PRODUKSI ABON IKAN PARI (Rayfish): PENENTUAN

advertisement
Prosiding Skripsi Semester Gasal 2009/2010
SK-091304
PRODUKSI ABON IKAN PARI (Rayfish):
PENENTUAN KUALITAS GIZI ABON
Fithrotul Millah*, Sukesi1
Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian kandungan lemak, protein, dan glukosa dalam abon daging Ikan Pari.
Abon daging Ikan Pari harus memenuhi kualitas yang ditetapkan oleh SNI 01-3707-1995. Abon
daging Ikan Pari yang dianalisis kualitasnya meliputi tiga jenis yaitu Ikan Pari Burung Elang
(Aetobatus narinari), Ikan Pari Mondol (Hinmantura gerardi), dan Ikan Pari Mutiara (Himantura
Jenkinsii). Penentuan kadar glukosa dilakukan dengan spektrofotometri, sedangkan untuk menentukan
kadar protein dilakukan dengan metode Kjedahl, dan kadar lemak ditentukan dengan metode soxhlet.
Hasil penelitian penentuan kualitas abon daging Ikan Pari didapatkan : kadar glukosa rata-rata abon
Ikan Pari jenis Burung Elang, Ikan Pari Mondol, dan Ikan Pari Mutiara masing-masing 3.180%;
4.186%; 4.295%; kadar lemak rata-rata masing-masing 13.734%; 16.584%; 16.359%; dan kadar
protein rata-rata masing-masing 21.799%; 17.618%; dan 9.384%.
Keyword : Ikan Pari, abon, glukosa, protein, lemak
ABSTRACT
Research of lipid, protein, and glucose in rayfish meat abon has been done. Rayfish meat abon
must meet the quality set by SNI 01-3707-1995. Rayfish meat abon that the quality has analyzed
include three species Spotted Eagle Ray (Aetobatus narinari), Mondol Rayfish (Hinmantura gerardi),
and Mutiara Rayfish (Himantura Jenkinsii). Determination of glucose levels done by
spectrophotometry methods, while to determine the protein content is done by Kjedahl method and
lipid levels determined by Soxhlet method. The study of determining the quality of Rayfish meat abon
obtained: glucose average of Rayfish meat abon of Spotted Eagle Ray species, Mondol Rayfish , and
Mutiara Rayfish respectively 3.180%; 4.186%; 4.295%; lipid levels on average each of 13.734%;
16.584%; 16.359%; and protein content on average each of 21.799%; 17.618%; and 9.384%.
Keyword: Rayfish, abon, glucose, protein, lipid.
PENDAHULUAN
Abon merupakan salah satu produk
olahan yang sudah dikenal banyak orang. Pada
umumnya, abon diolah dari daging sapi dan
ayam. Pembuatan abon merupakan salah satu
alternatif pengolahan ikan. Hal ini dilakukan
untuk mengantisipasi kelimpahan produksi
ataupun untuk penganekaragaman produk
perikanan. Berdasarkan SNI 01-3707-1995,
*Corresponding author Phone : +6285648585912
e-mail : [email protected]
1.
alamat sekarang : Jurusan Kimia, FMIPA, Institut
Teknologi 10 Nopember
abon merupakan hasil pengolahan yang berupa
pengeringan bahan baku yang telah
ditambahkan
bumbu-bumbu
untuk
meningkatkan cita rasa dan memperpanjang
daya simpan.
Jenis ikan yang dibuat sebagai bahan
baku jenis abon belum selektif, bahkan hampir
semua jenis ikan dapat dijadikan abon. Namun
demikian, akan lebih baik bila dipilih jenis
ikan yang mempunyai serat yang kasar dan
tidak mengandung banyak duri. Sejauh ini ikan
yang dibuat abon dan diteliti kandungan
gizinya adalah ikan yang hidup di air tawar
(Leksono, 2001) dan belut yang diteliti oleh
(Budiasih, 2005).
