Modul Pendidikan Agama Islam [TM6]

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM
ETOS KERJA
Fakultas
Program Studi
Ekonomi
Penerbit FE
Manajemen
Abstract
Tatap Muka
06
Kode MK
Disusun Oleh
MK90002
Dr. Saepudin S.Ag M.Si
Kompetensi
Pada
akhir
pertemuan
ini
Islam sangat menghargai kerja
keras dan sangat tidak menyukai mahasiswa diharapkan mampu.
1. Mengetahui pengertian perintah
orang yang malas. Umat Islam
harus mempunyai etos kerja. Pada
Tuhan agar umat Islam bekerja
bagian ini dibahas 7 etos kerja
keras dan tidak boleh bermalasIslam yairu: kerja sampai tuntas,
bekerja dengan ikhlas, bekerja
malasan.
dengan jujur, bekerja dengan
2. Menyebutkan 7 etos kerja Islam.
menggunakan teknologi, bekerja
dengan berkelompok, bekerja
3. Menguraikan etos kerja Islam
dengan keras dan bekerja sebagai
dalarn kehidupan sehari-hari
bentuk pelayanan. Pada bagian
akhir Anda diminta membuat
tugas kreativitas.
Standarisasi Modul
A. Pengertian Etos Kerja
Etos kerja dapat diartikan sebagai pandangan bagaimana melakukan kegiatan yang
bertujuan untuk mendapatkan hasil atau mencapai kesuksesan. Bekerja di dunia, bagi umat
Islam merupakan bekal di akhirat kelak hidup dl surga di akhirat kelak merupakan tujuan dan
impian kesuksesan setiap umat Islam.
Kesuksesan di akherat tersebut juga tidak terlepas dari kesuksesan di dunia melalui
ibadah dan amalan sebagaimana diajarkan dan mengharapkan ridho dari Allah SWT. Islam
adalah akidah, syariah dan amal. Jadi umat Islam tidak cukup hanya melakukan ibadah
kepada Allah dan Rosul saja, tetapi juga dituntut untuk melakukan amal perbuatan berupa
Bekerja sebagimana yang ditentukan Allah SWT. Terkait dengan hal ini, Rosul bersabda:
"Yang dinamakan iman itu ialah apabila kau menyakini di ddlam hati, menyatakannya
dengan lidah, dan melaksanakannya dengan perbuatan" (Alhadits).
Iman kepada Allah tidak hanya yakin di dalam hati dan mengucap dalam perkataan,
tetapi juga melaksanakan dalam perbuatan atau pekerjaan. Islam tidak menghendaki para
pemeluknya menjadi orang yang malas dan memandang bahwa bekerja, usaha untuk mencari
rejeki dan mencari kemakmuran merupakan perbuatan jelek dan mendatangkan siksa.
Islam mendidik pengikutnya agar cinta bekerja sebagaimana firman Allah:













  
"Apabila telah ditunaikan sholat, maka beterbaranlah kamu di muka burni, dan carilah
karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyak supaya katttu beruntung" (QS AlJumuah:10).
2016
2
Pendidikan Agama Islam
Dr. Saepudin, S.Ag.,M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Dari ayat tersebut, terlihat jelas, bahwa Allah menghendaki umat Islam untuk bekerja
keras dalam mencari karunia/rejeki dari Allah. Dan dalam ayat ini, Allah menghendaki
supaya umat Islam dalam, mendapatkan untung, atau keberhasilan. Allah dalam hal ini tidak
mengharamkan manusia dalam bekerja untuk mencari rejeki yang banyak dan halal. Terkait
dengan ini, Allah berfirman:
     


   
    
  
   



 
Katakanlah : "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkanNya untuk hamba-hamba-Nya dan siapa pulakah yang mengharamkan rejeki yang baik?"
Katakanlah : "Semuanya itu disediakan bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan
dunia, khusus untuk mereka bekerja di hari kiamat. Demikianlah menjelaskan ayat-ayat ini
bagi orang-orang yang mengetahui". (QS Al-Araf: 32)
Islam memandang bahwa bekerja adalah bagian dari kewajiban dalam kehidupannya.
