POLA KOMUNIKASI PEMILIH PEMULA DALAM

advertisement
POLA KOMUNIKASI PEMILIH PEMULA DALAM MEMPEROLEH
INFORMASI MENGENAI PEMILU
(Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Pemilih Pemula dalam
Memperoleh Informasi Politik Saat Pemilu Presiden dan Wakil Presiden
2014 di Kalangan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Angkatan 2013 )
Ulfi Fatchiyatul Jannah
Dwi Tiyanto
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Abstract
This research is interesting to study because it can give you an idea of how
patterns of interpersonal communication and the use of the media run by Voters
Beginner located in Communication Studies Program, Sebelas Maret University
,FISIP Force in 2013, in obtaining political information on the Election of
President and Vice President. And to know the barriers they face in getting
information Politics. The methodology used is descriptive qualitative research
that discusses in depth the communication patterns of habituation Voters
Beginners get Political Information. This study refers to the model of information
retrieval belong to Wilson and David Ellis, where this model explains that the use
of existing information for the needs of information, which can be found in the
information systems and other sources indicate that the information search
behavior involving other people to exchange information. The research data
obtained by in-depth interviews and literature study of previous research is the
theme of which is almost the same. Purposive sampling technique is used to select
the 16 informants research, while the process of data analysis includes data
reduction, data display, and conclusion drawing and verification.
The results of this study indicate that the pattern of voters conducted
through face-to-face interaction between can be classified on the pattern of
interpersonal communication, group, organization, then for Media
Communication Patterns can be made into patterns of communication
Advertising, conventional media communication patterns and New Media. Then
that becomes the bottleneck in the New voters get political information is internal
barriers include external factors include the psychological and environmental
factors voters.
Keywords: qualitative description, communication patterns, voters beginners,election
1
Pendahuluan
Pemilu adalah salah satu instrument untuk menegakkan demokrasi, karena
dalam pemilu mengikutsertakan rakyat sehingga akan terwujud azas kedaulatan di
tangan rakyat dan pada akhirnya akan tercipta suatu hubungan kekuasaan dari
rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat. Kondisi demokrasi Indonesia sendiri membaik
pasca reformasi, dimana dilakukan banyak perubahan di sisi tata cara pemilihan
aparatur Negara. Sejak UUD 1945 di amandemen kedudukan Presiden tidak lagi
dibawah MPR dan aturan untuk mengajukan calon Presiden dan Waklil Presiden
dalam Pemilu kini diperketat.
Dari data yang dirilis KPU, jumlah total pemilih yang telah terdaftar untuk
pemilu tahun 2014 adalah 186.612.255 orang penduduk Indonesia. Dari jumlah
tersebut 20-30%nya adalah pemilih pemula. Dengan demikian, jumlah pemilih
muda sebanyak 40.749.503 orang. Dalam pemilu, jumlah itu sangat besar dan bisa
menentukan dalam suksesnya pemilihan umum. Dalam jurnal Janine Dermody ,
Stuart Hanmer-Lloyd and Richard Scullion, Young People Behafior: Alienated
youth and (or) an interested and critical citizenry? (2010 : 421). Menyebutkan
bahwa kaum muda cenderung tidak percaya pada pemerintah Sinisme yang di
tunjukkan kaum muda ini berpengaruh pada terus meningkatnya angka Golput. Di
Indonesia sendiri faktanya partisipasi pemilih pemula pada pemilu 2004 dan 2009
semakin rendah. Sehingga perlu untuk memberikan informasi yang benar kepada
pemilih pemula untuk menekan angka Golput. Menurut Siska Sasmita yang di
kutip dari kumpulan jurnal Peran Informasi Politik Terhadap Partisipasi Pemilih
Pemula dalam Pemilu atau Pilkada (2011 : 217). Pemilih pemula dalam beberapa
kasus memiliki keaktifanan serta partisipasi yang positif dalam menjaring
informasi politik .Selain itu pemilih pemula yang berperan aktif dalam organisasi
social baik di lingkungan kampus cenderung memiliki informasi politik yang
lebih baik.
