25 BAB II KOSA KATA, TATA BAHASA DAN KEMAMPUAN

advertisement
BAB II
KOSA KATA, TATA BAHASA DAN KEMAMPUAN MEMAHAMI
TEKS BAHASA ARAB
A. Kosa Kata
1. Pengertian Kosakata
Kosa kata bahasa Arab (mufradat) sebagai salah satu bagian penting
dari komponen bahasa, baik penggunaan bahasa secara lisan maupun
secara tertulis, dan merupakan salah satu pengembangan kemampuan
berbahasa Arab.1 Kosa kata diartikan sebagai perbendaharaan kata-kata
dalam berbagai bentuknya yang meliputi kata-kata lepas dengan atau
tanpa imbuhan, dan kata-kata yang merupakan gabungan dari kata-kata
yang sama atau berbeda, masing-masing dengan artinya sendiri.2 Dapat
dikatakan juga bahwa kosa kata adalah inti atau bagian pokok dari
bahasa. Sebab, pada hakikatnya, bahasa adalah kumpulan dari kosa kata.
Ketika seseorang akan memahami sebuah teks, paling tidak ia harus
mengetahui jenis kata dan fungsinya secara umum. Setidaknya, ia mampu
membedakan satu kata dengan yang lainnya.3
Sebagai bagian dari komponen bahasa, kosa kata terdiri dari katakata yang digunakan dalam komunikasi melalui bahasa, baik penggunaan
bahasa secara lisan maupun secara tertulis. Dalam komunikasi melalui
bahasa, kosa kata merupakan unsur yang amat penting. Makna suatu
1
Abdul Hamid, Mengukur Kemampuan Bahasa Arab, Cet. Ke-1 (Malang : UIN Maliki
Press, 2010), hlm. 33.
2
M. Soenardi Djiwandono, Tes Bahasa ( Jakarta : PT Indeks, 2008 ), hlm.126.
3
Nurul Huda, Tokcer Bahasa Arab (Jogjakarta : Bening, 2012 ), hlm. 38.
25
26
wacana sebagai bentuk penggunaan bahasa, sebagian besar ditentukan
oleh kosa kata yang digunakan dalam pengungkapannya. Dari kosa kata
itulah suatu wacana memperoleh sebagian besar maknanya, di samping
juga dari unsur-unsur lain dari wacana seperti tekanan suara dan intonasi.4
Dalam menyampaikan pesan melalui bahasa, pemilihan kosa kata
yang tepat merupakan hal penting untuk mengungkapkan makna yang
dikehendaki. Demikian pula dengan usaha untuk memahaminya.
Pemahaman yang tepat terhadap pesan yang disampaikan melalui bahasa,
banyak ditentukan oleh pemahaman yang tepat terhadap kosa kata yang
digunakan didalamnya.
2. Tujuan Pembelajaran
Secara umum, tujuan utama pembelajaran mufradat bahasa Arab
adalah sebagai berikut :
a. Memperkenalkan kosa kata baru kepada siswa, baik melalui bahan
bacaan maupun fahm al-Masmu’
b. Melatih siswa untuk dapat melafalkan kosa kata itu dengan baik dan
benar karena pelafalan yang baik dan benar mengantarkan kepada
kemahiran berbicara dan membaca secara baik dan benar pula
c. Memahami makna kosa kata, baik secara denotatif atau leksikal
(berdiri sendiri) maupun ketika digunakan dalam konteks kalimat
tertentu (makna konotatif dan gramatikal)
4
M. Soenardi Djiwandono, Tes Bahasa dalam Pengajaran ( Bandung : ITB, 1996 ), hlm.43.
27
d. Mampu mengapresiasi dan memfungsikan mufradat itu dalam
berekspresi lisan (berbicara) maupun tulisan (mengarang) sesuai
dengan konteksnya yang benar. 5
3. Strategi Pembelajaran kosakata
Dalam pembelajaran mufradat guru harus menyiapkan kosakata yang
tepat bagi siswa-siswanya. Oleh sebab itu guru harus berpegangan pada
prinsip-prinsip dan kriteria yang jelas. Adapun prinsip-prinsip dalam
pemilihan mufradat yang akan diajarkan pada pembelajaran asing (selain
penutur arab) adalah sebagai berikut :6
a.
Tawatur (frekuensi) artinya memilih mufradat (kosakata) yang sering
digunakan.
b.
Tawazzu (range) artinya memilih mufrad yang banyak digunakan di
negara-negara Arab,.
c.
Mataahiyah (availability) artinya memilih kata tertentu dan
bermakna tertentu pula. Yakni kata-kata yang digunakan dalam
materi tertentu.
d.
Ulfah (familiarity) artinya memilih kata-kata yang familiar dan
terkenal serta meninggalkan kata-kata yang jarang terdengar
penggunaanya.
e.
Syumuul (coverege) artinya memilih kata-kata yang digunakan dalam
berbagai bidang tidak terbatas pada bidang tertentu.
5
6
Ibid., hlm. 33.
Wa Muna, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab ( Jogjakarta : Teras, 2012 ), hlm. 129.
28
f.