Dengan bekerja manusia dapat mengambil
masyarakat. Allah tidak
, manfaat dari kehidupan dan manfaat dari
mengharamkan perhiasan dan rejeki yang baik. Justru dengan
perhiasan dan rejeki yang banyak dan baik itu, manusia dapat berbuat ibadah dengan tenang
(karena sulit ibadah dengan tenang apabila perut lapar, dan tidak ada pakaian untuk menutupi
aurat dan suci) dapat berbuat amal baik amal jariah, zakat, dan shadakoh bagi umat Islam
yang tidak mampu. Islam membenci pengangguran, kemalasan dan kebodohon, karena hal
tersebut merupakan penyakit yang lambat laun dapat mematikan kemampuan fisik dan
berpikir manusia. Rosullah bersabda:
"Janganlah sckali-kali di antara kalian ada yang duduk-duduk dengan mencari karunia
Allah, sambil berdoa, "Ya Allah, limpahkanlah karunia kepadaku", padalial ia telah
mengetahui bahwa langit tidak pernah menurunkan kujan emas dan perak" (HR Bukliari
Muslim).
Hikmah dari sabda Rosul tersebut, bahwa untuk mencapai atau mendapatkan rejeki
dari Allah tidak cukup hanya duduk-duduk dan berdoa. Allah tidak menurunkan rejeki dari
langit. Rejeki Allah harus dicari di seluruh muka bumi yang sangat banyak ini dengan
2016
3
Pendidikan Agama Islam
Dr. Saepudin, S.Ag.,M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
bekerja. Emas dan perak harus ditambang dari muka bumi, beras harus diperoleh dengan
menanam padi, rumah harus dibuat dari bata, pasir, semen, kayu dan lain-lain serta
memerlukan keahlian dalam bertukang, ilmu harus diperoleh dengan belajar.
Dalam mencapai kesuksesan, Islam bukan hanya membenci orang yang malas dan
menganggur, tetapi menghendaki umat Islam untuk bekerja, bahkan bekerja dengan keras.
Islam tidak menghendaki umatnya menjadi peminta-minta terhadap orang lain. Umat Islam
harus mampu mandiri, mencukupi kebutuhan dengan usaha keras, sebagaiman sabda Rosul:
"Seandainya seseorang mencari kayu bakar dan dipikulkan di atas penggunguya, hal itu
lebih baik daripada kalau in meminta-minta kepada seorang yang kadang-kndang diberi,
kadang pnla ditolak" (HR Imambukhari dan Imam Muslim).
Untuk mendorong kesuksesan umat Islam baik di dunia maupun akherat, Rosul
juga.mendorong umat Islam untuk bekerja, dan bahkan a menggolongkan orang yang bekerja
secara giat dan tangkas dalam kategori fisabilillah. Fisabilillah ini adalah orang yang
berperang dalam jalan Allah, dan orang-orang yang berperang dalam jalan Allah adalah
orang yang termasuk dalam surga. Dengan demikian, apabila kita bekerja dengan giat dan
tangkas atau dengan kata lain kita mempunyai pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill)
dan sikap yang baik (attitude), dengan niat yang baik dan keuntungan dari bekerja
diperuntukkan kepada hal yang baik seperti untuk menghidupi anak-anak, menghidupi orang
tua, dan keperluan sendiri, serta beramal kepada orang lain dengan ikhlas, maka orang yang
bekerja demikian dapat dikategorikan sebagai fisabilillah dan Tuhan memberikan imbalan
berupa surga di akherat kelak. Terkait hal ini, Rosullah bersabda:
"ada seseorang yang berjalan menemui tempat Rosullah SAW, orang itu sedang bekerja
dengan sangat giat dan tangkas. Para sahabat lain berkata, "Ya Rosullah, Andaikata bekerja
keras semacam orang itu dapat digolongkan fisabillah, alangkah baiknya".'Rosnl bersabda,
"Kalau dia bekerja itu hendak menghidupi anak-anaknya yang masih kecil, itu adalah
fisabilillah, kalau ia bekerja untuk meinbela kedua orang tuanya yang sudah lanjut, itu
adalah fisabilillah, kalau itu bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri agar tidak rnemintamiuta, itu adalali fisabilillah" (HR At-Tiibrani).