Saat ini informasi dapat diakses dengan mudah membuat pemerintah
kesulitan untuk mengontrol persebaran informasi politik yang ada. Berikut adalah
tabel perubahan peggunaan teknologi dalam komunikasi politik seperti berikut;
2
Tabel 1.2
Strategi Kampanye Pemilihan di Indonesia
Tahun
Strategi sosialisasi dan kampanye Pemilu
Pemilu 1955 Rapat umum, pidato, Pemasangan gambar partai denga media dinding atau
anyaman bamboo, pers partisipan
Pemilu 1977 Rapat Umum, Pidato, arak – arakan motor dan mobil, kampanye monologis di
TVRI dan RRI , Iklan di media di larang
Pemilu 1999 Rapat umum, pidato, arak – arakan motor dan mobil, media luar (baliho,
spanduk, umbul- umbul, poster, bendera dll) iklan (media cetak , radio, tv),
polling, talk show (radio & tv), pers partisipan. Internet (web site)
Pemilu 2004 Rapat umum, pidato, arak – arakan motor dan mobil, media luar (baliho ,
spanduk, umbul- umbul, poster,bendera , dll),iklan (media cetak, radio, tv),
polling, talk show, (radio dan tv), media cetak dan elektronik menyediakan
ruang khusus untuk liputan kampanye dan pemilu, internet (web site, blog)
Pemilu 2009 Rapat umum, pidato, media luar (balohi, spanduk, umbul- umbul, poster ,
bendera, dll) iklan (media cetak, radio, tv)polling, talk show(radio dan tv),
media cetak dan elektronik menyediakan ruang khusus untuk liputan kampanye
dan pemilu, internet (web site dan blog), situs jejaring sosial (terutama
facebook, selain itu juga menggunakan twitter dan yahoo messanger)
Sumber : Joni Rusdiana “Komunikasi Politik: Media Mssa dan Kampanye
Pemilihan” (New Media : Teori dan Praktek, Kumpulan artikel Dosen
Ilmu Komunikasi FISIP UNS 2009) 2011. hlm. 167-178
Perubahan pada teknologi dan karakteristik pemilih pemula juga berpengaruh
pada perubahan pola mencari informasi pada pemilih pemula. Sehingga menjadi
penting untuk mengetahui pola komunikasi pengaksesan informasi mengenai
pemilu pada mereka. Hal ini dapat di jadikan panduan sosialisasi mengenai
pemilu. Dengan Metode Deskriptif Kualitatif menurut Sugiyono (2008 : 15)
bahwa penelitian kualitatif deskriptif adalah metode penelitian yang berlandaskan
pada filsafat postpositivisme yang biasanya digunakan untuk meneliti pada
kondisi objektif yang alamiah dimana peneliti berperan sebagai instrumen kunci.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah mengetahui pola komunikasi yang
dilakukan oleh pemilih pemula dalam menperoleh informasi politik mengenai
Pemilu Presiden dan Wakil Presinen 2014 di kalangan mahasiswa Ilmu
Komunikasi angkatan 2013, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
3
Telaah Pustaka
1. Definisi Komunikasi
Menurut Bernard Barelson & Garry A. Steiner Komunikasi adalah proses
transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya dengan
menggunakan
simbol-simbol,
kata-kata,
gambar,
grafis,
angka,
dsb
(Mulyana,2008 : 62). Komunikasi dapat juga diartikan secara sederhana sebagai
sebuah proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak
kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara verbal maupun
nonverbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.Inilah yang menjadi
salah satu syarat dari keefektifan sebuah komunikasi dimana adanya kesamaan
pemahaman komunikator ke komunikan.
2. Komunikasi Politik
Komunikasi Politik dapat diartikan sebagai suatu proses dan kegiatan –
kegiatan membentuk sikap perilaku politik yang terintegrasi ke dalam suatu
sistem politik dengan menggunakan symbol- symbol yang berarti (Harun, 2006 :
5). Kehadiran komunikasi politik adalah untuk mewujudkan kondisi harmonis,
berkelanjutannya sistem politik secara berkesinambungan yang dapat mengayomi
seluruh individu dalam sistem tersebut. Dimana komunikasi politik adalah
komunikasi yang diarahkan pada pencapaian suatu pengaruh sedemikian rupa,
sehingga masalah yang dibahas oleh jenis kegiatan komunikasi tersebut dapat
mengikat semua kelompok atau warganya melalui suatu sanksi yang ditentukan
bersama oleh lembaga politik (Ardinal,2009:28) dalam (Maswardi Rauf,1993:10).
