BAB I - Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo

advertisement
Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango
Tahun 2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh
semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Derajat kesehatan
masyarakat dapat dilihat dari berbagai indikator, yang meliputi indikator
angka harapan hidup, angka kematian, angka kesakitan, dan status gizi.
Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, Dinas kesehatan
Kabupaten Bone Bolango memprioritaskan pelayanan kesehatan ibu dan
anak, pelayanan kesehatan masyarakat miskin, pendayagunaan tenaga
kesehatan, penanggulangan penyakit menular, penanggulangan gizi
buruk serta ketersediaan sarana dan prasarana yang memudahkan
jangkauan pelayanan kesehatan bagi masyarakat terutama daerah
terpencil.
Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango tahun 2011
berupaya untuk menggambarkan secara umum tentang kondisi derajat
kesehatan, upaya kesehatan, sumber daya kesehatan dan faktor-faktor
terkait lainnya. Adapun data-data tersebut dianalisis dengan analisis
sederhana dan ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik.
Dengan demikian jelas bahwa tujuan diterbitkannya Profil Kesehatan
Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011 ini adalah dalam rangka
menyediakan sarana untuk perencanaan, pemantauan dan mengevaluasi
pencapaian pembangunan kesehatan di Kabupaten Bone Bolango tahun
2011 yang mengacu kepada Visi Kabupaten Bone Bolango serta
pembinaan dan pengawasan terhadap Puskesmas – Puskesmas binaan
dalam pencapaian Visi Kabupaten Bone Bolango Sehat.
1
Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango
Tahun 2011
1.2
SISTEMATIKA PENYAJIAN
Sistematika penyajian Profil Kesehatan sebagai berikut :
Bab-I : Pendahuluan
Bab ini berisi penjelasan tentang maksud dan tujuan Profil Kesehatan dan
sistematika dari penyajiannya.
Bab-II : Gambaran Umum
Bab ini menyajikan tentang gambaran umum Kabupaten Bone Bolango.
Selain uraian tentang letak geografis, administratif dan informasi umum
lainnya, bab ini juga mengulas faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
kesehatan dan faktor-faktor lainnya misal kependudukan, ekonomi,
pendidikan, sosial budaya dan lingkungan.
Bab-III : Situasi Derajat Kesehatan
Bab ini berisi uraian tentang indikator mengenai angka kematian, angka
kesakitan, dan angka status gizi masyarakat.
Bab-IV : Situasi Upaya Kesehatan
Bab ini menguraikan tentang pelayanan kesehatan dasar, pelayanan
kesehatan rujukan dan penunjang, pemberantasan penyakit menular,
pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi
masyarakat, pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan, pelayanan
kesehatan dalam situasi bencana. Upaya pelayanan kesehatan yang
diuraikan dalam bab ini juga mengakomodir indikator kinerja Standar
Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan serta upaya pelayanan
kesehatan lainnya yang diselenggarakan oleh Kabupaten Bone Bolango.
Bab-V : Situasi Sumber Daya Kesehatan
Bab ini menguraikan tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan,
pembiayaan kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya.
2
Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango
Tahun 2011
Bab-VI : Kesimpulan
Bab ini diisi dengan sajian tentang hal-hal penting yang perlu disimak dan
ditelaah lebih lanjut dari Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango di
tahun 2010. Selain keberhasilan-keberhasilan yang perlu dicatat, bab ini
juga mengemukakan hal-hal yang dianggap masih kurang dalam rangka
penyelenggaraan pembangunan kesehatan.
Lampiran
Pada lampiran ini berisi resume/angka pencapaian Kabupaten Bone
Bolango dan 63 tabel data yang merupakan gabungan Tabel Indikator
Kabupaten sehat dan Indikator pencapaian kinerja Standar Pelayanan
Minimal bidang Kesehatan.
3
Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango
Tahun 2011
BAB II
GAMBARAN UMUM
2.1. KEADAAN GEOGRAFI
Letak Kabupaten Bone Bolango secara geografis berbatasan langsung
dengan
Kabupaten
Bolaang
Mongondow
(Sulawesi
Utara)
dan
Kecamatan Atinggola di sebelah utara. Sementara di sebelah timur
berbatasan dengan Kabupaten Bolaang Mongondow, di sebelah selatan
berbatasan dengan Kota Gorontalo dan di sebelah barat berbatasan
dengan Kecamatan Telaga, Kota Selatan dan Kota Utara.
Bone Bolango Dalam Angka 2011 menunjukan bahwa Kabupaten Bone
Bolango memiliki luas wilayah sebesar 1.985 km2 atau 16,24% dari total
luas Provinsi Gorontalo. Kecamatan dengan luas paling besar adalah
Kecamatan Suwawa Timur dengan luas 489.20 km2 atau mencapai
24.65% dari luas wilayah Kabupaten Bone Bolango, sedangkan luas
daerah yang terkecil adalah kecamatan Bulango Selatan yang hanya
memiliki luas 9.87 % atau 0,50% dari luas wilayah Kabupaten Bone
Bolango. Adanya pemekaran wilayah yang dilakukan hingga akhir tahun
2011 maka Kabupaten Bone Bolango telah memiliki 18 Kecamatan dan
163 desa/kelurahan (BPS Kabupaten Bone Bolango).
Berdasarkan ketinggiannya dari permukaan laut Kabupaten Bone Bolango
sebagian besar daerahnya berada di ketinggian 100 – 500 meter dari
permukaan laut yakni sebesar 48,65% dan 9,09% berada di atas
ketinggian 1000 meter dari permukaan laut.
4
Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango
Tahun 2011
Sumber : BPS Kab. Bone Bolango (Bone Bolango dalam Angka 2011)
2.2. KEADAAN PENDUDUK
Jumlah penduduk hasil Sensus Penduduk 2011 di kabupaten Bone
Bolango sebanyak 141.915 jiwa yang terdiri atas 71.145 laki-laki dan
70.770 perempuan. Kecamatan Kabila merupakan kecamatan dengan
jumlah penduduk terbanyak yaitu 21.004 jiwa, sedangkan yang paling
sedikit adalah Kecamatan Bulango Ulu yakni hanya 3.612 jiwa.
Jika dilihat laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Bone Bolango
adalah sebesar 2,14 % pertahun. Kecamatan yang paling tinggi laju
pertumbuhan penduduknya adalah Kecamatan Suwawa yakni sebesar
2,63 %, sedangkan kecamatan yang paling rendah laju pertumbuhan
penduduknya adalah Kecamatan Bulawa yakni sebesar 1,01 %. Tingginya
laju pertumbuhan penduduk di Kecamatan Suwawa disebabkan karena
Kecamatan Suwawa merupakan ibukota Kabupaten Bone Bolango yang
merupakan pusat kegiatan sosial ekonomi masyarakat Bone Bolango.
Sedangkan Kecamatan Bulawa dengan laju pertumbuhan penduduk yang
paling rendah disebabkan Kecamatan Bulawa merupakan kecamatan
baru hasil pemekaran yang awalnya hanya dua desa, yaitu Desa
Kaidundu dan Desa Mamungaa.
5
Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango
Tahun 2011
2.2.1. Kepadatan Penduduk
Tabel 1. Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan
Di Kabupaten Bone Bolango
Tahun 2011
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Kecamatan
Kepadatan Penduduk
Tapa
Bulango Utara
Bulango Selatan
Bulango Timur
Bulango Ulu
Kabila
Botupingge
Tilongkabila
Suwawa
Suwawa Selatan
Suwawa Timur
Suwawa Tengah
Bonepantai
Kabila Bone
Bone Raya
Bone
Bulawa
Bone Bolango
107
39
984
462
46
109
119
208
319
26
13
88
60
68
92
119
43
72
Sumber : BPS Kabupaten Bone Bolango 2011
Rata-rata kepadatan penduduk Kabupaten Bone Bolango adalah
sebesar 72 jiwa per km2. Jika dirinci menurut kecamatan, maka
kecamatan Bulango Selatan adalah wilayah yang paling padat
penduduknya yakni mencapai 984 jiwa/km2. Salah satu yang
menyebabkan tingginya kepadatan penduduk di Kecamatan Bulango
Selatan adalah karena Kecamatan Bulango Selatan berbatasan
langsung
dengan
Kota
Gorontalo
sehingga
menjadi
daerah
penyangga bagi kota Gorontalo. Sedangkan kecamatan yang paling
rendah tingkat kepadatan penduduknya adalah Kecamatan Suwawa
Timur yakni hanya 13 jiwa/km2. Hal ini disebabkan karena sebagian
wilayah Kecamatan Suwawa Timur berupa pegunungan atau hutan
(BPS Kabupaten Bone Bolango).
6
Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango
Tahun 2011
2.2.2. Sex Ratio Penduduk dan Struktur Penduduk Menurut
Golongan Umur
Perkembangan penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat dari
perkembangan ratio jenis kelamin, yaitu perbandingan penduduk
laki-laki
dengan
penduduk
perempuan.
Berdasarkan
Sensus
Penduduk Tahun 2011 sex ratio penduduk Kabupaten Bone Bolango
sebesar 100,5 %, yang artinya jumlah penduduk laki-laki 0,45 %
lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk perempuan. Sex ratio
terbesar terdapat di Kecamatan Suwawa Timur 110,2 %, sedangkan
terkecil terdapat di Kecamatan Kabila sebesar 95,3 % yang berati
jumlah penduduk laki-laki di Kecamatan kabila 7,2 % lebih sedikit
dibandingkan jumlah penduduk perempuan.
Sex ratio Kabupaten Bone Bolango dapat dilihat sebagaimana tabel
berikut ini :
Tabel 2.
Distribusi Penduduk Menurut Jenis kelamin
Di Kabupaten Bone Bolango
Tahun 2011
Kecamatan
Laki-Laki
Perempuan
Total
Sex Ratio
Tapa
Bulango Utara
Bulango Selatan
Bulango Timur
Bulango Ulu
Kabila
Botupingge
Tilongkabila
Suwawa
Suwawa Selatan
Suwawa Timur
Suwawa Tengah
Bonepantai
Kabila Bone
Bone Raya
Bone
Bulawa
3365
3465
4793
2453
1888
10248
2814
8163
5281
2455
3448
2913
4924
5025
3003
4434
2473
3506
3468
4918
2542
1724
10756
2784
8406
5407
2341
3130
2803
4852
4730
2873
4240
2290
6871
6933
9711
4995
3612
21004
5598
16569
10688
4796
6578
5716
9776
9755
5876
8674
4763
96,0
99,9
97,5
96,5
109,5
95,3
101,1
97,1
97,7
104,9
110,2
103,9
101,5
106,2
104,5
104,6
108,0
Bone Bolango
71.145
70.770
141.915
100,5
Sumber : BPS Kabupaten Bone Bolango
7
Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango
Tahun 2011
Struktur penduduk Kabupaten Bone Bolango menurut jenis kelamin dan
golongan umur dapat dilihat pada diagram Bar berikut :
Sumber : Data Capil 2011 Kab. Bone Bolango
Dari diagram bar di atas terlihat bahwa ciri penduduk Kabupaten Bone
Bolango di tahun 2011 masih tetap bersifat ekspansive karena sebagian
besar penduduk berada dalam kelompok umur muda. Jumlah penduduk
laki-laki dan perempuan di tiap golongan umur hampir sama. Penduduk
laki-laki dan perempuan Kabupaten Bone Bolango paling banyak berada
di kelompok umur 5-9 tahun sedangkan jumlah penduduk paling sedikit
berada pada golongan umur 0-1 tahun baik penduduk laki-laki maupun
perempuan.
