Peran Partisipasi Stakeholder terhadap Efektivitas

advertisement
MAKALAH KOLOKIUM
Nama Pemrasaran/NIM
Departemen
Pembahas
Dosen Pembimbing/NIP
Judul Rencana Penelitian
:
:
:
:
:
Tanggal dan Waktu
:
Muhamad Randy Wiguna Semesta/ I34100059
Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Lathiffida Noor Jaswandi/ I34100156
Ir Fredian Tonny Nasdian MS/ 19641102 199203 1 003
Peran Partisipasi Stakeholder terhadap Efektivitas Program
Green Corridor Initiative (GCI), Chevron
19 Maret 2014, Pukul 12.00-13.00 WIB
1. PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG
Populasi hewan langka di wilayah Gunung halimun salak kian menurun. Data dari TNGHS
menyebutkan, populasi hewan langka di area taman nasional itu terancam punah. Macan tutul
(Panthera pardus melas) tinggal berjumlah 59 ekor, elang jawa (Nisaetus bartelsi) kurang dari 25
ekor, kukang jawa (Nycticebus javanicus) 12 ekor. Penyebab berkurangnya populasi hewanhewan tersebut disebabkan oleh banyak hal. Beberapa di antaranya disebabkan oleh pemburuan
liar serta perusakan habitat hewan.1 Masalah menurunnya populasi hewan langka di wilayah
Gunung Halimun Salak ini mserupakan masalah yang menjadi tanggung jawab bersama.
Menyadari adanya masalah tersebut PT Chevron Geothermal bersama dengan para
stakeholder lain membentuk program yang dinamakan program Green Corridor Initiative (GCI).
Tujuan utama program ini adalah melakukan restorasi Koridor Halimun Salak (KHS) untuk
penghidupan yang berkelanjutan dengan menghubungkan dua ekosistem penting, yaitu ekosistem
Gunung Salak dan ekosistem Halimun, yang merupakan habitat dan tempat perlintasan bagi tiga
spesies kunci yaitu: Owa Jawa (Hylobates moloch), Macan (Panthera pardus), dan Elang Jawa
(Spizaeteus bartelsi), serta menjadi bagian dari daerah tangkapan air DAS Cisadane dan DAS
Citarik.2
PT Cevron Geothermal di Gunung Salak merupakan salah satu perusahaan yang
mendayagunakan energi panas bumi terbesar di dunia. Panas bumi adalah sumber daya alam
yang dapat diperbaharui dan digunakan sebagai pembangkit listrik melalui pemanfaatan daya
alami uap bumi. Sebagai bukti profesionalisme dan tanggung jawab sosial perusahaan,
Perusahaan Geothermal menyelenggarakan program CSR (Corporate Social Responsibility).
Penyelenggaraan program Green Corridor initiative (GCI) ini merupakan bagian dari salah satu
program CSR (Corporate Social Responsibility) bagi PT Chevron Geothermal.
Pengimplementasian program Green Corridor Initiative (GCI) membutuhkan adanya
partisipasi stakeholder sehingga program akan terselenggara secara efektif.Perbedaan persepsi
peran dan tanggung jawab di antara stakeholder ini merupakan masalah fundamental untuk
membangun kerja sama. Mainstream yang muncul saat ini lebih menempatkan perusahaan
sebagai penanggung jawab tunggal untuk mencapai keberhasilan CSR. Apapun yang terkait
dengan resources untuk mendukung CSR menjadi beban perusahaan. Itu sebabnya, perusahaan
akan menjadi kambing hitam jika terjadi kegagalan dalam CSR.Oleh karena itu, hal yang akan
menjadi pertanyaan secara garis besar dari penjelasan diatas yakni Bagaimana peran partisipasi
stakeholder terhadap efektivitas program Green Corridor Initiative (GCI)?
1.2.
RUMUSAN MASALAH
Untuk menjadikan program GCI berjalan secara efektif tergantung pada proses
pengimplementasian program tersebut. Pengimplementasian program CSR merupakan sebuah
proses yang tidak hanya ditinjau dari waktu pelaksanaan program saja, melainkan terdiri dari
beberapa tahapan. Wibisono (2007) dalam Rosyida (2011) mengemukakan perusahaanperusahaan yang telah berhasil dalam menerapkan CSR menggunakan tahapan implementasi
CSR sebagai berikut terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi, dan
1
2
Dikutip dari: http://www.berani.co.id/news/9/1009852/tnghs-lakukan-konservasi-satwa-langka
Dikutip dari http://www.kehati.or.id/id/ekosistem-kehutanan/green-corridor-initiative.html
tahap pelaporan. Pada penelitian ini akan mendeskripsikan dan menjelaskan bagaimana
pengimplementasian Program Green Corridor Initiative (GCI) baik pada tahap perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi dan menikmati hasil?
Prinsip – prinsip kemitraan mencakup hal-hal mendasar yang harus dimiliki oleh setiap
stakeholder dalam menjalin kerja sama dengan stakeholder yang lainnya. Oleh karena itu penting
untuk dianalisis sejauhmana pengaruh penguatan prinsip kemitraan terhadap tingkat
partisipasi stakeholders GCI ?
Partisipasi stakeholder merupakan faktor yang dapat mempengaruhi efektivitas program
CSR, desain program yang bagus dan jumlah dana yang banyak tidak menjadi jaminan
keberhasilan program jika tanpa melibatkan partisipasi dari seluruh stakeholder yang ada. Jika kita
berbicara tentang efektivitas maka akan berkaitan dengan pecapaian tujuan dan tingkat partisipasi
masyarakat dalam pelaksanaan program di lapangan. Semakin tinggi tingkat pencapaian tujuan
dan tingkat partisipasi masyarakat maka akan semakin efektif program yang akan dilaksanakan,
tentu dalam hal ini adalah program Green Corridor Initiative (GCI). Oleh karena itu penting untuk
dianalisis bagaimana hubungan antara tingkat partisipasi stakeholder dengan tingkat
efektivitas implementasi Program GCI?
1.3. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini secara umum menganalisis peran partisipasi stakeholder terhadap
efektivitas program Green Corridor Initiative (GCI). Sedangkan secara khusus penelitian ini
bertujuan untuk:
1. Mendeskripsikan dan menjelaskan pengimplementasian Program Green Corridor
Initiative (GCI) baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan menikmati
hasil?
2. Menganalisis pengaruh penguatan prinsip kemitraan terhadap tingkat partisipasi
stakeholders GCI.