Unsure komunikasi sama seperti unsure komunikasi pada umumnya, yaitu;
Komunikator politik , Komunikan , Isi
Komunikasi (Pesan – pesan), Media
Komunikasi, Tujuan Komunikasi, Sumber dan Efek (Harun, 2006: 10).
3. Informasi
Beberapa ahli merumuskan tentang pengertian informasi seperti (Krikelas
: 1983) informasi adalah suatu rangsangan yang menciptakan ketidak pastian ,
4
membuat seseorang sadar akan kebutuhan dan menciptakan suatu perubahan
dalam tingkat tertentu” sedangkan (Kaniki : 1992) mengemukakan “informasi
adalah ide, fakta, karya imajinatif pikiran, data yang berpotensi untuk
pengambilan keputusan , pemecahan masalah serta jawaban atas pertanyaan yang
dapat mengurangi ketidak pastian. Dari pengertian diatas dapat disimpulakan
bahwa informasi memiliki fungsi sebagai pemecah masalah. Secara sederhana,
informasi merupakan pesan yang diterima dan dipahami. Dalam hal data ,
informasi dapat didefinisikan sebagai kumpulan fakta yang dari padanya kita
menarik suatu kesimpulan.
3.1. Informasi Politik
Informasi politik dalam undang – undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang
keterbukaan informasi menyatakan informasi sebagai keterangan, pernyataan,
gagasan, dan tanda – tanda yang mengandung nilai makna dan pesan, baik data,
fakta maupun penjelasan yang dapat dilihat , didengar dan dibaca yang disajikan
dalam perkembangan teknologi informasi dan komunikasi secara elektronik
maupun nonelektronik. Dengan demikian pemahaman tentang informasi politik
mengacu pada definisi pemrosesan, manipulasi, dan pengorganisasian data yang
berkaitan dengan politik dalam suatu cara demi menambah pengetahuan bagi
yang menerimanya, sehingga dapat menciptakan kesimpulan, memberikan
jawaban atau hanya untuk member pertimbangan atas apa yang harus dilakuka..
Didalam konteks politik, informasi adalah kekuatan. Informasi mengenai hal –
hal penting memiliki relevansi dengan tarik
– menarik kepentingan
memperebutkan alokasi sumber daya public dinilai sebagai factor penting dalam
pengambilan keputusan (Pawito, 2009 : 259).
3.2. Perilaku Pencarian Informasi
Kuhlthau (1991) berpendapat bahwa timbunya kesenjangan dalam diri
manusia akhirnya mendorong manusia untuk mencari informasi guna mengetahui
permasalahan yang dialaminya. Sehingga seseorang mencari informasi karena
kebutuhan, dimana
kemudian kebutuhan pemenuhan informasi mendorong
5
terjadinya perilaku pencarian informasi. Perilaku pencarian informasi adalah
kegiatan seeorang yang dilakukan untuk mendapatkan informasi. Dimana untuk
memenuhi
kebutuhan
tersebut
seseorang
mencari
informasi
dengan
menggunakan berbagai sumber informasi, sumber informasi terdiri dari sumber
informasi internal dan eksternal. Sumber informasi internal adalah dapat berupa
memori catatan pribadi, atau hasil pengamatan. Sedangkan sumber eksternal
adalah berupa sumber informasi yang didapat dengan cara berhubungan langsung
dengan sumber informasi terekam atau tertulis.
3.3 Model Perilaku Pencarian informasi
Model peilaku pencarian informasi dalam penelitian ini adalah model yang
diperkenalkan oleh Wilson dan Davit Ellis. Menurut model Wilson (1981) yang
sering disebut dengan a model of information behavior. Model ini menjelaskan
bahwa penggunaan informasi ada karena kebutuhan informasi, sehingga
pencarian informasi dilakukan. Informasi dapat dicari di sistem informasi
maupun sumber yang lainnya. Apabila pencarian berhasil dan memuaskan
pengguna , maka informasi tersebut akan diteruskan ke pada orang lain. Model
ini menunjukkan bahwa perilaku pencarian informasi melibatkan orang lain
untuk pertukaran informasi dan informasi tersebut digunakan untuk kepentingan
sendiri maupun orang lain.