Ikan
Pari
termasuk
kelompok
elasmobranchii, yaitu ikan yang bertulang
rawan dan juga kelompok cartilaginous (Last
dan Stevens, 1994) merupakan salah satu ikan
yang tidak dibudidayakan. Ikan ini mempunyai
bentuk badan yang melebar dan sepasang sirip
dada yang menyatu dengan sisi kiri-kanan
kepalanya. Ikan Pari mengeluarkan bau yang
kurang sedap sehingga tidak banyak
dikonsumsi orang. Bau ini terjadi akibat
tingginya kandungan ammonia yang berasal
dari penguraian protein dan ammonia.
Kandungan
ammonia
yang
tinggi
mempercepat proses pembusukan dan dapat
menurunkan mutu ikan sehingga mengubah
bau, tekstur, dan rasanya (Pattiasina, 1994).
Sejauh ini, pengolahan Ikan Pari
mentah hanya terbatas pada pengasapan dan
pengasinan untuk mengawetkan daging
tersebut dari pembusukan. Oleh sebab itu,
diperlukan adanya cara baru untuk mengolah
Ikan
Pari
demi
meningkatkan
nilai
ekonomisnya dan memperpanjang daya
simpannya. Produk yang dihasilkan harus
mampu bertahan lebih lama dari pada Ikan Pari
mentah dan memudahkan dalam penyimpanan.
Selain itu, kualitas dan kandungan gizinya
harus sesuai dengan yang ditetapkan oleh
badan standar mutu makanan.
Belum adanya penelitian untuk
mengetahui kemungkinan pemanfaatan ikan
pari untuk pembuatan abon, sekaligus
kualitasnya dibandingkan dengan Standar
Industri Indonesia untuk abon No. 0368-80 dan
0368-85 yang tertera pada tabel 1 di bawah ini:
Tabel 1. SII untuk abon
Komponen
Lemak (maksimum)
Gula (maksimum)
Protein
Air (maksimum)
Abu (maksimum)
Aroma, Warna dan rasa
Logam berbahaya (Cu, Pb, Hg,
Zn dan As)
Jumlap Bakteri (maksimum)
Nilai
30 %
30 %
20 %
10 %
9%
Khas
Negatif
3000/g
Bakteri bentuk Coli
Jamur
Negatif
negatif
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka
dilakukan penelitian tentang pembuatan abon
yang diolah dari daging ikan pari tiga jenis
Ikan Pari yaitu spesies Burung Elang
(Aetobatus narinari), Ikan Pari Mondol
(Hinmantura gerardi), dan Ikan Pari Mutiara
(Himantura Jenkinsii) yang dilanjutkan analisa
kadar glukosa, lemak, dan protein di dalam
abon dari ketiga spesies ikan pari tersebut.
METODOLOGI PENELITIAN
Alat dan Bahan
Alat
Alat-alat yang digunakan dalam
penelitian ini adalah neraca analitik, desikator,
cawan porselin, peralatan sokhlet, labu
kjedahl,
buret,
peralatan
destilasi,
spektrofotometer Genesis 20, peralatan gelas,
dan peralatan dapur.
Bahan
Bahan-bahan yang diperlukan selama
penelitian ini adalah petroleum eter, H2SO4,
NaOH, etanol, HCl, CuSO4, indikator metil
merah, indikator metil biru, asam oksalat, aqua
DM, pereaksi anthrone, rempah-rempah, dan
santan.