2.3. KEADAAN SOSIAL EKONOMI
2.3.1.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Berdasarkan Bone Bolango Dalam Angka 2011, Perekonomian
Kabupaten Bone Bolango tahun 2011 terlihat semakin meningkat
dibandingkan tahun sebelumnya. Berdasar atas harga berlaku
Produk Domestik bruto Kabupaten Bone Bolango mengalami
kenaikan yang cukup signifikan. Pada tahun 2010 nilai PDRB
Kabupaten
Bone
Bolango
mengalami
kenaikan
sebesar
8
Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango
Tahun 2011
831.504.000.000 rupiah menjadi 937.685.000.000 rupiah pada tahun
2011.
Dari distribusi persentasi menurut harga berlaku terlihat bahwa
sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan masih
mendominasi perekonomian Kabupaten Bone Bolango. Pada tahun
2010 sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan
memiliki nilai kontribusi sebesar 39,63 %. Sektor lain yang cukup
besar pengaruhnya adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran,
memiliki nilai kontribusi sebesar 12,18%.
2.3.2.
Angka Beban Tanggungan
Rasio ketergantungan (dependency ratio) dapat digunakan sebagai
indikator yang secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi
suatu daerah apakah tergolong daerah maju atau negara yang
sedang berkembang. Dependency ratio merupakan salah satu
indikator demografi yang penting. Semakin tingginya persentase
dependency ratio menunjukkan semakin tingginya beban yang harus
ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup
penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Sedangkan
persentase dependency ratio yang semakin rendah menunjukkan
semakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk yang produktif
untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif
lagi.
Rasio Ketergantungan didapat dengan membagi total dari jumlah
penduduk usia belum produktif (0-14 tahun) dan jumlah penduduk
usia tidak produktif (60 tahun keatas) dengan jumlah penduduk usia
produktif (15-60 tahun). Untuk Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011
dependency ratio sebesar 57,7%. Artinya setiap 100 orang yang
9
Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango
Tahun 2011
berusia kerja (dianggap produktif) mempunyai tanggungan sebanyak
57-58 orang yang belum produktif dan dianggap tidak produktif lagi.
2.4. TINGKAT PENDIDIKAN
Tabel 4. Tingkat Pendidikan Penduduk
Kabupaten Bone Bolango
Tahun 2011
No
Tingkat Pendidikan
1
Jumlah
2
3
1
SD / MI
19.073
2
SLTP / MTS
5.849
3
SLTA / MA
4.162
Total
29.084
Sumber : Dinas Pendidikan Bone Bolango
Berdasarkan tabel di atas terlihat
Bolango pada tahun
2011
bahwa penduduk Kabupaten Bone
masih tetap paling banyak hanya
berpendidikan SD sederajat yakni sebanyak 19.073 orang, namun apabila
dibandingkan dengan tahun 2010, di Tahun 2011 jumlah penduduk yang
berada di bangku sekolah mengalami peningkatan dari 26.719 orang
menjadi 29.084 orang.
Tabel 5. Jumlah Anak Usia Sekolah (7 – 12 Thn) Menurut Statusnya
Di Kabupaten Bone Bolango
Tahun 2011
No
Tingkat Pendidikan
Anak Usia Sekolah (7-12 Th)
1
2
Jumlah
3
1
Belum pernah sekolah
12.834
2
Masih sekolah
15.796
3
Putus sekolah
127
Total
28.757
Sumber : BPS (Bone Bolango dalam Angka 2011)
10
Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango
Tahun 2011
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa jumlah anak usia sekolah (7 – 12
tahun) penduduk Kabupaten Bone Bolango yang masih sekolah sebanyak
15.796. Untuk anak usia sekolah yang belum pernah sekolah tahun ini
sebesar 12.834 orang, jumlah ini mengalami peningkatan yang sangat
pesat bila dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya sebesar 6.819
orang. Hal ini disebabkan walau pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bone
Bolango meningkat namun masih ada penduduk yang berada di bawah
garis kemiskinan serta masih adanya masyarakat yang kurang memahami
arti pentingnya bersekolah.
11
Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango
Tahun 2011
BAB III
SITUASI DERAJAT KESEHATAN
Gambaran masyarakat Kabupaten Bone Bolango masa depan yang ingin
dicapai oleh segenap komponen masyarakat melalui pembangunan
kesehatan Kabupaten Bone Bolango adalah Menjadi Pelayan Setia dan
Mitra Unggul Menuju Terwujudnya Bone Bolango Sehat yang Mandiri
dan Berkeadilan.
Terdapat beberapa keterkaitan dari beberapa aspek yang dapat
mendukung meningkatnya kinerja yang dihubungkan dengan pencapaian
pembangunan kesehatan, diantaranya adalah: (1) Indikator derajat
kesehatan sebagai hasil akhir, yang terdiri atas indikator-indikator untuk
mortalitas, morbiditas, dan status gizi. (2) Indikator hasil antara, yang
terdiri atas indikator-indikator untuk keadaan lingkungan, perilaku hidup
masyarakat, akses dan mutu pelayanan kesehatan, serta (3) Indikator
proses dan masukan, yang terdiri atas indikator-indikator untuk pelayanan
kesehatan,
sumber daya
kesehatan,
manajemen
kesehatan,
dan
kontribusi sektor terkait.
3.1. Derajat Kesehatan
Pengertian tentang keadaan sehat dan sakit sangat penting mengingat
kita
harus dapat menentukan
ada/tidaknya
permasalahan/penyakit
diantara masyarakat dan seberapa banyaknya. Secara sederhana
keadaan sakit itu dinyatakan sebagai :
 Penyimpangan dari keadaan normal, baik struktur maupun fungsinya
atau
 Keadaan
dimana
tubuh
atau
organisme
atau
bagian
dari
organisme/populasi yang diteliti tidak dapat berfungsi sebagaimana
mestinya dilihat dari keadaan patologisnya.
12
Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango
Tahun 2011
Menurut UU RI No. 23 tahun 1992, yang dimaksud dengan keadaan sehat
adalah keadaan meliputi kesehatan badan, rohani ( mental ) dan social
dan bukan hanya keadaan yang bebas penyakit, cacat, dan kelemahan
sehingga dapat hidup produktif secara sosial ekonomi. Beberapa aspek
yang dapat dihubungkan dengan derajat kesehatan adalah : lingkungan,
pelayanan kesehatan dan perilaku.
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan yang optimal. Derajat kesehatan yang merupakan
pencerminan
masyarakat
kesehatan
perorangan,
kelompok
maupun
digambarkan dengan umur harapan hidup, mortalitas,
morbiditas dan status gizi masyarakat. Sehat dalam pengertian secara
luas, yakni bukan saja bebas dari penyakit dan kecacatan tetapi juga
tercapainya keadaan kesejahteraan baik fisik, sosial dan mental.
Gambaran tentang derajat kesehatan meliputi indikator mortalitas,
morbiditas, dan status gizi. Mortalitas dilihat dari indikator Angka Kematian
Bayi (AKB) per 1.000 Kelahiran Hidup, Angka Kematian Balita (AKABA)
per 1.000 Kelahiran Hidup, Angka Kematian Ibu (AKI) per 100.000
Kelahiran Hidup, dan Umur Harapan Hidup (UHH).
Morbiditas dilihat dari indikator-indikator Angka Kesakitan Malaria per
1.000 Penduduk, Angka Kesembuhan TB Paru BTA+, Prevalensi HIV
(Persentase Kasus Terhadap Penduduk Berisiko), Angka Acute Flacid
Paralysis (AFP) pada anak usia < 15 Tahun per 100.000 anak, dan Angka
Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) per 100.000 Penduduk.
Sedangkan status gizi dilihat dari indikator Persentase Balita dengan
Status Gizi di Bawah Garis Merah pada KMS dan Persentase Kecamatan
Bebas Rawan Gizi.
13
Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango
Tahun 2011
Adapun indikator hasil antara, yang terdiri atas indikator-indikator untuk
keadaan lingkungan, perilaku hidup masyarakat, akses dan mutu
pelayanan kesehatan, serta Indikator proses dan masukan, yang terdiri
atas indikator-indikator untuk pelayanan kesehatan, sumber daya
kesehatan, manajemen kesehatan, dan kontribusi sektor terkait.
3.2. Indikator Derajat Kesehatan
Beberapa
indikator
penting
untuk
mengukur
derajat
kesehatan
masyarakat pada suatu daerah adalah Angka Kematian Ibu (AKI), Angka
Kematian Bayi (AKB), Umur Harapan Hidup (UHH) dan Status Gizi.
Indikator tersebut ditentukan dengan 4 faktor utama yaitu Perilaku
Masyarakat, Lingkungan, Pelayanan Kesehatan dan Faktor Genetika.
Keempat faktor utama ini diintervensi melalui beberapa kegiatan pokok
yang mempunyai dampak ungkit besar terhadap upaya-upaya percepatan
penurunan AKI, AKB, AKABA dan Peningkatan Status Gizi Masyarakat
serta status Angka Kesakitan dan Kondisi Penyakit Menular.
Keberhasilan upaya-upaya kesehatan yang dilakukan dapat dinilai
sebagai indikator output yang cukup signifikan mempengaruhi indikator
outcome sebagaimana yang dijelaskan berikut ini.
3.2.1.
Umur Harapan Hidup ( UHH )
Untuk perkembangan Umur Harapan Hidup di Kabupaten Bone
Bolango dari tahun ketahun masih mempedomani Umur Harapan
Hidup Nasional, dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 6. Estimasi Angka Harapan Hidup
Di provinsi Gorontalo
Propinsi
Gorontalo
2000-2005
(2002)
66.3
2005-2011
(2007)
68.7
Periode
2011-2015 2015-2020 2020-2025
(2012)
(2017)
(2022)
70.7
72.0
72.8
Sumber : www.datastatistik-indonesia.com\
14
Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango
Tahun 2011
Dalam RPJM 2006-2012, upaya untuk meningkatkan UHH menjadi
70 tahun merupakan hal penting yang perlu dicermati melalui upayaupaya peningkatan kegiatan program yang berdampak pada tingkat
kesejahteraan masyarakat seperti penurunan resiko kesakitan, pada
keluarga rentan, trend penyakit degeneratif dan tidak menular, serta
peningkatan kesehatan parasusila yang dapat hidup produktif dan
mandiri.