Selanjutnya Wilson (1999) juga mengungkapkan adanya hambatan dalam
pencarian informasi, hambatan tersebut adalah : (a) Hambatan dari dalam
individu (diri sendiri), yang berasal dari ketidak mampuan memanfaatkan
fasilitas, factor biaya , pemuasan bahasa asing dan waktu. (b) Hambatan yang
disebabkan oleh hubungan antar individu (orang lain), ketika sumber informasi
yang dibutuhkan oleh peneliti dimiliki oang lain, namun mengalami hambatan
dalam mengakses sumber tersebut. (c) Hambatan yang di sebabkan oleh
lingkungan, yang meliputi fasilitas dalam mengakses informasi, keterbatasan
koneksi , waktu perolehan informasi serta politik dan ideologi.
Semantara itu Ellis (1987) melakukan penelitian pencarian informasi yang
disebut dengan behavioral models of seeking strategies. Model pencarian
6
informasi yang dirumuskan oleh Ellis ini sudah mencakup pencarianyang
menggunakan teknologi computer dan ditujukan pada pencari informasi yang
berpengalaman. Model pencarian sebanyak 6 tahapan yaitu : Starting ,Chaining
,Browsing ,Differentiating, Monitoring ,Extracting Keenam kelompok kegiatan
ini tidak mesti dilalkukan secara berurutan dan secara satu persatu. Bisa saja
sesorang pengguna informasi ke – enam kegiatan itu secara bersamaan.
4. Pola Komunikasi
Menurut Little John (2009) komunikasi berpola merurut pesan tertentu
dalam suatu masyarakat, tingkat pendidikan , wilayah geografis, dan ciri – ciri
organisasi sosial yang lain. Pada tingkat individual , komunikasi berpola pada
tingkat ekspresi dan interpretasi kepribadian pola komunikasi adalah suatu
kecenderungan gejala umum yang menggambarkan cara berkomunikasi yang
terjadi dalam kelompok social tertentu. Pola komunikasi adalah bagaimana
kebiasaan dari suatu kelompok untuk berinteraksi, bertukar informasi, pikiran
dan penetahuan. Pola komunikasi juga dapat dikatakan sebagai cara seseorang
atau kelompok berinteraksi dengan menggunakan symbol – symbol yang telah
disepakati sebelumnya dalam kurun waktu tertentu dan terjadi berulang – ulang.
Blumer mencatat tindakan kelompok terdiri atas pola – pola yang stabil dan
selalu berulang dan memiliki makna umum dan tetap bagi anggota mereka
(Little, 2009 : 65).
5. Pemilu Presiden
Untuk menegaskan bahwa Indonesia menjalankan sistem pemerintahan
presidensiil pemerintah meng amandemen UUD 1945. Perubahan ini terlihat dari
jumlah pasal yang hanya 37 menjadi 73 pasal, perubahan tersebut ditandai pada
perubahan serta memperjelas isi Pasal-pasal mengenai kekuasaan presiden yang
mengatakan
bahwa
Presiden
Republik
Indonesia
memegang
pemerintahan menurut UUD dan dipilih langsung oleh rakyat.
7
kekuasaan
Pemilu Indonesia menggunakan sistem proposional, secara garis besar
sistem ini berlaku dimana alokasi jumlah kursi di lembaga perwakilan
berdasarkan pada perolehan suara masing – masing peserta pemilu. Kemudian
aturan Pemilu Presiden 2009 dan 2014 Indonesia menggunakan undang-undang
No 42 Tahun 2008 dimana Hanya partai Politik atau gabungan partai politik yang
menguasai suara lebih dari 20% kursi di Dewan Perwakilan Rakyat atau
memenangi 25% suara nasional yang dapat mengajukan Calon Presiden atau
calon wakil presiden. Dan jika tidak ada Pasangan lebih dari 50% dari jumlah
suara dengan sedikitnya 20% suara di setiap provinsi yang tersebar di lebih dari
50% jumlah provinsi di Indonesia.