PROSEDUR KERJA
Pembuatan Abon Daging Ikan Pari (SNI 013707-1995)
Ikan Pari yang akan dijadikan abon
dipilih yang segar lalu dicuci dan dibersihkan
dari kotoran-kotoran. Setelah bersih, daging
disiangi lalu difilet kemudian direndam dengan
garam 5% selama 30 menit. Setelah itu, Ikan
Pari dipotong-potong menjadi bagian yang
lebih kecil dan dikukus bersama daun salam,
sereh, dan jahe yang telah dimemarkan selama
30 menit. Sesudah dikukus, Ikan Pari
didinginkan lalu dijadikan serat-serat. Serat
daging Ikan Pari dicampur dengan bumbubumbu, ketumbar halus, lengkuas parut,
bawang merah, dan bawang putih yang telah
dihaluskan. Selain itu, juga ditambahkan
santan kental, garam, dan gula lalu diaduk rata.
Daging selanjutnya digoreng hingga kering
dengan api yang kecil. Daging yang sudah
digoreng kemudian dipres dan diurai perlahanlahan. Daging yang telah diurai menjadi abon
kemudian dioven pada suhu 800C selama 24
jam.
Penentuan Kadar Lemak Metode Soxhletasi
(SNI 01-2354.3-2006)
Sampel abon yang berasal dari ketiga
jenis Ikan Pari Burung Elang, Mondol, dan
Mutiara masing-masing dihaluskan. Masingmasing sampel diambil sebanyak 5 gram lalu
dibungkus dalam kertas saring biasa kemudian
dimasukkan ke dalam labu reservoir atas
dalam rangkaian alat refluks. Labu lemak yang
berada di bawahnya dan telah diketahui
beratnya diisi dengan pelarut petroleum eter.
Setelah itu, direfluks selama kurang lebih 6
jam hingga pelarut yang turun berwarna jernih.
Sesudah direfluks selama 6 jam, labu lemak
yang berisi ektrak lemak diuapkan hingga sisa
pelarut habis lalu ditimbang dan ditentukan
kadar lemak yang diperoleh.
Penentuan Kadar Protein Metode Kjedahl
(Apriyantono, 1989)
Penentuan kadar protein dilakukan
dengan metode Kjedahl dengan katalis CuSO4.
Sampel sebanyak 0.1 gram dimasukkan ke
dalam labu kjedahl dan ditambah 2.5 mL
H2SO4 pekat, 1 gram katalis CuSO4 kemudian
didestruksi selama 2 jam. Setelah itu, hasil
destruksi didinginkan dan dipindahkan ke labu
destilasi serta ditambahkan 50 mL aqua DM
lalu ditambahkan 15 mL NaOH 50% w/v.
Larutan didestilasi hingga diperoleh destilat ±
30 mL. Destilat yang diperoleh ditampung
dalam erlemeyer yang sebelumnya telah diisi
10 mL HCl 0.02 N dan ditambah 4 tetes
indikator metil biru 0.02% dan metil merah.
Destilat tersebut kemudian dititrasi dengan
NaOH yang telah distandarisasi hingga terjadi
perubahan warna dari ungu menjadi hijau.
Penentuan Kadar Glukosa
1.
Penentuan
Panjang
Gelombang
Maksimum
Panjang
gelombang
maksimum
ditentukan dari larutan standar glukosa 100
ppm (10 mg glukosa dalam 100 mL aqua DM)
yang diencerkan menjadi 6 ppm. Larutan
glukosa 6 ppm diambil 1 mL dan dimasukkan
ke dalam tabung reaksi kemudian ditambah 3
mL pereaksi anthrone 2%. Campuran tersebut
lalu dipanaskan dalam penangas air 100oC
selama 12 menit kemudian didinginkan di air
yang mengalir. Larutan dipindahkan ke kuvet
dan dibaca absorbansinya pada panjang
gelombang 610-700 nm dengan interval 5 nm.
2. Pembuatan Kurva Kalibrasi Glukosa
Kurva kalibrasi dibuat dari larutan
standar glukosa 100 ppm yang diencerkan
menjadi 0, 2, 4, 6, 8, dan 10 ppm. Masingmasing konsentrasi diambil 1 mL dan
dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian
ditambah 3 mL pereaksi anthrone 2%.