B. Tujuh Etos Kerja Islam
Bagi umat Islam, Rosulullah SAW adalah tauladan yang utama, dan dalam masalah
bekerja, Rosulullah tidak harvya memberi petunjuk dan nasehat, tetapi juga mengamalkan
apa yang dinasehatkannya dan membuktikannya dengan bekerja. Berikut ini adalah tauladan
2016
4
Pendidikan Agama Islam
Dr. Saepudin, S.Ag.,M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dan pandangan atau etos kerja yang dilakukan Rosulullah SAW yang juga patut kita lakukan
pada pekerjaan kita saat ini.
1. Bekerja Sampai Tuntas
Untuk dapat berhasil dalarn. bekerja, maka pekerjan harus diselesaikan dengan baik
atau tuntas. Pengertian bekerja dengan tuntas dapat diartikan bahwa pekerjaan tersebut dapat
diselesaikan dengan hasil yang sangat memuaskan, proses kerjanya juga baik, input atau
bahan baku yang digunakan dalam bekerja juga efisien, dan semua dapat dilakukan apabila
semua proses pekerjaan direncanakan dengan baik, dan dilaksanakan dengan baik dengan
dukungan pengetahuan, keterampilan dan sikap
ikhlas dalam melaksanakan pekerjaan.
Terkait dengan bekerja dengan tuntas, Rosulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya Allah mencintai seseorang di antara kamu yang apabila mengerjakan suaiu
pekerjaan, dia rapikan pekerjannya itu"
Hadis Nabi di atas memperlihatkan bahwa umat Islam dalam bekerja harus rapi, dan
hal tersebut sangat disenangi oleh Allah SWT. Ini harus ditanamkan kepada setiap umat
Islam dan mahasiswa pada khususnya, yaitu bekerja rapi. Bekerja rapi menuntut
profesionalitas yang tinggi. Kemampuan profesionalitas menuntut pengetahuan dan
keterampilan yang mumpuni atau standar di bidangnya terutama pemahaman tentang
kedalaman dan seberapa luas bidang pekerjaan, seberapa rumit dan kompleksnya pekerjaan
dan seberapa besar membutuhkan komitmen dan hubungan interpersonality antara sesama
manusia.
Pekerjaan yang rapi di samping menuntut pengetahuan dan keterampilan yang
profesional juga menuntut kemampuan manajemen yang baik. Pekerjaan yang rapi paling
tidak membutuhkan: perencanaan pekerjaan yang baik, menentukan orang-orang yang akan
melaksanakan pekerjaan dengan memperhatikan kompetensi dan komitmen, menentukan
metode atau cara untuk menyelesaikan pekerjaan, menentukan bahan baku yang akan dipakai
baik jumlah maupun kualitas, menentukan alat atau teknologi yang akan digunakan,
menentukan anggaran atau biaya serta menentukan faktor lingkungan yang sesuai dengan
pekerjaan.
2: Bekerja Dengan Ikhlas
Islam memaknai tujuan bekerja tidak hanya duniawi tetapi juga dimensi jangka
panjang yaitu kehidupan sesudah mati, dan harapan masuk surga. Oleh sebab itu, ukuran
2016
5
Pendidikan Agama Islam
Dr. Saepudin, S.Ag.,M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
keberhasilan pekerjaan, tidak hanya kekayaan dan jabatan seperti orang sekuler, tetapi juga
memperhatikan cara bekerja dan menggunakan hasil kerja baik berupa kekayaan maupun
jabatan dengan cara yang baik dan benar, tidak merugikan orang lain, tidak menghalalkan
segala cara dan mengikuti aturan dan mencari ridho Allah SWT.
Bekerja dalam konteks Islam harus dimaknai sebagai bekerja keras dengan cerdas dan
ikhlas. Pekerjaan akan dapat diselesaikan dengan rapi tuntas apabila dalam bekerja
menggunakan strategi bekerja dengan mengkombinasikan antara potensi fisik, dan potensi
akal atau hati yang ikhlas sebagai upaya meraih pertolongan Allah. Terkait dengan etos kerja
ikhlas, Nabi bersabda, "Usaha dan bekerja yang paling baik ialah usaha dan bekerja dengan
ikhlas dan bersih"
Ikhlas adalah sikap untuk menerima dengan tulus hati. Bekerja adalah. kewajiban dari
Allah kepada kita, dan kita menerima kewajiban bekerja tersebut dengan ikhlas. Oleh karena
itu, kita harus mulai berlatih senantiasa bekerja dengan baik, kerja keras adalah ladang ibadah
bagi kita, tetesan keringat kita saat bekerja merupakan bagian dari rejeki kita, dan lelah kita
dari bekerja semoga menjadi sarana penggugur dosa. Sehingga keuntungan dari bekerja yang
diperoleh dapat merupakan rejeki dan nafkah bagi keluarga, dan merupakan jalan fisabillilah
bagi kita yang bekerja dengan niat ikhlas.
