Pemeriksaan fisik Pemeriksaan mata Pemeriksaan ini bertujuan

advertisement
I.
Pemeriksaan fisik
1. Pemeriksaan mata
Pemeriksaan ini bertujuan menentukan adanya kelainan jalur vestibulo-visual
 Mencari adanya gerakan bola mata yang tidak wajar, misalnya nistagmus dan strabismus.
Nistagmus dapat muncul secara spontan (pada posisi mata netral, di tengah), saat mata melirik
(gaze), saat rangsangan dengan irigasi telinga (caloric test).
Pada posisi duduk atau berbaring, penderita diminta melihat ke depan (mata pada posisi netral
atau mid line), kemudian melirik pelan-pelan ke kanan, ke kiri, ke atas, dan ke bawah.
Nistagmus dengan kelainan sentral memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
 Arah vertikal, ke atas atau ke bawah
 Arah memutar (circular), searah atau berlawanan arah jarum jam
 Gaze nystagmus (nistagmus yang fase cepatnya berubah bila arah lirikan mata berubah
dan arah nistagmus selalu sesuai dengan arah lirikan)
 Nystagmoid jerks (gerak mata mirip nistagmus)
 Hallpike Maneuver
Pemeriksaan ini bertujuan mencari adanya vertigo/nistagmus posisional paroksismal, oleh
karena itu untuk membangkitkannya diperlukan rangsangan perubahan posisi dengan cepat.
 Penderita duduk di meja periksa dan diminta dengan cepat berbaring terlentang dengan
kepala tergantung (disanggah dengan tangan pemeriksa) di ujung meja dan dengan
cepat kepala diminta menengok ke kiri (10-20°), pertahankan10-15 detik, lihat adanya
nistagmus. Kemudian kembali pada posisi duduk dan lihat adanya nistagmus (10-15
detik).
 Pemeriksaan diulang, kali ini kepala menengok ke kanan
Vertigo/nistagmus yang timbul dengan arah tertentu, saat posisinya kembali sering timbul
nistagmus dengan arah berlawanan.
Sifat-sifat nistagmus paroksismal akibat kelainan perifer antara lain:
1. Onset lambat, terdapat periode laten 2-20 detik setelah perubahan posisi dilakukan
2. Masa timbul nistagmus sebentar (≤ 2menit)
3. Disertai vertigo sesaat
4. Respon nistagmus mudah lelah
Nistagmus akibat kelainan SSP memiliki ciri-ciri:
1. Tidak terdapat periode laten, nistagmus langsung muncul setelah ada rangsangan
perubahan posisi
2. Masa timbul nistagmus lama (≥2 menit)
3. Tidak atau hanya sedikit disertai keluhan vertigo
4. Nistagmus tidak mudah lelah
2. Pemeriksaan keseimbangan tubuh
Pemeriksaan ini bertujuan mencari adanya lesi di jalur vestibulospinal. Jalur vestibulospinal dapat
berhubungan langsung atau melalui otak kecil, yaitu bagian vestibulo-cerebellum di lobus
flocculonoduler atau archi cerebellum. Kerusakan di otak kecil menampilkan gejala vertigo dan
gejala lain yang mirip dengan kerusakan vestibulum (perifer).
Pemeriksaannya antara lain:
 Disdiadokinesis
 Tes tunjuk hidung dan jari
 Tes modifikasi Romberg
3. Pemeriksaan rutin neurologi, mencakup pemeriksaan fungsi nervus kranialis, kekuatan otot,
sensibilitas, dan lain-lain
4. Pemeriksaan rutin otologi
Pemeriksaan fungsi pendengaran dengan garpu tala, untuk membedakan tuli persepsi atau
konduksi.
5. Pemeriksaan fisik diagnostik
Pemeriksaan ini bertujuan mencari kelainan kardiovaskular, endokrin, dan sebagainya.
Pemeriksaan khusus
1. Elektronistagmografi (ENG)
ENG merekam gerakan bola mata berdasarkan perbedaan potensial listrik antara retina dan kornea.
Kelebihan ENG antara lain:
 Menilai perubahan gerakan mata dalam keadaan mata terbuka atau tertutup, pada
ruangan terang maupun gelap.
 Menentukan nistagmus fisiologis atau patologis
Dalam keadaan fisiologis, orang normal bila melirik lebih dari 400 angular akan timbul
nistagmus. Bila terjadi nistagmus saat lirikan mata dikurangi menjadi 300 atau lebih kecil
lagi, hal tersebut merupakan keadaan patologis.
 Menentukan lokasi lesi