Umur Harapan Hidup ( UHH ) dipengaruhi oleh masih tingginya
Angka Kematian Ibu ( AKI ) serta Angka Kematian Bayi ( AKB ).
Semakin tinggi jumlah kematian bayi maka makin rendah Umur
Harapan Hidup. Untuk Kabupaten Bone Bolango dikarenakan data
real belum ada maka digunakan Data Estimasi Umur Harapan Hidup
(UHH) provinsi Gorontalo seperti yang nampak pada tabel di atas
yakni 70,7 tahun.
3.2.2.
Angka Kematian ( Mortalitas )
Kejadian kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu dapat
memberi gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat
atau dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan
pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya.
Tingkat kematian secara umum berhubungan erat dengan tingkat
kesakitan, karena biasanya merupakan akumulasi akhir dari
berbagai penyebab terjadinya kematian baik langsung maupun tidak
langsung.
Salah satu alat untuk menilai keberhasilan program pembangunan
kesehatan di Kabupaten Bone Bolango yang telah dilaksanakan
selama ini adalah dengan melihat perkembangan angka kematian
dari tahun ke tahun. Besarnya tingkat kematian dan penyakit
15
Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango
Tahun 2011
penyebab utama kematian yang terjadi pada periode tahun 2011
dapat dilihat dari berbagai uraian berikut ini.
a.
Angka Kematian Bayi ( AKB )
Angka Kematian Bayi merupakan salah satu indikator yang
paling sensitif untuk menentukan derajat kesehatan suatu
daerah. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar Depkes
2007,
kematian
bayi
baru
lahir
(neonatus)
merupakan
penyumbang kematian terbesar pada tingginya angka kematian
balita (AKB). Setiap tahun sekitar 20 bayi per 1.000 kelahiran
hidup terenggut nyawanya dalam rentang waktu 0-12 hari
pasca kelahirannya. Dalam rentang 2002-2007 (data terakhir),
angka neonatus tidak pernah mengalami penurunan. Penyebab
kematian terbanyak pada periode ini, menurut Depkes,
disebabkan oleh sepsis (infeksi sistemik), kelainan bawaan, dan
infeksi saluran pernapasan atas.
Trend Angka Kematian Bayi di kabupaten Bone Bolango selang
tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 dapat dilihat dalam
grafik di bawah ini :
Sumber : Laporan Data KIA Dinkes Bone Bolango
16
Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango
Tahun 2011
Di tahun 2011 jumlah kematian bayi terbanyak berada di
wilayah Puskesmas Bulango Utara yakni sebanyak 9 kasus,
sedangkan untuk wilayah kerja Puskesmas Suwawa Selatan,
Bulango Ulu, Suwawa Timur Tombulilato dan Pinogu tidak
mempunyai kasus kematian bayi. Adapun penyebab masih
adanya kematian bayi antara lain Puskesmas PONED yang
belum berjalan maksimal, jumlah tenaga (bidan) yang terbatas
karena biasanya bidan tidak tinggal di tempat, kemudian
banyak bidan yang tugas rangkap. Faktor pemekaran daerah
yang begitu cepat dan tidak diseimbangi dengan penambahan
jumlah bidan desa.
Selain
itu
kurangnya
kesadaran
masyarakat
untuk
memanfaatkan sarana kesehatan yang ada.
b.
Angka Kematian Balita ( AKABA )
Angka Kematian Balita merupakan salah satu indikator
kesehatan
yang
ikut
mempengaruhi
derajat
kesehatan
masyarakat.
Trend Angka Kematian Balita di kabupaten Bone Bolango
selang tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 dapat dilihat
dalam grafik di bawah ini :
Sumber : Laporan Data KIA Dinkes Bone Bolango
17
Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango
Tahun 2011
Untuk Kabupaten Bone Bolango Angka Kematian Balita di
Tahun 2011 mencapai 3 kasus. Angka tersebut lebih baik bila
dibandingkan dengan angka kematian balita yang ditargetkan
oleh Departemen Kesehatan RI pada Tahun 2011 dimana
angka kematian anak balita ditargetkan sebesar 58 per 1.000
kelahiran hidup.
Kematian balita di Kabupaten Bone Bolango terdapat di 2
Puskesmas yaitu Puskesmas Tilongkabila dan Puskesmas
Bulango.
c.
Angka Kematian Ibu ( AKI )
Angka Kematian Ibu atau AKI mencerminkan resiko yang
dihadapi ibu-ibu selama kehamilan dan melahirkan yang
dipengaruhi oleh keadaan, sosial ekonomi, keadaan kesehatan
kurang
baik
menjelang
kehamilan.
Kejadian
berbagai
komplikasi pada kehamilan dan kelahiran. Serta tersedianya
dan penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai.
Angka Kematian Ibu (AKI) berguna untuk menggambarkan
tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan
kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan
kesehatan terutama untuk ibu hamil, pelayanan kesehatan
waktu ibu melahirkan dan masa nifas.
Untuk mengetahui besaran masalah kesehatan ibu, indikator
yang digunakan adalah Angka Kematian Ibu (AKI). Perhitungan
AKI disetiap Puskesmas sulit dilakukan karena jumlah kelahiran
hidup tidak mencapai 100.000 kelahiran hidup.
Untuk
mengurangi
bias
perhitungan
AKI
yang
direkomendasikan oleh WHO dalam 100.000 kelahiran hidup
18
Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango
Tahun 2011
maka digunakan Ratio Kematian Ibu. Untuk menghitung rasio
kematian ibu di Kabupaten Bone Bolango tidak dapat dilakukan
karena angka kelahiran di Kabupaten Bone Bolango kurang
dari 100.000 kelahiran hidup, namun demikian bila diasumsikan
maka angka AKI Kabupaten Bone Bolango tahun 2011 adalah
185 per 100.000 KLH, atau 4 kematian dari 2.690 KLH. Angka
ini mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yakni 297 per
100.000 KLH, atau 9 kematian dari 3.030 KLH. Namun angka
ini masih sangat tinggi apabila dibandingkan dengan AKI yang
ditargetkan untuk 2011 yaitu 150 per 100.000 KLH. Kematian
ibu terjadi pada masa bersalin 2 kasus dan hamil 2 kasus.
Kasus terdapat di 4 wilayah kerja Puskesmas yakni Puskesmas
Bulango Timur 1 kasus, Bulango Ulu 1 kasus, Dumbaya Bulan
1 kasus dan Puskesmas Bone 1 kasus.
Trend Angka Kematian Ibu di kabupaten Bone Bolango selang
tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 dapat dilihat dalam
grafik di bawah ini
Sumber : Laporan KIA Dinkes Bone Bolango
Tingginya Jumlah kasus kematian ibu di Kabupaten Bone
Bolango antara lain disebabkan oleh HPP, infeksi. Hal ini
19
Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango
Tahun 2011
dipengaruhi
oleh
masih
kurangnya kuantitas maupun
kualitas tenaga bidan terutama di wilayah terpencil, P4K yang
belum berjalan maksimal, kondisi sosial ekonomi masih rendah
yang juga mempengaruhi tingkat pendidikan masyarakat
sehingga menyebabkan pertolongan persalinan oleh dukun
masih tinggi, kunjungan rumah ( sweeping ) post persalinan
belum optimal, serta letak geografis yang masih sulit dijangkau.
Untuk mengantisipasi masalah ini maka diperlukan terobosanterobosan dengan mengurangi peran dukun dan meningkatkan
peran Bidan. Perlunya pembenahan Puskesmas PONED,
penambahan tenaga bidan, pelatihan dan fasilitasi P4K, adanya
kerjasama lintas program dan lintas sektor. Sehingga harapan
kita agar Bidan di Desa benar-benar sebagai ujung tombak
dalam upaya penurunan AKB (IMR) dan AKI (MMR) dapat
terwujud. Selain itu melalui pengembangan Desa Siaga dengan
pembangunan POSKESDES yang merupakan salah satu
bentuk partisipasi masyarakat dalam menurunkan AKI.
3.2.3
Angka Kesakitan ( Morbiditas )
Angka kesakitan penduduk diperoleh dari data yang berasal dari
masyarakat (community based data) yang diperoleh melalui studi
morbiditas, dan hasil pengumpulan data dari Dinas Kesehatan
Kabupaten Bone Bolango serta dari sarana pelayanan kesehatan
(facility based data) yang diperoleh melalui sistem pencatatan dan
pelaporan.
A.
Penyakit Bersumber Binatang
a.
Pemberantasan Penyakit Malaria ( P2 Malaria )
Penyakit Malaria menyebar cukup merata di seluruh
kawasan Indonesia, namun paling banyak dijumpai di luar
20
Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango
Tahun 2011
wilayah Jawa-Bali, bahkan di beberapa tempat dapat
dikatakan sebagai daerah endemis malaria. Menurut hasil
pemantauan
program
diperkirakan
sebesar
35%
penduduk Indonesia tinggal di daerah endemis Malaria.
Jumlah penderita klinis malaria di Kabupaten Bone
Bolango tahun 2011 tercatat sebesar 1.291 penderita
klinis atau angka kesakitan sebesar 9,10 per 1.000
penduduk. Grafik berikut memperlihatkan trend Angka
Kesakitan Malaria di Kabupaten Bone Bolango dari Tahun
2007 sampai dengan tahun 2011
Sumber : Laporan Data Sie P2M Dinkes Bone Bolango
Untuk Tahun 2011 penderita klinis malaria paling banyak
ditemukan di wilayah kerja Puskesmas Suwawa Timur
yakni sebesar 212 penderita dan yang paling sedikit di
wilayah kerja Puskesmas Suwawa Tengah yang hanya 19
penderita.
Dari
1.291
penderita
yang
dikonfirmasi
laboratorium baik RDT (Rapid Diagnostik Test) maupun
dengan Mikroskop hanya 73 dinyatakan Positif malaria
dimana dalam darahnya ditemukan plasmodium malaria,
21
Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango
Tahun 2011
dan dari 73 penderita positif hanya 6 % penderita saja
yang
mendapat
pengobatan
standart
dengan
menggunakan ACT dikarenakan stock obat ACT tidak
dapat digunakan lagi karena telah masuk Exp Date di
bulan September 2011 sehingga penderita masih diobati
dengan
standart
pengobatan
lama
yaitu
dengan
Chloroquin. Penyakit malaria di Bone Bolango Tahun
2011 meningkat disebabkan oleh intensitas penemuan
penderita malaria makin baik dengan cara Active Case
Detection ( ACD ) dan pasif Case Detection ( PCD )
dengan konfirmasi laboratorium ( Rapid Diagnostic Test
dan Mikroskopis Malaria ).
b.
Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue
(P2 DBD)
Sumber : Laporan Data P2M Dinkes Bonbol
Adapun wilayah yang terjadi kasus DBD adalah wilayah
kerja Puskesmas Suwawa, Puskesmas Suwawa Tengah,
Puskesmas
Kabila,
Puskesmas
Tombulilato
dan
22
Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango
Tahun 2011
Puskesmas Botupingge masing-masing 1 kasus . Tahun
ini jumlah kasus DBD sebanyak 5 kasus. Jumlah tersebut
mengalami penurunan drastis dibandingkan tahun 2010
mencapai 71 kasus.
Menurunnya angka penderita DBD
disebabkan karena
sudah dilakukan pemberantasan vector penyebab DBD
( Aedes Aegypti ) dengan fogging focus ( pengasapan )
dan abatesasi / larvasiding untik membunuh jentik nyamuk
serta 3 M plus yakni dengan Membersihkan tempat yang
kotor mulai dari saluran air dan waduk kecil sekitar
pemukiman,
serta
menampung
air,
Mengubur
kemudian
sampah
Menutup
yang
setiap
dapat
wadah
penampung air.
B.
Penyakit Menular Langsung
a.
Pemberantasan Penyakit Tuberkulosis Paru (P2 TB
Paru)
Di Kabupaten Bone Bolango pada tahun 2011, menurut
laporan Puskesmas, jumlah penderita klinis sebanyak
3499 orang, jumlah ini meningkat bila dibandingkan tahun
2010 sebesar 3071 orang. Menurut laporan penderita
yang dinyatakan positif menderita TB Paru berdasarkan
pemeriksaan laboratorium tercatat sebanyak 322 orang
dan penderita TB berdasarkan pemeriksaan rongsen
tercatat 6 orang. Sehingga keseluruhan penderita TB Paru
sebanyak 328 orang. Dan dari penderita TB positif
tersebut sampai dengan tahun 2011 belum ada yang
sembuh . Hal ini disebabkab karena penderita TB paru itu
pengobatannya membutuhkan waktu yang cukup lama
23
Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango
Tahun 2011
yaitu berkisar dari 6 bulan sampai 9 bulan bahkan lebih,
namun berdasarkan laporan bahwa masih adanya DO
dalam minum obat, hal ini disebabkan karena kurangnya
kesadaran penderita untuk melakukan pengobatan, dan
juga kurangnya pengawasan minum obat bagi penderita
TB Paru baik dari kelaurga maupun petugas TB Paru.
Wilayah kerja Puskesmas yang terbanyak penderitanya
adalah Puskesmas Kabila yakni sebanyak 495 penderita
klinis dan 50 penderita yang sudah dinyatakan positif.
Trend jumlah kasus BTA+ di Kabupaten Bone Bolango
dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 dapat dilihat
dalam tabel berikut ini
Sumber : Laporan Data SIK Puskesmas & P2M Dinkes Bonbol
Berdasarkan hasil evaluasi program tahunan, masalah
yang dihadapi oleh program TB yakni adanya kekeliruan
pada
pencatatan
TB
06
dan
TB
04,
kemudian
keterbatasan tenaga baik ditinjau dari segi kuantitas
maupun kualitas. Ketersediaan sarana dan prasarana
laboratorium yang masih kurang.
24
Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango
Tahun 2011
Untuk itu, pihak Dinas Kesehatan khususnya Sie P2 perlu
melakukan On the Job Training (OJT) bagi petugas TB di
puskesmas, kemudian melatih petugas-petugas baru,
serta memanfaatkan ruangan yang ada di puskesmas
untuk dijadikan laboratorium sederhana.
b.
Pemberantasan Penyakit Kusta (P2 Kusta)
Tahun 2011, jumlah penderita kusta sebanyak 3 orang,
persentase RFT PB sebesar 100% dan RFT MB sebesar
83.33 %.
Sumber : Data Sie P2 Dinkes Bone Bolango
Adapun masalah yang dihadapi, antara lain proporsi cacat
tingkat 2 yang masih tinggi, kemudian jangka waktu
pengobatan dengan munculnya gejala cukup lama.
Sehingga perlu dilakukan penemuan penderita baru
melalui kegiatan aktif (RVS dan kontak) serta melakukan
penyuluhan secara aktif.
25
Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango
Tahun 2011
c.
Pemberantasan Penyakit Diare (P2 Diare)
Adapun trend angka kesakitan dari kasus Diare di
kabupaten Bone Bolango mengalami penurunan dari
tahun 2007 s.d. tahun 2011 seperti terlihat dalam grafik di
bawah ini
Sumber : Laporan SIK Puskesmas dan Laporan Sie P2
Jika dilihat dari data SIK tahun 2011 yang dilampirkan,
Jumlah kasus diare pada yang paling banyak berada di
kecamatan yang sama dengan tahun kemarin yakni masih
di wilayah kerja Puskesmas Kabila yakni 557 kasus
namun jumlah kasusnya menurun
dibanding tahun
kemarin yakni sebesar 897 kasus dan yang paling sedikit
berada di Kecamatan Bulawa sebesar 9 kasus, lebih
rendah dari tahun kemarin yang berjumlah 41 kasus,
sedangkan untuk Kecamatan Bulango Ulu dan Kecamatan
Pinogu tidak ada data.
26
Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango
Tahun 2011
Menurunnya jumlah penderita diare disebabkan karena
semakin
tingginya
pentingnya
hidup
kesadaran
bersih
masyarakat
selain
itu
terhadap
pengetahuan
masyarakat yang semakin berkembang dimana ketika
sakit mereka langsung mencari obat serta peran serta
instansi-instansi
pemerintah
dan
swasta
dalam
mensosialisasikan PHBS membuat masyarakat lebih
menyadari akan pentingnya kebersihan.
C.
Kejadian Luar Biasa ( KLB )
Kejadian Luar Biasa (KLB) di Kabupaten Bone Bolango selama
tahun 2011 berdasarkan laporan dari sie. Survailance Dinas
Kesehatan Bone Bolango tercatat sebesar 11 kasus dan
seluruhnya tertangani <24 jam.
Dibawah ini adalah grafik yang menggambarkan jumlah desa
yang terkena KLB serta jumlah yang tertangani <24 jam dari
tahun 2007 sampai 2011.
Sumber : Laporan Laporan Sie Monev dan Survailans
27
Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango
Tahun 2011
D.
Penyakit Menular yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi
(PD3I)
Difteri, Pertusis, Tetanus, campak, polio dan hepatitis B
merupakan penyakit menular yang dapat dicegah dengan
Imunisasi (PD3I). Penyakit-panyakit ini timbul karena kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang pentingnya imunisasi. Di
kabupaten Bone Bolango sejak tahun 2007 sampai dengan
tahun 2011 data yang diterima tentang penyakit menular yang
dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) hanya data penyakit
campak yang rata-rata terisi, hal ini dimungkinkan karena
kurangnya tenaga yang bisa turun lapangan melakukan
pendataan.
Campak
merupakan
penyakit
menular
yang
sering
menyebabkan kejadian luar biasa (KLB). Selama tahun 2011,
jumlah kasus campak di Bone Bolango sebanyak 14 kasus.
Trend Kasus Campak di Kabupaten Bone Bolango dapat dilihat
dalam grafik berikut ini :
Sumber : Laporan Sie P2M
28
Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango
Tahun 2011
Masih adanya penderita campak di Bone Bolango karena
walaupun terimunisasi campak kemungkinan untuk menderita
campak masih ada namun tidak menimbulkan komplikasi,
selain itu adanya cakupan efikasi vaksin dimana 15 % dari
cakupan imunisasi yang kebal hanya 65% yang bisa terlindungi
sehingga perlu perhatian serius dari para petugas imunisasi
dan survailens.
3.2.4. Status Gizi
Status gizi seseorang sangat erat kaitannya dengan permasalahan
kesehatan secara umum, karena disamping merupakan faktor
predisposisi yang dapat memperparah penyakit infeksi secara
langsung juga dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan
individual. Bahkan status gizi janin yang masih berada dalam
kandungan dan bayi yang sedang menyusui sangat dipengaruhi oleh
status gizi ibu hamil atau ibu menyusui.
Berikut ini akan disajikan gambaran mengenai indikator-indikator
status gizi masyarakat antara lain bayi dengan Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR), status gizi balita, ASI Ekslusif, serta Kecamatan
Bebas Rawan Gizi sebagaimana diuraikan berikut ini:
A.
Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Berat Badan Lahir Rendah (kurang dari 2.500 gram)
merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh
terhadap kematian perinatal dan neonatal. BBLR dibedakan
dalam 2 kategori yaitu BBLR karena prematur (usia
kandungan kurang dari 37 minggu) atau BBLR karena Intra
Uterine Growth Retardation (IUGR), yaitu bayi yang lahir
cukup bulan tetapi berat badannya kurang. Di negara
berkembang, banyak BBLR dengan IUGR karena ibu
berstatus gizi buruk, anemia, malaria dan menderita penyakit
29
Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango
Tahun 2011
menular seksual (PMS) sebelum konsepsi atau pada saat
hamil.
Di Kabupaten Bone Bolango tahun 2011, tercatat bahwa
jumlah bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah
sebanyak 36 orang, dan 100% ditangani oleh tenaga
kesehatan . Bayi yang lahir dengan BBLR sangat beresiko,
untuk itu tindakan preventif harusp tetap dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang didukung oleh peran serta aktif dari
masyarakat itu sendiri.
B.
Status Gizi Balita
Status gizi balita merupakan salah satu indikator yang
menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Salah
satu cara penilaian status gizi pada Balita adalah dengan
anthropometri yang diukur melalui indeks Berat Badan
menurut umur (BB/U) atau berat badan terhadap tinggi
badan (BB/TB).
Hasil laporan Sie. Gizi pada tahun 2011 dari 8.843 anak
yang ditimbang didapatkan 53,94 % anak yang BB naik, 5,8
% anak BGM dan 0,8 % anak Gizi Buruk
Sumber : Laporan Data Sie. Gizi Dinkes Bone Bolango
30
Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango
Tahun 2011
Dari grafik di atas terlihat bahwa perkembangan status gizi
balita
dari tahun
2007
sampai dengan tahun
2011
mengalami penurunan, hal ini terlihat dari jumlah balita yang
bawah garis merah mengalami peningkatan dari tahun-tahun
sebelumnya sedangkan balita yang naik berat badan
mengalami penurunan. Data ini selaras dengan trend status
gizi balita di kabupaten Bone Bolango berdasarkan Berat
Badan menurut Umur (BB/U) Tahun 2007 sd Tahun 2011
seperti dalam grafik berikut ini
Sumber : Data Sie. Gizi Dinkes Bonbol
Apabila dilihat dari data Sie. Gizi tahun 2011, persentasi gizi
buruk paling tinggi masih berada di wilayah puskesmas
Kabila yakni sebesar 24 Balita, dan balita gizi buruk juga
masih terdapat di wilayah Puskesmas Bone Pantai 19 balita,
Tapa 14 balita, Puskesmas Suwawa 13 balita, Toto Utara 12
balita, Tilongkabila 7 balita, Bulango dan Dumbaya Bulan
masing-masing 5 balita, Bulango Timur dan Bulango Selatan
31
Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango
Tahun 2011
masing-masing 3 balita, Bulawa dan Botupingge masingmasing 1 balita.