3. Bekerja Dengan Jujur
Bekerja dengan jujur dapat diartikan bekerja untuk mencapai tujuan dengan tidak
berbohong, lurus hati, tidak berkhianat dan dapat dipercaya dalam ucapakan maupun
perbuatan.
Pekerjaan
adalah
amanah
bagi
setiap
orang,
dan
setiap
orang
harus
mempertanggungjawabkannya. Terkait dengan etos bekerja jujur, Rosullullah SAW
bersabda:
"Kamu semua adalah gembala, dan kamu semua bertanggungjawab atas gembalamu.
Seorang imam adalah pengembala dan dia bertanggungjaivab terhadap apa yang
dipimpinny, Seorang laki-laki pemimpin terlmdap keluarganya dan dia bertanggungjawab
terhadap apa yang dipimpinnya. Seorang wanita adalah pemimpin dalam rumah suaminya
dan dia bertanggungjawab terhadap apa yang dipimpinnya. Seorang pembantu adalah
penjaga harta majikannya, dan dia bertanggungjawab terhadap tugasnya. Seorang anak
laki-laki adalah penjaga harta ayahnya dan dia bertanggungjawab terliadap tugasnya, Oleh
sebab itu, semua adalah pemimpin dan semua kamu bertanggungjawab atas yang kamu
pimpin" (Taisirul Wushmd, Juz I, hlm 32).
Dari hadis tadi sangat jelas, bahwa semua pekerjaan yang kita lakukan pasti akan
dipertanggungjawabkan. Seperti setiap uang yang kita keluarkan ada bukti kwitansinya
2016
6
Pendidikan Agama Islam
Dr. Saepudin, S.Ag.,M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
sebagai pertanggungjawaban kepada bagian keuangan. Dari hadis juga jelas, setiap orang
bertanggungjawab atas pekerjannya,
4. Bekerja Menggunakan Teknologi
Bekerja menggunakan teknologi dapat diartikan dalam melakukan pekerjaan
menggunakan benda/alat yang dikembangkan manusia untuk memenuhi segala macam
kebutuhan hidupnya.
Pada saat ini untuk dapat berhasil dalarn bekerja, manusia dan Umat Islam sudah
tidak terlepas dari teknologi. Teknologi memungkinkan pekerjaan dilakukan dengan cepat
dan mudah, murah dan hasilnya memuaskan. Banyak contoh teknologi yang membantu kita
seperti teknologi komunikasi seperti handphone yang memudahkan komunikasi. keseluruh
penjuru dunia, komputer yang memudahkan dalam pengolahan dan penyimpanan data, alat
transportasi seperti mobil, kereta api, dan pesawat yang memudahkan pergerakan manusia,
dan banyak macam teknologi yang lainnya.
Bagaimana Islam memandang faktor teknologi dalam pekerjaan mencari nafkah?
Rosulullah SAW bersabda:
"Rosullah SAW mengambil dua dirham dan memberikan ke seorang laki-laki Anshar, dan
berkata:"Satu dirham untuk membeli makanan dan behkan kepada
keluargamu( dan satu dirkam untuk membeli kampak, kemudian bawalah kemari". Orang
tersebut kemudian kembali kepada Rosululah SAW dengan membawa kampak, dan
Rosulullah SAW bersabda: "pergilah mencari kayu, kemudian juallah kayu itu dan kamu
jangan menampakkan dirimu di hadapanku selama lima belas hari"
.
Dari hadis di atas terlihat bahwa Rosulullah SAW memberikan alat kerja, dan bukan
uang, kepada sahabat Anshor untuk mendapatkan nafkak Memang teknologi pada saat itu
masih berupa kampak untuk menebang pohon, mungkin pada jaman sekarang seperti gergaji
mesin dan lan-lain. Namun demikian, ada gambaran jelas, bahwa untuk berhasil, Nabi
menyuruh kita menggunakan alat kerja yang sesuai.