3. Menganalisis hubungan antara tingkat partisipasi stakeholder dengan tingkat
efektivitas implementasi Program GCI
1.4. KEGUNAAN PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi para pihak yang berminat maupun
yang terkait dengan masalah CSR, khususnya kepada :
1. Peneliti untuk menambah pengetahuan dan pengalaman mengenai program CSR dan
mampu memaknai secara ilmiah fenomena yang terlihat.
2. Civitas Akademika dapat memperoleh koleksi terbaru penelitian yang akan memperkaya
perkembagan pengetahuan mengenai CSR.
3. Kalangan non akademisi, seperti perusahaan bermanfaat menjadi bahan pertimbangan
dan data untuk mengevaluasi penerapan program CSR yang telah dilaksanakan guna
meningkatkan efektifitas perusahaan.
4. Masyarakat, dapat memperoleh pengetahuan serta gambaran mengenai partisipasi dalam
program CSR.
5. Pemerintah, diharapkan dapat menentukan arah kebijakan dan peraturan mengenai CSR
yang lebih bermanfaat bagi masyarakat.
2. PENDEKATAN TEORITIS
2.1.
`TINJAUAN PUSTAKA
Konsep CSR (Corporate Social Responsibility)
Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) menghendaki adanya hubungan
yang harmonis antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat (stakeholders). Masing-masing
stakeholders melakukan perannya sesuai dengan kapasitas dan kompetensi yang dimiliki.
Partisipasi dunia usaha dalam pembangunan berkelanjutan adalah dengan mengembangkan
program kepedulian perusahaan kepada masyarakat di sekitarnya yang disebut tanggung jawab
sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility) atau disingkat CSR. CSR merupakan salah
satu upaya untuk menciptakan keberlangsungan usaha dalam menciptakan dan memelihara
keseimbangan antara mencetak keuntungan, fungsi-fungsi sosial dan pemeliharaan lingkungan
hidup (triple bottom line) ( Prabawati 2009).
Implementasi CSR
Wibisono (2007) dalam Rosyida (2011) mengemukakan perusahaan-perusahaan yang
telah berhasil dalam menerapkan CSR menggunakan tahapan implementasi CSR sebagai berikut:
1. Tahap Perencanaan: Tahap ini terdiri dari tiga langkah utama, yaitu Awareness Building, CSR
Assesment, dan CSR Manual Building. Awareness Building merupakan langkah awal untuk
membangun kesadaran perusahaan mengenai arti penting CSR dan komitmen manajemen, upaya
ini dapat dilakukan melalui seminar, lokakarya, dan lain-lain. CSR Assesment merupakan upaya
untuk memetakan kondisi perusahaan dan mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu mendapatkan
prioritas perhatian dan langkah-langkah yang tepat untuk membangun struktur perusahaan yang
kondusif bagi penerapan CSR secara efektif. Pada tahap membangun, CSR manual, dilakukan
melalui benchmarking, menggali dari referensi atau meminta bantuan tenaga ahli independen dari
luar perusahaan. Pedoman ini diharapkan mampu memberikan kejelasan dan keseragaman pola
pikir dan pola tindak seluruh elemen perusahaan guna tercapainya pelaksanaan program yang
terpadu, efektif, dan efisien.
2. Tahap Pelaksanaan: Pada tahap ini terdapat beberapa poin yang harus diperhatikan seperti
pengorganisasian sumber daya, penyusunan untuk menempatkan orang sesuai dengan jenis
tugas, pengarahan, pengawasan, pelaksanaan, pekerjaan sesuai dengan rencana, serta penilaian
untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan.
3. Tahap Pemantauan dan Evaluasi: Tahap ini perlu dilakukan secara konsisten dari waktu ke
waktu untuk mengukur sejauhmana efektivitas penerapan CSR sehingga membantu perusahaan
untuk memetakan kembali kondisi dan situasi serta capaian perusahaan dalam implementasi CSR
sehingga dapat mengupayakan perbaikan-perbaikan yang perlu berdasarkan rekomendasi.
4. Tahap Pelaporan: Pelaporan perlu dilakukan untuk membangun sistem informasi, baik untuk
keperluan proses pengambilan keputusan maupun keperluan keterbukaan informasi material dan
relevan mengenai perusahaan.
Partisipasi dan Kemitraan Stakeholders
Partisipasi
Partisipasi merupakan proses aktif, inisiatif diambil oleh warga komunitas sendiri, dibimbing
oleh cara berpikir mereka sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan
mekanisme) dimana mereka dapat menegaskan kontrol secara efektif. Partisipasi tersebut dapat
dikategorikan: pertama, warga komunitas dilibatkan dalam tindakan yang telah dipikirkan atau
dirancang oleh orang lain dan dikontrol oleh orang lain. kedua, partisipasi merupakan proses
pembentukan kekuatan untuk keluar dari masalah mereka sendiri. Titik tolak partisipasi adalah
memutuskan, bertindak, kemudian mereka merefleksikan tindakan tersebut sebagai subyek yang
sadar (Nasdian 2006).
Mitchel et.al (2010) menjelaskan bahwa pendekatan partisipatif mungkin memerlukan
waktu lebih lama pada tahap – tahap awal perencanaan dan analisis, di dalam proses selanjutnya,
pendekatan ini akan mengurangi atau menghindari adanya pertentangan. Saat ini negara – negara
demokratik dengan masalah yang semakin kompleks, lebih banyak pengelola memandang positif
pendekatan ini.
Law dan Hartig (1993) dalam Mitchel (2010) menambahkan bahwa efektif tidaknya
partisipasi tidak hanya sekedar dari jumlah kehadiran saja. Kepercayaan, komunikasi, kesempatan
dan fleksibilitas merupakan elemen penting yang menentukan efektif tidaknya program – program
partisipasi masyarakat.
Cohen dan Uphoff (1979) membagi partisipasi ke beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut:
1. Tahap pengambilan keputusan, yang diwujudkan dengan keikutsertaan masyarakat dalam
rapat-rapat. Tahap pengambilan keputusan yang dimaksud disini yaitu pada perencanaan
dan pelaksanaan suatu program. Proses pengambilan keputusan bermaksud untuk melihat
sejauh mana kesadaran masyarakat dalam memberikan penilaian dan menentukan
pemilihan sesuai dengan kebutuhan mereka sendiri. Seringkali pengambilan keputusan
yang dilakukan oleh stakeholders hanya terpusat pada orang-orang yang memiliki
kekuasaan, seperti pihak perusahaan yang lebih merasa mampu dari segala bidang,
sedangkan masyarakat cenderung diabaikan bahkan tidak dilibatkan dalam proses ini,
padahal proses pengambilan keputusan juga sangat bergantung pada keberhasilan
aktivitas kemudian. Apabila masyarakat diikutsertakan sebagai subyek dan mampu
mengambil keputusan mandiri maka akan lebih baik untuk keberlanjutan programnya.
