use style: paper title

advertisement
Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 3 Nomor 3 Tahun 2015, 1064-1078
ORIENTASI POLITIK PEMILIH PEMULA DALAM PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF 2014
(STUDI PADA MAHASISWA S1 PPKn ANGKATAN 2013 UNESA)
M Arif Rohman Hakim
08040254211 (Prodi S1 PPKn, FIS, UNESA) [email protected]
Agus Satmoko Adi
0016087208 (Prodi SI PPKn, FIS, UNESA) [email protected]
Abstrak
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui orientasi politik pemlih pemula mahasiswa S1 PPKn angkatan
2013 Unesa pada pemilu legislatif.Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif, teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Responden penelitian sebanyak 57
mahasiswa.Kuesioner digunakan untuk mengetahui prosentase orientasi politik mahasiswa S1 PPKn
angkatan 2013 Unesa.Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa orientasi politik mahasiswa S1 PPKn
terbagi menjadi lima kategori yaitu figur politik sebesar 80%, persamaan agama dan keyakinan 47%,
memberikan keuntungan pribadi 40%, lingkungan pergaulan 36,36% dan iklan politik 20%.
Kata Kunci: Pemilih pemula, Pemilu Legislatif, Orientasi Politik..
Abstract
The main purpose of this research is to study the political orientation from 2013 UNESA S1 PPKn student
in the legislative election. This research using quantitative descriptive approach, the method for collecting
data that used is questioner. Population of this research are 57 student. The questioner method is used to
measure the political orientation of 2013 UNESA S1 PPKn student. The result of this research showed that
the political orientation of this student were divided into five category which are 80% for political figure,
47% for the same religion, 40% for personal profit, 36.36% for their society and 20% for political
advertisement..
Keywords: young voters, legislative election, political orientation.
PENDAHULUAN
Pada tahun 2009, untuk yang ke-9 kalinya bangsa
Indonesia akan menyelenggarakan pemilihan umum
(pemilu). Seperti halnya pemilu 2004 yang lalu, pemilu
2009 juga akan dilaksanakan 2 kali yaitu pemilu legislatif
dan pemilu Presiden dan Wakil Presiden. Pelaksanaan
pemilu identik dengan partai politik (parpol). Partai
politik adalah suatu kelompok yang terorganisir yang
anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita
yang sama.
Tujuan kelompok ini ialah untuk memperoleh
kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik,
biasanya dengan cara konstitusionil, untuk melaksanakan
kebijaksanaan-kebijaksanaan mereka. Para ilmuan politik
dan sosiolog memberikan kita daftar fungsi-fungsi
partaipolitik secara mengesankan, tanpa memberikan
manfaat dalam membedakan faktor-faktor, yang
menyebabkan fungsi-fungsi tertentu dapat dilaksanakan
secara efisien, atau yang membuat konseptualisasi yang
menghubungkan fungsi dan struktur secara memuaskan.
Di antara fungsi-fungsi tersebut yang biasanya paling
umum dikemukakan adalah representasi (perwakilan),
konversi dan agregasi; integrasi (partisipasi, sosialisasi,
mobilisasi); persuasi, represi, rekrutmen (pengangkatan
tenaga-tenaga baru), dan pemilihan pemimpin,
pertimbangan-pertimbangan dan perumusan kebijakan,
serta control terhadap pemerintah. Partai politik dalam
pemilu mempunyai peran yang sangat kuat untuk dapat
terlaksananya pemilu.Dalam menjalankan perannya
partai politik tidak bisa lepas dari fungsi-fungsinya.
Dalam
Negara
demokratis
partai
politik
menyelenggarakan beberapa fungsi, yaitu: (1) Partai
politik sebagai sarana komunikasi politik, (2). Partai
politik sebagai sarana sosialisasi politik, (3). Partai politik
sebagai sarana rekrutmen politik, (4). Partai politik
sebagai sarana pengatur konflik.
Pemilu adalah bagian pentingdalam demokrasi.
Pemilu jika diartikansecara sederhana adalah cara
individu
Warga negara melakukan aktivitaspolitik
ataupun kontrak politik denganorang lain atau partai
politik
yangdiberikan
mandat
atau
wewenang
untukmelaksanakan sebagian kekuasaanrakyat/pemilih.
Pemilu
bukanlahpemberian
mandat
kekuasaan
secaratotal.Klaim partai politik yangmenyatakan bahwa
partainya telahmemiliki pemilih dengan jumlah
totaltertentu dalam pemilu adalah tidaktepat. Untuk
menjalankan mandate tersebut partai politik atau
Orientasi Politik Pemilih Pemula dalam Pemilihan Legislatif 2014
eksekutif partai politik harus melakukankomunikasi
politik dalam menentukankebijakan-kebijakan untuk
kepentingan
Orientasi politik yang mencakup orientasi politik
berdasar iklan politik adalah orientasi politik dimana
pemilih pemula memilih partai atau calon legislatif
berdasarkan iklan politik yang banyak tersebar di media
cetak maupun media elektronik. Dalam hasil
penghitungan hasil angket sesuai dengan kelompok
kategori item pertanyaan angket yang mengacu pada
orientasi politik berdasar iklan politik memperoleh
prosentase sebesar 20%. Hasil prosentase ini dapat
dikatakan bahwa media iklan kurang mendapat respon
yang signifikan pada pemilih pemula.
rakyat dengan persetujuan warga.Hubungan antara
pemilu dan partai politik yaitu melalui partai kita dapat
memilih pemimpin bangsa, menjalankan mesin pemilu,
sebagai sarana kampanye politik, mengawasi kaum-kaum
eksternis dari kedua spektrum politik. Mendorong diskusi
umum tentang isu-isu penting dan yang terpenting
berfungsi sebagai jembatan antara rakyat dan pemerintah.
Indonesia adalah negara demokrasi, secara
konseptual, demokrasi yang dianut oleh negara Indonesia
berarti kedaulatan berada ditangan rakyat dan
dilaksanakan menurut Undang-undang Dasar. Hampir
diseluruh negara demokrasi, penyelenggaraan pemilihan
umum (pemilu) merupakan salah satu kegiatan politik
yang menjadi syarat bagi kehidupan negara yang
demokratis, dalam pemerintahan demokrasi, rakyat
haruslah dibekali dengan adanya pengetahuan tentang
demokrasi itu sendiri agar mereka tahu dan sadar akan
hak dan kewajiban apa yang mereka miliki dalam
pemerintahan demokrasi ini.
Dalam ruang lingkup politik tidak dapat dihindarkan
dari pembahasan yang meliputi tentang kebijaksanaan,
kekuatan, pemerintahan, konflik, kerjasama dan
pembagian. Kehidupan politik meliputi semua aktivitas
yang berpengaruh terhadap kebijaksanaan dari yang
khusus yang diterima baik bagi suatu masyarakat dan
terhadap cara pelaksanaan kebijaksanaan. Hal ini
dikarenakan oleh hakekat politik adalah koordinasi yang
dapat dipercaya dari semua usaha dan pengharapan
manusiawi untuk memperoleh tujuan-tujuan masyarakat.
Terkait dengan konsep dan hakekat kehidupan
politik tersebut dapat disimpulkan bahwa politik selalu
berhubungan dengan kegiatan pemerintahan, antara lain
kebijakan yang dibuat oleh pemerintah untuk
mengimplementasikan aspirasi rakyat agar tujuan-tujuan
yang diinginkan oleh rakyat dapat dicapai. Melalui jalur
politik inilah tujuan yang diinginkan oleh masyarakat
diwujudkan oleh pemerintah dengan menciptakan suatu
kebijaksanaan untuk mengatur kehidupan masyarakat.
Kebijaksanaan yang dibuat oleh pemerintah ini
merupakan implementasi dari politik. Kebijaksanaan
merupakan suatu rencana yang terorganisasi dan terarah
yang
secara
tekun
berusaha
menghasilkan,
mempertahankan
atau
mengubah
susunan
kemasyarakatan.
Kehidupan politik yang baik di mata masyarakat
adalah ketika pemerintah mampu mengimplementasi
kebijakan yang telah dibuat pemerintah.Kebijakan yang
dibuat pemerintah harus disesuaikan dengan kondisi
rakyat dan bertujuan untuk mensejahterakan hidup
rakyat.Kebijakan yang dibuat adalah demi kepentingan
dan kebaikan rakyat.Implementasi kebijakan yang dibuat
oleh pemerintah demi kebaikan hidup rakyat ini
merupakan salah satu indikator yang dapat dijadikan
tolak ukur kehidupan politik yang baik di dalam
masyarakat, sebab politik memang difungsikan dengan
sebagaimana mestinya yaitu sebagai alat atau strategi
untuk mencapai suatu tujuan bersama.
Berdasarkan korelasi antara politik dengan
masyarakat tersebut, politik memberikan dampak di
dalam kehidupan masyarakat.Salah satu contoh nyata
yang ada adalah pada era Orde Baru, pada saat itu
masyarakat mengalami tekanan yang dahsyat dari
pemimpin dengan pemerintahan yang otoriter sehingga
mahasiswa yang mewakili rakyat melakukan demonstrasi
untuk memperoleh kebebasan dan menginginkan
pergantian kekuasaan yang pada mulanya otoriter
menjadi demokratis.Kekuasaan yang berada di bawah
kendali rakyat.Pemerintah adalah sebagai wakil rakyat
yang harus menampung semua aspirasi rakyat bukanlah
sebagai penguasa yang mengatur rakyat.Oleh karena itu
dari masa reformasi sampai saat ini Indonesia
menggunakan bentuk pemerintahan demokrasi.