Namun untuk mengatasi masalah gizi buruk di Kabupaten
Bone Bolango maka pemberian makanan tambahan bagi
balita masih sangat dibutuhkan, terutama mereka yang
berasal dari keluarga kurang mampu, selain itu peningkatan
kesadaran
dan
pengetahuan
masyarakat
akan
arti
pentingnya kesehatan bayi dan balita perlu mendapatkan
perhatian pemerintah terkait.
C.
ASI Ekslusif
Capaian ASI Ekslusif di Kabupaten Bone Bolango pada
Tahun 2011 berdasarkan laporan dari Sie Bina Gizi
Masyarakat Dinkes Bone Bolango adalah 1,1 %, persentasi
ini turun dratis bila dibandingkan dengan tahun kemarin yang
mencapai 3,27 %. Hal ini masih disebabkan karena bayi usia
0 sampai dengan 6 bulan rata-rata sudah diberikan makanan
pendamping ASI sehingga tidak bisa dikategorikan ASI
ekslusif maka perlu strategi khusus dari petugas kesehatan
untuk meningkatkan cakupan pemberian ASI ekslusif ini.
32
Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango
Tahun 2011
Sumber : Laporan Sie. Gizi Dinkes Bone Bolango 2011
D.
Kecamatan Bebas Rawan Gizi
Kabupaten Bone Bolango berdasarkan laporan Sie. Gizi
untuk tahun 2011 belum memperoleh data kecamatan bebas
rawan gizi, hal ini disebabkan disebabkan karena belum
berjalannya Pemantauan Status Gizi (PSG). Pelaksanaan
PSG tersebut memerlukan adanya kerja sama dengan lintas
sektor terkait. Hal ini menjadi kendala karena belum
tersedianya data dari lintas sektor terkait dalam hal ini
pemenuhan pangan bagi masyarakat.
3.2.5. Keadaan Lingkungan
Upaya penyehatan lingkungan dilaksanakan dengan lebih diarahkan
pada peningkatan kualitas lingkungan, yaitu melalui kegiatan yang
bersifat promotif, preventif dan protektif. Adapun pelaksanaannya
bersama
–
sama
dengan
masyarakat,
diharapkan
secara
epidemiologi akan mampu memberikan kontribusi yang bermakna
terhadap kesehatan masyarakat.
33
Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango
Tahun 2011
Namun demikian pada umumnya yang menjadikan permasalahan
utama adalah masih rendahnya jangkauan program. Hal ini lebih
banyak
diakibatkan
oleh berbagai faktor antara lain dana dan
adanya otonomi, dan lain-lain. Sedangkan permasalahan utama
yang
dihadapi
masyarakat
adalah
akses
terhadap
kualitas
lingkungan yang masih sangat rendah. Lingkungan sehat merupakan
salah satu pilar utama dalam pencapaian Indonesia Sehat 2011.
Beberapa
indikator
penting
kesehatan
lingkungan
dapat
dikemukakan, sebagai berikut:
a. Rumah / Bangunan
Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang
berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana
pembinaan keluarga. Rumah haruslah sehat dan nyaman agar
penghuninya dapat berkarya untuk meningkatkan produktivitas.
Kondisi rumah dan lingkungan yang tidak memenuhi syarat
kesehatan merupakan faktor risiko sumber penularan berbagai
jenis penyakit khususnya penyakit yang berbasis lingkungan.
Persentasi Rumah Sehat di Kabupaten Bone Bolango di tahun
2011 menurun bila dibandingkan dengan 2 tahun sebelumnya
seperti terlihat dalam grafik berikut ini.
34
Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango
Tahun 2011
Sumber : Laporan Data Sie PL Dinkes Bonbol
Dari hasil evaluasi program penyehatan lingkungan, penyebab
masalah antara lain kondisi rumah masyarakat yang masih
darurat, dimana secara tidak langsung hal ini dipengaruhi oleh
faktor
ekonomi
masyarakat
itu
sendiri,
kemudian
belum
optimalnya pembinaan petugas dalam memberikan penyuluhan
tentang pentingnya rumah sehat.
Secara umum rumah dikatakan sehat apabila memenuhi
beberapa kriteria, diantaranya adalah bebas jentik nyamuk.
Bebas jentik nyamuk disini terutama bebas jentik nyamuk Aedes
aegypti yang merupakan vektor penyakit demam berdarah
dengue.
Trend presentasi rumah sehat di Kabupaten Bone Bolango dari
tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 dapat dilihat dalam tabel
berikut ini
35
Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango
Tahun 2011
Sumber : Laporan SIK Puskesmas dan Data Sie PL Dinkes Bonbol
Kecenderungan persentasi rumah bebas jentik nyamuk yang
menurun dari tahun ke tahun selain disebabkan oleh teknik
pengambilan sampel rumah yang diperiksa juga karena perilaku
masyarakat yang kurang memiliki pengetahuan tentang jentik
nyamuk. Guna membina peran serta masyarakat secara efektif.
Oleh karenanya peran tenaga kesehatan untuk memberikan
penyuluhan secara efektif kepada masyarakat perlu ditingkatkan
lagi. Serta dukungan dari lintas sektor seperti PU Kimpraswil
yang menangani sistem drainase lingkungan ataw SDA (Sumber
Daya Air).
b.
Sarana Kesehatan Lingkungan ( persediaan air bersih,
jamban, tempat sampah, pengelolaan air limbah ).
Pembuangan kotoran baik sampah, air limbah dan tinja yang
tidak
memenuhi
syarat
kesehatan
dapat
menyebabkan
rendahnya kualitas air, serta dapat menimbulkan penyakit
menular di masyarakat. Jamban, tempat sampah, pengelolaan
36
Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango
Tahun 2011
limbah dan persediaan air bersih merupakan sarana lingkungan
pemukiman (PLP). Kondisi sarana penyehatan lingkungan
pemukiman di Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011 dari 35.469
KK yang diperiksa, sebagai berikut :
 Persentasi KK yang telah memiliki jamban dan memenuhi
syarat kesehatan untuk tempat Buang Air Besar (BAB) dari
yang diperiksa sebesar 92.51 %, persentasi ini naik sangat
dratis dari tahun kemarin yang hanya 76.56 %
 Persentasi KK yang telah memiliki tempat sampah dari yang
diperiksa sebsar 64.87 %, turun dari tahun kemarin yang
mencapai 71 %
 Persentasi KK yang telah memiliki pengolahan air limbah dari
yang diperiksa sebesar 38.44 % turun sekitar 51.11% dari
tahun 2010
Sanitasi
merupakan
faktor
penting
dalam
menciptakan
lingkungan yang sehat. Banyaknya penyakit ditularkan karena
tidak dilakukan cara-cara penanganan sanitasi yang benar.
Upaya peningkatan kualitas air bersih akan berdampak positif
apabila diikuti upaya perbaikan sanitasi. Upaya sanitasi meliputi
pembangunan, perbaikan dan penggunaan sarana sanitasi,
yaitu: pembuangan kotoran manusia (jamban), pembuangan air
limbah (SPAL) dan pembuangan sampah di lingkungan rumah
kita.
Sejalan dengan perkembangan jumlah penduduk di wilayah
Bone Bolango maka kebutuhan air bersih semakin bertambah.
Pembangunan air bersih di masing-masing wilayah kerja
Puskesmas meliputi daerah Pemukiman. Peran lintas sektor pun
menjadi salah satu faktor yang akan mempengaruhi, antara lain
peran dari pihak PU Kimpraswil. Adapun sumber air di
37
Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango
Tahun 2011
Kabupaten Bone Bolango pada umumnya berasal dari mata air,
sumur dalam, sumur gali dan air permukaan. Sistem yang
digunakan untuk mensuplai air bersih melalui perpipaan dan non
perpipaan. Untuk pengelolaannya pada daerah pemukiman di
perkotaan pada umumnya dikelola PDAM (Perusahaan Daerah
Air Minum) Kabupaten.
3.3. PERILAKU MASYARAKAT
3.3.1.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ( PHBS )
Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi derajat kesehatan
masyarakat, menurut HL Blum adalah faktor perilaku. Dengan
mewujudkan perilaku yang sehat, diharapkan dapat menurunkan
angka kesakitan suatu penyakit dan angka kematian ibu dan anak
akibat terlambat /kurangnya kesadaran dalam mengunjungi sarana
pelayanan kesehatan.
Dalam kegiatan PHBS terdapat beberapa tatanan, tiga tatanan yang
menjadi utama sasaran PHBS adalah tatanan rumah tangga, tatanan
institusi dan tatanan TTU (Tempat-tempat Umum). Untuk data profil
ini, ditampilkan hanya PHBS tatanan rumah tangga karena
mempunyai daya ungkit yang paling besar terhadap perubahan
perilaku masyarakat secara umum
38
Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango
Tahun 2011
Sumber
:
Laporan Sie. Promkes Dinkes Bone Bolango
Grafik diatas menunjukkan adanya peningkatan cakupan rumah
tangga
yang
berperilaku
hidup
bersih
dan
sehat
(PHBS).
Peningkatan cakupan ini antara lain karena meningkatnya frekuensi
penyuluhan PHBS yang dilakukan oleh petugas promkes di tiap
puskesmas. Namun kerjasama dari lintas program maupun lintas
sektor masih perlu ditingkatkan.
3.3.2.
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat ( JPKM )
JPKM merupakan suatu upaya pemeliharaan kesehatan secara
paripurna, terstruktur yang dijamin kesinambungan dan mutunya,
dimana pembiayaannya dilaksanakan secara Pra – upaya.
Berdasarkan laporan Sie. Promkes Dinas Kesehatan Kabupaten
Bone Bolango, jumlah penduduk yang tercover oleh berbagai JPK
Pra Bayar sebesar 120.617 Jiwa atau 85,11%, angka ini meningkat
bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya 75,85 %
dari total jumlah penduduk di tahun 2011. Pencapaian tersebut telah
memenuhi target SPM Cakupan penduduk yang menjadi peserta
39
Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango
Tahun 2011
JPK Pra- bayar, dimana pada tahun 2011 minimal 80 % penduduk
tercover oleh berbagai JPK.