2.
Tahap pelaksanaan yang merupakan tahap terpenting dalam pembangunan, sebab inti
dari pembangunan adalah pelaksanaanya. Wujud nyata partisipasi pada tahap ini
digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran, bentuk
sumbangan materi, dan bentuk tindakan sebagai anggota proyek. Tahap pelaksanaan juga
seringkali diartikan sebagai tahap implementasi, bahwa pada tahap ini partisipasi tidak
hanya bernilai sebuah tindakan nyata, namun dapat pula secara tidak langsung
memberikan masukan untuk perbaikan program dan membantu melalui sumber daya.
Tahap pelaksanaan partisipatif sangat berbeda dengan top down dan bottom up, namun
partisipasi dapat berupa gabungan dari kedua pendekatan tersebut, seperti yang bekerja
bukanlah hanya pihak perusahaan, namun bersama merumuskan kebutuhan kemudian
membangun hal yang diperlukan. Seperti contoh pelaksanaan top down hanya mengikuti
instruksi dari pihak tertentu baik instansi atau perusahaan tanpa secara langsung
mengikuti kebutuhan dari masyarakat sehingga banyak pelaksanaan pembangunan yang
menjadi sia-sia dan tidak berkelanjutan. Pelaksanaan partisipatif yang diikuti oleh seluruh
stakeholders akan meminimalisir kecenderungan akan pembangunan yang tidak berguna.
3. Tahap evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini merupakan
umpan balik yang dapat memberi masukan demi perbaikan pelaksanaan proyek
selanjutnya. Evaluasi merupakan kemampuan masyarakat dalam menilai baik-buruknya,
berhasil-tidak berhasil, dan efektif-tidak efektifnya suatu program. Pada tahapan ini
masyarakat setingkat lebih memahami kegunaan dan kerugian dari suatu program yang
diberikan sehingga mereka dapat menyusun dan mengeksekusi solusi atas penilaian
mereka. Evaluasi juga dapat menilai sejauhmana keberhasilan dan keefektifan program
yang mereka lakukan, sehingga mereka dapat menentukan secara mandiri dan sadar
apakah mereka harus melanjutkan atau meninggalkan kegiatan tersebut. Evaluasi yang
dilakukan oleh orang dalam cenderung lebih sesuai konteks dengan permulaan difasilitasi
oleh orang luar. Apabila evaluasi dilakukan oleh pihak lain hal ini tentunya menunjukkan
belum munculnya partisipasi dari masyarakat sendiri.
4. Tahap menikmati hasil, yang dapat dijadikan indikator keberhasilan partisipasi masyarakat
pada tahap perencanaan dan pelaksanaan proyek. Selain itu, dengan melihat posisi
masyarakat sebagai subjek pembangunan, maka semakin besar manfaat proyek
dirasakan, berarti proyek tersebut berhasil mengenai sasaran. Pada tahapan ini
masyarakat sudah mampu merasakan keberhasilan dari program yang telah mereka
lakukan. Mereka juga dapat mengukur hasil yang mereka peroleh dengan potensi sendiri
yang mereka miliki
Kemitraan
Utama (2006) mendefinisikan kemitraan sebagai jalinan kerja sama antar pihak – pihak
yang terkait untuk sebuah kepentingan dan tujuan tertentu. Villarin (1996) dalam Utama (2006)
menjelaskan tentang empat prinsip yang seharusnya menjadi spirit kemitraan antara lain:
1. Saling Percaya dan Menghormati
Mengingat posisi dan perannya yang sangat penting secara kelembagaan, kemitraan tidak
akan terjadi kecuali di antara pihak – pihak yang sudah saling mengenal dengan baik satu
sama lain sehingga sampai kepada kondisi yang paling tinggi, yaitu saling percaya dan
penghormatan satu sama lain (mutual trust and respect).
2. Otonomi dan Kedaulatan
Salah satu komponen penting dalam kemitraan adalah penghargaan atas otonomi
lembaga. Sebuah hubungan kemitraan selayaknya dibangun dan dijalankan melalui
kesepakatan seluruh pihak yang terlibat. Prinsip kedua ini secara logic merupakan implikasi
dari adanya prinsip yang pertama. Dengan adanya saling percaya dan menghormati, pihak
– pihak yang membangun kemitraan akan dengan sendirinya memahami dan menghargai
eksistensi masing – masing pihak tanpa perlu mencampuri (intervene) satu terhadap yang
lain. Kemitraan karenanya tidak menerima terjadinya relasi yang bersifat dominasi diantara
pihak – pihak yang terlibat.
3. Saling Mengisi
Pada tataran praksis, prinsip ketiga ini mewujud pada adanya kesepakatan untuk berbagi
posisi dan peran berdasarkan identitas masing – masing pihak ke arah terjadinya sinergi
kelembagaan. Pada pemahaman tersebut, kemitraan sejatinya bertitik tolak atas kesadaran
terhadap “keterbatasan” lembaga dan sekaligus melihat adanya “kelebihan” pada pihak lain
yang diharapkan dapat menutupinya.
4. Keterbukaan dan Pertanggungjawaban
Kemitraan memerlukan adanya prinsip keterbukaan (transparency) yang memungkinkan
semua pihak yang terlibat dapat mengetahui dengan mudah komitmen dan kinerja masing
– masing pihak terhadap kesepakatan yang dibangun bersama. Sedangkan dalam rangka
menjamin pemenuhan terhadap pencapaian maksud dan tujuan kemitraan, diperlukan
adanya prinsip pertanggungjawaban (accountability) terhadap semua pelaksanaannya
pada tataran praksis.
Tingkat pelibatan masyarakat melalui kemitraan
Tingkat pelibatan masyarakat yang diharapkan dan dimungkinkan harus ditentukan. Sebagaimana
pengamatan Arnstein (1969), sebuah pendekatan partisipasi menunjukkan distribusi kekuasaan
dari pengelola ke masyarakat. Dengan dasar ini, Arnstein (1969) berpendapat bahwa berbagai
tingkatan pelibatan dapat diidentifikasikan, mulai dari tanpa partisipasi sampai pelimpahan
kekuasaan (Tabel 1).