Salah satu strategi untuk mencapai tujuan bersama
yaitu sosialisasi politik. Sosialisasi politik merupakan
proses untuk memasyarakatkan nilai-nilai atau budaya
politik kedalam suatu masyarakat. Sosialisasi politik
penting dilakukan untuk menunjang proses demokratisasi
dan proses pemerintahan demokrasi di Indonesia.
Sosialisasi politik juga penting dilakukan karena dalam
pemerintahan demokrasi, rakyat dituntut aktif
berpartisipasi dalam setiap kegiatan kenegaraan. Oleh
karena itu sosialisasi politik sangat penting diadakan
dengan salah satu tujuan yaitu membangun kesadaran
politik di dalam diri masyarakat agar rakyat sadar akan
peranan hak dan kewajiban yang ia miliki dalam
kehidupan politik dan bernegara. Sehingga dapat
diharapkan ketika rakyat memiliki kesadaran politik
maka proses demokrasi dapat
berjalan dengan
baik.Untuk
mendukung
berjalannya
demokrasi,
diperlukan suatu cara sebagai penunjang berjalannya
demokrasi.
1065
Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 3 Nomor 3 Tahun 2015, 1064-1078
Salah satunya adalah dengan cara memunculkan
kesadaran politik rakyat untuk ikut serta aktif
berpartisipasi dalam kehidupan politik maupun
kenegaraan. Partisipasi rakyat sangat penting dalam
pembuatan suatu kebijakan sebab kebijakan harus
menampung semua aspirasi rakyat. Kesadaran politik
rakyat untuk ikut berpartisipasi dalam membuat suatu
kebijakan dibangun dengan cara demokratisasi.
Demokratisasi merupakan suatu proses penanaman
prinsip-prinsip demokrasi kepada masyarakat. Salah cara
yang dilakukan dalam usaha demokratisasi ini adalah
sosialisasi politik
Sosialisasi politik haruslah dilakukan secara
menyeluruh agar masyarakatnya sadar akan politik
sehingga dapat aktif ikut serta dalam kehidupan
berpolitik. Dengan kondisi yang seperti itu tentulah akan
menunjang pemerintahan indonesia yang lebih baik lagi
karena warga negaranya mampu memberikan masukanmasukan tentang aspirasinya sehingga kemakmuran
rakyat pun dapat tercapai.
Pemilu merupakan sarana untuk perbaikan lembaga
politik yang akhirnya berdampak pada perbaikan
kehidupan politik dan kesejahteraan rakyat.Namun dalam
prakteknyaPemiluhanyamerupakan formalitas yang sarat
dengan kepentingan kelompok tertentu.
Kesadaran politik sangat diperlukan bagi setiap
WNI untuk menunjang pelaksanaan demokrasi di
Indonesia.Kesadaran politik tidak hanya meliputi tentang
partisipasi politik sebagai WNI dalam Pemilu saja, tetapi
juga meliputi tentang pengetahuan politik serta juga
sejauh mana mereka aktif mengawasi atau mengoreksi
kebijakan dan perilaku pemerintahan selama 5 tahun ini
berlangsung.
Pemilihan umum di Indonesia ditujukan untuk
memilih Anggota legislatif, memilih Presiden beserta
wakil presiden dan kepala daerah.Dalam pemilu
legislatif, rakyat dapat memilih secara langsung anggota
DPR, DPD, dan DPRD, baik DPRD tingkat I maupun
DPRD tingkat II.Dari pemaparan diatas maka rakyat
mempunyai hak sepenuhnya untuk memilih wakil mereka
di parlemen. Sebagaimana kita ketahui, di Indonesia
parlemen memiliki peran strategis dalam segala proses
penyelenggaraan negara karena suara parlemen berarti
suara rakyat. Lebih jauh lagi bahwa parlemen secara
fungisonal adalah lembaga yang memiliki wewenang
dalam hal legislasi, kontroling, budgeting, dan
edukasi.Oleh karena fungsi lembaga legislatif yang
begitu besar dan peranannya yang begitu penting maka
tak ayal bahwa lembaga legislatif dikenal dengan
lembaga super body.Dari pemaparan diatas kita bisa
melihat bahwa lembaga legislatif adalah representasi dari
masyarakat Indonesia dimana didalamnya merupakan
wakil-wakil rakyat yang dipilih oleh rakyat secara
langsung.Oleh karena itu, proses pemilihan anggota
legislatif menjadi satu momentum yang tidak bisa
dipandang sebelah mata mengingat peran strategis
lembaga tersebut sesuai konstitusi bagi kepentingan
rakyat.
Setiap kali pemilu digelar, akan selalu
menghadirkan kelompok pemilih pemula pada setiap
periode pelaksanaannya, secara usia pemilih pemula yaitu
mereka yang kriteria usianya 17-22 tahun atau telah
menikah. Data BPS menyebutkan, tidak kurang dari 15%
pemilih pada pemilu 2014 adalah pemilih pemula. Selain
itu data Daftar penduduk potensial pemilih pemilu
menunjukkan, data pemilih berumur 10 – 20 tahun
berjumlah 46 juta, dan data pemilih berumur 20 – 30
tahun berjumlah 14 juta, sehingga perkiraan jumlah
pemilih pemula sekitar 50 jutaan (http://www.kpu.go.id)
sedangkan jumlah daftar pemilih tetap (DPT) di provinsi
Jawa Timur untuk pemilihan gubernur tahun 2013
sebanyak 30.019.300 jiwa pada pemilihan gubernur Jawa
Timur. Jumlah tersebut diperkirakan bertambah menjadi
30.511828
(http://data.kpu.go.id/dpt.php),
dalam
pemilihan umum legislatif yang dilaksanakan pada
tanggal 09 April 2014.
Jumlah daftar pemilih tetap (DPT) di Jawa Timur
yang mencapai angka 30.395.994 tersebut diperkirakan
20 persen hingga 30 persen merupakan pemilih pemula
atau pemilih yang baru pertama kali mengikuti proses
pemilihan umum (surya online). Jumlah pemilih pemula
dalam pemilu yang cukup besar tersebut menjadi
perhatian partai politik beserta calon anggota legislatif
sebagai kontestan pemilihan umum 2014.Provinsi Jawa
Timur menyediakan 87 kursi untuk DPR RI dalam
pemilu legislatif yang terbagi dalam 11 daerah pemilihan
(Dapil).
Secara kuantitatif pemilih pemula merupakan
peluang politik yang dapat diraih oleh partai politik untuk
mendapatkan dukungan. Perkembangan yang meningkat
secara jumlah yang terus berubah dari tiap pemilihan
umum menunjukkan bahwa pemilih pemula sebagai aset
politik yang berharga, sentral dan strategis, sehingga para
kontestan pemilu menggunakan berbagai cara melalui
media audio visual serta kampanye terbuka untuk
menarik partisipasi masyarakat dalam pemilihan umum.
Ketika membicarakan partisipasi politik, tidak akan
terlepas dari orientasi politik pemilih untuk memilih.
Orientasi politik akan menggambarkan bagaimanakah
dasar pemilih pemula melakukan aktivitas politiknya
didalam pemilihan legislatif. politik pastilah juga akan
membicarakan tentang kebijaksanaan, kekuaatan,
pemerintahan, konflik, kerjasama dan pembagian. Karena
di kehidupan politik selalu meliputi keenam hal tersebut.
Kehidupan politik meliputi semua aktivitas yang
berpengaruh terhadap kebijaksanaan dari yang khusus
Orientasi Politik Pemilih Pemula dalam Pemilihan Legislatif 2014
yang diterima baik bagi suatu masyarakat dan terhadap
cara pelaksanaan kebijaksanaan (David Easton,
1953:128). Orientasi politik dapat dipandang dari tiga
hal, yaitu orientasi kognitif berupa pengetahuan dan
keyakinan, orientasi afektif yang merupakan perasaan
terkait dan keterlibatan atau sejenisnya, dan orientasi
evaluatif mengenai penilaian dan opini tentang obyek
politik (Parsons dan Shils 1951: 53)
Orientasi politik pemilih pemula perlu diadakan
penelitian untuk mengetahui bagaimana orientasi pemilih
pemula, dalam hal ini penulis memilih mahasiswa pada
jurusan PMP-Kn angkatan 2013 karena mahasiswa PMPKn berasal dari daerah yang berbeda-beda antara satu
dengan yang lain, maka belum tentu orientasi politik
mahasiswa tersebut sama, dan selain itu mahasiswa
sebagai agen perubahan (agent of change), selain itu pada
jurusan PMP-Kn terdapat mata kuliah yang juga
menyinggung tentang politik seperti ilmu politik, sistem
politik, dan sosiologi politik. Sehingga diharapkan
orientasi politik mahasiswa berbeda dengan orientasi
politik yang tidak berstatus mahasiswa.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan
tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu
:Bagaimana orientasi politik mahasiswa PKn angkatan
2013 pada pemilihan umum legislatif tahun 20014?
Tujuan penelitian ini adalah: pertama: Untuk
mengetahui bagaimana orientasi politik pada mahasiswa
PKn angkatan 2013 pada pemilu legislatif tahun 2014. 2.
