeli kcmbali surat-surat berharga yang dijual tersebut pada tanggal
dan dengan harga yang telah ditetapkan lebih dahulu
7. Banker's Acceptence
Suatu instrumen pasar uang yang digunakan untuk memberikan kredit pada
eksportir atau importir untuk membayar sejumlah barang atau untuk membeli valuta
asing.39
B. Pasar Modal
Menurut Sofyan S. Harahap kegiatan pasar modal berhubungan dengan
perdagangan surat berharga yang telah ditawarkan kepada umum, yang akan atau
39
“Pasar Uang ; Definisi, Instrumen dan Indikator Pasar Uang”, diakses Juni 2009 dari
http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/06/pasar-uang-definisi-instrumen-dan.html
43
telah diterbitkan oleh emiten sehubungan dengan penanaman modal atau pinjaman
uang dalam jangka panjang, menengah termasuk instrumen derivatifnya. 40
Sedangkan secara yuridis pengertian pasar modal dapat ditemukan pada
Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 pasal 1 butir 13 adalah kegiatan
yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan
publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya serta lembaga dan profesi
yang berkaitan dengan efek.
Pasar modal berada dalam pengawasan Bapepam yang bertanggung jawab
terhadap Menteri Keuangan. Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang
Pasar Modal menyebutkan bahwa penyelenggaraan bursa efek dilakukan atas dasar
izin usaha dari Bapepam yang bertugas untuk membina, mengatur dan mengawasi
sehari-hari kegiatan pasar modal. Pengawasan bursa efek oleh Bapepam yang
bertanggung jawab langsung terhadap Menteri Keuangan. Kewenangan Bapepam
untuk memberikan persetujuan terhadap peraturan bursa efek beserta perubahannya.
Instrument yang diperdagangkan di pasar modal meliputi surat pengakuan hutang dan
surat berharga komersial seperti saham, obligasi, right, warrant, option dll. Berikut
dibawah ini dijelaskan pengertian instrument perdagangan di atas :
1. Saham adalah selembar catatan yang berisi pernyataan kepemilikan sejumlah
modal kepada perusahaan yang menerbitkan.
40
Sofyan Harahap, Pasar Modal Syari ah (Menuju Perumusan Teori Akuntansi Islam),
Jakarta, Pustaka Quantum, 2001.
44
2. Obligasi adalah tanda pengakuan hutang atas pinjaman oleh emiten untuk jangka
waktu
sekurang-kurangnya
tiga
tahun
dengan
imbalan
bunga
serta
pembayarannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3. Option merupakan produk turunan derivatif dari efek saham dan obligasi. Ada
dua istilah dalam option yaitu call option dan put option. Call option memberikan
hak kepada pemegangnya untuk membeli saham pada harga yang telah
ditentukan, sedangkan put option pemegang saham mempunyai hak untuk
menjual saham pada saat yang telah ditentukan.
4. Warrant juga merupakan produk derivatif dari saham biasa yang bersifat jangka
panjang dan memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli saham atas
nama dan dengan harga tertentu.
5. Right adalah hak yang diberikan kepada pemilik saham biasa untuk membeli
tambahan penerbitan saham baru. Hak tersebut biasanya dicantumkan dalam
anggaran dasar perusahaan dengan tujuan pemilik saham yang lama dapat
mempertahankan mengendalikan perusahaan serta mencegah penurunan nilai
kekayaan pemilik saham lama.
Klasifikasi transaksi di pasar modal dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu :
a. Transaksi spot. Transaksi ini adalah pembelian secara langsung di mana pembeli
membayar dengan harga tunai dan menerima surat berharga dari penjual sesuai
dengan prosedur dalam bursa. Transaksi spot atau surat berharga dikeluarkan oleh
perusahaan, proyek, lembaga atau pemerintah.
45
b. Transaksi margin on trading. Transaksi ini adalah pembeli membayar sebagian
harga secara tunai, kemudian perantara mencari pinjaman kepada bank untuk
melunasi sisa harga dengan syarat surat berharga tersebut dijadikan jaminan bagi
pialang untuk melunasi harga pinjaman. Transaksi ini biasanya terjadi di pasar
sekunder.
c. Transaksi short selling. Transaksi ini merupakan suatu bentuk transaksi jual beli
di mana penjualan terhadap surat berharga yang belum dimiliki pada waktu
transaksi. Perdagangan saham di pasar perdana merupakan transaksi antara
emiten dan investor sebelum saham-saham tersebut diperdagangkan di pasar
sekunder, dalam jangka waktu yang ditentukan oleh Bapepam. Harga saham
merupakan harga pasti yang tidak bisa ditawar dan merupakan kesepakatan antara
perusahaan penjamin emisi dan emiten. Jenis perdagangan yang pertama adalah
perdagangan saham yang dilakukan pada pasar primer, sedangkan jenis
perdagangan yang kedua dan ketiga dilakukan di pasar sekunder
C. Arti dan Makna Uang dalam System Keuangan Global
Secara teoritis, sesungguhnya ada beberapa batasan atau pengertian tentang
uang serta komponen-komponen yang termasuk ke dalamnya. Batasan yang secara
umum diterima adalah M1 dan M2. Secara sempit yang disebut sebagai M1 adalah
uang logam, uang kertas, dan M2 adalah simpanan giro atau uang giral. Uang logam
dan uang kertas disebut sebagai uang kartal yang merupakan utang pemerintah
ataupun bank sentral tanpa bunga. Uang giral merupakan utang bank komersial.
46
Uang kertas merupakan bagian yang besar dari uang kartal, semua uang kertas
beredar merupakan uang kertas yang diedarkan atau dikeluarkan oleh bank sentral
yaitu Bank Indonesia dengan otoritas pemerintah yaitu Departemen Keuangan. Uang
kertas bersama-sama dengan uang logam disebut uang kartal.
Seiring dengan perkembangan ekonomi yang sangat pesat, masyarakat
memerlukan alat pertukaran yang lebih praktis dibandingkan dengan uang yang
dikeluarkan oleh pemerintah. Oleh karena itu, selain uang kartal (uang ketas dan
logam) yang diciptakan oleh pemerintah, dalam kegiatan pertukaran terdapat alat
pertukaran lain yang lebih fleksible seperti kartu kredit, cek, giro bilyet dan lain-lain.
Namun alat pembayaran ini belum bisa diterima oleh masyarakat secara umum.
Pemikir arus utama (neoklasik) menganggap uang sebagai pelumas dari mesin
ekonomi.41 Pandangan tentang uang sebagai media intermediasi untuk melancarkan
perdagangan dan pertukaran dikemukakan oleh David Hume (1752). Berbeda dengan
pandangan neoklasik tentang uang, Keynes menganggap bahwa uang berperan
penting mempengaruhi motif dan keputusan yang pada gilirannya akan berdampak
pada situasi ketidakpastian.
Pemikiran Keynes tentang uang sama dengan Schumpeter, mengatakan bahwa
uang memiliki sifat tidak netral. Dia juga turut mempengaruhi tentang bagaimana
kondisi masyarakat secara umum akan terjadi. Bagi Keynes uang adalah penghubung
antara masa lampau dengan masa sekarang, serta masa sekarang dengan masa depan.
41
Federic S. Mishkin, The Economic Of Money,Banking, and Financial Markets,(T.tp., T.pn.,
1998), h. 198
47
Masa lalu adalah mutlak dan tidak bisa dipengaruhi, sementara masa depan penuh
dengan ketidakpastian. Dalam hal ini, uang hanya bisa dipahami dalam konteks
historis (terutama berhubungan dengan faktor-faktor masa lalu) serta konteks
institusionalnya untuk memahami dengan baik faktor-faktor yang berpotensi
berpengaruh di masa depan.42
Pada mulanya manusia menggunakan uang komoditas sebagai alat tukar
menukar. Yang dapat berfungsi sebagai uang komoditas adalah barang yang
mempunyai karakteristik tertentu yaitu dapat diterima atau dihargai oleh semua orang
(mempunyai nilai intrinsik), kualitasnya tidak berubah, jumlahnya terbatas dan
mudah dibawa-bawa. Emas dan perak merupakan komoditas yang menjadi mata uang
global di segala abad.
Karena perkembangan perekonomian yang begitu pesat lambat laun emas
mulai ditinggalkan sebagai alat perantara tukar menukar. Jumlah emas yang terbatas
dirasakan sudah tidak bisa mengatasi pertumbuhan jumlah dan transaksi barang dan
jasa produksi dunia yang begitu pesat; ini merupakan alasan utama mengapa emas
‘dicopot’ dari jabatannya sebagai alat tukar. Walaupun mendapat tentangan dari
sebagian mazhab ekonom tertentu, kini hampir semua negara di dunia sudah
meninggalkan emas sebagai alat tukar, atau paling tidak emas bukan lagi satu-satunya
alat tukar.
42
A. Prasentyantoko, Bencana Finansial Stabilitas Sebagi Barang Publik (Jakarta; PT.Kompas
Media Nusantara 2008), h. 70
48
Kini dunia menggunakan uang fiat. Yaitu alat tukar yang tidak mempunyai
nilai intrinsik; nilai intrinsik adalah nilai yang berasal dari karakteristik fisik yang
dimilikinya, sebagaimana halnya dengan uang komoditas. Nilai nominal uang fiat
ditetapkan oleh produsennya yaitu pemerintah dan bank sentral. Sedangkan nilai
riilnya tergantung dari total jumlah nominal uang yang tersedia untuk bertransaksi
dan nilai riil total barang dan jasa yang tersedia ditransaksikan dengan uang tersebut.
Uang fiat biasanya berupa uang kertas dan uang koin logam.