Ahmmiyah, artinya memilih kata-kata yang sering dibutuhkan
penggunaanya oleh siswa.
g.
‘Uruubah, artinya memilih kata-kata Arab, yakni memilih kata Arab
walaupun ada bandingannya dalam bahasa
4. Metode Pembelajaran Kosakata
Metode pembelajaran pada hakikatnya adalah teknik-teknik dalam
menyampaikan materi pelajaran kepada siswa yang jenisnya beragam dan
pemanfaatannya disesuaikan dengan kebutuhan. Begitu pula dengan
pembelajaran bahasa Arab khususnya kosa kata (mufradat) ini menuntut
adanya metode-metode dasar yang dapat diterapkan tanpa mengharuskan
adanya sarana-sarana yang tidak terjangkau oleh lembaga-lembaga
pendidikan yang mengajarkan bahasa Arab.
Metode yang biasa digunakan dalam pembelajaran kosa kata, adalah
Metode Mahfuzat (Menghafal). Metode Mahfudzat atau menghafal yaitu
suatu cara menyajikan materi bahasa Arab, dengan jalan menyuruh siswa
untuk menghafal kalimat-kalimat berupa syair, cerita, kata-kata hikmah
dan lain-lain. Metode ini difokuskan pada penguasaan kosakata dan
memperbanyak perbendaharaan kosakata.7 Tujuan metode mahfudzat
yaitu melatih daya ingat peserta didik (siswa), melatih jiwa dan mental
disiplin, melatih jiwa kesatria dan mempermudah mempelajari sastra
Arab karena telah terbiasa menghafal bait-bait dan syair-syair yang
panjang.
7
Ibid, hlm. 75.
29
Langkah-langkah penggunaan metode mahfudzat :

Test awal dan apersepsi

Hendaklah materinya disesuaikan dengan tingkat kemampuan dan
perkembangan peserta didik, serta materinya menarik untuk
dipelajari.

Untuk tahap awal dipilih kalimat-kalimat yang tidak terlalu panjang,
dan pada tahapan selanjutnya dapat diberikan cerita-cerita menarik,
kata-kata hikmah atau bait-bait syair yang indah.

Materinya sebaiknya tertulis, dan ditulis dengan tulisan yang indah
sehingga dapat membangkitkan motivasi dan menggugah semangat
untuk belajar dan dibaca secara bersama-sama untuk mempercepat
hafalannya.
Selain dari beberapa metode di atas, dalam mengajarkan kosa kata
pada siswa, ada beberapa langkah yang harus diperhatikan agar
pembelajaran unsur tersebut berhasil. Dalam hal ini Ismail Shinny dan
Abdullah (1984) mengatakan bahwa sebaiknya mengajarkan kosa kata
melalui cara tahapan berikut ini:8
a.
Dengan cara menunjuk langsung pada benda (kosa kata) yang
diajarkan. Sebagai contoh kalau guru mengajarkan kosa kata dimana
referensinnya ada dalam lingkungan kelas maka guru tinggal
menunjuk
8
benda
tersebut
‚‫‛سبورة‬
maka
guru
tidak
usah
Abdul Wahab Rosyidi, Media Pembelajaran Bahasa Arab (Malang: UIN Malang Press,
2009), hlm.55.
30
menterjemahkan kata tersebut, akan tetapi langsung menunjuk pada
benda yang dimaksud, yaitu papan tulis.
b.
Dengan cara menghadirkan miniatur dari benda (kosa kata) yang
diajarkan. Contoh: guru ingin memberikan kosa kata sebuah rumah
yang indah, nyaman dan asri, maka guru cukup menghadirkan sebuah
miniatur dari rumah tersebut.
c.
Dengan cara memberikan gambar dari kosa kata yang ingin diajarkan.
Contoh: apabila seorang guru ingin mengajarkan kosa kata tentang
sapi atau kambing, maka guru cukup menunjukkan gambar dari kosa
kata tersebut.
d.
Dengan cara memperagakan dari kosa kata yang ingin disampaikan.
Contoh: seorang guru ingin menyampaikan kosa kata (khususnya
yang terkait dengan kata kerja) maka guru bisa melakukannya dengan
cara memperagakan kosa kata tersebut tanpa harus menterjemah
kedalam bahasa ibu, seperti kosa kata ‚‫ ‛يمشى‬guru cukup
memperagakan berjalan di depan kelas.
e.
Dengan cara memasukkan kosa kata yang diajarkan dalam kalimat.
Apabila seorang guru ingin mengajarkan kosa kata ‚‫ ‛جميل‬maka ia
harus meletakkanya di dalam jumlah ‚‫‛الفصل جميل و نظيف او احمد جميل‬,
tidak usah diterjemahkan ke dalam bahasa ibu.
f.
Dengan cara memberikan padanan kata ‚‫‛الترادف‬, contoh : ketika guru
memberikan kosa kata ‚‫ ‛فصل‬maka ia harus memberikan padanannya
‚‫‛صف‬.
31
g.