Campuran tersebut lalu dipanaskan dalam
penangas air 100oC selama 12 menit kemudian
didinginkan di air yang mengalir. Larutan
dipindahkan
ke
kuvet
dan
dibaca
absorbansinya pada panjang gelombang
maksimum kemudian dibuat kurva hubungan
antara absorbansi(Y) dengan konsentrasi
glukosa (X).
3.
Penentuan Kadar Glukosa Metode
Spektrofotometri (AOAC, 1994)
Kadar glukosa dalam abon daging ikan
pari ditentukan dengan cara menimbang abon
sebanyak 10 mg dan ditambah dengan 100 mL
aqua DM lalu diaduk hingga larut. Larutan
abon disaring dengan kertas saring Whatman
lalu diambil 1 mL dan dimasukkan ke dalam
tabung reaksi serta ditambah 3 mL pereaksi
anthrone 2%. Campuran diaduk hingga
homogen lalu dipanaskan dalam penangas air
100oC selama 12 menit kemudian didinginkan
dalam air yang mengalir. Larutan dipindahkan
ke dalam kuvet dan dibaca absorbansinya pada
panjang gelombang maksimum lalu dihitung
konsentrasi glukosa sampel dari kurva
kalibrasi. Selanjutnya ditentukan kadar glukosa
dalam sampel.
HASIL DAN DISKUSI
Hasil Penentuan Kadar Lemak
Penentuan kadar lemak yang terkandung
dalam abon daging Ikan Pari pada penelitian
ini dilakukan dengan metode ekstraksi lemak
dari bahan kering yang berkesinambungan
dengan suatu alat soxhlet. Menurut
(Komalawati, 2004), ekstraksi
soxhlet
bertujuan untuk menarik semua komponen
lemak yang terkandung di dalam abon.
Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan
massa komponen zat padat ke dalam pelarut
dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan
antar muka kemudian berdifusi masuk ke
dalam pelarut. Penelitian ini menggunakan
ekstraksi soxhlet untuk mengambil lemak dari
sampel abon karena karena dapat melarutkan
lemak dengan pelarut organik yang digunakan
dan pelarut tersebut dapat diambil kembali.
Dalam penelitian ini, pelarut yang digunakan
untuk mengekstrak lemak disesuaikan dengan
kepolaran lemak yang terkandung dalam
sampel abon. Menurut (Hori, 1993), jenis
lemak yang terkandung di dalam tubuh ikan
adalah trigliserida yaitu suatu lemak yang
bersifat non-polar. Oleh karena itu, pelarut
yang digunakan untuk mengestrak lemak
tersebut adalah pelarut organik yang juga
bersifat non-polar yaitu petroleum eter. Hal ini
sesuai dengan prinsip like dissolve like, dimana
pelarut non-polar akan melarutkan lemak yang
bersifat non-polar sehingga bisa diekstrak dan
dipisahkan dari senyawanya. Selanjutnya,
untuk mendapatkan lemak kasar maka pelarut
petroleum eter dihilangkan dengan cara
diuapkan di udara terbuka hingga lemak
terbebas dari semua pelarut. Analisa
perhitungan kadar lemak dilakukan secara
gravimetri yaitu membandingkan berat lemak
kasar dengan berat sampel awal. Hasil analisa
lemak ditunjukkan pada lampiran D, dan hasil
perhitungan kadar lemak rata-rata ditunjukkan
pada tabel 2 di bawah ini :
ini bertujuan untuk mempercepat proses
destruksi. Dengan penambahan katalisator
akan meningkatkan titik didih asam sulfat
sehingga proses destruksi berjalan lebih cepat.
Reaksi yang terjadi pada tahap destruksi
adalah :
(C H O N)n + 2On + H2SO4
nCO2 + n
H2O + n (NH4)2SO4
Tabel 2. Hasil perhitungan kadar lemak ratarata
No.