Untuk mengetahui factor-faktor apa saja yang
mempengaruhi orientasi politik mahasiswa PKn angkatan
2013 pada pemilu legislatif tahun 2014.
Manfaat penelitian ini adalah : (a) Secara teoritis:
penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan
terhadap perkembangan Ilmu Pengetahuan khususnya di
bidang Pendidikan dan politik, sebagai sarana untuk
menambah referensi dan bahan kajian dalam khasanah
ilmu pengetahuan di bidang pendidikan dan di bidang
politik. (2) Secara praktis: (A)Bagi Prodi S1 PPKn
(a)Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
bagi mahasiswa sebagai agent of change khususnya
mahasiswa S1 PPKn dalam menentukan pilihan pada
pemilihan umum legislatif mendatang. (B)Bagi Partai
Politik. (a)Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
konstribusi pemikiran bagi partai politik agar senantiasa
memberikan pendidikan dan sosialisasi politik khususnya
kepada pemilih pemula sehingga perilaku politik dari
pemilih pemula didasarkan atas orientasi yang jelas dan
rasional. (C)Bagi peneliti; (a) Peneliti sebagai calon
tenaga kependidikan mampu dan dapat mengarahkan
kesadaran politik calon pemilih pemula supaya perilaku
politik calon pemilih pemula berdasar orientasi politik
yang rasional dan dapat dipertanggung jawabkan.
Orientasi politik sebenarnya merupakan suatu
cara pandang dari suatu golongan masyarakat dalam
suatu struktur masyarakat. Timbulnya orientasi itu
dilatarbelakangi oleh nilai-nilai yang ada dalam
masyarakat maupun dari luar masyarakat yang kemudian
membentuk sikap dan menjadi pola mereka untuk
memandang suatu obyek politik.Orientasi politik itulah
yang kemudian membentuk tatanan dimana interaksiinteraksi yang muncul tersebut akhirnya mempengaruhi
perilaku politik yang dilakukan seseorang.Orientasi
politik tersebut dapat dipengaruhi oleh orientasi individu
dalam memandang obyek-obyek politik. Objek orientasi
politik meliputi keterlibatan seseorang terhadap: (1)
sistem yaitu sebagai suatu keseluruhan dan termasuk
berbagai perasaan tertentu seperti patriotisme dan
alienansi, kognisi dan evaluasi suatu bangsa. (2) pribadi
sebagai aktor politik, isi dan kualitas, norma-norma
kewajiban politik seseorang. Orientasi politik yang
dimiliki seseorang akan mendorong terjadinya partisipasi
politik (Integralistik No.1/Th. XXII/2011, Januari-Juni
2011)
Ditengah kekhawatiran menurunnya partisipasi
pemilih pada pemilu 2014, optimisme datang dari jumlah
pemilih pemula yang akan menyalurkan hak pilihnya
dalam pemilu nanti. Berdasarkan pendatatan beberapa
lembaga survei, jumlah pemilih pemula sekitar 32 juta
berpotensi menjadi pemilih pada 2014. Jumlah ini dengan
asumsi usia 17-19 tahun. Namun, pemilih pemula
mengalami berbagai bentuk kendala preferensi politik
dalam menentukan pilihan politiknya.
Studi yang dilakukan oleh MujanI& Liddle (2010)
menghasilkan beberapa temuan penting mengenai
rasionalitas pemilih serta figur dan partai. Pemilih telah
menetapkan standard tujuan atau prioritas keberhasilan
pemimpin berupa: pertumbuhan ekonomi, kemakmuran,
persatuan nasional, pendidikan, dan penegakan hukum.
Masyarakat lebih percaya pada individu-individu
ketimbang partai politik, dengan standar individu berupa
integritas pribadi, kepedulian sosial, dan kompetensi
profesional. Ada kecenderungan meningkatnya peran
iklan politik dalam menonjolkan figur, sehingga hanya
figur yang memiliki kekuatan iklan di media massa, atau
memiliki kesempatan di media massa saja (artis) yang
menjadi perhatian.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Marcus Mietzner
(2009) menemukan terjadinya lompatan besar dalam
politik Indonesia sebagai wujud konsolidasi demokrasi,
yaitu kecenderungan baru partai untuk mencalonkan
orang yang populer. Periode sebelumnya orang
lebihmemfokuskan pada pengaruh politik atau kapasitas
finansial seseorang, namun hari ini popularitas telah
menggeser hal tersebut. Popularitas individual adalah
1067
Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 3 Nomor 3 Tahun 2015, 1064-1078
senjata paling ampuh yang ditemukan partai politik
selama puluhan tahun berjibaku dalam pemilu
Diantara persoalan yang dihadapi pemilih pemula
adalah, pertama, kebingungan politik kaum muda sebagai
implikasi dari situasi politik saat ini yang tidak
pasti.Berbagai persoalan politik seperti korupsi, masalah
hukum, akan membuat pemilih pemula cenderung apatis
terhadap politik. Apatisme politik ini disebabkan oleh
rusaknya kredibilitas lembaga-lembaga penyelenggara
negara dan pergeseran orientasi partai politik.Kedua,
meskipun pemilu akan diselenggarakan kurang dari
setahun lagi, sebagian besar masyarakat belum memiliki
afiliasi politik dan pilihan tertentu. Ini disebabkan belum
munculnya calon presiden/wakil presiden pilihan
rakyat.Sejumlah kandidat masih didominasi oleh wajahwajah lama yang memiliki “dosa politik” Orde Baru.
Orientasi individu terhadap obyek politik dapat
dipandang dari tiga hal,yaituorientasi kognitif berupa
pengetahuan dan keyakinan, orientasi afektif yang
merupakan
perasaan terkait dan keterlibatan atau
sejenisnya, dan orientasi evaluative mengenai penilaian
dan opini tentang obyek politik.Oleh karena itu seorang
individu mungkin memiliki tingkat akurasi tinggi
terhadap cara kerja system politik,siapapemimpinnya dan
masalah-masalah dari kebijakannya.Inilah yang disebut
dimensi kognitif.Namun ia mungkin memiliki perasaan
alienasi atau penolakan terhadap sistem.Mungkin
keluarga atau sahabatnya sudah punya sikap seperti
itu.Mungkin ia tak merespon tuntutan terhadapnya oleh
sistem,Itulahyang disebut dimensi afektif.
Akhirnya seseorang mungkin memiliki penilaian
moral
terhadap
sistem,
barangkalinormanormademokrasinya mendorong dia menilai system
sebagai tidak cukup responsive terhadap tuntutan politik
atas norma-norma etiknya mendorong dia mengecam
tingkat korupsi dan nepotisme.Dimensi-dimensi ini saling
berkaitan dan mungkin memiliki kombinasi dalam
berbagai cara.Obyek politik yang dimaksud disini adalah
calon legislatif dan sistemnya adalah Pemilu.
Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia, Orientasi
diartikan sebagai :“Peninjauan untuk menentukan sikap
dan arah dan tempat yang benar. Sedangkan politik pada
umumnya diartikan sebagai suatu kegiatan yang
bermacam-macam dalam suatu sistem politik (atau
negara) yang menyangkut proses menentukan tujuantujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan itu.
Orientasi politik sebenarnya merupakan suatu cara
pandang dari suatu golongan masyarakat dalam suatu
struktur masyarakat (Integralistik No.1/Th. XXII/2011,
Januari-Juni 2011). Timbulnya orientasi itu dilatar
belakangi oleh nilai-nilai yang ada dalam masyarakat
maupun dari luar masyarakat yang kemudian membentuk
sikap dan menjadi pola mereka utuk memandang suatu
obyek politik
Survei yang dilakukan Tim Peneliti Pusat Studi
Kebijakan Publik : (2005) menemukan adanya
kecenderungan yang sama. Masyarakat mengharapkan
calon kepala daerah yang bersaing adalah orang yang
memiliki kualifikasi yang baik, dimana 42% responden
menginginkan sosok kepala daerah yang jujur, adil,
bertanggungjawab, tidak korupsi, mengayomi rakyat,
tidak hanya mengobral janji dan merupakan representasi
dari masyarakat. Masyarakat menginginkan dalam
kampanye tidak hanya hura-hura semata tetapi yang lebih
penting adalah penyampaian program serta visi dan misi
para calon kepala daerah, dimana 45% responden
mengharapkan bahwa pada saat kampanye tidak ada
money politics, bersih dari kepentingan elit politik,
panitia yang netral, sederhana dan tidak ada kerusuhan.
Menurut hasil survei Sharma, et al (2010)
masyarakat lebih menginginkan menentukan siapa calon
mereka di parlemen ketimbang ditentukan partai, hal
tersebut menandakan rasionalitas pemilih semakin tinggi.
Faktor-faktor yang berpengaruh bagi pemilih dalam
menentukan figur pilihannya adalah, kepribadian,
pengalaman dalam pemerintahan, kinerja masa lalu, dan
platform (visi-misi) kandidat. Sebagian besar orang juga
meyakinkan dirinya tidak akan memilih calon yang
korup.