Dengan cara memberikan lawan kata ‚‫‛المضاد‬, contoh : ketika guru
ingin menyampaikan kosa kata ‚‫ ‛كبير‬maka ia harus memberikan
lawan katannya ‚‫ ‛صغير‬.
h.
Dengan cara memberikan definisi dari kosa kata yang diberikan.
Contoh : guru memberikan kosa kata ‚‫ ‛المسجد‬maka ia cukup
memberikan definisinya ‚‫‛مكان الصالة و االعتكاف‬.
Apabila dari langkah-langkah tersebut di atas masih belum dapat
dipahami oleh siswa, atau ada kosa kata yang tidak bisa diungkapkan
dengan delapan langkah yang ada maka mengartikan kosa kata ke dalam
bahasa ibu sebagai langkah yang terakhir.
Adapun media yang bisa digunakan dalam pembelajaran kosa kata
adalah sebagai berikut:9
a) Miniatur Benda Asli
Miniatur adalah bentuk kecil dari benda yang sebenarnya, seperti
miniatur mobil, miniatur apartemen, miniatur buah-buahan, dan lainlain. Dengan menghadirkan miniatur tersebut, guru dengan mudah
tinggal mengucapkan, menunjuk dan menjelaskan maing-masing
kosakata yang hendak diajarkan.
b) Foto atau Gambar
Foto dari sebuah benda aslinya yang dihasilkan dari kamera, bisa
digunakan untuk media pembelajaran kosa kata begitu juga dengan
9
Ibid., hlm.56.
32
gambar yang dibuat sendiri oleh guru, dan biasanya foto atau gambar
tersebut dibuat dalam bentuk kartu ( kartu mufradat ).
5. Teknik Pengajaran Kosakata
Untuk memperoleh kemahiran berkomunikasi dari suatu bahasa
asing, kosakata merupakan salah satu unsur bahasa yang harus dikuasai
oleh pembelajar bahasa asing tersebut. Akan tetapi mempelajari bahasa
tidak identik mempelajari kosakata, dalam artian bahwa pembelajar
bahasa tidak cukup dengan menghafal kosakata dan mengenal bahasa
hanya melalui kamus.
a.
Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam pengajaran mufradat10
1) Pengajaran mufradat tidak berdiri sendiri, dalam hal ini pengajaran
mufradat selalu terkait dengan pengajaran muthla’ah, istima’,
insya’ dan muhadatsah.
2) Pembatasan makna. Untuk para pemula sebaiknya guru hanya
mengajarkan makna yang sesuai dengan konteks saja, agar tidak
memecah perhatian dan ingatan siswa.
3) Kosakata dalam konteks, kosakata yang tidak dipahami secara
tepat tanpa mengetahui pemakaianya dalam kalimat haruslah
diajarkan dalam konteks agar tidak mengacaukan pemahaman.
4) Terjemahan dalam pengajaran,
5) Tingkat kesukaran
10
Ibid., hlm.145.
33
Kosakata bahasa Arab bagi siswa Indonesia dapat dibedakan
menjadi tiga dari tingkat kesukarannya :
 Kata-kata yang mudah, karena ada persamaanya dalam katakata bahasa Indonesia.
 Kata-kata yang tidak sukar meskipun tidak ada persamaanya
dalam bahasa Indonesia.
 Kata-kata
yang
sukar,
baik
karena
bentuknya
atau
pengucapannya.
b.
Teknik-teknik pengajaran mufradat
Adapun tahapan dan teknik pengajaran mufradat atau
pengalaman belajar siswa dalam mengenal dan memperoleh makna
mufradat , sebagai berikut :11
1. Mendengarkan kata
Dalam pembelajaran kosakata, mendengarkan kata menempati
urutan pertama. Diharapkan guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mendengarkan apa yang diucapkannya.
2. Mengucapkan kata
Setelah siswa mendengarkan kosakata dari ucapan gurunya,
tahapan selanjutnya adalah pemberian kesempatan kepada siswa
untuk mengucapkan apa yang telah didengarnya.
11
Ibid., 145.
34
3. Mendapatkan makna kata
Pemberian arti kata kepada siswa sedapat mungkin agar
menghindari terjemahan secara langsung agar makna kata yang
dipelajari tidak cepat dilupakan oleh siswa.
Ada berbagai teknik yang bisa digunakan oleh guru
untuk
mendapatkan makna kata, antara lain: Konteks ( al-siyaq), definisi
(ta’rif), sinonim (muradif), antonim (dhid), benda asli atau
tiruannya, gambar, peragaan, penerjemahan, membaca kata,
menulis kata, dan membuat kalimat.
B. Tata Bahasa Arab
1. Pengertian Tata Bahasa Arab
Sebagai komponen bahasa, tata bahasa merupakan bagian yang
berkaitan dengan penataan kata dalam rangkaian kata-kata. Rangkaian
kata-kata itu menghasilkan frasa atau kalimat, tergantung pada kata-kata
yang dirangkai di dalamnya, dan sifat hubungan antara kata-kata itu.