Jenis Abon
Kadar lemak
Ikan Pari
(%)*
1
Burung Elang
13.7435
2
Mondol
16.5839
3
Mutiara
16.3590
*= replikasi 10 kali
Menurut Winarno (1997), kadar lemak yang
tinggi dapat menjadi penyebab timbulnya bau
dan rasa tengik yang disebut proses ketengikan
sehingga dapat mengakibatkan kerusakan mutu
abon dan menurunkan daya simpan.
NH3(g) + HCl(aq)
Hasil Penentuan Kadar Protein
Pada penelitian ini, analisis kuantitatif
kadar protein dilakukan menggunakan metode
semi mikro Kjedahl. Metode ini digunakan
untuk menentukan jumlah nitrogen yang
terkandung dalam abon daging Ikan Pari
sehingga kadar protein yang terdapat di
dalamnya bisa diketahui. Penentuan kadar
protein metode Kjedahl meliputi tiga tahap.
Tahap pertama adalah tahap destruksi, tahap
ini dilakukan dengan cara memanaskan sampel
abon dalam asam sulfat pekat sehingga terjadi
destruksi menjadi unsur-unsurnya. Unsurunsur tersebut meliputi karbon, hidrogen yang
akan teroksidasi menjadi CO2, dan H2O,
sedangkan unsur nitrogen yang dihasilkan
berubah
menjadi
(NH4)SO4.
Untuk
mempercepat proses destruksi, ditambahkan
katalisator yaitu CuSO4. Penambahan katalis
Tahap kedua adalah tahap destilasi. Pada saat
destilasi, campuran hasil destruksi ditambah
NaOH untuk memecah ammonium sulfat
menjadi ammonia (NH3). Ammonia yang
dibebaskan selanjutnya ditangkap oleh larutan
HCl dalam jumlah berlebih. Untuk mengetahui
asam dalam keadaan berlebih maka
ditambahkan campuran indikator metil biru
dan metil merah dengan perbandingan 2:1 dan
larutan menjadi berwarna ungu.
(NH4)2SO4(aq) + 2NaOH(aq)
2H2O(l) + Na2SO4(aq)
2NH3(g) +
NH4+(aq) + Cl-(aq)
Tahap ketiga adalah titrasi. Pada tahap ini, sisa
asam klorida (HCl) yang tidak bereaksi dengan
ammonia akan dititrasi dengan NaOH. Untuk
mengetahui titik akhir titrasi, digunakan
indikator Metil Biru dan Metil Merah yang
mempunyai range pH 5.2-5.6. Larutan
berwarna ungu dan setelah dititrasi dengan
NaOH berubah menjadi hijau. Reaksinya
adalah:
NH4+(aq) + OH-(aq)
NH4OH(aq)
Hasil analisa kadar protein ditunjukkan pada
lampiran E dan hasil perhitungan kadar protein
rata-rata pada ketiga abon Ikan Pari disajikan
dalam tabel 3 berikut ini :
Tabel 3 Hasil perhitungan Kadar protein ratarata
No.
Jenis Abon
Kadar protein
Ikan Pari
(%)*
1
Burung Elang
21.799
2
Mondol
17.618
3
Mutiara
9.384
*= replikasi 10 kali
Pada tabel di atas, diketahui bahwa kadar
protein rata-rata pada abon dari tiga jenis Ikan
Pari yang berbeda maka kadar protein tertinggi
terdapat pada abon Ikan Pari Burung Elang
yaitu sebesar 21.799%. Kadar protein terkecil
terdapat pada abon daging Ikan Pari dari jenis
Mutiara yaitu sebanyak 9.384%. Jika
dibandingkan dengan SII, hanya abon daging
Ikan Pari Burung Elang yang memenuhi
standart.
Hasil Penentuan Kadar Glukosa
1. Hasil Penentuan Panjang Gelombang
Maksimum
Penentuan
panjang
gelombang
maksimum pada penelitian ini dilakukan
dengan mengukur absorbansi larutan standar
glukosa dengan pereaksi Anthrone 2%.
