sejarah - cloudfront.net

advertisement
SEJARAH
KERAJAAN BANTEN
Ibu kota
Bahasa
Agama
Pemerintahan
Sultan
: Surosowan, Kota
Intan.
: Sunda, Jawa,
Melayu, Arab.
: Islam
: Kesultanan.
: -(1552-1570)
Maulana
Hasanuddin.
-(1651-1683)
Ageng Tirtayasa.
Sejarah Kerajaan Banten - Kerajaan Banten
didirikan oleh Fatahillah (1527). Semula, Banten
merupakan daerah kekuasaan Kerajaan Hindu
Pajajaran. Kemudian, Banten direbut dan
diperintah oleh Fatahillah dari Demak. Pada
tahun 1552, Fatahillah menyerahkan Banten
kepada putranya, Hasanuddin.
Fatahillah sendiri pergi ke Cirebon dan berdakwah
di sana sampai wafat (1570). Ia dimakamkan di
desa Gunung Jati. Oleh karena itu, ia disebut
Sunan Gunung Jati. Di bawah pemerintahan
Hasanuddin (1552 – 1570), Banten mengalami
kemajuan di bidang perdagangan dan wilayah
kekuasaannya meluas sampai ke Lampung dan
Sumatra Selatan. Setelah wafat, Hasanuddin
digantikan oleh putranya, Panembahan Yusuf
(1570 –1580). Pada masa pemerintahannya,
Pajajaran berhasil ditaklukkan (1579).
Masjid Raya Banten
Panembahan Yusuf wafat pada tahun 1580 dan digantikan
putranya, Maulana Muhammad (1580 – 1597). Pada masa
pemerintahannya,
datanglah
Belanda.
Ia
menyambut
kedatangan Belanda dan oleh Belanda ia diberi gelar Ratu
Banten. Sepeninggal Ratu Banten, pemerintahan dipegang oleh
Abdulmufakir yang masih kanak-kanak (1597 – 1640). Ia
didampingi oleh walinya, Pangeran Ranamenggala. Pada
tahun 1640, Abdulmufakir diganti oleh Abu Mali Ahmad
(1640 – 1651).
Pemerintahan selanjutnya dipegang oleh Abdul Fatah yang
bergelar Sultan Ageng Tirtayasa (1651 – 1682). Pada masa
pemerintahannya, Banten mencapai kejayaan. Sultan Ageng
mengadakan pembangunan, seperti jalan, pelabuhan, pasar,
masjid yang pada dasarnya untuk meningkatkan kehidupan
sosial ekonomi masyarakat Banten. Namun sejak VOC turut
campur tangan dalam pemerintahan Banten, kehidupan sosial
masyarakatnya mengalami kemerosotan.
Usaha-usaha yang dilakukan Sultan
Ageng terhadap Kerajaan Banten:
• memajukan perdagangan Banten
dengan meluaskan daerah
kekuasaan,
• menjadikan Banten sebagai bandar
internasional,
• memodernisasi bangunan istana
dengan arsitektur Lukas Cardeel,
• memajukan Islam,
• menentang monopoli VOC dan
mengusir VOC dari Banten., dan
• membangun armada laut.
Keadaan
semakin
memburuk
ketika
terjadi
pertentangan antara Sultan Ageng dan Sultan Haji,
putranya dari selir. Pertentangan ini berawal ketika
Sultan Ageng mengangkat Pangeran Purbaya (putra
kedua) sebagai putra mahkota. Pengangkatan ini
membuat iri Sultan Haji. Berbeda dengan ayahnya,
Sultan Haji memihak VOC. Bahkan, dia meminta
bantuan VOC untuk menyingkirkan Sultan Ageng dan
Pangeran Purbaya.
Sebagai imbalannya, VOC meminta Sultan Haji untuk
menandatangani perjanjian pada tahun 1682 yang
isinya, antara lain, Belanda mengakui Sultan Haji
sebagai sultan di Banten; Banten harus melepaskan
tuntutannya
atas
Cirebon,
Banten
tidak
boleh
berdagang lagi di daerah Maluku, hanya Belanda yang
boleh mengekspor lada dan memasukkan kain ke
wilayah kekuasaan Banten; Cisadane merupakan batas
antara Banten dan Belanda. Perjanjian tersebut
mengakibatkan Banten berada pada posisi yang sulit
karena ia kehilangan peranannya sebagai pelabuhan
bebas sejak adanya monopoli dari Belanda.
Pada tahun 1683, Sultan Ageng
tertangkap oleh VOC sedangkan
Pangeran
Purbaya
dapat
meloloskan diri. Setelah menjadi
tawanan Belanda selama delapan
tahun, Sultan Ageng wafat (1692).
Adapun
Pangeran
Purbaya
tertangkap oleh Untung Suropati,
utusan Belanda, dan wafat pada
tahun 1689.
Demikianlah Sejarah Kerajaan
Banten, Semoga Bermanfaat.
Disusun oleh :
NOR AMELIA
OLIVA JANTI
Download