Selain itu tata bahasa juga berkaitan dengan perubahan bentuk kata, yang
kadang terjadi sebagai akibat dari tersusunnya kata-kata dalam frasa atau
kalimat.12
Tata bahasa merupakan dasar bahasa apapun. Dapat dikatakan tata
bahasa adalah perekat yang mengikat semua unsur bahasa dan
memungkinkan kita untuk berkomunikasi menggunakan seperangkat
aturan yang ditetapkan. Karena tata bahasa begitu penting, maka dalam
12
Ibid., hlm.58.
35
mempelajari bahasa Arabpun perlu memahami konsep-konsep gramatikal
bahasa Arab.13
Tata bahasa Arab adalah cabang ilmu bahasa Arab yang membahas
tentang pembentukan kata maupun pembentukan kalimat serta kaidahkaidah yang berkaitan dengan pembentukan keduanya. Tata bahasa Arab
ini sering disebut gramatika Arab, Nahwu-Sharaf atau Qawa’id.14
Jadi tata bahasa Arab merupakan salah satu komponen dari
keseluruhan ilmu-ilmu bahasa Arab yang ada, sehingga seorang yang
ingin menguasai bahasa Arab masih harus mempelajarinya dan
mempelajari ilmu-ilmu bahasa Arab yang lain. Ada suatu tahapan tertentu
yang harus dicapai oleh orang yang belajar bahasa Arab yang merupakan
tahapan sebagai kunci keberhasilan dalam menguasai ilmu-ilmu bahasa
Arab dan keterampilan-keterampilan bahasa Arab. Tahapan itu adalah
tahap munculnya rasa bahasa (Zhauqul Lughah) pada orang yang belajar.
Oleh karena itu orang yang belajar bahasa Arab sebaiknya tidak
menjadikan tata bahasa Arab sebagai tujuan akhir pelajaran, tetapi
menjadikanya suatu proses antara yang harus dilalui secara sistematis,
efektif dan efisien.
Dalam pembelajaran bahasa Arab sekarang ini, komponen ini
diajarkan secara wadifi, yaitu tata bahasa fungsional dalam sebuah
kalimat yang terintegrasikan dalam empat maharah
13
yang diajarkan,
Ahmad Qosim, Jurus Kilat Menguasai Percakapan Bahasa Arab Modern ( Depok : PT.
Palapa, 2011 ), hlm. 25.
14
Imaduddin Sukamto dan Akhmad Munawari, Tata Bahasa Arab Sistematis (Yogyakarta :
Nurma Media Idea, 2007), hlm.vii.
36
sehingga secara otomatis siswa akan menggunakan dari pola-pola yang
telah dicontohkan, baik dalam Istima’, Kalam, Qiro’ah ,dan Kitabah).15
Pada tata bahasa Arab terdapat kaidah-kaidah yang terkadang tidak
terdapat pada tata bahasa yang lain. Kaidah-kaidah itu antara lain :16
a. Kaidah yang berkaitan dengan gender (mużakar atau muannaṡ).
Setiap kata benda atau kata kerja yang digunakan harus sesuai dengan
kaidah-kaidah tentang gender ini, bahkan pada sesuatu yang pada
hakekatnya tidak bisa dikategorikan menurut gender, tetapi menurut
tata bahasa Arab harus dikategorikan (mużakar atau muannaṡ).
b. Kaidah yang berkaitan dengan jumlah bilangan (mufrad, muṡanna, dan
jama’).
Setiap kata benda atau kata kerja yang digunakan harus sesuai dengan
kaidah tentang jumlah bilangan ini.
c. Kaidah yang berkaitan dengan waktu (maḍi, ḥal dan mustaqbal).
Setiap kata kerja yang digunakan selalu mengandung waktu pekerjaan
itu dikerjakan, baik waktu lampau, sedang atau akan datang.
d. Kaidah yang berkaitan dengan bina’ dan i’rab (marfu’, manṣub, majrur
dan majzum).
Setiap kata benda atau kata kerja yang digunakan dalam bahasa Arab
mempunyai bentuk tertentu dan kaidah perubahannya sesuai dengan
posisi atau statusnya dalam kalimat.
15
16
Abdul Wahab Rosyidi, Op.Cit., hlm.58.
Ibid., hlm.viii.
37
e. Kaidah yang berkaitan dengan kata ganti (ḍamir).
Bahasa Arab mempunyai tingkat penggunaan ḍamir yang sangat
sering, baik kata ganti manusia atau yang lainnya.
2. Tujuan Pembelajaran Tata Bahasa Arab
Secara umum, tujuan pembelajaran tata bahasa Arab adalah sebagai
berikut :
a. Membantu siswa untuk memahami suatu teks bacaan dengan benar dan
menangkap makna dengan cepat.
b. Memberikan kemampuan kepada siswa untuk menggunakan kaidah
dalam memahami pelajaran bahasa Arab.
c. Menambah kekayaan bahasa siswa.
d. Untuk mengetahui kesalahan dalam ungkapan.
e. Agar siswa mengetahui fungsi kata dalam kalimat dan memahami
pengertian keseluruhan kalimat secara tepat dan cepat untuk
memahami bahasa Arab.
f. Agar siswa mampu menyusun kalimat dengan benar secara gramatika
dalam menggunakan bahasa tulisan maupun bahasa lisan untuk
mengutarakan fikiran.
