komunikasi politik melalui media massa - UIN Repository

advertisement
KOMUNIKASI POLITIK MELALUI MEDIA MASSA
PASANGAN MOCHTAR MUHAMMAD – RAHMAT EFFENDI (MuRah)
DALAM PILKADA WALIKOTA BEKASI PERIODE 2008-2013
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Untuk memenuhi persyaratan memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S. Kom. I)
Oleh
MISLIYAH
NIM: 204051002844
Dosen Pembimbing
Gun Gun Heryanto, M.Si
NIP. 197608122005011005
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010/1430 H
KOMUNIKASI POLITIK MELALUI MEDIA MASSA
PASANGAN MOCHTAR MOHAMMAD - RAHMAT EFFENDI (MuRah)
DALAM PILKADA WALIKOTA BEKASI PERIODE 2008-2013
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.Kom.I)
Di Susun Oleh
MISLIYAH
NIM: 204051002844
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010/1430
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul Komunikasi Politik Melalui Media Massa
Pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi (MuRah) dalam Pilkada
Walikota Bekasi Periode 2008-2013. Telah diujikan dalam sidang munaqasyah
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
pada tanggal 15 Juni 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat
untuk meraih gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S. Kom.i) pada Program
Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI).
Jakarta, 15 Juni 2010
Panitia Sidang Munaqasyah
Ketua
Sekretaris
Dra. Hj. Musfirah Nurlailly, M.A
NIP.19710412 200003 2 001
Drs. H. Mahmud Djalal, M.A
NIP. 19520422198103 1 002
Anggota,
Penguji I
Penguji II
Dra. Hj. Asriati Jamil, M.Hum
NIP. 19610422 199003 2 001
Rubiyanah, MA
NIP. 197308221998 2 001
Pembimbing,
Gun Gun Heryanto, M.Si
NIP: 197608122005011005
PENGESAHAN PANITIAN UJIAN SKRIPSI
Skripsi yang berjudul “Komunikasi Politik melalui Media Massa Pasangan
Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi
(MuRah) dalam Pilkada Walikota Bekasi
Periode 2008-2013” telah diujikan dalam siding munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada
tanggal 15 Juni 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh
gelar sarjana Ilmu Komunikasi (S.Kom.I) pada program studi Komunikasi dan
Penyiaran Islam.
Jakarta, 15 Juni 2010
Dewan Sidang Munaqasyah
Ketua merangkap anggota
Sekretaris merangkap anggota
Anggota
Penguji I
Penguji II
Dosen Pembimbing
Gun Gun Heryanto, M.Si
NIP : 197608122005011005
LEMBAR PERNYATAAN
Assalamualaikum, Wr. Wb
Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah penulis skripsi dengan judul
“Komunikasi Politik Melalui Media Massa Pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat
Effendi (MuRah) dalam Pilkada Walikota Bekasi Periode 2008-2013” dengan ini
menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata satu (S1) di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil saya atau
merupakan hasil orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku
di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Demikianlah lembar pernyataan ini dibuat, diharapkan dapat dipergunakan dengan
semestinya. Terima kasih
Wassalamualaikum, Wr. Wb
Jakarta, 1 Juni 2010
Penulis,
Misliyah
NIM. 204051002844
iii
ABSTRAK
Media massa saat ini menjadi salah satu pilihan yang digunakan untuk tujuantujuan komunikasi politik. Media massa berperan sebagai pemberi informasi, publik
bisa mendapatkan segala informasi yang dibutuhkan mengenai isu atau berita yang
menjadi kepentingan umum dan dibutuhkan oleh public. Media massa merupakan
komponen dari infrastruktur politik yang berfungsi mensosialisasikan nilai-nilai
politik kepada publik dan memberikan edukasi untuk penyadaran hak-hak dan
kewajiban politik publik.
Pada Pilkada Walikota Bekasi Periode 2008-2013, media massa mempunyai
peran dan pengaruh yang besar. Partai politik perlu alat promosiyang efektif dan
efisien agar pesan-pesan politik yang ingin disampaikan oleh partai politik dapat
diterima dan tertanam dibenak calon pemilih sehingga dapat merubah sikap dan
pandangan politiknya. Berkampanye di media massa melalui iklan politik dapat
membentuk image politik yang positif dan menaikkan popularitas calon pasangan
Walikota dan Wakil Walikota. Dengan adanya media massa cetak maupun elektronik,
lembaga pemerintah penyelenggaraan pemilu dalam hal ini tim sukses pasangan
Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi dapat dengan mudah mensosialisasikan visi,
misi dan program kerja mereka.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Tipe
penelitian ini menggunakan tipe deskripsi analisis, yang bertujuan untuk menjelaskan
fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data. Teknik
pengumpulan data melalui teknik observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi.
Adapun responden yang diwawancarai adalah H. Mochtar Mohammad Walikota
Bekasi 2008-2013, H. Rahmat Effendi, Wakil Walikota Bekasi 2008-2013, Ricky
Tambunan, Koordinator Media Pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi. Dan
dokumen-dokumen yang berasal dari dokumen Tim Sukses pasangan Mochtar
Mohammad-Rahmat Effendi dan gambar iklan politik di media massa pasangan
Mochtar-Rahmat.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sosialisasi komunikasi politik
melalui media massa Pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi dalam Pilkada
Walikota Bekasi Periode 2008-2013, dan berusaha menjelaskan faktor apa saja yang
menjadi pendukung dan penghambat yang didapati oleh pasangan Mochtar
Mohammad-Rahmat Effendi dalam Pilkada Walikota Bekasi.
Kegiatan sosialisasi politik pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi
banyak menggunakan media massa, baik media massa cetak dan media Elektronik.
Peranan media massa dalam mensosialisasikan figur pasangan Mochtar MohammadRahmat Effendi, visi misi dan program kerja mereka sangat efektif. Dan Faktor
pendukung pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi pada Pilkada Bekasi
Periode 2008-2013 terdiri dari beberapa factor, keberhasilan publisitas melalui media
massa, didukung oleh sejumlah partai-partai besar. Sedangkan faktor yang menjadi
penghambat oleh pasangan Mochtar-Rahmat adalah, Black Campaign (kampanye
gelap), Munculnya sejumlah masalah dan berbagai kecurangan dilapangan, Masih
tingginya fenomena Golput pada masyarakat.
i
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis haturkan kehadirat Allah SWT. Tuhan Yang
Maha Adil dan Maha Pengasih tanpa Inayah-Nya tak mungkin penulis bisa mencapai
pendidikan sampai strata satu (S1).
Shalawat serta salam semoga tetap teriring keharibaan junjungan Nabi besar
Muhammad SAW para keluarganya, sahabat-sahabatnya dan para pengikutnya
sampai akhir zaman. Atas doa dan usaha, dan perjalanan panjang, akhirnya penulis
dapat menyelesaikan salah satu tugas penting yang mempertaruhkan segenap
keilmuan yang penulis pelajari selama menuntut ilmu di Fakultas Dakwah dan
Komunikasi, walaupun jauh dari kesempurnaan.
Penulis menyadari sepenuhnyan bahwa dalam penyusunan skripsi ini penulis
memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, baik secara moriil maupun materiil,
oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof.DR. Komarudin Hidayat, sebagai Rektor Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak DR. H. Arief Subhan, MA, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi. Bapak Drs. Wahidin Saputra, MA, sebagai Pembantu
Dekan Bid. Akademik, Bapak Drs. Mahmud Jalal M.A. Selaku Pembantu
Dekan Bid. Administrasi Umum dan Keuangan, dan Drs. Study Rizal, LK,
MA, sebagai Pembantu Dekan Bid. Kemahasiswaan. Yang telah memberikan
nasihat serta arahan kepada penulis.
iv
3. Dra. Asriati Jamil, M. Hum, dan Dra. Musfirah Nurlaily, M.A, selaku Ketua
dan Sekretaris Koordinator Teknis Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Program Non Reguler.
4. Bapak Gun Gun Heryanto, M.Si, selaku Dosen Pembimbing skripsi yang
telah meluangkan waktunya, tenaga dan pikiran untuk memberikan arahan
dan bimbingan kepada penulis. Dan sebagai Dosen Komunikasi Politik yang
merupakan ruang lingkup dari skripsi ini, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
5. Segenap Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah memberikan
begitu banyak wawasan, ilmu dan pengetahuan kepada penulis.
6. Bapak H. Mochtar Mohammad, selaku Walikota Bekasi dan Bapak H.
Rahmat Effendi selaku Wakil Walikota Bekasi. Bapak Ricky Tambunan
selaku Koordinator Media Pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi
pada Pilkada Bekasi 2008, yang telah memberikan kesempatan dan
kemudahan kepada penulis untuk melakukan Wawancara dan penelitian
dalam rangka mengumpulkan data-data untuk penyusunan skripsi ini.
7. Abah (Alm) dan ummi yang telah membesarkan dengan kasih sayang,
mendidik, dan yang selalu memberikan do’a. kalian adalah teladan bagi
penulis. Semoga kalian selalu dalam lindungan dan keridhoan Allah SWT
Amin.
8. Mamah dan Papah yang selalu tulus dan ikhlas mendoakan, dan selalu
memberikan semangat kepada penulis dalam menyusun dan menyelesaikan
tugas akhir perkuliahan ini.
v
9. K.H. Syarief Nawawi dan Kakanda tercinta Juwariah Mawardi yang telah
memberikan inspirasi pentingnya ilmu pengetahuan kepada penulis serta
memberikan teladan bagi penulis. Semoga kalian selalu dalam lindungan
Allah SWT.
10. Teristimewa kepada Suami tercinta Edi Djunaedi ST. dan Malaikat Kecil
Bunga Cahaya Kamilah. Yang selalu tulus menjadi penyemangat
dan
memberikan dukungan doa dan tenaga kepada penulis ketika menyusun dan
menyelesaikan skripsi ini, kalian adalah cahaya dan inspirasi bagi penulis.
Semoga kalian selalu dalam keridhoan Allah SWT.
11. Seluruh keluarga Besar H. Mawardi (Alm), Ca’Aim dan Ca’Ipul, Neng lis,
Neng ida, yang telah mendoakan dan memberikan dukungan kepada penulis.
12. Rekan-Rekan Mahasiswa Non Reguler KPI (B) angkatan 2004, yang telah
sama-sama berbagi ilmu, berdiskusi, bercanda dan saling berbagi rasa, juga
teman-teman seperjuangan KKS 2004 Banjarwaru. Dan teman-teman yang
penulis tidak bisa sebutkan satu persatu, atas kebersamaan dan canda tawa
mereka yang senantiasa mengobati rasa jenuh dalam menyelesaikan
penulisan skripsi ini.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT penulis kembalikan semoga semua yang
telah diberikan kepada penulis akan menjadi amal ibadah yang tak terhapus
selamanya.
vi
Dengan kerendahan hati, penulis memohon do’anya agar ilmu yang telah
diperoleh menjadi ilmu yang bermanfaat dan memberi berkah. Semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca umumnya
Jakarta 1 Juni 2010
Penulis
Misliyah
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK.....................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ..................................................................................
iv
DAFTAR ISI ................................................................................................
viii
DAFTAR TABEL..........................................................................................
xi
DAFTAR DIAGRAM ..................................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................
xiii
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah ..........................................................
1.
B. Rumusan dan Batasan Masalah ...............................................
9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................
10
D. Metodologi Penelitian .............................................................. 11
E. Pedoman Penulisan ..................................................................
13
F. Sistematika penulisan ............................................................... 14
BAB II
Landasan Teoritis Hubungan Komunikasi Politik Dan Media
Massa
A. Teori Agenda Setting Media ..................................................
15
B. Komunikasi Politik .................................................................
17
1. Pengertian Komunikasi Politik ..........................................
18
2. Unsur-unsur Komunikasi Politik ......................................
27
3. Fungsi Komunikasi Politik .................................................
29
4. Saluran-Saluran Komunikasi Politik ..................................
33
viii
BAB III
C. Pengertian Media Massa .........................................................
34
D. Media Massa sebagai saluran Komunikasi Politik ..................
39
Gambaran Umum Pasangan Mochtar Mohammad – Rahmat
Effendi (MuRah) Dalam Pilkada Walikota Bekasi Periode 20082013
A. Profil .......................................................................................
48
1. Profil Mochtar Mohammad ..............................................
49
2. Profil Rahmat Effendi .......................................................
50
B. Latar Belakang sejarah koalisi Gotong Royong partai pendukung
Pasangan Mochtar Mohammad –Rahmat Effendi ..................
54
C. Visi dan Misi ..........................................................................
56
D. Program kerja Pasangan Mochtar Mohammad–Rahmat Effendi
(MuRah) .................................................................................
BAB IV
59
TEMUAN DAN ANALISA DATA
A. Pencitraan Politik Pasangan Mochtar Mohammad – Rahmat
Effendi ( MuRah) melalui Media Massa .................................
60
B. Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi, Program Partai, dan Isu
Publik sebagai Komoditas Pemasaran Politik di Media Massa... 79
C. Pemetaan Media Massa sebagai Saluran Komunikasi Politik...... 82
D. Prosentase Perolehan Suara Sah Perkecamatan......................... 85
E. Faktor Pendukung dan Penghambat Komunikasi Politik Pasangan
Mochtar Mohammad – Rahmat Effendi (MuRah) dalam
Kampanye Pilkada Kota Bekasi Melalui Media Massa............ 87
ix
F. Analisa Persfektif Teori Agenda Setting …………………….. 91
BAB V
Penutup
A. Kesimpulan ...............................................................................
96
B. Saran-saran ............................................................................... 97
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
SURAT KETERANGAN
Dengan ini “TIM SUKSES MuRah” menerangkan :
Nama
: Misliyah
Tempat/Tgl Lahir
: Bekasi, 11 Agustus 1985
Fakultas
: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Nim
: 204051002844
Jurusan
: Komunikasi dan penyiarn Islam
Program
: Strata Satu (S-1)
Adalah benar telah mengadakan wawancara/riset untuk bahan penulisan
skripsi yang berjudul “ Komunikasi Politik Melalui Media Massa pasangan
Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi Dalam Pilkada Bekasi Periode 20082013”
Dengan tujuan untuk melengkapi data yang berkaitan dengan judul skripsi di
atas, demikianlah surat keterangan ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya.
Atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.
Bekasi,
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Iklan Politik Pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi (11 Januari
23 Januari 2008) ………………………………………………….…… 64
Tabel 2 Berita Kampanye Mochtar-Rahmat Minggu Pertama Kampanye ……..
65
Tabel 3 Peringkat Media Cetak Nasional dan Lokal minggu pertama kampanye
………………………………………………………………………..…
67
Tabel 4 Minggu Kedua Kampanye Pasangan Mochtar-Rahmat (18 Januari-23
Januari 2008)..........................................................................................
68
Tabel 5 Peringkat Media Cetak Nasional dan Lokal minggu kedua kampany...
69
Tabel 6 Rekapitulasi Peringkat Media Cetak Nasional dan Lokal yang Memberitakan
Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi Selama Masa Kampanye Minggu
Pertama dan Kedua Kampanye .............................................................
70
Tabel 7 Kesepakatan kerjasama pasangan MuRah yang dilaksanakan melalui media
elektronik …………………………………………………………..… 72
Tabel 10 Pemetaan Media Massa.........................................................................
84
Tabel 11 Daftar penduduk Potensial Pemilih Pilkada 2008 …………….……..
85
xi
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 8 Faktor-faktor yang mempengaruhi orang memilih Mochtar-Rahmat..
77
Diagram 9 Hal Pertama yang Paling Diingat Dari Mochtar Mohammad-Rahmat
Effendi....................................................................................................
78
xii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Permohonan Bimbingan Skripsi
2. Surat Observasi/Riset.
3. Draft Wawancara dengan Walikota Mochtar Mohammad
4. Draft Wawancara dengan Wakil Walikota Rahmat Effendi
5. Draft Wawancara dengan Koordinator Media Pasangan Mochtar MohammadRahmat Effendi, Ricky Tambunan.
6. Draft Wawancara dengan Masyarakat kota Bekasi Safira Aulia (setelah
sidang)
7. Data KPUD Bekasi
8. Kliping Berita di Media
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Komunikasi merupakan aktivitas yang tidak terpisahkan dari keseharian
manusia diberbagai bidang. Termasuk dalam aktivitas politik, komunikasi
memainkan peranan yang penting. Komunikasi bukan sekedar penerusan
informasi dari suatu sumber kepada publik, ia lebih mudah dipahami sebagai
penciptaan kembali gagasan – gagasan informasi oleh publik jika diberikan
petunjuk dengan simbol, slogan, atau tema pokok. Komunikasi adalah hubungan
antar manusia dalam rangka mencapai saling pengertian (mutual understanding). 1
Menjelang pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Bekasi pada 27
Januari 2008. Media massa adalah salah satu wahana yang berperan penting di
dalam menyampaikan orasi politik para calon. Khususnya, media massa adalah
media yang paling banyak diminati masyarakat, sebagai sumber sebuah informasi.
Media massa juga diharapkan mampu memberikan pengaruh yang sangat besar, di
dalam menyampaikan kampanye setiap pasangan calon. Media massa dijadikan
arena konflik kepentingan, mengingat peranan media massa yang begitu kuat
dalam mempengaruhi sikap dan prilaku khalayak.
Besarnya pengaruh yang diberikan oleh media, ditanggapi baik oleh
pasangan MuRah (Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi), media massa
memegang peranan penting dalam pilkada Bekasi periode 2008-2013. Calon
kepala daerah ibarat sebuah merek yang perlu ditawarkan ke masyarakat. Oleh
1
Heryanto, Gun Gun, Komunikasi Politik di Era Industri Citra, (Jakarta : PT. Lasswell
Visitama, 2010), h..3
1
karena itu, karena ia sebuah produk baru ia perlu dikenalkan ke masyarakat,
diungkapkan kelebihan yang ia miliki.
Dalam perjalanannya, antara media massa dan proses pemilihan kepala
daerah dan wakil kepala daerah, senantiasa tidak dapat dipisahkan. Bagi siapa pun
yang akan berlaga dalam pilkada tentu amat memperhitungkan keberadaan media
massa. Realitas sosial menunjukkan saat ini adalah “era media”. Apa pun
peristiwa yang ada di tengah masyarakat menjadi komoditas pers. Apalagi momen
Pilkada sebagai bahan informasi yang menarik untuk diberitakan. Sementara bagi
mereka yang terkait dengan pelaksanaan Pilkada, utamanya calon kepala daerah,
akan memaksimalkan media sebagai instrumen untuk membangun komunikasi
politik yang tidak saja mensosialisasikan keberadaannya namun sekaligus menjadi
“mesin pembujuk” yang luar biasa sistematis dan berpengaruh. Media massa
sebagai salah satu medium perpanjangan alat indra yang baik.
Informasi yang layak diberitakan tersebut selanjutnya disajikan dalam
media massa, baik cetak maupun elektronik. Pemberitaan media cetak khususnya
surat kabar masih tetap menjadi andalan untuk mengetahui berbagai peristiwa dan
kejadian. Hal ini antara lain karena didukung oleh sifat-sifat khas yang dimiliki
surat kabar dibanding media massa elektronik. Berita yang disajikan lewat surat
kabar dapat disimpan dan dibaca kembali pada saat dibutuhkan. Selain itu isi dan
bentuk pelaporan beritanya cukup bervariasi.
Berkaitan dengan berita-berita Pilkada maka akan lebih banyak disajikan
dalam surat kabar daerah dibandingkan dalam surat kabar nasional. Hal ini erat
kaitannya dengan prinsip proximity dalam jurnalistik yang mengandung arti
bahwa masyarakat akan cenderung tertarik membaca berita-berita yang dekat
2
dengan dirinya, baik kedekatan geografis, kultural, sosiologis, maupun kedekatan
psikologis. Dengan demikian, bagi masyarakat yang ingin mengetahui proses
pelaksanaan Pilkada di Bekasi, maka perlu membaca berita-berita yang disajikan
oleh surat kabar di daerah Bekasi.
Politik merupakan salah satu kegiatan penting bagi manusia, karena suatu
negara yang memiliki masyarakat yang beragam atau bermacam – macam
kebudayaan, suku, dan bahasa seperti Indonesia ini, dituntut untuk memiliki
struktur organisasi kepemimpinan yang teratur.
Di dalam kehidupan politik, seperti halnya dalam wilayah-wilayah
kehidupan lain, sosialisasi merupakan suatu kunci bagi perilaku. Sosialisasi
politik merupakan suatu proses bagaimana memperkenalkan sistem politik pada
seseorang, dan bagaimana orang tersebut menentukan tanggapan serta reaksireaksinya terhadap gejala-gejala politik. Melalui sosialisasi politik, individuindividu diharapkan mau dan mampu berpartisipasi secara bertanggung jawab
dalam kehidupan politik. 2
Tujuan utama sosialisasi politik adalah pembentukan sikap serta watak
insan
politik.
Melalui
proses
sosialisasi,
individu-individu
diharapkan
berpartisipasi di dalam kehidupan politik secara bertanggung jawab. 3
Dengan partisipasi politik dimaksud keterlibatan individu-individu sampai
pada bermacam-macam tingkatan di dalam sistem politik. Namun sosialisasi dan
partisipasi politik tergantung dari komunikasi politik. 4
2
Maran, Rafael Raga, Pengantar Sosiologi Politik, Suatu Pemikiran dan Penerapan,(Jakarta
: Rineka Cipta, 2001) h. 135-136
3
Maran, Rafael Raga, Pengantar Sosiologi Politik, Suatu Pemikiran dan Penerapan,(Jakarta
: Rineka Cipta, 2001) h. 136
4
Ibid, h.158
3
Di Indonesia penerapan komunikasi politik perlu terus dikembangkan dan
disosialisasikan, hal ini penting untuk pertumbuhan demokrasi. Pemilihan kepala
daerah secara langsung memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk memilih
pemimpin yang sesuai dengan hati nurani mereka. Karena melalui komunikasi
politik, rakyat bisa menyalurkan aspirasinya.
Pemilihan Langsung Kepala Daerah selanjutnya disebut Pilkada,
merupakan langkah maju proses demokratisasi lokal di Indonesia. Bergulirnya
reformasi membuat masyarakat menjadi relatif demokratis. Mereka terlihat
independen, egaliter, terbuka, dan lebih cerdas dalam menanggapi informasi. 5
Pilkada merupakan momen historis bagi Bangsa Indonesia, di mana para
kepala daerah dipilih secara langsung. Ini merupakan ‘hajatan’ baru yang akan
menentukan nasib penanganan daerah-daerah di masa mendatang. Model birokrasi
daerah yang selama ini elitis dan menutup akses dari partisipasi rakyat, mau tidak
mau harus tunduk pada kedaulatan rakyat. Peran besar yang diberikan kepada
rakyat untuk menentukan kepala daerah mereka masing-masing. 6
Tentu saja, komunikasi politik bukanlah sebuah proses yang sederhana,
karena cara kerja sistem politik amat ditentukan oleh adanya suatu masukan
(input) dari lingkungan, dan setelah melalui proses tertentu membentuk sejumlah
output. Selanjutnya output ini diberikan kembali kepada lingkungan, sebagai
umpan balik ( feed back ). 7
5
Thubany, Syamsul Hady, Editor : Fahmi Wibawa, Pilkada Bima 2005 (Era Baru
Demokratisasi Lokal Indonesia), Yogyakarta : Nuansa Aksara, Cetakan ke-1, Oktober, 2005, hlm
ix
6
Heryanto, Gun Gun, Komunikasi Politik di Era Industri Citra, (Jakarta : PT. Lasswell
Visitama, 2010), h. 13
7
Ibid, h.13
4
Penting untuk diperhatikan bahwa tanpa komunikasi politik yang efektif,
maka aktifitas politik akan kehilangan bentuk. Untuk itu sumber pesan, misalnya
seorang calon pemimpin dituntut untuk menyampaikan pesan yang jelas kepada
para pendukungnya dan masyarakat luas. Di samping itu, calon yang
bersangkutan pun harus tahu saluran atau sarana penyampaian informasi yang
tepat. 8
Perkembangan teknologi, menjadikan media massa sebagai sebuah pilihan
alat kampanye menguntungkan terutama pada partai politik yang mengusung
orang baru di dalamnya. Karena mereka perlu untuk menjangkau pemilih yang
berada di pelosok daerah. Karena media massa mempunyai kekuatan sebagai pilar
keempat demokrasi, sehingga mampu menyebarluaskan
visi misi calon
keberbagai wilayah. 9
Media massa banyak digunakan sebagai medium penyampaian pesan
komunikasi politik yang sangat diminati. Kampanye pilkada menyajikan peluang
yang sangat baik untuk meneliti konsekuensi komunikasi. Berkaitan dengan
pemberian suara dan tindakan memberikan suara ialah upaya untuk mempersuasi
rakyat melalui media massa.
