istilah perjanjian dalam hukum perjanjian merupakan kesepadanan

advertisement
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN
A.Pengertian perjanjian pada umumnya
a.1 Pengertian pada umumnya
istilah perjanjian dalam hukum perjanjian merupakan kesepadanan
dari istilah
“Overeenkomst” dari bahasa belanda atau “Agreement” dari bahasa inggris.
Sebelum diuraikan lebih jauh mengenai pengertian umum dari perjanjian maka ada
baiknya dipaparkan terlebih dahulu mengenai pengertian dari perjanjian dan perikatan.
Subekti berpendapat bahwa perikatan adalah suatu hubungan hukum antara orang
atau dua pihak berdasarkan mana satu pihak (Kreditor/si berpiutang) berhak menuntut
suatu hak dan pihak yang lain (debitur/siberhutang) yang berkewajiban memenuhi tuntutan
tersebut4.
Sedangkan dalam hal perjanjian Subekti berpendapat bahwa perjanjian adalah suatu
peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang yang lain atau dimana kedua orang itu
saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal. Perjanjian tersebut menerbitkan suatu
perikatan antara dua orang yang membuatnya. Dalam bentuknya perjanjian itu berupa
suatu rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan
atau ditulis5.
Perikatan dan perjanjian menunjukan dua hal yang berbeda, perikatan adalah suatu
istilah atau pernyataan yang bersifat abstrak sedangkan perjanjian adalah sesuatu hal yang
4
Subekti , Hukum perikatan, cetakan XXI, (Jakarta: PT. Intermasa 2005), Hal 1,
5
Ibid, hal 1.
Universitas Sumatera Utara
bersifat konkrit , suatu perikatan tidak dapat dilihat dengan mata kepala tetapi perjanjian
dapat dilihat ,dibaca, atau diraba.
Hukum perikatan adalah istilah yang sangat luas cakupannya, istilah perikatan
merupakan kesepadanan dari istilah belanda “Verbentenis” istilah hukum perikatan
mencakup semua ketentuan dari buku III KUHPerdata, karena itu hukum perikatan terdiri
atas dua golongan besar yaitu perikatan yang berasal dari undang-undang dan perikatan
yang berasal dari perjanjian (Pasal 1233 KUHPerdata) . Eksistensi sebuah perjanjian sebagai
salah satu sumber perikatan juga berlandaskan pada ketentuan Pasal 1313 KUHPerdata
yang menyatakan bahwa “ suatu perjanjian adalah suatu perbuatan yang mana satu orang
atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih”
Dengan membuat perjanjian berarti para pihak secara sukarela dan sadar telah
mengikatkan diri untuk melakukan prestasi dengan jaminan berupa harta kekayaan yang
dimiliki atau akan dimiliki oleh pihak-pihak yang berjanji. Sifat sukarela disini merupakan
indikator bahwa perjanjian tersebut harus lahir dari kehendak dan harus dilaksanakan
sesuai dengan maksud dari pihak-pihak yang membuat perjanjian, pernyataan sukarela ini
menunjukan bahwa perikatan merupakan hasil dari sebuah perjanjian bukan Undangundang.
Para pihak dalam perjanjian harus melaksanakan prestasi dan tahu konsekuensi dari
pelaksanaan serta mengetahui bagaimana pemaksaan prestasi tersebut.
Para sarjana hukum perdata pada umumnya berpendapat bahwa definisi perjanjian
terdapat dalam Pasal 1313 KUHPerdata adalah tidak lengkap dan tidak luas, tidak lengkap
karena yang dirumuskan hanya perjanjian sepihak saja.Tidak luas karena mencakup mengenai
perjanjian dalam hukum keluarga.
Universitas Sumatera Utara
Dalam perikatan dan perjanjian terdapat suatu hal yang dapat dituntut itu dinamakan
prestasi, yang berupa :
1. Menyerahkan suatu barang.
2. Melakukan suatu perbuatan.
3. Tidak melakukan suatu perbuatan.
Adapun sumber-sumber perikatan antara lain :
Perikatan yang lahir dari undang-undang terdiri atas :
1.
Yang lahir dari undang-undang saja.
2.
Yang lahir dari undang-undang karena perbuatan orang, perbuatan orang ini dapat
berupa perbuatan yang diperbolehkan, atau yang melanggar hukum atau ketentuan
tertulis yang mengikat.