Mitchel et.al (2010)Berbagai tingkatan partisipasi diatas digambarkan dengan empat jenis kerja
sama strategik yang telah diidentifikasikan oleh kementrian sumberdaya alam Ontario (1995)
berkaitan dengan keterlibatannya dengan peserta – peserta potensial. Hal ini dijelaskan sebagai
berikut:
1. Contributory partnership atau kemitraan melalui kontribusi merupakan suatu kesepakan
yang mana sebuah organisasi swasta atau publik setuju memberikan sponsor atau
dukungan, umumnya berupa dana, untuk beberapa kegiatan yang mempunyai sedikit
pengaruh atau sama sekali tidak terhadap proses partisipasi. Sementara kontribusi dana
selalu merupakan hal penting bagi suksesnya kegiatan, jenis ini merupakan tipe yang
lemah dari banyak kemitraan karena tidak skema peserta secara aktif terlibat dalam
pengambilan keputusan.
2. Operational partnership atau kemitraan operasional merupakan jenis kemitraan dengan
peserta atau mitra melakukan pembagian kerja, tidak hanya pengambilan keputusan. Disini
penekanannya untuk mencapai kesepakatan atas tujuan yang diinginkan bersama,
kemudian bekerjasama untuk mencapainya. Kerjasama ini dapat begitu tinggi, dimana
peserta saling berbagi sumberdaya bukan uang dalam jumlah besar. Kekuasaan masih
dipegang secara utama oleh peserta yang mempunyai sumber dana, dan ini biasanya
lembaga – lembaga pemerintah.
Tabel 1 Tingkat Partisipasi Masyarakat menurut Tangga Partisipasi Arnstein
No
Tingkat Partisipasi
Hakekat Kesertaan
1
Manipulasi
(Manipulation)
Permainan oleh
pemerintah
2
Terapi (Therapy)
Sekedar agar
masyarakat tidak
marah/sosialisasi
3
Pemberitahuan
(Informing)
Sekedar
pemberitahuan
searah/sosialisasi
4
Konsultasi
(Consultation)
Masyarakat didengar,
tapi tidak selalu
dipakai sarannya
5
Penentraman
(Placation)
Saran Masyarakat
diterima tapi tidak
selalu dilaksanakan
6
Kemitraan
(Partnership)
Timbal balik
dinegosiasikan
7
Pendelegasian
Kekuasaan
(Delegated Power)
Masyarakat diberi
kekuasaan (sebagian
atau seluruh program)
8
Kontrol Masyarakat
(Citizen Control)
Sepenuhnya dikuasai
oleh masyarakat
Tingkatan Pembagian
Kekuasaan
Tidak ada partisipasi
Tokenism/sekedar
justifikasi agar
mengiyakan
Tingkat kekuasaan ada
di masyarakat
Sumber : Arnstein (1969:217) dalam Rosyida (2011)
3. Consultative partnership adalah bentuk kemitraan dimana instansi yang bertugas
mengelola sumberdaya atau lingkungan secara aktif mencari masukan dari perseorangan,
kelompok serta organisasi lain diluar pemerintah. Mekanismenya biasanya melalui
pembentukkan komite, yang dirancang terutama untuk memberikan saran pada instansi
publik tentang isu atau kebijakan khusus. Kontrol jelas masih dipegang instansi publik,
yang mempunyai kebebasan untuk memilih saran yang diberikan. Walaupun demikian,
mitra dapat memberikan pengaruh cukup besar terhadap keputusan karena instansi publik
mengetahui harga politis yang harus dibayarkan dengan tidak dipakainya saran publik yang
mereka kumpulkan. Honorarium harian biasanya diberikan pada anggota komite,
didasarkan atas kesepakatan yang dicapai pada saat dimulainya proses.
4. Pembagian kekuasaan dalam pengambilan keputusan yang sesungguhnya dilakukan
dalam kemitraan kolaboratif (collaborative partnership), untuk mencapai tujuan yang
diterima semua pihak, dengan informasi, dana, dan tenaga saling dipertukarkan. Ini
merupakan satu – satunya bentuk kemitraan yang mana setiap peserta mempunyai
otonomi. Lebih khusus lagi, dalam bentuk ini instansi pemerintah memberikan beberapa
kekuasaannya pada organisasi diluar pemerintah. Umumnya, pelimpahan ini tidak disertai
pelimpahan tanggung jawab yang tetap secara formal dipegang oleh instansi pemerintah.
Dam bentuknya yang terbaik, keputusan dicapai melalui konsensus, konsensus ini dapat
dicapai ketika persoalan atau isu yang dihadapi dirasakan tidak akan mungkin diselesaikan
oleh salah satu pihak saja. Secara finansial bentuk ini meliputi pula kerja sama dalam
pendanaan serta penerimaan.
Konsep Stakeholder (Pemangku Kepentingan)
Freeman dan Reed (1983) dalam Jalal (2011) mendefinisikan pemangku kepentingan
secara sempit yaitu kelompok dan individu kepada siapa sebuah organisasi bergantung untuk
mempertahankan keberadaannya. Sedangkan dalam arti luas Freeman (1984) dalam Jalal (2011)
mendfinisikan pemangku kepentingan sebagai kelompok dan individu yang dapat mempengaruhi
dan atau dipengaruhi oleh pencapaian tujuan dari sebuah organisasi.
Menurut Sukada (2007) dalam Rosyida (2011), pelibatan pemangku kepentingan
ditentukan berdasarkan derajat relevansinya dengan keberadaan serta program yang akan
diselenggarakan. Sukada juga bahwa menambahkan, semakin relevan pemangku kepentingan
dengan kegiatan maupun aktivitas pengembangan masyarakat perusahaan, maka pelibatannya
menjadi keharusan.
Konsep Efektivitas
Menurut Barnard (2007) dalam Yulianti (2013) Efektivitas merupakan bentuk kerjasama sebagai
usaha yang berhubungan dengan pemenuhan tujuan dari sistem sebagai bentuk persyaratan
sistem. Yulianti(2013) menambahkan bahwa suatu program akan berjalan efektif jika program
tersebut berjalan sesuai tujuan pelaksanaan program.
Menurut Rihadini (2012) efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target
(kuantitas,kualitas dan waktu) yang telah dicapai oleh manajemen, yang mana target tersebut
sudah ditentukan terlebih dahulu.Menurut Subagyo (2000) dalam Budiani (2009) efektivitas adalah
kesesuaianantara output dengan tujuan yang ditetapkan.
Dengan mengacu pada beberapa pendapat terkait efektivitas, maka dapat disimpulkan bahwa
efektivitas program merupakan sebuah acuan untuk mengukur tingkat pencapaian dalam
memenuhi tujuan pengimplementasian program.