3. Strategi Pembelajaran Tata Bahasa Arab
Tata bahasa merupakan kaidah-kaidah bahasa yang lahir setelah
adanya bahasa.
Kaidah-kaidah
kesalahan-kesalahan
dalam
ini
lahir dilatarbelakangi
penggunaan
bahasa.
Oleh
adanya
sebab
itu
sesungguhnya tata bahasa itu dipelajari agar pengguna bahasa dapat
38
menyampaikan ungkapan bahasa dan mampu memahaminya dengan benar
dan baik dalam bentuk tulisan, maupun dalam bentuk ucapan.
Ada dua model pembelajaran tata bahasa yang dikenal dengan
metode qiyasiy dan istiqraiy. Metode qiyasiy ini adalah suatu metode
yang menyajikan kaidah-kaidah lebih awal kemudian dilanjutkan dengan
contoh-contoh. Metode ini adalah metode pertama yang digunakan dan
umum digunakan dalam pembelajaran tata bahasa. Adapun metode
istiqraiy (induktif) adalah kebalikan dari metode qiyasiy (deduktif),yakni
pembelajaran diawali dengan memberikan contoh-contoh terlebih dahulu
kemudian dari contoh tersebut disimpulkan menjadi kaidah-kaidah
nahwu.17
Secara singkat strategi dan langkah-langkah pembelajaran tata
bahasa yang cocok dengan dua metode tersebut di atas dalam
penerapannya secara ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Menggunakan metode qiyasiy
a. Pelajaran dimulai dengan mengutarakan tema tertentu
b. Materi pelajaran dilanjutkan dengan menjelaskan kaidah-kaidah
tata bahasa, kaidah-kaidah tersebut dihafal oleh siswa.
c. Guru memberikan contoh yang sesuai dengan kaidah-kaidah tata
bahasa yang telah dijelaskan di awal.
17
Wa Muna, Op.Cit., hlm.131.
39
d. Pelajaran diakhiri dengan menyimpulkan materi yang telah
dipelajari dan meminta siswa mengerjakan soal-soal latihan
sebagai bahan evaluasi.
2) Menggunakan metode istiqraiy
a. Pelajaran diawali dengan penentuan topik atau tema pelajaran.
b. Guru menampilkan contoh-contoh kalimat atau teks yang
berhubungan dengan tema.
c. Siswa secara bergantian diminta untuk membaca contoh-contoh
atau teks yang ditampilkan oleh guru.
d. Setelah dianggap cukup, guru melanjutkan dengan materi
menjelaskan kaidah-kaidah tata bahasa yang terdapat dalam
contoh atau teks yang berkaitan dengan tema.
e. Guru dan siswa sama-sama membuat kesimpulan tentang kaidahkaidah tata bahasa.
f. Materi diakhiri dengan memberikan latihan-latihan atau tugas di
rumah.18
4. Metode Pembelajaran Tata Bahasa Arab
Selain dari dua metode yang di atas, ada beberapa metode yang biasa
digunakan dalam pembelajaran tata bahasa Arab antara lain :19
a. Metode cabang-cabang
Metode cabang cabang yaitu metode pembelajaran tata bahasa
Arab yang materi-materinya dibagi atas beberapa cabang ilmu secara
18
19
Ibid., hlm.132
Ibid., hlm.ix
40
terpisah. Misalnya ilmu Nahwu, Sharaf, I’lal dan lain-lain. Setiap
cabang itu mempunyai karakter sendiri-sendiri sehingga dibutuhkan
metode pembelajaran yang berbeda pula.
Kelebihan metode ini yaitu materi pelajaran masing-masing
cabang ilmu tata bahasa Arab dapat dibahas secara mendalam dan
mendetail. Sedangkan kelemahannya yaitu siswa sering kesulitan
mendapatkan gambaran terhadap cabang-cabang ilmu tata bahasa Arab
itu sebagai suatu sistem sehingga sementara siswa bisa mempunyai
kesan bahwa masing-masing cabang itu tidak saling berkaitan satu
sama lain.
b. Metode kesatuan
Metode kesatuan yaitu metode pembelajaran tata bahasa Arab
yang materi-materinya disajikan sebagai suatu kesatuan sekaligus.
Kelebihan metode ini yaitu siswa lebih cepat mempunyai
gambaran bahwa ilmu tata bahasa Arab itu sebagai suatu sistem.
Sedangkan
kelemahannya
yaitu
pembahasan-pembahasannya
terkadang kurang mendalam dan mendetail sehingga kurang dapat
dipahami.
c. Metode I’rab
Metode I’rab yaitu metode pembelajaran tata bahasa Arab yang
digunakan untuk menguraikan setiap kata dalam susunan kalimat
bahasa Arab menurut bina’ dan i’rabnya, alamatnya, jenisnya dan lain-
41
lain. Metode ini lebih tepat diterapkan kepada mereka yang sudah
mempunyai dasar-dasar ilmu tata bahasa Arab.