Survei yang dilakukan Tim Peneliti Pusat Studi
Kebijakan Publik : (2005) menemukan adanya
kecenderungan yang sama. Masyarakat mengharapkan
calon kepala daerah yang bersaing adalah orang yang
memiliki kualifikasi yang baik, dimana 42% responden
menginginkan sosok kepala daerah yang jujur, adil,
bertanggungjawab, tidak korupsi, mengayomi rakyat,
tidak hanya mengobral janji dan merupakan representasi
dari masyarakat. Masyarakat menginginkan dalam
kampanye tidak hanya hura-hura semata tetapi yang lebih
penting adalah penyampaian program serta visi dan misi
para calon kepala daerah, dimana 45% responden
mengharapkan bahwa pada saat kampanye tidak ada
money politics, bersih dari kepentingan elit politik,
panitia yang netral, sederhana dan tidak ada kerusuhan.
Beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku
pemilih. (a) Social Imagery atau Citra Sosial
(Pengelompokan Sosial) Social imagery adalah citra
kandidat atau partai dalam pikiran pemilih mengenai
“berada” di dalam kelompok sosial mana atau tergolong
sebagai apa sebuah partai atau kandidat politik. (b)
Identifikasi Partai Identifikasi partai yakni proses panjang
sosialisasi kemudian membentuk ikatan yang kuat
dengan partai politik atau organisasi kemasyarakatan
yang lainnya.
Orientasi Politik Pemilih Pemula dalam Pemilihan Legislatif 2014
Dengan identifikasi partai, seolaholah semua pemilih
relatif mempunyai pilihan yang tetap. Dari Pemilu ke
Pemilu, seseorang selalu memilih partai atau kandidat
yang sama. (c) Emotional Feeling (Perasaan Emosional)
Emotional feeling adalah dimensi emosional yang
terpancar dari sebuah kontestan atau kandidat yang
ditunjukkan oleh policy politik yang ditawarkan. (d)
Candidate Personality (Citra Kandidat) Candidat
personality mengacu pada sifat-sifat pribadi yang penting
yang dianggap sebagai karakter kandidat. Beberapa sifat
yang merupakan candidate personality adalah artikulatif,
welas asih, stabil, energik, jujur, tegar, dan sebagainya.
(e) Issues and Policies (Isu dan Kebijakan Politik)
Komponen issues and policies mempresentasikan
kebijakan atau program yang di janjikan oleh partai atau
kandidat politik jika menang Pemilu. Platform dasar yang
sering ditawarkan oleh kontestan Pemilu kepada para
pemilih adalah kebijakan ekonomi, kebijakan luar negeri,
kebijakan dalam negeri, kebijakan sosial, kebijakan
politik dan keamanan, kebijakan hukum, dan
karakteristik kepemimpinan. (f)Current Events (Peristiwa
Mutakhir)Current events mengacu pada himpunan
peristiwa, isu, dan kebijakan yang berkembang
menjelang dan selama kampanye. Current events
meliputi masalah domestik dan masalah luar
negeri.Masalah domestik misalnya tingkat inflasi,
prediksi ekonomi, gerakan separatis, ancaman keamanan,
merajalelanya korupsi, dan sebagainya.
Masalah luar negeri misalnya perang antar
negaranegara tetangga, invasi ke sebuah negara, dan
sebagainya yang mempunyai pengaruh baik langsung
maupun tidak langsung kepada para pemilih. (g)Personal
Events (Peristiwa Personal) Personal events mengacu
pada kehidupan pribadi dan peristiwa yang pernah
dialami secara pribadi oleh seorang kandidat, misalnya
skandal seksual, skandal bisnis, menjadi korban rezim
tertentu, menjadi tokoh pada perjuangan tertentu, ikut
berperang mempertahankan tanah air, dan sebagainya.
(h)Epistemic Issues (Faktor-faktorEpistemik)Epistemic
issues adalah isu-isu pemilihan yang spesifik yang dapat
memicu keinginan para pemilih mengenai hal-hal baru.
Epistemic issues sangat mungkin muncul di tengahtengah ketidakpercayaan publik kepada institusi-institusi
politik yang menjadi bagian dari sistem yang berjalan.
Faktor yang mempengaruhi orientasi politik pemilih
pemula pada tinggi rendahnya partisipasi warga dalam
proses politik suatu negara setidaknya dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain adalah kesadaran politik dan
kepercayaan terhadap pemerintah (sistem politik).
Kesadaran politik ialah kesadaran akan hak dan
kewajiban sebagai warga negara. Hal ini menyangkut
pengetahuan seseorang tentang lingkungan masyarakat
dan politik, dan menyangkut minat dan perhatian
seseorang terhadap lingkungan masyarakat dan politik
tempat dia hidup Menurut Ruslan (2000:101-102)
orientasi politik warga negara sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu : (a) Keyakinan agama yang
diimani oleh individu, (b) Jenis kultur politik, atau bentuk
nilai dan keyakinan tentang kegiatan politik yang
mempengaruhinya, dan (c) Karakter lingkungan politik.
Ada juga yang menyebutkan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi orientasi politik pemilih pemula
antara lain: (a) Faktor sosial ekonomi, meliputi tingkat
pendapatan, tingkat pendidikan, dan jumlah pemilih
pemula, (b) Faktor politik meliputi, komunikasi politik,
kesadaran politik, pengetahuan pemilih tentang proses
politik, (c) Faktor fisik individual dan lingkungan, dan
(d) Faktor nilai budaya
Survei yang dilakukan Tim Peneliti Pusat Studi
Kebijakan Publik : (2005) menemukan adanya
kecenderungan yang sama. Masyarakat mengharapkan
calon kepala daerah yang bersaing adalah orang yang
memiliki kualifikasi yang baik, dimana 42% responden
menginginkan sosok kepala daerah yang jujur, adil,
bertanggungjawab, tidak korupsi, mengayomi rakyat,
tidak hanya mengobral janji dan merupakan representasi
dari masyarakat. Masyarakat menginginkan dalam
kampanye tidak hanya hura-hura semata tetapi yang lebih
penting adalah penyampaian program serta visi dan misi
para calon kepala daerah, dimana 45% responden
mengharapkan bahwa pada saat kampanye tidak ada
money politics, bersih dari kepentingan elit politik,
panitia yang netral, sederhana dan tidak ada kerusuhan.
Gabriel A. Almond (1990:14)mengaitkan budaya
politik dengan orientasi dan sikap politik seseorang
terhadap sistem politik dan bagianbagiannya yang lain
serta sikap terhadap peranan kita sendiri dalam sistem
politik. Budaya politik adalah berisikan sikap, keyakinan,
nilai dan ketrampilan yang berlaku bagi seluruh populasi,
juga kecenderungan dan pola pola khusus yang terdapat
pada bagianbagian tertentu pada populasi.Dari pengertian
tersebut, substansi dari budaya politik meliputi, pertama,
konsep budaya politik lebih mengedepankan berbagai
perilaku non aktual daripada perilaku aktual. Kedua, halhal yang diorientasikan dalam budaya politik adalah
sistem politik yang artinya bahwa membicarakan budaya
politik tidak akan lepas dari membicarakan sistem politik.
Ketiga budaya politik merupakan deskripsi konseptual
yang mendeskripsikan masyarakat di suatu negara
(Gatara, 2007:237).
Dalam memahami perilaku memilih ada beberapa
pendekatan yang dapat digunakanyaitu pendekatan
rational choice, pendekatan psikologis, dan pendekatan
sosiologis.pendekatan perilaku rasional adalah sebuah
pendekatan dimana pertimbangan untung rugimenjadi
tolak ukurnya. Model pendekatan ini melihat bahwa
1069
Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 3 Nomor 3 Tahun 2015, 1064-1078
pemilih
akan
menentukanpilihan
berdasarkan
penilaiannya terhadap isu-isu politik dan kandidat yang
diajukan, artinyapara pemilih dapat menentukan
pilihannya berdasarkan rasionalitasnya. Orientasi
dalampendekatan ini didasarkan pada kebijakankebijakan yang diusung oleh kandidat tertentu
Pye (dalam Ruslan, 2000:79) berpandangan bahwa
budaya politik merupakan sejumlah orientasi, keyakinan,
dan perasaan, yang memberikan sistem dan makna bagi
proses kegiatan politik, juga memberikan kaidah-kaidah
baku yang mengatur tindakan-tindakan individu di dalam
sistem politik. Orientasi terhadap tema-tema politik
menurutnya menyangkut tiga aspek yakni: (1) aspek
kognitif, sekitar akurat atau tidaknya pengetahuan
individu tentang sistem politik. Ia mencakup beberapa
unsur, seperti kesadaran politik; (2) aspek afektif, yaitu
orientasi-orientasi perasaan terhadap politik, atau dengan
kata lain, perasaan menerima atau menolak hal-hal yang
yang bersifat politik; dan (3) aspek evaluatif, yaitu
meliputi apresiasi dan pandangan seputar persoalanpersoalan politik, dan penilaian terhadap sistem politik
(trias politika, pressure group, partai-partai politik)
Almond dan Verba (dalam Sastroatmodjo, 1995: 4850) mengklasifikasikan budaya politik tebagi menjadi
tiga bagian yaitu: (a) Budaya Politik Parokial. Budaya
politik parokial biasanya terdapat dalam sistem politik
tradisional dan sederhana dengan ciri khas spesialisasi
masih sangat kecil sehingga pelaku-pelaku politik belum
memiliki pengkhususan tugas tetapi peran yang satu
dilakukan dengan peran yang lain baik di bidang sosial,
ekonomi maupun keagamaan. (b) Budaya Politik Subjek.
