BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian
Penyediaan dana untuk pelaksanaan pembagunan yang semakin pesat
sangatlah diperlukan, Seiring dengan perkembangan dunia usaha yang semakin
pesat, khususnya di negara Indonesia sendiri baik itu usaha yang berskala kecil,
menengah maupun menengah keatas, menyebabkan dibutuhkannya suatu aliran
dana yang besar untuk memenuhi semuanya itu. Persaingan didunia usaha
dinegara kita semakin ketat, dimana perusahaan asing juga ikut andil dalam dunia
usaha
perekonomian
di
Indonesia
Terdapat
berbagai
alternatif
dalam
melaksanakan pembiyaan untuk membentuk suatu unit usaha, antara lain dapat
diperoleh untuk melalui pembiyaan sendiri, kolektif ataupun salah satunya dapat
diperoleh melalui pinjaman yang diberikan oleh bank.
Dengan keterbatasan pemerintah dalam penyediaan dana untuk pembagunan
peran bank dalam pembagunan adalah sangat mutlak, bank merupakan salah satu
sumber pendanaan bagi pembagunan Indonesia, yaitu dengan cara menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada
masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak.Kegiatan
penyaluran dana ini dikenal dengan istilah alokasi dana, dimana salah satunya
dapat diwujudkan dalam bentuk pinjaman atau lebih dikenal dengan kredit.
Dalam memberikan pinjamannya kepada pemohon kredit, pihak bank tentunya
memiliki kriteria sendiri untuk seberapa layak seorang pemohon kredit dapat
memperoleh sejumlah pinjaman dari bank
Ada beberapa Risiko yang muncul atas pemberian kredit pertama kredit
macet atau non-performing loans, kredit macet terjadi karena adanya krisis
moneter yang melanda Indonesia pada semester kedua tahun 1997, yang
mengakibatkan pertumbuhan perekonomian yang telah dicapai menjadi tidak
berarti hal ini menyebabkan kredit yang diberikan oleh bank kepada pihak swasta
tidak dapat dilunasi tepat pada waktunya baik pokok ataupun bunga pinjaman
yang telah ditetapkan. Dengan meningkatnya jumlah kredit yang meningkat tajam
maka akibatnya bank harus menyediakan cadangan penghapusan piutang yang
cukup besar, sehingga kemampuan memberi kredit menjadi sangat terbatas.
Kedua, likuiditas yakni masalah tingginya mobilitas dana masyarakat sehingga
bank melakukan rangsangan seperti tingkat suku bunga tinggi agar dana
masyarakat terhimpun kembali. Ketiga, negatif spread yakni kondisi dimana biaya
dana lebih besar dari tingkat suku bunga pinjaman. Keempat, batas maksimal
pemberian kredit (BMPK) yakni terjadinya kerugian atau mengecilnya jumlah
modal serta akibat lonjakan kredit valuta asing.
Tingkat persaingan antar bank dan risiko kredit yang tinggi menyebabkan
pihak manajemen harus dapat menjaga tingkat likuiditas dan solvabilitasnya.
Karena kedua rasio ini merupakan tool yang dapat membantu dalam menentukan
kemampuan bank dalam melaksanakan kewajibannya. Yang harus diperhatikan
adalah tingkat likuiditas dengan melihat rasio kewajiban bersih atau call money
terhadap modal inti bank. Pihak manajemen pun harus menerapkan suatu
pengendalian internal yang memadai.
Pengendalian internal yang memadai pada dasarnya bertujuan untuk
melindungi harta milik perusahaan dengan meminimkan kemungkinan terjadinya
penyelewengan, pemborosan, kemacetan kredit, serta meningkatkan efisiensi dan
efektifitas kerja. Dengan pengendalian internal yang memadai diharapkan dapat
menjamin proses pemberian kredit tersebut akan dapat terhindar dari kesalahankesalahan dan penyelewengan-penyelewengan yang akan terjadi.