Media massa sangat penting dalam komunikasi politik, media massa
merupakan jenis media yang ditunjukkan kepada sejumlah khalayak yang
tersebar, heterogen, sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan
sesaat. Dengan daya jangkau yang relatif luas, dan dalam waktu yang bersamaan.
8
Maran, Rafael Raga, Pengantar Sosiologi Politik, Suatu Pemikiran dan Penerapan,
(Jakarta : Rineka Cipta, 2001) h.163
9
Venus, Antar, Manajemen Kampanye (Panduan Teoritis dan Praktiis dalam
Mengefektifkan Kampanye Komunikasi), Bandung : Simbiosa Rekatama, hlm. xiv
5
Perkembangan demokrasi di Indonesia telah mengalami pasang surut.
masalah pokok yang kita hadapi ialah bagaimana dalam masyarakat yang
beraneka ragam pola budayanya, mempertinggi tingkat kehidupan ekonomi
disamping membina suatu kehidupan sosial dan politik yang demokratis. pada
pokoknya masalah ini berkisar pada menyusun suatu sistim politik di mana
kepemimpinan cukup kuat untuk melaksanakan pembangunan ekonomi serta
nation building, dengan partisipasi rakyat seraya menghindarkan timbulnya
diktator. 10
Dalam konteks demokrasi, sejatinya partai politik dan media massa
mempunyai peran yang saling melengkapi. Media massa bertindak sebagai
kontrol atas realitas sosial politik yang disampaikan kepada masyarakat luas
dalam bentuk informasi. Sedangkan partai politik menjadi institusi yang menyerap
persoalan masyarakat akar rumput (grass root) untuk diselesaikan di tingkat
pemerintah. Tujuan keduanya sinergis, yakni bagaimana demokrasi dijalankan
dan bagaimana kesejahteraan rakyat menjadi prioritas.
Tentu saja dalam perkembangannya, banyak pihak yang terlibat Media
massa dapat menciptakan image tertentu terhadap siapa atau apa saja, seraya
memobilisir kesadaran menurut yang dikehendakinya. Proses hegemoni kesadaran
media massa ini tidak bisa lepas dari berbagai kepentingan.dalam pemanfaatan
media massa sebagai instrumen pemenuhan kepentingan.
Hal ini dimanfaatkan pada pilkada kota Bekasi untuk menyampaikan
pesan politik dalam rangka mensukseskan pasangan Mochtar Mohammad (Calon
Walikota dari PDIP) yang akan disandingkan dengan Rahmat Effendi (Calon
10
Budiharjo, Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta : Gramedia, 1998), hal. 69
6
Wakil Walikota dari Partai Golkar), yang didukung oleh partai-partai besar, yakni
: Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai Golkar, Partai Persatuan
Pembangunan (PPP), Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Bulan Bintang (PBB)
dan didukung pula oleh Partai Damai Sejahtera (PDS) yang bergabung dalam
Koalisi Gotong Royong.
Berpasangannya Mochtar Mohammad (M2) dan Rahmat Efendi (Pepen)
dalam koalisi ‘MuRah’, yang diusung oleh koalisi partai besar menjadi fenomena
menarik, mencoba mengadopsi konfigurasi pilkada Jakarta. Bertemunya Mochtar
Mohammad (Babeh M2) dan Rahmat Effendi (Bang Pepen) adalah semacam
reuni, mereka berdua pernah sama-sama menjadi anggota DPRD di komisi
anggaran, Pasangan MuRaH mengusung isu Pendidikan dan Kesehatan Gratis. 11
Gratis pendidikan usia wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun, dan
gratis kesehatan ditingkat pusat kesehatan masyarakat (puskesmas), bukan sekedar
bebas dari biaya tetapi lebih dari itu, bagaimana mutu pendidikan dan pelayanan
kesehatan dapat ditingkatkan. Itulah salah satu program kerja yang menjadi
prioritas bila Mochtar Mohammad (M2) dan Rahmat Effendi (Pepen) yang
diusung koalisi Gotong Royong pada pilkada kota Bekasi yang dilaksanakan pada
tanggal 27 Januari 2008.
Media massa memberitakan sebagian besar kegiatan yang dilakukan oleh
pasangan calon koalisi Gotong Royong, dalam lingkungan publik. Dalam politik
hal ini merupakan suatu yang strategis, karena tujuan dari persuasinya ini juga
adalah manipulasi psikologis khalayak.
11
Taufik, “DKI Jakarta Jilid 2 ,“ M2 Media, 8 November 2007, h. 4
7
Pilkada merupakan momentum bagi masyarakat untuk menentukan
pemerintahan Kota Bekasi. Karena Pilkada tahun 2008 merupakan Pilkada
langsung yang pertama di Kota Bekasi. Masyarakat Kota Bekasi dalam melihat
Pilkada masih tergolong bersifat wait and see atau boleh di bilang masa bodoh.
Sosialisasi yang dilakukan oleh KPUD juga tergolong minim.
Melalui media massa sejumlah pertemuan dengan masyarakat kerap
dimanfaatkan sebagai momentum untuk mensosialisasikan pasangan Mochtar
Mohammad dan Rahmat Effendi (MuRaH). Pasangan calon walikota ini juga
gencar menggalang sosialisasi hingga tingkat kecamatan, mereka juga
menyebarkan sejumlah spanduk, pamflet hingga pemasangan baliho ‘raksasa’ di
sudut – sudut Kota Bekasi. 12
Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Kota Bekasi pada rapat pleno
Minggu,
03
Februari
2008
menetapkan
pasangan
“MuRah”
(Mochtar
Mohammad-Rahmat Effendi) yang diusung oleh koalisi 9 parpol sebagai
pemenang pilkada kota Bekasi dengan perolehan suara sebesar 368.940 suara dari
729.388 atau 50,6%, mengalahkan pasangan “SuKa” (Akhmad SyaikhuKamaludin Djaini) yang diusung oleh PKS dan koalisi pelangi yang hanya
memperoleh 303.209 suara atau 41.6 suara. Sisa perolehan suara sebesar 7.8 %
atau sekitar 57.239 suara diraih oleh pasangan “Wiro” (Awing Asmawi-Ronny
Hermawan) yang diusung oleh Partai Demokrat. 13
Hasil pleno KPUD Kota Bekasi ini dinyatakan dalam Surat Keputusan
KPUD Kota Bekasi Nomor 14 Tahun 2008. Setelah rapat pleno, hasilnya
12
Iskandar, Deni, “ Aksi Parpol JelangPenetapan Kandidat Wali Kota Bekasi,” Indo Pos, 3
Desember 2007, h. 1
13
Masim "Vavai" Sugianto,”Pleno KPUD Kota Bekasi Menetapkan M2R sebagai Pemenang,”
artikel diakses
pada 20 juni 2008 dari http://www.vavai.com/blog/index/php
8
dikirimkan kepada Mendagri untuk kemudian dilantik pada bulan Maret 2008.
Hasil pleno ini diterima oleh seluruh saksi masing-masing pasangan calon
sehingga secara definitif kota Bekasi akan dipimpin oleh Mochtar Mohammad Rahmat Effendi untuk periode tahun 2008-2013.
Media dengan kepentingan teknis, idealisme dan pragmatismenya
memilih, mengemas dan akhirnya mendistribusiakan kepada khalayak kalau
sesuatu itu penting. Media itu sendiri tidak memiliki kekuasaan, namun institusi
ini selalu berkaitan dengan kekuasaan negara karena adanya kesinambungan
pemakaian media. Dalam konteks komunikasi Politik media massa menjadikan
dirinya sebagai medium pesan politik sehingga kenyataannya kekuasaan dan
pengaruh secara terus menerus di produksi dan didistribusikan oleh media massa.
Karena dalam perkembangannya media massa banyak digunakan sebagai
medium penyampaian pesan yang sangat diminati, maka penulis tertarik untuk
mengamati Komunikasi Politik melalui media massa dan selanjutnya dituangkan
dalam sebuah skripsi yang berjudul : “Komunikasi Politik Melalui Media Massa
Pasangan Mochtar Mohammad Dan Rahmat Effendi (MuRah) Dalam Pilkada
Walikota Bekasi Periode 2008-2013”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.
1.
Pembatasan Masalah
Karena komunikasi politik merupakan studi yang luas, maka peneliti
membatasinya pada kegiatan Sosialisasi politik melalui media massa yang
dilakukan oleh pasangan ‘MuRah’ (Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi) dalam
Pilkada Kota Bekasi, yang selanjutnya akan dianalisa.
9
2.
Perumusan Masalah
Berdasarkan gambaran latar belakang di atas, Secara sederhana perumusan
masalahnya adalah :
a. Bagaimanakah Sosialisasi Politik pasangan Mochtar Mohammad–Rahmat
Effendi (MuRaH) melalui Media Massa dalam Pilkada Kota Bekasi?
b. Apa saja Faktor pendukung dan penghambat yang didapat oleh pasangan
Mochtar Mohammad – Rahmat Effendi (MuRaH) dalam Pilkada Kota
Bekasi?
C. Tujuan penelitian dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan yang telah penulis rumuskan di atas,
maka ada beberapa tujuan yang dicapai dari penulis skripsi ini, yaitu :
a. Bertujuan untuk menjelaskan dan menampilkan hal-hal yang terkait
dengan sosialisasi politik pasangan Mochtar Mohammad dan Rahmat
Effendi (MuRaH) melalui media massa pada Pilkada Kota Bekasi.
b. Bertujuan untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat apa saja
yang didapat oleh pasangan
Mochtar Mohammad – Rahmat Effendi
(MuRaH) dalam Pilkada Kota Bekasi.
2. Manfaat Penelitian
Sebagaimana rumusan masalah di atas, maka manfaat dari penelitian ini
adalah :
10
a. Secara Akademis, tulisan ini diharapkan bisa memberi tambahan wacana
dan referensi untuk keperluan studi lebih lanjut dan menjadi bahan bacaan
kepustakaan.
b. Secara Praktis, dengan tulisan ini penulis berharap dapat menambah
pengetahuan dan wawasan tentang Komunikasi politik terutama
bagaimana kiat komunikasi politik melalui media massa, dan tata cara
komunikasi politik yang baik bagi penulis sendiri maupun bagi mahasiswa
Fakultas Dakwah dan Komunikasi.
D. Metodologi Penelitian
1.
Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah metode
kualitatif, yaitu metode dimana pencarian data tidak dimaksudkan untuk
membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan sebelum penelitian dilakukan.
Riset kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya.
Riset ini tidak mengutamakan besarnya populasi dan sampling bahkan populasi
dan sampling terbatas. Jika data yang terkumpul sudah menjelaskan fenomena
yang diteliti, maka peneliti tidak perlu mencari sampling lainnya. 14
Metodologi kualitatif menurut Taylor dan Bogdan, adalah prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati. Sedangkan menurut Kirk dan
Miller, yaitu tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara
fundamental tergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya
14
Kriyantono, Rachmat, S.Sos, M. Si, Riset Komunikasi, Jakarta : Kencana Prenada Group,
hal.58
11
maupun dalam peristilahannya. Dari beberapa macam penafsiran, maka
pengertian secara umum dari penelitian kualitatif
adalah, penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain sebagainya,
secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa,
pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai
metode alamiah. 15
2. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis dalam
skripsi ini adalah :
a. Metode
observasi
atau
pengamatan
langsung.
Yakni
penulis
mengadakan penelitian secara langsung terhadap objek yang akan
diteliti dan mengamati Komunikasi politik
melalui media massa
Pasangan Mochtar Mohammad dan Rahmat Effendi (MuRaH) dalam
Pilkada Kota Bekasi dengan mengadakan pencatatan dari hasil
observasi yang dilakukan secara sistematis dari fenomena yang ada. 16
b. Metode interview atau wawancara, yaitu suatu alat pengumpulan data
dengan cara menggunakan teknik wawancara langsung secara
mendalam (in –depth interview), dan diskusi kecil yang dilakukan oleh
peneliti dengan tim sukses pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat
Effendi (MuRah) yang terkait untuk memperoleh data dan informasi
yang diperlukan sesuai dengan judul penelitian penulis.
15
Lexy, J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta : Remaja karya, Cetakan ke-23,
Januari, 2007, hal. 4-6
16
Arikanto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : Rineka
Cipta, 1996),
h. 145-146
12
c. Metode dokumentasi yaitu diperoleh dari penelitian pustaka (Library
Research) dengan mencari data berupa buku–buku, arsip–arsip, artikel,
serta kutipan–kutipan pernyataan para tokohnya di media massa yang
sesuai dengan judul penelitian. Sebagai bahan informasi / data sebagai
bahan penunjang wawancara penulis.
3. Analisa Data
Analisa data yaitu menggunakan metode deskriptif analisis. Maksudnya
adalah analisis penelitian ini didasarkan pada penggambaran secara
objektif terhadap tema penelitian dengan pendekatan kualitatif. Penulis
menganalisa data dengan menyusun kata-kata ke dalam tulisan yang lebih
luas. 17 Keterangan-keterangan yang ada kemudian dihubungkan satu
dengan yang lainnya, sehingga terjadi satu fakta yang dapat terungkap
mengenai topik yang dipertanyakan dan yang menjadi pokok masalah
dalam penelitian penulis.
E. Pedoman Penulisan
Teknik penulisan skripsi ini penulis berpedoman pada buku bimbingan
skripsi UIN Jakarta “ PEDOMAN PENULISAN KARYA ILMIAH : (Skripsi,
Tesis, Dan Disertasi)”, (CeQDA :Jakarta, 2007) serta terikat dengan peraturan
pemakaian bahasa dengan ejaan (EYD). Dengan pengecualian bahasa asing.
17
Bachtiar, Wardi, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta : Logos, 1997), h. 27
13
F. Sistematika Penulisan
Adapun laporan hasil penelitian ini dituangkan dalam bentuk karya tulis
skripsi dengan sistematika penulisan seperti dibawah ini :
BAB I
Pendahuluan, yang mencangkup latar belakang masalah, pembatasan
dan
perumusan tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian,
pedoman penulisan serta sistematika penulisan.
BAB II
Membahas Landasan Teoritis Hubungan Komunikasi Politik dan Media
Massa.
BAB III Gambaran Umum Pasangan Mochtar Mohammad – Rahmat Effendi
(MuRah) Dalam Pilkada Walikota Bekasi Periode 2008-2013, meliputi
latar belakang sejarah koalisi partai pendukung, visi dan misi pasangan
MuRah (Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi), Program kerja
pasangan MuRah dan profil pasangan MuRah.
BAB IV Membahas tentang Komunikasi Politik melalui Media Massa Pasangan
Mochtar Mohammad – Rahmat Effendi (MuRah) dalam Pilkada Kota
Bekasi, meliputi, Pencitraan Politik melalui Media Massa, Mochtar
Mohamad-Rahmat Effendi Program Partai, dan Isu Publik Sebagai
Komoditas Pemasaran Politik di Media Massa, Pemetaan Media Massa
Sebagai Saluran Komunikasi Politik, Prosentase Perolehan Suara Sah
Per Kecamatan, Faktor Pendukung dan Penghambat Komunikasi Politik
Melalui Media Massa Pasangan Mochtar Mohammad – Rahmat Effendi
(MuRah) dalam Pilkada Kota Bekasi, Analisa Perspektif Teori Agenda
Setting.
BAB V
Penutup yang berisi Kesimpulan dan Saran-saran.
14
BAB II
Landasan Teoritis Hubungan Komunikasi Politik Dan Media Massa
A. Teori Agenda Setting Media
Teori Agenda Setting dimulai dengan suatu asumsi bahwa media massa
menyaring berita, artikel, atau tulisan yang akan disiarkannya. Teo ri ini
mengatakan bahwa media (terutama media berita) tidak selalu berhasil untuk
memberitahukan apa yang kita pikirkan melainkan mereka berhasil mengajak kita
untuk memikirkan sesuatu.
Secara selektif, “gatekeepers” seperti penyunting, redaksi, bahkan wartawan
sendiri menentukan mana yang pantas diberitakan dan mana yang harus
disembunyikan. Setiap kejadian atau isu diberi bobot tertentu dengan panjang
penyajian (ruang dalam surat kabar, waktu pada televisi dan radio) dan cara
penonjolan (ukuran judul, letak pada suratkabar, frekuensi penayangan, posisi
dalam suratkabar, posisi dalam jam tayang).
Terdapat konseptualisasi agenda yang potensial untuk memahami proses
agenda setting yakni agenda media, agenda khalayak dan agenda kebijakan.
Karena pembaca, pemirsa, dan pendengar memperoleh kebanyakan informasi
melalui media massa, maka agenda media tentu berkaitan dengan agenda
masyarakat (public agenda). Agenda masyarakat diketahui dengan menanyakan
kepada anggota-anggota masyarakat apa yang mereka pikirkan, apa yang mereka
15
bicarakan dengan orang lain, atau apa yang mereka anggap sebagai masalah yang
tengah menarik perhatian masyarakat (Community Salience). 1
Masyarakat tentunya memiliki hak untuk tahu (right to know) yang akhirnya
menjadikan suatu isu atau peristiwa menjadi public sought (permintaan publik)
akan informasi tentang isu atau peristiwa tersebut. Media dengan kepentingan
teknis, idealisme dan pragmatismenya memilih, mengemas dan akhirnya
mendistribusikan kepada khalayak kalau sesuatu itu penting. 2
Teori Agenda Setting pertama dikemukakan oleh Walter Lippman (1965) pada
konsep “The World Outside and the Picture in our head”, penelitian empiris teori
ini dilakukan McCombs dan L. Shaw ketika mereka meneliti pemilihan presiden
tahun 1972. 3 Mereka mengatakan antara lain walaupun para ilmuwan yang
meneliti perilaku manusia belum menemukan kekuatan media seperti yang
disinyalir oleh pandangan masyarakat yang konvensional, belakangan ini mereka
menemukan cukup bukti bahwa para penyunting dan penyiar memainkan peranan
yang penting dalam membentuk realitas social kita, ketika mereka melaksanakan
tugas keseharian mereka dalam menonjolkan berita.
Khalayak bukan saja belajar tentang isu-isu masyarakat dan hal-hal lain
melalui media, meraka juga belajar sejauhmana pentingnya suatu isu atau topik
dari penegasan yang diberikan oleh media massa. Misalnya, dalam merenungkan
apa yang diucapkan kandidat selama kampanye, media massa tampaknya
1
Heryanto, Gun Gun, Komunikasi Politik di Era Industri Citra, (Jakarta : PT. Lasswell
Visitama, 2010), h. 21
2
3
Ibid, h. 21
Ibid, h.19
16
menentukan isu-isu yang penting. Dengan kata lain, media menetukan “acara”
(agenda) kampanye.
Dampak media massa, kemampuan untuk menimbulkan perubahan kognitif di
antara individu-individu, telah dijuluki sebagai fungsi agenda setting dari
komunikasi massa. Disinilah terletak efek komunikasi massa yang terpenting,
kemampuan media untuk menstruktur dunia buat kita. Tapi yang jelas Agenda
Setting telah membangkitkan kembali minat peneliti pada efek komunikasi massa.
Agenda setting sendiri baru menunjukan keampuhannya jika agenda media
menjadi agenda publik. Lebih hebatnya lagi jika agenda publik menjadi agenda
kebijakan. Bernard C. Cohen (1963) mengatakan bahwa pers mungkin tidak
berhasil banyak pada saat menceritakan orang-orang yang berpikir, tetapi berhasil
mengalihkan para pemirsa dalam berpikir tentang apa. Kita bisa memakai media
apa saja untuk membangun opini, tapi jika tidak sejalan dengan selera publik,
maka isu yang dibangun dengan instensitas sekuat apa pun belum tentu efektif.
B. Komunikasi Politik
1. Pengertian Komunikasi Politik
Kajian komunikasi politik pada awalnya berakar pada ilmu politik, meskipun
penamaan lebih banyak dikenal dengan istilah propaganda. Ini dimulai pada tahun
1922 dengan penelitian dari Ferdinand Tonnies dan Walter Lippmann yang
meneliti tentang opini publik pada masyarakat.
Membicarakan Komunikasi Politik tidak semudah dengan membicarakan
gerakan politik. Kesulitan itu muncul karena ada dua konsep yang mengusung
disiplin ilmu ini, yakni konsep “komunikasi” dan konsep “politik.” Komunikasi
17
politik adalah sebuah studi yang interdisiplinari yang dibangun atas berbagai
macam disiplin ilmu, terutama dalam hubungannya antara proses komunikasi dan
proses politik. Ia merupakan wilayah pertarungan dan dimeriahkan oleh
persaingan teori, pendekatan, agenda dan konsep dalam membangun jati dirinya. 4
Komunikasi yang membicarakan tentang politik kadang diklaim sebagai studi
tentang aspek-aspek politik dari komunikasi publik, dan sering dikaitkan sebagai
komunikasi kampanye pemilu karena mencangkup masalah persuasi terhadap
Pemilih, debat antarkandidat, dan penggunaan media massa sebagai alat
kampanye. 5
Komunikasi dan politik memiliki hubungan yang erat dan istimewa karena
berada dalam kawasan (domain) politik dengan menempatkan komunikasi pada
posisi yang sangat fundamental. Komunikasi politik menyambungkan semua
bagian dari sistem politik sehingga aspirasi dan kepentingan dikonversikan
menjadi berbagai kebijaksanaan.
Komunikasi Politik (Political Communication) merupakan gabungan dua
disiplin ilmu yang berbeda namun terkait sangat erat, yakni Ilmu Komunikasi dan
Ilmu Politik. Oleh karena itu, sebelum memasuki pembahasan tentang pengertian
dan proses komunikasi politik, dibahas lebih dulu tentang pengertian komunikasi
dan politik.
a. Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada
orang lain untuk memberi tahu atau mengubah sikap, pendapat, perilaku baik
langsung maupun tidak langsung. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris
1 Cangara, Hafied, Komunikasi Politik : Konsep, Teori, dan Strategi, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2009) h. 16
5
Ibid, h.16
18
communication berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata
communis yang berarti sama, sama di sini maksudnya adalah sama makna. 6
Dengan maksud untuk mengubah pikiran, sikap, prilaku, penerima dan
melaksanakan apa yang diinginkan oleh komunikator.