Dalam budaya politik subjek masyarakat menyadari
adanyaotoritas pemerintah, keputusanpejabat bersifat
mutlak, tidak dapat diubah, dikoreksi, apalagi
ditentang.Bagi mereka yang prinsip adalah mematuhi,
menerima, setia, dan loyal kepada pemimpin. (c) Budaya
Politik Partisipan.
Masyarakat dalam budayapolitik partisipan memiliki
orientasi politik yang secara eksplisit ditujuka untuk
sistem secara keselutuhan, bahkan terhadap struktur,
proses politik, dan administratif.
Dengan demikian bahwa budaya politik dapatlah
dipandang sebagai kondisi yang mewarnai corak
kehidupan masyarakat.Budaya politik adalah pola
tingkah laku individu yang berkaitan dengan kehidupan
yang dihayati oleh para anggota sistem politik.
Berdasarkan UUD 1945 Bab I Pasal 1 ayat (2)
kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilakukan menurut
Undang-Undang Dasar.Dalamdemokrasi modern yang
menjalankan kedaulatan itu adalah wakil-wakilrakyat
yang ditentukan sendiri oleh rakyat.Untuk menentukan
siapakahyang berwenang mewakili rakyat maka
dilaksanakanlah pemilihan umum.
Pemilihan umum adalah suatu cara memilih wakilwakil rakyat yang akanduduk dilembaga perwakilan
rakyat serta salah satu pelayanan hak-hak asasiwarga
negara dalam bidang politik (Syarbaini, 2002:80).
Perilaku memilih sendiri diartikan sebagai aktivitas
atau keputusan seorang warga negarauntuk menggunakan
atau tidak menggunakan hak pilihnya untuk memilih
salah satu kandidatpolitik dalam sebuah event pemilihan
umum.Perilaku
memilih
merupakan
aktivitas
yangdemikian rumit dengan melibatkan berbagai aspek
yaitu sosiologis dan psikologis.Pengalaman ini meskipun
secara luar nampak sederhana, tetapi sesungguhnya
banyak halyang terjadi sebelumnya yang menjadi
landasannya. Salah satunya adalah sebagaimana
yangdimaksud Durkheim mengenai fakta sosial yang
berada di luar individu manusia tetapi(secara tidak sadar)
telah memaksa dan mengendalikan manusia untuk
melakukan atau tidakmelakukan suatu perbuatan (Upe,
2008 : 83). Atau justru merupakan wujud tindakan
rasionalyang dilakukan manusia sebagai subjek yang
aktif dan kreatif.Sebagaimana yang diyakinioleh
penganut teori tindakan sosial. Namun demikian, secara
umum dalam pengalaman dilapangan keduanya
seringkali sulit untuk dipisahkan secara tegas satu dari
yang lainnyaDalam Undang-Undang Repubilik Indonesia
Nomor 8 tahun 2012 tentang penyelenggara pemilihan
umum dinyatakan bahwa pemilihan umum, adalah sarana
pelaksanaan
kedaulatan
rakyat
yang
diselenggarakansecara langsung, umum, bebas, rahasia,
jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia berdasarkan Pancasila dan UndangUndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Pemilihan umum menurut kamus besar ilmu
pengetahuan adalahpemberian suara yang diatur dalam
undang-undang untuk memilih calon-calon yang
dianggap layak guna menduduki jabatan-jabatan
tertentu.Berbedadengan pemilu menurut Dr. Indria
Sumego pemilu disebut politik market,dimana pemilu
adalah pasar untuk melakukan kesepakatan antara
partai(penjual) dan rakyat atau pemilih (pembeli). Secara
sederhana, pemilu adalahcara individual warga negara
melakukan kontrak politik dengan orang atau partai
politik yang diberi mandate menjalankan sebagian hak
kewarganegaraan pemilih.
Pemilihan umum (pemilu) merupakan salah satu hak
asasi warganegara yang sangat prinsipil.Karenanya dalam
rangka pelaksanaan hak-hakasasi adalah suatu keharusan
bagi pemerintah untuk melaksanakan pemilu.Sesuai
dengan asas bahwa rakyatlah yang berdaulat maka
semuanya ituharus dikembalikan kepada rakyat untuk
menentukannya. Adalah suatupelanggaran suatu hak
asasi apabila pemerintah tidak mengadakan pemiluatau
Orientasi Politik Pemilih Pemula dalam Pemilihan Legislatif 2014
memperlambat pemilu tanpa persetujuan dari wakil-wakil
rakyat(Kusnardi, 1994:329)
Dari pengertian diatas bahwa pemilu adalah sarana
mewujudkan polakedaulatan rakyat yang demokratis
dengan cara memilih wakil-wakil rakyat,Presiden dan
Wakil Presiden secara langsung, umum, bebas, rahasia,
jujur,dan adil. Karena pemilu merupakan hak asasi
manusia maka pemilu 2014 warga negara yang terdaftar
pada daftar calon pemilih berhak memilihlangsung wakilwakilnya dan juga memilih langsung Presiden dan
WakilPresidennya.
Tujuan pemilu adalah menghasilkan wakil-wakil
rakyat yangrepresentatif dan selanjutnya menentukan
pemerintahan. Dalam UUD 1945Bab VII B pasal 22 E
ayat (2) pemilihan umum diselenggrakan untukmemilih
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan
Daerah(DPD), Persiden dan Wakil Presiden serta Dewan
Perwakilan RakyatDaerah (DPRD), kemudian dijabarkan
dalam UU RI Nomor 8 tahun 2012 bahwa pemilihan
umum adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat
sesuaidengan
amanat
konstitusional
yang
diselenggarakan secara langsung, umum,bebas, rahasia,
jujur, dan adil dalam kerangka Negara Kesatuan
RepublikIndonesia. Melalui pemilu dan hasilnya,
masyarakat mengharapkanperubahan yang berarti untuk
memperbaiki kehidupan mereka sehari-hari.
Makna yang disimpulkan dalam pemilu di atas
merupakan fundamenpelaksanaan demokrasi di Indonesia
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.Sedangkan tujuan
Pemilihan Umum DPR, DPD, dan DPRD adalah
“Pemiludiselenggarakan dengan tujuan untuk memilih
rakyat dan wakil daerah, sertauntuk membentuk
perintahan
yang
demokratis,
kuat
dan
memperolehdukungan rakyat dalam rangka mewujudkan
tujuan nasional sebagaimanadiamanatkan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Adapun tujuan pemilihan umum menurut UndangUndang tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil
Presiden, yaitu:“Pemilu Presiden dan Wakil Presiden
diselenggarakan dengan tujuanuntuk memilih Presiden
dan Wakil Presiden yang memperoleh dukungan
yangkuat dari rakyat sehingga mampu menjalankan
fungsi-fungsi kekuasaanpemerintah negara dalam rangka
tercapainya tujuan nasional sebagaimanadiamanatkan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.”
Dalam pemilihan umum masyarakat diberikan hak
suara untukmemilih calon, maupun partai politik yang
mereka nilai akan mampu memperjuangkan aspirasinya.
Tata cara pemberian suara pada pemilu 2014 pemilih
cukup memberikan tanda satu kali pada surat
suara.Undang-Undang Nomor 8 tahun 2012 pada Pasal
154 menjelaskan bahwa pemberian suara untuk pemilu
anggota DPR,DPD, DPRD provinsi, dan DPRD
kabupaten/kota dilakukan dengan mencoblos satu kali
pada nomor atau tanda gambar partai politik dan/atau
nama calon pada surat suara, dan dipertegas dengan
terbitnya peraturan KPU no 26 tahun 2013 pasal 35 ayat
2 huruf (b) menyatakan bahwa pemberian suara
dilakukan dengan cara mencoblos. Berdasarkan
prinsipmemudahkan
pemilih,
akurasi
dalam
penghitungan suara, dan efisien dalampenyelenggaraan
pemilu.pemberian tanda coblos untuk memilih anggota
DPR/DPRD Provinsi/DPRD Kabupaten/Kotadilakukan
satu kali pada kolom nama partai atau kolom nomor
calon atau kolom nama calon anggotaDPR/DPRD
Provinsi/DPRD Kabupaten/Kota sedangkan cara untuk
pemilihan anggota DPD yaitud engan cara memberikan
tanda coblos pada salah satu foto calon anggota DPD.
Jadi tatanan sistem yang berbeda itu, pemilu diharapkan
akan berlangsung secara demokratis, jujur dan adil serta
langsung umum bebas dan rahasia.
Pemilih di Indonesia dibagi menjadi tiga
kategori.Pertama, pemilihyang rasional, yakni pemilih
yang benar-benar memilih partai berdasarkanpenilaian
dan analisis mendalam.Kedua, pemilih kritis emosional,
yaknipemilih yang masih idealis dan tidak kenal
kompromi. Ketiga, pemilihpemula, yakni pemilih yang
baru pertama kali memilih karena usia merekabaru
memasuki usia pemilih. Menurut pasal 1 ayat (25) UU
No 8 tahun 2012, pemilih adalahwarga negara Indonesia
yang telah genap berumur 17 (tujuh belas) tahunatau
lebih atau sudah/pernah kawin.
Dari pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan
bahwa pemilihpemula adalah warga negara yang didaftar
oleh penyelenggara pemilu dalamdaftar pemilih, dan baru
mengikuti pemilu (memberikan suara) pertama kalisejak
pemilu yang diselenggarakan di Indonesia dengan
rentang usia 17-21tahun.