Tetapi ada uang fiat yang tidak mempunyai bentuk fisik, yaitu uang giral atau
uang yang diciptakan oleh bank sentral (uang primer) dan bank umum (uang
sekunder, UBU=Uang Bank Umum). Uang giral antara lain berupa rekening giro atau
tabungan yang dapat ditukarkan dengan uang fisik sewaktu-waktu dengan menuliskan
cek; atau dengan melalui slip pengambilan untuk buku tabungan; atau melalui ATM
(Automatic Teller Machine).43
1. Jenis-Jenis Uang
a. Uang Kartal
Uang kartal terdiri dari uang kertas dan uang logam. Uang kartal adalah alat
bayar yang sah dan wajib diterima oleh masyarakat dalam melakukan transaksi jual
beli sehari-hari. Lembaga yang bertugas dan mengawasi peredaran uang rupiah
adalah Bank Indonesia, sedangkan perusahaan yang mencetak uang rupiah adalah
Perum Peruri (Percetakan Uang Republik Indonesia).
43
“Uang Komoditas dan Uang Fiat” artikel diakses pada 03-November-2010, dari
http://ekonomi.kompasiana.com/group/bisnis/2010/03/17/uang-komoditas-dan-uang-fiat/
49
1) Uang logam
Berbagai jenis logam yang digunakan sebagai uang terdiri dari emas, perak
ataupun perungu. Dalam hal ini ada kesatuan hitung yang dipergunakan sebagai
standar di mana ada standar baku emas, baku perak dan standar kembar.44
2) Uang kertas (Fiat Money)
b. Uang Giral
Dalam perkembangan perekonomian dan kemajuan masyarakat terutama
sekali dalam perkembangan perdagangan masyarakat, uang kertas dirasakan
mempunyai kelemahan dalam menyelesaikan transaksi-transaksinya terutama untuk
transaksi dalam jumlah yang besar di mana sejumlah uang kertas harus dibawa-bawa
sehingga menimbulkan resiko tertentu dan keadaan yang tidak praktis. Timbullah
kemudian gagasan dari masyarakat dan sejalan juga perkembangan dari perbankan
yaitu untuk mengunakan uang giral (giro, rekening koran ataupun cek) dalam
menyelesaikan transaksi-transaksi perdagangan. Hal ini dilakukan oleh karena dengan
cek tersebut sejumlah uang yang diperlukan dalam penyelesaian transaksi dapat
dengan mudah dituliskan dan diberikan kepada orang yang berkepentingan dan untuk
menukarkan sejumlah yang tertera dalam cek tersebut yang bersangkutan dapat
menukarkannya dengan uang kartal di Bank.45
44
Muchdarsyah Sinungan, Uang dan Bank (Jakarta: Rineka Cipta, 1989), h.11
Muchdarsyah Sinungan, Uang dan Bank, h. 17
45
50
Di Indonesia, bank yang berhak menciptakan uang giral adalah bank umum
selain Bank Indonesia. Menurut UU No. 7 tentang Perbankan tahun 1992, definisi
uang giral adalah tagihan yang ada di bank umum, yang dapat digunakan sewaktuwaktu sebagai alat pembayaran. Bentuk uang giral dapat berupa cek, giro, atau
telegrafic transfer. Uang giral adalah surat berharga yang dapat diuangkan di bank
atau dikantor pos. Contoh uang giral, cek, giro pos, wesel dan surat berharga.Uang
giral biasanya digunakan untuk transaksi dengan nilai uang yang sangat besar.
Uang giral merupakan simpanan uang pada suatu bank dan dapat diambil
sewaktu-waktu dengan menulis cek yang merupakan perintah oleh pemilik simpanan
giro tersebut kepada bank untuk membayar kepadanya atau kepada orang lain atau
pihak lain yang ditunjuk dan dituliskan pada cek tersebut. Cek dapat diigunakan
untuk pembayaran transaksi jual-beli atau transaksi keuangan lainnya. Ia lebih
disenangi daripada uang kartal dalam penggunaan untuk meyelesaikan atau
melaksanakan transaksi pembayaran karena ia lebih aman, lebih mudah, dan praktis
tanpa harus menghitung seperti pembayaran dengan uang kartal.46
2. Peran Uang dalam Ekonomi Konvensional
Uang dalam perekonomian merupakan materi yang sangat berharga dan
sangat ‘diagungkan’ di dunia. Perekonomian modern tidak dapat dipisahkan dengan
pentingnya uang. Uang ibarat darah dalam tubuh manusia. Tanpa uang perekonomian
46
Eko suparayitno, Ekonomi Islam Pendekatan Ekonomi Makro Islam dan Konvensional,
(Jogjakarta; Graha ilmu, 2005), h. 188
51
tidak akan dapat berjalan sebagaimana mestinya. Secara sederhana uang didefinisikan
segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai alat bantu dalam pertukaran. Secara
hukum, uang adalah sesuatu yang dirumuskan oleh undang-undang sebagai uang. Jadi
segala sesuatu dapat diterima sebagai uang jika ada aturan atau hukum yang
menunjukkan bahwa sesuatu itu dapat digunakan sebagai alat tukar.
Fungsi utama uang dalam teori ekonomi konvensional adalah:
a. Sebagai alat tukar (medium of exchange) uang dapat digunakan sebagai alat
untuk mempermudah pertukaran.
b. Sebagai alat kesatuan hitung (unit of account) untuk menentukan nilai/ harga
sejenis barang dan sebagai perbandingan harga satu barang dengan barang
lain.
c. Sebagai alat penyimpan/penimbun kekayaan (store of value) dapat dalam
bentuk uang atau barang.
Ada beberapa teori yang digunakan untuk menjelaskan prilaku uang dalam
ekonomi konvensional, antara lain:
1. Teori Moneter Klasik. Teori permintaan uang klasik tercermin dalam teori
kuantitas uang (MV = PT). Keberadaan uang tidak dipengaruhi oleh suku
bunga, tetapi ditentukan oleh kecepatan perputaran uang tersebut.
2. Teori Keynes. Menurut Keynes,47 motif seseorang untuk memegang uang ada
tiga tujuan yaitu: transaction motive, precautionary motive (keperluan
47
Ibid, h. 191
52
berjaga-jaga) dan speculative motive. Motif transaksi dan berjaga-jaga
ditentukan oleh tingkat pendapatan, sedangkan motif spekulasi ditentukan
oleh tingkat suku bunga.
3. Konsep Time Value of Money.
Hadirnya uang dalam sistem perekonoian akan mempengaruhi perekonomian
suatu negara, yang biasanya berkaiatan dengan kebijakan-kebijakan moneter. Pada
umumnya analisis ekonomi suatu negara ditentukan oleh analisis atas ukuran uang
yang beredar.48
Menurut teori ekonomi konvensional, uang dapat dilihat dari sisi hukum dan
sisi fungsi. Secara hukum uang adalah sesuatu yang dirumuskan oleh undang- undang
sebagai uang. Jadi segala sesuatu dapat diterima sebagai uang jika ada aturan atau
hukum yang menunjukkan bahwa sesuatu itu dapat digunakan sebagi alat tukar.
Sementara secara fungsi, yang dikatakan uang adalah segala sesuatu yang
menjalankan fungsi sebagai uang, yaitu dapat dijadikan sebagai alat tukar menukar
(medium of exchange) dan penyimpan nilai (store of value). Ini adalah pendapat
irving fisher dan Cambridge. Sementara Keynes mengatakan, uang berfungsi sebagai
alat untuk transaksi, spekulasi dan jaga-jaga.
Di dalam ekonomi ini juga, uang dipandang sebagai sesuatu yang sangat
berharga dan dapat berkembang dalam suatu waktu tertentu. Konsep ini disebut time
value of money adalah nilai waktu dari uang bisa bertambah dan berkurang sebagai
48
Ibid, h. 188
53
akibat perjalanan waktu. Dengan memegang uang orang dapat dihadapkan pada
resiko menurunnya daya beli dan kekayaan sebagai akibat inflasi. Sedangkan memilih
menyimpan uang dalam bentuk surat berharga, pemilik akan memperoleh bunga yang
diperkirakan di atas inflasi yang terjadi. Dengan demikian, nilai uang saat sekarang nilai substitusinya terhadap barang akan lebih tinggi dibandingkan nilai di masa yang
akan datang.
D. Masalah dalam System Keuangan Kontemporer (Instabilitas dan Krisis)
Instabilitas financial, resesi, dan krisis Ekonomi adalah beberapa istilah yang
sering digunakan secara bergantian karena kedekatan makna serta ketidakjelasan
definisi. Secara sederhana kita bisa mengatakan bahwa fluktuasi yang terlalu besar
bisa menimbulkan gejala ketidakstabilan (instabilitas), yang apabila terjadi secara
terus menerus dalam waktu cukup lama dapat mengganggu kesinambungan sectorsektor ekonomi lainnya. Sedangkan krisis adalah suatu kondisi di mana berbagai
langkah pengendalian sudah tidak mampu lagi menahan gejolak pada sektor financial,
yang akan segera diikuti dengan kontraksi ekonomi secara menyeluruh.
Sejarah menunjukan manakala sistem financial semakin besar, maka resiko
terjadinya gejolak dan krisis juga semakin tinggi. Maka dari itu, sektor financial
menjadi transmisi yang paling efektif untuk memunculkan gejolak dan dan krisis.