Komunikasi bukan sekadar penerusan informasi dari suatu sumber kepada
publik, ia lebih mudah dipahami sebagai penciptaan kembali gagasan-gagasan
informasi oleh publik jika diberikan petunjuk dengan simbol, slogan, atau tema
pokok. 7
Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilancarkan secara
efektif, para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigma yang
dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya, The Structure and Function
of Communication in Society. Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk
untuk menjelaskan komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan sebagai
berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect? 8
Sehubungan dengan kenyataan bahwa komunikasi adalah sesuatu yang tidak
bisa dipisahkan dari aktivitas seorang manusia, tentu masing-masing orang
mempunyai cara sendiri, tujuan apa yang akan didapatkan, melalui apa atau
kepada siapa. 9 Jika kita menyimak kandungan makna yang terdapat dalam setiap
definisi komunikasi yang telah dikemukakan, kita dapat menemukan adanya
sejumlah unsur yang mendukungnya. Paradigma Lasswell di atas menunjukkan
6
Heryanto, Gun Gun, Komunikasi Politik di Era Industri Citra, (Jakarta : PT.Lasswell
Visitama, 2010), h. 4
7
Nimmo, Dan, Komunikasi Politik : Komunikator, Pesan, dan Media, (Bandung : Remaja
Rosdakarya, 1993) H.5
8
Heryanto, Gun Gun, Komunikasi Politik di Era Industri Citra ,( Jakarta : PT.Lasswell
Visitama, 2010), h.5
9
Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia,(Jakarta : Raja Gravindo Persada, 2004)
19
bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang
diajukan itu, yaitu:
1. Komunikator (siapa yang mengatakan?)
Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan komunikator sebagai
pembuat atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antar manusia
sumber bisa terdiri satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok
misalnya partai, organisasi, lembaga atau negara.
2. Pesan (mengatakan apa?)
Pesan dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan
pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap
muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu
pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau propaganda.
3. Media (melalui canel/media apa?)
Media adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari
sumber kepada penerima. Media komunikasi ada yang berbentuk
saluran antarpribadi, media kelompok, dan ada pula dalam bentuk
media massa.
4. Komunikan (kepada siapa?)
Adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber.
Bisa terdiri satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk organisasi,
instansi, partai atau negara.
5. Efek (dengan dampak/efek apa?).
Adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan
dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan.
20
pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap, dan tingkah laku
seseorang.
Dalam bentuknya yang paling sederhana, proses komunikasi terdiri dari
pengirim, pesan, dan penerima. Suatu tindakan komunikasi bermula dari si
pengirim. Karena itu, kualitas komunikasi sebagian besar tergantung dari
keterampilan si pengirim. Ia harus tahu isi pesan yang ingin disampaikannya,
siapa penerimanya, dan dengan sarana apa pesan itu ingin disampaikan. Selain itu
ia juga harus tahu kapan pesan itu harus disampaikan. Kemudian tanggung jawab
final dari si pengirim ialah mencari feedback atau umpan balik dan mengevaluasi
secara hati-hati.10
Jadi berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, komunikasi adalah proses
penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang
menimbulkan efek tertentu. Komunikasi berlangsung apabila terjadi kesamaan
makna dalam pesan yang diterima oleh komunikan. Dan jelas masing-masing
orang mempunyai perbedaan dalam mengaktualisasikan komunikasi tersebut.
Berbeda dengan Lasswell, Steven justru mengajukan sebuah definisi yang
lebih luas bahwa komunikasi terjadi kapan saja suatu organisme memberi reaksi
terhadap suatu objek atau stimuli, apakah itu berasal dari seseorang atau
lingkungan sekitarnya. 11
Meski definisi yang dibuat para pakar memiliki perspektif yang berbeda satu
sama lainnya menurut latar belakang disiplin ilmu yang membuat definisi itu,
pada dasarnya definisi-definisi itu tersebut tidak terlepas dari substansi
komunikasi itu sendiri.
10
Maran, Rafael Raga, Pengantar Sosiologi Politik (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2001), h. 159
Cangara, Hafied, Komunikasi Politik : Konsep, Teori, dan Strategi, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada 2009), h. 19
11
21
b. Pengertian Politik
Dalam kehidupan kita sehari-hari istilah politik sudah tidak begitu asing
karena segala sesuatu yang dilakukan atas dasar kepentingan kelompok atau
kekuasaan sering kali diatasnamakan dengan label politik. Jika dianggap bahwa
ilmu politik mempelajari politik, maka perlu kiranya dibahas dulu istilah politik
itu. Dalam kepustakaan ilmu politik ternyata ada bermacam-macam definisi
mengenai politik. Karena pada perkembangannya, komunikasi juga melahirkan
apa yang disebut komunikasi politik. Jika dilihat dari pengertian komunikasi, tak
heran jika ia pun sanggup merangkul studi politik. 12
Istilah ilmu politik (science politique) pertama kali digunakan oleh Jean Bodin
di Eropa pada tahun 1576, kemudian Thomas Fithzerbert dan Jeremy Betham
pada tahun 1606. akan tetapi istilah politik yang dimaksud ialah ilmu negara
sebagaimana tertulis dalam karya-karya sarjana Eropa daratan yang bersifat
institusional yuridis. 13
Politik berasal dari kata politic (Inggris) yang menunjukkan sifat pribadi
(adjektive of person) atau sifat perbuatan (adjektive of action). Di sini politik
berarti bertindak bijaksana (acting wisly), dan bijak (wise). 14 Kata yang lain
adalah politics (dengan ”s”) yang berarti seni atau ilmu tentang pemerintahan (the
art government). Asal kata politik adalah dari bahasa latin politicos, embrionya
adalah kata polis yang berarti kota. 15 Sedangkan dalam bahasa dikenal dengan
kata sifat yang salah satu artinya adalah politik, sedangkan maksudnya di sini,
12
Budiharjo, Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta : Gramedia, 1998), hal. 8
Cangara, Hafied, Komunikasi Politik : Konsep, Teori, dan Strategi, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada 2009), h. 26
14
AP.Cowl, oxford Leaner’s Dictionary, (Ocford : Ocford University Press, 1990)
15
Ahmad, Zainal Abidin, Op. Cit. Hal. 18
13
22
politik adalah muslihat, tindakan akal, kebijakan dengan tujuan mencapai suatu
maksud. 16
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa politik (politics) adalah bermacammacam kegiatan dalam suatu sistim politik (atau negara) yang menyangkut proses
menentukan tujuan-tujuan dari sistim itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu.
Pengambilan keputusan (decisionmaking) mengenai apakah yang menjadi tujuan
dari sistim politik itu menyangkut seleksi antara beberapa alternatif dan
penyusunan skala prioritas dari tujuan-tujuan yang telah dipilih itu. 17
Politik selalu menyangkut tujuan-tujuan dari seluruh masyarakat (public goal),
dan bukan tujuan pribadi seseorang (private goals). Lagipula politik menyangkut
kegiatan berbagai kelompok termasuk partai politik dan kegiatan orang seorang
(individu). 18
Ada berbagai definisi yang diberikan oleh para ilmuan diantaranya menurut
Soelistyati Ghani dalam bukunya Pengantar Ilmu Politik menurutnya dua arti kata
politik yang penting adalah :
Pertama, politik dalam arti dipergunakan untuk menunjukkan mengenai suatu
segi dari kehidupan manusia bersama dalam masyarakat yang menyangkut
kekuasaan, menyangkut Power Relation Ship, dalam artian ini terkandung isi
politik sebagai usaha untuk memperoleh kekuasaan.
16
Depdikbud, Op.Cit., h. 836
Budiharjo, Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta : Gramedia, 1998), hal. 8
18
Ibid, h. 8
17
23
Kedua, politik di dalam arti mempergunakan untuk menunjukan kepada satu
rangkaian tujuan yang hendak dicapai atau dengan kata yang lebih singkat
kebijaksanaan. 19
Dalam Bahasa Indonesia kata politik mempunyai beberapa pengertian . yaitu :
1. Ilmu pengetahuan mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan.
2. Segala urusan dan tindakan (kebijakan, siasat, dan sebagainya) mengenai
pemerintahan negara atau terhadap negara lain.
3. kebijakan; cara bertindak (dalam menghadapi atau menangani suatu
masalah). 20
Dalam penggunaannya, istilah politik pertama kali dikenal dari buku Plato
yang berjudul “Polities”. Dari karya-karya tersebut dapat diketahui bahwa politik
merupakan istilah yang digunakan untuk konsep pengaturan kemasyarakatan
sebab yang dibahas dalam kedua buku tersebut adalah soal-soal yang berkenaan
dengan masalah bagaimana pemerintahan dijalankan agar terwujud suatu
masyarakat politik atau Negara yang sempurna, atau yang menurut Plato sebagai
“Negara ideal”. 21
Sedangkan menurut Deliar Noor, politik adalah “segala aktivitas atau sikap
yang berhubungan dengan kekuasaan dan yang dimaksud untuk mempengaruhi,
dengan jalan mengubah, atau mempertahankan suatu macam bentuk susunan
masyarakat. 22
19
Ghani, Soelistyati Ismail, Pengantar Ilmu Politik, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1984), cet.
Ke-1, h. 17
20
Departemen P dan K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1995),
Cet.KE-8, hal. 694
21
Noor, Deliar, Pengantar ke Pemikiran Politik, (Jakarta : Gramedia, 1998), h. 93
22
Ibid, h. 94
24
Dalam kepustakaan ilmu politik, sebenarnya terdapat banyak ragam definisi
tentang politik. Keragaman definisi tersebut menurut Miriam, karena setiap
sarjana melihat hanya satu aspek atau unsur politik saja yang kemudian unsur
tersebut diperlakukan sebagai konsep pokok yang dipakai untuk meneropong
unsur-unsur lainnya. 23
Pada umumnya apa yang disebut politik itu berkaitan dengan bermacammacam kegiatan dalam suatu sistem politik atau negara, yang menyangkut proses
penentuan dan pelaksanaan tujuan-tujuan itu. 24 Untuk melaksanakan tujuantujuan itu perlu ditentukan kebijakan-kebijakan umum yang menyangkut
pengaturan dan pembagian atau alokasi sumber-sumber dan berbagai sumber daya
yang ada. Untuk itu diperlukan kekuatan (power) dan kewenangan (authority),
yang dipakai baik untuk membina kerja sama maupun untuk menyelesaikan
konflik yang mungkin timbul dalam proses tersebut. 25
Dari sekian banyak definisi tentang politik tersebut, menurut pandangan Jeje
Abdul Rojak, paling tidak dapat ditemukan dua kecenderungan pendefinisian,
yaitu pandangan yang mengkaitkan politik dengan Negara, dan pandangan yang
mengkaitkan politik dengan masalah kekuasaan , otoritas, dan atau dengan
konflik. 26
Bagaimana seandainya dalam politik tidak terjadi komunikasi? Tentunya akan
mempengaruhi kinerja politik (atau sistem politik) yang sedang dijalankan.
Berbagai komponen infrastruktur dan suprastruktur mengalami keterputusan
23
Budiarjo, Miriam, Loc. Cit.
Budiharjo, Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta : Gramedia, 1992), h. 8
25
Ibid.
26
Rojak, Jeje Abdul, Politik Kenegaraan : Pemikiran-Pemikiran AlGhazali dan Ibnu
Taimiyah, (Surabaya : PT. Bina Ilmu, 1999), hal. 40
24
25
hubungan sehingga mekanisme yang seharusnya dijalankan tidak bisa
berkembang secara dinamis.
Apa yang dimaksud dengan komunikasi politik? Bertolak dari konsep
komunikasi dan konsep politik yang telah diuraikan pada bagian awal, upaya
untuk mendekati pengertian apa yang dimaksud komunikasi politik, pengertian
komunikasi politik dapat dirumuskan sebagai suatu proses pengoperan lambanglambang atau simbol-simbol komunikasi yang berisi pesan-pesan politik dari
seseorang atau kelompok kepada orang lain dengan tujuan untuk membuka
wawasan atau cara berpikir, serta mempengaruhi sikap dan tingkah laku khalayak
yang menjadi target politik. 27
Michael Rush dan Philip Althoff mendefinisikan komunikasi politik sebagai
suatu proses di mana informasi politik yang relevan diteruskan dari satu bagian
sistem politik kepada bagian lainnya, dan di antara sistem-sistem sosial dengan
sistem-sistem politik. 28 Proses ini terjadi secara berkesinambungan dan mencakup
pola pertukaran informasi di antara individu-individu dengan kelompokkelompoknya pada semua tingkatan. 29
Komunikasi Politik (political communication) adalah komunikasi yang
melibatkan pesan-pesan politik dan aktor-aktor politik, atau berkaitan dengan
kekuasaan, pemerintahan, dan kebijakan pemerintah. Dengan pengertian ini,
sebagai sebuah ilmu terapan, komunikasi politik bukanlah hal yang baru.
27
Cangara, Hafied, Komunikasi Politik : Konsep, Teori, dan Strategi, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada 2009), h.35
28
Michael Rush & Philip Althoff, Pengantar Sosiologi Politik (Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 1997), h. 24
29
Michael Rush & Philip Althoff, Pengantar Sosiologi Politik (Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 1997), h. 24
26
Komunikasi politik juga bisa dipahami sebagai komunikasi antara “yang
memerintah” dan “yang diperintah”.30
Mengkomunikasikan politik tanpa aksi politik yang kongkret sebenarnya
telah dilakukan oleh siapa saja: mahasiswa, dosen, tukang ojek, penjaga warung,
dan seterusnya. Tak heran jika ada yang menjuluki Komunikasi Politik sebagai
neologisme, yakni ilmu yang sebenarnya tak lebih dari istilah belaka. 31
Komunikasi politik sangat kental dalam kehidupan sehari-hari. Sebab,
dalam aktivitas sehari-hari, tidak satu pun manusia tidak berkomunikasi, dan
kadang-kadang sudah terjebak dalam analisis dan kajian komunikasi politik.
Berbagai penilaian dan analisis orang awam berkomentar soal kenaikan BBM, ini
merupakan contoh kekentalan komunikasi politik.
Komunikator
Politik
pada
dasarnya
adalah
semua
orang
yang
berkomunikasi tentang politik, mulai dari obrolan warung kopi hingga sidang
parlemen untuk membahas konstitusi negara. Namun, yang menjadi komunikator
utama adalah para pemimpin politik atau pejabat pemerintah karena merekalah
yang aktif menciptakan pesan politik untuk kepentingan politis mereka. Mereka
adalah pols, yakni politisi yang hidupnya dari manipulasi komunikasi, dan vols,
yakni warga negara yang aktif dalam politik secara part timer ataupun sukarela. 32
Komunikasi politik merupakan suatu elemen yang dinamis dan yang
menentukan sosialisasi politik dan partisipasi politik. Dalam hal ini komunikasi
politik menentukan corak perilaku insan politik. 33 Dari beberapa pengertian di
30
Ibid, h. 22
Iqbal, Tengku Dhani, Komunikasi Politik, Sebuah Neologisme,(Jakarta :2006)
32
ASM. Romli. Ikhtisar perkuliahan “ Komunikasi Politik” (Unfari), Bandung. Hal. 15
33
Maran, Rafael Raga, Pengantar Sosiologi Politik (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2001), h. 159
31
27
atas, jelas komunikasi politik adalah suatu proses komunikasi yang memiliki
implikasi
2. Unsur-unsur Komunikasi Politik
Proses komunikasi politik sama dengan proses komunikasi pada umumnya
(komunikasi tatap muka dan komunikasi bermedia) komunikasi politik sebagai
body of knowledge juga terdiri atas berbagai unsur, yakni :
1. Komunikator Poltik
Komunikasi politik tidak hanya menyangkut partai poitik, melainkan juga
lembaga pemerintahan legislative dan eksekutif. Dengan demikian, sumber
atau komunikator politik adalah mereka-mereka yang dapat memberi
informasi tentang hal-hal yang mengandung makna atau bobot politik
misalnya presiden, mentri, anggota DPR, MPR, KPU, gubernur,
bupati/walikota, politisi, funsionaris partai politik, fungsionaris Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM), dan kelompok-kelompok penekan dalam
masyarakat yang bias mempengaruhi jalanya pemerintahan.
2. Pesan Politik
Ialah pernyataan yang disampaikan, baik secara tertulis maupun tidak
tertulis, baik secara verbal maupun non verbal. Tersembunyi maupun
terang-terangan, baik yang disadari maupun tidak disadari yang isinya
mengandung bobot politik. Misalnya pidato pilitik, undang-undang
kepartaian, undang-undang pemilu, penyataan politik, artikel atau isi
buku/brosur dan berita surat kabar, radio, televisi dan internet yang berisi
28
ulasan politik dan pemerintahan, spanduk atau baliho, iklan politik,
propaganda, makna logo, warna baju atau bendera dan semacamnya.
3. Saluran atau Media Politik
Saluran atau media politik ialah alat atau sarana yang digunakan oleh para
komunikator dalam menyampaikan pesan-pesan politiknya. Misalnya
media cetak, yaitu surat kabar, tabloid, majalah. Media elektronik,
misalnya film, radio, televisi, komputer, internet. Media format kecil,
misalnya leaflet, brosur, selebaran, stiker, bulletin. Media luar ruang (out
door media), misalnya baliho, spanduk, reklame, bendera, jumbai, pin,
logo, topi, rompi, kaos oblong, kalender, blok note dan segala sesuatunya
yang biasa digunakan untuk membangun citra (image building).
4. Sasaran atau Target Politik
Sasaran adalah anggota masyarakat yang diharapkan dapat memberi
dukungan dalam bentuk pemberian suara kepada partai atau kandidat
dalam pemilihan umum. Mereka adalah pengusaha, pegawai negeri, buruh,
perempuan, ibu rumah tangga, pedagang kaki lima, mahasiswa, petani,
yang berhak memilih maupun pelajar dan siswa yang akan memilih setelah
cukup usia.
5. Pengaruh atau Efek Komunikasi Politik
Efek komunikasi politik yang diharapkan adalah terciptanya pemahaman
terhadap system pemerintahan dan partai-partai politik, dimana nuansanya
akan bermuara pada pemberian suara dalam pemilihan umum. Pemberian
suara sangat menentukan terpilih tidaknya seorang kandidat untuk posisi
mulai tingkat presiden dan wakil presiden, angota DPR, MPR, gubernur,
29
dan wakil gubernur, bupati dan wail bupati, walikota dan wakil walikota
sampai pada tingkat DPRD. 34
3. Fungsi Komunikasi Politik
Gabriel Almond berpendapat bahwa Komunikasi Politik merupakan salah
satu fungsi yang selalu ada dalam setiap sistem politik :
“All of the functions performed in the political system-political
socialization and recruitment, intereset articulation, interest aggregations,
rule making, rule application, and rule adjudication are performed by
means of communication”.
Kutipan diatas menunjukkan bahwa komunikasi politik bukanlah fungsi
yang berdiri sendiri, akan tetapi merupakan proses penyampaian pesan-pesan
yang terjadi pada saat ketujuh fungsi lainnya di jalankan. Ketujuh fungsi tersebut
adalah :
1. Sosialisasi politik (Socialization Political)
Adalah suatu proses yang dilalui seseorang dalam memperoleh sikap
dan orientasi terhadap fenomena politik yang ada dalam masyarakat
tempat orang itu berada.
2. Rekrutmen politik (Recruitment)
Merupakan fungsi penyeleksian untuk kegiatan politik dan jabatan
pemerintah melalui penampilan dalam media komunikasi, menjadi
anggota organisasi, mencalonkan diri untuk jabatan tertentu. Ada tiga
tahapan, mempengaruhi orang lain untuk menjadi kader, membina
34
Cangara, Hafied, Komunikasi Politik : Konsep, Teori, dan Strategi, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada 2009) h.37-39
30
loyalitas kader dan memproyeksikan kader untuk terlibat dan intensif
mewakili organisasi di dalam jabatan-jabatan politik.
3. Artikulasi Kepentingan (Intereset Articulation)
Proses yang mengolah aspirasi masyarakat yang bercorak ragam yang
disaring dan dirumuskan dalam bentuk rumusan yang teratur.
4. Agregasi Kepentingan (Interest Agregations)
Merupakan fungsi yang menggabungkan berbagai kepentingan yang
sama
atau
hampir
sama
untuk
dituangkan
dalam
rumusan
kebijaksanaan lebih lanjut dengan demikian agregasi kepentingan ini
bukan lagi kepentingan orang per orangan atau kelompok akan tetapi
kepentingan masyarakat.
5. Pembuatan Aturan (Rule Making)
Merupakan fungsi yang dijalankan oleh lembaga legeslatif. Untuk
menjalankan fungsi ini legeslatif dapat bekerjasama dengan lembaga
eksekutif.
6. Penerapan Aturan. (Rule Application)
Fungsi ini dijalankan oleh lembaga eksekutif beserta jajaran
birokrasinya. Tidak hanya berarti pelaksanaan peraturan sebagai
pedoman berprilaku, tetapi juga berarti pembuatan rincian dan
pedoman pelaksanaan peraturan.
7. Penghakiman Aturan (Rule Adjudication)
Merupakan fungsi untuk menyelesaikan pertikaian atau persengketaan
yang menyangkut persoalan peraturan, pelanggaran peraturan dan
penegasan fakta-fakta yang perlu untuk mendapatkan keadilan.
31
Sebagai disiplin ilmu, komunikasi politik menurut McNair memiliki lima
fungsi dasar, yakni sebagai berikut.
1. Memberikan informasi kepada masyarakat apa yang terjadi di sekitarnya.
Di sini media komunikasi memiliki fungsi pengamatan dan juga fungsi
monitoring apa yang terjadi dalam masyarakat.
2. Mendidik masyarakat terhadap arti dan signifikasi fakta yang ada. Di sini
para jurnalis diharapkan melihat fakta yang ada sehingga berusaha objektif
yang bisa mendidik masyarakat atas realitas fakta tersebut.
3. Menyediakan diri sebagai platform untuk menampung masalah-masalah
politik sehingga bisa menjadi wacana dalam membentuk opini public, dan
mengembalikan hasil opini itu kepada masyarakat. Dengan cara demikian,
bisa memberi arti dan nilai pada usaha penegakkan demokrasi.
4. Membuat publikasi yang ditujukan kepada pemerintah dan lembagalembaga politik. Disini media bisa berfungsi sebagai anjing penjaga
(watchdog) sebagaimana pernah terjadi dalam kasus mundurnya Nixon
sebagai Presiden Amerika karena terlibat dalam kasus Watergate.