3.
Perikatan yang lahir dari kontrak perjanjian.
4. Dalam Pasal 1313 KUHPerdata menyebutkan bahwa “ suatu persetujuan adalah
suatu perbuatan dengan mana satu oran atau lebih mengikatkan dirinya
terhadap satu orang atau lebih.
5. Untuk perjanjian tertentu undang-undang menentukan harus dalam bentuk
tertentu, sehingga apabila bentuk itu tidak dituruti, maka perjanjian itu tidak
sah. Dengan demikian bentuk tertulis tadi tidak hanyalah semata-mata meupakan
alat
pembuktian
semata
saja,
tetapi
merupakan
syarat
untuk
adanya
(bestaanwaarde) perjanjian itu6.
B. Objek dan Subjek Perjanjian.
1. Objek Perjanjian
6
Dengan demikian untuk adanya kewajiban prestasi pada pihak debitur, harus dibuktikan adanya perikatan yang
mewajibkan debitur prestasi.
Universitas Sumatera Utara
Inti dan hakekat dari perjanjian atau perikatan tiada lain :
Ialah prestasi, sesuai dengan Pasal 1234 KUHPerdata prestasi yang diperjanjikan itu
adalah untuk menyerahkan, melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Memberikan
atau menyerahkan benda tidak hanya terbatas pada benda yang berwujud ataupun benda
yang tertulis tetapi juga termasuk didalamnya penyerahan akan kenikmatan dari suatu
barang, misalnya sewa-menyewa.
Menurut Pasal 1332 KUHPerdata hanya barang-barang yang dapat diperdagangkan
saja yang dapat menjadi pokok-pokok perjanjian. Barang-barang yang dipergunakan untuk
kepentingan umum tidak bisa dijadikan objek perjanjian. Kemudian agar suatu perjanjian
dapat dikatakan memenuhi kekuatan hukum yang sah, bernilai dan mempunyai kekuatan
hukum yang mengikat maka prestasi yang menjadi objek perjanjian harus tertentu, atau
sekurang-kurangnya jenis objek harus tertentu (Pasal 1332 KUHPerdata).
Prestasi yang dilaksanakan seorang debitur harus sesuatu yang benar-benar dapat
dilaksanakan. Akan tetapi dalam mempersoalkan masalah prestasi yang tidak mungkin
untuk
dilaksanakan
harus
dapat
dibedakan
ketidakmungkinan
mutlak
dan
ketidakmungkinan dari si debitur. Secara teoritis atas ketidakmungkinan tersebut terdiri atas
dua pendapat yaitu :
a.) Ketidakmungkinan yang subjektif yaitu didasarkan pada anggapan subjektif
debitur, hal ini tidak berimplikasi pada batalnya perjanjian.
b. ) Ketidakmungkinan objektif, prestasi secara nyata dan benar memang tidak
dapat dilaksanakan debitur
Perjanjian yang prestasinya tidak mungkin dilakukan sejak dari semula membuat
perjanjian yang demikian dengan sendirinya dianggap tidak sah, tidak mengikat, dan tidak
Universitas Sumatera Utara
ada kewajiban dari debitur untuk memenuhinya, sebab ketidakmungkinan itu telah
menghapus kewajiban itu sendiri dan menghapus resiko yang dapat diberatkan atau
dibebankan pada debitur.
Apabila pada saat dibuat perjanjian semula memang benar-benar mungkin namun
demikian oleh karena suatu hal menjadi tidak mungkin maka perjanjian seperti itu
dianggap sah dan berharga. Adapun masalah sampai dimana pengaruh kejadian yang
menyebabkan ketidakmungkinan tersebut masuk dalam ruang lingkup Overmacht.
Prestasi yang menjadi objek perjanjian bisa saja yang tidak bernilai uang, hal
tersebut didasarkan pada pengertian penggantian suatu kerugian atau ganti rugi tidak
berwujud berupa pemulihan kerugian dibidang moral dan kesopanan. Hal ini diatur dalam
Pasal 1239,1240,1241,1243 7. KUHPerdata. Akan tetapi pendapat yang lain menyatakan
bahwa setiap prestasi harus dapat dinilai dengan uang hal ini didasarkan pada pandangan
bahwa setiap prestasi harus mempunyai nilai ekonomi yang dapat dengan sendirinya
menjadi bernilai uang.