5. Bekerja Dengan Kelompok
2016
7
Pendidikan Agama Islam
Dr. Saepudin, S.Ag.,M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Bekerja dengan kelompok dapat diartikan bahwa melakukan kegiatan dalam rangka
mencapai tujuan bersama-sama dengan orang lain atau beberapa orang lain.
Allah menciptakan manusia berbeda-beda. Namun demikian satu sama lain dapat
bekerjasama dalam rangka mencapai tujuannya. Pada saat ini sangat disadari bahwa setiap
manusia mempunyai kemampuan yang terbatas baik dalam pengetahuan, keterampilan dan
tingkah lakunya. Seseorang sangat tidak mungkin menguasai seluruh ilmu seperti akuntansi,
manajemen, elektro, komunikasi, gizi dan lain-lain. Padahal dalam hidup, tidak hanya
dibutuhkan satu cabang ilmu. Pabrik makanan misalnya membutuhkan ahli gizi untuk
meramu makanan, orang teknik mesin untuk mengolah makanan, orang akuntansi untuk
mencatat pengeluaran, orang pemasaran untuk memasarkan produk dan orang manajemen
untuk mengelola keseluruhan dan sumberdaya manusianya. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa, dalam kehidupan riel kita membutuhkan teman dalam kelompok kerja untuk berhasil.
Terkait dengan kerjasama kelompok, Rosullah SAW memberikan teladan
sebagaimana diriwayatkan oleh Salman Al-Farisy: "Diriwayatkan oleh Salman Al-Farisy:
"Rosulullah SAW pergi bersamaku ke tempat yang telah kugali tanahnya dan aku
menunjukkan bibit kepada Rosulullah SAW dan Rosulullah SAWlah yang menanamkannya
dengan tangannya sendiri sehingga selesai"
Dari riwayat tersebut terlihat bahwa ada kerjasama antara Salman dan Rosullah.
Salman bekerja membuat lubang tanah, dan Rosul menanam dengan tangannya sendiri
hingga selesai. Inilah teladan tentang adanya kerjasama yang dicontohkan oleh Rosul, dan
sudah sepantasnya kita mengikutinya.
Kerja keJompok atau team work dalam era moderen dapat dikelompokkan dalam 2 bagian
yaitu kerjasama yang sukarela dan terpaksa. Kerjasama sukarela mencakup kerjasama antar
orang yang mempunyai tujuan yang sama. Sedangkan kerjasama terpaksa adalah ada
kegiatan yang sama antar orang, namun mereka umumnya tidak mempunyai tujuan yang
sama. Pada kenyataannya kerjasama yang terpaksa ini kiurang berhasil. Kerjasama yang
sukarela umumnya relative berhasil karena mempunyai semangat bersama, dan menimbulkan
rasa cinta terhadap pekerjaan.
6. Bekerja Keras
Bekerja keras dapat diartikan sebagai bekerja dengan penuh semangat atau penuh
motivasi. Manusia merupakan ciptaan Allah yang sempurna, manusia diberikan tubuh yang
sempurna lengkap dengan indranya serta kemampuan berpikir. Oleh sebab itu sudah
2016
8
Pendidikan Agama Islam
Dr. Saepudin, S.Ag.,M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
selayaknya umat Islam memacu diri untuk berbuat yang terbaik dalam hidupnya, yang
bermanfaat di dunia dan bermakna di akherat nanti.
Banyak peristiwa khususnya di Indonesia dan umat Islam tentang betapa pentingnya
untuk bekerja keras. Indonesia yang 95% adalah umat Islam, mempunyai penduduk 60%nya
hanya berpendidikan SD, tingkat kemiskinan mencapai 36 juta orang, dan ada 0,5 juta sarjana
menganggur. Data semua ini mengharuskan kita bekerja keras, tidak boleh lembek dan
mudah menyerah, Kita haras menjadi sarjana yang beragama Islam untuk dapat berperan
serta dalam pembangunan. Semua orang Islam haras mempunyai motivasi untuk maju,
mengenyahkan kemiskinan, meningkatkan derajat pendidikan, serta kemampuan dalam
penguasaan teknologi. Terkait dengan bekerja keras, berikut firman Allah dan teladan Rosul:
"Apabila kamu telah selesai mengerjakan sesuatu urusan atau tugas, maka kerjakanlah
dengan sungguh-sungguh urusan yang lainnya" (QS Al-Insyirah:7 ),
"Ketika kaum kafir Quraisy dan para sekutunya dari kabikh Arab dan Yahudi berkumpul
untuk menyerbu Madinah, maka Rosullulah SAW menyuruh umatnya untuk menggali parit.