5. Dalam masyarakat yang demokratis, media politik berfungsi sebagai
saluran advokasi yang bisa membantu agar kebijakan dan programprogram lembaga politik dapat disalurkan kepada media massa. 35
Jika fungsi komunikasi yang dikemukakan oleh McNair dikombinasikan
dengan fungsi komunikasi yang dibuat oleh Goran Hedebro, komunikasi politik
berfungsi untuk :
35
Cangara, Hafied, Komunikasi Politik : Konsep, Teori, dan Strategi, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2009), h.39-40
32
1. Memberikan informasi kepada masyarakat terhadap usaha-usaha yang
dilakukan
lembaga
politik
maupun
dalam
hubungannya
dengan
pemerintah dan masyarakat;
2. Melakukan sosialisasi tentang kebijakan, program, dan tujuan lembaga
politik;
3. Memberi motivasi kepada politisi, fungsionaris, dan pendukung partai;
4. Menjadi platform yang bisa menampung ide-ide masyarakat sehingga
menjadi bahan pembicaraan dalam bentuk opini publik;
5. Mendidik masyarakat dengan pemberian informasi, sosialisasi tentang
cara-cara pemilihan umum dan penggunaan hak mereka sebagai pemberi
suara;
6. Menjadi
hiburan
masyarakat
sebagai
“pesta
demokrasi”
dengan
menampilkan para juru kampanye, artis, dan para komentator atau
pengamat politik;
7. Memupuk integrasi dengan mempertinggi rasa kebangsaan guna
menghindari konflik dan ancaman berupa tindakan separatis yang
mengancam persatuan nasional;
8. Menciptakan iklim perubahan dengan mengubah struktur kekuasaan
melalui informasi untuk mencari dukungan masyarakat luas terhadap
gerakan reformasi dan demokratis;
9. Meningkatkan aktivitas politik masyarakat melalui siaran berita, agenda
setting, maupun komentar-komentar politik;
33
10. Menjadi watchdog atau anjing penjaga dalam membantu terciptanya good
governance yang transparansi dan akuntabilitas; 36
4. Saluran-Saluran Komunikasi Politik.
Istilah struktur Komunikasi oleh Almond dan Powell (1966), juga
diartikan sebagai saluran komunikasi, diantaranya adalah :
a. Struktur wawanmuka (face-to face) informal, yaitu : merupakan saluran yang
efektif dalam penyampaian pesan-pesan politik. Di samping struktrur yang
formal dalam sebuah organisasi, selalu terdapat struktur informal yang
“membayangi”nya. Saluran ini bersifat bebas dalam arti tidak terikat oleh
struktur formal, namun tidak semua orang dapat akses ke saluran ini dalam
kadar yang sama.
b. Struktur sosial tradisional, yaitu sebuah saluran komunikasi yang ditentukan
oleh posisi sosial pihak yang berkomunikasi (khalayak atau sumber). Artinya,
pada lapis mana yang bersangkutan berkedudukan dan (tentunya akan
menentukan pula) akses disusunan sosial masyarakat tersebut. 37
c. Struktur masukan (input) politik, yaitu : struktur yang memungkinkan
terbentuknya / dihasilkannya input bagi sistem politik yang dimaksud. Yang
termasuk struktur input adalah serikat pekerja, kelompok-kelompok
kepentingan, dan partai politik. 38
d. Struktur output, yaitu : struktur formal dari pemerintah. Struktur pemerintahan
,
khususnya
birokrasi,
memungkinkan
36
pemimpin-pemimpin
politik
Cangara, Hafied, Komunikasi Politik : Konsep, Teori, dan Strategi, (Jakarta: PT
RajaGrafindoPersada 2009) H.40-41
37
Nasution, Zulkarimien, Komunikasi Politik Suatu Pengantar, Jakarta : Ghalia Indonesia,
1990,hlm.57
38
Ibid,hlm.59
34
megkomunikasikan petunjuk bagi pelaksanaan peraturan-peraturan untuk
bermacam pemegang jabatan politik dengan cara yang efisien dan jelas. 39
e. Saluran media massa adalah saluran yang penting dalam sebuah komunikasi
politik. Media massa selalu mempunyai peranan tertentu dalam menyalurkan
pesan, informasi, dan political content di tengah masyarakat. Serta sangat
terkait akan pembentukan opini publik. 40
B. Media Massa
1. Pengertian Media Massa
Kata media berasal dari kata latin dan bentuk jamak dari kata “medium”,
yang secara harpiah berarti perantara atau pengantar. Menurut Association for
Education Technology (AECT), mendefinisikan media yaitu segala bentuk yang
dipergunakan untuk suatu proses penyaluran informasi. Jadi media adalah
perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepenerima pesan. 41
Secara terminologi media menurut Marshall Mcluhan, “The media is the
message,” media adalah pesan. 42 Artinya media menjadi pembawa pesan bagi
organisasi media kepada khalayaknya. Sebagai suatu alat untuk menyampaikan
pesan berupa berita, penilaian, atau gambaran umum tentang banyak hal, ia
mempunyai kemampuan untuk berperan sebagai institusi yang dapat membentuk
opini publik.
39
Ibid, hlm.60
Ibid, hlm 61
41
Budiman, Muhsin, Media dan Dakwah, Makalah (Jakarta : Fak Dakwah UIN Syahid, 2004)
42
Budiman, Kris, Feminografi, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1999) h. 12
40
35
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa yang dimaksud
dengan media massa adalah sarana dan saluran resmi sebagai alat komunikasi
untuk menyebarkan berita dan pesan kepada masyarakat luas. 43
Media massa atau mass media adalah media yang khusus digunakan untuk
komunikasi massa. Mengapa media massa disebut media massa? Karena
mempunyai karakteristik massa itu sendiri. Media massa adalah sarana yang
mentransmisikan pesan-pesan yang identik kepada sejumlah besar orang yang
secara fisik berpencaran.
Media massa adalah suatu istilah yang mulai dipergunakan pada tahun
1920-an untuk mengistilahkan jenis media yang secara khusus didesain untuk
mencapai masyarakat yang sangat luas. Dalam pembicaraan sehari-hari, istilah ini
sering disingkat menjadi media. Jenis media yang secara tradisional termasuk di
dalam media massa adalah surat kabar, majalah, radio, televisi, dan film. Seiring
dengan perkembangan teknologi dan sosial budaya, telah berkembang mediamedia lain yang kemudian dikelompokkan ke dalam media massa seperti internet
dan tabloid. Media massa itu mempunyai tugas atau kegunaan untuk menghibur
dan memberikan informasi secara fakta dan benar kepada publik.
Sedangkan menurut Jalaluddin Rahmat media massa adalah media yang
digunakan untuk menyalurkan komunikasi seperti, televisi, radio, pers, film dan
sebagainya. 44
Komunikator politik, apakah dia politikus, profesional, atau aktivis,
menggunakan pembicaraan persuasif, baik untuk saling mempengaruhi maupun
untuk mempengaruhi anggota khalayak yang kurang terlibat di dalam politik. Alat
43
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka,
2002) edisi ke 3, h. 726
44
Ahmad H, Asep, Analisis Teoritis Tentang Media Massa. Hal1
36
atau upaya yang digunakan untuk mengirim pesan itu ialah saluran dari “siapa
mengatakan apa kepada siapa”. 45
Media adalah sarana yang dipergunakan oleh komunikator sebagai saluran
untuk menyampaikan suatu pesan kepada komunikan, apabila komunikan jauh
tempatnya atau banyak, jumlahnya atau kedua-duanya. 46
Pemilihan media komunikasi harus didasarkan atas sifat isi pesan yang
ingin disampaikan, dan pemilikan media yang dimiliki oleh khalayak. Sifat isi
pesan maksudnya ialah kemasan pesan yang ditujukan untuk masyarakat luas, dan
kemasan pesan untuk komunitas tertentu. Untuk masyarakat luas, pesan sebaiknya
disalurkan melalui media massa misalnya surat kabar atau televisi, dan untuk
komunitas tertentu digunakan media selebaran atau saluran komunikasi kelompok.
Media massa pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua kategori, yakni
media massa cetak dan media elektronik. 47 Media cetak adalah saluran komunikasi
dimana pesan-pesan verbalnya (tertulis) maupun dalam bentuk gambar-gambar
seperti karikatur dan komik dilakukan dalam bentuk tercetak. Media ini sangat
baik disebarluaskan untuk mereka yang bisa membaca dan memiliki waktu
senggang yang cukup. Sebuah surat kabar atau media cetak lainnya punya
kelebihan, yakni bisa dibaca oleh banyak orang. Sayangnya media ini tidak
memiliki jangkauan jauh, kecuali hanya tempat-tempat yang bisa dimasuki
transportasi mengantar surat kabar. 48
45
Nimmo, Dan, Komunikasi Politik :Komunikator, Pesan, dan Media, h.166
Drs. Onong Uchjana Effendy, MA, Kamus Komunikasi
47
Drs. Elvinaro Ardianto, M.Si. Komunikasi Massa : Suatu Pengantar (Bandung : Simbiosa
Rekatama Media, 2007) h. 103
48
Hafied Cangara, Komunikasi Politik : Konsep, Teori, dan Strategi, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2009), h. 376-377
46
37
Berbeda dengan media cetak, pesan-pesan pada media elektronik
disampaikan melalui getaran listrik yang diterima oleh pesawat penerima tertentu,
misalnya televisi dan radio.
Media massa sendiri dalam kajian komunikasi massa sering dipahami
sebagai perangkat-perangkat yang diorganisir untuk berkomunikasi secara terbuka
dan pada situasi yang berjarak kepada khalayak luas dalam waktu yang singkat.
Lebih lanjut menurut Antonio Gramsci seperti yang dikutip oleh Alex
Sobur media merupakan arena pergulatan antar ideologi yang saling berkompetisi
(The battle ground for competing ideologies) 49 Gramsci melihat media sebagai
ruang dimana berbagai ideologi dipresentasikan. Ini berarti, di satu sisi media
bisa menjadi sarana penyebaran sebuah ideologi baik dari ideologi yang berkuasa
maupun dari ideologi yang berseberangan dengan penguasa.
Media adalah jendela yang memungkinkan kita untuk melihat fenomena
yang terjadi melebihi lingkungan dekat kita, penerjemah yang membantu kita
membuat perasaan mengalami, platform atau pembawa yang menyalurkan
informasi, komunikasi interaktif yang meliputi umpan balik kepada khalayak,
penanda yang memberi kita dengan instruksi dan petunjuk, penyaring yang
menyaring bagian-bagian pengalaman dan berfokus pada lainnya, cermin yang
memantulkan realitas kita kepada kita kembali, dan pembatas yang menghalangi
kebenaran. (Kemudian apakah sebenarnya pengertian dari media massa yang
menjadi pusat dari kajian komunikasi massa ? Sampai saat ini tidak ada definisi
yang tunggal ataupun definisi yang sederhana yang mampu memberi pengertian
secara komprehensif mengenai media massa.
49
Alex Sobur, Analisis Teks Media, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2001) h. 30
38
Dalam kegiatan komunikasi politik, fungsi media massa yang tampak adalah :
Sumber informasi politik, Sebagai fungsi partisipasi, Fungsi sosialisasi dan
pendidikan politik, Fungsi mengembangkan budaya politik, Fungsi integritas
bangsa. Selain itu media juga sebagai fungsi sosial, hiburan dan kontrol.
Fungsi pertama, adalah media massa di dalam melakukan fungsi sebagai
sumber informasi selalu menyajikan, menayangkan peristiwa peristiwa politik
yang terjadi di berbagai belahan planet bumi termasuk kegiatan aktor-aktor politik
dengan sikap dan perilaku politik yang melekat pada para aktor tersebut.
Sebagai fungsi sumber informasi lebih menitik beratkan kepada unsur-unsur
berita (news) yang berefek politik. Erich Evert dalam judul buku Offentlichkeit in
der Aussenpolitikâ mengemukakan unsur-unsur yang harus dipenuhi dalam
pemberitaan politik, yaitu : publisitas, aktualitas dan popularitas. 50
Fungsi kedua, yaitu fungsi partisipasi. Hal ini mengandung makna bahwa
sajian atau tayangan pesan-pesan komunikasi baik pada media elektronik maupun
media cetak harus mampu menggugah masyarakat (komunikan) untuk berperan
aktif dalam mendukung dan melaksanakan berbagai kebijaksanaan pemerintah
sebagai konsekwensi bahwa pemerintah adalah produk pilihan mereka.
Fungsi ketiga, sosialisasi dan pendidikan politik. Fungsi ini untuk
meningkatkan
kualitas
rujukan
masyarakat
di
dalam
menerima
dan
mempertahankan sistem nilai atau sistem politik yang sedang berlangsung. Kedua
bentuk kegiatan ini merupakan proses belajar yang berlangsung dalam waktu
relative lama.
50
ASM. Romli, Ikhtisar perkuliahan “ Komunikasi Politik” ( Bandung : 2007), h.1
39
Fungsi keempat, yaitu mengembangkan budaya politik yang disebut juga
fungsi politisasi. Fungsi ini merupakan fungsi penentu terhadap fungsi-fungsi
lainnya, karena fungsi budaya politik, yaitu untuk membentuk pola perilaku yang
memberi warna dominan terhadap karakter suatu bangsa.
Fungsi kelima, yaitu fungsi integritas bangsa. Fungsi ini merupakan syarat
mutlak bagi kehidupan negara di dalam mencapai tujuannya. Karena itu media
massa harus mampu mengembangkan pemikiran-pemikiran integralitik, artinya
media massa harus mampu menggiring pemikiran-pemikran kelompok, etnis
budaya, sukuisme, provinsialisme dan pemikiran-pemikiran lain, pemikiran
nasionalistik. 51
C. Media Massa sebagai Saluran Komunikasi Politik
Saluran komunikasi adalah alat serta sarana yang memudahkan
penyampaian pesan. Pesan di sini bisa dalam bentuk lambang-lambang
pembicaraan seperti kata, gambar, maupun tindakan. Atau bisa pula dengan
melakukan kombinasi lambang. Alat yang dimaksud di sini tidak hanya berbicara
sebatas pada media mekanis, teknik, dan sarana untuk saling bertukar lambang,
namun manusia pun sesungguhnya bisa dijadikan sebagai saluran komunikasi.
Jadi, lebih tepatnya saluran komunikasi itu adalah pengertian bersama
tentang siapa dapat berbicara kepada siapa, mengenai apa, dalam keadaan
bagaimana, sejauh mana dapat dipercaya. Komunikator politik, siapapun ia dan
apapun jabatannya, menjalani proses komunikasinya dengan mengalirkan pesan
51
ASM. Romli, Ikhtisar perkuliahan “ Komunikasi Politik” ( Bandung : 2007), h.1-2
40
dari struktur formal dan non-formal menuju sasaran (komunikan) yang berada
dalam berbagai lapisan masyarakat. 52
Pembahasan saluran komunikasi politik tidak hanya sebatas pada bentuk
proses penyampaian politik ketika komunikator sudah duduk di kursi
pemerintahan. Namun, akan lebih menarik lagi jika pembahasan saluran
komunikasi politik terhadap persuasi politik pada saat kampanye.
Hubungan antara media dan politik sudah berlangsung lama, jauh sebelum
ilmu politik menemukan jati dirinya sebagai ilmu yang berdiri sendiri dari filsafat.
Karena hubungan yang begitu erat antara media dengan politik, kini media massa
memainkan peranan yang sangat penting dalam proses politik, media menjadi
aktor utama dalam bidang politik. Ia memiliki kemampuan untuk membuat
seseorang cemerlang dalam karier politiknya. 53
Komunikator politik, apakah dia politikus, profesional, atau aktivis,
menggunakan pembicaraan persuasif, baik untuk saling mempengaruhi maupun
untuk mempengaruhi anggota khalayak yang kurang terlibat di dalam politik. Alat
atau upaya yang digunakan untuk mengirim pesan itu ialah saluran dari “siapa
mengatakan apa kepada siapa”. 54
Dilihat secara luas, saluran komunikasi terdiri atas lambang-lambang, dan
berbagai teknik serta media yang digunakan untuk berbicara dengan khalayak.
Dengan demikian maka saluran komunikasi adalah alat serta sarana yang
memudahkan penyampaian pesan.55
52
ASM. Romli, Ikhtisar perkuliahan “ Komunikasi Politik” ( Bandung : 2007), h.2
Cangara, Hafied, Komunikasi Politik : Konsep, Teori, dan Strategi, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2009), h.117
54
Nimmo, Dan, Komunikasi Politik : Komunikator, Pesan, dan Media (Bandung :PT Remaja
Rosdakarya, 1999) h.166
55
ibid
53
41
Komunikasi politik transmisi informasi yang relevan secara politis dari
satu bagian sistem politik kepada sistem politik yang lain, dan antara sistem sosial
dan sistem politik merupakan unsur dinamis dari suatu sistem politik. Dan proses
sosialisasi, partisipasi, dan pengrekrutan tergantung pada komunikasi.
Pada umumnya disepakati bahwa media massa, terutama surat kabar,
majalah, radio, dan televisi merupakan bagian yang penting dalam sistem politik
demokrasi. Media massa dapat memainkan peran-peran yang signifikan, seperti
memberikan informasi kepada khalayak mengenai berbagai isu penting,
menyediakan diri sebagai forum untuk terselenggaranya debat publik, dan
bertindak sebagai saluran untuk mengartikulasikan aspirasi-aspirasi.
Saluran pokok informasi mengenai masalah politik adalah media massa.
Peranan
media massa dalam komunikasi politik menggambarkan cara-cara
tertentu dalam mana seluruh proses politik terintegrasi dengan jaringan
komunikasi sosial yang lebih luas, dan pada umumnya media massa itu sendiri
mutlak bersifat politis ataupun padat dengan masalah-masalah politik. Surat kabar,
radio, dan televisi pada umumnya memberikan informasi kepada para
pemakainya. 56
Orang mengetahui perilaku politik dari berbagai media massa, media
interpersonal, dan media organisasi. Istilah “pers” menunjuk kepada semua media
berita, bukan hanya surat kabar, majalah berita, dan bahan tercetak lainnya. Pers
mencakup siaran berita radio dan televisi, dokumenter, dan semua alat untuk
meneruskan informasi politik kepada khalayak massa secara terorganisasi.
56
Michael Rush & Philip Althoff, Pengantar Sosiologi Politik, (Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 2005) h. 256
42
Komunikator politik, yakni politikus yang mencalonkan diri untuk menjadi
pejabat, menggunakan secara luas berbagai media untuk tujuan persuasif. 57
Meskipun media elektronik ditambah dengan media inovasi sudah semakin
maju, tetap saja media cetak belum akan ditinggalkan khalayak massa. Terdapat
dua tipe media cetak yang kerap dijadikan sebagai media kampanye, yakni
melalui
surat
langsung
dan
surat
kabar
atau
majalah.
Media cetak memiliki cukup pengaruh terhadap tingkat informasi pemilih,
pandangan kandidat, tujuan memberikan suara dalam pemilihan, atau pemilihan
kandidat. 58
Tiga tipe isi surat kabar yang bertindak sebagai sarana bagi komunikasi
kampanye, yakni ihwal berita, editorial, dan iklan. Semuanya membantu
pembinaan citra dan penyajian masalah. Namun, pembuatan citra adalah yang
paling utama. Bagi surat kabar yang partisan, tentu saja ia akan melakukan
pencitraan diri sang kandidat dengan cara yang “halus”. Mulai dari pembuatan
judul, penempatan nama di hampir setiap berita yang mengundang perhatian
bahkan dalam editorial/tajuk rencananya, serta iklan yang terpampang memenuhi
tiap halamannya. 59
Dalam komunikasi politik Menurut McLuhan, terdapat resonansi antara
radio dan telinga serta pikiran manusia, resonansi yang menyajikan peluang besar
bagi kampanye radio. Di samping itu, radio juga merupakan saluran massa bagi
57
Nimmo, Dan, Komunikasi Politik : Komunikator, Pesan, dan Media (Bandung :PT Remaja
Rosdakarya, 1999) h. 214
58
ASM. Romli, Ikhtisar perkuliahan “ Komunikasi Politik” ( Bandung : 2007), h.2-3
59
Ibid ,h. 3
43
kaum minoritas walaupun dalam perkembangannya kaum mayoritas pun masih
belum bisa meninggalkannya 60
Media Massa merupakan saluran penting dalam komunikasi politik.
Namun dalam membicarakan saluran media massa dalam rangka komunikasi
politik, selalu dikaitkan dengan konsep-konsep mengenai:
a.
Kebebasan media massa.
b.
Independensi media massa pada suatu masyarakat dari control yang
berasal dari luar dirinya, seperti pemerintah, pemegang saham, kaum
kapitalis/industrialis, partai politik, ataupun kelompok penekan.
c.
Integritas media massa sendiri pada misi yang diembannya. 61
Ketiga hal tersebut memang membawa konsekuensi yang berbeda dalam
pelaksanaan peran media massa sebagai saluran komunikasi politik, sesuai dengan
kondisi yang dipunyai oleh masing-masing masyarakat tempat media massa itu
berada. Terlepas dari ketiga hal di atas, secara umum media massa mempunyai
peranan tertentu dalam menyalurkan pesan-pesan, informasi, dan political content
di tengah masyarakatnya. 62
Dengan suatu sistem komunikasi yang otonom, maka komunikasi yang
bersifat tertutup (covert) pada birokrasi, kelompok-kelompok kepentingan, dan
partai politik, sampai tingkat tertentu dapat diatur dan dikendalikan dengan
publisitas. Pada saat yang sama, kepentingan-kepentingan yang laten (tidak
dinyatakan secara terang-terangan) di tengah masyarakat dapat dibuat menjadi
ekspilisit melalui media komunikasi yang netral.
60
Ibid, h. 3
ASM. Romli, Ikhtisar perkuliahan “ Komunikasi Politik” ( Bandung : 2007), h.5
62
Ibid
61
44
Otonomi media komunikasi memungkinkan suatu arus informasi yang
bebas dari masyarakat ke pemerintahan, dan di dalam pemerintahan sendiri, serta
dari suatu struktur politik ke struktur politik yang lain. Hal itu juga
memungkinkan adanya suatu umpan balik yang terbuka dari output sistem politik
ke input sistem politik kembali. 63
Pada sebagian masyarakat tradisional para pemimpin politik memandang
pembangunan media massa modern sebagai sesuatu kekuatan untuk menegakkan
persatuan nasional, sekaligus sebagai daya untuk mengerakkan modernisasi.
Dengan menanggulangi masalah-masalah yang dihadapi dalam hal bahasa,
perbedaan tingkat pengetahuan, kepercayaan, dan kebiasaan, maka perluasan
komunikasi berfungsi sebagai jembatan bagi sistem-sistem yang tadinya dicirikan
oleh arus komunikasi yang amat heterogen.
Sebagian informasi, khususnya yang disampaikan oleh media massa akan
melintasi garis-garis batas geografis dan kelas sosial. Namun dua karakteristik
perubahan attitude akan membatasi dampak media tersebut. Yang pertama adalah
interpretasi informasi melalui media massa tentunya akan dilakukan oleh para
pemimpin opini. Pemimpin opini itu sendiri akan amat dipengaruhi oleh
hubungan antar personalnya (jaringan sosialnya), yang menurut penelitian selama
ini menunjukkan hasil yang konsisten, bahwa pengaruhnya lebih kuat dalam hal
persuasi ketimbang media massa 64 .
Yang kedua, sekalipun secara persis masih diperdebatkan, tapi dalam
banyak hal media massa diakui sebagai saluran yang berkemampuan untuk
menyampaikan lebih dari sekedar informasi politik. Artinya, media massa dapat
63
64
ASM. Romli, Ikhtisar perkuliahan “ Komunikasi Politik” ( Bandung : 2007), h.8
Ibid
45
dibuktikan mempunyai efek politik dalam suatu kelangsungan sistem politik suatu
masyarakat.
Akar
struktural
kekuatan
media
massa
bersumber
pada
kemampuannya yang unik untuk menyediakan khalayak bagi para politisi yang
ukuran dan komposisinya tidak akan diperoleh para politisi dimaksud melalui alat
yang lain. Sedangkan akar psikologis dari kekuatan media bersumber pada
hubungan kepercayaan dan keyakinan yang berhasil diperoleh (meskipun dengan
tingkat yang berbeda-beda) oleh organisasi media dari anggota khalayaknya
masing-masing. 65
Ikatan saling percaya ini tumbuh berdasarkan pada pemenuhan harapan
khalayak selama ini dan validasi dari hubungan percaya mempercayai di masa
lampau antara media yang bersangkutan dengan khalayaknya. Kombinasi antara
akar struktural dan akar psikologis tadi memungkinkan media mendudukan diri di
tengah-tengah antara politisi dan khalayak dan sekaligus mencampuri proses
politik yang berlangsung. Campur tangan tersebut mungkin saja tidak disukai oleh
banyak pihak termasuk kalangan politik dimaksud. Di sini kemudian, tampillah
sifat normatif media yang bersumber pada prinsip-prinsip demokrasi mengenai
kebebasan menyatakan pendapat, kebutuhan akan perlingdungan terhadap warga
negara dari penyalahgunaan kekuatan politik, yang memberi legitimasi kepada
peran independensi media dari kendali politik. 66
Media massa dianggap memiliki peranan yang unik dalam membangun
politik, karena memiliki suatu instrumen teknologi yang independen, yang
produknya dapat menjangkau ke tengah-tengah masyarakat dalam jumlah yang
65
66
ASM. Romli, Ikhtisar perkuliahan “ Komunikasi Politik” ( Bandung : 2007), h.12
Ibid
46
besar. Disamping itu media massa menganggap diri sebagai perantara yang
independen antara pemerintah dengan publik.