6. Pemilih Pemula
Menurut hukum dalam aturan penyelenggaraan pemilu yang tercantum
dalam UU No 10 tahun 2008 tentang Pemilihan Umum (Bab IV tentang Hak
Memilih pada Pasal 19) di sebutkan bahwa warga negara Indonesia yang pada
hari pemungutan suara telah genap berumur 17 (tujuh belas ) tahun atau lebih atau
sudah pernah kawin mempunyai hak memilih (ayat 1).
Posisi pemilih merupakan posisi yang sangat penting dalam menentukan
arah demokrasi sebuah negara. Menurut Eep Saefullah, untuk menjadikan pemilih
betul-betul sebagai penentu, diperlukan setidaknya dua syarat, yaitu:
1. Pemilih memiliki pengetahuan minimal serta menggunakan akal sehat dan
nuraninya.
2. Pemilu yang demokratis, sebab semakin pemilu tersebut tidak demokratis
maka para pemilihnya semakin tidak menentukan.
Sajian dan Analisis Data
Pada dasarnya setiap orang dapat menjadi komunikator politik, hanya
bobotnya berbeda. Menurut Leonard Doob yang kemudian di sitir oleh Nimmo
(1993), komunikator politik dapat dikategorikan dalam tiga tipologi: (1) poli- tikus
atau disingkat “pols”; (2) komunikator profrsional atau “pross”;dan (3) aktivitas
8
atau disingkat “vois”. Dimana KPU sebagai “Pross” yaitu komunikator
professional.
Dari sisi strategi sosislisasi yang diakukan KPU Kota Surakarta
menggunakan dua metode sosialisasi metode kultural untuk pemilih segment
pemilih pemula. Dengan adanya metode kultural membuat masyarakat di
segmentasikan kedalam beberapa golongan. Strategi kultural dimaksutkan untuk
mendekati komunikan dengan cara masuk pada budaya dan kebiasaan mereka.
Dalam menerapkan strategi kultural KPU Surakarta di bantu oleh Relawan
Demokrasi, dimana mereka menjadi agen sosialisasi yang mensosialisasikan
pemilu ke kelompok masyarakat yang berbeda kelompok. Selain itu KPU juga
melakukan banyak event yang dianggap strategis untuk menyentuh kalangan
Pemilih Pemula.
Tabel.1.1
Pola Komunikasi sosialisasi KPU kepadapemilih pemula di Surakarta
Jenis Komunikasi
Komunikasi
Antarpribadi
Komunikasi
Kelompok
Komunikasi Iklan
Komunikasi Massa
Kegiatan
Sosialisasi secaralangsung di tempat- tempat nongkrong
Seminar dengan skala besar dan Kegiatan Hiburan di tempat
umum
Pemasangan spanduk dan penebaran Famplet
Televisi lokal (Talk show dan Pertunjukan Rakyat)
Radio (Talk Show Radio )
Internet (Bekerja sama dengan Timlo.net untuk menayangkan
berita secara streaming)
Sumber : Data diolah
A. Pola komunikasi Pemilih Pemula FISIP UNS dalam mendapatkan informasi
mengenai Pemilu Presiden 2014
1. Pola Komunikasi Antarpribadi
a.
Teman
Ada dua saluran untuk komunikasi antarpribadi yang membantu sistem
belajar politik, yakni keluarga dan lingkungan yang terdiri atas kawan – kawan
dekat yang sering disebut teman sebaya (Nimmo, 2000 : 110). Dalam lingkungan
mahasiswa, komunikasi interpersonal diantara teman sebaya masih sangat
9
potensial untuk menyebarkan pesan politik. Dimana mereka menjadi suatu
komunitas belajar dimana terjadi pembentukan peran dan standart sosial yang
berhubungan dengan pekerjaan dan prestsasi. (Santrock, 2007). Seperti yang
disampaikan Anin bahwa lingkungan Pertemanan yang berada di FISIP UNS pun
sudah terbagi atas hal yang mereka suka sehingga lebih mudah untuk mencari
informasi mengenai pemilu di kalangan teman. Selain itu biasanya informasi yang
diterima melalui opini dari obrolan yang mereka Pengaruh lingkungan yang
memang kental akan politik membuat Pemilih pemula yang seorang mahasiswa
FISIP tidak sulit untuk mendapatkan informasi mengenai Pemilu Presiden dan
Wakil Presiden 2014. Hal ini di nilai sebagai opini publik. Dimana opini publik
sebagai komunikasi mengenai hal tertentu yang jika dibawakan dalam bentuk atau
cara tertentu kepada orang tertentu akan membawa efek tertentu pula (Bernard
Berelson).
