masalah pokok pembangunan : pertumbuhan

advertisement
[CLICK UNTUK COURSE TITLE]
1
4A Course Content
Part
MASALAH POKOK PEMBANGUNAN : PERTUMBUHAN EKONOMI
Tujuan Instruksional Umum
Dengan mempelajari pokok bahasan ini, diharapkan anda dapat memahami masalah
pokok pembangunan dari negara-negara sedang berkembang termasuk juga dengan
Indonesia. Masalah pembangunan tersebut antara lain kemiskinan dan pengangguran.
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mempelajari dengan baik materi ini, anda diharapkan dapat menjelaskan
masalah-masalah pokok pembangunan serta menemukan solusi untuk memecahkan
terhadap masalah pembangunan tersebut.
PERTUMBUHAN EKONOMI
Sebelum tahun 90-an, titik perhatian utama ekonomi dunia ditujukan pada upaya-upaya
untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi riil. Dengan demikian pertumbuhan ekonomi
yang dicapai oleh suatu negara dapat dijadikan sebagai sebagai ukuran atau kinerja
perekonomian bagi suatu negara.
Beberapa faktor yang penting yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dalam suatu
negara yaitu :
Akumulasi Modal, termasuk dalam hal ini semua investasi baru yag berupa tanah, dan
sumber daya manusia.
Pertumbuhan penduduk.
Kemajuan teknologi.
Akumulasi modal akan terjadi jika ada proporsi tertentu dari pendapatan sekarang yang
ditabung dan kemudian diinvestasikan untuk memperbesar output di masa yang akan
datang. Pabrik-pabrik, mesin-masin, peralatan-peralatan, dan barang-barang baru akan
meningkatkan stok kapital fisikal dari suatu negara yang memungkinkan untuk mencapai
tingkat output yang lebih besar. Investasi yang telah disebutkan di atas sering juga disebut
dengan investasi produktif secara langsung yang mirip dengan investasi dalam bentuk
infrastruktur seperti jalan, listrik, air, dan sanitasi, serta telekomunikasi.
Selain itu, cara lain untuk menginvestasikan dapat menggunakan melalui cara tidak
langsung. Seperti pembangunan irigasi, penggunaan pupuk, dan pembasmian serangga
yang dapat meningkatkan output pertanian. Sama halnya dengan investasi tidak langsung
di atas yaitu sumber daya manusia (human investment) yang bisa memperbaiki
kualitasnya dan bahkan dapat meningkatkan produksi secara lebih besar.
Semua fenomena di atas dan lain-lainnya adalah bentuk investasi menuju terjadinya
akumulasi modal. Akumulasi modal dapat menambah sumber daya baru atau
meningkatkan kualitas sumber daya yang ada, tetapi ciri-cirinya yang utama bahwa
investasi itu menyangkut suatu “trade off” antara konsumsi sekarang dan konsumsi masa
yang akan datang atau memberikan hasil yang sedikit saat sekarang tetapi hasilnya akan
lebih banyak di masa yang akan datang.
Pertumbuhan penduduk dan hal –hal yang berhubungan dengan kenaikan angkatan kerja
(labor force) secara tradisional telah dianggap sebagai faktor yang positif dalam
merangsang pertumbuhan ekonomi. Sehingga semakain banyak angkatan kerja berarti
semakin produktif tenaga kerja, sedangkan semakin banyak penduduk akan
meningkatkan potensi pasar domestik.
Namun demikian, timbul pertanyaan : apaka peningkatan penawaran tenaga kerja
yang cepat dalam suatu negara yang sedang berkembang yang mempunyai surplus
tenaga kerja dapat memberikan pengaruh yang positif atau negatif terhadap kemajuan
ekonomi. Tentu saja hal tersebut tergantung pada kemampuan sistem ekonomi tersebut
untuk menyerap dan memperkerjakan tambahan-tambahan pekerja itu secara produktif,
suatu kemampuan yang sangat berkaitan dengan tingkat dan jenis akumulasi modal dan
tersedianya faktor-faktor lain yang berhubungan, seperti misalnya keahlian dalam
manajerial dan adminsitratif.