Peran mengisi ruang antara kekuatan negara dan civil society sebenarnya
dapat diisi oleh media massa. Media dapat memainkan peranan signifikannya
dalam membentuk dan menyebarluaskan informasi dalam pembentukan opini
publik. Hanya masalahnya mampukah media massa menempatkan diri sebagai
kekuatan publik yang lepas dari pengaruh sistem politik yang anti demokrasi dan
tidak terkontaminasi oleh kekuatan ekonomi tertentu ? 67
Berfungsinya saluran-saluran komunikasi politik dalam suatu sistem
politik tergantung pula bagaimana pemanfaatan saluran-saluran tersebut oleh
masyarakat, dan apakah masyarakat dapat akses sepenuhnya ke saluran-saluran
tersebut.
67
Heryanto, Gun Gun “Komunikasi Politik di Era Industri Citra”,(Jakarta : PT. Lasswell
Visitama : 2010), h. 223
47
BAB III
Gambaran Umum Pasangan Mochtar Mohammad – Rahmat Effendi
(MuRah) Dalam Pilkada Walikota Bekasi Periode 2008-2013
A.
Profil
1. Profil Mochtar Muhammad
Mochtar Mohammad, yang dilahirkan di Gorontalo 26 Oktober 1964. Di
kalangan teman-teman SMA Negeri Telaga Gorontalo, Mochtar dikenal sebagai
orang yang pintar, Sejak kecil ia bercita-cita menjadi dokter. Meskipun Mochtar
dibesarkan dalam keluarga yang sederhana, tapi ia tidak pernah berputus asa. 1
Keinginanya untuk bisa menjadi orang yang sukses ia kejar sampai ke
Jakarta. Pada awalnya keluarga tidak menyetujui Mochtar merantau ke Jakarta,
tapi tekad yang kuat tidak bisa dihalangi meskipun oleh kedua orang tuanya,
akhirnya keluarga memberikan izin. 2
Tentu saja, kesuksesan yang diukirnya lantaran ia memiliki dedikasi dan
integritas yang tinggi terhadap tugas yang dijalaninya selama ini. Ia juga termasuk
orang yang pandai beradaptasi kesegala kalangan tanpa terikat perbedaan agama,
ras, dan golongan, termasuk insan seni.
Makanya, ketika ia maju sebagai kandidat Walikota dan Wakil Walikota
berpasangan
dengan Rahmat Effendi, banyak kalangan tidak ragu untuk
memberikan dukungan. 3
1
2
3
Riady, “Mochtar anakna Burju,” M2 Media, 8 November 2007, h.4
Ibid, 8 November 2007
Wawancara Pribadi dengan Mochtar Mohamad, Bekasi Sabtu 16 Agustus 2008
48
Profil Walikota Bekasi
Nama
H. MOCHTAR MOHAMMAD
Nama Panggilan
Babe M2
Tempa/Tanggal Lahir
Gorontalo, 26 Oktober 1964
Agama
Islam
Alamat
Jl. Kenari III No.4 RT.004 RW.008 Kelurahan Kota
Baru Kecamatan Bekasi Barat Kota Bekasi
Status
Menikah dengan 3 orang anak
Nama Orang Tua
Yani Mohamad (Ayah)
Hj. Sumiati (Ibu)
Riwayat Pendidikan
- SD Telaga Gorontalo Tahun 1977
- SMP Negeri Telaga Gorontalo Tahun 1981
- SMA Negeri Pembangunan Gorontalo Tahun 1984
Pengalaman Organisasi
- Ketua BNK Kota Bekasi
- Paskibraka
- Pramuka
- Karang Taruna
Pengalaman Pekerjaan
- Komisaris M2 Group
- Direktur PT. Catur Putra Mandiri
- Direktur PT. Daya Cipta
- Anggota DPRD Kota Bekasi Tahun 1999 – 2003
Jabatan Sekarang
- Wakil Walikota Bekasi
49
- Ketua DPC Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan
2.
Profil Rahmat Effendi, S.Sos., M.Si
Rahmat Effendi, adalah tokoh sipil yang berlatar belakang ekonom.
Sepanjang hidupnya dihabiskan untuk bekerja. Rahmat memang termasuk orang
yang tidak gampang menyerah. Parameternya adalah kesuksesan dalam karir dan
keluarga. “Orang sukses selalu menggunakan akalnya untuk mencari solusi atas
beragam permasalahan dan kemudian mengerjakannya’’ kata pria kelahiran 3
Februari 1964. 4
Dedikasi dan pengabdian yang tulus selalu menjadi acuan dalam hidupnya.
Rahmat berkisah, bahwa semangat pengabdian yang ia miliki tidak lepas dari
pengaruh keluarganya. Bapak ibunya juga seorang pekerja keras. 5
Selepas kuliah Rahmat bekerja berpindah-pindah, ini merupakan bagian dari
strategi untuk menambah pengetahuan dan memperluas jaringan. Setelah cukup
lama ia bekerja akhirnya Rahmat memutuskan untuk berwirausaha, meskipun
sempat terseok-seok pada permulannya. Tidak perlu menunggu lama kini ia sudah
menjadi pengusaha sukses. 6
Terjun ke dunia politik bukanlah tanpa pemikiran yang panjang, menurut
pendapatnya politik adalah sesuatu yang penuh dengan kecurangan dan tidak
mengenal belas kasihan. Semuanya berubah, ketika ia mulai menyadari ketika
dijumpainya kenyataan-kenyataan yang sebelumnya tidak pernah ia bayangkan.
4
5
6
Taufik, “DKI Jakarta Jilid 2,” M2 Media, 7 November 2007, h. 2
Ibid
Ibid
50
Sekumpulan manusia yang hidup jauh dari jangkauan kesejahteraan. Masyarakat
membutuhkan sosok pemimpin yang perduli terhadap rakyat kecil.
Disisi lain ideology sebuah kelompok seakan menghalalkan penindasan dan
penistaan kelompok lainnya. Ia terpana dengan segala carut marut wajah negeri. Ia
merasa sedih karna ternyata telah abai dengan kondisi dimana ia tinggal, Kota
Bekasi.ia memutuskan untuk terjun dan berjuang dengan Partai Golkar, karna
loyalitas yang baik terhadap partai ia diangkat sebagai ketua DPP Partai Golkar
Kota Bekasi. Karir politiknya cukup baik Tahun 2004 ia terpilih sebagai ketua
DPRD Kota Bekasi. 7
Setelah menjadi polemik diinternal partai Golkar, ketua DPRD Bekasi yang
juga ketua DPD Partai Golkar Rahmat Effendi memutuskan untuk menjadi calon
Wakil Walikota Bekasi dan berkoalisi dengan Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan (PDIP) mendampingi jago PDIP, Mochtar Mohamad yang sekarang
ini menjabat sebagai Wakil Walikota Bekasi. Rahmat Effendi menerima. Karna
adanya kesamaan visi dan misi, Koalisi Gotong Royong menawarkan sebuah
Konsep politik yang berlandaskan pada Falsafah memperjuangkan nasib rakyat.
Bahwa kebutuhan paling mendasar bagi masyarakat kota bekasi adalah aspek
pendidikan dan kesehatan. Ia juga dibuat terpana dengan ide tentang rumusan
Bhineka Tunggal Ika yang menjadikan Kota Bekasi sebagai miniaturnya.8
Kesediaan Bang Pepen-panggilan akrab Rahmat Effendi menjadi calon
Wakil Walikota memang menuai kekecewaan dari Akhmad Zurfaih, Walikota
Bekasi sekarang ini yang mengundurkan diri saat pemilihan diinternal DPD Partai
7
8
Wawancara Pribadi dengan Rahmat Effendi, Bekasi Minggu 24 Agustus 2008
Ibid
51
Golkar Bekasi. Akhmad Zurfaih merasa kecewa karena dia menginginkan jago
dari Partai Golkar untuk maju sebagai calon Walikota.
Perhitungan Bang Pepen sendiri tidak sepenuhnya salah. Di atas kertas kans
memenangkan koalisi PDIP-Partai Golkar jauh lebih besar dibandingkan jika
Partai Golkar harus head-to-head dengan PDIP dan PKS, memperebutkan kursi
Walikota.
Keberagaman harus dijaga, perbedaan mesti dirawat untuk menjadikan
modal dasar membangun negeri, setidaknya dimulai dari Kota Bekasi. Dan
bersama-sama berjuang untuk memenangkan pilkada kota bekasi. Bukan
kemenangan pribadi tapi kemenangan seluruh rakyat. 9
Nama
H. RAHMAT EFFENDI, S.Sos, M.Si.
Nama Panggilan
Bang Pepen
Tempat / Tanggal Lahir
Bekasi, 3 Februari 1964
Agama
Islam
Alamat
Jl. Raya Pekayon Indah Blok DD No.37 – 39
Kelurahan Pekayon Jaya Kecamatan Bekasi Selatan
Kota Bekasi
Status
Menikah dengan 4 orang anak
Nama Orang Tua
H. Abdul Wahab (Ayah)
Hj. Nuroh (Ibu)
Riwayat Pendidikan
- SD Negeri Tahun 1979
- SMP Tahun 1982
9
Ibid
52
- SMA Tahun 1985
- Sarjana S1 Tahun 2000
- Sarjana S2 Tahun 2006
Pengalaman Organisasi
- Ketua LKMD Pekayon Jaya
- Ketua PK Golkar Bekasi Selatan
- Ketua DPD MKGR Kota Bekasi
- Ketua DPD AMPI Kota Bekasi
- Wasekjen DPD Golkar
- Pengurus KONI Kota Bekasi
- Ketua PERBASI Kota Bekasi
- Pengurus Daerah PSSI Jawa Barat
- Anggota RAPI Kota Bekasi
- Penasehat ORARI Kota Bekasi (YG1BKS)
- Dewan Penasehat PEKAT Indonesia Bersatu
Pengalaman Pekerjaan
- PT. Halliburthon Indonesia
•
Ass. Warehousing
•
Logistic Supervisor
- Direktur PT. Rampita Aditama Rizki
Jabatan Sekarang
- Ketua DPRD Kota Bekasi Tahun 2004 - 2009
- Ketua DPP Partai Golkar Kota Bekasi
53
B. Latar belakang sejarah koalisi Gotong Royong partai pendukung
pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi (MuRah) pada Pilkada
Kota Bekasi
Dalam sejarah pemerintahan, umumnya Negara yang menganut system
multipartai roda pemerintahannya dibangun atas koalisi sejumlah partai politik.
Koalisi adalah praktik yang sangat lumrah dalam perpolitikan sebuah negara
demokrasi. 10
Koalisi Gotong Royong yang mengusung pasangan H. Mochtar Mohammad
dan H. Rahmat Effendi, S Sos, MSi sebagai calon Walikota dan Wakil Walikota
Bekasi periode 2008-2013. Koalisi Gotong Royong merupakan lanjutan Koalisi
Ancol yang pada tahun 2003 berhasil mengantar Rahmat Effendi menduduki kursi
ketua DPRD Kota Bekasi. 11
Koalisi Gotong Royong ini didukung partai-partai besar yaitu: Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI P), Partai Golkar, Partai Amanat Nasional
(PAN), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Bulan Bintang (PBB), Partai
Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Damai Sejahtera (PDS).
Koalisi ini dinamakan Koalisi Gotong Royong karena semua partai sepakat
Pancasila dan UUD’ 45 sebagai ideology dan UUD Negara Indonesia sudah
bersifat final.Gotong Royong merupakan roh Pancasila menurut pencetus
Pancasila Bung Karno. Bila Pancasila diringkas menjadi satu sila maka intinya
ialah Gotong Royong. 12
10
Cangara, Hafied, Komunikasi Politik : Konsep, Teori, dan Strategi, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada 2009), h. 268
11
Pultriman manalu, Koalisi Gotong Royong mengusung pasangan H.Mochtar Muhamad dan
H. Rahmat Effendi sebagai calon Walikota dan Wakil Walikota Bekasi Periode 2008-2013,” M2
Media 8 November 2007, h. 1
12
Ibid
54
Untuk mewujudkan Koalisi ini, DPP PDIP dan DPP Partai Golkar menjalin
komunikasi politik agar koalisi kedua partai besar ini dapat terealisasi. Bakal
calon Walikota dari PDIP adalah Mochtar Muhamad. Sebelum memilih Mochtar
Mohammad sebagai calon Walikota dan Rahmat Effendi sebagai calon Wakil
Walikota Bekasi, Koalisi Gotong Royong melakukan verifikasi terlebih dahulu.
Verifikasi dilakukan dari beberapa golongan. Nama Mochtar Mohammad pun
masuk dalam daftar calon Walikota , kemudian Mochtar Mohammad
menggandeng Partai berlambang pohon beringin dengan Rahmat Effendi sebagai
calon Wakil Walikota. 13
Rahmat berhasil meraih 57 suara sedangkan saingannya Nurman Ruslan
hanya mengantongi 3 suara dari 60 suara yang diperebutkan. Sedangkan dua
kandidat lainnya, ketua Dewan Penasihat Partai Golkar Akhmad Zurfaih dan
ketua Barisan Rakyat Indonesia (Barindo) Supratman mengundurkan diri.
Program unggulan yang akan digarap oleh pasangan Mochtar Mohammad
dengan Rahmat Effendi adalah pendidikan dan kesehatan gratis. Pasangan ini
dinilai mempunyai kredibilitas, akseptabilitas dan kompetensi untuk menjadi
Walikota dan Wakil Walikota Bekasi. 14
Deklarasi pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota Bekasi, Mochtar
Mohammad-Rahmat Effendi (MuRaH), di gelar di gedung olahraga (GOR) Kota
Bekasi, senin (5/11) sore, dihadiri ribuan massa kader enam partai politik se-Kota
Bekasi, yang bergabung dalam “Koalisi Gotong Royong’’. Sepakat mengusung
sekaligus memenangkan pasangan tersebut dalam Pilkada Kota Bekasi.15
13
14
15
Ibid
Taufik, “DKI Jakarta Jilid 2,” M2 Media, 7 November 2007, h. 2
Ibid
55
A.
Visi dan Misi Pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi
(MuRah)
1. Visi
a. Bekasi Cerdas
Pembangunan kota bekasi dalam kurun waktu 2008-2013 diarahkan untuk
mewujudkan karakter masyarakat yang cerdas, melalui penuntasan wajib belajar
pendidikan 9 tahun dan merintis wajib belajar pendidikan 12 tahun. Salah satu
fokus instrumen kebijakan yang utama sejak tahun 2009 adalah membebaskan
iuran dan pungutan bagi siswa yang bersekolah di SD/MI Negeri dan pemberian
subsidi bagi siswa yang bersekolah di SD/MI Swasta di Kota Bekasi. Pada tahun
yang sama alokasi subsidi juga diberikan secara bertahap untuk membebaskan
iuran dan pungutan bagi siswa untuk bersekolah di SMP/MTs Negeri dan
pemberian subsidi bagi siswa yang bersekolah di SMP/MTs Swasta di Kota
Bekasi. Sebagai instrument kebijakan pendukungnya, juga dilakukan peningkatan
kesejahteraan guru dan percepatan sertifikasi guru, demikian pula di tempuh
upaya peningkatan kualitas pendidikan 12 tahun secara berkelanjutan. 16
Makna cerdas bagi masyarakat luas adalah meningkatkan kapasitas
kelembagaan masyarakat untuk berpartisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, dan pengendalian pembangunan. Demikian pula warga Kota Bekasi
senantiasa mengembangkan kapasitas diri untuk kecerdasan dalam bekerja dan
berwirausaha di lingkungan pertumbuhan kota yang dinamis.
b. Bekasi Sehat
16
Draft Visi Misi “ Bekasi Cerdas, Sehat, dan Ihsan”, Bekasi : 2008, h.2
56
Pembangunan Kota Bekasi dalam kurun waktu 2008-2013 diarahkan
untuk mewujudkan pemerataan dan perluasan akses memperoleh layanan
kesehatan bagi masyarakat miskin, melalui penerapan subsidi untuk layanan
kesehatan bagi penduduk miskin, korban wabah, dan korban bencana. Untuk
meningkatkan akses dan mutu layanan kesehatan masyarakat juga ditempuhupaya
peningkatan kapasitas dan mutu layanan puskesmas kelurahan, kecamatan, dan
RSUD, perluasan layanan kesehatan ibu dan anak, serta Lansia, demikian pula
upaya penanggulangan gizi buruk dan promosi hidup sehat.17
Makna sehat bagi masyarakat luas adalah meningkatnya kapasitas
kelembagaan masyarakat untuk berpartisipasi dalam mempromosikan hidup sehat,
memelihara
sanitasi
lingkungan,
kewaspadaan
atas
potensi
wabah,
penyalahgunaan narkoba, dan penyakit menular. Demikian pula warga Kota
Bekasi senantiasa mengembangkan derajat kesehatannya melalui kegianatan
olahraga, kecukupan gizi, dan berperan dalam memelihara lingkungan yang sehat.
c.Bekasi Ihsan
Pembangunan Kota Bekasi dalam kurun waktu 2008-2013 diarahkan
untuk mewujudkan karakter masyarakat yang ihsan. Ihsan berarti nilai, sikap, dan
perilaku untuk berbuat baik, dalam lingkup individu, keluarga, dan masyarakat.
Ihsan berlaku bagi aparatur dalam menjalankan pemerintah yang baik (“good
governance”) dan berlaku bagi warga masyarakat dalam mentaati peraturan/
perundangan yang berlaku.
Makna Ihsan bagi masyarakat luas adalah meningkatnya kapasitas
kelembagaan masyarakat untuk berpartisipasi dalam meningkatkan kualitas
17
Ibid
57
kehidupan beragama dan kerukunan hidup beragama. Demikian pula warga Kota
Bekasi senantiasa mengembangkan derajat keihsanannya melalui kedisiplinan dan
ketertiban social, dalam membangun ketahanan social masyarakat perkotaan.
2. Misi
1. Mengembangkan kehidupan sosial warga melalui penataan system layanan
pendidikan, kesehatan, dan layanan sosial lainnya.
2. Mengembangkan kehidupan ekonomi warga melalui pengembangan
wirausaha yang produktif dan komoditi unggulan daerah.
3. Membangun sarana dan prasarana kota yang serasi bagi perikehidupan
warga dan pertumbuhan usaha.
4. Menyelenggarakan tata pemerintahan yang baik yang dilandasi prinsip
“good governance”.
5. Mengembangkan dan mengelola implementasi system perencanaan tata
kota dan system perencanaan pembangunan Kota Bekasi secara optimal
untuk menjamin keserasian pengembangan wilayah, daya dukung
lingkungan, dan antisipasi efek perubahan iklim global.
6. Mengembangkan kualitas kehidupan beragama dan kerukunan hidup
beragama.
7. Mengelola dinamika kehidupan perkotaan melalui penguatan ketahanan
sosial, budaya, dan keamanan, daya tarik investasi, dan kerjasama antar
daerah/wilayah. 18
18
Draft Visi Misi “ Bekasi Cerdas, Sehat, dan Ihsan”, Bekasi : 2008, h.4
58
C. Program Kerja Pasangan Mochtar Muhamad-Rahmat Effendi (MuRah)
1. Peningkatan Akses dan Mutu Layanan Pendidikan
2. Peningkatan Akses dan Mutu Layanan Kesehatan
3. Pengembangan
Sistem
Perlindungan
Sosial
Masyarakat
dan
Pemberdayaan Kapasitas Partisipasi Masyarakat
4. Pengembangan Ketenagakerjaan
5. Pengembangan kinerja Koperasi dan UKM.
6. Pengembangan Pengembangan Potensi Industri dan Keunggulan Jasa dan
Perdagangan
7. Pengembangan Sarana dan Prasarana Perkotan
8. Pengembangan Perhubungan dan Transportasi
9. Pengelolaan Perumahan dan Permukiman
10. Pemberdayaan Masyarakat, Kelurahan, dan Kecamatan
11. Peningkatan Kapasitas Aparatur dan Layanan Pemerintahan Daerah
12. Pengembangan Sistem Perencanaan Tata Kota
13. Pengembangan Sistem Perencanaan Pembangunan
14. Peningkatan Efektivitas Pengendalian Lingkungan Hidup
15. Pengembangan Kualitas Kehidupan Beragama dan Kerukunan Hidup
Beragama
16. Pengembangan Kesejahteraan Sosial
17. Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata
18. Pengembangan Olahraga dan Kepemudaan
19. Pemberdayaan Perempuan
20. Pengelolaan Kependudukan dan Catatan Sipil
21. Pengelolaan Keamanan, Ketertiban, dan Penegakkan Hukum 19
19
Draft Visi Misi “ Bekasi Cerdas, Sehat, dan Ihsan”, Bekasi : 2008, h.5
59
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISA DATA
A. Pencitraan Politik Pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi
(MuRah) Melalui Media Massa pada Pilkada Kota Bekasi
Ketatnya persaingan diantara partai politik mendesak Tim sukses dari
masing-masing pasangan yang akan maju dalam Pilkada untuk membangun citra
positif dan pada akhirnya akan membentuk persepsi dalam kognitif masyarakat
bagi partai politik, kalau tidak maka akan kalah dalam persaingan tersebut. Partai
politik harus memberikan citra baik bagi konstituennya atau masyarakat luas
dalam rangka mencari suara dalam Pilkada.
Dalam Pilkada Bekasi Periode 2008-2013, pasangan Mochtar MohammadRahmat Effendi menciptakan konstruksi citra dalam kampanyenya yang salah
satunya melalui media massa dengan bentuk iklan politik yang beredar di media
massa cetak dan media elektronik.
Kajian komunikasi politik tumbuh subur seiring dengan maju pesatnya
industri pencitraan. Ini merupakan industri yang memfasilitasi kandidat seperti
halnya produk komersial lainnya, yakni membutuhkan pengemasan dan
pemasaran (marketing) yang baik. Disetiap sudut Kota Bekasi kini mulai menjadi
ajang perang komunikasi politik dalam berbagai bentuk, nyaris tak ada ruang
publik yang tersisa dari terpaan persuasi politik kandidat, jalan, alat-alat
transportasi publik, tempat-tempat ibadah, media televisi, radio, surat kabar,
60
media online dan lain lain menjadi satu paket saluran komunikasi politik dalam
rivalitas Pilkada. 1
Setiap organisasi, setiap partai, setiap kandidat memiliki citra tersendiri
dilingkungan sekitarnya. Citra tersebut merupakan gambaran yang dimiliki
masyarakat atau para pemilih tentang organisasi, partai atau kandidat. Menurut
Ricky tambunan Koordinator media pasangan MuRah “Citra ini hendaknya positif
dalam hubungannya dengan pemenuhan tugas yang dimiliki, namun tidak boleh
terlalu jauh dari citra ‘’keadaan yang sebenarnya’’ yang dimiliki kandidat atau
organisasi”. 2
Dari iklan politik dimedia massa inilah citra pasangan MuRah (MochtarRahmat) terbentuk dan diterima oleh khalayak dan mempengaruhi hasil pada
elektabilitas suara, dan iklan politik juga berhasil mengantarkan pasangan
Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi menjadi Walikota dan Wakil Walikota
Bekasi Periode 2008-2013.