Berdasarkan survey pendahuluan yang telah dilakukan di Bank BRI
berdasarkan penelitian melalui wawancara terbuka, fenomena yang ada di dalam
perusahaan yang diteliti adalah terjadinya kredit macet. Hal ini disebabkan karena
beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah manajemen bank dalam
melakukan analisis kredit yang tidak akurat, pengawasan kredit yang lemah,
analisis laporan keuangan yang tidak cermat, dan kompetensi dari sumber daya
manusia yang lemah. Audit Intrenal merupakan satuan kerja yang bertanggung
jawab langsung kepada direktur utama. Atau dengan kata lain merupakan pihak
internal auditor suatu bank yang diberikan jasa internal auditnya.
Dari permasalahan yang telah dijelaskan di atas, hal yang harus diperhatikan
yaitu cara untuk memperoleh suatu pengendalian dan informasi yang berjalan
secara efektif dan efisien atas pemberian pinjaman kepada pemohon kredit dimana
diperlukan penilaian atas pengendalian internal dalam prosedur pemberian
pinjaman kepada para pemohon kredit yang dilakukan oleh analisis kredit dan
dievaluasi oleh tim audit internal.
Dengan pengendalian internal yang memadai diharapkan dapat menjamin
proses pemberian kredit tersebut akan dapat terhindar dari kesalahan-kesalahan
dan penyelewengan-penyelewengan yang akan terjadi. Pengendalian internal
memiliki beberapa kelemahan oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi terhadap
pengendalian internal, yaitu dengan melakukan pemeriksaan internal atau audit
internal, audit internal adalah fungsi penilaian yang independen yang ditetapkan
oleh organisasi untuk memeriksa dan mengevaluasi secara objektif aktivitasaktivitas organisasi yang baik penelitiannya berupa saran, rekomendasi, analisis
dan informasi akan bermanfaat bagi manajemen dalam mengusahakan agar
perusahaan berjalan dengan baik untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Fungsi internal audit bank sangat penting, karena peranan yang diharapkan
dari fungsi tersebut adalah untuk membantu semua tingkatan manajemen dalam
mengamankan kegiatan operasional bank yang melibatkan dana dari masyarakat
luas.
Tujuan dari penilaian efektivitas pengendalian internal adalah untuk
menentukan sejauhmana pengendalian internal tersebut sudah berfungsi seperti
yang diinginkan. Kegiatannya meliputi lima tahap, yaitu tahap persiapan audit,
penyusunan program audit, pelaksanaan penugasan audit, pelaporan hasil audit,
dan tindak lanjut hasil audit. Fungsi dari internal audit akan berhasil jika suatu tim
audit intern memiliki kualitas kinerja yang baik dalam melaksanakan tugas
pemeriksaanya yaitu menilai semua kegiatan bank guna membantu manajemen
untuk mencapai tujuannya.
Dari uraian yang dipaparkan di atas, penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian yang dituangkan dalam skripsi yang berjudul :
“PENGARUH
AUDIT
INTERNAL
TERHADAP
PENINGKATAN
EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL PEMBERIAN KREDIT”
1.2
Identifikasi Masalah
Mengingat luasnya aspek yang mungkin dibahas dan dihubungkan dengan
judul diatas. Dalam skripsi ini penbahasan pada audit internal pada salah satu
fungsi atau kegiatan pengelolaan pemberian kredit. Berdasarkan uraian yang telah
dipaparkan sebelumnya maka identifikasi masalah akan diteliti dari penilaian ini
adalah :
1
Apakah pelaksanaan audit internal yang diterapkan pada PT Bank Rakyat
Indonesia Cabang Subang sudah efektif.
2
Apakah pengendalian internal atas pemberian kredit sudah efektif.
3
Seberapa besar pengaruh audit internal terhadap peningkatan efektivitas
pengendalian internal pemberian kredit.
1.3
Maksud dan Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan maksud untuk memperoleh pemahaman
yang mendalam mengenai peranan audit internal pada Bank Rakyat Indonesia
guna menekan kemungkinan terjadinya resiko kredit dalam pengembalian
keputusan pemberian kredit di PT Bank Rakyat Indonesia cabang subang.