i. Nistagmus dengan arah ke atas (up-beat nystagmus), sumber lesi terdapat di
batang otak bagian atas (sekitar pons varolii). Pada down-beat nystagmus,
sumber lesi terdapat di medulla oblongata.
ii. Nistagmus dengan arah yang berubah (rebound nystagmus) setiap 10-20 detik
dan dipengaruhi lirikan mata, sering disebabkan lesi kronis di cerebellum atau
olivopontocerelum dan sekitarnya.
iii. Internuclear Ophtalmoplegia, disebabkan lesi di fasciculus longitudinalis
medialis, di antara formatio reticularis dengan inti nervus oculomotorius, atau di
antara inti-inti nervus abducent dengan nervus oculomotorius.
2. Audiometri dan Brainstem Auditory Evoked Potential (BAEP)
Lesi vestibuler perifer sering memberi gejala gangguan pendengaran yang timbulnya lebih awal dari
keluhan vertigo, misalnya neurinoma saraf akustikus. Dari audiogram dapat diperoleh data
kuantitatif fungsi pendengaran.
3. Pemeriksaan psikiatrik
Pemeriksaan psikiatrik perlu dilakukan karena pada 94% kasus dengan keluhan hanya vertigo dan
pada 24% kasus vertigo dengan tinitus, ternyata penyakit dasarnya adalah ansietas.
Terapi Vertigo
Terapi vertigo terdiri atas:
1.
Terapi Kausal
Pada umumnya vertigo tidak diketahui penyebabnya. Bila penyebabnya dapat ditemukan,
terapi kausal merupakan pilihan pertama.
2.
Terapi Simptomatik
Terapi simtomatik ditujukan pada vertigo (berputar, melayang) dan gejala otonom (mual,
muntah). Obat yang dapat diberikan antara lain:
 Calcium entry blocker
 Anti histamin (sinarisin, dimenhidrinat, prometasin, cyclizine)
 Anti kolinergik (skopolamin, atropin)
 Monoaminergik (amfetamin, efedrin)
 Anti dopaminergik (klorpromasin, droperidol)
 Benzodiazepin (diazepam)
 Histaminik (betahistin)
 Beta blocker (carvedilol)
 Anti epileptik (fenitoin)
3.
Terapi Rehabilitatif
Tujuan terapi ini untuk menimbulkan dan meningkatkan kompensasi sentral dan habituasi
pada pasien dengan gangguan vestibuler.
Mekanisme kerja terapi ini adalah:
 Substitusi sentral oelh sistem visual dan somatosensori untuk fungsi vestibuler yang
terganggu
 Mengaktifkan kendali tonus inti vestibular oleh serebelum, sistem visual, dan
somatosensori
 Menimbulkan habituasi
Metode yang digunakan adalah:
 Metode Brandt-Daroff
Metode ini dilakukan pada penderita BPPV, caranya yaitu pasien diminta duduk
tegak di tepi tempat tidur dengan kaki tergantung. Kedua mata ditutup dan dengan
cepat berbaring pada salah satu sisi tubuh selama 30 detik, dan duduk tegak
kembali. Setelah 30 detik proses tersebut diulang dengan tubuh dibaringkan ke sisi
lain.
Latihan ini dilakukan 5 kali pada pagi hari, 5 kali pada malam hari, hingga 2 hari
berturut-turut tidak timbul vertigo lagi.
 Latihan visual-vestibular
1.
Pada pasien berbaring

Melirik ke atas, ke bawah, ke samping kiri dan kanan, selanjutnya
sambil menatap jari yang digerakkan pada jarak 30 cm.

Kepala digerakkan fleksi dan ekstensi, semakin cepat, diulangi
dengan mata tertutup, dan setelah itu kepala digerakkan ke kanan
dan kiri
2.
Pada pasien yang dapat duduk

Kepala digerakkan ke atas dan bawah dengan cepat sebanyak 5 kali,
tunggu 10 detik hingga vertigo menghilang

Kepala digerakkan ke kiri/kanan atas selama 30 detik, kembali ke
posisi awal selama 30 detik, dan menatap sisi lain selama 30 detik.

3.
Sambil duduk membungkuk mengambil benda di lantai.
Pada pasien yang dapat berdiri/berjalan

Sambil berdiri, gerakkan mata dan kepala seperti latihan di atas.

Duduk di kursi lalu berdiri dengan mata terbuka dan tertutup.
 Latihan berjalan
1.
jalan menyebrangi ruangan dengan mata terbuka atau tertutup
2.
jalan turun-naik pada lantai miring dengan mata terbuka dan tertutup
3.
jalan mengelilingi seseorang sambil saling melempar bola
Download