2.2.
Kerangka pemikiran
Partisipasi stakeholder diyakini mempunyai hubungan dengan efektivitas program GCI (Green
Corridor Initiative), Chevron. Konsep partisipasi stakeholder tersebut dapat dianalisis sesuai
dengan jenis kemitraan stakeholdermenggunakan empat jenis kerja sama strategik yang telah
diidentifikasikan oleh kementrian sumberdaya alam Ontario (1995) diantaranya contributory
partnership, operational partnership, consultative partnership dan collaborative partnership. Tinggi
rendahnya partisipasi stakeholder itu sendiri dipengaruhi oleh kualitas dari bentuk kemitraan yang
dapat dianalisis berdasarkan prinsip kemitraan menurut Villarin (1996) diantaranya saling percaya
dan menghormati, otonomi dan kedaulatan saling mengisi keterbukaan dan pertanggungjawaban.
Sedangkan efektivitas program Green Corridor Initiative (GCI) dianalisis menggunakan frekuensi
pencapaian tujuan dan tingkatan partisipasi masyarakat pada tahapan Cohen dan Uphoff (1979)
yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan menikmati hasil.
Tingkat Partisipasi Stakeholders:
1.
2.
3.
4.
Contributory partnership,
Operational partnership,
Consultative partnership
Collaborative partnership
Tingkat Efektivitas
program GCI:
1. Frekuensi pencapaian
tujuan
2. Tingkat partisipasi
masyarakat
Penguatan Prinsip kemitraan:
1.
2.
3.
4.
Tingkat kepercayaan dan penghormatan,
Tingkat Otonomi dan Kedaulatan,
Tingkat Saling Mengisi,
Tingkat Keterbukaan dan
Pertanggungjawaban
: berhubungan nyata
: mempengaruhi
Gambar 1 Kerangka Pemikiran
2.3.
Hipotesis Penelitian
1. Diduga terdapat hubungan antara penguatan prinsip kemitraan dengan tingkat partisipasi
stakeholders
2. Diduga terdapat hubungan antara tingkat partisipasi stakeholder dengan tingkat efektivitas
program GCI
2.3.
Definisi Operasional
Tingkat Efektivitas Program GCI
Tingkat efektivitas program GCI merupakan tingkatan yang telah dicapai dalam
pengimplementasian tujuan program GCI. Dalam penelitian ini tingkat efektivitas program
dikategorikan dalam persentase pencapaian program.
Tabel 2 kriteria pengukuran tingkat efektivitas program GCI
Persentase
pencapaian program
Pengkategorian
pencapaian program
>80%
Sangat Efektif
60 – 80%
Cukup efektif
40 – 59 %
Tidak efektif
<40%
Sangat tidak efektif
Adapun rumus yang akan digunakan untuk menghitung persentase pencapaian program:
𝑃
× 100% = 𝑃𝑇
𝑇
P: Pencapaian program
T: Tujuan pengimplementasian program
PT: Persentase pencapaian program
Prinsip Kemitraan
1. Saling Percaya dan Menghormati
Kondisi dimana para stakeholder saling mengenal, percaya dan menghormati satu sama
lain.
2. Otonomi dan Kedaulatan
kondisi dimana tidak adanya dominasi oleh suatu stakeholder dalam tiap kegiatan dan
terciptanya kesepakatan yang mewakili seluruh pihak.
3. Saling Mengisi
Kondisi dimana adanya pembagian kerja/ peran antar stakeholder dan saling melengkapi
dalam kelebihan maupun kekurangan stakeholder lain atas kemampuannya.
4. Keterbukaan dan Pertanggungjawaban
Kondisi dimana adanya tanggung jawab, keterbukaan (transparansi) terhadap kinerja atau
kewajiban yang telah disepakati
Tingkat Partisipasi Stakeholder
1. Contributory partnership
Terwujud jika stakeholder yang menginisiasi program memegang kontrol terhadap
program, sedangkan stakeholder lain sepakat dengan tujuan yang telah ditentukan.
2. Operational partnership
Terwujud jika kekuasaan utama masih dipegang oleh stakeholder penginisiasi program,
sedangkan stakeholder lain dapat memberi masukkan namun tidak selalu didengar.
3. Consultative partnership
Terwujud jikastakeholder penginisiasi program masih memegang kontrol dalam pembuatan
keputusan. Namun stakeholder lain dapat memberi masukkan yang dapat mempengaruhi
keputusan.
4. Collaborative partnership
Terwujud jika setiap keputusan yang dibuat dinegoisasikan secara bersama oleh seluruh
stakeholder yang ada.
3. PENDEKATAN LAPANG
3.1.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif
yang akan dilakukan merupakan penelitian survei. Pendekatan kuantitatif dilakukan melalui
pengisian kuesioner. Melalui pendekatan kuantitatif diharapkan dapat menjawab pengaruh
partisipasi masyarakat terhadap efektivitas program Green Corridor Initiative (GCI) Chevron sekitar
wilayah operasi perusahaan, di daerah Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNHGS).
Pendekatan kualitatif bersifat explanatory research dengan menggunakan teknik wawancara
mendalam terhadap informan yang pada penelitian ini menyoroti pihak perusahaan, pemerintah, .
Hasil uraian dijelaskan secara deskripsi namun fokus pada hubungan antar variabel untuk menguji
hipotesa.
3.2.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di sekitar wilayah PT Chevron Geothermal di Desa Cipeuteuy,
Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi dan Desa Purwabakti Kecamatan Pamijahan,
Kabupaten Bogor. Wilayah ini termasuk dalam wilayah operasi PT Chevron Geothermal dan
sekaligus dekat dengan wilayah TNHGS. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive
(Sengaja). Berdasarkan hasil membaca literatur dan informasi terkait dengan keberadaan
perusahaan tambang PT Chevron Geothermal adalah salah satu perusahaan yang bergerak di
bidang pertambangan dan pengolahan minyak dan gas Guiyang aktif melakukan berbagai
program CSR, sehingga menjadi relevan terhadap penelitian pengaruh tingkat partisipasi
stakeholder terhadap efektivitas program Green Corridor Initiative (GCI) Chevron.
Tabel 3 Pelaksanaan Penelitian Tahun 2014
Kegiatan
Pebruari
Maret
April
Mei
Juni
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1
Ketera
ngan
Penyusuna
n proposal
skripsi
Kolokium
Pengambil
an data
lapangan
Pengolaha
n dan
analisis
data
Penulisan
draft skripsi
Sidang
skripsi
Perbaikan
laporan
penelitian
3.3.