Meskipun sumber dari krisis tidak selalu harus dimulai dari suatu masalah di pasar
financial itu sendiri. Jika krisis masih terisolasi pada sektor financial saja, maka boleh
dikatakan situasi belum sampai menjalar pada krisis ekonomi. Tetapi. Manakala
54
gejolak di sektor financial telah mengganggu kinerja makro ekonomi, seperti inflasi
yang parah, pertumbuhan yang melambat, dan lain sebagainya, maka kondisi ini
boleh dikatakan telah merembet pada situasi krisis ekonomi.
Krisis financial umumnya ditandai dengan terjadinya depresi nilai tukar yang
tajam. Berbagai kriteria dan metode digunakan untuk menilai, kapan sebuah
depresiasi nilai tukar sudah melewati ambang yang bisa ditoleransi, sehingga
memunculkan krisis49
Kesalahan besar ekonomi konvensional ialah menjadikan uang sebagai
komoditas, sehingga keberadaan uang saat ini lebih banyak diperdagangkan daripada
digunakan sebagai alat tukar dalam perdagangan. Lembaga perbankan konvensional
juga menjadikan uang sebagai komoditas dalam proses pemberian kredit. Instrumen
yang digunakan adalah bunga (interest). Uang yang memakai instrumen bunga telah
menjadi lahan spekulasi empuk bagi banyak orang di muka bumi ini. Kesalahan
konsepsi itu berakibat fatal terhadap krisis hebat dalam perekonomian sepanjang
sejarah, khususnya sejak awal abad 20 sampai sekarang. Ekonomi berbagai negara di
belahan bumi ini tidak pernah lepas dari terpaan krisis dan ancaman krisis berikutnya
pasti akan terjadi lagi.50
Ternyata sistem ekonomi kapitalis tak sekuat yang kita bayangkan. Doktrin
sejarah yang dicetuskan oleh Francis Fukuyama, yang menyatakan bahwa kapitalisme
49
50
Prasetyantoko, Bencana Financial Stabilitas sebagai Barang Public, h. 11
Agustianto,” Konsep Uang dalam Ekonomi Islam” artiel Diakses pada 02-Maret-2010, dari
http://agustianto.niriah.com/2008/04/11/konsep-uang-dalam-ekonomi-islam/
55
adalah akhir dari sejarah dunia ternyata tidak benar. Beberapa fakta yang terjadi
justru membuktikan sistem ekonomi ini begitu rapuh dan kosong. Misalnya pada
minggu terakhir Oktober tahun 1997, harga saham di bursa efek jatuh secara drastis.
Fenomena ini bermula dari Hongkong kemudian merembet ke Jepang dan
Eropa sampai akhirnya menerpa Amerika. Peristiwa ini merupakan ulangan dari
peristiwa yang terjadi pada tahun 1987, tatkala harga saham New York turun 22
persen dalam sehari. Menariknya peristiwa ini pun adalah ulangan dari peristiwa pada
tahun 1929 ketika jatuhnya nilai saham Amerika yang menimbulkan depresi ekonomi
yang sangat berat, yang dalam beberapa buku sejarah disebut sebagai The Great
Depression.
Rentetan sejarah kelam kapitalisme yang seolah membentuk siklus ini
kembali terulang pada tahun 2008. Terpaan krisis moneter yang begitu hebat mampu
membuat negara adidaya sekaliber Amerika akhirnya tersungkur tak berdaya. Krisis
ini menimbulkan efek domino yang terasa sampai di tanah air. Bursa Efek Indonesia
(BEI) terpaksa ditutup dengan catatan jumlah transaksi yang irasional (di bawah satu
triliun).
Sebenarnya sistem ekonomi kapitalis yang saat ini diadopsi oleh sebagian
besar negara di dunia, yang memiliki sifat khas yang disebut self destruction. Karena
sistem ekonomi ini menginisiasikan berbagai metode yang justru menghancurkan
dirinya sendiri. Berbagai metode yang digagas oleh para pengusung sistem ini,
semakin memperlihatkan begitu rapuhnya konstruksi sistem kapitalis.
56
Sistem ekonomi kapitalis dibangun dengan monetery based economy
(ekonomi berbasis sektor moneter). Implikasinya sistem ekonomi kapitalis banyak
bermain pada sektor-sektor non real yang dicirikan dengan adanya bursa saham dan
pasar modal yang di dalamnya diwarnai dengan aktivitas jual beli saham, obligasi dan
berbagai komoditi tanpa adanya syarat serah terima komoditi yang diperjualbelikan.
Bahkan
komoditi tersebut dapat diperjualbelikan
berkali-kali
tanpa harus
mengalihkannya dari pemilik asli. Model transaksi semacam ini adalah batil dalam
pandangan Islam dan mampu menimbulkan banyaknya spekulasi yang berujung pada
goncangan pasar.51
51
Agustianto “Konsep Uang dalam Ekonomi Islam”, artikel diakses pada 03-Okober-2010,
dari http://agustianto.com/2008/04/11/konsep-uang-dalam-ekonomi-islam
57
BAB IV
ANALISA RELEVANSI KONSEP UANG AL-GHAZALI DALAM SISTEM
KEUANGAN KONTEMPORER
Sebagai perbandingan dengan teori ekonomi konvensional kapitalisme, Islam
membicarakan uang sebagai sarana penukar dan penyimpan nilai, tetapi uang
bukanlah barang dagangan. Uang menjadi berguna hanya jika ditukar dengan barang
yang nyata atau digunakan untuk membeli jasa. Oleh karena itu, uang tidak bisa di
jual dan dibeli secara kredit. Orang perlu memahami kebijakan Rasulullah Saw,
bahwa tidak hanya mengumumkan bunga atas pinjaman sebagai sesuatu yang tidak
sah tetapi juga melarang pertukaran uang dan beberapa benda bernilai lainnya untuk
pertukaran yang tidak sama jumlahnya, serta menunda pembayaran jika barang
dagangan atau mata uangnya adalah sama. Efeknya adalah mencegah bunga yang
masuk ke system ekonomi melalui cara yang tidak diketahui. Jika uang adalah flow
concept maka modal adalah stock concept.
Di dalam ekonomi Islam, konsep time value of money tentunya tidak akan
terjadi. Untuk menganalisa ini, ada ajaran kuat dalam Islam, yaitu terdapat di dalam
QS.Al Ashr:1-3 :
Èd,ysø9$$Î/ (#öq|¹#uqs?ur ÏM»ysÎ=»¢Á9$# (#qè=ÏJtãur (#qãZtB#uä tûïÏ%©!$# žwÎ) ÇËÈ AŽô£äz ’Å"s9 z`»|¡SM}$# ¨bÎ) ÇÊÈ ÎŽóÇyèø9$#ur
ÎŽö9¢Á9$$Î/ (#öq|¹#uqs?ur
57
58
Artinya :
1. demi masa,.2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,3.
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat
menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi
kesabaran. (Q.S.al-Ashr : 1-3).
Dari Surah al Ashr ini menunjukan bahwa waktu bagi semua orang adalah
sama kuantitasnya, yaitu 24 jam/hari, 7 hari/minggu. Namun nilai dari waktu itu akan
berbeda dari satu orang dengan orang lainnya. Perbedaan nilai waktu tersebut adalah
tergantung pada bagaimana seseorang memanfaatkan waktu. Semakin efektif dan
efisien, maka akan semakin tinggi nilai waktunya. Efektif dan efisien akan
mendatangkan keuntungan di dunia bagi siapa saja yang melaksakannya. Oleh karena
itu, siapapun pelakunya tanpa memandang suku, agama dan ras, secara sunatullah ia
akan mendapatkan keuntungan di dunia. Di dalam Islam keuntungan bukan saja di
dunia, namun yang dicari adalah keuntungan dunia dan akhirat. Oleh karena itu,
pemanfaatan waktu bukan saja harus efisien dan efektif, namun juga harus di dasari
keimanan.
Hampir semua praktisi dan akademisi ekonomi syariah pun menolak teori
Time value of Money dalam pengertian dan penerapan sesuai aslinya pada ekonomi
konvensional. Oleh karenanya dimunculkan istilah baru yang lebih sesuai dengan
ajaran Islam yaitu Economics Value of Time atau nilai Ekonomi dari waktu.52
Uang pada dasarnya berfungsi sebagai alat transaksi yang berguna sebagai
refleksi dari nilai sebuah barang atau jasa. Karena karakternya yang dapat dipecah-
52
Muhaimin Iqbal, Dinar solution, (Jakarta: Gema insane Press, 2008) Cet Pertama, h. 49.
59
pecah (berdasarkan nominal yang melekat pada uang tersebut) membuat uang
menjadi cukup praktis dijadikan alat tukar yang memperlancar transaksi
perekonomian. Namun seiring dengan perkembangan aktivitas ekonomi, baik
kompleksitas aktivitas maupun lingkungan, bentuk uang pun kemudian berkembang
pada bentuk-bentuk yang lebih canggih.
Dalam Islam, urgensi kehadiran uang dipertegas oleh pendapat Rasulullah
Saw yang menyebutkan perdagangan yang lebih baik (adil) itu perdagangan yang
menggunakan uang (Dinar dan Dirham). Dan akibat kehadiran uang inilah hakikat
ekonomi (dalam perspektif Islam) dapat berlangsung dengan lebih baik, yaitu
terpelihara dan meningkatnya perputaran harta diantara pelaku ekonomi. Dengan
uang aktifitas zakat, infaq, shadaqah, wakaf, kharaj, jjizyah, dan lain-lain dapat lancar
terselenggara. Dengan hadirnya uang juga membuat aktifitas sektor swasta, publik,
dan sosial dapat terakselerasi dengan lebih cepat.53
Secara garis besar, perekonomian terbagi menjadi dua sektor besar; sektor riil
(jual-beli barang dan jasa) dan sektor moneter (jual-beli keuangan seperti yang ada
pada pasar uang, modal, obligasi dan derivative). Dengan kehadiran bunga ini, motif
seseorang tidak lagi hanya atas alasan transaksi dan berjaga-jaga, tetapi juga
berdasarkan motif spekulasi. Motif spekulasi ini terbentuk akibat bunga mendorong
uang menjadi komoditi, dimana sejumlah uang memiliki harganya sendiri yaitu
bunga. Dan mau tidak mau terbentuklah pasar bagi komoditi uang ini, tempat di mana
53
Ali sakti, Analisis Teoritis Ekonomi Islam jawaban atas Kekacauan Ekonomi Modern,
(Jakarta: Paradigma dan Aqsa Pulishing, 2007), h. 276-278.
