Pembangunan Infrastruktur dan Sinergi Pusat dan Daerah

advertisement
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/
Kepala BAPPENAS
Seminar Nasional
Sosialisasi Produk Perencanaan
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas
Bandung, 11 November 2010
1
 Infrastruktur
yang memadai, secara kuantitas
maupun kualitas, merupakan prasyarat yang mutlak
bagi pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
 Pembangunan infrastruktur juga diperlukan untuk
mewujudkan pemerataan, menurunkan tingkat
kemiskinan dan meningkatkan kualitas hidup.
Penyediaan infrastruktur dengan kuantitas dan kualitas
yang rendah akan menghambat perekonomian dan
menyebabkan ekonomi biaya tinggi.
2
 Skor
Growth Competitiveness Index (GCI)
Indonesia sebesar 4,26 pada th 2009-2010,
atau posisi ke 54 dari 134 negara (The
Global Competitiveness Report 2009-2010)
 Posisi GCI Indonesia jauh tertinggal dari



Singapura (2),
Malaysia (27), atau
Thailand (41)
3
 Paradigma
hubungan Pemerintah,
Pemerintah Daerah dan Swasta:

Peran bersama dalam pembangunan antara
pemerintah (pusat), pemerintah daerah dan
masyarakat termasuk dunia usaha/swasta.
 Pemerintah:
pelaku utama  fasilitator
dalam merencanakan, membangun, dan
mengelola infrastruktur sebagai penggerak
pembangunan.
4
o
peningkatan pelayanan sarana dan prasarana sesuai
dengan Standar Pelayanan Minimum (SPM), a.l.
o
o
mendukung peningkatan daya saing sektor riil, a.l.
o
o
peningkatan aksesibilitas jangkauan pelayanan sarana
dan prasarana di daerah terpencil, pedalaman,
perbatasan, dan wilayah terdepan
optimalisasi sumber daya terbatas dalam
pengembangan sarana dan prasarana
meningkatkan kerjasama pemerintah dan swasta, a.l.
o
menyempurnakan peraturan perundangan terkait
dengan KPS dan menajamkan pembagian wewenang
antara pemerintah dan swasta dalam pembangunan
sarana dan prasarana yang dikerjasamakan.
5
 mendukung
ketahanan pangan nasional,
 meningkatkan keterhubungan antarwilayah
(domestic connectivity),
 memperkuat virtual domestic interconnectivity,
 mengurangi backlog penyediaan perumahan dan
prasarana dasar permukiman,
 meningkatkan ketahanan energi nasional,
 ketersediaan air baku dan pengendalian banjir.
6
Pertumbuhan ekonomi 5,5% - 7,7%
Dibutuhkan Rp. 1.923 triliun atau 5% PDB
Pemerintah
Rp. 616,7 triliun
Pusat
Rp. 511T
Swasta
Sisa anggaran yang dibutuhkan
DAK
Rp.106T
7
 Pembangunan
infrastruktur yang dibiayai
melalui anggaran pemerintah diarahkan
untuk :



mendukung langkah-langkah stimulasi terhadap
perekonomian dari sisi fiskal (pro-growth),
memperluas penciptaan lapangan kerja produktif
(pro-job), dan
mengentaskan kemiskinan (pro-poor).
8
Peningkatan pembangunan infrastruktur mis.
domestic connectivity adalah contoh urgensi
koordinasi dan sinergi dalam pembangunan,
mencakup:
 Pembagian peran dan kewenangan
 Pengembangan kerangka kerja bersama
 Pembagian tugas dan tanggungjawab
termasuk pembiayaan
 Pola kerja untuk seluruh bidang
pembangunan
9
 Arah:
untuk meningkatkan keterhubungan
antarwilayah (domestic connectivity)
 Alokasi DAK 2011 sebesar Rp. 7,0 triliun
 Tambahan Otonomi Khusus dan Infrastruktur
untuk pembangunan infrastruktur jalan dan
perhubungan di Papua dan Papua Barat
sebesar Rp. 1,4 triliun pada tahun 2010 dan
2011.
10
 Pinjaman

Peraturan Pemerintah No. 2/2006 dan Peraturan
Menteri PPN No. 5/2006
 Pinjaman

Luar Negeri
Dalam Negeri
Peraturan Pemerintah No. 54/2008 dan Peraturan
Menteri PPN No. 1/2009
 SBN/SBSN


Undang-Undang 24/2002 tentang Surat Utang
Negara
Undang-Undang No. 19/2008 tentang SBSN
11

Swasta berperan lebih banyak dalam pembangunan infrastruktur
yang bersifat kompetitif, menguntungkan karena memiliki
keunggulan komparatif dibandingkan sektor publik baik secara
teknis, finansial, dan manajerial;

Sumber pembiayaan swasta terdiri dari:

lembaga keuangan bank;

lembaga keuangan non-bank;

badan usaha (PMDN, PMA, BUMN, BUMD); dan

sumber-sumber lainnya.

Pembiayaan oleh swasta terus didorong pemerintah melalui
Undang-Undang No. 25/2007 tentang Penanaman Modal.

Kebijakan melalui INPRES No. 1/2010 tentang Pelaksanaan
Percepatan Prioritas Pembangunan Nasional tahun 2010 termasuk
peningkatan partisipasi swasta dalam pembangunan dan
penyediaan infrastruktur.
12
KPS: paradigma baru dalam pembangunan
infrastruktur maupun sektor-sektor lainnya.
 Keputusan Presiden No. 67/2005 disempurnakan
melalui revisi menjadi Keputusan Presiden No.
13/2010 mengatur prinsip, jenis, identifikasi
dan proses pengadaan, tarif dan risiko,
perjanjian, dan ijin pengusahaan yang
dikerjasamakan.
 Peraturan Pemerintah 50/2007 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Kerjasama Daerah yang mengatur
tentang pelaksanaan kerjasama seluruh kegiatan
yang menjadi wewenang daerah.

13
 mencukupi
kebutuhan pendanaan secara
berkelanjutan dalam penyediaan
infrastruktur melalui pengerahan dana
swasta,
 meningkatkan kuantitas, kualitas, dan
efisiensi pelayanan melalui persaingan sehat,
 meningkatkan kualitas pengelolaan dan
pemeliharaan dalam penyediaan
infrastruktur.
14
 Pemerintah



menyusun strategi dan kebijakan sektor,
memberikan dana penjaminan (guarantee fund),
mengawasi aturan main (rule of the game) untuk
melindungi kepentingan swasta dan sekaligus
kepentingan masyarakat/konsumen.
 Pihak


berperan dalam:
swasta berperan:
sebagai penyandang dana, dan
memberikan pelayanan sesuai dengan kontrak
kerjasama yang telah disepakati.
15
 Peraturan
Menteri No. 4/2010 tentang
Panduan Umum Pelaksanaan Kerjasama
Pemerintah dengan Badan Usaha dalam
Penyediaan Infrastruktur mengatur
perencanaan pelaksanaan KPS.
 PPP Book 2010-2014 atau Daftar Proyek
Kerjasama 2010-2014 telah disusun dan
disosialisasikan kepada pihak yang terkait.
16
 Proyek
Kerjasama Air Minum  Kabupaten
Maros
 Pembangkit Listrik Tenaga Sampah  Kota
Bandung
 Kerjasama Pengelolaan Sampah  Kota Solo
 Proyek Kereta Api Batubara  Provinsi
Kalimantan Tengah
17
18
Download