Selain beberapa metode tersebut, dalam pembelajaran bahasa Arab
juga ada metode gramatika. Metode gramatika yaitu cara menyajikan
bahan pelajaran dengan jalan menghapal aturan-aturan atau kaidah-kaidah
tata bahasa untuk bahasa asing tersebut. Jadi, disini anak didik diajarkan
terlebih dahulu gramatika/tata bahasa, adapun pelajaran percakapan tidak
dipentingkan.20
Adapun media yang dapat digunakan dalam pembelajaran tata bahasa
Arab seperti:21
a) Kotak Tata Bahasa
Yang dimaksud dengan kotak tata bahasa adalah sebuah kotak yang
berbentuk kubus, biasanya berukuran 20 cm x 25 cm, dan masingmasing dari sisi kubus terdapat kosa kata baik berbentuk kata kerja,
kata benda, huruf atau yang lainnya.
b) Papan Saku
Papan saku merupakan papan yang terbuat dari kayu seperti papan
biasa, hanya saja papan saku ditambah dengan tempat seperti saku,
dimana fungsinya untul meletakkan kartu yang telah disiapkan oleh
guru. Dan, biasanya kartu yang digunakan adalah kartu kosa kata
(bithoqoh wamdhiyah).
20
21
Ahmad Izzan, Op.Cit., hlm.103.
Abdul Wahab Rosyidi, Op.Cit., hlm.59.
42
c) Papan Tali
Papan tali merupakan papan yang terbuat dari kayu seperti papan
biasa, hanya saja papan tali ditambah dengan tali yang memanjang
dari kanan yang ke kiri sebagai gantinya saku, dimana fungsinya
untuk menggantungkan kartu yang telah disiapkan oleh guru.
5. Teknik Pengajaran Tata Bahasa Arab
Dalam model pembelajaran bahasa Arab modern, pembelajaran tata
bahasa berfungsi sebagai alat penunjang tercapainya kemahiran
berbahasa. Tata bahasa bukan tujuan, melainkan sarana untuk dapat
menggunakan bahasa dengan benar dalam berkomunikasi.
Pada dasarnya, kegiatan pembelajaran tata bahasa terdiri dari dua
bagian, yaitu :22
a.
Pengenalan kaidah-kaidah bahasa (al-nahwu dan al-sharf)
Pengenalan kaidah dapat dilakukan dengan cara deduktif atau
induktif. Ada dua hal yang perlu dicatat berkaitan dengan pengenalan
akidah ini. Pertama, bahwa yang terpenting dituntut dari siswa
bukanlah kemampuan menghafalkan kaidah di luar kepala, melainkan
kemampuan
memahami
dan
memfungsikannya
kaidah-kaidah
tersebut dalam praktek berbahasa. Kedua, tidak semua topik dalam
tata bahasa mesti diajarkan. Topik-topik tersebut perlu dipilih
berdasarkan frekuensi pemakaiannya, dan kesesuaian dengan tingkat
pembelajaran.
22
Wa Muna, Op.Cit., hlm.136.
43
b.
Pemberian latihan (drill)
Beberapa pendekatan dan metode mutakhir menekankan perlunya
pengujian gramatikal fungsional,baik dari segi pilihan materi atau
cara penyajiaanya. Penekanannya bukanlah penguasaan kaidah, akan
tetapi membuat kalimat-kalimat gramatikal. Oleh karena itu latihan
yang diberikan berbentuk latihan-latihan pola kalimat.
Ada tiga jenis latihan yang masing-masing bisa berdiri sendiri atau
bisa merupakan suatu urutan yang merupakan suatu kesatuan, yakni :
1) Latihan Mekanis
Latihan ini bertujuan menanamkan kebiasaan dengan memberikan
stimulus untuk mendapat respon yang benar. Ada bermacammacam latihan mekanis, antara lain : pengulangan sederhana,
penggantian sederhana, penggantian berganda, tranformasi, dan
penggabungan kalimat dengan penambahan kata penghubung.
2) Latihan bermakna
Latihan ini dilakukan dengan cara pemberian konteks atau situasi
yang sebenarnya, latihan ini dapat berupa : alat peraga atau media
pembelajaran, dan benda-benda yang ada didalam kelas dapat
dimanfaatkan untuk pemberian makna.
3) Latihan komunikatif
Latihan ini dilakukan untuk membangkitkan daya kreasi siswa dan
merupakan latihan berbahasa yang sebenar-benarnya. Oleh karena
itu, latihan ini hendaknya diberikan setelah siswa dianggap telah
44
mendapatkan bahan yang cukup (kosakata, tata bahasa, dan
ungkapan komunikatif).
C. Kemampuan Memahami Teks Bahasa Arab
1. Pengertian
Teks ialah satuan bahasa baik lisan maupun tulis yang mengandung
makna secara kontekstual. Teks mempunyai struktur dan fungsi.
Perbedaan struktur suatu teks akan menyebabkan perbedaan bentuk teks
tersebut. Adapun fungsi teks, sebagaimana fungsi kalimat, dapat mengacu
kepada bagaimana suatu bentuk bahasa dipakai sesuai dengan situasi.
