Penilaian mutu file DNA dilihat dari nilai e- value

advertisement
Penilaian mutu file DNA dilihat dari nilai evalue yang dihasilkan.
Nilai e-value yang dihasilkan selalu bernilai
0,0. Nilai e-value 0,0 berarti kemiripannya
dengan suatu DNA tinggi. Jadi, berdasarkan
percobaan tersebut, dapat disimpulkan bahwa
file yang telah dilakukan penyisipan masih
memiliki mutu yang baik dan masih dianggap
sebagai suatu DNA, sehingga teknik
steganografi ini dapat dikatakan memenuhi
kriteria fidelity.
Analisis Recovery
a = 12
b=4
c = 1/b = 1/4
p = ca =(1/4)12 = 5,7 x 10-7
Peluang kegagalan sebesar 5,7 x 10 -7
berarti kecil kemungkinan untuk proses
ekstraksi gagal dilakukan. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa metode ini dapat
diekstraksi dan memenuhi kriteria sifat
recovery.
Analisis Keamanan
Proses penyisipan pesan menghasilkan
sebuah file DNA baru yang telah disisipi pesan.
Keberhasilan dalam pengambilan kembali
pesan tersebut menandakan ektraksi pesan atau
recovery dapat dilakukan.
Analisis ini dilakukan dengan cara
mengekstraksi pesan yang telah disisipkan pada
percobaan tahap analisis fidelity sebelumnya.
Percobaan dilakukan sebanyak 16 kali
pengekstraksian pesan.
Pada seluruh percobaan mengekstraksi
pesan, mendapatkan hasil bahwa seluruh pesan
dapat diekstraksi. Pesan yang terekstraksi
merupakan pesan yang benar dan sesuai.
Berdasarkan
hasil
percobaan,
peluang
kemungkinan pesan dapat diekstraksi adalah
100 %. Hasil ini menandakan bahwa proses
ektraksi dapat dilakukan.
Namun,
secara
teoritis
peluang
kemungkinan kegagalan hasil masih mungkin
terjadi. Hal ini dapat terjadi karena
ditemukannya struktur yang sama dengan
marker dan enzim pada fragmen pesan,
sehingga terjadi kesalahan pencarian fragmen
pada tahap ektraksi pesan. Hal ini
mengakibatkan pesan tidak dapat terekstraksi.
Peluang kemungkinan kegagalan dapat terjadi
dapat dihitung dengan penghitungannya
sebagai berikut:
p = ca
a : jumlah pasang-basa sekuen marker dan
enzim
b : banyaknya kejadian yang mungkin dari
tiap pasang-basa
c : kemungkinan tiap pasang-basa untuk
terjadi
Analisis imperceptible telah menandakan
keamanan yang diberikan yaitu dari segi visual.
Jika seseorang tidak mencurigai bahwa di
dalam file DNA tersebut ada pesan, maka
secara visual dapat dikatakan aman.
Keamanan yang diberikan pada metode ini
tidak hanya dari segi visual saja, tetapi juga
dari adanya fungsi pembangkit bilangan secara
acak.
Tingkat
keamanan
pengacakan
bergantung pada metode yang digunakan,
dalam hal ini adalah metode LCG.
Seseorang yang dapat mendeteksi pesan,
belum dapat mengetahui isi pesannya karena
masih berbentuk sekuen DNA dan fragmennya
masih dalam urutan acak. Untuk dapat
mengetahui pesannya harus dibangkitkan
urutannya dan dikonversikan terlebih dahulu.
Ketahanan informasi dengan metode ini
dinilai kurang baik. Informasi yang disisipkan
dapat menjadi rusak apabila seseorang
mengubah fragmen pesan. Jika hal tersebut
terjadi, maka pesan yang disembunyikan pada
media menjadi tidak sesuai lagi.
Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa teknik steganografi dengan
metode DNA rekombinan dikatakan aman
karena memiliki beberapa sistem keamanan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang dilakukan pada
penelitian ini diperoleh beberapa kesimpulan:
1 Metode DNA rekombinan dapat dilakukan
untuk menyisipkan pesan ke dalam file
DNA
p : kemungkinan untuk tiap karakter
membentuk sekuen marker dan enzim
9
2 File DNA sebelum dan sesudah penyisipan
pesan memiliki mutu yang hampir sama
dengan mutu file DNA sebelum disisipkan
pesan dengan e-value bernilai 0,0
3 Jumlah karakter yang mampu disisipkan ke
dalam file DNA bergantung pada
banyaknya fragmen dan panjangnya
fragmen pada pesan
4 Peluang kemungkinan terjadi kegagalan
proses ektraksi adalah sebesar 5,7 x 10-7
5 Kemanan pesan dengan metode ini
bergantung pada kemanan secara visual dan
metode pengacakan yang digunakan
Saran
Penelitian masih memiliki peluang untuk
dikembangkan lebih lanjut, yaitu:
1 Perlu dilakukan pengenalan suatu fragmen
yang lebih baik dari pengidentikan dengan
marker dikarenakan kemungkinan untuk
terjadi kesalahan pengekstraksian masih ada
2 Perlu dipertimbangkannya penyisipan pesan
pada bagian yang tidak mempengaruhi
replikasi DNA dan sintesis protein
3 Perlu dilakukan kompresi pesan agar
kapasitas penyimpanan pesan meningkat
DAFTAR PUSTAKA
Andiniarti I. 2009, Klasifikasi Dokumen Teks
Berbahasa Indonesia Menggunakan Minor
Component Analysis [Skripsi]. Bogor:
Departemen Ilmu Komputer, IPB.
Cachin C. 2005. Digital Steganography.
Ruschlikon, Switzerland : Zurich Research
Laboratory.
Maden T. 2003. The BLAST Sequence Analysis
Tool.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/bookshelf/br.f
cgi?book=handbook&part=ch16#A611 [29
Juni 2010].
NCBI
2010.
Glossary.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/bookshelf/br.f
cgi?book=handbook&part=A1237#app53
[6 Juli 2010]
Lesk,
A.M.
2002.
Introduction
to
Bioinformatics. Oxford : Oxford University
Press.
Pfitzman B. 1996. Information Hiding
Terminology,
Proceeding
of
First
International
Workshop
Information
Hiding. Cambridge : Lecture Note In
Computer Science. Hlm 347-356.
Saeb M, El-abd E, dan El-Zanaty M.E. 2007.
On Covert Data Communication Channels
Employing
DNA
Recombinant
and
Mutagenesis-based
Steganographic
Techniques. Egypt : Alexandria University.
Tortora, G.J. 2004 dan 2007. Microbiology An
Introduction 8th and 9th ed. San Francisco.
Vento Amy B. dan Gillum David R. 2002.
Recombinant DNA Such as Plasmids and
Viral Vectors, and the Application of
Recombinant
DNA
Techniques
in
Molecular Biology. University of New
Hampshire.
Wendell M. Smith. 2003. DNA Based
Steganography for Security Marking.
Montreux : Xix International Security
Printers Conferences.
Engle S. 2003. Current state of steganography:
uses, limits, & implications. California,
America: University of California.
Gehani A, LaBaen T, dan Reif H. John. 2004.
DNA-based Cryptography. Durham : Duke
University.
Heider D dan Barnekow A. 2007. DNA-based
watermarks
using
the
DNA-Crypt
algorithm. Muenster, Germany.
Hunt E. 2003. Genetic Engineering and
Genomics ch 4.
10
Download