Senyawa kompleks yang terbentuk berwarna
hijau yang memiliki rentang panjang
gelombang 610-700 nm. Mekanisme reaksi
pembentukan kompleks hidroksi furfuralanthrone.
Spektra panjang gelombang yang diperoleh
ditunjukkan pada gambar 1 berikut ini:
Tabel 4 Data absorbansi larutan standar
glukosa pada variansi konsentrasi
Konsentrasi (ppm)
Absorbansi (A)
0
0
2
0.2825
4
0.6344
6
0.9995
8
1.3385
10
1.7235
Berdasarkan tabel 4 tersebut, kemudian dibuat
kurva
kalibrasi
dengan
mengalurkan
konsentrasi larutan standar glukosa (x)
terhadap absorbansinya (y) dan dapat
ditentukan persamaan regresi liniernya. Kurva
kalibrasi glukosa ditunjukkan pada gambar 2
di bawah ini:
Gambar 4.3 Kurva Standar Glukosa
Gambar 1 Spektra panjang gelombang maksimum glukosa
Dari gambar di atas, menunjukkan serapan
maksimum (puncak tertinggi) pada panjang
gelombang 630 nm. Panjang gelombang
maksimum ini digunakan sebagai dasar
pengukuran selanjutnya.
2. Hasil Pembuatan Kurva Kalibrasi
Glukosa
Kurva kalibrasi glukosa dibuat dengan
mengukur absorbansi larutan standar glukosa
dengan variasi konsentrasi 0; 2; 4; 6; 8; dan 10
ppm menggunakan spektrofotometer Genesis
20 pada panjang gelombang 630 nm. Data
absorbansi larutan standar glukosa ditunjukkan
pada tabel 4 berikut:
3. Hasil Analisis Glukosa dalam Abon
Daging Ikan Pari
Analisa ini bertujuan untuk memperoleh
kadar glukosa yang terkandung di dalam abon
daging Ikan Pari dan kemudian dibandingkan
dengan standar SII abon. Analisa perhitungan
glukosa dilakukan dengan mengeliminasi nilai
absorbansi dari sampel abon yang telah
direaksikan dengan pereaksi anthrone hingga
membentuk senyawa kompleks berwarna.
Nilai absorbansi dari sampel abon dimasukkan
ke persamaan kurva kalibrasi glukosa yang
telah didapatkan sebelumnya yaitu, y = 0.173x
hingga diperoleh nilai rata-rata kadar glukosa
dalam abon yang ditunjukkan pada tabel 5 di
bawah ini:
Tabel 5 Hasil perhitungan kadar glukosa ratarata
No.
Jenis Abon Ikan
Kadar glukosa
Pari
(%)*
1
Burung Elang
3.179
2
Mondol
4.166
3
Mutiara
4.292
*= repliksai 10 kali
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil
analisis
dan
pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1. Kadar lemak rata-rata abon daging Ikan
Pari yang paling tinggi adalah abon daging
Ikan Pari jenis Mondol yaitu sebesar
16.5839% dan kadar lemak rata-rata
terendah terdapat pada abon daging Ikan
Pari Burung Elang yaitu 13.7435%,
sedangkan kadar lemak rata-rata pada abon
daging Ikan Pari Mutiara sebesar
16.3590%.
2. Abon daging Ikan Pari yang mempunyai
kadar protein rata-rata tertinggi adalah abon
dari daging Ikan Pari Burung Elang yaitu
21.799% dan terendah berasal dari Ikan
Pari jenis Mutiara. Abon daging Ikan Pari
Mondol memiliki kadar protein rata-rata
sebesar 17.618%.
3. Kadar glukosa rata-rata abon daging Ikan
Pari yang paling tinggi adalah abon daging
Ikan Pari jenis Mutiara yaitu sebesar
4.292% dan kadar glukosa rata-rata
terendah terdapat pada abon daging Ikan
Pari Burung Elang yaitu 3.179%,
sedangkan kadar glukosa rata-rata pada
abon daging Ikan Pari Mondol sebesar
4.166%.