Maksud penelitin dan tujuan dari penelitian ini adalah :
1
Untuk mengetahui apakah audit internal yang dilaksanakan di PT. Bank
Rakyat Indonesia (persero) sudah silaksanakan secara memadai.
2
Untuk mengetahui efektivitas pengendalian internal pemberian kredit.
3
Untuk menjelaskan seberapa besar pengaruh audit intern terhadap efektivitas
pengambilan keputusan pemberian kredit.
1.4
Kegunaan Penelitian
Melalui penelitian yang penulis lakukan, penulis berharap agar hasilnya
dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan yaitu :
1.
Bagi Penulis
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai dunia perbankan
khususnya mengenai internal audit dan cara pengendalian yang diterapkan
oleh suatu bank dalam memberikan pinjamannya. Skripsi ini juga merupakan
salah satu syarat untuk menempuh ujian tingkat sarjana pada Fakultas
Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Widyatama.
2.
Bagi Perusahaan ( Bank )
Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat berguna sebagai bahan
masukan
dan
informasi
tambahan
kepada
perusahaan
mengenai
pengembangan lebih lanjut pengendalian internal pemberian kredit serta
bagai mana cara menerapkan audit internal yang baik.
3.
Bagi Pihak lain
Diharapkan penelitian ini dapat berguna bagi yang berminat mempelajari
penerapan penelitian ini dan dipakai sebagai bahan pembanding dan
pengkajian untuk pihak lain yang memerlukan.
1.5
Kerangka pemikiran
Dengan semakin berkembangnya kegiatan usaha dari suatu perusahaan,
dirasakan perlu adanya sumber-sumber untuk penyedian dana guna membiayai
kegiatan usahanya yang semakin berkembang. Pengawasan adalah suatu hal yang
mutlak dalam suatu fungsi manajemen. Tujuan dari pengawasan itu sendiri, antara
lain untuk menjaga dan mengamankan harta milik perusahaan dari penyimpanganpenyimpangan yang dilakukan dari pihak intern maupun ekstern Pendekatan yang
dilakukan untuk kondisi ini adalah dengan audit. Pada awalnya audit merupakan
ruang lingkup dari tugas manajemen suatu bank, tetapi semakin besar suatu bank
dengan banyaknya cabang yang bermunculan dan layanan semakin banyak serta
bervariasi, tugas audit ini tidak bisa dirangkap oleh manajer. Sehingga dibutuhkan
bagian dari stuktur organisasi yang berdiri sendiri dan terpisah dari kegiatan rutin.
Bagian yang dimaksud adalah satuan kerja audit internal yang menyediakan jasa
internal audit. Peran dari internal audit inilah yang nantinya digunakan sebagai
alat dalam meningkatkan pengawasan intern bank itu sendiri melalui cara
mekanisme umpan balik pada manajemen ataupun memonitor kinerja setiap
pengawasan ditiap bagian dalam bank.
Pengertian bank menurut UU RI No. 10 tahun 1998 Tentang perubahan
atas UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan :
“Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak”.
Sedangkan dalam pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK) No.31
adalah sebagai berikut
“Bank adalah lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial
Intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus
unit) dengan pihak-pihak yang memerlukan dana (dificit unit), serta lembaga
berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran.”
Berdasarkan kedua pengertian di atas dijelaskan bahwa bank berfungsi
sebagai perantara keuangan dengan usaha utama menghimpun dan menyalurkan
dana masyarakat serta memberikan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas
pembayaran.sebagai badan usaha bank akan selalu berusaha untuk mendapatkan
keuntungan yang sebesar-besarnya, salah satunyaadalah dengan menyediakan
fasilitas kredit bagi nasabahnya.
Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa bank merupakan perusahaan
yang bergerak dalam bidang keuangan. Selain itu dapat disimpulkan bahwa usaha
perbankan meliputu tiga kegiatan yaitu :
1.
Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan.
2.
Menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk kredit.
3.
Memberikan jasa bank lainnya, antara lain transfer, L/C, credit card serta jasa
lainnya.