Dalam konteks era industri citra, media relations dilakukan melalui lima
strategi praktis. Pertama, melalui paid publicity, strategi ini sudah lama
digunakan oleh berbagai perusahaan maupun perorangan. Caranya, bekerjasama
dengan media yang memiliki kesesuaian dengan target khalayak. Biasanya
melalui blocking time atau spot di media tv dan radio, atau melalui rubrik dan
kolom tertentu di koran, tabloid, majalah. 3
1
Heryanto, Gun Gun “Komunikasi Politik di Era Industri Citra”,(Jakarta :PT. Lasswell
Visitama : 2010), h. 87
2
Wawancara Pribadi dengan Ricky Tambunan, Koordinator Media bagian Public Relation, 23
Agustus 2008
3
Ibid, h. 87
61
Kedua, melalui tie-in publicity, yakni publisitas dengan memanfaatkan
extra ordinary news (kejadian luar biasa). Kegiatan publisitas ini tentu saja
dengan menggunakan sebuah kejadian yang sedang menarik perhatian publik
karena isu tersebut menarik perhatian luas masyarakat. Sense of humanity yang
ditunjukkan oleh calon pasangan Walikota dan Wakil Walikota dalam musibah
ini, akan memiliki efek pada citra positif mereka membantu kejadian ini. 4
Ketiga, melalui free ride publicity, yakni publisitas dengan cara
menggunakan sebaik mungkin momentum yang diselenggarakan oleh pihak lain
tanpa merusak citra dan etika pergaulan pihak penyelenggara.. 5
Keempat, pure publicity melalui aktivitas yang menekankan pada
kealamiahan momentum yang digunakan. Khalayak yang akan diterpa oleh
publisitas ini, sebisa mungkin tidak merasakan kegiatan ini sebagai hal yang
dirancang secara sengaja. 6
Kelima, press event yakni aktivitas yang berhubungan langsung antara
pihak kita dengan media guna menempatkan media sebagai partner potensial
dalam menunjang proses pencitraan. Oleh karenanya, butuh sebuah pendekatan
yang integratif dalam penyusunan formula yang akan djalankan oleh semua
pelaku di era industri citra ini. 7
Melalui Pilkada langsung Kota Bekasi Periode 2008-2013, hasrat politik
sekian banyak orang dapat tersalurkan. Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kota
Bekasi diikuti tiga pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota, tiga pasangan
calon yang bertarung dalam Pilkada Kota Bekasi adalah Awing Asmawi-Ronny
4
Ibid, h.87-88
Ibid, h. 88
6
Ibid h. 88
7 Ibid
5
62
Hermawan (Partai Demokrat), Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi (Koalisi
Gotong Royong), dan Ahmad Syaikhu-Kamaludin Zaini (Koalisi Patriot).
Bentuk-bentuk pencitraan Pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi
(MuRah) pada Pilkada Bekasi di Media Massa
1. Media Cetak :
Iklan di media massa terutama media cetak dan elektronik cukup
mempengaruhi pemilih dalam menentukan pilihannya di dalam proses Pilkada.
Melalui iklan politik di media dapat memberikan perubahan persepsi masyarakat
tentang citra kandidat pasangan Mochtar-Rahmat (M2R), maka kampanye melalui
media massa adalah saluran yang paling tepat. 8
Iklan Politik Pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi, Tim Media
Bekerjasama dengan 4 Media Cetak. Tim Media membuat konsep iklan, “Gambar
Pasangan Mochtar Mohammad dan Rahmat Effendi (Calon Walikota dan Wakil
Walikota Bekasi Periode 2008-2013) No Urut 2, M2R”. Iklan dengan gambar
pasangan M2R ini diharapkan mampu menarik perhatian masyarakat untuk
mengenal sosok Mochtar Mohammad- Rahmat Effendi dan mensosialisasikan no
urut pasangan Mochtar-Rahmat. Iklan ini juga lebih memperkokoh dukungan
masyarakat dan memperkenalkan pasangan ini kepada kader dan simpatisan partai
pendukung maupun pengusung. 9
8.Wawancara Pribadi dengan Ricky Tambunan ( Koordinator Media pasangan Mochtar
Mohammad-Rahmat Effendi), Tanggal 23 Agustus 2008.
9
Power Point, Ricky Tambunan Koordinator Media Pasangan Mochtar MohammadRahmat Effendi.
63
Iklan politik di media massa pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi
Tabel 1
Iklan Politik Pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi (11
Januari-23 Januari 2008)
Media
Jumlah Pemasangan Iklan di Media
1
M2 Media
13 kali
2
Koran Bekasi
8 kali
3
Radar Bekasi
6 kali
4
Indo Pos
4 kali
Berita Kampanye Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi di Media Cetak
Nasional dan Lokal :
Tabel 2
Berita Kampanye Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi, minggu
Pertama Kampanye (11 Januari-16 Januari 2008)
Media
11
12
13
64
14
15
16
Cetak
Kompas
Indo
pos
Janji para
kandidat:
M2R
Dpp partai
Golkar,
Zulkarnae
n Djabar
(kader
wajib
memenang
kan)
Pikiran
Rakyat
Sindo
Pilkada
Bekasi
(ramairamai cari
simpati)
M2
Media
Mochtar:
prioritaska
n
pendidika
n dan
kesehatan
Gratis
Koran
Bekasi
Janji-janji
kampanye
calon
Walikota
dan calon
Wakil
Walikota
B1 atau
B2 Golkar
masih
menunggu
Mochta
r (polisi
amanka
n
Pilkada
)
Bem
Bekasi
Raya
(tolak
calon
cacat
moral)
Foto
Mochtar
(menyala
mi
pendukun
gnya di
lapangan
samping
Pondok
Gede)
Kampany
e putaran
pertama
dipenuhi
massa
pendukun
g M2R
MuRah
(Gratis
pendidika
n untuk
masyarak
at Bekasi)
Bekasi
butuh
sosok
pemimpin
yang
bersih
Dana
kampany
e
Bandul
pkb berat
ke
koalisi
Gotong
Royong
Koalisi
Gotong
Royong
(silatura
hmi
dengan
massa
penduku
ng)
Kampa
nye
MuRah,
jalanan
macet)
M2R
siap
mundur,
bila tidak
menepati
janji
Entaskan
Warga
Miskin
tak boleh
dengan
program
kerja
yang
fiktif
65
Foto
kedua
kandida
t
Mochta
rRahmat
tengah
berjabat
an
tangan
Saling
adu
argume
n
Lima
tahun
kedepan
akan
disediak
an
20.000
lapangan
pekerjaa
n
Bekasi
butuh
figur
pemimp
in yang
berpeng
alan
Bekasi
Pawai
pilkada
dimulai
Radar
bekasi
Harian
Terbit
Suara
Pembaha
ruan
Pos Kota
Janji para
kandidat +
foto
MochtarRahmat
M2R
kerahkan
Massa
Rahmat :
atasi
pengangg
uran
Pasangan
calon
mengajak
seluruh
pendukun
gnya
untuk
mengguna
kan hak
suara
mereka
dengan
pilihan
yang tepat
Pro
MochtarRahmat
Tumpah
M2R
Mengaja
k untuk
memban
gun Kota
Bekasi
menjadi
Kota
Bekasi
EMAS
Foto
seluruh
pasanga
n calon
Walikot
a dan
Wakil
Walikot
a
Bekasi
Kampa
nye
MuRah
diramai
kan
artisartis
ibukota
Kampa
nye
didampi
ngi
sejumla
h
artis+fo
to
MuRah di
Dukung
saat orasi
terbuka
Peringkat pemberitaan di media harian nasional dan lokal minggu pertama
kampanye 11 Januari-16 Januari 2008 yang ditetapkan KPUD Bekasi yaitu :
66
Tabel 3
Peringkat Media Cetak Nasional dan Lokal yang memberitakan
Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi Pada Minggu Pertama Kampanye (11
Januari-16 Januari 2008)
No
Nama Media Cetak
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
M2 Media
Indo Pos
Koran Bekasi
Radar Bekasi
Pikiran Rakyat
Sindo
Suara Pembaharuan
Harian Terbit
Pos Kota
Koran Kompas
Jumlah
pemberitaan
6 kali
5 kali
4 kali
4 kali
3 kali
3 kali
3 kali
2 kali
2 kali
1 kali
Tabel 4
Minggu Kedua Kampanye Pasangan Mochtar-Rahmat (18 Januari-23
Januari 2008)
Media
Cetak
Kompas
Indo Pos
Pikiran
Rakyat
18
19
20
M2R
Sampaikan
Orasi di
depan
ratusan
pendukung
21
22
MochtarRahmat
rebut
simpati
kelas
menenga
h
Berusaha
realisasik
an janji
kampany
e
Janji
Foto
para
MuRah
kandidat bersama
massa
pendukung
nya
Prediksi Pendukung
pilkada Pasangan
Bekasi
MuRah
67
23
Bekasi
harus
menjadi
Kota
yang
bersih
Sindo
M2 Media
Koran
Bekasi
Radar
Bekasi
Foto
Pasanga
n
MuRah
dalam
Kampan
ye
tertutup
Dukung
pasanga
n yang
bersih
dari
Berbagai
Kalangan
Masyarakat
butuh
pekerjaan
yang layak
Bekasi
Hindari
politik
uang
Pilih
pemimp
in yang
Religius
Foto-foto
para
kandidat
dalam
kampanye
putaran
kedua
Program Pasangan
Kerja
MuRah
MuRah kunjungi
mendap tempat
at
pembuanga
Sorotan n sampah
Bantar
Gebang
Kesehata
n dan
Pendidik
an Gratis
Babe
M2 jalin
silaturah
mi
Pastikan
anda
mencobl
os
MuRah
siapkan
massa
dua kali
lipat
MuRah
digoyan
g isu
Korupsi
Menjela
ng
Pilkada
Bekasi
Mochtar
-Rahmat
janji
atasi
soal
sampah
Koalisi
Gotong
Royong
kerahkan
massa,
bekasi
macet
Bekasi
siap
suksesk
an
Pilkada
Pilkada
bekasi
di depan
mata
Bekasi
Persiapa
ramai
n
penduku menjela
ng
ng
pasangan Pilkada
M2R
Bekasi
MuRah
Siap
menang
Harian
Terbit
Suara
Pembahar
uan
Pos Kota
Awas
pembisi
k
berkeliar
an di
Bekasi
KPUD
Bekasi
himbau
peserta
kampanye
untuk tertib
68
Peringkat pemberitaan di media harian nasional dan lokal minggu kedua
kampanye yaitu dari tanggal 18 januari sampai dengan 23 januari 2008, yaitu :
Tabel 5
Peringkat Media Cetak Nasional dan Lokal yang memberitakan
Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi Pada Minggu Kedua Kampanye (18
Januari-23 Januari 2008)
No
Nama Media Cetak
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
M2 Media
Radar Bekasi
Indo Pos
Koran Bekasi
Sindo
Pikiran Rakyat
Suara Pembaharuan
Pos Kota
Koran Kompas
Harian terbit
Jumlah
pemberitaan
6 kali
5 kali
4 kali
4 kali
3 kali
2 kali
2 kali
2 kali
2 kali
1 kali
Harian nasional yang paling sering memberitakan Mochtar
Mohammad-Rahmat Effendi selama masa kampanye minggu kedua adalah M2
Media kemudian Radar bekasi menempati urutan kedua.
Tabel 6
Rekapitulasi Peringkat Media Cetak Nasional dan Lokal yang
Memberitakan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi Selama Masa
Kampanye Minggu Pertama dan Kedua Kampanye
No
Nama Media Cetak
1
M2 Media
69
Jumlah
pemberitaan
12 kali
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Radar Bekasi
Indo Pos
Koran Bekasi
Sindo
Pikiran Rakyat
Suara Pembaharuan
Pos Kota
Kompas
Harian terbit
9 kali
9 kali
8 kali
6 kali
5 kali
5 kali
4 kali
3 kali
3 kali
Tim sukses Pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi tidak
membuat iklan politik di media televisi, mereka hanya bekerja sama dengan
media massa lokal cetak dan elektronik.
2. Media Elektronik
Komunikasi politik yang digunakan oleh tim sukses pasangan Mochtar
Mohammad-Rahmat Effendi hanya menggunakan media elektronik radio. Tim
sukses pasangan MuRah menggunakan Radio lokal atau radio komunitas Bekasi
untuk mensosialisasikan figur, visi dan misi Pasangan MuRah (Mochtar
Mohammad-Rahmat Effendi).
Komunikasi yang dilakukan melalui media elektronik khususnya radio tidak
dapat dipungkiri tentu saja memiliki berbagai macam kelemahan maupun
kelebihan. Radio sering dipandang sebelah mata oleh orang banyak, karena
kualitas kecanggihannya yang tentu saja tidak ada apa-apanya dibanding televisi.
Akan tetapi radio lokal secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi
70
proses komunikasi politik karena memiliki komunitas tersendiri, ungkap Ricky
Tambunan Koordinator media Pasangan MuRah. 10
Partisipasi masyarakat yang dibangun oleh radio lokal dalam rangka pemilihan
kepala daerah secara langsung dapat menciptakan suatu ruang demokrasi yang
terbuka, transparan, bertanggung jawab dan tidak memihak serta tidak terlibat
dalam politik praktis.
Kegiatan
sosialisasi
pasangan
Mochtar
Mohammad-Rahmat
Effendi
menggunakan Media Elektronik oleh tim sukses Koalisi Gotong Royong bekerja
sama dengan 4 (Empat) radio swasta di Kota Bekasi melalui perjanjian kerja sama
yang meliputi : 11
1. Program Spot, yaitu iklan siar yang telah diproduksi berisi rekaman suara
pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi ‘’ Mohon Doa Restu
untuk maju sebagai calon Walikota dan Wakil Walikota Bekasi Periode
2008-2013, H. Mochtar Mohammad dan H. Rahmat Effendi jangan lupa
coblos No urut 2. Pendidikan dan Kesehatan Gratis menjadi misi
perjuangan kami”. Diiringi Mars Pemilihan Umum dengan materi ajakan
untuk memilih pasangan MuRah pada Pilkada Kota Bekasi Periode 20082013.
2. Program Adlibs, merupakan iklan siar yang dibacakan langsung penyiar
dengan materi memilih pemimpin yang berpengalaman untuk memajukan
Kota Bekasi pada Pilkada Bekasi Periode 2008-2013.
10 Wawancara Pribadi dengan Ricky Tambunan, Koordinator Media bagian Public
Relation, 23 Agustus 2008
11
Tambunan, Ricky, Data internal dari koordinator Media Pasangan Mochtar-Rahmat
71
3. Program Talk Show, yaitu acara dialog interaktif seputar visi misi dan
program kerja pasangan MuRah, yang disiarkan secara langsung dengan
nara sumber Mochtar Mohammad dan salah seorang tim sukses pasangan
MuRah.
Kesepakatan kerjasama
pasangan MuRah yang dilaksanakan melalui media
elektronik : 12
Tabel 7
NO
1
STASIUN RADIO
PT. Radio M2 (Mochtar Mohammad)
PROGRAM SIARAN
1. Spot 60 detik
sebanyak 300 kali
siar
2. Adlibs 60 detik
sebanyak 115 kali
siar
3. Talk Show 60
menit sebanyak 2
kali siar
2
PT. Radio Gema Warga Karya Satnawa (Gaya)
1.
Spot 60 detik
sebanyak 280 kali
siar
2. Adlibs 60 detik
sebanyak 112 kali
siar
3. Talk Show 60
menit sebanyak 2
12
Ibid
72
kali siar
3
PT. Radio Elgangga
1. Spot 60 detik
sebanyak 124 kali
siar
2. Adlibs 60 detik
sebanyak 20 kali
siar
3. Talk Show 60
menit sebanyak 2
kali siar
4
Radio Komunikasi Utama (Dakta)
1. Spot 60 detik
sebanyak 50 kali
siar
2. Adlibs 60 detik
sebanyak 25 kali
siar
3. Talk Show 60
menit sebanyak 2
kali siar
Kampanye dialogis di radio ternyata dapat menghemat biaya hingga 90 %
dari biaya kampanye menggunakan media massa nasional / televisi atau dibanding
biaya kampanye di lapangan terbuka. Pelaksanaan kampanye melalui radio lokal
pun ternyata dapat mengakomodir semua lapisan masyarakat, hal ini bisa dilihat
dari jumlah responden yang masuk dan rata-rata setiap lapisan masyarakat ikut
mendengarkan serta menyimak apa isi paparan kampanye para calon pasangan
Walikota, serta masyarakat pun bisa menyampaikan apa yang menjadi harapan
ataupun pertanyaan kepada para calon tanpa merasa canggung.
73
Masyarakat juga bebas menilai para calon pasangan Walikota saat
memaparkan visi,misi serta pada saat menjawab pertanyaan yang dilontar
moderator atau pun pertanyaan yang datang dari masyarakat melalui telepon atau
SMS. 13
Pasangan Mochtar Mohammad dan Rahmat Effendi menilai jaringan
informasi dengan menggunakan radio lokal dinilai efektif dirasakan oleh
masyarakat, karena informasi yang diterima bisa lebih cepat, akurat, dan
masyarakat tidak perlu terganggu aktifitasnya dalam memperoleh informasi
Pilkada, karena radio bisa didengar dalam situasi dan kondisi apapun sejauh
jangkauan radio. masyarakat merasa terbantu dalam mendapatkan informasi
Pilkada Selain cepat, tepat juga murah.
Namun membangun politik pencitraan yang efektif, bukanlah hal yang
mudah. Pertama, dibutuhkan waktu yang relatif lama, bukan serba cepat atau
serba instant. Ini berkaitan dengan soal waktu dan intensitas pesan yang hendak
“ditanamkan” ke masyarakat. Semakin lama dan intens pesan dibangun, maka
citra akan mudah terbangun. Kedua, politik pencitraan juga membutuhkan
konsistensi dari semua hal yang dilakukan kandidat. Semisal platform politik,
program kerja, reputasi kandidat dan retorika politik yang dipilih.
Ketiga, citra politik adalah kesan dan persepsi publik terhadap apa saja
yang dilakukan kandidat. Karena itu kandidat harus mampu menempatkan kesan,
citra dan reputasi politik mereka dalam benak publik. Masyarakat memiliki derajat
kebebasan untuk mengartikan semua informasi yang mereka terima.
13
Wawancara Pribadi dengan Masyarakat Bekasi Safira Aulia, tgl 17 Juni 2010
74
Keempat, citra politik terdapat dalam kesadaran politik yang berasal dari
memori politik masyarakat. Semua hal yang dilakukan kandidat, termasuk partai
politik yang mengusungnya, tidak hilang begitu saja, melainkan terekam dalam
ingatan publik.
Kampanye politik di media massa akan selalu terkait dengan citra kandidat
dan partai pengusungnya, yang sangat nyata dalam kampanye di media massa,
adalah bagaimana menciptakan citra positif di khalayak terhadap pasangan
Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi. Maka otomatis iklan, ataupun berita
diciptakan sedemikian rupa menarik sesuai segmentasi penikmatnya (khususnya
media cetak). Setiap partai politik pasti mempunyai orientasi-orientasi atau tujuan
yang hendak dicapai dalam kampanye politiknya.
Sebuah kampanye politik yang selalu erat dengan konsep pemasaran
politik, menjadikan publisitas dan iklan politik sebagai sarana ampuh
meningkatkan citra kandidat. Koalisi Gotong Royong yang mengusung pasangan
Mochtar Mohammad dan Rahmat Effendi gencar melakukan publisitas di media
massa, pasangan MuRah didukung oleh tim sukses yang cukup berpengalaman,
semakin banyak publisitas semakin besar peluang untuk menang. Jauh sebelum
kampanye dimulai para kandidat calon Walikota dan Wakil Walikota
mensosialisasikan diri mereka melalui media massa, sejumlah kegiatan sosial
menjadi bahan pemberitaan yang cukup menarik bagi masyarakat.
Dukungan dari berbagai pihak pun berdatangan seperti dukungan dari
Karo Muslim Bekasi (komunitas asal sumatra utara). Asosiasi Loundry dan
Koperasi Kota Bekasi juga menyatakan kesiapannya untuk memenangkan
pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi. Sosok pasangan ini dinilai
75
prihatin terhadap para pengusaha baik usaha kecil maupun menengah. Citra
sebagai sosok pemimpin yang menjunjung tinggi, mengamalkan, serta berpotensi
melestarikan kultur budaya masyarakat Bekasi menjadikan warga Nahdiyyin
mendukung pasangan MuRaH (Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi).
Dan dari tiga pasangan kandidat yang maju di pilkada, kriteria pemimpin
seperti yang diharapkan oleh warga Nahdiyyin Kota Bekasi ada pada pasangan H.
Mochtar Mohammad dan H. Rahmat Effendi. Secara bulat suara warga Nahdiyyin
yang bisa mencapai 70 % dari jumlah hak pilih di Kota Bekasi, mendukung
pasangan koalisi gotong royong. NU secara kelembagaan adalah organisasi
kemasyarakatan jadi setiap warga Nahdiyyin boleh menentukan pilihan politik
mereka.
Tim sukses pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi menjadikan
isu publik “Bekasi Cerdas, Sehat, dan Ihsan” dan program kerja yang dijadikan
komoditas dalam pemasaran politik pasangan MuRah (Mochtar MohammadRahmat Effendi), adalah sebuah pilihan yang tepat. Karna semuanya adalah hal
yang sangat mendasar dan penting dalam masyarakat.
Pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi diciptakan citranya
sedemikian rupa tegas, bertanggung jawab dan merakyat, mampu menarik hati
masyarakat tingkat bawah untuk memilih pasangan ini. Semakin dapat
menampilkan citra yang baik maka peluang untuk berkuasa pun semakin besar.
Kampanye politik melalui media massa mempunyai pengaruh yang cukup
besar, terhadap kandidat dalam mencapai popularitas dalam sebuah pemilihan.
Media massa yang bekerja untuk menyampaikan informasi dapat membentuk,
76
mempertahankan atau mendefenisikan citra. Akhirnya, kita membentuk citra
tentang lingkungan sosial kita berdasarkan realitas yang ditampilkan media massa.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ricky Tambunan koordinator media
bahwa tim sukses pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi menggunakan
media massa sebagai saluran kampanye, sekalipun dana untuk berkampanye
melalui media massa sangat besar. Melalui pendidikan dan kesehatan gratis yang
menjadi programnya pasangan ini ingin menunjukkan ke publik bahwa mereka
peduli dengan wong cilik. 14
Pencitraan memang tidak sama dengan realitas sosial. Pencitraan hanyalah
realitas di atas kertas, atau realitas politik. Namun ketika realitas politik berjarak
jauh dengan realitas sosial, maka hal itu bisa menjadi bumerang bagi kandidat.
Seorang kandidat misalnya dicitrakan sebagai figur yang santun dan religius.
Sementara dalam dataran realitas sosial, publik mengingatnya sebagai orang yang
terlibat KKN atau kejahatan moral lainnya. Seorang kandidat dalam waktu instan
hendak dicitrakan sebagai tokoh ekonomi kerakyatan, sementara kiprah politiknya
sepanjang ingatan rakyat hanya mengurusi kepentingan ekonomi konglomerasi.
Hasil survei atas iklan kampanye Tim Sukses Pasangan Mochtar MohammadRahmat Effendi. 15
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
orang
memilih
Mochtar-Rahmat.