60
pemilik-pemilik uang dapat berspekulasi menggunakan uangnya untuk memperoleh
keuntungan tanpa harus beraktivitas riil.
Sementara dalam Islam, motif seseorang memegang uang terbatas pada motif
transaksi dan berjaga-jaga. Motif spekulasi tidak dibenarkan secara syariah, dan
memang dalam perekonomian bunga yang membuat kecenderungan itu tidak
dibenarkan. Jadi pengambilan keuntungan dalam Islam harus benar-benar
bersinggungan dengan aktivitas riil (produktif), Disamping itu, jika seseorang yang
memiliki uang sejumlah tertentu diatas batas nisab zakat, maka ia akan dihadapkan
oleh resiko zakat atas uang yang dipegang.
A. Kelemahan Dalam Sistem Nilai Tukar
Ada beberapa faktor yang menjelaskan tentang Rapuhnya Penopang Sistem
Keuangan Kapitalisme (Pasar Modal & Pasar Uang):
1. Pasar Modal (Stock Exchange) 54
Sesungguhnya, skandal keuangan yang terjadi pada beberapa perusahaan
besar Amerika merupakan pemicu keterpurukan bursa saham Amerika atas
keroposnya sistem keuangan kapitalisme. Pertumbuhan keuangan ala kapitalisme
(yang bertumpu pada transaksi spekulatif di sektor non-real) memang dapat
meningkatkan pertumbuhan sektor non real dengan sangat pesat. Akan tetapi, ia akan
54
“Analisis Krisis Keuangan Global; Indicator sudah berakhirnya Kejayaan Kapitalisme”
artikel
diakses
pada
23-Oktober-2010,
dari
http://syabab.com/index.php?view=article&catid=79:analisis&id=458:krisis-keuangan-globalindikator-sudah-berakhirnya-kejayaan-kapitalisme-bag-2-&option=com_content&Itemid=179,
61
menghadapi bahaya pertumbuhan itu sendiri, yakni bahaya ‘gelembung ekonomi’
(bubble economy). Ini ditandai dengan meningkatnya harga saham-saham dengan
pesat hingga akhirnya harga saham kelewat mahal serta melebihi kapasitas dan
kemampuannya berproduksi. Pada saat yang sama, para analis saham pun terus
memberikan
rekomendasi
beli
sehingga
saham
diburu
dan
harga
terus
menggelembung. Pada satu saat, penggelembungan itu akan mencapai titik jenuh.
Ibarat balon yang terus ditiup sampai besar, ia akhirnya meletus.
2. Pasar Uang (Money Market)
Krisis yang terjadi di bursa saham di atas, telah cukup menggambarkan bahwa
sistem keuangan ekonomi yang ditopang kuat oleh sektor non-real yang sangat kental
dengan bisnis spekulatif sama sekali tidak mendukung terhadap pertumbuhan
ekonomi di sektor real.
Sebagaimana diketahui, sistem Pasar Modal tidak akan berfungsi dan
berkembang tanpa adanya dukungan sistem-sistem pokok perekonomian lainnya
seperti Perseroan terbatas (PT), sistem perbankan ribawi, dan sistem uang kertas
inconvertible. Ketiga sistem tersebut secara sinergis membagi perekonomian
kapitalisme menjadi dua sektor: (1) sektor real, yang diadalamnya terdapat aspek
produksi serta pemasaran barang dan jasa secara real; (2) sektor ekonomi
modal/kapital, yang oleh kebanyakan orang disebut sektor non-real, yang di
dalamnya terdapat aspek penerbitan dan jual beli surat-surat berharga yang beraneka
ragam.
62
Saat ini, perdagangan di sektor non-real ini telah sedemikian jauhnya,
sehingga nilai transaksinya berlipat ganda melebihi nilai sektor real. Hampir semua
negara di dunia ini terjangkit bisnis spekulatif seperti perdagangan surat
berharga/utang di bursa saham (stock exchange) berupa saham, obligasi (bonds),
commercial paper, promissory notes dsb; perdagangan uang di pasar uang (money
market); serta perdagangan derivatif di bursa berjangka.
Mengapa sektor non-real ini bergerak dengan sangat cepat bisa ditelusuri
sejak awal tahun 1980. Dalam rangka meningkatkan kapasitas permodalan,
perusahaan-perusahaan multinasional di Amerika mulai memanfaatkan dana-dana
menganggur yang berada di lembaga-lembaga dana pensiun, asuransi, dan
sebagainya, juga memburu dana murah di pasar modal atau bermain valuta asing di
pasar uang. Cara ini kemudian menjalar ke negara-negera industri lainnya di Eropa
dan Jepang, kemudian ke negara-negara industri baru seperti Singapura, Hongkong,
hingga terus bergulir ke semua negara sampai ke level perusahaan. Tindakan tersebut
mengakibatkan terjadinya peningkatan arus moneter yang luar biasa dahsyatnya tanpa
diimbangi oleh peningkatan arus barang dan jasa.
Data menunjukkan bahwa realitas perdagangan uang (sektor non-real) dunia
telah berlipat sekitar 80 kali dibandingkan dengan sektor real. Hal ini merupakan
fenomena “keterkaitan” antara sebagian besar perputaran uang dengan arus barang
dan jasa. Ini berarti telah terjadi secara global apa yang disebut bubble economy
(gelembung balon ekonomi), karena kegiatan ekonomi dunia didominasi oleh
kegiatan sektor non real yang spekulatif. Dalam satu hari saja sudah sekitar 1-2 triliun
63
dollar AS dana spekulasi tersebut gentayangan mencari tempat yang paling
menguntungkan di dunia. Dalam hitungan setahun, arus uang berjumlah sekitar 700
triliun dollar AS dalam bentuk stock of financial assets seperti company stocks,
derifatives, dan government bonds, commercial paper, dan sebagainya.
Sementara itu, hanya sekitar 7 triliun saja nilai arus barang dan jasa yang
diperdagangkan atau hanya seperseratusnya. Sektor non real berlipat kali lebih besar
daripada nilai total barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksi oleh aktifitas
ekonomi negeri-negeri kapitalis maju. Ini kemudian melahirkan raksasa-raksasa
financial Amerika sebagai transnational company seperti the Rockefellers, Mellons,
Morgans, DuPonts, Whitneys, Warbrugs, Vanderbilts, Goldman Sach, Lehman
Brothers, dan masih banyak lagi. Mereka bukan saja menguasai bank-bank dan
perusahaan-perusahaan asuransi, namun juga perusahaan-perusahaan industri; tidak
saja di Amerika, tetapi juga di dunia.
Dari sini sekaligus kita dapat mengetahui betapa timpangnya perbandingan
sektor non-real dan sektor real, jauh dari harapan ekspektasi pertumbuhan ekonomi;
betapa pula pertumbuhan ekonomi versi kapitalisme hanya merupakan pertumbuhan
semu, bukan pertumbuhan sebenarnya.
Lebih runyam lagi, dengan desakan globalisasi dan liberalisasi yang kita
terima secara taken for granted itu, pemanfaatan dana-dana untuk spekulasi dalam
kegiatan pasar modal dan uang semakin intensif. Dengan begitu, semakin terbuka
sektor moneternya (pasar uang dan pasar modal) suatu negara, akan semakin tinggi
resiko perekonomiannya terhadap segala gejolak ekonomi eksternal. Inilah yang
64
terjadi di Indonesia. Dampak yang tidak menguntungkan dari kondisi tersbut adalah
ketergantungan ekonomi negara-negara berkembang terhadap permainan pihak asing.
Kondisi ini diperparah oleh ketentuan-ketentuan WTO yang telah menjerumuskan
negara-negara berkembang ke dalam situasi ketergantungan pada kekuatan ekonomi
asing.
Bersamaan dengan itu, maraknya fenomena kegiatan ekonomi dan bisnis
spekulatif (terutama di dunia pasar modal, pasar valuta asing) membuat dunia
dibayangi hantu bubble economy, yaitu gelembung ekonomi yang besar dalam
perhitungan kuantitas moneternya, namun tak diimbangi oleh sektor real, bahkan
sektor real amat jauh ketinggalan, sehingga sewaktu-waktu akan meletus.
Dengan demikian, kita dapat membayangkan rapuhnya jaringan keuangan dan
perdagangan sistem kapitalisme yang saat ini telah menggurita di seluruh dunia.
Dasar-dasar sistem keuangan dan perdagangannya lebih banyak dipenuhi oleh anganangan dan khayalan. Ini terbukti dengan makin menggelembungnya sektor non-real
ratusan kali lipat dibandingkan dengan pertumbuhan sektor real. Jaringan keuangan
dan perdagangan mereka bagaikan jaring laba-laba, sangat rapuh dan kehancurannya
adalah sesuatu yang niscaya tinggal menunggu waktu.