Kredit menurut Malayu S.P. Sihabuan adalah :
Semua jenis pinjaman uang atau barang yang wajib dibayar kembali
bersama bunganya oleh peminjam. Pembayaran bisa cicilan atau sekaligus.
Hal tersebut tergantung pada perjanjian yang telah di sepakati oleh kreditur
dan debitur.
Kredit memiliki manfaat yang cukup banyak apabila dilihat dari berbagai
pihak yang berkepentingan. Bagi debitur, kredit memberikan manfaat supaya
debitur dapat meningkatkan usahanya, yaitu dengan cara mengunakan dana kredit
tersebut untuk pengadaan atau peningkatan berbagai faktor produksi, baik berupa
tambahan modal kerja (money), mesin (machine), bahan baku (material), maupun
peningkatan kemampuan sumber daya manusia (man), metode (method),
perluasan pasar (market), sumber daya alam dan teknologi.
Bagi bank, kredit memberikan manfaat berupa bunga yang diterima dari
debitur. bagi pemerintah, kredit bank dapat dipergunakan sebagai alat untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi baik secara umum maupun untuk sektor
tertentu saja. Dan bagi masyarakat luas, dengan adanya kredit bank yang
mendorong pertumbuhan dan perluasan ekonomi, maka akan mengurangi tingkat
pengangguran dan meningkatkan pendapatan masyarakat.
Menurut UU No.10 tahun1998 tentang perubahan atas UU No. 7 tahun
1992, pokok-pokok usaha perbankan, pengertian yang baku tentang kredit dan
prinsip pembayaran kredit adalah :
“Kredit adalah penyedian uang atau tagihan yang dapat dipergunakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjaman menunjukan
antara bank dengan pihak lain yang diwajibkan pihak pinjaman untuk
melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga,
imbalan, atau pembayaran hasil keuntungan”.
Kredit yang diberikan oleh suatu lembaga didasarkan atas kepercayaan,
sehingga dengan demikian pemberian kredit merupakan pemberian kepercayaan.
Ini berarti bahwa suatu lembaga perkreditan baru akan memberikan kredit apabila
ia betul-betul yakin bahwa si penerima kredit akan mengembalikan pinjaman yang
diterimanya sesuai dengan jangka waktu tertentu dan syarat-syarat yang telah
disetujui ke dua belah pihak.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan unsur-unsur yang terdapat
dalam kredit, antara lain
1
Kepercayaan, yaitu adanya keyakinan antara pihak bank atas operasi yang
diberikannya kepada nasabah peminjam dana yang akan dilunasinya sesuai
dengan perjanjian pada waktu tertentu.
2
Waktu, adanya jangka waktu tertentu antara pemberian kredit dan
pelunasannya, jangka waktu tersebut sebelumnya terlebih dahulu disetujui
atau disepakati bersama antara pihak bank dan nasabah peminjam kredit.
3
Prestasi, atau objek kredit itu tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi
bias berupa barang dan jasa. Namun karena kehidupan modern saat ini
didasarkan pada uang. Maka transaksi-transaksi kredit yang menyangkut
uanglah yang sering kita jumpai dalam praktek perkreditan.
4
Risiko, yaitu adanya risiko yang mungkin akan terjadi selama jangka waktu
antara
pemberian
dan
pelunasan
kredit
tersebut,
sehingga
untuk
mengamankan pemberian kredit dan menutup kemungkinan terjadinya
wanprestasi dan nasabah peminjaman dana, maka diadakanlah pengikatan dan
anggunan.
Kredit yang diberikan harus dapat terjamin dan dapat terjamin dan dapat
diterima tepat pada waktunya dengan tingkat resiko yang kecil, jika hal tersebut
mampu diterapkan maka efektivitas pemberian kredit dapat tercapai, pengertian
efektivitas dikemukakan oleh Komaruddin ( 1994; 269 ) adalah sebagai berikut:
“Efektivitas adalah suatu keadaan yang menunjukan tingkat keberhasilan (
atau kegagalan ) kegiatan manajemen didalam mencapai tujuan yang telah
ditentukan terlebih dahulu”
Menurut Moeller and Witt yang dikutip oleh Hiro Tugiman (2004 : 1)
mengenai pengertian audit internal yaitu sebagai berikut :
“Internal auditing is an independent appraisal function established within
an organization to examine and evaluate its activities as a service to the
organization.”