Kemajuan teknologi merupakan faktor yang paling penting bagi pertumbuhan
ekonomi. Dalam bentuk yang sangat sederhana, kemajuan teknologi disebabkan oleh
cara-cara baru dan cara-cara yang diperbaiki dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan
tradisional seperti cara menanam padi, membuat pakaian atau membangun rumah. Ada 3
macam klasifikasi dari kemajuan teknologi yaitu : netral, hemat tenaga kerja (labour
saving), dan hemat modal (capital saving).
Kemajuan teknologi yang bersifat netral terjadi jika tingkat output yang dicapai lebih
tinggi pada kuantitas dan kombinasi faktor-faktor input yang sama. Inovasi-inovasi yang
timbul dari pembagian kerja bisa menghasilkan tingkat output total yang lebih tinggi dan
konsumsi yang lebih banyak untuk semua orang. Dalam hubungannya dengan analisa
kemungkinan produksi, kemajuan teknologi yang bersifat netral adalah penduakalian
output total adalah sama dengan menduakalikan semua input produktif.
Dari sisi lain, kemajuan teknologi bersifat hemat tenaga kerja atau hemat modal, yaitu
tingkat output yang lebih tinggi bisa dicapai dengan kuantitas tenaga kerja atau input
modal yang sama. Penggunaan komputer, traktor, dan lainnya bisa diklasifisikasikan
sebagai hemat tenaga kerja.
Kemajuan teknologi yang bersifat hemat modal adalah sangat jarang terjadi, karena
hampir semua penelitian ilmiah dan perkembangan teknologi yang dilakukan di negara
maju adalah bertujuan untuk menghemat tenaga kerja, bukan modal. Tetapi untuk
negara-negara yang mempunyai tenaga kerja yang melimpah seperti negara-negara
sedang berkembang pada umumny, maka kemajuan teknologi yang bersifat hemat modal
sangat dibutuhkan. Metode produksi yang lebih efisien (biaya yang murah) adalah metode
produksi yang padat tenaga kerja (labour intensive).
Kemajuan teknologi bisa juga bersifat perluasan tenaga kerja (labour augmenting)
atau perluasan modal (capital augmenting). Kemajuan teknologi yang bersifat perluasan
tenaga kerja terjadi jika kualitas atau keahlian angkatan kerja ditingkatkan. Sementara itu,
kemajuan teknologi yang bersifat perluasn modal terjadi jika penggunaan modal secara
lebih produktif, misalnya penggantian bahan untuk membuat bajak dari kayu menjadi baja
dalam produksi pertanian.
KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN EKONOMI MODERN
Simon Kuznets yang pernah menerima nobel tahun 1971, mendefinisikan
pertumbuhan ekonomi sebagai “ kemampuan negara itu untuk menyediakan barangbarang ekonomi yang terus meningkat bagi penduduknya, pertumbuhan kemampuan ini
didasarkan kepada kemajuan teknologi dan kelembagaan serta penyesuaian ideologi dan
kelembagaan serta penyesuaian ideologi yang dibutuhkan. Berdasarkan definisi ini maka
ada tiga komponen pokok yang sangat penting artinya :
A. Kenaikan output nasional secara terus menerus merupakan perwujudan dari
pertumbuhan ekonomi dan kemampuan untuk menyediakan berbagai macam
barang ekonomi merupakan tanda kematangan ekonomi.
B. Kemajuan teknologi merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang
berkesinambungan, namun belum merupakan syarat yang cukup.
C. Penyesuaian kelembagaan, sikap, dan ideologi juga harus dilakukan.
Dalam analisa yang mendalam, Simon Kuznets memisahkan 6 karakteristik yang terjadi
dalam proses pertumbuhan pada hampir semua negara maju yaitu :

Dua variabel ekonomi agregatif :
1) Tingginya tingkat pertumbuhan output per kapita dan populasi
2) Tingginya tingkat kenaikan produktivitas faktor produksi secara keseluruhan,
terutama produktivitas tenaga kerja.

Dua variabel transformasi struktural :
1) Tingginya tingkat transformasi struktur ekonomi.
2) Tingginya tingkat transformasi sosial dan teknologi.

Dua faktor yang mempengaruhi meluasnya pertumbuhan ekonomi internasional:
1) Kecenderungan negara-negara maju secara ekonomis untuk menjangkau seluruh
dunia untuk mendapatkan pasar dan bahan baku.