b. Keluarga
Komunikasi antarpribadi di dalam keluraga di pahami sebagai hubungan
timbal balik antara anggota keluarga untuk berbagi hal dan makna dalam keluarga
dan sebagai rujukan untuk memahami informasi politik. Tujuan dari komunikasi
interpersonal dalam keluarga adalah untuk mengetahui dunia luar . untuk
mengubah sikap dan perilaku. Seperti yang di ungkapkan Shiela bahwa
lingkungan keluargalah yang membuat dia menjadi lebih peka terhadap
permasalahan politik apa lagi pada masa Pemilu Presiden 2014.
Seperti yang disampaikan Davit E. Apter bahwa sosialisasi politik
dimana yang pertama adalah proses belajar dalam keluarga. Pada tahap ini tingkat
peniruan dimana penanaman nilai-nilai dasar yang bersifat elementer dan bersifat
transparansi antar pribadi. Sehingga orientasi fundamental ini membangun
kepribadian politiknya. Informasi politik dari keluarga turut membantu proses
belajar anak untuk mengidentifikasi dirinya dengan kelompok tertentu sehingga
dapat membuat keputusan politiknya sendiri. Kemudian fakta bahwa keluarga
merupakan sumber terpenting dalam belajar politik politik karena, hal ini di
10
tunjang tentang banyaknya kesamaan di antara orientasi politik orang tua dan
anaknya (Nimmo, 2000 : 110) .
c. Dosen
Opinion leader merupakan salah satu aspek yang tidak dapat dipisahkan
dari Komunikasi politik. Secara umum opinion leader di artikan sebagai orang
yang secara informal dapat mempengaruhi tindakan atau sikap dari orang lain.
Opinion leadaer menjadi sumber informasi dan pendapat. Ia juga cakap
mempengaruhi orang lain secara informal dan ajeg (Labib, 2007). Factor
komunikasi face to face yang dilakukan pada saat kuliah membuat informasi yang
di berikan dosen lebih jelas. Disadari atau tidak setiap materi yang disampaikan
pada saat kuliah ataupun saat obrolan nonformal mereka akan banyak mendapat
informasi mengenai Pilpres 2014. Secara formal dosen memberikan banyak
masukan informasi kepada mahasiswa lewat materi kuliah yang terkait dengan
teori politik serta media massa. Hal ini membuat mahasiswa komunikasi lebih
memahami kehidupan berpolitik dan bermedia pada saat pilpres 2014. Faktor
lingkungan yang mendukung terjalinnya komunikasi politik yang berbentuk
interaksi antarpersonal. Dosen sebagai opinion leader karena memang mempunyai
posisi yang cukup kuat untuk mempengaruhi pemilih pemula dengan kekuatan
seseorang yang dianggap paham mengenai politik.
2. Pola Komunikasi Kelompok
Dalam kehidupan mahasiswa di dalam lingkungannya pastinya akan
membentuk kelompok – kelompok mahasiswa berdasarkan kegiatan yang sama
ataupun dengan ketertarikan yang sama. Kelompok merupakan bagian yang tidak
dapat di pisahkan dalam kehidupan sehari – hari, kelompok ini bisa bersifat
primer ataupun sekunder. Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang
berlangsung antara beberapa orang dalam satu kelompok “kecil” seperti dalam
rapat,pertemuan , seminar dan sebagainya (Arifin, 1984). Kelompok merupakan
tempat untuk memenuhi harapan dan keinginan berbagai informasi dalam setiap
aspek kehidupan, sehingga biasanya kelompok dijadikan tempat belajar bagi para
11
anggotanya. Deddy
Mulyana (2005) mendefinisikan kelompok sebagai
sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama
lain untuk mencapai tujuan bersama , mengenal satu sama lain , dan memandang
mereka sebagai bagian dari kelompok. Kelompok dalam Penelitian ini lebih di
spesifikasikan sebagai kelompok yang bersifat Informal maupun Formal.