2.Subjek Perjanjian
Yang dimaksud dengan subjek perjanjian ialah pihak - pihak yang terkait dalam
suatu perikatan. Timbulnya perjanjian disebabkan oleh adanya hubungan hukum antara
dua orang atau lebih yang menduduki posisi berbeda. Dengan dilakukannya kata sepakat
untuk melakukan perjanjian, maka kedua belah pihak telah mempunyai kebebasan dalam
7
Setiap perikatan harus terjadi pemenuhan kewajiban dalam penyelesaiannya yaitu memberikan penggantian
biaya, rugi dan bunga
Kreditur berhak menuntut akan hapusnya segala sesuatu yang telah diperbuat pada debitur tanpa mengurangi hak
penggantian biaya, rugi dan bunga atas alasan itu.
Apabila perikatan tersebut tidak dilaksanakan maka kreditur dikuasakan untuk melaksanakan pada debitur.
Penggantian biaya , rugi dan bunga baru dilaksanakan apabila debitur telah dianggap lalai dengan tenggang waktu
yang dibuat yang telah dilampaukan. Universitas Sumatera Utara
berkehendak. Para pihak tidak mendapatkan suatu tekanan yang mengakibatkan adanya
cacat bagi perwujudtan prestasi tersebut.
Secara teori dan praktek umum subjek perjanjian dibagi tiga yaitu :
1. Individu yang bersangkutan pihak yang mengadakan perjanjian terdiri dari :
a. Natuurlijke Persoon atau pihak yang mengadakan perjanjian.
b. Recht Persoon atau Badan yang hukum yang ditunjuk melakukan perjanjian
2. Seseorang atau keadaan tertentu menggunakan kedudukan atau hak orang lain
tertentu.
Pihak ketiga yang memiliki keterkaitan dengan para pihak, ialah yang dapat dilakukan
pergantian kreditur telah ditetapkan dalam perjanjian.
C . Syarat-syarat Sahnya Perjanjian.
Ketentuan tentang tentang syarat sahnya perjanjian diatur dalam pasal 1320
KUHPerdata yang menyatakan bahwa untuk sahnya perjanjian diperlukan empat syarat
yaitu :
a. Kesepakatan meraka yang mengikatkan diri, ini dilihat dari rumusan aslinya
berbunyi persetujuan dari mereka yang mengikatkan diri yang maksudnya
didalam suatu perjanjian minimal harus ada dua subjek hukum yang dapat
menyatakan kehendak untuk mengikatkan diri
b. Kecakapan untuk membuat perjanjian, secara yuridis yang dimaksud dengan
kecakapan untutk membuat perikatan adalah kewenangan seseorang untuk
mengikatkan diri. Hal ini didasarkan pada Pasal 1329 dan 1330 KUHPerdata.
c. Suatu hal tertentu,
Universitas Sumatera Utara
Bahwa suatu perjanjian harus mempunyai pokok-pokok perjanjian atau objek
yang diperjanjikan ditentukan jenisnya, sesuai pasal 1333 KUHPerdata tetapi
harus dapat dilaksanakan dan dijelaskan.
d. Sebab atau kausa yang halal
Bahwa didalam suatu perjanjian disebutkan suatu perjanjian tanpa
sebab, atau yang telah dibuat karena suatu sebab yang palsu atau terlarang
tidak mempunyai kekuatan Pasal 1335 KUHPerdata.
Selain sebagai dasar kebebasan kontrak, KUHperdata juga mengatur tentang akibat
dari perjanjian yaitu bahwa semua persetujuan yang dibuat secara sah dan berlaku
sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya dan semua perjanjian dilaksanakan
dengan
itikad
baik
Pasal
1338
KUHPerdata.
Terjadinya perjanjian menurut asas
konsensualisme, suatu perjanjian lahir pada detik tercapainya kesepakatan antara para pihak
mengenai hal pokok dari pada objek yang diperjanjikan.
D.
Asas-Asas Dalam Suatu Perjanjian
Pasal 1313 KUHPerdata mengatur tentang ketentuan
perikatan yang mengatur
mengenai perikatan yang dilahirkan dari kontrak atau perjanjian yang mana satu pihak
atau lebih mengikatkan diri terhadap orang lain dengan perbuatan.