2) Pertumbuhan ekonomi ini hanya terbatas pada sepertiga populasi dunia.
PERDEBATAN MASALAH PERTUMBUHAN EKONOMI
Pada awal tahun 70-an, perubahan persepsi pemerintah dan swasta mengenai
tujuan ekonomi telah bergeser. Di negara yang sudah maju, tekanan yang utama
tampaknya usaha untuk menggeser orientasi pada pertumbuhan ekonomi menuju ke
usaha yang lebih memperhatikan kualitas hidup. Perhatian ini didukung dengan adanya
gerakan lingkungan hidup. Terjadi protes yang sangat keras terhadap ganasnya
pertumbuhan ekonomi dan akibat polusi air dan udara, penipisan cadangan sumberdaya
alam, dan kerusakan keindahan alam.
Sementara itu, di negara miskin yang menjadi perhatian utama adalah masalah
pertumbuhan versus distribusi pendapatan. Banyak negara berkembang yang menyadari
bahwa pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi hanya sedikit memberikan manfaat bagi
pemecahan masalah kemiskinan. Bagi ratusan juta penduduk di Afrika, Asia, dan Amerika
Latin, tingkat kehidupannya mandeg dan bahkan untuk beberapa negara terjadi
penurunan tingkat kehidupan riil. Tingkat pengangguran meningkat di daerah perdesaan
dan perkotaan. Distribusi pendapatan antara kaya dan miskin semakin tidak merata.
Banyak orang merasakan bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi telah gagal untuk
menghilangkan atau bahkan mengurangi luasnya kemiskinan absolut di negara-negara
sedang berkembang.
Dengan kata lain, pertmbuhan ekonomi yang cukup tinggi tidak secara otomatis
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Bahkan pertumbuhan ekonomi ini dibeberapa
negara telah menimbulkan absolut dalam tingkat hidup orang miskin di perkotaan dan
perdesaan. Apa yang disebut dengan proses “trickle down effect” dari manfaat
pertumbuhan ekonomi bagi orang miskin tidak terjadi.
DISTRIBUSI PENDAPATAN
Ketidakmerataan Distribusi Pendapatan
Penghapusan kemiskinan dan berkembangnya ketidakmerataan pembagian
pendapatan merupakan inti permasalahan pembangunan. Walaupun titik perhatian utama
pada ketidakmerataan distribusi pendapatan dan harta kekayaan, hal tersebut hanyalah
merupakan sebagian kecil dari masalah ketidakmerataan yang lebih luas di negaranegara sedang berkembang.
Melalui pemahaman yang mendalam terhadap masalah ketidakmerataan dan kemiskinan
ini memberikan dasar yang baik untuk menganalisis msalah pembangunan yang lebih
khusus seperti : pertumbuhan populasi; pengangguran; pembangunan perdesaan;
pendidikan; perdagangan internasional, dan sebagainya.
Secara umum yang menyebabkan ketidakmerataan distribusi pendapatan di negaranegara sedang berkembang adalah :
1) Pertambahan penduduk yang tinggi yang mengakibatkan menurunnya pendapatan
per kapita.
2) Inflasi, dimana pendapatan uang bertambah tetapi tidak diikuti secara proporsional
dengan pertambahan produksi barang-barang.
3) Ketidakmerataan pembangunan antar daerah.
4) Investasi ditanamkam pada proyek-proyek yang padat modal, sehingga persentase
pendapatan dari dari harta tambahan besar dibandingkan dengan persentase
pendapatan yang berasal dari kerja, sehingga pengangguran bertambah.
5) Rendahnya mobilitas sosial.
6) Pelaksanaan kebijaksanaan industri subsitusi impor yang mengakibatkan kenaikan
harga-harga barang hasil industri untuk melindungi usaha-usaha golongan kapitalis.
7) Memburuknya nilai tukar (terms of trade) bagi negara-negara sedang berkembang
dalam perdagangan dengan negara-negara maju, sebagai akibat ketidak elatisitasan
permintaan negara-negara maju terhadap barang-barang ekspor negara sedang
berkembang.
8) Hancurnya industri-industri kerajinan rakyat seperti industri rumah tangga.