a.Diskusi
Salah satunya Komunikasi formal, dimana komunikasi formatnya lebih
formal seperti diskusi dan seminar. Seperti yang diungkapkan Anin, Zana dan
Yasinta bahwa mereka lebih tertarik pada diskusi. Diskusi adalah salah satu
bentuk kegiatan berbicara dimana dilakukan beberapa orang untuk bertukar
pikiran, gagasan, pendapat dengan tujuan untuk mencari kesepakatan atau
kesepahaman. Banyak yang memilih diskusi dengan alasan pola diskusi non
formal, seperti obrolan karena obrolan yang berupa diskusi ringan dianggap
beberapa Pemilih Pemula dapat membuat mereka lebih terbuka dalam
menyampaikan informasi. Format sosialisasi face to face dengan anggota diskusi
yang tidak terlalu banyak membuat komunikasi yang terjalin lebih mendalam dan
fade back yang di dapatkan cepat.
3. Pola Komunikasi Organisasi
Organisasi dalam konteks ini di jadikan kelompok rujukan yaitu menurut
Theodore
Newcomb
(1930)
melahirkan
istilah
kelompok
keanggotaan
(membership group) dan kelompok rujukan (reference group). Organisasi adalah
salah satu wadah seorang mahasiswa untuk mendapatkan wawasan yang lebih
banyak, dengan bergabung aktif dalam organisasi kemahasiswaan yang bersifat
intra ataupun eksra kampus berefek kepada perubahan yang signifikan terhadap
wawasan, cara berpikir, pengetahuan dan ilmu-ilmu sosialisasi, serta menajemen
kepemimpinan yang notabene tidak diajarkan dalam kurikulum normatif
Perguruan Tinggi.
12
Dari hasil wawancara peneliti melihat bahwa mahasiswa yang notabene
nya adalah pemilih pemula yang mengikuti organisasi mendapatkan informasi
mengenai Pilpres 2014 di dalam organisasi lewat kakak tingkat. Seperti yang
dikatakan Dea dan Ika yang mengikuti organisasi pengembangan bakat bahwa
saat mereka berada di organisasi masing - masing , obrolan mengenai Pilpres
2014 selalu menjadi topik hanggat. Selain organisasi pengembangan bakat, ada
pula organisasi yang memang lekat dengan politik yaitu BEM dan DEMA.
Ditemukan kecenderungan bahwa Pemilih pemula di FISIP UNS yang mengikuti
organisasi berbasik politik, mereka lebih intens memberikan dan mendapat
informasi mengenai Pemili Presiden 2014 secara formal maupun Non formal.
Secara formal mahasiswa yang mengikuti organisasi seperti BEM akan memiliki
intensitas bersentuhan serta bertukar informasi mengenai politik dan isu mengenai
Pilpres 2014 lebih banyak.
4. Pola Komunikasi Iklan
Menurut Kaid dan Holtz-Bacha dalam Danial (2009: 93) iklan politik
didefinisikan sebagai suatu pesan terkontrol yang dikomunikasikan melalui
berbagai saluran yang didesain untuk mempromosikan ketertarikan politik dari
seseorang, partai, kelompok, pemerintah atau suatu organisasi. Selain itu fungsi
Iklan politik juga adalah untuk mempersuasi masyarakat untuk tercapainya tujuan
komunikasi politik, dimana masyarakat mau menggunakan hak pilih mereka
dalam pemilu Presiden 2014.
Mereka mengungkapkan bahwa iklan yang ditayangkan di Televisi lebih
menarik di bandingkan dengan iklan luar ruangan yang cenderung monoton.
Iklan yang untuk media televisi memang lebih mudah di terima oleh khalayak.