Asas-asas dalam Perjanjian antara lain :
1. Asas
Konsesualisme
yaitu,
suatu
perjanjian
lahir
manakala
telah
terjadi
kesepakatan antara kedua belah pihak. Asas ini erat hubungannya dengan
prinsip kebebasan dalam mengadakan perjanjian contohnya : pembeli dan penjual
sama – sama sepakat akan harga barang atau jasa yang diperjanjikan.
Universitas Sumatera Utara
2. Asas Kekuatan Mengikat yaitu, terikatnya para pihak pada apa yang telah
disepakati dalam perjanjian dan juga terhadap beberapa unsur lain sepanjang
hal itu dikehendaki oleh para pihak adalah sama halnya dengan kekuatan kekuatan mengikat undang-undang. Contohnya : Setiap syarat – syarat yang ada
dalam perjanjian harus disepakati kedua pihak seperti jumlah harga yang
disepakati,berapa lama waktu pembayaran, dan pengiriman barang
3. Asas Kepercayaan yaitu, Seseorang yang mengadakan perjanjian dengan orang
lain harus dapat menumbuhkan kepercayaan diantara kedua belah pihak bahwa
satu sama lain akan memenuhi prestasi tersebut dikemudian hari. Misalnya,
Sipenjual percaya pada sipembeli akan kemampuan melakukan kewajiban
pembayaran terhadap barang yang dia jual.
4. Asas Persamaan Hak yaitu, Asas ini menempatkan kedua belah pihak pada
persamaan derajat, tidak ada perbedaan, masing-masing pihak melihat adanya
persamaan ini dan mengharuskan kedua belah pihak untuk menghormati satu
sama
lain. Setiap pihak mempunyai hak dan kewajiban masing – masing yaitu
pembeli harus membayarkan sejumlah uang kepada sipejual atas nilai dari pada
barang yang diperjanjikan, setelah itu sipenjual harus menyerahkan barang yang telah
dibeli oleh sipembeli sebagai haknya.
5. Asas keseimbangan yaitu, Menghendaki kedua pihak untuk memenuhi dan
melaksanakan perjanjian. Asas ini merupakan kelanjutan dari asas persamaan.
Kreditur mempunyai kekuatan untuk menuntut pelunasan prestasi melalui
kekayaan debitur, namun kreditur memikul beban melaksanakan perjanjian itu
dengan itikad baik. Dengan demikian kedudukan kreditur yang kuat juga
Universitas Sumatera Utara
diimbangi dengan kewajiban untutk memperhatikan itikad baik melaksanakan
segala kewajiban, sehingga kedudukan debitur dengan kreditur seimbang.
6. Asas Moral yaitu, Asas ini sangat terlihat pada perikatan wajar, dimana suatu
perbuatan sukarela dari seseorang tidak menimbulkan hak baginya untuk
menuntut kontra prestasi dari pihak debitur. Adapun faktor-faktor yang memberi
motifasi pada yang bersangkutan untuk melakukan perbuatan hukum adalah
berdasarkan aspek kesusilaan sebagai panggilan hati nurani.
7. Asas Kepatutan yaitu, Hal ini dituangkan dalam Pasal 1339 KUHPerdata yang
berhubungan isi perjanjian, dimana titik beratnya adalah mengenai aspek
keadilan masyarakat.
8. Asas Kebiasaan yaitu, Suatu perjanjian tidak hanya mengikat hal-hal yang
diatur secara tegas akan tetapi hal-hal yang dalam keadaan dan kebiasaan lazim
diikuti.
9 Asas Kepastian hukum yaitu, Perjanjian sebagai suatu figur hukum harus
mengandung kepastian hukum. Kepastian ini terungkap dari kekuatan yang
mengikatnya perjanjian tersebut, yaitu undang-undang bagi para pihak.
10 Asas Kebebasan Kontrak yaitu, Setiap orang bebas mengadakan perjanjian apa saja
asal tidak bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum dan kesusilaan.
9
ketertiban umum dan kesusilaan.
E .Jenis – jenis Dan Hapusnya Suatu Perjanjian.
Ada dikenal dua macam bentuk perjanjian, yaitu Perjanjian Bernama (Nominaat)
dan Perjanjian tidak Bernama ( Innominaat).