Misalnya, bentuk bahasa tertentu dipakai untuk memberikan peringatan,
perintah, atau untuk melaksanakan interaksi dan transaksi sosial.23
Suatu teks dapat hanya terdiri atas satu kata atau satu kalimat, tetapi
teks dapat juga panjang, seperti ceramah, khotbah, kampanye, artikel,
makalah atau buku. Namun demikian, makna suatu teks tidak bergantung
kepada panjang-pendeknya, tetapi kepada konteksnya. Teks tidak dapat
dimengerti tanpa konteks.
Memahami teks merupakan salah satu bagian dari aspek keterampilan
membaca. Membaca adalah kemampuan mengenali dan memahami isi
sesuatu yang tertulis (lambang-lambang tertulis) dengan melafalkan atau
mencernanya di dalam hati. Dalam komunikasi tulisan, lambang-lambang
bunyi bahasa diubah menjadi lambang-lambang tulisan atau huruf-huruf
alfabet latin. Pembagian membaca berdasarkan tingkatan dapat dibedakan
23
Tri Wiratno, Mencerna Buku Teks Bahasa Inggris Melalui Pemahaman Gramatika
(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2003), hlm.145.
45
menjadi dua yaitu membaca permulaan dan pemahaman membaca.
Membaca permulaan terdapat proses pengubahan yang harus dibina dan
dikuasai terutama dilakukan pada masa kanak-kanak. Pada masa
permulaan sekolah, anak-anak diberikan pengenalan huruf sebagai
lambang bunyi bahasa. Pengenalan huruf tersebut dikuasai siswa secara
mantap, barulah penekanan diberikan pada pemahaman isi bacaan.24
Membaca merupakan kegiatan untuk mendapatkan makna yang
tertulis dalam teks. Proses membaca dipandang sebagai usaha menyerap
informasi dari bacaan ke dalam ingatan. Konsep membaca ini
didefinisikan sebagai proses mengolah bacaan secara kritis dan kreatif
yang dilakukan dengan tujuan memperoleh pemahaman yang bersifat
menyeluruh tentang bacaan itu, penilaian terhadap keadaan dan dampak
bacaan itu. Berdasarkan proses yang dilakukan dalam membaca,
kemampuan memahami bacaan digolongkan dalam tiga jenjang. Jenjang
pertama yaitu membaca secara harfiah, adalah membaca hanya
memahami sebagaimana adanya. Jenjang kedua yaitu membaca antar
baris, pada jenjang ini pembaca mampu menarik kesimpulan berdasarkan
apa yang dibacanya, kemampuan ini menuntut adanya kesanggupan
berpikir secara kritis. Jenjang ketiga yaitu membaca lintas baris yang
melibatkan kemampuan aplikasi dan evaluasi25
24
Alek dan Achmad H.P, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2011), hlm.74.
25
Ibid., hlm. 79.
46
Kemahiran membaca mencakup dua hal, yaitu mengenali simbolsimbol yang tertulis dan memahami isinya. Bagi para siswa Indonesia
yang mempunyai latar belakang kemahiran membaca tulisan latin,
kemahiran membaca tulisan Arab merupakan masalah. Sebab alphabet
Arab berlainan dengan alphabet Latin. Alphabet Arab mempunyai sistem
dan karakterisitik tersendiri. Kemampuan membaca bahasa Arab sangat
tergantung kepada pemahaman isi atau arti yang dibaca. Ini berarti sangat
tergantung pada penguasaan qawaid atau gramatika bahasa Arab yang
meliputi nahwu dan sharaf. Oleh karena itu, kemahiran membaca dalam
bahasa Arab setelah memahami, bukan untuk memahami. Artinya
memahami terlebih dahulu gramatika bahasa Arab, baru bisa membaca
dengan benar.26 Keterampilan membaca mengandung tiga unsur. Pertama,
suatu proses kegiatan yang aktif-kreatif. Kedua, objek dan sasaran
kegiatan membaca adalah lambang tertulis sebagai penuangan gagasan
atau ide orang lain. Ketiga, adanya pemahaman yang bersifat menyeluruh.
Adapun aspek-aspek membaca adalah sebagai berikut :27
a. Aspek gerak, yaitu aspek membaca yang mencakup pengenalan huruf
dalam bacaan, pengenalan unsur bahasa, pengenalan hubungan antara
intonasi dan huruf, serta kecepatan membaca dalam hati.
b. Aspek pemahaman, yaitu meliputi kemampuan untuk memahami
bacaan secara sederhana, memahami makna yang tersirat dalam
bacaan, dan penyesuaian tanda baca atau intonasi dengan kecepatan
26
27
Ulin Nuha, Op.Cit., hlm.110.
Ibid., hlm.111.
47
membaca. Untuk mengembangkan keterampilan membaca siswa,
seorang guru haruslah selalu membantu dan memberi bimbingan
kepada siswanya. Dengan demikian diharapkan siswa mempunyai
keterampilan-keterampilan yang mereka butuhkan dalam membaca.