Dari 85,11% penduduk yang tercakup dalam JPK, persentase
terbesar merupakan kontribusi dari ASKESKIN yakni sebesar
78,14% sebagaimana terlihat dalam grafik berikut ini
Sumber : Laporan Sie. Promkes Dinkes Bonbol
Untuk jaminan kesehatan masyarakat miskin, di Kabupaten Bone
Bolango terdapat dua sumber yakni Jamkesmas dan Jamkesda.
Dimana dari total penduduk yang telah dijamin oleh Jamkesmas
sebanyak 60,8 % dan untuk Jamkesda sebanyak 39,1 % dari
110.890 jiwa masyarakat miskin yang ada di Kabupaten Bone
Bolango.
4.4 Posyandu
Pada hakekatnya posyandu merupakan kegiatan yang tumbuh dari,
oleh dan untuk masyarakat, sehingga pemenuhan kebutuhan sarana
dan prasarana posyandu menjadi tanggung jawab kita bersama
terutama masyarakat disekitarnya.
40
Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango
Tahun 2011
Untuk mengetahui kualitas suatu posyandu dapat menggunakan
telah kemandirian posyandu yaitu suatu cara pengelompokan
posyandu menjadi desa di 4 tingkat perkembangan (Stratifikasi
posyandu). Persentase Posyandu yang ada di Kabupaten Bone
Bolango tahun 2011 berdasarkan keempat strata tersebut dapat
dilihat pada grafik di bawah ini:
Sumber : Laporan Sie. Promkes Dinkes Bonbol
Masih rendahnya capaian Posyandu Purnama dikarenakan masih
kurangnya pemanfaatan Posyandu, masih kurangnya kader di
Posyandu, serta belum adanya kegiatan atau program tambahan
seperti program Usila dan pemberian PMT-ASI. Dengan melihat
permasalahan tersebut, salah satu upaya pemecahan masalah yang
dilakukan
antara
meningkatkan
lain
mengajak
pemanfaatan
masyarakat
Posyandu
serta
untuk
lebih
meningkatkan
kerjasama lintas sektor.
Untuk Trend Jumlah Desa Siaga di Kabupaten Bone Bolango dari
Tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 dapat dilihat pada grafik di
bawah ini
41
Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango
Tahun 2011
Sumber : Laporan Sie. Promkes Dinkes Bonbol
Di Tahun 2010 jumlah desa siaga lebih sedikit dibanding tahun 2011
karena di tahun 2010 beberapa desa yang ditetapkan sebagai desa
siaga belum sesuai dengan kriteria yang ditetapkan Menteri
Kesehatan yakni belum memiliki poskesdes, sehingga ditahun 2011
jumlah desa siaga meningkat untuk memenuhi kriteria menteri
kesehatan RI.
Untuk trend jumlah sarana UKBM di Kabupaten Bone Bolango dapat
dilihat dalam grafik di bawah ini
Sumber : Laporan Sie. Promkes Dinkes Bonbol
42
Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango
Tahun 2011
Di tahun 2011 jumlah poskesdes mengalami peningkatan dibanding
tahun 2010 karena di tahun 2011 Poskesdes sudah memiliki gedung.
Dan untuk Polindes jumlahnya sama dengan tahun 2010 karena
tahun 2011 beralih status menjadi Poskesdes.
43
Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango
Tahun 2011
BAB IV
SITUASI UPAYA KESEHATAN
4.1 Pemanfaatan Sarana Pelayanan Kesehatan Dasar
Jumlah Puskesmas di Kabupaten Bone Bolango tahun 2011 yaitu
Puskesmas sebanyak 19 buah dan 2 diantaranya merupakan Puskesmas
Rawat Inap yakni Puskesmas Suwawa dan Puskesmas Bonepantai, 3 unit
puskesmas mampu PONED, yakni Puskesmas Suwawa, Puskesmas
Bonepantai dan Puskesmas Dumbayabulan, Pustu 33 buah, Pusling 18
buah, Poskesdes 49 buah, Polindes 27 buah dan Posyandu 218 buah
serta telah dibangun 1 unit Panti Pemulihan Gizi (Feeding Centre) bagi
balita gizi buruk, yang berada di Kecamatan Tilongkabila.
Sumber : Laporan Sie. Promkes Dinkes Bonbol
4.2 Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
Dalam rangka pelayanan kesehatan ibu dan anak dilakukan (1) pelayanan
ANC/pemeriksaan ibu hamil, (2) imunisasi, (3) pertolongan persalinan, (4)
penanggulangan penyakit-penyakit penyebab kematian, (5) deteksi dini
dan stimulasi tumbuh kembang anak, dan (6) usaha kesehatan sekolah.
44
Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango
Tahun 2011
a).
Pelayanan ANC / Pemeriksaan Ibu Hamil
Cakupan pelayanan Antenatal Care ( ANC ) dapat dipantau
melalui pelayanan kunjungan baru ibu hamil (K1) untuk melihat
akses dan pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai standar
paling sedikit empat kali (K4) dengan distribusi sekali pada
triwulan pertama, sekali pada triwulan dua, dan dua kali pada
triwulan ketiga.
Pelayanan yang diberikan oleh petugas kesehatan pada ibu
hamil yang berkunjungan ke tempat pelayanan kesehatan atau
antenatal care (ANC) adalah sebagai berikut Penimbangan
Berat Badan, Pemeriksaan kehamilannya, Pemberian Tablet
Besi,
Pemberian
Imunisasi TT,
pemeriksaan
tensi
dan
Konsultasi.
Cakupan pelayanan kunjungan baru ibu hamil ( K1 ) Tahun
2011 di Kabupaten Bone Bolango berdasarkan rekapan PWSKIA Dinas Kesehatan Bone Bolango sebesar 92 % menurun
dari tahun kemarin 94,53 %. Sedangkan untuk Cakupan K4 di
tahun 2011 mencapai 80,57 %, persentasi ini juga menurun bila
dibandingkan dengan capaian tahun kemarin yang sebesar
81,57 %, namun masih rendah bila dibandingkan dengan target
SPM tahun 2011 cakupan K4 Kabupaten Bone Bolango
sebesar 87 %.
Trend Cakupan K1 dan K4 5 (lima) tahun terakhir di Kabupaten
Bone Bolango dapat dilihat dalam grafik berikut ini
45
Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango
Tahun 2011
Sumber : Laporan Sie. KIA-KB Dinkes Bonbol
Permasalahan yang mengakibatkan belum tercapainya target
SPM K4 di beberapa Puskesmas antara lain tidak tercapainya
K1 murni maka mempengaruhi kunjungan K4 dimana dikatakan
kunjungan K4 bila ibu hamil telah memeriksakan kehamilannya
mulai dari Trimester I ( 1 kali ), Trimester II ( 1 kali ) dan
Trimester III ( 2 kali ). Tidak berjalannya Sweeping Ibu Hamil,
kurangnya dana yang mendukung terlaksananya kunjungan ke
rumah,
serta
adanya
bidan
yang
rangkap
tugas
juga
merupakan faktor yang mempengaruhi rendahnya cakupan K4.
Perlunya mengefektifkan sweeping ibu hamil merupakan salah
satu upaya untuk meningkatkan cakupan kunjungan K4.
Dalam pelayanan ibu hamil (antenatal) baik pada K1 maupun
K4 ibu hamil akan dibekali dengan Tablet Besi
(Fe), hal
ini
merupakan upaya penanggulangan anemia pada ibu hamil.
Pemberian Tablet Besi pada ibu hamil di Kabupaten Bone
Bolango pada tahun 2011 sebesar 92,1 % untuk Fe1 dan 81 %
untuk Fe3.
46
Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango
Tahun 2011
Untuk lebih jelasnya trend cakupan ibu hamil yang mendapat
tablet Fe dapat dilihat dalam grafik berikut ini
Sumber : Laporan Sie Gizi Dinkes Bonbol
Dari grafik di atas terlihat cakupan Fe3 ini sama dengan
cakupan K4 yang dilaporkan oleh Sie. KIA-KB sehingga jika
dibandingkan dengan tahun kemarin yang terjadi selisih antara
cakupan K4 dengan cakupan Fe, tahun ini terjadi penurunan
kinerja petugas kesehatan di masing-masing puskesmas yang
ada di Kabupaten Bone Bolango.
Dalam pelayanan ANC ibu hamil akan diberikan imunisasi TT
sebagai upaya perlindungan ibu dan bayinya dari kemungkinan
terjadinya Tetanus pada waktu persalinan. Oleh karena itu
pemberian imunisasi TT merupakan suatu keharusan pada
setiap ibu hamil. Di tahun 2011 dari 3.618 ibu hamil yang
mendapatkan imunisasi TT1 sebesar 94,5 % dan 81,7 % untuk
imunisasi TT2 (Lap. Sie. KIA-KB)
47
Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango
Tahun 2011
b)
Pertolongan Persalinan
Tenaga yang dapat memberikan pertolongan persalinan dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu tenaga profesional (dokter
spesialis kebidanan, dokter umum, dan bidan) dan dukun bayi
(dukun bayi terlatih dan tidak terlatih).
Cakupan Kunjungan Neonatal (KN2) Kabupaten Bone Bolango
berdasarkan data yang ada pada tahun 2011 adalah 81 %,
cakupan ini mengalami penurunan dari capaian tahun kemarin.
Trend cakupan KN2 di tahun 2011 dapat dilihat pada grafik di
bawah ini.
Sumber : Laporan Sie. KIA-KB Dinkes Bonbol
Sedangkan cakupan Kunjungan Bayi di Kabupaten Bone
Bolango pada tahun 2011 adalah 81,79 %, cakupan ini lebih
rendah bila dibandingkan dengan tahun 2010 yang hanya
89,33%, namun jika dibandingkan dengan target Nasional 2011
sebesar 90%, angka ini masih rendah.
48
Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango
Tahun 2011
Sumber : Laporan Imunisasi Dinkes Bonbol
Dari data SIK yang terkumpul persentasi kunjungan bayi
tertinggi berada di kecamatan Bulango Ulu sebesar 111,49 %
dan yang terendah masih berada di Kecamatan Suwawa
Tengah yang hanya sebesar 60,00 %.
c)
Program Imunisasi
Untuk menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan
bayi serta anak balita perlu dilaksanakan program imunisasi
untuk penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
(PD3I) seperti penyakit TBC, Difteri, Pertusis, Tetanus,
Hepatitis B, Polio dan campak. Idealnya bayi harus mendapat
imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari BCG 1 kali, DPT 3
kali, Polio 4 kali, HB 3 kali dan campak 1 kali. Untuk menilai
kelengkapan imunisasi dasar bagi bayi, biasanya dilihat dari
cakupan
imunisasi
campak,
karena
imunisasi
campak
merupakan imunisasi terakhir yang diberikan pada bayi.