Universitas Sumatera Utara
Perjanjian Bernama adalah bentuk perjanjian yang terdapat dalam Kitab Undang –
Undang Hukum Perdata. Sedangkan yang dimaksud dengan Perjanjian Tidak Bernama,
adalah bentuk perjanjian yang tidak diatur dalam KUHPerdata maupun KUHDagang .
Namun bila tidak ada peraturan yang mengatur, maka pengaturannya kembali
berdasarkan pada ketetapan KUHPerdata. Pada masa penjajahan Belanda diterapkan
hukum belanda guna mengatur perjanjian pada masyarakat Indonesia yang kemudian
diberlakukan suatu hukum barat tertulis yaitu Burgerlijk Wtboek (BW) .
Jenis – Jenis Perjanjian
a. Perjanjian Timbal Balik.
Perjanjian jenis ini sering disebut juga perjanjian bilateral atau bisa disebut
perjanjian antara dua pihak. Perjanjian timbal balik adalah perjanjian yang menimbulkan
kewajiban – kewajiban kepada kedua belah pihak dan hal serta kewajiban itu saling
berhubungan atau mengikat satu dengan yang lain.
Yang dimaksud dengan mempunyai hubungan satu dengan yang lain adalah bahwa
bilamana dalam perikatan yang muncul perjanjian tersebut, yang satu mempunyai hak
maka pihak lain disana sebagai pemikul kewajiban dari perjanjian tersebut. Misalnya
sewa menyewa dan tukar menukar8.
b. Perjanjian Timbal Balik Tidak Sempurna.
Perjanjian timbal balik tidak sempurna pada dasarnya adalah perjanjian sepihak
karena kewajiban pokoknya hanya terdapat pada salah satu pihaknya saja. Tetapi dalam
hal – hal yang lain dapat timbul kewajiban pada pihak lain, misalnya Perjanjian memberi
kuasa (latsgeving) tanpa upah.
c. Perjanjian Cuma – Cuma.
8
Sewa – menyewa Pasal 1547 – 1600, tukar – menukar Pasal 1541 – 1546. Universitas Sumatera Utara
Perjanjian cuma – cuma adalah perjanjian yang memberikan keuntungan bagi salah
satu pihak saja, contohnya : hibah, simpan pinjam cuma – cuma, penitipan barang cuma –
cuma. Termasuk dalam perjanjian ini adalah perjanjian – perjanjian dimana ada prestasi
pada kedua belah pihak tetapi prestasi pada pihak yang satu lebih kecil atau tidak
seimbang, sehingga tidak dapat dikatakan bahwa prestasi yang dimaksud terdapat kontra
prestasi terhadap pihak lain.
d. Perjanjian atas Beban.
Defenisi perjanjian atas beban yang ada dalam Pasal 1314 KUHPerdata dianggap
lebih mengarah kepada perjanjian timbal balik, untuk itu para sarjana
telah memberikan
perumusan lain tentang perjanjian atas beban yaitu :
Perjanjian atas beban yaitu persetujuan dimana terhadap prestasi yang satu selalu ada
kontraprestasi pihak lain, dimana kontra prestasinya tidak semata-mata merupakan pembatasan
atas prestasi yang satu atau hanya sekedar menerima kembali prestasinya sendiri.
Beberapa hal yang dapat diperhatikan dari defenisi di atas yaitu :
1) Kata terhadap “yang satu” mencerminkan bahwa prestasi yang satu mempunyai
hubungan dengan prestasi yang lain.
2) “Yang kontra prestasinya bukan merupakan pembatasan atas prestasi yang lain”
dapat dicontohkan dengan hibah bersyarat dimana satu pihak bersedia memberikan hibah
(prestasi) asal si penerima hibah memberikan sesuatu kepada pemberi hibah
3)
Kemudian dalam kalimat “yang kontra prestasinya bukan
sekedar menerima
prestasinya sendiri” dapat dicontohkan dengan perjanjian pinjam pakai dimana
Universitas Sumatera Utara
kontra prestasinya adalah sekedar mengembalikan apa yang telah dipinjamkan yang
tak lain adalah prestasi dari pihak lain itu sendiri.
e. Perjanjian Kebendaan.