Ambruknya sistem keuangan global yang kesekian kalinya ini, akan menjadi
salah satu catatan sejarah dalam peristiwa peralihan pemegang peradaban dunia, dari
kapitalisme ke Islam
65
B. Krisis yang Berulang
Perlu juga dicatat, krisis yang terjadi sekarang merupakan krisis yang
berulang. Pada minggu terakhir Oktober 1997, harga-harga saham di bursa-bursa
saham utama dunia jatuh berguguran; berawal di Hongkong, lalu merembet ke
Jepang, Eropa, dan akhirnya mendarat di Amerika. Anjloknya harga saham tersebut
terjadi secara berurutan dari satu negeri ke negeri lainnya.
Tragedi serupa terjadi pada bulan dan tahun yang sama, yakni ketika indeks
harga saham di New York turun 22% dalam sehari. Indeks utama saham-saham
industri Dow Jones jatuh ke titik terendah setelah Worldcom –perusahaan
telekomunikasi kedua terbesar di AS– mengajukan proteksi kepailitan ke pengadilan.
Disusul kebangkrutan perusahaan energi, Enron, Desember 2001. Lebih ke belakang
lagi, peristiwa serupa pernah terjadi pula pada tahun 1929. ketika itu, jatuhnya nilai
saham di Amerika telah menimbulkan depresi ekonomi yang sangat parah sehingga
menimbulkan kemelaratan, kelaparan, dan kesengsaraan yang berkelanjutan.
Akhirnya, Presiden Roosevelt memutuskan untuk melibatkan Amerika dalam kancah
Perang Dunia II dalam rangka membangkitkan Amerika dengan cara memproduksi
kebutuhan-kebutuhan perang yang sangat besar.
C. Sistem Ekonomi Islam yang Berbasis Sektor Real
Dalam kehidupan ekonomi Islam, setiap transaksi perdagangan harus
dijauhkan dari unsur-unsur spekulatif, riba, gharar, majhul, dharar, mengandung
penipuan, dan yang sejenisnya. Unsur-unsur tersebut di atas, sebagian besarnya
66
tergolong aktifitas-aktifitas non-real. Sebagian lainnya mengandung ketidakjelasan
pemilikan. Sisanya mengandung kemungkinan munculnya perselisihan. Islam telah
meletakkan transaksi antar dua pihak sebagai sesuatu yang menguntungkan
keduanya; memperoleh manfaat yang real dengan memberikan kompensasi yang juga
bersifat real. Transaksinya bersifat jelas, transparan, dan bermanfaat. Karena itu,
dalam transaksi perdagangan dan keuangan, apapun bentuknya, aspek-aspek non-real
dicela dan dicampakkan. Sedangkan sektor real memperoleh dorongan, perlindungan,
dan pujian.
Hal itu tampak dalam instrumen-instumen ekonomi berikut:
a. Islam telah menjadikan standar mata uang berbasis pada sistem dua logam,
yaitu emas dan perak. Sejak masa pemerintahan Khalifah Abdul Malik ibn
Marwan, mata uang Islam telah dicetak dan diterbitkan (tahun 77 H). Artinya,
nilai nominal yang tercantum pada mata uang benar-benar dijamin secara real
dengan zat uang tersebut.
b. Islam telah mengharamkan aktifitas riba, apapun jenisnya; melaknat/mencela
para pelakunya. Allah Swt berfirman:
tûüÏZÏB÷s•B OçFZä. bÎ) (##qt/Ìh•9$# z`ÏB u’Å+t/ $tB (#râ‘sŒur ©!$# (#qà)®?$# (#qãZtB#uä šúïÏ%©!$# $yg •ƒr'¯»tƒ
Artinya
“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa
riba (yang belum dipungut) jika kalian orang-orang yang beriman” (QS Al
Baqarah 278)
67
Berdasarkan hal ini, transaksi riba yang tampak dalam sistem keuangan dan
perbankan konvensional (dengan adanya bunga bank), seluruhnya diharamkan secara
pasti; termasuk transaksi-transaksi derivative yang biasa terjadi di pasar-pasar uang
maupun pasar-pasar bursa. Penggelembungan harga saham maupun uang adalah
tindakan riba.
Ada beberapa jenis transaksi yang dilarang oleh Allah Swt dan Rasul-Nya ini
tergolong ke dalam
transaksi-transaksi
non-real
atau
dzalim yang dapat
mengakibatkan dharar/bahaya bagi masyarakat dan negara, memunculkan high cost
dalam ekonomi, serta bermuara pada bencana dan kesengasaraan pada umat manusia.
Diantaranya adalah :
a. Transaksi spekulatif, dan kotor diharamkan oleh Allah SWT, sebagaimana
firmanNya:
öNä3ª=yès9 çnqç7Ï^tGô_$$sù Ç`»sÜø‹¤±9$# È@yJtã ô`ÏiB Ó§ô_Í‘ ãN»s9ø—F{$#ur Ü>$|ÁRF{$#ur çŽÅ£øŠyJø9$#ur ã•ôJsƒø:$# $yJ¯RÎ) (#þqãYtB#uä tûïÏ%©!$# $pkš‰r'¯»tƒ
.. tbqßsÎ=øÿè?
Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya minum khamr, berjudi,
(berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah adalah
perbuatan keji termasuk perbuatan syaithan” (QS Al maidah 90).
b. Transaksi perdagangan maupun keuangan yang mengandung dharar/bahaya
(kemadaratan), baik bagi individu maupun bagi masyarakat, harus dihentikan
dan dibuang jauh-jauh.
68
c. Islam melarang al-ghasy, yaitu transaksi yang mengandung penipuan,
pengkhianatan, rekayasa, dan manipulasi.
d. Islam melarang transaksi perdagangan maupun keuangan yang belum
memenuhi syarat-syarat keuangan yang belum sempurnanya kepemilikan
seperti yang biasa dilakukan dalam future trading.
Sifat-sifat tersebut melekat dalam sistem ekonomi kapitalis dengan berbagai
jenis transaksinya. Konsekuensi bagi negara dan masyarakat yang menganut atau
tunduk dan membebek pada sistem ekonomi kapitalis yang dipaksakan oleh negaranegara Barat adalah kehancuran ekonomi dan kesengsaraan hidup.
Namun, para penguasa negeri-negeri Muslim saat ini lebih suka mengekor di
belakang sistem kapitalis Barat yang terbukti mengengsarakan dan rusak. Karena itu,
sistem ekonomi Islam yang berbasis pada sektor real hanya mampu dilakukan oleh
negara yang berani menghadapi sistem ekonomi kapitalis. Tak sekedar menjalankan
sistem ekonomi, namun ditopang juga oleh sistem politik yang kuat. Hal itu dapat
dijalankan hanya dengan mewujudkan terlebih dulu Negara Khilafah Islamiyah.55
Kesalahan besar ekonomi konvensional ialah menjadikan uang sebagai
komoditas, sehingga keberadaan uang saat ini lebih banyak diperdagangkan daripada
digunakan sebagai alat tukar dalam perdagangan. Lembaga perbankan konvensional
juga menjadikan uang sebagai komoditas dalam proses pemberian kredit. Instrumen
55
“Analisis krisis Keuangan Global” artikel diakses pada 01-Oktober-2010, dari
http://syabab.com/index.php?view=article&catid=79:analisis&id=458:krisis-keuanganlobalindikator-sudah-berakhirnya-kejayaan-kapitalisme-bag-2 &option=com_content&Itemid=179.
69
yang digunakan adalah bunga (interest). Uang yang memakai instrumen bunga telah
menjadi lahan spekulasi empuk bagi banyak orang di muka bumi ini. Kesalahan
konsepsi itu berakibat fatal terhadap krisis hebat dalam perekonomian sepanjang
sejarah, khususnya sejak awal abad 20 sampai sekarang. Ekonomi berbagai negara di
belahan bumi ini tidak pernah lepas dari terpaan krisis dan ancaman krisis berikutnya
pasti akan terjadi lagi.
Dalam ekonomi konvensional bunga dianggap sebagai harga dari uang atau
modal yang digunakan untuk kegiatan investasi. Padahal investasi belum tentu
mendapatkan keuntungan dan bahwa setiap usaha pasti menghadapi kemungkinan
untung rugi atau kemungkinan resiko kegagalan itu ada, sehingga pengembalian
terhadap uang modal bisa saja berupa positive return atau zero return atau negative
return,56 sementara bunga bersifat positive return. Hal ini terjadi karena konsep
ekonomi konvensional yang menganggap peran dan fungsi uang sebagi alat
penyimpan kekayaan dan sebagai alat standar pembayaran di masa depan yang tentu
saja memperhitungkan bunga. Dan dalam ekonomi konvensional uang adalah identik
dengan modal yang apabila digunakan harus memperhitungkan rate of return dari
penggunaan tersebut.
Dalam pandangan ekonomi Islam fungsi dan peran uang hanya sebagai alat
pertukaran dan sebagai alat pengukur nilai, karena itu dalam ekonomi Islam uang
56
M. Nejatullah Siddiqi, “Teaching Economics in an Islamic Perspective.” Dalam Reading in
Macroeconomics, an Islami Perspective. Ed. Sayyid Tahir et. al. (Selangor: Longman Malaysia
Sdn., Bhd., 1992), h.13.
70
tidak boleh dijadikan sebagai penyimpan kekayaan apalagi ditimbun dan diendapkan.
Pada suatu tingkat teoritis ekonomi Islam memberikan remedi mengenai hal ini
dengan cara penghapusan system bunga dan dikenakannya zakat pada uang yang
tidak digunakan, sehingga diharapkan dapat mengurangi nafsu pemegangan uang
secara spekulatif.