Sedangkan untuk menilai angka drop out cakupan imunisasi
dasar dilihat dari selisih cakupan imunisasi DPT1 dikurangi
cakupan imunisasi campak.
49
Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango
Tahun 2011
Cakupan imunisasi lengkap untuk tahun 2011 berdasarkan
laporan dari petugas imunisasi Dinas Kesehatan di Kabupaten
Bone Bolango sebesar 79 %, angka ini naik dari tahun
sebelumnya yaitu 72.77 % sebagaimana terlihat dalam grafik
berikut ini
Sumber
: Laporan Program Imunisasi Dinkes Bone Bolango
Sedangkan
untuk
perkembangan
jumlah
desa
UCI
di
Kabupaten Bone Bolango dapat dilihat dalam grafik berikut ini
Sumber : Laporan Imunisasi Dinkes Bonbol
50
Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango
Tahun 2011
d).
Program Keluarga Berencana
1. Jumlah Pasangan Usia Subur ( PUS )
Pada Tahun 2011, jumlah PUS yang terdata sebanyak
28.743 dimana jumlah peserta KB Aktif sebanyak 27,71 %
sedangkan jumlah peserta KB Baru sebanyak 1,39 %. Untuk
lebih jelasnya tentang perkembangan jumlah PUS dan
Peserta KB dapat dilihat dalam grafik dibawah ini
Sumber : 2007-2009 Data SIK PKM dan KIA-KB, 2011 Data Capil dan
Bone Bolango Dalam Angka 2011
2. Peserta KB Aktif ( PA )
Untuk peserta KB Aktif Berdasarkan Data Kantor Catatan
Sipil Kabupaten Bone Bolango selama Tahun 2011 terdapat
7.965 peserta, persentase penggunaan alat kontrasepsi
peserta KB dapat dilihat dalam grafik berikut ini
51
Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango
Tahun 2011
Sumber : Data Capil Bonbol
Kontrasepsi suntik memang cukup menjadi primadona
masyarakat
karena
selain
praktis
juga
cepat
dalam
mendapatkan pelayanan. Sedangkan kontrasepsi untuk pria
yaitu MOP dan Kondom adalah kontrasepsi yang paling
sedikit digunakan. Hal ini disebabkan kebanyakan pria
(bapak) masih beranggapan bahwa urusan KB adalah
urusan ibu-ibu. Untuk jenis kontrasepsi obat vaginal
pencapaiannya memang tidak signifikan, karena kontrasepsi
ini tidak masuk dalam kontrasepsi program Keluarga
Berencana.
4.3 Upaya Kesehatan Rujukan dan Kesehatan Khusus
a.
Penyuluhan Masyarakat
Pada tahun 2011 jumlah seluruh penyuluhan masyarakat
berdasarkan laporan Sie. Promkes yang direkap dari 19
Kecamatan yakni sebanyak 1.447 kali, angka ini meningkat bila
dibandingkan dengan tahun kemarin yang hanya 1.069 kali.
Dari seluruh penyuluhan yang dilaksanakan di Kabupaten Bone
52
Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango
Tahun 2011
Bolango 1.176 penyuluhan diantaranya adalah penyuluhan
kelompok dan 271 penyuluhan massa.
b.
Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas
Pelayanan kesehatan gigi di puskesmas Kabupaten Bone
Bolango berdasarkan laporan Yankes tahun 2011 meliputi
tumpatan gigi tetap sebanyak 16 dan pencabutan gigi tetap
sebanyak 309, dengan rasio tambal cabut 0,05.
c.
TFC (Therapheutic Feeding Centre)
Berdasarkan data TFC (Therapheutic Feeding Centre) dari 23
balita yang dirawat selama 2011 yang didiagnosis menderita
marasmus sebesar 5 orang, sisanya didiagnosis gizi buruk
11orang, gizi kurang 4 orang dan kwasiorkor 0 orang. Dari 23
balita yang dirawat di 2011 yang pulang dinyatakan sembuh
hanya 11 orang, yang meninggal tidak ada, dan pulang paksa 5
orang dan yang dirujuk di RS 4. Pasien gizi buruk kebanyakan
pulang paksa disebabkan oleh alasan keluarga pasien yang
memikirkan urusan rumah daripada pasien serta kurangnya
pengetahuan keluarga pasien.
TFC di Kabupaten Bone Bolango, untuk anak gizi buruk yang
disertai penyakit komplikasi seperti diare, pnemonia dan lainlain masih dirujuk di rumah sakit.
Untuk
menanggulangi
masalah
yang
dihadapi
TFC,
memberikan pendekatan psikologi kepada keluarga pasien
agar pasien tersebut dirawat sampai sembuh, selain itu
diharapkan adanya penambahan fasilitas serta penyediaan
logistik dan bahan makanan untuk anak gizi buruk dan keluarga
pasien sehingga pelayanan TFC bisa optimal.
53
Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango
Tahun 2011
4.4 Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Upaya pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari upaya pelayanan kesehatan
secara paripurna. Upaya tersebut dimaksudkan untuk (1) menjamin
ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan obat generik dan obat
esensial yang bermutu bagi masyarakat, (2) mempromosikan
penggunaan obat yang rasional dan obat yang generik, (3)
meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian difarmasi komunitas
dan farmasi klinik serta pelayanan kesehatan dasar, serta (4)
melindungi masyarakat dari penggunaan obat dan alat kesehatan
yang tidak memenuhi persyaratan, mutu dan keamanan.
a.
Ketersediaan Jenis Obat Untuk Pelayanan Kesehatan
Dasar
Salah satu jenis pelayanan kefarmasian di Puskesmas yaitu
penyediaan obat untuk pelayanan kesehatan dasar. Hal ini bisa
dilihat dari jumlah ketersediaan jenis obat sesuai dengan
kebutuhan di Puskesmas tahun 2011 yakni sebanyak 76 jenis
dengan persentase 100 %.
b.
Penerapan Penggunaan Obat
Penerapan dalam penggunaan obat essensial dan generik
dimaksudkan agar terjaminnya ketersediaan, keterjangkauan,
dan pemerataan obat dalam pelayanan kesehatan dasar, yang
pelaksanaannya mencakup pengadaan obat essensial dan
generik, sosialisasi dan revitalisasi konsepsi obat esensial serta
penerapan penggunaan obat esensial generik pada fasilitas
pelayanan kesehatan publik milik pemerintah.
Pada tahun 2011 penyediaan obat di Kabupaten Bone Bolango
telah mencapai 95 % angka ini mendekati target SPM 100%,
kendala dalam pencapaian ini karena ada beberapa jenis obat
essensial yang belum tersedia bentuk generiknya.
54
Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango
Tahun 2011
BAB V
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN
5.1. Sarana Kesehatan
a.
Puskesmas
Di Kabupaten Bone Bolango distribusi Puskesmas dan
Puskesmas Pembantu sebagai ujung tombak pelayanan
kesehatan dasar telah lebih merata. Pada tahun 2011 setelah
dilakukan pemekaran jumlah puskesmas yang ada sampai
akhir tahun sebanyak 19 unit. Dengan demikian rata-rata rasio
puskesmas terhadap 100.000 penduduk adalah 13,41.
Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan Puskesmas, ada
beberapa Puskesmas telah ditingkatkan fungsinya menjadi
puskesmas dengan tempat perawatan. Puskesmas perawatan
ini terutama yang berlokasi jauh dari rumah sakit, di jalur-jalur
jalan raya yang rawan kecelakaan, serta diwilayah terpencil.
Hingga tahun 2011 jumlah puskesmas perawatan di Kabupaten
Bone Bolango sebanyak 2 buah yaitu Puskesmas Suwawa dan
Puskesmas
Bonepantai.
Sehubungan
dengan
penurunan
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Balita (AKB),
ada 3 Puskesmas yang dijadikan Puskesmas mampu PONED
yaitu
Puskesmas
Suwawa,
Puskesmas
Bonepantai
dan
Puskesmas Dumbayabulan.
b.
Puskesmas Pembantu
Puskesmas Pembantu di Kabupaten Bone Bolango pada tahun
2011 berdasarkan laporan Sie. Promkes berjumlah 33 buah.
Ratio desa per puskesmas pembantu 4,9 dengan demikian
setiap puskesmas pembantu rata-rata melayani 4 - 5 desa.
55
Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango
Tahun 2011
c.
Rumah Sakit
Fasilitas lain yang memberikan layanan rujukan dan rawat inap
di sebuah daerah yakni Rumah Sakit. Adapun jumlah rumah
sakit di Kabupaten Bone Bolango pada tahun 2011 sebanyak
dua buah yaitu 2 buah yakni RSU Toto dan RSU Tombulilato.
d.
Fasilitas Kesehatan di Puskesmas
Pada tahun 2011 jumlah mobil Puskesmas Keliling sebanyak
18 buah, jumlah sepeda motor seluruhnya 122 buah, jumlah
rumah dinas dokter dan paramedis di Kabupaten Bone Bolango
sebanyak 35 buah. Dengan adanya penambahan beberapa
fasilitas seperti ini diharapkan mutu dan jangkauan pelayanan
kesehatan dapat meningkat, demikian juga dengan kinerja
tenaga kesehatan yang diberikan fasilitas kenderaan dinas.
e.
Polindes
Jumlah Polindes di Kabupaten Bone Bolango tahun 2011
sebanyak 27 buah. Cakupan polindes aktif rata-rata kabupaten
100 % sedangkan ratio Polindes per Puskesmas adalah 1,42
berarti rata-rata tiap puskesmas membawahi 1 - 3 polindes.
f.
Poskesdes
Jumlah Poskesdes di Kabupaten Bone Bolango tahun 2011
sebanyak 68 buah.
g.
Posyandu
Jumlah Posyandu di Kabupaten Bone Bolango tahun 2011
sebanyak 218 buah. Ratio Posyandu per Puskesmas adalah
11,47 berarti rata-rata tiap wilayah puskesmas mempunyai 12
posyandu.
56
Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango
Tahun 2011
h.
TFC (Therapeutic Feedeng Center)
TFC di Kabupaten Bone Bolango sebanyak 1 buah, Fasilitas
kesehatan ini baru berdiri di tahun 2011 dan diharapkan dapat
dapat mengatasi masalah gizi buruk yang ada di Kabupaten
Bone Bolango.
i.
Desa Siaga
Kabupaten Bone Bolango berdasarkan laporan Sie. Promkes
Dinas Kesehatan sudah mempunyai 68 Desa Siaga. Ratio
Desa Siaga per Puskesmas adalah 3,58 berarti di tiap wilayah
puskesmas terdapat 2 - 3 Desa Siaga.
5.2. Tenaga Kesehatan
Dalam pembangunan kesehatan diperlukan sumber daya manusia dalam
hal ini tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan melaksanakan upaya
kesehatan dengan paradigma sehat, yang mengutamakan upaya
peningkatan,
pemeliharaan
kesehatan
dan
pencegahan
penyakit.