Merupakan perjanjian dengan mana seseorang menyerahkan haknya atas suatu
benda terhadap pihak lain yang membebankan kewajiban pihak itu untuk menyerahkan
benda tersebut kepada orang lain. Penyerahan tersebut merupakan perjanjian kebendaan.
Dalam hal jual beli benda tetap maka perjanjian jual belinya disebut perjanjian jual beli
sementara.
Perjanjian untuk kebendaan dimaksudkan untuk mengoper atau mengalihkan benda (
hak atas benda ) disamping untuk menimbulkan, mengubah atau menghapus hak – hak atas
kebendaan. Hal lain yang perlu diingat bahwa peralihan, perubahan dan penghapusan hak
– hak kebendaan tidak semata – mata didasarkan atas kesepakatan saja tetapi undang –
undang sering menyaratkan bahwa bentuk kesepakatan tertentu misalnya membuat akta
tertulis atau didaftarkan. Kalau dalam kesepakatan sudah tersimpul adanya kehendak
untuk menimbulkan akibat kebendaan, timbul akibat hukum itu tidak cukup hanya dengan
kata sepakat saja.
f. Perjanjian Obligatoir.
Adalah Perjanjian dimana pihak – pihak sepakat, mengikatkan diri unuk melakukan
penyerahan suatu benda kepada pihak lain, Menurut KUHPerdata perjanjian jual beli saja
belum mengakibatkan beralihnya hak milik dari suatu benda dari penjual kepada pembeli.
Universitas Sumatera Utara
g. Perjanjian Konsensuil.
Perjanjian dimana adanya kata sepakat antara para pihak saja sudah cukup untuk
menimbulkan perjanjian bagi yang bersangkutan.
h. Perjanjian Riil.
Adalah perjanjian yang baru terjadi kalau barang yang menjadi pokok perjanjian
telah diserahkan. Sebuah kesepakatan dianggap belum cukup menimbulkan perjanjian riil.
Bahkan pada perjanjian riil sepakat mempunyai dua fungsi yaitu sebagai unsur dari
perjanjian riil dan unsur lainnya dapat menimbulkan perjanjian yang berdiri sendiri.
i. Perjanjian Liberatoir.
Ialah perjanjian yang membebaskan seseorang dari keterikatanya dari suatu
kewajiban tertentu, perjanjian yang menghapuskan perikatan yaitu perjanjian antara dua
orang atau
pihak yang maksudnya atau isinya adalah menghapus perikatan yang ada
diantara mereka.
j. Perjanjian Pembuktian.
Perjanjian dimana para pihak menetapkan alat – alat bukti apa yang dapat atau
dilarang digunakan dalam hal terjadinya perselisihan antara para pihak. Didalamnya dapat
pula ditetapkan kekuatan pembuktian yang bagaimana akan diberikan oleh para pihak
terhadap satu alat bukti tertentu. Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan pembuktian pada
perjanjian pembuktian adalah :
Memudahkan
pembuktian
dan
karenanya
menghindari
proses
perkara
yang
berkepanjangan.
Universitas Sumatera Utara
1. Membatasi atau menyimpangi ketentuan undang – undang tentang pebuktian.
2. Membatasi atau menyimpangi ketentutan Undang – Undang tentang pembuktian
k. Perjanjian Untung – Untungan.
Bisa dikatakan bahwa hampir setiap perjanjian bermaksud menguntungkan atau
merugikan pihak para pihak sebagai akibat dari pada peristiwa yang masih tidak pasti
dan baru akan terjadi dikemudian hari. Hal yang istimewa dari perjanjian ini adalah
bahwa prestasi – prestasi timbal balik tidak akan seimbang antara satu dengan yang lain,
perjanjian ini bersifat timbal balik yaitu bahwa bagi kedua belah pihak timbul kewajiban
meskipun dengan syarat konsuil atau kebetulan, dengan catatan bahwa kewajiban –
kewajiban tersebut telah dimasukan kedalam daya berlakunya syarat yang konsuil tersebut
dan bukan hanya merupakan tambahan, unsur untung – untungan harus domina merupakan
bagian yang esensial dari perjanjian.9
l. Perjanjian Publik.
Merupakan perjanjian yang sebagian atau seluruhnya dikuasai oleh hukum publik,
karena salah satu pihak yang bertindak adalah pemerintah, dan pihak lainnya swasta.
m. Perjanjian Campuran.