Demi tercapainya efektivitas dalam pemberian kredit diperlukan adanya
suatu pengendalian internal yang memadai yang diperlukan dalam aktivitas
perusahaan. Pengertian pengendalian internal yang dikemukan oleh Mulyadi (
1998; 171 ) memberikan pengertian pengendalian internal adalah sebagai berikut :
“Pengendalian internal adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan
komisaris, manajemen, dan personil lain yang didesain untuk memberikan
keyakinan memadi tentang pengelompokan tiga golongan tujuan berikut ini:
1 Keadaan pelaporan keuangan.
2 Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku
3 Efektivitas dan efisiensi oprasional”.
Definisi di atas menjelaskan bahwa pengendalian internal merupakan suatu
proses, yang dipengaruhi oleh aturan direksi, manajemen, dan personel lainnya
dalam bentuk kebijakan dan prosedur yang diterapkan untuk memberikan
keyakinan memedai bahwa tujuan bahwa tujuan usahayang terdiri atas keadaan
pelaporan keuangan, efektivitas dan efisiensi oprasi seta kepatuhan terhadap
hukum dan peraturan yang berlaku akan di capai.
Menurut committee of sponsoring organization of the treadway commission
(coso), yang di dukung oleh AICPA, IIA, AAA, IMA, dan para eksekutif
perusahaan, yang dikutip dari Akmal (2007:24), mendefinisikan:
“Pengendalian intern adalah proses yang dilakukan oleh manusia (dewan
direksi, manajemen, dan pegawai) yang dirancang untuk memberikan
keyakinan yang masuk akal atau memadai untuk mencapai tujuan-tujuan:
1 Keandalan informasi.
2 Ketaatan pada peraturan yang berlaku.
3 Efisiensi dan efektivitas operasi.
Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat dijabarkan bahwa pengendalian
intern merupakan suatu proses yang menilai kualitas pekerjaan yang apakah hasil
operasi sesuai dengan ketentuan yang belaku, menilai integritas dan keandalan
informasi, mengamankan aktiva, pemakaian sumber daya yang ekonomis dan
efesiensi serta menilai dari pencapaian tujuan dan sasaran operasi yang telah
ditetapkan.
Rodriquez menyatakan bahwa internal auditing telah memenuhi beberapa
kriteria sebagai profesi (Hiro 1996, Hal.49). Untuk itu internal auditor haruslah
dapat bersifat profesional dan tentunya peningkatan akan pelayanan terhadap
unsur-unsur yang ada dalam organisasi perlu dilakukan.
Adapun perbandingan konsep kunci pengertian audit internal sebagaimana
diungkapkan oleh Hiro Tugiman dalam bukunya “Pengenalan Audit Internal”
sebagai berikut :
Tabel 1.1
Perbandingan Konsep Kunci Pengertian Audit Internal
Lama
Baru 1999
1. Fungsi penilaian independen yang
1 Suatu aktivitas independen objektif
dibentuk dalam suatu organisasi.
2. Fungsi penilaian.
2 Aktivitas
pemberian
keyakinan dan konsultasi.
jaminan
3. Mengkaji
mengevaluasi
3 Dirancang untuk memberikan suatu
aktivitas organisasi sebagai bentuk
nilai tambah serta meningkatkan
jasa yang diberikan bagi organisasi.
kegiatan organisasi.
4. Membantu
organisasi
dan
agar
para
dapat
anggota
menjalankan
4 Membantu organisasi dalam usaha
mencapai tujuannya.
tanggung jawabnya secara efektif.
5. Memberikan
hasil
análisis,
5 Memberikan
penilaian, rekomendasi, konseling
disiplin
dan informasi yang berkaitan dengan
mengevaluasi
aktivitas
keefektivan
yang
dikaji
dan
suatu
yang
pendekatan
sistematis
dan
untuk
meningkatkan
menejemen
resiko,
menciptakan pengendalian efektif
pengendalian dan proses pengaturan
dengan biaya yang wajar.
dan pengelolaan organisasi.