DISTRIBUSI PENDAPATAN PERORANGAN
Ukuran distribusi pendapatan perorangan merupakan ukuran yang paling umumnya
digunakan oleh para ekonom. Cara yang sering digunakan untuk menganalisis distribusi
pendapatan perseorangan adalah dengan membuat Kurve Lorenz. Dinamakan kurve
Lorenz adalah karena yang memperkenalkan kurve tersebut adalah Conrad Lorenz
seorang ahli statistika dari Amerika Serikat. Ia menggambarkan hubungan antara
kelompok-kelompok penduduk dan pangsa (share) pendapatan mereka. Jumlah
penerima pendapatan digambarkan pada sumbu horizontal, tidak dalam angka mutlak
tetapi dalam persentase kumulatif. Misalnya titik 20 menunjukkan 20 persen penduduk
termiskin (paling rendah pendapatannya) dan pada titik 60 menunjukkan 60 persen
penduduk terbawah pendapatannya, dan pada ujung sumbu horizontal menunjukkan
jumlah 100 persen penduduk yang dihitung pendapatannya.
Sumbu vertikal menunjukkan pangsa pendapatan yang diterima oleh masing-masing
persentase jumlah penduduk. Jumlah ini juga kumulatif sampai 100 persen, dengan
demikian kedua sumbu ini sama panjangnya dan akhirnya membentuk bujur sangkar.
Sebuah garis diagonal kemudian digambarkan melalui titik pusat menuju sudut atas
dari bujur sangkar tersebut. Setaip titik pada garis diagonal tersebut menunjukkan
persentase pendapatan yang diterima sama persis dengan persentase penerima
pendapatan tersebut. Dengan kata lain, garis diagonal tersebut menunjukkan distribusi
pendapatan dalam keadaan “kemerataan sempurna” (perfect equality). Oleh karena itu,
garis disebut bisa disebut sebagai garis kemerataan sempurna.
Gambar 1 : Kurva Lorenz
Semakin jauh kurva lorenz tersebut dari garis diagonal (ketidakmerataan sempurna),
semakin tinggi derajat ketidakmerataan yang ditunjukkan. Keadaan yang paling ekstrim
dari ketidakmerataan sempurna misalnya keadaan dimana seluruh pendapatan hanya
diterima oleh satu orang dan ini akan ditunjukkan oleh berimpitnya kurva lorenz tersebut
dengan sumbu horizontal bagian bawah dan sumbu vertikal sebelah kanan.
Sehubungan itu, tidak ada suatu negarapun yang mengalami kemerataan sempurna
ataupun ketidakmerataan sempurna dalam distribusi pendapatan, maka kurve lorenz
untuk setiap negara akan terletak di sebelah kanan kurve diagonal tersebut. Semakin
tinggi derajat ketidakmerataan, kurve lorenz itu akan semakin melengkung dan semakin
mndekati sumbu horizontal sebelah kanan.
Koefisien Gini
Suatu ukuran yang singkat mengenai derajat ketidakmerataan distribusi pendapatan
dalam suatu negara bisa diperoleh dengan menghitung luas daerah antara garis diagonal
(kemerataan sempurna) dengan kurve Lorenz dbandingkan dengan luas total dari
separuh bujur sangkar dimana terdapat kurve Lorenz tersebut.
Dalam gambar 2, koefisien gini ditunjukkan oleh perbandingan antara daerah yang
diarsir A dengan luas segi tiga BCD. Koefisien gini diambil dari nama ahli stastistik Italia
yang bernama C. Gini yang menemukan rumus tersebut pada tahun 1912.
Gambar 2. : Perkiraan Koefisien Gini
Koefisien Gini = (Daerah yang diarsir) / (Luas segitiga BCD)
Koefisien gini ini merupakan ukuran ketidakmerataan agregat dan nilainya terletak
antara 0 (kemerataan sempurna) sampai 1 (ketidakmerataan sempurna). Negara-negara
yang mengalami ketidakmerataan tinggi memiliki koefisien gini berkisar antara 0,50 –
0,70; ketidak merataan menengah berkisar antara 0,36 – 0,49 dan yang mengalami
ketidakmerataan rendah berkisar antara 0,20 – 0,35.
Untuk Indonesia secara keseluruhan memiliki koefiisen gini sebesar 0,30 – 0,40.
Dengan demikian kemerataan distribusi pendapatan semakin lama semakin membaik.