Penyelesaiannya bukan saja hanya dengan menghapuskan bunga dalam
system perekonomian dan menerapkan system bagi hasil misalnya dengan prinsip
Mudarabah atau yang lainnya, tetapi yang lebih penting adalah rule of the game dari
pada Islam secara kaffah harus dilaksanakan oleh semua pihak dan terutama oleh
pelaku ekonomi. Islam telah memberikan peraturan dasar yang menurut Mahmud
Abu Saud adalah sebagai berikut:57
1) Work and Reward.
Artinya, setiap orang harus bekerja untuk memperoleh pendapatan. Tidak ada
pendapatan tanpa bekerja dan tidak ada jaminan memperoleh keuntungan tanpa
menghadapi resiko kerugian.
2) Hoarding and Monopoly.
Artinya, tidak boleh seorangpun dalam kehidupan bermasyarakat untuk
melakukan penimbunan terhadap barang yang dibutuhkan oleh masyarakat atau
memonopolinya, tetapi hendaknya disirkulasikannya diantara masyarakat.
3) Depreciation.
57
Mahmud Abu Saud, Studies in Islami, (T.tp: T.pn., t.t),h. 76-78.
71
Setiap komoditas harus depresiasi termasuk uang. Untuk menghindari
penimbunan uang sebagai asset atau kekayaan harus didepresiasi dengan pembebanan
pajak atau zakat 2,5%.
4) Money as a Means of Exchange.
Artinya, uang hanyalah sebagai alat tukar dan bukan yang lainnya, sehingga
uang tidak boleh diperjualbelikan, meskipun terbuat dari emas atau perak.
5) Interest is Riba.
Artinya, dalam ekonomi Islam bunga adalah riba dan tidak diperbolehkan.
6) Social Solidarity.
Artinya, solidaritas dan saling menolong harus ditegakkan dalam kehidupan
bermasyarakat, sehingga kebutuhan hidup dapat dipenuhi oleh semua pihak dan
menjunjung tinggi moral dan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil alamin.
Uang merupakan produk dari konvensi sosial yang mempunyai daya beli atau
purchasing power hanya karena masyarakat percaya uang itu berlaku dan mempunyai
nilai dan di back up oleh kekuasaan dibandingkan dengan komoditas lainnya.
Ketentuan uang hanya sebagai alat tukar (medium of exchange), bukan
sebagai barang dagangan (komoditas) yang diperjualbelikan seperti sekarang ini telah
banyak dibahas ulama seperi Ibnu Taymiyah, Al-Ghazali, Al-Maqrizi, Ibnu Khaldun
dan lain-lain. Hal dipertegas lagi Choudhury dalam bukunya “Money in Islam: a
Study in Islamic Political Economy , bahwa konsep uang tidak diperkenankan untuk
72
diaplikasikan pada komoditi, sebab dapat merusak kestabilan moneter sebuah
negara.58
Oleh karena itu motif permintaan akan uang adalah untuk memenuhi
kebutuhan transaksi (money demand for transaction), bukan untuk spekulasi. Islam
juga sangat menganjurkan penggunaan uang dalam pertukaran karena Rasulullah
telah menyadari kelemahan dari salah satu bentuk pertukaran di zaman dahulu yaitu
barter (bai al muqayyadah), di mana barang saling dipertukarkan. Menurut Afzalur
Rahman, Rasulullah Saw menyadari akan kesulitan-kesulitan dan kelemahan –
kelemahan akan sistim pertukaran ini, lalu beliau ingin menggantinya dengan sistem
pertukaran melalui uang. Oleh karena itu beliau menekankan kepada para sahabat
untuk menggunakan uang dalam transaksi-transaksi mereka.
Hal ini dapat dijumpai dalam hadits-hadits antara lain seperti diriwayatkan
oleh Ata Ibn Yasar, Abu Said dan Abu Hurairah, dan Abu Said Al Khudri.
Dari Abu Said r.a, katanya :
“Pada suatu ketika, Bilal datang kepada Rasulullah saw membawa kurma Barni.
Lalu Rasulullah SAW bertanya kepadanya, Kurma dari mana ini ? Jawab
Bilal, Kurma kita rendah mutunya. Karena itu kutukar dua gantang dengan satu
gantang kurma ini untuk pangan Nabi SAW. Maka bersabda Rasulullah SAW,
lnilah yang disebut riba. Jangan sekali-kali engkau lakukan lagi. Apabila engkau
ingin membeli kurma (yang bagus), jual lebih dahulu kurmamu (yang kurang
bagus) itu, kemudian dengan uang penjualan itu beli kurma yang lebih bagus.”
(H.R Bukhari Muslim).
58
Choudhury, Money in Islam: a Study in Islamic Political Economy, (London: The
Macmillan Press,1996), h. 24.
73
Dari hadits di atas dapat dipahami bahwa Nabi Saw memerintahkan agar
menjual kurma (yang kurang bagus) terlebih dahulu, kemudian uang penjualan itu
digunakan untuk membeli kurma yang berkualitas bagus tadi. Jadi Nabi saw
melarang menukar secara langsung 2 sha’ kurma kurang bagus dengan 1 sha’ kurma
yang berkualitas bagus.
Rasulullah Saw tidak menyetujui transaksi-transaksi dengan sistim barter,
karena itu beliau menganjurkan penggunaan uang sebagai alat tukar.
Sementara itu, menurut Dr. Rif at al-‘Audi, dalam bukunya Min al-Turats alIqtishad li al-Muslimin, bahwa uang merupakan konsep aliran (flow concept) yaitu
yang tidak bisa dijadikan komoditas59, sedangkan capital bersifat konsep persediaan
(stock concept). Dalam ekonomi konvensional terdapat beberapa pengertian seperti
yang diungkapkan oleh Frederick Mishkin dalam bukunya Economiss of Money,
Banking and Financial Institutionas.
Islam tidak mengenal konsep time value of money (yang popular dengan
istilah”time is money), tetapi Islam mengenal konsep economic value of time yang
artinya bahwa yang bernilai adalah waktunya itu sendiri. Adapun motif permintaan
akan uang “dalam Islam” adalah untuk memenuhi kebutuhan transaksi (money
demand for transaction).
Dalam konsep Islam, tidak dikenal money demand for speculation, karena
spekulasi tidak diperkenankan. Lain halnya dengan sistem konvensional yang
59
Rif at al-‘Audi, Min al-Turats al-Iqtishad li al-Muslimin (T.tp: T.pn., t.t), h. 19 .
74
tentunya membuka peluang lebar-lebar dengan kebolehan dalam memberikan bunga
atas harta. Islam malah menjadikan uang (harta) sebagai objek zakat, uang adalah
milik masyarakat sehingga menimbun uang di bawah bantal atau dibiarkan tidak
produktif dilarang, karena hal itu mengurangi jumlah uang yang beredar di
masyarakat.
Abu Hamid al-Ghazali dalam kitabnya “Ihya Ulumuddin” yang ditulis pada
awal abad ke-11 telah membahas fungsi uang dalam perekonomian. Beliau
menjelaskan, bahwa ada kalanya seseorang mempunyai sesuatu yang tidak
dibutuhkannya dan membutuhkan sesuatu yang tidak dimilikinya. Dalam ekonomi
barter, transaksi hanya terjadi jika kedua pihak mempunyai dua kebutuhan sekaligus,
yakni pihak pertama membutuhkan barang pihak kedua dan sebaliknya pihak kedua
membutuhkan barang pihak pertama, misalnya seseorang mempunyai onta dan
membutuhkan kain.
Menurut al-Ghazali, walaupun dalam ekonomi barter, dibutuhkan suatu alat
pengukur nilai yang disebut sebagai “uang”. Sebagaimana contoh di atas, misalnya
nilai onta adalah 100 dinar dan kain senilai 1 dinar. Dengan adanya uang sebagai alat
pengukur nilai, maka uang akan berfungsi sebagai media penukaran.
Namun demikian, uang tidak dibutuhkan untuk uang itu sendiri, artinya uang
diciptakan untuk memperlancar pertukaran dan menetapkan nilai yang wajar dari
pertukaran tersebut. Menurut al-Ghazali, uang diibaratkan cermin yang tidak
mempunyai warna, tetapi dapat merefleksikan semua warna, yang maksudnya adalah
uang tidak mempunyai harga, tetapi merefleksikan harga semua barang, atau dalam
75
istilah ekonomi klasik disebutkan bahwa uang tidak memberikan kegunaan langsung
(direct utility function), yang artinya adalah jika uang digunakan untuk membeli
barang, maka barang itu yang akan memberikan kegunaan.
Pembahasan mengenai uang juga terdapat dalam kitab “Muqaddimah” yang
ditulis oleh Ibnu Khaldun pada abad ke-14. Ibnu Khaldun menjelaskan bahwa
kekayaan suatu negara tidak ditentukan oleh banyaknya uang di negara tersebut,
tetapi ditentukan oleh tingkat produksi negara tersebut dan neraca pembayaran yang
positif. Apabila suatu negara mencetak uang sebanyak-banyaknya, tetapi bukan
merupakan refleksi pesatnya pertumbuhan sector produksi, maka uang yang
melimpah tersebut tidak ada nilainya. Sektor produksi merupakan motor penggerak
pembangunan suatu negara karena akan menyerap tenaga kerja, meningkatkan
pendapatan pekerja, dan menimbulkan permintaan (pasar) terhadap produksi lainnya.