Kelompok pemilih pemula ini biasanya mereka yang
berstatus pelajar,mahasiswa, serta pekerja muda.Pemilih
pemula dalam ritual demokrasi(pemilu legislatif, Pilpres)
selama ini sebagai objek dalam kegiatan politik,yaitu
mereka yang masih memerlukan pembinaan dan
pengembangan
kearahpertumbuhan
potensi
dan
kemampuannya ke tingkat yang optimal agar
dapatberperan dalam bidang politik.
METODE
Jenis pendekatan penelitian yang digunakan pada
penelitian ini adalah penelitian kuantitatif karena data
penelitian berupa angka dan dianalisis menggunakan
statistik. Adapun metode penelitian yang digunakan
adalah penelitian deskriptif kuantitatif yang bertujuan
untuk menggambarkan, mendeskripsikan orientasi politik
1071
Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 3 Nomor 3 Tahun 2015, 1064-1078
pemilih pemula mahasiswa S1 PPKn angkatan 2013 pada
pemilu legislatif tahun2014.
Tempat penelitian adalah Prodi S1 PPKn
Jurusan PMP-Kn Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Surabaya. Alasan untuk menentukan lokasi penelitian
tersebut karena penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
orientasi politik mahasiswa PMP-Kn angkatan 2013
sebagai pemilih pemula.
Tabel 1
Data Mahasiswa Prodi S1 PPKn
Angkatan 2013
JUMLAH
NO.
Kelas
Mahasiswa
PPKn
1.
Kelas A
48
2.
Kelas B
47
Jumlah
95
Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh
penulis antara lain, (1) Angket : Menurut Sugiyono
(2009:142), angket merupakan teknik pengumpulan data
yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden
untuk dijawabnya. Angket sering digunakan untuk
menilai hasil belajar ranah afektif.Angket dapat berupa
dapat berupa pilihan ganda dibagikan kepada 95
mahasiswa S1 PPKn Angkatan 2013.
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan
untuk mengumpulkan data sesuai dengan tujuan
penelitian.Berbicara mengenai instrumen penelitian, tidak
terlepas dari teknik pengumpulan data yang dipakai
sebagaimana yang diuraikan sebelumnya.Maka yang
menjadi instrumen dalam penelitian ini adalah
wawancara dan lembar angket. Dalam kaitannya dengan
penyusunan
instrumen
penelitian
ini,
maka
pembuatannya harus didasarkan variabel yang diukur
kemudian diturunkan menjadi indikator yang akan
digunakan dalam membuat instrumen penelitian ini
Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif kuantitantif
dengan metode prosentase.Dalam hal ini, data angket
yang dihasilkan dari penelitian kemudian dideskripsikan
tanpa melihat hubungan-hubungan yang ada di dalamnya.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Data Umum Prodi PPKn
Prodi S1 PPKn Universitas Negeri Surabaya merupakan
program studi dibawah naungan Juusan PMP-Kn
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Surabaya.Prodi
S1 PPKn mempunyai mahasiswa aktif berkisar 400
mahasiswa dengan jumlah tenaga pengajar sebanyak 12
orang dosen.Ketua prodi S1 PPKn saat ini dijabat oleh Dr
Totok Suyanto, M.Pd sekaligus menjabat Ketua Jurusan
PMP-Kn. Prodi S1 PPKn.
Prodi S1 PPKn mempunyai visi menjadikan program
tudi PPKn yang unggul dalam bidang akademik, untuk
menghasilkan lulusan Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan
yang
profesional,
bermoral,
demokratis.Misi dari Prodi PPKn. Prodi S1 PPKn
diharapkan dapat menghasilkan tenaga pendidik yang
menguasai bidang keilmuan, bermoral, demokratis, serta
dapat mengabdi kepada bangsa dan negara Indonesia.
Misi dari jurusan PMP-KN Unesa yaitu: (1)
Menyelenggarakan pendidikan yang menghasilkan
pendidik Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
yang mempunyai pedagogik, keilmuan, kepribadian, dan
sosial. (2) Menyelenggarakan penelitian yang berkaitan
dengan nilai, moral, hukum, politik, sosial budaya, dan
pembelajaran
yang
mendukung
pengembangan
laboratorium demokrasi dan kewarganegaraan (nation
and character building). (3) Menyelenggarakan
pengabdian kepada masyarakat berbasis pada penelitian
yang berkaitan dengan nilai, moral, hukum, politik, sosial
budaya, dan pembelejaran. (4) Menjalin kerjasama dan
kemitraan dengan stakeholder, diantaranya dengan
alumni, sekolah mitra, LPTK, dan lembaga-lembaga
lainnya dalam rangka meningkatkan mutu lulusan dan
menjamin kesesuaian lulusan dengan kebutuhan.
Tujuan dari jurusan PMP-KN yaitu : (1)
Menghasilkan guru Pendidikan Kewarganegaraan yang
menguasai bidang keilmuan dan praktik pembelajaran
PKn sesuai dengan standar kompetensi dan tuntutan pasar
kerja. (2) Menghasilkan calon guru Pendidikan
Kewarganegaraan yang bermoral, demokratis, inovatif,
sehingga bisa menjadi suri atuladan bagi peserta didik
dan orang lain. (3) Menghasilkan penelitian yang
berkaitan dengan nilai, moral, hukum, politik, sosial,
budaya dan pembelajaran yang mendukung laboratorium
demokrasi dan Pendidikan kewarganegaraan. (4)
Menghasilkan pengabdian kepada masyarakat untuk
mengembangkan model Pendidikan Kewarganegaraan
sebagai upaya untuk membangun karakter bangsa
(national and character building). (6) Mengembangkan
mekanisme penyelenggaraan program studi yang
demokratis, akuntabel, dan transparan dengan didasarkan
pada profesionalitas, keadilan, religius, dan penjaminan
mutu lulusan. (7) Mengembangkan komunikasi dan
kerjasama dengan stakeholders secara aktif dan kontinyu
dalam rangka pengembangan prodi.
Orientasi Politik Pemilih Pemula dalam Pemilihan Legislatif 2014
Tabel 2
Data Mahasiswa Prodi S1 PPKn Angkatan 2013
NO.
Kelas
Jumlah Mahasiswa
PPKn
1.
Kelas A
48
2.
Kelas B
47
Tabel 4
Perhitungan Orientasi Politik Pemilih Pemula Atas
Dasar Figur Politik
Kriteria
Jawaban
Ya
%
95
Ti
da
k
tid
ak
ta
hu
%
Jumlah
Orientasi Politik Mahasiswa S1 PPKn Angkatan 2013
Universitas Negeri Surabaya.
Orientasi politik pemilih pemula (Mahasiswa S1 PPKn
Angkatan 2013 Unesa) perlu diadakan penelitian, sebab
mahaiswa merupakan agent of change, dan mahsiswa S1
PPKn merupakan calon pendidik, dalam angket jumlah
populasi sebesar 95 responden, namun yang
mengembalikan angket sebesanyak 67 responden.
Berikut ini adalah hasil angket dari orientasi politik
pemilih pemula:
Tabel 3
Keikutsertaan dalam Pemilu legislative
Kriteria
Jumlah
Memberikan
suara pada
pemilu legislative
55
Tidak
memberikan
suara saat pemilu
legislative
12
Persentase
82,09%
17,91%
Jumlah
67
100%
Dari perhitungan hasil angket di atas dari 67
responden
dapat
dilihat,
dari
pernyataan
angket;memberikan suara pada pemilu legislatif 2014,
55mahasiswa memilih ya, 12mahasiswa memilih tidak
jika diprosentase sebesar 82% yang memberikan suara
pada pemilu legislatif.
Untuk menjawab pertanyaan nomor 2 dan
selanjutnya, hanya 55 responden yang memenuhi syarat
karena telah berpartisipasi aktif dalam memberikan suara
pada pemilu legislatif 2014
Berdasarkan perhitungan, prosentase orientasi politik
pemilih pemula dapat diklasifikasikan atas dasar figur
calon legislatif dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:
1073
Memilih
partai/
caleg
yang
bervisi
sama
Memilih
caleg
yang
berwiba
%
[1]
45
81,
8
81
%
14,
2
54
%
3,
63
%
38
69
%
12
70
%
12
21,
5
9%
4
7,27
81
%
wa/kharis
matik
Memilih
yang
pintar/visi
oner
39
21,
81
%
%
Memilih
berdasar
pilihan
sendiri
49
89
%
4
7%
2
3,63
%
Memilih
caleg
yang saya
kenal
34
61
%
17
30,
4
7,27
%
83,
7
2
3,63
%
3
5,45
%
Memilih
partai/
[2]
46
caleg
yang
berpenga
90
%
63
%
12,
72
%
laman
Memilih
partai/
caleg
karena
iklan
politik
44
80
%
9
16,
36
%
Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 3 Nomor 3 Tahun 2015, 1064-1078
Memilih
partai/
50
caleg
yang
minim
pelangga
90,
3
5%
2
3,63
%
2
3,6
3%
1
1,81
%
2
3,6
3%
7
12,7
2%
90
%
ran
Memilih
partai/
caleg
yang
membela
kepenti
52
94,
54
%
ngan
masyara
kat
Memilih
partai/
caleg
yang
menjun
46
83,
63
%
jung
tinggi
etika
dalam
berpolitik
Dari perhitungan hasil angket di atas dari 55
responden dapat terlihat, dari pernyataan angket: memilih
partai atau caleg yang mempunyai visi sama, 45
mahasiswa memilih ya, 8 mahasiswa memilih tidak,
2mahasiswa memilih tidak tahu. Dari hasil angket
tersebut dapat disimpulkan bahwa mahasiswa S1 PPKn
angkatan 2013 Unesasebesar 81,81% dalam hal memilih
partai atau caleg atas dasar kesamaan visi.