Distribusi Fungsional
Ukuran distribusi pendapatan lain, yang sering digunakan oleh para ekonom adalah
distribusi fungsional atau distribusi pangsa faktor produksi. Ukuran distribusi ini berusaha
untuk menjelaskan pangsa pendapatan nasional yang diterima oleh masing-masing faktor
produksi. Disamping memandang individu-individu sebagai kesatuan yang terpisah, teori
ukuran distribusi pendapatan fungsional tersebut menyelidiki persentase yang diterima
tenaga kerja secara keseluruhan dibandingkan dengan persentase dari pendapatan
nasional yang terdiri dari : sewa, bunga, dan laba.
Gambar di bawah ini memberikan gambaran yang sederhana dari teori distribusi
fungsional tradisional. Misal dalam perekonomian hanya ada 2 faktor produksi yaitu
modal yang merupakan faktor produksi tetap dan tenaga kerja merupakan satu-satunya
faktor produksi variabel.
Berdasarkan asumsi pasar persaingan, permintaan akan tenaga kerja ditentukan oleh
Marginal Productnya (VMPL) sama dengan tingkat upah riil. Tetapi, sesuai dengan prinsip
marginal produk yang manurun, permintaan akan tenaga kerja ini akan merupakan suatu
fungsi yang menurun dari jumlah tenaga kerja yang diperkejakan.
Kurve permintaan akan tenaga kerja yang berslope negatif tersebut ditunjukkan oleh
DL. Sedangkan kurve penawaran tenaga kerja adalah SL, dan tingkat upah keseimbangan
akan sama dengan tingkat keseimbangan penggunaan tenaga kerja.
Gambar 3: Distribusi Pendapatan Fungsional (belum ada gambar)
Pendapatan nasional total ditunjukkan oleh daerah OREL. Pendapatan nasional ini
terbagi menjadi 2 yaitu OWEL yang merupakan fangsa tenaga kerja dalam bentuk upah
dan WRE sebagai laba dari kaum kapitalis.
KEMISKINAN
Pada tahun terakhir ini perhatian para ilmuawan sosial dan lembaga-lembaga
penelitian serta perguruan tinggi terhadap masalah kemiskinan semakin meningkat.
Perhatian tersebut mencakup betapa luasnya masalah kemiskinan, definisi, dan sebabsebab yang menimbulkan kemiskinan.
Ada beberapa aspek dari kemiskinan yaitu :
1) Kemiskinan itu bersifat multidimensional.
Artinya, karena kebutuhan manusia itu
bermacam-macam, maka kemiskinan itu memiliki banyak aspek. Jika dilihat dari sisi
kebijaksanaan secara umum, maka kemiskinan meliputi aspek primer yang berupa
miskin akan aset-aset, pengetahuan serta keterampilan. Aspek sekunder yang
berupa miskin akan jaringan sosial, sumber-sumber keuangan dan informasi.
Sementara itu, dimensi kemiskinan tersebut termanefestasikan dalam bentuk
kekurangan gizi, air, perumahan yang tidak sehat, perawatan kesehatan yang kurang
baik, dan pendidikan yang juga kurang baik.
2) Aspek-aspek kemiskinan itu saling berkaitan, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Hal ini berarti bahwa kemajuan atau kemunduran pada salah satu aspek
dapat mempengaruhi kemajuan atau kemunduran pad aspek lainnya.
3) Bahwa yang miskin adalah manusianya, baik secara individual maupun kolektif.
Sementara itu, ada beberapa karateristik kemiskinan yaitu :
1) Mereka yang hidup di bawah kemiskinan pada umumnya tidak memiliki faktor
produksi sendiri, seperti : tanah yang cukup, modal dan keterampilan yang tidak
mencukupi. Sebagai akibat faktor produksi yang dimiliki sangat terbatas, maka
kemampuan untuk memperoleh pendapatan menjadi sangat terbatas.
2) Mereka pada umumnya tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh aset produksi
dengan kekuatan sendiri. Pendapatan yang diperolehnya tidak cukup untuk
memperoleh tanah garapan ataupun modal usaha. Di samping itu, mereka tidak
memenuhi persyaratan untuk mendapatkan kredit perbankan. Sehingga mereka lebih
cenderung beralih ke para reteiner yang biasanya memberikan kredit dengan tingkat
bunga tinggi.