Menurut Ibnu Khaldun, jika nilai uang tidak diubah melalui kebijaksanaan
pemerintah, maka kenaikan atau penurunan harga barang semata-mata akan
ditentukan oleh kekuatan penawaran (supply) dan permintaan (demand), sehingga
setiap barang akan memiliki harga keseimbangan. Misalnya, jika di suatu kota
makanan yang tersedia lebih banyak daripada kebutuhan, maka harga makanan akan
murah, demikian pula sebaliknya. Inflasi (kenaikan) harga semua atau sebagian besar
jenis barang tidak akan terjadi karena pasar akan mencari harga keseimbangan setiap
jenis barang, karena jika satu barang harganya naik, namun karena tidak terjangkau
oleh daya beli, maka harga akan turun kembali.
76
Merujuk kepada Al-Quran, al-Ghazali berpendapat bahwa orang yang
menimbun uang adalah seorang penjahat, karena menimbun uang berarti menarik
uang secara sementara dari peredaran. Dalam teori moneter modern, penimbunan
uang berarti memperlambat perputaran uang. Hal ini berarti memperkecil terjadinya
transaksi, sehingga perekonomian menjadi lesu.
Selain itu, al-Ghazali juga menyatakan bahwa mencetak atau mengedarkan
uang palsu lebih berbahaya daripada mencuri seribu dirham, karena mencuri adalah
suatu perbuatan dosa, sedangkan mencetak dan mengedarkan uang palsu dosanya
akan terus berulang setiap kali uang palsu itu dipergunakan dan akan merugikan
siapapun yang menerimanya dalam jangka waktu yang lebih panjang.
Menurut konsep ekonomi Syariah, uang adalah uang, bukan capital,
sementara dalam konsep ekonomi konvensional, konsep uang tidak begitu jelas,
misalnya dalam buku “Money, Interest and Capital” karya Colin Rogers, uang
diartikan sebagai uang dan capital secara bergantian, sedangkan dalam konsep
ekonomi Syariah uang adalah sesuatu yang bersifat flow concept dan merupakan
public goods, sedangkan capital bersifat stock concept dan merupakan private goods.
Uang yang mengalir adalah public goods, sedangkan yang mengendap merupakan
milik seseorang dan menjadi milik pribadi (private good).
Islam telah lebih dahulu mengenal konsep public goods, sedangkan dalam
ekonomi konvensional konsep tersebut baru dikenal pada tahun 1980-an seiring
dengan berkembangnya ilmu ekonomi lingkungan yang banyak membicarakan
masalah externalities, public goods dan sebagainya. Konsep publics goods tercermin
77
dalam sabda Rasulullah SAW, yakni “Tidaklah kalian berserikat dalam tiga hal,
kecuali air, api, dan rumput.”
Persamaan fungsi uang dalam sistem ekonomi Syariah dan konvensional
adalah uang sebagai alat pertukaran (medium of exchange) dan satuan nilai (unit of
account), sedangkan perbedaannya ekonomi konvensional menambah satu fungsi lagi
sebagai penyimpan nilai (store of value) yang kemudian berkembang menjadi “motif
money demand for speculation” yang merubah fungsi uang sebagai salah satu
komoditi perdagangan. Jauh sebelumnya, Imam al-Ghazali telah memperingatkan
bahwa “Memperdagangkan uang ibarat memenjarakan fungsi uang, jika banyak
uang yang diperdagangkan, niscaya tinggal sedikit uang yang dapat berfungsi
sebagai uang.”
Dengan demikian, dalam konsep Islam, uang tidak termasuk dalam fungsi
utilitas karena manfaat yang kita dapatkan bukan dari uang itu secara langsung,
melainkan dari fungsinya sebagai perantara untuk mengubah suatu barang menjadi
barang yang lain. Dampak berubahnya fungsi uang dari sebagai alat tukar dan satuan
nilai mejadi komoditi dapat kita rasakan sekarang, yang dikenal dengan teori “Bubble
Gum Economic”.60
Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan uang merupakan alat-tukar
yang meringankan beban manusia dalam pelaksanaan tukar-menukar, sebab uang itu
60
Muhaimin khair, “Fungsi uang dalam persfektif ekonomi islam”, artikel diakses pada 04November-2010 dari http://muhaiminkhair.wordpress.com/2010/04/29/fungsi-uang-dalam-perspektifekonomi-islam/
78
berguna bagi umum dan dapat digunakan oleh umum. Dengan redaksi lain bahwa
uang merupakan segala sesuatu yang diterima umum diterima sebagai alat penukar.
Dalam ekonomi konvensional uang ‘seolah-olah’ dijadikan manusia sebagai, “tuhan”,
Dimana masyarakat memandang uang adalah segalanya, sebagai alat yang penting
dan diletakkan sebagai nomor wahid. Manusia kian berpacu dalam mencari uang.
Kekayaan diukur dengan banyak sedikitnya uang. Bahkan kesenangan seolah-olah
dilukiskan dengan memiliki uang. Hal ini yang memacu ekonomi konvensional sebab
memandang uang sebagai medium of exchange juga sebagai store of value / wealth.
Lain halnya dimensi ekonomi Islam bahwa uang merupakan segala sesuatu yang
umum diterima dan dinilai hanya sebagai alat penukar (medium of exchange) bukan
sebagai alat penimbun kekayaan (store of wealth / value).
Banyak lagi perbedaan yang prinsipil di antara kedua konsep ekonomi
tersebut, antara lain : bahwa menurut Islam uang adalah public good, sedangkan
dalam ekonomi konvensional adalah private goods. Uang sebagai public good, berarti
bahwa uang pada dasarnya secara fungsional adalah milik umum, karena itu uang
harus beredar di dalam perekonomian. Uang tidak boleh ditimbun (iktinaz); uang
tidak boleh idle (menganggur), ia harus diproduktifkan dalam bisnis riil, seperti
melalui investasi mudharabah atau musyarakah. Uang yang ditimbun akan membuat
perekonomian lesu darah. Karena itu Imam Ghazali melarang menjadikan uang dinar
dan dirham menjadi perhiasaan, karena menjadikannya sebagai perhiasaan berarti
menarik uang dari peredaran dan memenjarakan uang. Bila uang terpenjara, itu
79
berakibat buruk bagi perekonomian. Jadi, menurut ekonomi Islam, uang adalah flow
concept, bukan stock concept sebagaimana dalam ekonomi konvensional.
Dalam Islam, uang bagaikan air yang mengalir. Air yang tidak mengalir akan
menimbulkan penyakit. Untuk itulah uang harus senantiasa terus berputar secara
alami dalam perekonomian, semakin cepat uang berputar dalam perekonomian maka
akan semakin tinggi pendapatan masyarakat, maka akan semakin baik perekonomian.
Bagi mereka yang tidap dapat mengaktifkan hartanya, ‘lagi-lagi’ Islam sangat
menganjurkan untuk melakukan investasi dengan perinsip mudharabah atau
musyarakah. Dalam hal ini Nabi bersabda, Ketahuilah, Siapa saja di antara kamu
yang memelihara harta anak yatim, sedangkan anak yatim itu memiliki uang (dinardirham), maka bisniskanlah, jangan dibiarkan idle, sehingga nanti uang itu habis
dimakan sedeqah/zakat
80
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Indonesia yang kita pahami sebagai sebuah negara berpenduduk muslim
terbesar di dunia, sampai saat ini tampaknya belum bisa keluar dari kemelut krisis
ekonomi. Di sisi lain bayang-bayang sistem ekonomi global makin mendekati
kenyataan. Sebagai penduduk mayoritas, paling tidak, kita memiliki tanggung jawab
moral yang tidak ringan untuk bisa mengubah kondisi buruk ini. Kita harus berbuat
maksimal untuk bisa menjadi agen perubahan, paling tidak, untuk lingkungan di
sekitar kita.
Islam sebagai satu-satunya al-Dien yang Allah Swt ridhoi dan pilih bagi umat
manusia sejak era Nabi Adam As dan disempurnakan para era kerasulan Muhammad
Saw dimaksudkan untuk meregulasi tatanan kehidupan manusia agar selamat baik di
dunia maupun akhirat. Sebagai sebuah sistem, Dienul Islam yang mencakup aqidah,
akhlaq dan syari’at merupakan undang-undang ilahiyah berisi berbagai aturan
kehidupan.
Di antara keagungan sistem Islam adalah sistem perekonomian yang sering
kita
sebut
dengan
ekonomi
syari ah.
Jika
instrumen
ekonomi
syari’ah
diimplementasikan, maka beberapa masalah krusial perekonomian bisa diantisipasi
sehingga tidak menimbulkan krisis ekonomi maupun finansial sebagaimana yang saat
ini tengah terjadi.
80
81
Dalam ekonomi Islam, sektor finansial selalu mengikuti pertumbuhan sektor
riil. Inilah perbedaan konsep ekonomi dalam Islam dengan konsep ekonomi
konvensional yang kapitalistik, di mana dalam ekonomi kapital pemisahan antara
sektor finansial dengan sektor riil merupakan keniscayaan. Implikasi dari adanya
pemisahan itu, maka ekonomi dunia sangat rawan terhadap gonjang-ganjing krisis.
Hal ini disebabkan pelaku ekonomi menggunakan uang tidak untuk kepentingan
sektor riil, tetapi untuk kepentingan spekulasi mata uang semata. Akibat adanya
spekulasi tersebut, maka jumlah uang yang beredar sangat tidak seimbang dengan
jumlah barang pada sektor riil.
Sehingga Penulis menyimpulkan :
1. Al-Ghazali memandang uang hanya sebagai alat tukar, bukan sebagai
komoditas atau barang dagangan. Maka motif permintaan terhadap uang
adalah untuk memenuhi kebutuhan transaksi (money demad for transaction),
bukan untuk spekulasi atau trading.
2. Islam tidak mengenal spekulasi (money demand for speculation) karena pada
hakikatnya uang adalah milik Allah Swt yang diamanahkan kepada kita untuk
dipergunakan sebesar-besarnya bagi kepentingan masyarakat.