Beliau sendiri ikut serta memecahkan batu dengan ntemakai linggis dan inenggali tanah
santpai kelihatan perutnya yang putih, dan beliau pun menutupinya,"
Dari surat Al Insyirah ayat 7, memperlihatkan bahwa Allah menyuruh kita bekerja
keras, apabila suatu urusan selesai, maka kita harus melakukan urusan yang lain. Jadi kita
melakukan banyak pekerjaan, dan tidak selesai suatu urusan kemudian istirahat. Rosul pun
memberi teladan yang patut dicontoh, sebagai Rosul, beliau masih mau bekerja untuk
memecahkan batu dengan linggis dan menggali tanah dalam rangka membuat parit. Ini
adalah contoh luar biasa, seorang nabi, pemimpin umat, dan ditangannya ada kekuasaan yang
besar, namun mau bekerja keras.
7. Bekerja Sebagai Bentuk Pelayanan
Bekerja sebagai bentuk pelayanan dapat diartikan kita bekerja sebagai bentuk usaha
melayani kebutuhart lain. Bekerja sebagai bentuk pelayanan, yang pada saat ini dikenal
dengan Kepuasan Konsumen (Customer Satisfaction), sebenarnya sudah lama dan banyak
dicontohkan oleh nabi-nabi. Rosullah SAW terkait dengan bekerja sebagai bentuk pelayanan
menyampaikan sabdanya: "Rosulullah SAW bersabda: Tidak ada seorang Nabi yang tidak
mengembalakan kambing", Ada yang bertanya: "Engkau juga, wahai Rosulullah?". Beliau
menjawab, "Ya, Aku juga",
Hadis di atas menunjukkan bahwa Rosul adalah pengembala "pemimpin" dan seorang
pemimpin melayani "gembala" atau rakyatnya. Kita dapat membayangkan hubungan kerja
antara pengembala dan kembala. Pengembala sehari-hari mengarahkan kambing ke padang
2016
9
Pendidikan Agama Islam
Dr. Saepudin, S.Ag.,M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
rurnbut, kemudian ke tempat yang ada air, dan mengandangkan. Analog dengan kondisi
demikian, maka seorang pemimpin (pada dasamya setiap orang adalah pemimpin), harus
memberikan pelayanan kepada yang dipimpin, Seorang imam melayani umatnya, seorang
kepala keluarga melayani anggota keluarga, seorang pembantu melayani dan menjaga harta
majikannya, dan seorang presiden melayani rakyatnya.
Bentuk kerja sebagai pelayanan juga lebih utama dibandingkan orang yang hanya
beribadah dan berdoa saja. Rosullah SAW bersabda:
"Ada seorang yang dipuji dalam majelis Rosulullah SAW, dikatakan, "Apabila kami naik
unta, dia selalu berzikir kepada Allah sehingga kami turun. Apabila kami turun, dia selalu
shalat sehingga kami naik lagi." Rosulullah SAW bertanya: "Siapa yang memberi makan
untanya dan memasak makanannya". Para sahabat menjawab, "Kami semua". Rosulullah
SAW berkata, "Kamu semua lebih baik dari padanya".
Dari hadis di atas, ternyata orang yang dilayani ternyata tidak dipandang lebih baik
dibandingkan dengan orang yang melayani, walaupun yang dilayani tersebut banyak berzikir
dan beribadah. Hal ini juga menunjukkan bahwa bekerja dalam rangka melayani tidaklah
hina namun mulia.
C. Kesimpulan
Demikianlah etos kerja dalam Islam yang tidak hanya diucapkan, tetapi sudah dijalankan
oleh Rosulullah SAW. Sehingga bagi kita tidak ada contoh lebih baik dari Rosulullah. Oleh
sebab itu, kapan kita mencontoh etos Rosul yaitu mulai bekerja secara tuntas, ikhlas, jujur,
menggunakan teknologi, bekerja berkelompok, bekerja keras dan bekerja melayani orang
lain.
2016
10
Pendidikan Agama Islam
Dr. Saepudin, S.Ag.,M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download