3) Tingkat pendidikan pada umumnya rendah. Pendidikan ini sangat rendah karena
waktu mereka lebih banyak tersita untuk mencari nafkah. Demikian juga dengan
anak-anak mereka, tak dapat menyelesaikan sekolahnya karena harus membantu
orang tuanya mencari tambahan pendapatan.
4) Banyak diantara mereka tidak mempunyai tanah. Pada umumnya mereka menjadi
buruh tani atau pekerja kasar di luar pertanian. Oleh karena pekerjaan pertanian
bersifat musiman, maka kesinambungan kerja menjadi kurang terjamin. Bnyak
diantara mereka lalu menjadi pekerja bebas yang berusaha apa saja. Akibatnya,
dalam situasi penawaran kerja yang besar, maka tingkat upah menjadi rendah
sehingga membuat mereka selalu hidup di bawah kemiskinan.
5) Banyak diantara mereka yang hidup di kota masih berusia muda dan tindak memiliki
ketrampilan atau pendidikan, sehingga kota tidak siap menampung gerak urbanisasi
dari desa. Dengan kata lain, kemiskinan perdesaan membuahkan fenomena
urbanisasi dari desa ke kota.
KEMISKINAN ABSOLUT DAN RELATIF
Kemiskinan absolut diartikan sebagai suatu keadaan dimana tingkat pendapatan
absolut dari satu orang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan pokoknya seperti
sandang, pangan, permukinan, kesehatan dan pendidikan. Besarnya masalah
kemiskinan abosolut tercermin dari jumlah penduduk yang tingkat pendapatannya atau
tingkat konsumsi berada di bawah garis kemiskinan (poverty line) atau tingkat hidup
minimum yang biasanya telah ditentukan.
Perkembangan garis kemiskinan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Perkembangan Garis Kemiskinan Indonesia
Tahun 1976 – 1999
(Dalam Rupiah)
Tahun
Makanan
Perkotaan
Total
Makanan
Non Makanan
Perdesaan
Total
Non
Makanan
1976
-
-
4.522
-
-
2.849
1978
-
-
4.969
-
-
2.981
1980
-
-
6.831
-
-
4.449
1981
-
-
9.777
-
-
5.877
1984
-
-
13.731
-
-
7.746
1987
-
-
17.381
-
-
10.294
1990
17.520
3.094
20.614
12.617
678
13.295
1993
23.303
4.602
27.905
15.576
2.668
18.244
1996
29.681
8.565
38.246
23.197
4.216
27.413
1999
64.396
25.449
89.845
52.319
17.101
69.420
Sumber : Susenas Biro Pusat Statistik beberapa terbitan.
Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin
Tahun 1976 – 1999
(Dalam Juta Jiwa)
Tahun
Daerah Perkotaan
Daerah Perdesaan
Total
1976
10,0
44,2
54,2
1978
8,3
38,9
47,2
1980
9,5
32,8
42,3
1981
9,3
31,3
40,6
1984
9,3
25,7
35,0
1987
9,7
20,2
30,0
1990
9,4
17,8
27,2
1993
8,7
17,2
25,9
1996
7,2
15,3
22,9
1999
12,4
25,1
37,5
Sumber : Susenas Biro Pusat Statistik beberapa terbitan.
Pada tahun 1977, Sayogo mengembangkan pula pengertian kemiskinan absolut. Menurut
Sayogo, kemiskinan adalah suatu tingkat kehidupan yang berada di bawah standar
kebutuhan hidup minimum yang ditetapkan berdasarkan atas kebutuhan pokok pangan
yang membuat orang cukup bekerja dan hidup sehat berdasarkan atas kebutuhan beras
dan kebutuhan gizi.
Klasifikasi Kemiskinan di Perdesaan Indonesia
Menurut Ukuran Sayogo
Klasifikasi
Garis Kemiskinan Dalam Setara Beras
(Kg/Kapita/Tahun)
Miskin
320
Miskin Sekali
240
Paling Miskin
180
Sumber : Sayogo, Garis kemiskinan dan Kebutuhan Minimum Pangan, artikel dalam
Harian Kompas, 17 November 1977.