Berdasarkan standar for the professional practice of internal
auditing.
Terdapat lima prsyaratan atau Kriteria yang harus dipenuhi oleh seorang internal
auditor yaitu :
1.
Indefendence: internal auditor harus bersifat indefenden dalam setiap kegiatan
audit.
2.
Profesional Proficiency: audit internal harus dapat mencerminkan keahlian
dan ketelitian professional.
3.
Scope of work: lingkup dari internal audit harus meliputi pengujian dan
evaluasi kecukupan dan efektivitas sistem pengendalian internal organisasi.
4.
Performance of audit work: pekerjaan audit harus meliputi perencanaan audit,
pemeriksaan serta pengevaluasian informasi, pengkomunikasian hasilnya dan
menindak lanjuti.
5.
Manajemen of the internal auditing department: direktur atau kepala bagian
internal audit harus mengelola departemennya secara tepat.
Tinggi rendahnya kualitas kinerja internal audit akan diukur dari lima
faktor yang telah dijabarkan sebelumnya. Dari lima faktor dalam mengukur
kinerja inilah diharapkan agar satuan kerja audit intern dapat memperoleh suatu
hasil dalam pengawasan terhadap prosedur pemberian kredit yang nantinya dapat
mendukung terjadinya suatu efektivitas pengambilan keputusan pemberian kredit.
Untuk lebih jelasnya kerangka pemikiran yang telah diuraikan dapat dilihat
pada gambar berikut:
Ganbar 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran.
Bank
Penyalur dana
Penghimpun
dana
Kredit




Audit Internal
Idependensi
Lingkup pekerjaan
Pelaksanaan kegiatan audit
Manajemen bagian audit
internal
Efektivitas Pengendalian Internal pemberian kredit
 Tidak terjadinya kredit macet
 Kredit digunakan sesuai dengan tujuan
1.6
Metodologi Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan klasifikasi penelitian deskriptif,
yaitu suatu rancangan atau desain penelitian yang memusatkan pada pemecahan
masalah dengan tujuan untuk membuat deskripsi secara sistematis, fluktual dan
akurat mengenai fakta, sifat dan hubungan antara fenomena yang diteliti.
Metode yang digunakan adalah metode penelitian survey, yaitu penelitian
yang dilakukan pada populasi besar atau kecil, tetapi data yang dipelajari adalah
data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut sehingga ditemukan
kejadian-kejadian relatif, distribusi dan hubungan-hubungan antara variable. Pada
umumnya dilakukan untuk mengambil suatu generalisasi dari pengamatan yang
tidak mendalam. Jenis data dan analisisnya adalah data kintitatif yaitu data yang
berbentuk kata, kalimat, skema, dan gambar.
Untuk dapat menganalisis masalah yang aka dibahas dalam penelitian ini,
penulis memperoleh data melalui :
1.
Penelitian lapangan (Field Research)
Yaitu penelitian langsung ke perusahaan yang dinilai untuk memperoleh data
yang diperlukan, adapun teknik pengumpulan datanya yaitu :
a. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara Tanya jawab
dengan pejabat berwenang yang berhubungan langsung dengan masalah
yang diteliti.
b. Kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data yang diajukan kepada pejabat
yang berwenang yang berhubungan langsung dengan masalah yang diteliti.
c. Observasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengamati
langsung masalah yang diteliti.
2.
Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Yaitu dengan cara mengumpulkan bahan-bahan dari berbagai sumber dan
mempelajri literatur-literatur yang berhubungan dengan topik pembasahan
untuk memperoleh data teoritis yang akan digunakan dalam pembahasan.
1.7
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan penulis pada Bank Rakyat Indonesia (Persero) Cabang
Subang yang beralamat di Jln. Oto Iskandar Dinata No.87. Penelitian ini dimulai
pada bulan Februari 2010 sampai dengan Maret 2010.
Download