Dari perhitungan hasil angket di atas dari 55
responden dapat terlihat, dari pernyataan angket: memilih
partai atau caleg yang kharismatik/berwibawa,38
mahasiswa memilih ya, 12mahasiswa memilih tidak, dan
5 mahasiswa memilih tidak tahu. Dari hasil angket
tersebut dapat disimpulkan bahwa mahasiswa S1 PPKn
angkatan 2013 Unesasebesar69% dalam hal memilih
partai atau caleg yang kharismatik atau berwibawa.
Dari perhitungan hasil angket di atas dari 55
responden dapat terlihat, dari pernyataan angket: memilih
partai atau caleg yang visioner,39mahasiswa memilihya,
12mahasiswa memilih tidak, dan4mahasiswa memilih
tidak tahu. Dari hasil angket tersebut dapat disimpulkan
bahwa mahasiswa S1 PPKn angkatan 2013 Unesa
sebesar70% dalam hal memilih partai atau caleg yang
visioner.
Dari perhitungan hasil angket di atas dari 55
responden dapat terlihat, dari pernyataan angket: memilih
berdasarkan atas pilihan sendiri, 49mahasiswa memilih
ya, 4 mahasiswa memilih tidak, 2 dan mahasiswa
memilih tidak tahu. Dari hasil angket tersebut dapat
disimpulkan bahwa mahasiswa S1 PPKn angkatan 2013
Unesasebesar 89% dalam hal memilih partai atau caleg
atas dasar pilihan sendiri.
Dari perhitungan hasil angket di atas dari 55
responden dapat terlihat, dari pernyataan angket: memilih
partai atau caleg yang saya kenal, 34mahasiswa memilih
ya, 17mahasiswa memilih tidak, dan 4mahasiswa
memilih tidak tahu. Dari hasil angket tersebut dapat
disimpulkan bahwa mahasiswa S1 PPKn angkatan 2013
Unesa sebesar 61% dalam memilih partai atau caleg atas
dasar kenal partai atau caleg tersebut.
Dari perhitungan hasil angket di atas dari 55
responden dapat terlihat, dari pernyataan angket: memilih
partai atau caleg yang berpengalaman, 46mahasiswa
memilih ya, 7mahasiswa memilih tidak, dan2mahasiswa
memilih tidak tahu. Dari hasil angket tersebut dapat
disimpulkan bahwa mahasiswa S1 PPKn angkatan 2013
Unesa sebesar 83,63% dalam hal memberikan penilaian
pada pengalaman partai atau caleg yang akan tampil
dalam pemilihan umum.
Dari perhitungan hasil angket di atas dari 55
responden dapat terlihat, dari pernyataan angket: memilih
partai atau caleg yang minim pelanggaran, 44mahasiswa
memilih ya, 9mahasiswa memilih tidak, dan3mahasiswa
memilih tidak tahu. Dari hasil angket tersebut dapat
disimpulkan bahwa mahasiswaS1 PPKn angkatan 2013
Unesasebesar 80% dalam hal melihat rekam jejak partai
atau caleg peserta pemilu.
Dari perhitungan hasil angket di atas dari 55
responden dapat terlihat, dari pernyataan angket: memilih
partai atau caleg berdasar prestasi dalam pemerintahan,
50mahasiswa memilih ya, 3 mahasiswa memilih tidak,
dan 2mahasiswa memilih tidak tahu. Dari hasil angket
tersebut dapat disimpulkan bahwa mahasiswaS1 PPKn
angkatan 2013 Unesa sebesar 90,90% dalam hal menilai
prestasi partai politik atau caleg di pemerintahan.
Dari perhitungan hasil angket di atas dari 55
responden dapat terlihat, dari pernyataan angket: memilih
partai atau caleg yang membela kepentingan masyarakat,
52mahasiswa memilih ya, 2mahasiswa memilih tidak,
dan 1mahasiswa memilih tidak tahu. Dari hasil angket
tersebut dapat disimpulkan bahwa mahasiswa S1 PPKn
angkatan 2013 Unesa sebesar 94,54% dalam hal
memberikan penilaian terhadap partai atau caleg yang
membela kepentingan masyarakat.
Orientasi Politik Pemilih Pemula dalam Pemilihan Legislatif 2014
Dari perhitungan hasil angket di atas dari 55
responden dapat terlihat, dari pernyataan angket: memilih
partai atau caleg yang menjunjung tinggi etika dalam
berpolitik, 46mahasiswa memilih ya, 2mahasiswa
memilih tidak, dan7mahasiswa memilih tidak tahu. Dari
hasil angket tersebut dapat disimpulkan bahwa
mahasiswa S1 PPKn angkatan 2013 Unesa sebesar
83,63% dalam hal memberikan penilaian pada etika
politik partai ataupun para caleg dalam berpolitik.
Berdasarkan perhitungan, prosentase orientasi politik
pemilih pemula dapat diklasifikasikan atas dasar
kesamaan agama dan keyakinan calon legislatif dapat
dilihat dalam tabel dibawah ini:
Tabel 5
Perhitungan Orientasi Politik Atas Dasar Kesamaan
Agama dan Keyakinan
Kriteria
Jawaban
Memilih
Partai/
caleg
berdasar
persamaan
agama
ya
%
tidak
%
tidak
tahu
%
2
47
%
21
38
%
8
14,
54
ngan
pribadi
(money
politic)
Dari perhitungan hasil angket di atas dari 55
responden dapat terlihat, dari pernyataan angket: memilih
partai atau caleg yang memberikan keuntungan,
22mahasiswa memilih ya, 27mahasiswa memilih tidak,
dan 6mahasiswa memilih tidak tahu. Dari hasil angket
tersebut dapat disimpulkan bahwa mahasiswa S1 PPKn
angkatan 2013 Unesasebesar 40% dalam hal memilih atas
dasar keuntungan yang diberikan oleh partai atau caleg.
Berdasarkan perhitungan, prosentase orientasi politik
pemilih pemula dapat diklasifikasikan berdasarkan
lingkungan dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:
Tabel 7
Perhitungan Orientasi Politik Pemilih Pemula
Berdasar Lingkungan
Kriteria
Jawaban
%
Berdasarkan perhitungan hasil angket di atas dari 55
responden dapat terlihat, dari pernyataan angket: memilih
partai atau calon atas dasar kesamaan agama,
26mahasiswa memilih ya, 21mahasiswa memilih tidak,
dan 8mahasiswa memilih tidak tahu. Dari hasil angket
tersebut dapat disimpulkan bahwa mahasiswa S1 PPKn
angkatan 2013 Unesa sebesar 47,27% dalam hal
persamaan agama yang menjadi dasar menentukan
pilihan dalam pemilu.
Berdasarkan perhitungan, prosentase orientasi politik
pemilih pemula dapat diklasifikasikan memilih
berdasarkan keuntungan yang diperoleh dapat dilihat
dalam tabel dibawah ini:
Tabel 6
Perhitungan Orientasi Politik Berdasar Memberikan
Keuntungan
Kriteria
Jawaban
Ya
Memilih
caleg
yang
dapat
memberi
kan
keuntu
22
%
40
%
Tidak
27
%
49
%
Tidak
Tahu
6
Memilih
Partai/ caleg
berdasar
teman
sepergaulan
Ya
%
Tidak
%
Tidak
Tahu
%
20
36,
36
%
32
58
%
3
5
%
Dari perhitungan hasil angket di atas dari 55
responden dapat terlihat, dari pernyataan angket: memilih
partai atau atau caleg atas dasar teman sepergaulan,
20mahasiswa memilih ya, 32 mahasiswa memilih tidak,
3mahasiswa memilih tidak tahu. Dari hasil angket
tersebut dapat disimpulkan bahwa mahasiswa S1 PPKn
angkatan 2013 Unesa sebesar 36,36% dalam hal memilih
partai atau calon atas dasar teman sepergaulan.
Berdasarkan perhitungan, prosentase orientasi politik
pemilih pemula dapat diklasifikasikan berdasarkan iklan
pada media cetak maupun elektronik dapat dilihat dalam
tabel dibawah ini:
Tabel 8
Perhitungan Orientasi Politik Pemilih Pemula
Berdasarkan Iklan Politik
Kriteria
Jawaban
%
10,
Memilih
partai/caleg
karena iklan
90%
1075
Ya
%
tidak
%
tidak
tahu
%
11
20
42
76,
36
2
3,63
Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 3 Nomor 3 Tahun 2015, 1064-1078
pada media
cetak
dan
elektronik
%
%
%
Dari perhitungan hasil angket di atas dari 55
responden dapat terlihat, dari pernyataan angket: memilih
partai atau calon berdasar iklan politik,11mahasiswa
memilih ya, 42mahasiswa memilih tidak, dan
2mahasiswa memilih tidak tahu. Dari hasil angket
tersebut dapat disimpulkan bahwa mahasiswa S1 PPKn
angkatan 2013 Unesa sebesar 20% dalam halmemilih
partai atau calon atas dasar iklan politik.