Secara garis besar, jenis membaca dibagi menjadi dua, yaitu :28
a. Al- Qira’ah al Mukasysyafah
Membaca jenis ini dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan
siswa dalam memahami teks yang dibaca secara mendetail. Selain itu,
juga untuk mengembangkan kemampuan membaca secara jelas,
mampu mengucapkan huruf dan kata-kata dengan baik, cepat dan
dapat memahami arti kata, kalimat dengan baik.
b. Al- Qira’ah al Muwassa’ah
Membaca jenis ini digunakan untuk membaca teks-teks yang panjang.
Siswa menelaah teks atau bacaan tersebut di luar kelas berdasarkan
saran dari gurunya. Kemudian, mereka mendiskusikan pokok-pokok
pikiran teks di dalam kelas untuk memperdalam pemahaman.
2. Tujuan Pembelajaran
Secara umum tujuan pembelajaran membaca dalam bahasa Arab
adalah sebagai berikut :
a. Siswa dapat menghubungkan simbol tertulis dengan suara yang ia
ucapkan dalam bahasa Arab.
b. Siswa dapat membaca teks dengan nyaring dan tepat.
28
Ibid., hlm.116-118.
48
c. Siswa dapat menarik kesimpulan secara langsung makna umum dari
bacaan yang tercetak dan dapat menemukan perubahan arti dari
perubahan susunan kalimat.
d. Siswa dapat mengetahui arti mufradat dari hubungan kalimat.
e. Siswa dapat memahami arti kalimat dalam beberapa alinea dan
menemukan hubungan arti yang berkaitan diantara alinea tersebut.
f. Siswa dapat membaca dengan fasih dan mengerti tanpa lepas dari tata
bahasanya.
g. Siswa memahami pokok pikiran.
h. Siswa dapat membaca dengan baik tanpa menggunakan kamus atau
daftar kosa kata dua bahasa.
3. Metode Pembelajaran
Metode yang dapat digunakan dalam memahami bahasa Arab salah
satunya adalah dengan metode membaca. Metode membaca adalah
metode yang muncul karena ketidakpuasan khususnya terhadap metode
langsung. Dasar metode membaca ini adalah penguasaan bahasa asing
dengan memulainya dari penguasaan unsur bahasa yang terkecil, yaitu
kosa kata, yang didahului latihan pengucapan yang benar, lalu
pemahaman. Penguasaan unsur bahasa yang terkecil akan menentukan
penguasaan bahasa secara keseluruhan. Sedangkan pengucapan kata dan
pelafalan kalimat yang baik dan benar merupakan modal dasar membaca
yang baik dan benar.29
29
Acep Hermawan, Op.Cit., hlm.194.
49
Di antara aspek kelebihannya adalah :
a. Memberikan kemampuan membaca yang baik kepada para pelajar
bahasa asing baik membaca nyaring yang melibatkan pengucapan,
maupun membaca pemahaman.
b. Membaca yang baik adalah komunikasi pembaca dengan bahan
bacaan. Komunikasi ini adalah modal untuk memahami isi bacaan
dengan baik.
c. Kemampuan membaca yang tinggi memudahkan pembaca untuk
memahami budaya bahasa asing yang dipelajari.
Di antara aspek kekurangannya adalah :
a. Metode membaca mungkin cocok diberikan kepada para pelajar yang
gemar membaca, tetapi kurang cocok bagi mereka yang tidak gemar
membaca akibatnya mereka akan mengalami kejenuhan belajar.
b. Terlalu menekankan perhatian kepada kemampuan membaca dapat
mengakibatkan kurangnya kemampuan pelajar berkomunikasi secara
lisan dengan bahasa asing yang dipelajari.
c. Membaca yang cepat kadang-kadang hanya memperhatikan aspek
kuantitas, sedangkan aspek kualitas diabaikan.
Adapun
media
yang
dapat
keterampilan membaca seperti :30
30
Abdul Wahab Rosyidi, Op.Cit., hlm.72-73.
digunakan
dalam
pembelajaran
50
 Kartu
Kartu biasanya terbuat dari kertas, yang didalam masing-masing
bagian depan dan belakang terdapat kata, frasa, kalimat atau ungkapan.
Kartu biasanya digunakan untuk membelajarkan atau melatih siswa
membaca kata, kalimat atau ungkapan yang sempurna, selain itu kartu
ini juga untuk mengembangkan pengetahuan siswa tentang kosa kata,
latihan pola tatanan bahasa dan membaca secara keras.
 Laboratorium bahasa
Laboratorium bahasa merupakan salah satu media yang dapat
dimanfaatkan
untuk
mengembangkan
keterampilan
membaca.
Laboratorium bahasa biasanya terdiri dari sejumlah kitab-kitab kecil,
yang isinya materi bahasa yang tersusun secara gradasi dari sederhana
menuju sulit yang dapat membantu siswa untuk lebih cepat dapat
membaca sesuai dengan kemampuannya.
Media
pembelajaran
lain
yang
dapat
dimanfaatkan
untuk
mengembangkan keterampilan membaca masih banyak, seperti kartu
hijriyah, majalah dan sejenisnya, gambar-gambar karikatur, iklan yang
berisi tulisan dan gambar, dan lain sebagainya.
Download