Teknik Penentuan Informan dan Responden
Populasi sampel dalam penelitian ini adalah semua stakeholder yang terlibat dalam
impelementasi program GCI. Teknik penarikan sampel menggunakan . Metode penarikan sampel
yang akan digunakan oleh peneliti pada penelitian ini adalah pengambilan sampel acak stratifikasi
(stratified random sampling). Populasi penelitian akan dibagi ke dalam beberapa kategori
stakeholder. Kategori stakeholder tersebut terdiri dari pemerintah, LSM, perusahaan, dan
masyarakat. Unit analisis adalah individu yang yang terlibat dalam pengimplementasian program
GCI. Jumlah sampel untuk masyarakat yang menjadi peserta program adalah 15 responden untuk
setiap stakeholder. Sehingga total responden menjadi 60 responden.
Informan adalah orang yang termasuk dalam kegiatan ini yang memberikan keterangan
mengenai informasi ataupun data disekitar lingkungannya yang berhubungan dengan penelitian
ini. Informan juga dikatakan sebagai pihak yang dapat mendukung keberlangsungan informasi
penelitian secara lancar. Informan kunci dalam penelitian ini adalah pelaksana program Green
Corridor Initiative (GCI) Chevron.
3.4.
Teknik Pengumpulan Data
Alat ukur yang digunakan dalam mengumpulkan data kuantitatif adalah kuesioner. Data
kualitatif dari informan diperoleh melalui pengamatan berperanserta dan wawancara mendalam.
Hasil dari pengamatan dan wawancara di lapangan dituangkan dalam catatan harian dengan
bentuk uraian rinci dan kutipan langsung. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui informasi
tertulis, data-data dan literatur-literatur yang mendukung kebutuhan data mengenai fokus
penelitian seperti profil perusahaan, masyarakat, partisipasi, dan kegiatan-kegiatan dalam
implementasi program GCI. Selain itu, data sekunder juga berupa literatur-literatur yang berkaitan
dengan penelitian seperti buku-buku mengenai tanggung jawab sosial perusahaan, dan literaturliteratur lainnya yang terkait.
3.5.
Teknik Analisis Data
Data Kuantitatif yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan tabel frekuensi dan
tabulasi silang, Untuk melihat hubungan antar variabel yang signifikan akan digunakan uji statistika
Rank Spearman.
DAFTAR PUSTAKA
Alfitri.2011.Community Development (Teori dan Aplikasi).Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Irawan, EP.2013.Program CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY Berbasis Pemberdayaan
Masyarakat.Jurnal
Unpad.
[Internet].[27
November2013].
Dapat
diunduh
dari:http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2013/07/pustaka_unpad_program_corporate_social_responsibility.pdf
Jalal.2011.Konsep Dan Teori Pemangku Kepentingan.Bogor: CSR Indonesia
Mulyono, A.2008.Studi Partisipasi Masyarakat pada Program Desa Mandiri Pangan di Desa
Muntuk,
Kabupaten
Bantul.[Tesis].[Intenet].[27
November
2013].Dapatdiunduhdari:http://eprint.undip.ac.id/16261/AGUS_MULYONO.pdf
Nasdian,FT.2006.Pengembangan Masyarakat (Community Development).Bogor: Institut Pertanian
Bogor.
Prayitno, US.2009.Tantangan dan Agenda Pembangunan Sosial: Pemenuhan Hak Dasar
Masyarakat.Jakarta: P3DI Sekretariat Jendral DPR RI.
Prabawati, I.2009.Dampak Operasi Perusahaan dalam Pelaksanaan CORPORATE SOSIAL
RESPONSIBILITY.Jurnal Unesa.3(2). [Internet].[27 November2013].Dapat diunduh dari:
http://academia.edu/4482881/DAMPAK_OPERASI_PERUSAHAAN_DALAM_PELAKSANAAN_C
ORPORATE_SOCIAL_RESPONSIBILITY_Oleh_Indah_Prabawati
Rahman, Reza. 2009. Corporate Social Responsibiity : Antara Teori dan Kenyataan. Yogyakarta :
Media Pressindo
Rosyida, I dan Nasdian, FT. 2011. Partisipasi Masyarakat dan Stakeholder dalam
Penyelenggaraan Program Corporate Social Responsibility (CSR) dan Dampaknya Terhadap
Komunitas Pedesaan. Jurnal Sodality. [Internet]. [27 November 2013].5(1). Dapat diunduh dari
http://jurnalsodality.ipb.ac.id /jurnalpdf/4%20Isma%20Rosyida.pdf
Soemanto, B.2007. Sustainable Corporation: Implikasi Hubungan Harmonis Perusahan dan
Masyarakat.Gresik: PT Semen Gresik (Persero) Tbk.
Wibisono, Y.2010.Membedah Konsep dan Aplikasi CSR. Jakarta: Fascho Publishing.
Yulianti, D.2012.Efektiitas Program PTPN 7 Peduli di PTPN VII (Persero) Lampung. (Suatu
Evaluasi atas Program CSR). Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan.3(1).
[Internet].[21
November
2013].Dapat
diunduh
dari:
http://fisip.unila.ac.id/jurnal/files/journals/3/articles/112/public/112-353-1-PB
LAMPIRAN
Lampiran 1 Denah Lokasi Penelitian
Lampiran 2 Kuisioner
KUESIONER RANCANGAN
KUISIONER
Pengaruh Partisipasi Stakeholder terhadap Efektivitas Program Green Corridor Initiative
(GCI), Chevron
Peneliti bernamaMuhamad Randy Wiguna Semesta, merupakan mahasiswa Departemen Sains
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Saat ini sedang menyelesaikan skripsi sebagai syarat kelulusan studi. Peneliti berharap Bapak/Ibu
dan Saudara/i menjawab kuesioner ini dengan lengap dan jujur. Identitas dan jawaban dijamin
kerahasiannya dan semata-mata hanya akan digunakan untuk kepentingan penulisan skripsi.
Terima kasih atas bantuan dan partisipasi Bapak/Ibu dan Saudara/i untuk menjawab kuesioner ini.
KARAKTERISTIK RESPONDEN
1. Nama
: ……………………………………………...……
2. Jenis Kelamin*
:L/P
3. Usia
: …………tahun
4. Alamat
: …………………………………………………...
5. No. HP/Telp.
: …………………………………………………...
6. Jabatan
: ...............................................................................
* Lingkari salah satu jawaban yang sesuai!