Pengadaan tenaga kesehatan dilaksanakan melalui pendidikan dan
pengembangan
tenaga
kesehatan
melalui
pelatihan
tenaga
oleh
pemerintah maupun masyarakat.
a.
Tenaga Medis
Tahun 2011 di Kabupaten Bone Bolango tercatat jumlah tenaga
medis yang ada di seluruh puskesmas dan rumah sakit
sebanyak 25 orang dengan perincian 2 Orang dokter spesialis,
21 orang dokter umum serta dokter gigi sejumlah 2 orang
dengan rasio masing-masing per 100.000 penduduk yakni 1,41
untuk dokter spesialis 14,80 untuk dokter umum dan 1,41 untuk
dokter gigi. Sedangkan untuk rasio dokter keluarga belum
dapat disajikan karena belum ada data yang masuk.
57
Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango
Tahun 2011
Bila dibandingkan dengan target pencapaian IS 2011, nampak
bahwa rasio untuk tenaga dokter umum dan dokter gigi belum
mencapai target (dokter umum 40 per 100.000 penduduk,
dokter gigi 11 per 100.000 penduduk).
Kurangnya tenaga medis di Kabupaten Bone Bolango perlu
diperhatikan. Adanya dokter PTT diharapkan dapat membantu
pemenuhan kebutuhan masyarakat akan tenaga medis. Pada
tahun 2011 jumlah dokter PTT sebanyak 22 orang, terdiri dari
dokter umum 11 orang dan dokter gigi sebanyak 11 orang.
b.
Tenaga Kefarmasian dan Gizi
Tenaga Farmasi yang ada diseluruh puskesmas dan rumah
sakit berjumlah 5 orang. Untuk rasio tenaga kefarmasian per
100.000 penduduk masih jauh dari yang diharapkan karena
hingga tahun 2011 rasio tenaga kefarmasian baru mencapai
3,52 per 100.000 penduduk (Target IS 2011 adalah 100 per
100.000 penduduk).
Sementara itu, tenaga gizi yang ada di kabupaten Bone
Bolango
berjumlah 35 orang, rasio tenaga gizi terhadap
100.000 penduduk
sebesar 24,66 angka ini menurun bila
dibandingkan dengan tahun kemarin yang hanya 28,22 namun
untuk target IS 2011 belum tercapai karena harus 40 per
100.000 penduduk.
c.
Tenaga Keperawatan
Tenaga kesehatan tergolong ke dalam tenaga keperawatan
adalah Perawat dan Bidan. Tenaga perawat dan bidan yang
ada di seluruh puskesmas dan rumah sakit yang ada di
Kabupaten Bone Bolango berjumlah 162 orang perawat dan
131 orang bidan. Rasio tenaga perawat di Kabupaten Bone
58
Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango
Tahun 2011
Bolango tahun 2011 mencapai 114,15 per 100.000 penduduk,
dan untuk tenaga bidan sebesar 92,31 per 100.000 penduduk.
Bila dibandingkan dengan target pencapaian IS 2011 untuk
tenaga perawat sebesar 100 per 100.000 penduduk dan untuk
tenaga bidan adalah sebesar 117,5 per 100.000 penduduk.
Dengan melihat angka ini maka rasio tenaga perawat dan bidan
di Kabupaten Bone Bolango belum mencapai target IS 2011.
d.
Tenaga Kesehatan Masyarakat dan Sanitasi
Jumlah tenaga kesehatan masyarakat di seluruh puskesmas
dan rumah sakit di Kabupaten Bone Bolango tahun 2011
mencapai 77 orang dengan rasio sebesar 54,26 per 100.000
penduduk. Sementara itu, pada tahun yang sama jumlah
tenaga sanitasi telah mencapai jumlah 23 orang dengan rasio
sebesar 16,21 per 100.000 penduduk. Bila dibandingkan
dengan target pencapaian IS 2011 maka kedua jenis tenaga
tersebut masih sangat dibutuhkan mengingat target yang
diharapkan adalah masing-masing 40 per 100.000 penduduk.
5.3. Pembiayaan Kesehatan
Alokasi anggaran pada Dinas Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Tahun
Anggaran 2011 dapat dilihat dalam tabel berikut ini
59
Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango
Tahun 2011
Tabel
Anggaran Kesehatan Kabupaten Bone Bolango
Tahun 2011
N
O
SUMBER BIAYA
1
2
ALOKASI ANGGARAN
KESEHATAN
Rupiah
%
3
4
15.903.209.553
88.75
115.930.000
1
- Dana Alokasi Khusus (DAK)
-
0
- Askeskin
-
0
1.900.000.000
10.6
ANGGARAN KESEHATAN :
1
APBD Kabupaten
2
APBD provinsi
3
APBN :
- BOK
4
Pinjaman/Hibah Luar Negeri (PHLN)
-
0
5
Sumber Pemerintah Lainnya
-
0
17.919.139.553
100
Total APBD Kabupaten
434.314.461.549
% APBD Kesehatan terhadap APBD
24%
Kabupaten
Anggaran Kesehatan Per kapita
3.060,38
3.66
Total Anggaran Kesehatan
Sumber: Subbag Keuangan dan Asset Dikes Kab. Bone Bolango
Keterangan : Total Anggaran kesehatan bersumber APB Kabupaten
(termasuk Gaji) mencapai Rp. 16.537.977.448.
60
Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango
Tahun 2011
BAB VI
PENUTUP
6.1
KESIMPULAN
Berbagai upaya telah dilaksanakan dalam pembangunan kesehatan,
antara lain upaya peningkatan dan perbaikkan terhadap derajat kesehatan
masyarakat, upaya pelayanan kesehatan, sarana kesehatan dan sumber
daya kesehatan. Hasil-hasil kegiatan pembangunan kesehatan yang
menyeluruh di Kabupaten Bone Bolango selama tahun 2011 tergambar
dalam Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa hingga tahun ini berbagai
peningkatan derajat kesehatan masyarakat telah dicapai sebagai hasil
dari pembangunan kesehatan, sejalan dengan perbaikan kondisi umum,
perbaikan keadaan sosial dan ekonomi masyarakat Bone Bolango.
Gambaran yang demikian merupakan fakta yang harus dikomunikasikan
baik kepada para pimpinan dan penglola program kesehatan maupun
kepada lintas sektor dan masyarakat di daerah yang didiskripsikan melalui
data dan informasi.
Oleh karena data dan informasi merupakan sumber daya yang strategis
bagi pimpinan dan organisasi dalam pelaksanaan manajemen, maka
penyediaan data/informasi yang berkualitas sangat diperlukan sebagai
masukan dalam proses pengambilan keputusan. Di bidang kesehatan,
data dan informasi ini diperoleh melalui penyelenggaraan Sistem Informasi
Kesehatan. Salah satu luaran utama dari penyelenggaraan sistem
informasi kesehatan adalah Profil Kesehatan. Dalam perkembangannya,
profil kesehatan ini menjadi paket sajian data dan informasi yang sangat
penting, karena sangat dibutuhkan baik oleh jajaran kesehatan, lintas
sektor maupun masyarakat.
61
Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango
Tahun 2011
Namun disadari, sistem informasi kesehatan yang ada saat ini masih
belum dapat memenuhi kebutuhan data dan informasi kesehatan secara
optimal, apalagi dalam era desentralisasi, pengumpulan data dan
informasi dari Puskesmas menjadi relatif lebih sulit. Hal ini berimplikasi
pada
kualitas data
dan informasi
yang disajikan di dalam Profil
Kesehatan Kabupaten Bone Bolango yang terbit saat ini belum sesuai
dengan harapan.
Walaupun demikian, diharapkan Profil Kesehatan Kabupaten Bone
Bolango ini tetap dapat memberikan gambaran secara garis besar dan
menyeluruh tentang seberapa jauh perubahan dan perbaikan keadaan
kesehatan masyarakat yang telah dicapai.
Betapapun, Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango ini belum
mendapat apresiasi yang memadai karena belum dapat menyajikan data
dan informasi yang sesuai dengan harapan, namun paket sajian ini
merupakan satu-satunya publikasi data dan informasi di jajaran kesehatan
yang relatif paling lengkap sehingga kehadirannya selalu ditunggu.
Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan kualitas Profil Kabupaten
Bone Bolango, Dinas Kesehatan Kabupaten Bone Bolango senantiasa
mencari terobosan-terobosan dalam hal mekanisme pengumpulan data
dan informasi secara cepat untuk mengisi ketidaktersediaan data dan
informasi khususnya yang bersumber dari puskesmas.
6.2 SARAN
1. Dari hasil-hasil tersebut di atas, dapat dilihat bahwa masih ada
pelaksanaan program yang belum mencapai hasil yang optimal.
Hal tersebut menunjukkan masih perlunya perhatian dan
penanganan yang lebih serius karena pembangunan kesehatan
tetap merupakan kebutuhan masyarakat yang perlu ditingkatkan
62
Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango
Tahun 2011
secara
terus
menerus
sesuai
dengan
perkembangan
pembangunan nasional.
2. Penyusunan buku Profil kesehatan Kabupaten Bone Bolango
tahun 2011 telah diupayakan untuk lebih baik dari tahun-tahun
sebelumnya, baik dari segi kualitas data maupum analisisnya.
Namun disadari pula dalam penyusunan buku Profil kesehatan ini
masih ditemui banyak hambatan. Oleh karena itu untuk
penyusunan
Profil
diharapkan
format
Kesehatan
tidak
di
selalu
tahun-tahun
berubah
mendatang
tetapi
tetap
mengakomodir kebutuhan data dan informasi guna evaluasi dan
perencanaan tahunan kegiatan pembangunan kesehatan.
3. Ketidaklengkapan tabel-tabel dalam Profil Kesehatan tahun ini
salah satunya disebabkan karena ada beberapa item data yang
tidak jelas definisi operasionalnya. Oleh karena itu untuk tahutahun mendatang setiap data yang dibutuhkan perlu disertai
dengan definisi operasional yang jelas.
4. Perlu peningkatan kemampuan/ketrampilan pengelola data dan
pemegang program dalam mencermati data guna peningkatan
validitas data dan tidak selalu terulang adanya data-data yang
tidak akurat .
5 . Perlu dilaksanakan kegiata rapid survey untuk mendukung
validitas serta keakuratan data Profil kesehatan.
6 . Perlu
dibuat
suatu
software
data
base
untuk
keperluan
penyusunan profil kesehatan.
Semoga Buku Profil Kesehatan Tahun 2011 ini dapat bermanfaat. Kritik
dan saran sangat kami harapkan demi perbaikan Buku Profil Kesehatan
pada tahun-tahun mendatang.
SEKIAN
63
Download