Perjanjian jenis ini merupakan perjanjian yang mengandung berbagai unsur
perjanjian,
misalnya
Pemilik
penginapan
yang
menyewakan
kamar
tetapi
juga
menyediakan makanan (jual beli ) dan juga jasa pelayanan
9
Pasal 1774 KUHPerdata; mengatur mengenai perbuatan untung – rugi, misalnya perjudian taruhan pada
pertandingan sepak bola
Universitas Sumatera Utara
n. Perjanjian Sepihak.
Perjanjian yang menimbulkan kewajiban pada salah satu pihak saja, sedangkan
pada pihak yang lain hanya ada hak saja.
o. Perjanjian Untuk Menetapkan Kedudukan Hukum.
Dalam perjanjian ini untuk menentukan kedudukan hukum para pihak sepakat untuk
menetapkan dan mengetahui kedudukan hukum masing – masing, tidak dimaksudkan untuk
menimbulkan
atau menciptakan
hak
dan
kewajiban
baru,
hanya
dimaksud
untuk
menghapuskan ketidakpastian mengenai adanya atau isinya suatu hubungan hukum.
Hapusnya Suatu Perjanjian.
Perjanjian berakhir apabila terjadi hapusnya perikatan. Perikatan akan hapus apabila
terjadi10 :
1. Pembayaran
Yang dimaksud dengan pembayaran disini bukan hanya sebatas pembayaran
sejumlah uang, tetapi termasuk juga setiap tindakan, pemenuhan prestasi.
2. Pembaharuan Utang.
Dalam Pasal 1413 KUHPerdata ada tiga macam jalan untuk melaksanakan suatu
pembaharuan utang:
1. Apabila seorang yang berutang membuat suatu perikatan baru guna orang
yang menghutangkannya, yang menggantikan utang yang lama yang
dihapus karenanya,
10
Pasal 1381 KUHPerdata
Universitas Sumatera Utara
2. Apabila seorang yang berutang baru ditunjuk untuk menggantikan orang
yang berutang lama, yang oleh siberpiutang dibebaskan dari perikatannya;
3. Apabila sebagai akibat dari suatu perjanjian baru, seorang kreditur baru
ditunjuk untuk menggantikan kreditur yang lama, terhadap siapa yang
berpiutang dibebaskan dari perikatannya.
3. Perjumpaan Hutang atau kompensasi.
Perjumpaan hutang atau kompensasi dengan jalan memperhitungkan piutang
secara
timbal
balik
antara
kreditur
dan
debitur
merupakan
suatu
cara
penghapusan utang.
4. Pencampuran Utang
Apabila kedudukan orang sebagai berpiutang dan berutang berkumpulah pada
satu orang, maka terjadilah demi hukum suatu pencampuran utang dengan mana
piutang – piutang itu dihapuskan.
5. Pembebasan Utang.
Pembebasan utang terjadi apabila berpiutang menyatakan dengan tegas tidak
menginginkan lagi prestasi dari yang berhutang.
6. Musnahnya Barang Yang Terhutang.
Musnahya barang yang diperjanjikan akan menghapus perikatannya selama
musnahnya barang tersebut diluar kesalahan yang berutang.
7. Batal atau Pembatalan.
Universitas Sumatera Utara
Perjanjian yang kekurangan syarat objektfnya dapat dimintakan pembatalan oleh
orang tua atau wali dari pihak yang tidak cakap, atau pihak yang dalam
paksaan atau karena khilaf atau tipu.
8. Berlakunya Syarat Batal.
Pada pasal 1266 KUHPerdata mengatur bahwa :
Suatu
syarat
batal
adalah
syarat
yang
apabila
dipenuhi
menghentikan
perikatannya, dan membawa segala sesuatu kembali, pada keadaan semula,
seolah – olah tidak pernah ada suatu perikatan.
9. Daluarsa.
Menurut pasal 1946 KUHPerdata, yang dimaksud “daluarsa adalah suatu alat
untuk memperoleh sesuatu atau untuk dibebaskan dari suatu perikatan dengan
lewatnya suatu waktu tertentu dan atas syarat – syarat yang ditentukan oleh
undang – undang.
Universitas Sumatera Utara
Download