PETUNJUK PENGISIAN :
1. Isilah sesuai dengan pertanyaan dan pernyataan yang diajukan!
2. Beri tanda silang (X) pada kolom yang disediakan sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya
3. Dalam menjawab pertanyaan dan pernyataan, tidak ada jawaban yang
salah. Oleh sebab itu, usahakan agar tidak ada jawaban yang dikosongkan.
A. Penguatan Prinsip Kemitraan
Alternatif Jawaban Responden
5 = Sangat Setuju; 4 = Setuju; 3 = Tidak Tahu; 2 = Kurang Setuju; 1 = Sangat Tidak
Setuju
no
Pernyataan
1
1
2
3
Tingkat Kepercayaan dan Penghormatan antar
Stakeholder
Saya mengenal baik seluruh pihak yang terlibat dalam
pengimplementasian program GCI
Saya percaya kepada seluruh pihak yang terlibat dalam
pengimplementasian program GCI
Saya menghargai setiap pendapat yang diungkapkan oleh
pihak lain yang terlibat dalam pengimplementasian
program GCI
Alternatif
Jawaban*
2 3 4
5
No
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Pernyataan
Tingkat Otonomi dan Kedaulatan
Dalam setiap tahap pengimplementasian program GCI
seluruh pihak yang terlibat berhak untuk memberi
masukkan terkait pengimplementasian program GCI
Dalam setiap tahap pengimplementasian program GCI
seluruh pihak yang terlibat memiliki kedudukan yang
setara untuk memberi masukkan terkait
pengimplementasian program GCI
Tingkat Saling Mengisi
Dalam pengimplementasian program GCI seluruh pihak
yang terlibat memiliki peranannya masing – masing.
Ketika saya mengetahui kelemahan pihak lain saya akan
berusaha untuk membantunya sesuai kemampuan yang
saya miliki
Tingkat Keterbukaan dan Tanggung jawab
Saya mengetahui apa peran saya dalam
pengimplementasian program GCI
Saya bertanggung jawab terhadap peran saya dalam
pengimplementasian program GCI
Semua pihak yang terlibat dalam program GCI dapat
melihat dan memberi masukkan atas kinerja yang saya
lakukan.
Tingkat Partisipasi Stakeholder
Apakah anda hadir dalam setiap tahap pengimplementasian
program GCI?
Apakah anda pernah mengemukakan pendapat anda?
Apakah tiap pendapat yang anda kemukakan selalu
dipertimbangkan dalam pembuatan keputusan?
Apakah setiap keputusan yang dibuat telah mewakili
kebutuhan anda?
Apakah setiap keputusan yang dibuat mewakili pendapat dari
seluruh pihak yang terlibat dalam pengimplementasian
program GCI?
Apakah anda terlibat dalam memberikan gagasan atau
rencana awal dalam menjalankan program GCI?
Apakah anda ikut serta dalam menentukan masukan, output,
resiko, keuntungan, dan kerugian?
Apakah anda ikut serta dalam menentukan kemungkinan
permasalahan yang timbul?
Apakah anda ikut serta dalam menentukan rancangan
pembiayaan program GCI?
Apakah anda ikut serta dalam menentukan tujuan, Visi dan
Misi, serta pembentukan struktur organisasi program GCI?
1
2
Alternatif
Jawaban
3 4 5
Pilihan jawaban
a. Ya b. Tidak
a. Ya
a. Ya
b. Tidak
b. Tidak
a. Ya
b. Tidak
a. Ya
b. Tidak
a. Ya
b. Tidak
a. Ya
b. Tidak
a. Ya
b. Tidak
a. Ya
b. Tidak
a. Ya
b. Tidak
No
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
Tingkat Partisipasi Masyakat
Tahap Sosialisasi dan Perencanaan
Apakah anda pernah mendengar atau melihat tentang
program konservasi sebelum program Green Corridor
Initiative (GCI)?
Apakah anda merasakan bahwa Program GCI
bermanfaat?
Apakah anda pernah mengikuti pengenalan yang dilakukan
oleh pembuat program GCI?
Apakah menurut anda program GCI Tangkap sesuai
dengan kebutuhan anda?
Apakah anda mengetahui bentuk sosialisasi program
Green Corridor Initiative (GCI)?
Tahap Pengambilan Keputusan
Apakah anda terlibat dalam memberikan gagasan atau
rencana awal dalam menjalankan program Green Corridor
Initiative (GCI)?
Apakah anda ikut serta dalam menentukan masukan,
output, resiko, keuntungan, dan kerugian?
Apakah anda ikut serta dalam menentukan kemungkinan
permasalahan yang timbul?
Apakah anda ikut serta dalam menentukan rancangan
pembiayaan program Green Corridor Initiative (GCI)?
Apakah anda ikut serta dalam menentukan tujuan, Visi dan
Misi, serta pembentukan struktur organisasi?
Tahap Pelaksanaan/ Implementasi program
Apakah menurut anda penyelenggaraan Program Green
Corridor Initiative (GCI) sesuai dengan rencana yang telah
dibuat sebelumnya?
Apakah anda memiliki masalah dalam pelaksanaan
Program Green Corridor Initiative (GCI)?
Apakah anda selalu turut serta dalam pelaksanaan
Program Green Corridor Initiative (GCI)?
Apakah anda pernah mengajak orang lain untuk mengikuti
program ini ?
Apakah anda pernah mengeluarkan uang dalam
penyelenggaraan Program ini?
Apakah anda hadir lebih dari setengah dari seluruh
pertemuan rutin?
Apakah anda membicarakan kesulitan anda dalam
program ini dengan pendamping program Green Corridor
Initiative (GCI)?
Apakah anda secara bersama-sama saling membantu
anggota yang lain dalam pelaksanaan program ini?
Apakah pelaksanaan program menjadi salah satu alternatif
penyelesaian masalah anda?
Tahap Evaluasi Program
Apakah menurut anda penyelenggaraan program Green
Corridor Initiative (GCI) sudah tepat sasaran?
Apakah anda sudah dapat menilai keberhasilan anda
dalam program ini?
Apakah anda sudah dapat menilai kerugian dan kesalahan
anda dalam program ini?