3. Dalam pandangan Islam uang adalah flow concept dan public good, karenanya
harus selalu berputar dalam perekonomian, sebab semakin cepat uang itu
berputar dalam perekonomian, akan semakin tinggi tingkat pendapatan
masyarakat dan akan semakin baik perekonomian.
82
4. Uang tidak boleh ditimbun (iktinaz); karena akan membuat perekonomian
menjadi lesu, Uang juga tidak boleh idle (menganggur), ia harus
diproduktifkan dalam bisnis riil.
Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan uang merupakan alat-tukar
yang meringankan beban manusia dalam pelaksanaan tukar-menukar, sebab uang itu
berguna bagi umum dan dapat digunakan oleh umum. Dengan redaksi lain bahwa
uang merupakan segala sesuatu yang diterima umum diterima sebagai alat penukar.
Dalam ekonomi konvensional uang seolah-olah dijadikan manusia sebagai
kebutuhan, Dimana masyarakat memandang uang adalah segalanya, sebagai alat yang
penting dan diletakkan sebagai nomor wahid. Manusia kian berpacu dalam mencari
uang. Kekayaan diukur dengan banyak sedikitnya uang. Bahkan kesenangan seolaholah dilukiskan dengan memiliki uang. Hal ini yang memacu ekonomi konvensional
sebab memandang uang sebagai medium of exchange juga sebagai store of
value/wealth.
Perdagangan uang adalah salah satu bentuk riba yang lebih banyak
mudaratnya daripada manfaatnya. Untuk itu, marilah kita kembali kepada fungsi uang
yang sebenarnya yang telah dijalankan dalam konsep Islam, yakni sebagai alat
pertukaran dan satuan nilai, bukan sebagai salah satu komoditi, dan menyadari bahwa
sesungguhnya uang itu hanyalah sebagai perantara untuk menjadikan suatu barang
kepada barang yang lain.
83
B. Saran
Penulis sesungguhnya menemukan sedikit kesulitan dalam penyusunan skripsi
ini, mengingat metode penelitian yang digunakan adalah library reseach (study
kepustakaan).
1. Penulis jarang menemukan referensi berupa buku yang berkaitan langsung
dengan Objek study sistem keuangan global, baik dalam perputakaan umum
maupun perpustakaan fakultas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Untuk itu
penulis berharap ke depan agar lebih banyak disediakan beberapa referensi
yang berkaitan dengan sistem keuangan Global tersebut.
2. Sehubungan dengan tema yang penulis angkat, Relevansi Konsep uang alGhazali belum pernah diangkat dalam karya ilmiah sebelumnya, Penulis
berharap ke depan ada yang secara serius membahas tentang tema tersebut di
atas.
84
DAFTAR PUSTAKA
Hasan, Ahmad. Mata uang Islami telaah Komprehansif system Keuangan Islam.
Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2005
Chapra, M Umar. System Moneter Islam. Jakarta: Gema Insani Press, 2000
Karim, A Adiwarman, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2006.\
Deliarnov, Perkembangan Pemikiran Eonomi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2005
Prasetyoko A, Bencana Finansial stabilitas sebagai Barang Public. Jakarta: PT
kompas Media Nusantara, 2008.
Amalia, Euis. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam dari masa klasik hingga
kontemporer. Jakarta: Granada Press, 2007.
Chapra, M. Umer. Reformasi Ekonomi sebuah solusi perspektif Islam, cet.I. Jakarta:
PT Bumi Aksara, 2008
Rohaety Eti, Tresnati Ratih. dkk. Metodologi Penelitian Bisnis. Jakarta: Penerbit
Mitra Wacana media, 2009.
Sinungan, Muhdarsyah. Uang dan Bank. Jakarta: Rineka Cipta, 1989
Suprayitno, Eko. Ekonomi Islam pendekatan Ekonomi Makro Islam dan
Konvensional. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005
Miskhin, S Federic. The Economics of Money, Banking, and Financial markets.
Edisi.8. Jakarta: Salemba Empat, 2008.
Iqbal, Muhaimin. Dinar Solution-Dinar sebagai Solusi. Cet.I. Jakarta: Gema Insani,
2008.
Joesoef, Jose Rizal. Pasar Uang dan valuta Asing. Jakarta: Salemba Empat, 2008
Schmidt, Helmut . The Structure of the World Produc, Foreign Affairs: T.pn., 1974.
Henry A Kissinger, Saving The World Economy, New sweek: T.pn., 1983.
84
85
“Fungsi Uang” artikel diakses pada 21-Maret-2010
dari www.pewartakabarindonesia.blogspot.com
Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada. 2003
“Al-Ghazali” diakses pada 02-Maret-2010, dari http://id.wikipedia.org/wiki/AlGhazal
“Riwayat
Hidup
Al-Ghazali”
diakses
http://id.wikipedia.org/wiki/Al-Ghazali
pada
01-Maret-2010,
dari
“Sejarah Penggunaan Uang di Dunia Islam”, artiikel diakses pada 01-Maret-2010 dari
http://www.dakwatuna.com/2009/sejarah-penggunaan-uang-di-duniaislam/.diakses
Suma, Muhammad Amin. Menggali Akar Mengurai Sehat Ekonomi dan Keuangan
Islam Jakarta : Kholam Publishing, 2008.
Syafi’i, Muhammad Zaki. Muqaddimah fi an-Nuqud wa al-Bunuk, Dar al-Nahdhah
al-Arabiya: T.pn., 1982.
Croward, J.P. Almujaz fi iqtishadiyat al-Nuqud. Penerjemah Mustafa kamal farid.
Cairo: Dar al-Fikri, T.t.
Boumoul dan Gandlre. “Ilmu al-Iqtishad, (al-amaliyat wa al-siyasat al-iqtishadiyah)”
Terjemahan Sai’id al-sam’ari dkk. T.tp: As;ad Bagdad, 1964.
Nazhim Mhammad Nori al-Syamri, al-Nuqud wa al-Masharif, Mosoul: Dar kutub Lil
at-Thaba’ah wa al-nasyir,1987
Hasan, Sahir. an-Nuqud wa at-twazun al-iqtishadi, T.tp: Muassasah Syabab alJamiah li al-Thiba’ah, 1980.
Nasution Mustafa Edwin. Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, Jakarta: Kencana
2007
Subhi Tadris Qharishah dan Medhat Muhammad. al-Aqqad,al-nuqudwa al- bunukwa
al-Alaqat iqtishadiyah al-Dauliyah, Beirut : Dar al-Nadhah, 1983.
Ali al-Najjar, Abdul Hadi, al-Islam wa al-Iqtisha, Kuwait: Alam al-Ma’rifah, 1983.
Al-Ghazali, Abu Hamid. Ihya Ulumuddin. Juz 2. Beirut: Daar al-Naddwah, T.t.
86
Hidayat, Mohammad. an Introduction to the Sharia Economic. Jakarta: Dzikrul
hakim 2010.
Al- Ghazali, Ihya Ulumuddin, cet.II. Dar al-Khair: T.pn.,1993
Devania Annesya, “Gold Standar hingga System Bretton Wood: Institualisasi
Ekonomi Politik Internasional” artikel diakses pada 05-November-2010,
dari http://frenndw.wordpress.com/2010/06/26/gold-standar-hingga-sistembretton-wood-institualisasi-ekonomi-politik-internasional/
“Bretton
Woods system”, artikel diakses pada 04-November-2010,
http://en.wikipedia.org/wiki/Bretton_Woods_system#Origins
dari
“Uang Komoditas dan Uang Fiat” artikel diakses pada 03-November-2010, dari
http://ekonomi.kompasiana.com/group/bisnis/2010/03/17/uang-komoditasdan-uang-fiat/
Agustianto,” Konsep Uang dalam Ekonomi Islam” artiel Diakses pada 02-Maret2010, dari
http://agustianto.niriah.com/2008/04/11/konsep-uang-dalamekonomi-islam/
Sakti, Ali. Analisis Teoritis Ekonomi Islam jawaban atas Kekacauan Ekonomi
Modern, Jakarta: Paradigma dan Aqsa Pulishing, 2007.
Iqbal, Muhaimin. Dinar solution.cet.I. Jakarta: Gema insane Press, 2008.
“Analisis
Krisis Keuangan Global; Indicator sudah berakhirnya Kejayaan
Kapitalisme”
artikel
diakses
pada
23-Oktober-2010,
dari
http://syabab.com/index.php?view=article&catid=79:analisis&id=458:krisis
-keuangan-global-indikator-sudah-berakhirnya-kejayaan-kapitalisme-bag-2&option=com_content&Itemid=179
M. Nejatullah Siddiqi, “Teaching Economics in an Islamic Perspective.” Dalam
Sayyid Tahir, ed. Reading in Macroeconomics, an Islami Perspective.
Selangor: Longman Malaysia Sdn Bhd, 1992.
Choudhury, Money in Islam: a Study in Islamic Political Economy. London: The
Macmillan Press,1996.
Khair, Muhaimin. “Fungsi uang dalam persfektif Ekonomi Islam”, artikel diakses
pada
04-November-2010
dari
http://muhaiminkhair.wordpress.com/2010/04/29/fungsi-uang-dalamperspektif-ekonomi-islam/
87
“Pasar Uang ; Definisi, Instrumen dan Indikator Pasar Uang”, diakses Juni 2009 dari
http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/06/pasar-uang-definisi-instrumendan.html
Sofyan Harahap, Pasar Modal Syari ah (Menuju Perumusan Teori Akuntansi Islam),
Jakarta, Pustaka Quantum, 2001.
Download