4. Ketiga parameter di atas maka abon daging
Ikan Pari telah memenuhi standar SII.
UCAPAN TERIMA KASIH
1. Ibu Sukesi, M. Si., selaku dosen
pembimbing
atas
segala
diskusi,
bimbingan, arahan dan semua ilmu yang
bermanfaat
2. Ayah dan ibu selaku orang tua terbaik di
dunia atas segala doa, motivasi materiil dan
spiritualnya.
3. Serta pihak-pihak lain yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.
DAFTAR PUSTAKA
AOAC. 1994. Official Methods of Analysis
of The Association of Offical
Analytical Chemistry. Washington
D.C: AOAC, Int.
Apriyantono. 1989. Analisis Pangan. Bogor:
Departemen
Pendidikan
dan
Kebudayaan
Direktorat
Jenderal
Pendidikan
Tinggi
Pusat
Antar
Universitas Pangan dan Gizi IPB.
Brosnan, J. 2003. “Interorgan Amino Acid
Transport and Its Regulation”. Journal
of Nutrition 133, 20: 68–72.
.
Budiasih, S. Dunaelatun. 2005. “Pengaruh
Penambahan Gula Pasir Terhadap
Kualitas Abon Belut”. Tugas Akhir.
Semarang: TJP, FT, Universitas Negeri
Semarang.
Ferdiaz, S. 1995. “Pengembangan Industri
Pengolahan Hasil Perikanan di
Indonesia: Tantangan dan Penerapan
Sistem Jaminan Mutu”.
Buletin
Teknologi dan Industri Pangan 6: 6573.
Fessenden dan Fessenden. 1992.
Organik I. Jakarta : Erlangga.
Kimia
Hori, T. dan Sugita M. 1993. “SphingOlipids
in Lower Animals” Prog. Lipid Res.
32, 1: 25–45.
Komalawati, Erna. 2004. “ Studi Kelayakan
Pemanfaatan
Gembili
(Dioscurea
Esculenta) kaji Mutu Nilai Gizi Pati
Gembili”. Skripsi. Surabaya : Jurusan
Kimia-FMIPA ITS.
Kompas, 15 Desember 2004
L. Crow, Gerald dan Jennifer Crites. 2002.
Sharks and Rays of Hawaii. Boston:
Mutual Publishing.
Last, P.R. dan J.D. Stevens. 1994. Sharks and
Rays of Australia. Australia : CSIRO.
Leksono, T. dan Syahrul. 2001. “Studi Mutu
dan Penerimaan Konsumen Terhadap
Abon Ikan”. Jurnal Natur Indonesia
III, 2: 178-184.
M deMan, John. 1989. Kimia Makanan.
Bandung: ITB.
Mc Murry, John E. 1988. Organic Chemistry.
2nd edition. Brooks/Cole.
Miller, J.C dan J.N.Miller. 1991. Statistika
Untuk Kimia Analitik. Bandung: ITB.
Pattiasina N. Dkk. 1994. Pengolahan dan
Pengawetan Ikan. Jakarta: Bharata.
Respati, Ir. 1980. Pengantar Kimia Organik.
Yogyakarta: Rineka Cipta.
Standar Nasional Indonesia. 1995. Nomor 013707-1995.
Saraswati, Sambelinglung. 1995. Abon Ikan.
Jakarta: Bhatara.
Standar Nasional Indonesia. 2006. Nomor 012354.3-2006.
Standart Industri Indonesia. 1980. Nomor
0368-80.
Sudarmaji, S, dkk. 1989. Analisa Bahan
Makanan dan Pertanian. Yogyakarta:
Penerbit Liberty.
Standart Industri Indonesia. 1985. Nomor
0368-85.
Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi.
Jakarta: PT. Gramedia.
Download