Orientasi Politik Mahasiswa S1 PPKn Angkatan 2013
Unesa
Dari hasil penelitian yang telah dilakukakan dengan
angket, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa S1 PPKn
angkatan 2013 Unesa mempunyai orientasi politik yang
bermacam-macam.Hal
ini
disesuaikan
dengan
penghitungan keseluruhan angket.
Orientasi politik yang dimiliki oleh mahasiswa S1
PPKn angkatan 2013 Unesa ini dikategorikan ke dalam 5
hal yaitu Orientasi politik berdasarkan figur politik,
orientasi politik berdasar agama atau keyakinan, orientasi
politik berdasar keuntungan pribadi, orientasi politik
berdasar lingkungan, dan orientasi politik berdasarkan
iklan politik.
Orientasi politik yang mencakup orientasi politik
berdasarkan figur politik adalah figur politik dalam hal
ini dibedakan menjadi partai politik dan calon legislatif.
Figur politik pada masa ini cukup menentukan apakah
seseorang akan memilih atau tidak dalam politik. Di
dalam hasil penghitungan hasil angket sesuai dengan
kelompok kategori item pertanyaan angket yang mengacu
pada figur politik yaitu memperoleh prosentase 80,35%.
Hasil prosentase orientasi politik berdasar figur
politik ini menunjukkan bahwa orientasi politik berdasar
figur politik yang dimiliki oleh mahasiswa S1 PPKn
angkatan 2013 Unesa. Orientasi politik berdasarkan figur
politik ini meliputi tentang visi misi yang diusung parti
politik dan calon legislati, partai/caleg yang menjunjung
tinggi etika dalam berpolitik, partai/caleg yang membela
kepentingan masyarakat, partai/caleg berdasarkan
prestasi dalam pemerintahan, memilih partai/caleg yang
minim pelanggaran, memilih partai/caleg yang
berpengalaman, memilih partai/caleg yang saya kenal,
memilih yang pintar atau visioner, memilih partai/ caleg
yang berwibawa/kharismatik.
Hasil prosentase penilaian orientasi politik
berdasarkan figur politik menunjukkan bahwa mahasiswa
S1 PPKn angkatan 2013 Unesa sangat memahami tentang
peranan dan segala kewajibannya dalam politik sebagai
warga negara, mereka menjalankan peranan dan
kewajibannya sebagai warga negara dengan sangat baik.
Orientasi politik yang mencakup orientasi politik
berdasar persamaan agama dan keyakinan adalah
orientasi politik dimana pemilih pemula memilih
berdasarkan agama yang dianut oleh caleg atau juga
ideologi agama dari partai pengusung calon legislatif.
Dalam hasil penghitungan hasil angket sesuai dengan
kelompok kategori item pertanyaan angket yang mengacu
pada orientasi politik yang mencakup orientasi politik
berdasar kesamaan agama dan keyakinan memperoleh
prosentase sebesar 47,27%
Orientasi politik yang mencakup orientasi politik
berdasar keuntungan adalah orientasi politik dimana
pemilih pemula memilih berdasarkan memilih
partai/caleg berdasarkan partai atau calon yang dapat
memberikan keuntungan pribadi pada pemilih. Dalam
hasil penghitungan hasil angket sesuai dengan kelompok
kategori item pertanyaan angket yang mengacu pada
orientasi politik yang mencakup orientasi berdasar yang
memberikan keuntungan memperoleh prosentase sebesar
40%.
Orientasi politik yang mencakup orientasi berdasar
lingkungan adalah orientasi politik dimana pemilih
pemula memilih berdasarkan Memilih partai/caleg
berdasarkan
teman
sepergaulan.
Dalam
hasil
penghitungan hasil angket sesuai dengan kelompok
kategori item pertanyaan angket yang mengacu pada
orientasi politik yang mencakup orientasi berdasar
lingkungan memperoleh prosentase sebesar 36,36%
Hasil prosentase penilaian orientasi berdasar
lingkungan menunjukkan bahwa mahasiswa S1 PPKn
angkatan 2013 Unesa mempunyai orientasi politik dan
perilaku yang ditimbulkan oleh teman sepergaulan
maupun keluarga.
Gambar 1 Orientasi Politik Pemilih Pemula
Orientasi politik yang mencakup orientasi politik
berdasar iklan politik adalah orientasi politik dimana
pemilih pemula memilih partai atau calon legislatif
berdasarkan iklan politik yang banyak tersebar di media
cetak maupun media elektronik. Dalam hasil
penghitungan hasil angket sesuai dengan kelompok
Orientasi Politik Pemilih Pemula dalam Pemilihan Legislatif 2014
kategori item pertanyaan angket yang mengacu pada
orientasi politik berdasar iklan politik memperoleh
prosentase sebesar 20%. Hasil prosentase ini dapat
dikatakan bahwa media iklan kurang mendapat respon
yang signifikan pada pemilih pemula.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan yang
telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
mahasiswa S1 PPKn angkatan 2013 Unesa memiliki
orientasi politik berdasar figur politik 80%, berdasarkan
persamaan agama dan keyakinan memperoleh hasil
sebesar 47% jika berdasar yang memberikan keuntungan
pribadi
sebesar
40%, berdasarkan
lingkungan
memperoleh hasil sebesar 36,36%, sedangkan hasil
berdasar iklan politik sebesar 20%. Dari hasil persentase
tersebut menjelaskan bahwa mahasiswa S1 PPKn
angkatan 2013 Unesa memiliki orientasi politik
mengingat mahasiswa S1 PPKn angkatan 2013 Unesa
adalah sebagai agen perubahan (agent of change).
Adapun kategori orientasi politik yang dimiliki oleh
mahasiswa S1 PPKn angkatan 2013 Unesa
Faktor yang menentukan orientasi politik mahasiswa
S1 PPKn angkatan 2013 Unesa dari empat kategori yaitu
orientasi figur politik, orientasi berdasarkan persamaan
agama dan keyakinan, orientasi politik berdasar
keuntungan pribadi, orientasi berdasar lingkungan,
orientasi berdasar iklan politik. Hasil prosentase terbesar
merupakan orientasi berdasar figur politik yang membela
kepentingan masyarakat sebesar 94,54% dan berdasar
prestasi dalam pemerintahan sebesar 90,90%
menyajikan ringkasan dari uraian mengenai hasil dan
pembahasan,
mengacu
pada
tujuan
penelitian.
Berdasarkan kedua hal tersebut dikembangkan pokokpokok pikiran baru yang merupakan esensi dari temuan
penelitian.
Saran
Dari berbagai situasi dan kondisi yang telah ditemukan di
dalam pelaksanaan penelitian, maka saran dan masukan
adalah sebagai berikut: (1) Mahasiswa S1 PPKn angkatan
2013 Unesa harus terus meningkatkan orientasi politik
yang mereka miliki karena mahasiswa S1 PPKn angkatan
2013 Unesa sebagai agen perubahan dan sebagai calon
pendidik. (2) Memaksimalkan segala aspek yang
terkandung di dalam pribadi mahasiswa S1 PPKn
angkatan 2013 Unesa agar penanaman orientasi politik di
masyarakat bukan hanya sekedar teori namun
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari baik
lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, serta bangsa
dan negara.
DAFTAR PUSTAKA
Alfani, RizaNoer. 1996, Demokrasi Indonesia
Kontemporer, Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada.
Almond. A Gabrriel dan Verba. 1990. Budaya Politik
Tingkah laku Politik dan Demokrasi di Lima Negara.
Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto,Suharsimi.2002. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek, Jakarta: Rieneka Cipta,
Budiardjo, Miriam. 1982, Masalah Kenegaraan, Jakarta:
PT Gramedia.
Bungin,
Burhan.
2011.
Penelitian
Kualitatif
Komonikasi,Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu
Sosial Lainnya. Edisi kedua. Surabaya: Kencana
Prenada Media Group.
Hutington, Samuel P dan Nelson.Partisipasi Politik di
Negara Berkembang, Jakarta: RinekaCipta, 1990
Lembaga Survey Indonesia. 2011. Pemilih Mengambang
Dan Prospek Perubahan Kekuatan Partai Politik,
Rilis tahun 2011
Mulyasa. 2007. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Partisipasi Politik Pemilih Pemula. Jakarta: Green
School Pendidikan.
Rahman, Arifin. 2007. Sistem
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Politik
Indonesia,
Rahman, Arifin. System Politik Indonesia Dalam
Perspektif Struktural Fungsional, Surabaya: SIC,
2002
Ruslan, Ustman Abdul Muiz. 2000. Pendidikan Politik
Ikhwanul Muslimin. Solo: Era Intermedia.
Sanit, Arbi.2012.Sistem Politik Indonesia, Jakarta : PT
Raja GrafindoPersada.
Sugiono.2008. Statistika untuk Penelitian, Bandung:
Alphabet.
Surbakti, Ramlan. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: PT
GramediaWidiasarana Indonesia, 1992.
1077
Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 3 Nomor 3 Tahun 2015, 1064-1078
Sumber Skripsi
Vety Ika Permatasari. 2014. Kesadaran Politik Guru
PPKn di Kabupaten Jombang.
Sumber Jurnal
INTEGRALISTIK No.1/Th. XXII/2011, Januari-Juni
2011
Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Vol.11 No. 2 –
Desember 2013
Sumber Internet
www.kpu.go.id
www.kompas.com
www.suryaonline.com
repository.usu.ac.id
Download