Pengertian kemiskinan yang kedua adalah kemiskinan relatif. Tingkat kemiskinan
suatu daerah dapat dihitung dengan melihat proporsi pendapatan nasional yang diterima
oleh sekelompok penduduk dengan kelas pendapatan tertentu dibandingkan dengan
proporsi pendapatan nasional yang diterima oleh sekelompok penduduk dengan kelas
pendapatan lainnya.
Pada umumnya ukuran yang dipakai adalah membandingkan proporsi pendapatan
nasional yang diterima oleh 40 persen penduduk dengan pendapatan terendah, 40
persen penduduk dengan pendapatan berikutnya, dan 20 persen penduduk dengan
pendapatan tertinggi.
Menurut kriteria Bank Dunia, ketidakmerataaan tinggi bila pembagian 40 persen
penduduk dengan pendapatan terendah menerima kurang dari 12 persen pendapatan
nasional, ketidakmerataan sedang bila kelompok tersebut menerima antara 12 –1 7
persen, dan ketidakmerataan rendah bila kelompok tersebut menerima lebih dari 17
persen dari seluruh pendapatan nasional.
PILIHAN KEBIJAKSANAAN UNTUK MENGURANGI KEMISKINAN DAN
KETIMPANGAN PENDAPATAN
Kebijakan utama yang umumnya dalam mengurangi kemiskinan dan ketimpangan
pendapatan adlah sebagai berikut :
1) Mengubah distribusi pendapatan fungsional melalui kebijakan yang ditujukan untuk
mengubah harga relatif faktor. Hal ini terutama dimaksudkan untuk
mengurangi/menghilangkan distorsi harga faktor yang sering merugikan kelompok
miskin.
2) Memperbaiki distribusi pendapatan melalui redistribusi pemilikan aset secara
progresif, yang antara lain dilakukan melalui land reform, dan pemberian kredit lunak
bagi usaha kecil.
3) Mengurangi bagian pendapatan penduduk golongan atas melalui pajak pendapatan
dan pajak progresif. Dengan demikian peningkatan penerimaan negara dapat
digunakan untuk perbaikan kesejahteraan kelompok miskin.
4) Meningkatkan bagian pendapatan penduduk golongan bawah melalui pembayaran
transfer secara langsung serta penyediaan barang dan jasa publik atas tanggungan
pemerintah. Hal ini dapat dilakukan antara lain melalui : pembebasan
pajak/keringanan pajak bagi kelompok miskin, tunjangan atau subsidi pangan,
bantuan pelayanan kesehatan, bantuan pelayanan umum lainnya.
RANGKUMAN
Dari uraian di atas, ternyata kemiskinan masih merupakan masalah pokok bagi
negara-negara yang sedang berkembang, termasuk dalam hal ini adalah Indonesia.
Activity
2
Part
Quiz/Exam/Self-Assess
Jelaskan mengapa konsep pembangunan melalui pendekatan trickle down effect yang selama ini
dianut oleh Orde Baru, ternyata tidak memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan oleh kita
semua.
Sebagai akibat negara kita mengalami krisis, jumlah penduduk yang miskin menjadi meningkat.
Jelaskan menurut Saudara mengapa hal ini bisa terjadi.
Jelaskan secara rinci faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi bagi suatu
negara.
Distribusi pendapatan antar daerah di Indonesia setiap tahunnya selalu mengalami perubahan.
Jelaskan menurut pendapat Saudara mengapa hal ini bisa terjadi.
Jelaskan perbedaan yang sangat mendasar antara distribusi fungsional dengan distribusi pendapatan
menurut Lorenzt.
3
Part
Suggestions
Gunakan bagian ini untuk mendokumentasikan usulan atau saran yang ingin diajukan
kepada PDC ataupun sebagai tempat review atas course ini oleh QA.
Alamatkan komentar dan keluhan Anda ke Product Development Center - Feedback
Center, email: [email protected] dengan memberikan detail keluhan atau
komentar anda beserta usulan perbaikan atau saran. Kami sangat menghargai kerjasama
Anda sebagai Faculty dan Subject Expert dalam mengembangkan e-learning di
Universitas Bina Nusantara. Note: Kami akan sangat menyayangkan jika ada komentar
atau saran yang tidak disalurkan melalui jalur di atas. Terima Kasih.
Update terhadap dokumen ini atau sarana dan fasilitas lainnya serta ketentuan dan policy
bisa didapat di website PDC http://www.binus.ac.id/pdc .
Download