Apakah anda telah mampu dalam mengadvokasikan
Pilihan Jawaban
a. Ya
b. Tidak
a. Ya
b. Tidak
a. Ya
b. Tidak
a. Ya
b. Tidak
a. Ya
b. Tidak
a. Ya
b. Tidak
a. Ya
b. Tidak
a. Ya
b. Tidak
a. Ya
b. Tidak
a. Ya
b. Tidak
a. Ya
b. Tidak
a. Ya
b. Tidak
a. Ya
b. Tidak
a. Ya
b. Tidak
a. Ya
b. Tidak
a. Ya
b. Tidak
a. Ya
b. Tidak
a. Ya
b. Tidak
a. Ya
b. Tidak
a. Ya
b. Tidak
a. Ya
b. Tidak
a. Ya
b. Tidak
a. Ya
b. Tidak
pendapat dan kritik anda kepada semua pihak?
44
45
46
47
48
49
Apakah anda menyampaikan saran dan solusi dalam
penyelenggraan evaluasi program?
Tahap Pelaporan
Apakah anda turut serta dalam menyusun laporan hasil
penyelengaraan program Green Corridor Initiative (GCI)?
Apakah anda mengetahui konten yang terdapat dalam
laporan program?
Apakah anda telah dapat membuat kesimpulan dan
rekomendasi dari pelaksanaan Desa Binaan Perikanan
Tangkap?
Apakah anda memberikan pendapat dalam proses
pelaporan program?
Apakah anda mampu memberikan laporan tersebut
kepada pihak-pihak lain yang dapat membantu
mengembangkan program ini?
a. Ya
b. Tidak
a. Ya
b. Tidak
a. Ya
b. Tidak
a. Ya
b. Tidak
a. Ya
b. Tidak
a. Ya
b. Tidak
Lampiran 3 Panduan Pertanyaan
PANDUAN PERTANYAAN WAWANCARA MENDALAM
Peran Partisipasi Stakeholder terhadap Efektivitas Program Green Corridor Initiative (GCI),
Chevron
Tujuan
: Menggali informasi dari informan dan responden sebagai
tambahan informasi di luar kuesioner.
Informan
: Stakeholders yang terlibat dalam program GCI ( pemerintah
daerah, perusahaan, LSM, dan masyarakat)
Hari/ Tanggal Wawancara : ....................................................................................................
Lokasi Wawancara
: ....................................................................................................
Nama dan Umur Informan : ....................................................................................................
Jabatan
: ....................................................................................................
Pertanyaan Penelitian
1. Siapakah yang menginisiasi terbrntuknya program Green Corridor Initiative Chevron?
2. Apa yang melatar belakangi terbentuknya program Green Corridor Initiative Chevron?
3. Apakah program CSR Green Corridor Initiative Chevron menjadi sektor andalan dalam
proses penyelenggaraan CSR?
4. Bagaimana tahap perncanaan dalam pembentukan program ini?
5. Bagaimanakah sosialisasi dari perusahaan terhadap stakeholder lain dalam program Green
Corridor Initiative?
6. Siapa sajakah stakeholders yang terlibat dalam pembuatan program Green Corridor
Initiative (GCI)?
7. Bagaimana cara menjalin hubungan dengan para stakeholders tersebut?
8. Apakah dalam implementasi program perusahaan bermitra dengan pihak lain?
9. Bagaimanana partisipasi masyarakat dalam program ini?
10. Berapa banyak anggota program ini? Dan bagaimana struktur kepengurusan program ini?
11. Siapakah yang bertanggung jawab memonitoring program ini dari perusahaan?
12. Apakah terdapat laporan rutin yang dibuat oleh masyarakat langsung dari program ini?
13. Bagaimana mekanisme penyelenggaraan program ini?
14. Apakah perusahaan ikut serta dalam mengambil keputusan terkait kebijakan dalam program
Green Corridor Initiative (GCI)?
15. Apakah terdapat kendala dalam penyelenggaraan program Green Corridor Initiative (GCI)?
16. Bagiamana proses penyelesaian masalaha dalam program CSR ini?
17. Bagaimana perkembangan program CSR ini sejak pertama kali terbentuk hingga saat ini?
18. Bagaimana proses evaluasi program ini?
19. Apakah program Green Corridor Initiative (GCI)telah berhasil meningkatkan Taraf hidup
masyarakat? Apakah ada data-data yang menunjang hal tersebut?
20. Apakah ada program lain selain Green Corridor Initiative Chevron yang diciptakan oleh
masyarakat?
21. Apakah harapan perusahaan terhadap kegiatan Green Corridor Initiative Chevron?
Lampiran 4 Matrik pendekatan lapang
No
Tujuan penelitian
Jenis data
Metode
pengumpulan
data
Panduan
pertanyaan,
dan studi
literatur
1
Mendeskripsikan dan
menjelaskan
pengimplementasian
program GCI
Primer dan
sekunder
2
Menganalisis hubungan
antara Penerapan Prinsip
Kemitraan terhadap Tingkat
Partisipasi Stakeholders
Menganalisis hubungan
antara tingkat partisipasi
stakeholder dengan
efektivitas program GCI.
primer
Kuesioner dan
panduan
pertanyaan
Primer
Kuesioner,
panduan
pertanyaan,
3
Metode
pengolahan dan
analisi data
Reduksi data,
penyajian data
secara
deskriptif, dan
menarik
kesimpulan
sesuai dengan
kebutuhan
penelitian
Dianalisis
dengan
statistika Rank
Spearman
dianalisis
dengan
statistika rank
spearman
Lampiran 5 Rancangan Skripsi
1.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Masalah Penelitian
1.3. Tujuan Penelitian
1.4. Kegunaan Penelitian
2. PENDEKATAN TEORETIS
2.1. Tinjauan Pustaka
2.2. Kerangka Pemikiran
2.3. Hipotesis
2.4. Definisi Operasional
3. PENDEKATAN LAPANGAN
3.1. Metode Penelitian
3.2. Lokasi dan Waktu
3.3. Teknik Sampling
3.4. Teknik Pengumpulan Data
3.5. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
4. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
1.1 Profil Desa
1.2 Kondisi Geografis
1.3 Kondisi Pendidikan
1.4 Kondisi Ekonomi
1.5 Kondisi Kependudukan
1.6 Kondisi sarana dan prasarana
5. ANALISIS PENGIMPLEMENTASIAN PROGRAM GREEN CORRIDOR INITIATIVE (GCI),
CHEVRON
6. ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENGUATAN PRINSIP KEMITRAAN DENGAN TINGKAT
PARTISIPASI STAKEHOLDER
7. ANALISIS HUBUNGAN TINGKAT PARTISIPASI STAKEHOLDER TERHADAP EFEKTIVITAS
PROGRAM GREEN CORRIDOR INITIATIVE (GCI), CHEVRON
8. PENUTUP
a. Kesimpulan
b. Saran
9. DAFTAR PUSTAKA
10. LAMPIRAN
Download