Keterangan Diagram 8 16
14
Wawancara Pribadi dengan Ricky Tambunan, Koordinator Media bagian Public
Relation, 23 Agustus 2008
15
Power Point, Ricky Tambunan Koordinator Media Pasangan Mochtar MohammadRahmat Effendi, Hasil Survey Mochtar-Rahmat
16
Power Point, Ricky Tambunan Koordinator Media Pasangan Mochtar MohammadRahmat Effendi, Hasil Survey Mochtar-Rahmat
77
17%
17%
16%
13%
11%
8%
8%
5%
Dukungan
Koalaisi
Gototngroyong
Kepribadianya
Karena
Program
menarik
Iklan Media
Cetak/Radio
Karena
Pengalaman
Kampanye
Karena
lapangan ramai spanduk dan
poster
4%
Didukukng
Tokoh dan
Artis
Lainnya
17 % responden memilih karena diusung oleh Koalisi Gotong Royong; 17
% karena kepribadiannya (pro rakyat, tegas, jujur); 16 % karena program kerja
yang menarik; 13 % karena iklan; 11 % faktor pengalaman; 6 % karena kampanye
lapangan dipadati massa pendukung; 8 % karena spanduk dan poster; 5 % karena
didukung tokoh dan artis; 4 % karena hal lain.17
71%
10%
Iklan dimedia massa Berita dimedia massa
10%
Poster/Sticker
4%
4%
Spanduk/Baliho
Kunjungan
1%
Kegiatan MuRah
Hal Pertama yang Paling Diingat Dari Mochtar Mohammad-Rahmat
Effendi. Keterangan Diagram 9 18
71 % Karena iklan di media massa; 10 % karena berita di media massa; 10
% karena poster, stiker dijalanan; 4 % karena spanduk / baliho; 4 % karena
17
18
Ibid
Ibid
78
kunjungan pasangan MuRah; 1 % karena kegiatan yang dilakukan MochtarRahmat. 19
Politik pencitraan memang tak mungkin dipisahkan dari praktek politik dalam
pilkada untuk memilih calon Walikota dan Wakil Walikota Bekasi Periode 200820013.. Namun pencitraan yang dilakukan pasangan kandidat, sebaiknya
dilakukan dengan prinsip “berpijak di atas bumi”. Bukan hanya “menengok ke
langit”. Rakyat sebagai penerima pesan, simbol, program, bukanlah entitas politik
yang bisa diperlakukan seperti kerbau yang dicocok hidungnya. Rakyat adalah
publik yang berpikir. Walau sebagian ada yang masih lebih familiar dengan
simbol-simbol agama atau nilai-nilai primordial lainnya.
Sebagai bentuk tanggungjawab politik para kandidat, tim sukses dan parpol
pengusung kandidat, sebaiknya setiap politik pencitraan yang dilakukan bermuara
untuk melahirkan transaksi politik dengan rakyat secara rasional. Bukan
membangun dengan politik pencitraan yang irasional, atau memantik sisi
emosional rakyat semata! Di sisi lain, politik pencitraan yang dibangun hendaknya
mencerminkan realitas keseharian kandidat. Jika memang dalam kesehariannya
kandidat adalah tokoh dermawan, maka sudah sepantasnya jika tim sukses
memperkuat dan meneguhkan citra kandidat dengan berbagai media.
B. Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi, Program Partai, dan Isu Publik
Sebagai Komoditas Pemasaran Politik di Media Massa
Aktivitas kampanye politik banyak menggunakan media massa sebagai
saluran kampanye politik. Terbukti kampanye melalui media massa mempunyai
19
Ibid
79
pengaruh yang cukup besar, terhadap kandidat dalam mencapai popularitas dalam
sebuah pemilihan.
Sebuah kampanye politik yang selalu erat dengan konsep pemasaran
politik, menjadikan publisitas dan iklan politik sebagai sarana ampuh
meningkatkan citra kandidat. Koalisi Gotong Royong yang mengusung pasangan
Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi tak melewatkan hal tersebut. Tim sukses
pasangan MuRah mengolah isu politik, kandidat, Platform (Program Partai),
menjadi sebuah kesatuan yang menarik bagi pemilih Bekasi. Terbukti konsep
pemasaran politik yang mereka terapkan membawa pasangan ini mendapat 50.58
% atau 368.940 suara dalam Pilkada Bekasi Periode 2008-2013, ini merupakan
prestasi yang membanggakan.
Dalam kampanye Pilkada Kota Bekasi Periode 2008-2013 pasangan Mochtar
Mohammad-Rahmat Effendi merumuskan program unggulan “Bekasi Cerdas,
Sehat, dan Ihsan” ungkap Mochtar Mohammad. 20
Dalam kampanye Pilkada Bekasi masing-masing pasangan merumuskan
slogan kampanye berdasarkan isu yang berkembang di masyarakat pasangan
Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi menyimpulkan beberapa isu utama, yaitu :
1. Pendidikan dan Kesehatan Gratis
2. Masyarakat miskin harus di utamakan
3. Bekasi perlu Perubahan
Program unggulan yang digarap oleh pasangan Mochtar Mohammad dengan
Rahmat Effendi adalah ‘’Pendidikan dan Kesehatan Gratis’’. Sebab kedua bidang
20
Wawancara Pribadi dengan Mochtar Mohammad, Bekasi Sabtu 16 Agustus 2008
80
ini sangat vital bagi rakyat Kota Bekasi. lalu tema kampanye terbentuk usai
merumuskan dua isu kampanye yaitu :
“Bekasi Cerdas, Sehat, dan Ihsan”. 21
Isu publik yang tertuang dalam slogan “Bekasi Cerdas, Sehat, dan Ihsan’’ dan
program kerja “Pendidikan dan Kesehatan Gratis” adalah sebuah pilihan tepat,
mengingat masyarakat sangat merindukan sosok pemimpin yang perduli dan
mengutamakan kehidupan rakyat miskin.
Melalui media massa tim sukses pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat
Effendi diharapkan mampu membentuk dukungan kepada Mochtar MohamadRahmat Effendi sehingga mempengaruhi khalayak dalam mengambil keputusan
untuk memilih Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi dan tidak memilih lawan.
Melalui media massa pula pasangan MuRah (Mochtar Mohammad-Rahmat
Effendi) ingin membentuk opini masyarakat bahwa pasangan MuRah pantas
untuk menjadi pemimpin Kota Bekasi.
Sejumlah pertemuan dengan masyarakat kerap dimanfaatkan sebagai
momentum
untuk
menyosialisasikan
para
kandidat.
Pasangan
Mochtar
Mohammad-Rahmat Effendi Bahkan untuk mengokohkan basis dukungannya,
pasangan ini juga gencar menggalang sosialisasi hingga tingkat kecamatan.
Pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi juga menyebarkan sejumlah
spanduk, pamflet hingga pemasangan baliho raksasa di sudut-sudut Kota Bekasi.
Pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi, menggunakan media
massa cetak dan elektronik yang disiapkan oleh tim sukses dari pasangan MuRah,
adalah sebagai bentuk sosialisai pasangan kandidat dari koalisi Gotong Royong
21
Draf Visi Misi Pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi 2008-2013, h.4
81
untuk lebih memperkokoh dukungan masyarakat dan memperkenalkan pasangan
ini kepada kader dan simpatisan partai pendukung maupun pengusung.
Kandidat / figur dalam hal ini Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi,
diciptakan citranya sebagai sosok pemimpin yang merakyat dan tegas dalam
memberantas korupsi serta perduli terhadap wong cilik. Tim sukses pasangan
MuRah yakin bahwa masyarakat kelas bawah tidak terlalu perduli dengan isu
publik dan program kerja yang dihembuskan dalam kampanye mereka.
Pasangan MuRah (Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi) memanfaatkan
aspek emosional iklan politik mereka. Di iklan yang disiarkan oleh salah satu
radio kota Bekasi, Mochtar Mohammad mengajak seluruh masyarakat kota Bekasi
untuk melakukan perubahan di bidang Pendidikan dan Kesehatan, Pasangan
MuRah menyatakan sudah sepantasnya masyarakat kecil mendapatkan pendidikan
dan pelayanan kesehatan secara gratis. Mochtar Mohammad ingin menunjukkan
ke publik bahwa mereka ingin membuat perubahan di kota Bekasi dan tetap
berkomitmen tegas dalam memberantas narkoba. 22
C. Pemetaan Media Massa sebagai Saluran Komunikasi Politik
Pemetaan media massa sebagai saluran komunikasi politik pada sektor
elektronik dan media cetak nasional serta media cetak lokal. Diantaranya :
Media elektronik yang digunakan, yaitu :
1) PT. Radio Komunikasiutama (DAKTA) : Jl. KH. Agus Salim 77 Bekasi
17112
22
www.bekasiku.blogspot.com, diakses 13 juli 2009, jam 18.45
82
2) PT. Radio Gema Warga Karya Satnawa (Gaya) : Jl. Dili Raya A6/1
Perumahan Bekasi Jaya Indah
3) PT. Radio Elgangga : Jl Serma Marzuki 30, Bekasi 17113
4) PT. Radio M2 Jl. Mayor Hasibuan No.18 Bekasi 17113
Sedangkan alamat media cetak nasional dan lokal, yaitu :
1) Harian Kompas : terletak di Jl. Palmerah Selatan No 26-28, Jakarta 10270
2) Koran Sindo : terletak di Jl. Kebon Sirih Raya No.17-19, Jakarta10340
3) Harian Pikiran Rakyat : Jl Soekarno-Hatta 147 Bandung 40223
4) Harian Pos Kota : terletak di Jl. Gajah Mada No.100 Jakarta 11180
5) Koran Harian Terbit : terletak di Jl. Pulogadung No. 15 Kawasan Industri,
Jakarta Timur 13920
6) Harian Suara Pembaruan : terletak di Jl. Dewi Sartika 136 D jakarta 13630
7) Harian Warta Kota : terletak di Jl. Hayam Wuruk 122 Jakarta 11180
8) M2 Media : Jl. Mayor Hasibuan No.18 Bekasi 17113
9) Radar Bekasi : Jl. Sultan Agung No 173, Medan Satria
10) Koran Bekasi : Jl. H. Umar No.3 Bekasi 17113
Tabel 10
Pemetaan Media Massa
Media Elektronik
Media Cetak Nasional
Media Cetak Lokal
Radio DAKTA
Koran Sindo
M2 Media
Radio Gaya
Harian Kompas
Koran Bekasi
Radio Elgangga
Harian Pikiran Rakyat
Radar Bekasi
Radio M2
Harian Pos Kota
83
Harian Suara
Pembaharuan
Harian Indo Pos
Harian Terbit
Media cetak dan radio dianggap sebagai media yang ampuh untuk
membangun popularitas dan citra pasangan MuRah (Mochtar Mohammad-Rahmat
Effendi). ‘’Pemanfaatan media Televisi tidak digunakan oleh tim Media pasangan
MuRah, Tim sukses Pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi tidak
membuat iklan politik di media televisi, mereka hanya bekerja sama dengan
media massa lokal cetak dan elektronik.
Pasangan Mochtar Mohammad dan Rahmat Effendi menilai jaringan
informasi dengan menggunakan media massa lokal dinilai efektif dirasakan oleh
masyarakat, karena masyarakat merasa adanya kedekatan secara fisik dengan
sumber berita dan rasa ingin tahu masyarakat mengenai berita terbaru
dilingkungan tempat tinggal mereka. Menjadikan media massa lokal cukup
diminati oleh masyarakat khusunya masyarakat kota Bekasi.
Pemanfaatan internet tidaklah terlalu besar, karena sebagaimana diketahui
mayoritas khalayak pemilih di Kota Bekasi bukanlah internet minded/penggila
internet’’, sebagaimana yang diungkapkan oleh Ricky Tambunan. 23
23
Berdasarkan kutipan wawancara dengan Ricky Tambunan, Koordinator Media
Pasangan Mochtar-Rahmat, 23 Agustus 2008
84
D. Presentase Perolehan Suara Sah Per Kecamatan
1. Penetapan Daftar Pemilih
Data pemilih merupakan hal yang paling utama dalam kegiatan pemilihan
umum. Proses pemutakhiran data dan penetapan daftar pemilih harus
dilaksanakan dengan baik dan benar sehingga akan menghasilkan data pemilih
yang akurat. Ketidak akuratan data pada daftar pemilih, akan memicu munculnya
permasalahan dan kasus hukum sebagaimana banyak terjadi di beberapa daerah
yang telah melaksanakan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah.
Pada pelaksanaan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah Kota Bekasi tahun 2008, daftar penduduk Potensial Pemilih Pilkada (DP4)
pada hari jum’at tanggal 28 september 2007, dengan perincian sebagai berikut :
Tabel 11
PEMILIH
KECAMATAN
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
JUMLAH
1
JATI SAMPURNA
22.493
22.826
45.319
2
PONDOK GEDE
71.397
71.802
143.199
3
BEKASI TIMUR
70.336
69.204
139.540
4
BEKASI BARAT
75.935
75.208
151.143
5
BANTAR GEBANG
20.790
20.780
41.570
6
JATI ASIH
50.847
51.325
102.172
7
PONDOK MELATI
36.898
36.420
73.318
8
MUSTIKA JAYA
33.232
33.809
67.041
85
9
BEKASI UTARA
74.223
72.916
147.139
10
MEDAN SATRIA
37.072
36.299
73.371
11
BEKASI SELATAN
53.051
52.304
105.355
12
RAWALUMBU
45.163
47.207
92.370
591.437
590.100
1.181.537
JUMLAH
Merupakan catatan sejarah dalam pelaksanaan Pilkada di Indonesia,
pelaksanaan rekapitulasi hasil penghitungan suara di tingkat KPU Kota Bekasi
berjalan dengan lancar, aman serta tidak ada satupun saksi dari Pasangan Calon
yang mengajukan keberatan dan semua menyatakan menerima hasil Pelaksanaan
Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kota Bekasi Tahun
2008 dan menandatangani Berita Acara.
Dalam sebuah Pilkada ataupun Pemilu penting bagi tim sukses untuk
mendata jumlah penduduk yang akan memilih. Begitupun yang dilakukan oleh
tim sukses Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi, mereka memprediksi jumlah
pemilih yang mempunyai hak pilih berdasarkan data kependudukan yang
dilakukan secara berkala oleh kelurahan-kelurahan di wilayah Bekasi lalu
dikumpulkan pada kecamatan masing-masing. Data kependudukan diperoleh dari
warga yang membuat KTP, dan sensus berkala yang dilakukan masing-masing
kelurahan terhadap warga masyarakatnya.
Perolehan suara sah untuk masing-masing Pasangan Calon adalah
Pasangan H. Awing Asnawai, SE dan Ronny Hermawan, SH. Memperoleh suara
sah sebanyak 57.239, Pasangan H. Mochtar Mohammad dan H. Rahmat Effendi,
86
S.Sos., M.Si. memperoleh suara sah 368.940 dan Pasangan H. Ahmad Syaikhu
dan Drs. Kamaludin Djaini, M.Si. memperoleh suara sah 303.209. 24
PROSENTASE PEROLEHAN SUARA SAH MASING-MASING CALON PASANGAN
60.00%
50.58%
50.00%
41.57%
40.00%
30.00%
20.00%
7.85%
10.00%
0.00%
H. AWING ASNAWI, SE dan RONNY
HERMAWAN, SH.
H. MOCHTAR MOHAMMAD dan H.
RAHMAT EFFENDY, S.Sos., M.Si.
H. AHMAD SYAIKHU dan Drs. H.
KAMALUDIN DJAINI, M.Si.
Untuk mengetahui secara lengkap rekapitulasi hasil penghitungan suara
serta tingkat partisipasi masyarakat dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah Kota Bekasi Tahun 2008, dapat diketahui dalam tabel
sebagai berikut ;
Tabel terlampir
D. Faktor Pendukung dan Penghambat Komunikasi Politik Pasangan
Mochtar Mohammad - Rahmat Effendi (MuRah) dalam Kampanye
Pilkada Kota Bekasi Melalui Media Massa.
Pelaksanaan demokrasi warga Kota Bekasi pada tanggal 27 januari 2008,
mengantarkan pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi sebagai pemenang
24
Data internal KPU (Komisi Pemilihan Umum) Bekasi pada Pilkada Kota Bekasi 2008
87
dalam Pilkada Kota Bekasi Periode 2008-2013. perencanaan yang matang strategi
kampanye dan penerapan marketing politik yang tepat, membuat
pasangan
Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi meraih suara 50,58%.
Faktor pendukung kemenangan pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat
Effendi pada Pilkada Bekasi Periode 2008-2013 :
1. Faktor pertama kemenangan pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi
ini merupakan keberhasilan publisitas melalui media massa, satu di antara
pemain kunci yang dapat mengawal keberhasilan penyelenggaraan Pilkada
adalah partisipasi Pers lokal. Pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi
menjadikan media massa sebagai kawan dalam setiap kegiatan sosialisasi
program kerja mereka. Berbagai macam pemberitaan melalui media massa
dijadikan sebagai ajang sosialisasi kepada masyarakat luas khususnya Kota
Bekasi, melalui media massa rakyat bisa mengenal sosok dan program kerja
pasangan
Mochtar
Mohammad-Rahmat
Effendi,
sebagaimana
yang
diungkapkan oleh Rahmat Effendi 25
2. Faktor kedua Mochtar Mohammad menjadi figur terpopuler saat pemilu, hal
tersebut wajar mengingat kapasitas Mochtar sebagai incumbent Wakil
Walikota dan sebelumnya pernah menjabat sebagai anggota DPRD Kota
Bekasi 1999-2003. Pola Brainding image dilakukan dengan menggunakan
mesin (politik) BNK, dapat terlihat hampir disetiap sudut Bekasi terpasang
stiker, baliho, spanduk, dan iklan di radio lokal Bekasi yang menggunakan
BNK untuk mensosialisasikan dirinya.
25
Berdasarkan wawancara Pribadi dengan Rahmat Effendi, Bekasi Minggu 24 Agustus 2008
88
3.
Faktor ketiga lain yang juga ikut mempengaruhi pemilih untuk memilih
pasangan MuRah (Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi) adalah karena
diusung oleh beberapa parpol besar seperti Partai Golkar, Partai PDI, Partai
PKB. Partai PAN, Partai PPP, Partai Bulan Bintang, Partai Buruh, Partai PNI
MARHAENISME, Partai Serikat Pekerja. Visi Misi, dan Program kerja yang
menarik juga ikut menjadi pendukung kemenangan Pasangan MuRah
(Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi).
Faktor penghambat pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi pada
pilkad Bekasi :
1.
Faktor Black Campaign (kampanye gelap), sebagaimana yang diutarakan
Mochtar Mohammad ‘’Black Campaign adalah sebuah cara yang
sistematis’’ 26 , yang menyudutkannya mengenai kasus bantar gebang yang
menyeret nama Mochtar Mohammad. Dan adanya isu mengenai skandal
cinta terlarang Rahmat effendi di Bali ketika masih menjabat sebagai ketua
DPRD Bekasi. ‘’Berita-berita ini sengaja dibuka kembali untuk mengurangi
simpati masyarakat terhadap pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat
Effendi’’ Ungkap Mochtar Mohammad. 27 Berita-berita tersebut coba
dialihkan oleh tim sukses pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi
dengan munculnya beberapa isu mengenai penggunaan simbol-simbol
agama oleh pasangan Akhmad syaikhu-Kamaludin Djaini dalam kampanye.
2. Faktor penghambat lain yaitu Munculnya sejumlah masalah dan berbagai
kecurangan di lapangan, serta dibayang-bayangi berbagai trik, manuver, dan
26
Wawancara Pribadi dengan Mochtar Mohammad, Bekasi Sabtu 16 Agustus 2008
27
Wawancara Pribadi dengan Mochtar Mohammad, Bekasi Sabtu 16 Agustus 2008
89
konspirasi yang tidak sejalan dengan tujuan demikrasi. Seperti : Money
Politic (politik uang) untuk menarik simpati massa.
3.
Masih tingginya fenomena Golput pada masyarakat, dikarenakan kurangnya
sosialisasi dan pengetahuan mereka tentang pentingnya Pilkada.
Kemenangan pasangan MuRah (Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi) ini
menunjukkan bahwa popularitas mereka masih belum bisa dikalahkan oleh tema
kampanye dan isu perubahan yang diusung oleh pasangan lain. Dengan dukungan
koalisi 9 partai yang menjadi mayoritas di DPRD Kota Bekasi, pasangan M2R
(Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi) mampu memaksimalkan dukungan pada
mereka. Perhitungan suara sementara yang menunjukkan bahwa kemenangan
mereka cukup merata di 12 kecamatan yang ada di kota Bekasi menjadi sinyal
bahwa mesin politik pasangan MuRah bekerja cukup bagus.
Jika hasil perhitungan KPU kota Bekasi mengukuhkan pasangan M2R
(Mochtar Muhamad-Rahmat Effendi) sebagai Walikota, Kita bisa mencermati
apakah isu yang mereka usung dalam bentuk Pendidikan dan Kesehatan gratis
dapat diaplikasikan dengan baik atau hanya menjadi pemanis disaat kampaye.
Dukungan 9 partai pendukung koalisi Gotong Royong bisa menjadi
pijakan dukungan politik dan kestabilan pelaksanaan program kerja mereka. Jika
dukungan ini menjadi sandera politik balas jasa, hal ini akan menimbulkan
dampak yang kurang baik bagi implementasi program kerja mereka.
90
F. Analisa Persfektif Teori Agenda Setting
Masyarakat Indonesia yang plural dalam ragam budaya dan strata
ekonomi berhasil digiring Media Massa pada satu titik sikap, simpati bagi
pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi Inilah kekuatan media massa,
mampu mempengaruhi perubahan kognitif pemirsa. Dari teori komunikasi massa
yang ada, agenda setting menjadi teori paling menarik bagi penulis. Dasar
pemikiran teori ini adalah di antara berbagai topik yang dimuat media massa,
topik yang mendapat lebih banyak perhatian dari media akan menjadi lebih akrab
bagi pembacanya dan akan dianggap penting dalam suatu periode tertentu. Akan
terjadi sebaliknya bagi topik yang kurang mendapat perhatian media.
Perhelatan akbar Pilkada Bekasi menjadi agenda media dan dianggap
sebagai topik yang pantas dijadikan sebagai bahan pemberitaan media. Frekuensi
pemberitaan Kampanye para Kandidat Calon Walikota dan Wakil Walikota di
berbagai media baik cetak nasional dan lokal seperti, Koran Sindo, Harian Indo
Pos, Harian Pos Kota, Harian Terbit, Harian Suara Pembaharuan, Harian Kompas,
Harian Pikiran Rakyat, M2 Media, Koran Bekasi, Radar Bekasi selama masa
kampanye cukup sering. Begitu pula Media elektronik radio seperti, Radio Dakta,
Radio Gaya, Radio Elgangga, Radio M2 ikut memberitakan liputan tentang
persiapan kampanye para kandidat dalam Pilkada Bekasi Periode 2008-2013.
Dalam hal ini menurut teori agenda setting, terjadi proses media agenda
dimana pemberitaan tentang kampanye Pilkada Bekasi ramai didiskusikan oleh
berbagai media hampir setiap hari selama masa kampanye dan untuk beberapa
lama hampir tidak ada media massa yang tidak memberitakan isu kampanye para
91
kandidat Calon Walikota dan Wakil Walikota tersebut. Bahkan berita kampanye
tersebut menjadi headline dan tajuk rencana di beberapa surat kabar.
Framing yang dilakukan media membuat suatu berita terus menerus
ditayangkan di media sehingga muncul agenda publik. Ramainya pemberitaan
mengenai pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi oleh beberapa media
massa khalayak pun terkena terpaan media sehingga dampaknya sosok pasangan
MuRah (Mochtar-Rahmat) menjadi akrab ditelinga khalayak dan juga
didiskusikan atau menjadi bahan pembicaraan oleh masyarakat hampir dari semua
kalangan. Artinya berita atau isu yang digulirkan pasangan Mochtar-Rahmat yang
diagendakan media akhirnya menjadi agenda publik.
Seperti yang dikatakan Robert N. Ertman, framing adalah proses seleksi
dari berbagai aspek realitas sehingga bagian tertentu dari peristiwa itu lebih
menonjol dibandingkan aspek lain. Masyarakat akan menjadikan topik utama
yang diangkat oleh media sebagai bahan perbincangan sehari-hari. Pengaruh dari
teori agenda setting terhadap masyarakat dan budaya sangat besar. Popularitas
pasangan Mochtar-Rahmat
di Bekasi langsung melesat bak meteor. Ini
merupakan dampak dari media massa yang terus mem-blow up kampaye pasangan
Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi hingga
terbentuklah opini publik yang
cenderung untuk memberinya dukungan.
Perspektif ini menghidupkan kembali model jarum hipodermik, tetapi
dengan fokus penelitian yang telah bergeser. Dalam Teori Agenda Setting,
meningkatnya nilai penting suatu topik pada media massa menyebabkan
meningkatnya nilai penting topik tersebut pada khalayak.
92
Oleh karena itu kemampuan pengemasan menjadi hal yang sangat pokok.
Dari perspektif agenda setting, media massa memang tidak dapat mempengaruhi
orang untuk mengubah sikap, tetapi media massa cukup berpengaruh terhadap apa
yang dipikirkan orang. Ini berarti media massa mempengaruhi persepsi khalayak
tentang apa yang anggap penting. Bila Pasangan Mochtar-Rahmat secara terus
menerus diberi label merakyat, Sosok pasangan ini dinilai prihatin terhadap para
pengusaha baik usaha kecil maupun menengah. Citra sebagai sosok pemimpin
yang menjunjung tinggi, mengamalkan, serta berpotensi melestarikan kultur
budaya masyarakat Bekasi maka lambat laun Pasangan Mochtar-Rahmat akan
dianggap dalam persepsi khalayak sebagai penolong dan pelindung wong cilik.
Iklan Pasangan MuRah (Mochtar-Rahmat) dalam berbagai versi di Radio-radio
swasta Bekasi ternyata mampu menaikan tingkat penerimaan khalayak akan sosok
Pasangan MuRah.
Komunikasi politik di media massa tentunya tidak lepas dari pembicaraan
soal efek, karena ini merupakan entry point bahasan agenda setting. Komunikator
politik yang hendak menggunakan media massa sebagai medium penyampaian
pesan politik sudah seharusnya memahami masalah efek ini. Efek terdiri dari efek
langsung dan efek lanjutan (subsequent effects). Efek langsung ini berkaitan
dengan issues, apakah issue itu ada atau tidak ada dalam agenda khalayak
(pengenalan); dari semua issues, mana yang dianggap paling penting menurut
khalayak (salience); bagaimana issues itu diranking oleh responden dan apakah
rangkingnya itu sesuai dengan rangking media. 28
28
Heryanto, Gun Gun “Komunikasi Politik di Era Industri Citra”,(Jakarta :PT. Lasswell
Visitama : 2010), h. 15
93
Berkat iklannya yang terus menerus di berbagai media massa masyarakat
menyatakan mereka tertarik karena iklan Pasangan MuRah yang simpatik dengan
pesan-pesan mewakili para petani, nelayan dan pedagang pasar tradisional. Ini
menunjukkan hal penting, bahwa jika media selalu mengangkat citra Pasangan
MuRah yang dekat dengan rakyat kecil dan pedagang pasar tradisional maka
pemilih pun akan memikirkan bahwa Pasangan MuRah sebagai sosok yang
penting sebagaimana yang dicitrakan oleh media. Kita juga perlu mengkritisi
perspektif agenda setting dalam menganalisa komunikasi politik di media massa.
Dengan teknik pemilihan dan penonjolan, media memberikan petunjuk
tentang mana issue yang lebih penting. Karena itu, model agenda setting
mengasumsikan adanya hubungan positif antara penilaian yang diberikan media
kepada suatu persoalan dengan perhatian yang diberikan khalayak kepada
persoalan itu. Pendidikan dan kesehatan gratis yang menjadi program kerja
pasangan Mochtar-Rahmat mendapat perhatian besar dari beberapa media massa,
berita yang disampaikan oleh media menjadikan masyarakat tertarik
sosok
pasangan MuRah (Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi), masyarakat semakin
ingin tahu berita mengenai Pasangan MuRah.
Masyarakat tentunya memiliki hak untuk tahu (right to know) yang
akhirnya menjadikan suatu isu atau peristiwa menjadi public sought (permintaan
publik) akan informasi tentang isu atau peristiwa tersebut. Media dengan
kepentingan teknis, idealisme dan pragmatismenya memilih, mengemas dan
akhirnya mendistribusiakan kepada khalayak kalau sesuatu itu penting. 29
29
Ibid, h.16
94
Agenda setting memandang media massa melakukan ”to tell what to think
about” artinya membentuk persepsi khalayak tentang apa yang dianggap penting.
Dalam konteks ini, perlu dipertanyakan, apakah penilaian khalayak tentang suatu
isu atau pesan marekting yang dianggap penting itu karena penonjolan yang
dilakukan oleh media atau karena faktor-faktor lain. Karena dalam realitasnya,
seringkali cara pandang seseorang mengenai pemahaman terhadap pesan politik,
sebelumnya sudah terbentuk melalui pengaruh interpersonal, melalui interaksi di
organisasi, dalam norma kelompok atau melalui pemuka pendapat melalui jalinan
komunikasi two-step flow-communication. 30
30
Heryanto, Gun Gun “Komunikasi Politik di Era Industri Citra”,(Jakarta :PT. Lasswell
Visitama : 2010), h. 16
95
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kegiatan sosialisasi politik pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi
banyak menggunakan media massa, baik
media massa cetak dan media
Elektronik. Peranan media massa dalam mensosialisasikan figur pasangan
Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi, visi misi dan program kerja mereka
sangat efektif. Selain dari pemberitaan yang dimuat atau disiarkan di media
massa tentang pasangan M2R (Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi)
konstruksi citra politik yang dibentuk melalui iklan di media massa dirasa
cukup efisien karena dapat merubah persepsi dan pemahaman masyarakat
tentang pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi pada Pilkada Bekasi
Periode 2008-2013.
2. Faktor
pendukung pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi pada
Pilkada Bekasi Periode 2008-2013 terdiri dari beberapa factor, keberhasilan
publisitas melalui media massa, Mochtar Mohammad menjadi figure yang
popular saat Pilkada mengingat kapasitas Mochtar sebagai incumbent Wakil
Walikota dan sebelumnya pernah menjabat sebagai anggota DPRD Kota
Bekasi 1999-2003. dan faktor lainnya adalah pasangan MuRah ini didukung
oleh sejumlah partai-partai besar. Sedangkan factor yang menjadi penghambat
oleh pasangan Mochtar-Rahmat adalah, Black Campaign (kampanye gelap),
Munculnya sejumlah masalah dan berbagai kecurangan dilapangan, Masih
tingginya fenomena Golput pada masyarakat.
96
B. Saran-Saran
1.
Pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi dan segenap tim sukses
hendaknya melakukan sosialisai komunikasi politik kepada seluruh
masyarakat secara merata.
2.
Kemenangan Pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi pada Pilkada
Periode 2008-2013 harus disikapi dengan bijak, pasangan MuRah harus tetap
berkomitmen melaksanakan program kerja dan visi misi yang dijanjikan pada
masa kampanye yaitu Pendidikan dan Kesehatan gratis.
97
DAFTAR PUSTAKA
Ardianto, Elvinaro, dkk. Komunikas Massa, (Bandung : SIMBIOSA REKATAMA
MEDIA, 2007),Edisi Revisi 2007
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta :
Rineka Cipta, 1996),
Althoff, Phillip dan Rush Michael, Pengantar Sosiologi Politik, (Jakarta : Raja
Grafindo Persada, 2005), cet ke-11
Bachtiar, Wardi, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta : Logos, 1997),
Budiardjo, Miriam, Dasar – dasar Ilmu Polotik, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama,
1998), cet ke-19
Budiman, Kris, Feminografi, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1999)
Cangara, Hafied, Komunikasi Politik, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2009), edisi
pertama
Haryatmoko, Etika Komunikasi , (Yogyakarta : Kanisius, 2007), cet pertama
Heryanto, Gun Gun, Komunikasi Politik di Era Industri Citra, (Jakarta : PT. Lasswell
Visitama, 2010), cet ke-1
Lexy, J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta : Remaja karya,2007), Cet
ke-23
Malik, Dedy Djamaluddin,
Peradaban Komunikasi Politik, (Bandung : Remaja
RosdaKarya, 1999), cet ke-2
Maran, Rafael Raga, Pengantar Sosiologi Politik, (Jakarta : Rineka Cipta, 2007), cet
pertama
Mulyana, Dedy, Ilmu Komunikasi, (Bandung : Remaja RosdaKarya, 1999), cet ke-6
Muhammad, Arni, Komunikasi Organisasi, (Jakart : Bumi Aksara, 2007), cet pertama
Nasuhi, Hamid,dkk, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah,(Jakarta : CeQDA (Center For
Quality Development and Assurance, 2007), cet ke-2
Nurdin, Sistem Komunikasi Indonesia, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004), cet
ke-5
Parwito, Penelitian Komunikasi, (Yogyakarta : LKiS Yogyakarta, 2007), cet pertama
Rakhmat, Jalaluddin, Komunikasi Politik (komunikator, pesan, dan media), (Bandung
: Remaja RosdaKarya, 1999), cet ke-3
Schroder, Peter, Strategi Politik, (Jakarta : Friedrich-Nauman-Stiftung Fuer die
Freiheit, 2008), edisi revisi untuk pemilu 2009
Tebba, Sudirman, Hukum Media Massa Nasional, (Ciputat : Pustaka IrVan, 2007), cet
pertama
Widjaja, H.A.W, Komunikasi ( Komunikasi dan Hubungan Masyarakat), (Jakarta :
Bumi Aksara, 2002), cet ke-4
Jurnal Ilmiah
ASM. Romli. Ikhtisar perkuliahan “ Komunikasi Politik” (Unfari), Bandung.
Budiman, Muhsin, Media dan Dakwah, Makalah (Jakarta : Fak Dakwah UIN Syahid,
2004)
Artikel Media
Iskandar, Deni, “ Aksi Parpol JelangPenetapan Kandidat Wali Kota Bekasi,” Indo
Pos, 3 Desember 2007,
Pultriman manalu, Koalisi Gotong Royong mengusung
pasangan H.Mochtar
Muhamad dan H. Rahmat Effendi sebagai calon Walikota dan Wakil Walikota
Bekasi Periode 2008-2013,” M2 Media 8 November 2007.
Riady, “Mochtar anakna Burju,” M2 Media, 8 November 2007
Taufik, “DKI Jakarta Jilid 2,” M2 Media, 7 November 2007.
Data Internal
Draft Visi-Misi “ Bekasi Cerdas, Sehat, dan Ihsan”, Jakarta 2007
Tambunan, Ricky. Powerpoint Media. Jakarta: 2007
Data Internal Komisi Pemilihan Umum Daaerah Bekasi (KPUD)
KEMENTERIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
F FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
Jl. Ir. H. Juanda No.95 Ciputat 15412 Indonesia
Telephone/Fax.
: (021) 7432728 / 74703580
Website :www.fdkuinjakarta.ac.id, E-mail :[email protected]
FORMULIR PENDAFTARAN CALON PESERTA WISUDA KE- 80
TAHUN AKADEMIK 2009 / 2010
1.Nama
: Misliyah
2.Tempat/Tanggal Lahir
: Bekasi, 11 Agustus 1985
3.Nomor Pokok
: 204051002844
4.Fakultas
: Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi
5.Jurusan
: Komunikasi Penyiaran Islam (KPI)
6.Program
: S1
7.Judul Skripsi
: Komunikasi Politik Melalui Media Massa
Pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat
Effendi(MuRah) Dalam Pilkada Walikota Bekasi
Periode 2008-2013
8.Tanggal Lulus
: 15 Juni 2010
9.No Ijazah
: …………………………………………………
10. Indek Prestasi
: 3, 40
11. Jabatan Dalam Organisasi :
Kemahasiswaan
12. Alamat Asal
: Jl. Pemuda Kranji Rt. 005 Rw.03 No. 03 Bekasi Barat
13. Alamat Sekarang
: Jl. Pemuda Kranji Rt.005 Rw. 013 No. 06 Bekasi Barat
14. Nama Ayah
: H. Mawardi
15. Pendidikan Ayah
: Sekolah Dasar
16. Pekerjaan Ayah
: Wirausaha
17. Nama Ibu
: Hj. Saimah
18. Pendidikan Ibu
: Madrasah Tsanawiyah
19. Pekerjaan Ibu
: Ibu Rumah Tangga
Jakarta, 22 Juni 2010
Tanda tangan
Pas Photo
3x4
Catatan :
*)
Diketik Rangkap 2(dua)
**) Coret Yang Tidak Perlu
***) No. Ijazah Diisi Oleh Bagian Akademik Biro AAK
MISLIYAH:
KEMENTERIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
F FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
Telephone/Fax.
: (021) 7432728 / 74703580
Website :www.fdkuinjakarta.ac.id, E-mail :[email protected]
Jl. Ir. H. Juanda No.95 Ciputat 15412 Indonesia
IDENTITAS ALUMNI
Wisuda ke : 80 / Tahun Akademik : 2009 / 2010
Yang bertandatangan di bawah ini,
1. Nama
: Misliyah
2. Nomor Pokok/NIM
: 204051002844
3. Jenis Kelamin
: Perempuan
4. Tempat/Tanggal Lahir
: Bekasi, 11 Agustus 1985
5. Alamat Asal
: Jl. Pemuda Kranji Rt. 005 Rw.03 No. 03 Bekasi Barat
6. Alamat Sekarang
: Jl. Pemuda Kranji Rt.005 Rw. 013 No. 06 Bekasi Barat
7. Kode Pos
: 17135
8. Telepon
: (021) 8865777/ 081210758787
9. Jurusan/Program Studi
: Komunikasi Penyiaran Islam (KPI)
10. Judul Skripsi
: Komunikasi Politik Melalui Media Massa Pasangan
Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi (MuRah) Dalam
Pilkada Walikota Bekasi Periode 2008-2013.
11. Pembimbing
: Gun Gun Heryanto, M.Si
12. Penguji 1
: Rubiyana, MA
13. Penguji 2
: Dra. Hj. Astriati Jamil, M.Hum
14. Tanggal Lulus Ujian
: 15 Juni 2010
15. IP/Yudisium
: 3,40 / Amat baik
16. Nomor & Tgl. Ijazah
:…………………………………………………………
17. Pekerjaan
:………………………………………………………….
18. Alamat Pekerjaan
:………………………………………………………….
Mengetahui,
Ketua Jurusan
Jakarta, 22 Juni 2010
Tandatangan
Pas Photo
4x6
Dra. Hj. Astriati Jamil, M.Hum
Catatan :
Formulir Diketik Rangkap 2(dua)
*)
No. Ijazah Diisi Oleh Bagian Akademik Biro AAK
MISLIYAH:
Wawancara dengan Tim Koordinator Media Bagian Public Ralation
Ricky Tambunan , Tgl 23 Agustus 2008
MS
:Apakah bapak mengurusi news dan Public relation di media cetak dan
elektronik?
RT
: iya….
MS
:Bagaimanakah pemetaan medianya?
RT
:Pemetaan media dilakukan pada sektor elektronik dan media cetak lokal,
dan sebagian lagi harian nasional. Untuk media elektronik televisi tidak ada
kerjasama iklan, tim lebih fokus pada media cetak lokal. ’Pemanfaatan
media Televisi tidak digunakan oleh tim Media pasangan MuRah,
pemanfaatan internet tidaklah terlalu besar, karena sebagaimana diketahui
mayoritas
khalayak
pemilih
di
Kota
Bekasi
bukanlah
internet
minded/penggila internet
MS
: Kenapa Tim media banyak menggunakan media massa lokal dalam proses
kampanye?
RT
: Kampanye menggunakan media lokal dapat menghemat biaya kampanye
hingga 90 % dari biaya kampanye menggunakan media massa nasional /
televisi atau dibanding biaya kampanye di lapangan terbuka. penggunaan
media lokal secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi proses
komunikasi politik karena memiliki komunitas tersendiri,
MS
:Apakah bapak juga mengurusi komunikasi persuasifnya?
RT
: Tidak terlalu… karna ada tim iklan yang bertanggung jawab dalam hal itu.
MS
:Berkaitan dengan iklan apakah sebelumnya dilakukan perencanaan dahulu?
Siapa yang merencanakan iklan tersebut?
RT
:Iklan didasarkan atas penelitian permasalahan-permasalahan yang ada di
Bekasi. Sampai dengan apa saja daftar prioritasnya. Yaitu masalah
kesejahteraan, pendidikan dan kesehatan menjadi prioritas yang paling
utama dalam penyusunan materi iklan. Maka program yang diterapkan tim
media berdasarkan riset tersebut, lalu setelah turun pada program kerja
Mochtar-Rahmat, agenda isu, lalu akhirnya masuk pada kebijakan
pemberitaan, termasuk Tagline.
MS
:Apa yang ditonjolkan dalam iklan tersebut?
RT
:Menekankan pada program, kalaupun mengeluarkan untuk event kita
mengaitkannya dengan program. Lalu ditekankan pada aspek emosional.
Karena pada dasarnya iklan dapat dinikmati kalangan manapun, beda
dengan berita.
MS
:Apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam kampanye
di media massa?
RT
:Masalah dana, karena belanja iklan itu tidak sedikit biaya yang harus
dikeluarkan.
MS
:Apa bapak optimis dengan hasil kerja tim media Public relation?
RT
:Alhamdulillah… segala sesuatu itu tidak ada yang sempurna tapi kami
sudah mempersembahkan yang terbaik semuanya kembali kepada penilaian
masyarakat.
MS
: Posisi bapak saat kampanye sebagai apa?
RT
: Di Tim kampanye saya sebagai Koordinator Tim Media.
WAWANCARA
Hari
: Minggu
Tanggal
: 24 Agustus 2008
Waktu
: 15.20 WIB
Pewawancara : Misliyah
Responden
: H. Rahmat Effendi
MS
: Mohon bapak jelaskan jabatan bapak saat ini?
RE
: Nama saya, Rahmat Effendi jabatan saya sekarang ini sebagai Wakil
Walikota Bekasi
MS
: Apa yang menjadi pertimbangan bapak mau menerima pencalonan sebagai
Wakil Walikota Bekasi dari koalisi Gotong Royong dalam Pilkada Bekasi
2008?
RE
: Pertimbangan saya saat itu bahwa saya ingin melakukan perubahan di Kota
Bekasi. Untuk itu saya menerima pencalonan sebagai Wakil Walikota Bekasi.
MS
: Bapak rela melepaskan jabatan sebagai sebagai ketua DPRD Kota Bekasi,
dan Ketua DPP Partai Golkar Kota Bekasi, apa tidak takut kalau nantinya
bapak kalah dalam Pilkada tersebut?
RE
: Kalah menang dalam politik itu sudah biasa. Prioritas saya adalah mengabdi
untuk masyarakat, jadi apapun hasilnya saya tidak akan merasa rugi.
MS
: Apa yang menjadi bahan pertimbangan anda dalam merumuskan visi dan
misi kepemimpinan kota Bekasi 2008-2009 ?
RE
: Pertimbangan kami adalah menjadikan kota Bekasi sebagai kota yang maju
baik dalam pembangunan maupun masyarakatnya.
MS
: Selama masa kampanye, komunikasi politik apa saja yang dilakukan melalui
media massa untuk mensukseskan pasangan MuRah ?
RE
: Saya tidak terlalu paham masalah tersebut karena sudah ada Tim Media yang
mengurusi masalah yang berhubungan dengan komunikasi melalui media
massa.
MS
: Bagaimana dengan pandangan bahwa bersatunya Anda dan Mochtar karena
faktor untuk menggaet masa etnis yang berbeda?
RE
: Saya selalu mengajak orang untuk tidak memilih secara jahiliah, melainkan
menggunakan rasio. Mengapa? Kalau kita bawa-bawa ke soal etnis maka kita
tidak bisa maju, selalu konfesional. Namun kita juga tidak bisa lepas bahwa
hal itu ada. Tapi saya yakin bahwa masyarakat bisa membedakan mana isu
dan kenyataannya.
MS
: Bagaimana hubungan bapak secara pribadi dengan media?
RE
: Alhamdulillah sejak dulu saya mempunyai hubungan yang baik dengan
media.
MS
: Menurut pendapat bapak bagaimana manfaat media massa dalam kampanye
politik pasangan MuRah?
RE
: Menurut saya peranan media massa sangat penting, media massa adalah alat
komunikasi politik yang efektif .
MS
: Apakah bapak ikut melakukan pemetaan media massa?
RE
: Sudah ada Tim khusus yang menangani mengenai masalah pemetaan media
massa. Saya hanya memberikan saran dan arahan bila diperlukan.
MS
: Dalam Pilkada Kota Bekasi 2008 lalu, apakah bapak turut memberikan saran
dalam setiap strategi kampanye dan komunikasi persuasifnya?
RE
: Ya, kita semua diskusi, bertukar pikiran dan strategi.
WAWANCARA
Hari
: Sabtu
Tanggal
: 16 Agustus
Waktu
: 10.05 WIB
Pewawancara : Misliyah
Responden
: H. Mochtar Mohammad
MS
: Mohon bapak jelaskan jabatan bapak saat ini?
MM
: Nama saya, Mochtar Mohammad jabatan saya sekarang ini sebagai Walikota
Bekasi
MS
: Apa yang menjadi pertimbangan bapak mau menerima pencalonan sebagai
Walikota Bekasi dari koalisi Gotong Royong dalam Pilkada Bekasi Periode
2008-2013?
MM
: Banyak yang jadi bahan Pertimbangan saya saat itu bahwa saya ingin
melakukan perubahan di Kota Bekasi itu yang paling utama, ketika ada
kesempatan untuk berjuang, Untuk itu saya menerima pencalonan sebagai
Walikota Bekasi.
MS
: Bapak rela melepaskan jabatan sebagai sebagai Wakil WaliKota Bekasi, apa
tidak takut kalau nantinya bapak kalah dalam Pilkada tersebut?
MM
: Tentu saja tidak… (sambil tertawa)
MS
: Apa yang menjadi bahan pertimbangan anda dalam merumuskan visi dan
misi kepemimpinan kota Bekasi 2008-2009 ?
MM
: Menjadikan kota Bekasi sebagai kota yang maju seperti kota-kota besar
lainnya, baik dalam pembangunan maupun masyarakatnya.
MS
: Selama masa kampanye, komunikasi politik apa saja yang dilakukan melalui
media massa untuk mensukseskan pasangan MuRah ?
MM
: Kami sudah mempunyai Tim Media yang mengurusi masalah yang
berhubungan dengan komunikasi melalui media massa.
MS
: Bagaimana dengan pandangan bahwa bersatunya Anda dan Rahmat karena
faktor untuk menggaet masa etnis yang berbeda?
MM
: Itu tidak benar? Dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari isu tersebut,
masyarakat Bekasi sudah bisa membedakan mana yang pantas untuk menjadi
pemimpin Kota Bekasi.
MS
: Bagaimana hubungan bapak secara pribadi dengan media?
MM
: Alhamdulillah hubungan saya dengan Media cukup baik.
MS
: Menurut pendapat bapak bagaimana manfaat media massa dalam kampanye
politik pasangan MuRah?
MM
: Media massa sangat penting, dalam proses Komunikasi Politik.
MS
: Apakah bapak ikut melakukan pemetaan media massa?
MM
: Tidak… masalah pemetaan ditangani oleh Tim media massa. Saya hanya
memberikan saran.
MS
: Dalam Pilkada Kota Bekasi Periode 2008-2013 lalu, apakah bapak turut
memberikan saran dalam setiap strategi kampanye dan komunikasi
persuasifnya?
MM
: kita semua diskusi, bila ada masukan tidak ada salahnya kalau kita bertukar
pikiran dan strategi untuk kampanye Pasangan MuRah.
Download