Dimana iklan audiovisual lebih di nikmati dan mudah di mengerti oleh Pemilih
Pemula, ini seperti yang jelaskan oleh Ramon Wiliams dan Simon During dalam
(Bungin, 2008: 107) mengenai iklan televisi yang telah mengangkat medium iklan
kedalam konteks yang sangat kompleks namun jelas, berimajinasi namun
konseptual, penuh fantasi namun nyata. Banyak kelebihan dari Iklan televise yang
13
membuatnya efektif dalam menyampaikan pesan. Karakteristik pemilih pemula
yang menyukai ide kreatif membuat Iklan luar ruangan tidak terlalu menarik
perhatian mereka.
5. Pola Komunikasi Media Massa
Pola penggunaan media untuk memenehi kebutuhan akan informasi
tergantung pada karakteristik pemakainya. Menurut Doris Graber bahwa Ras ,
suku, agama, gender, usia , pendapatan , pendidikan dan besarnya kota merupakan
variable yang berpengaruh terhadap kebiasaan menggunakan media. Dalam
komunikasi politik yang terjadi pada pola komunikasi dalam mendapatkan
informasi mengenai Pemilu Presiden, memungkinkan pemilih pemula untuk aktif
mencari informasi mengenai melalui media massa yang dianggap dapat
memuaskan mereka seperti teori Uses and Gratification atau kegunaan dan
kepuasan. Herbert Blumer dan Elihu Katz (1974) mengatakan bahwa teori ini
menjelaskan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan
menggunakan media tersebut.
Dari berbagai jenis media yanga ada pemilih pemula ini memiliki pilihan
media masing - masing dengan alasan yang beragam. Dengan definisi media
massa dari Gerbner (1967) komunukasi massa adalah produksi distribusi yang
berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinu serta paling
luas dimiliki orang dalam masyarakat indrustri. Jawaban dari responden di
kelompokkan atas media konvensional dan New media
a. Media Konvensional
Media konvensional dipahami sebagai media yang sudah biasa di pakai
oleh masyarakat pada umumnya yang belum terintegrasi dengan computer atau
perangkat digital. Seperti TV, Radio, Koran, Majalah dan lain-lain. Dari macam –
macam media konvensional ini yang paling popular adalah televisi, Salah satu
keunggulan televisi yang membuat banyak masyarakat tidak meninggalkannya
walaupun sudah ada media baru yang lebih canggih ialah sifatnya yang audio
visual dan mudah untuk di temukan karena sudah menjadi alat komunikasi yang
14
gampang dan murah dalam mendapatkan informasi. Para Informan mengaku lebih
sering melihat televisi sehingga mereka mengungkapkan bahwa format acara Talk
Show yang membahas mengenai penting nya pemilu dari sudut pandang anak
muda maupun politikus menjadi hal yang menarik untuk di simak. Berbeda
dengan Zana , dia mengakui bahwa untuk media dalam mencari berita mengenai
Pilpres dia lebih cenderung mengikuti dan percaya pada media cetak seperti
Koran.
Setiap media yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan akan informasi
mempunyai kelebihan dan kekurangan. Terlepas dari peran pemilik media yang
membuat pemberitaan menjadi tidak netral harus diakui memang media
konvensional televise dan koran memiliki proses pengolahan berita yang cukup
selektif, sehingga tidak semua informasi bisa di tayangkan dengan mudah. Kedua
media ini mempunyai aturan atau kode etik pemberitaan sehingga melindungi
penonton atau masyarakat dari berita bohong. Tidak seperti internet dimana berita
yang tersebar di tuli soleh orang – orang yang tidak di ketahui dan tak jarang
beritanya menyesatkan.
b. New Media
Seperti yang di katakana West dan Turner “New media yang terdiri atas
teknologi berbasis komputer. Teknologi ini termasyk e-mail, internet, televise
kabel digital, teknologi video seperti DVD, pesan instant, (instant messaging)dan
telepon genggam (2009 : 41). Seperti Flew (2002 : 10) mendefinisikan new media
dengan menekannkan pada format isi media yang dikombinasi dan kesatuan data
baik teks, suara , gambar, dan sebagainya dalam format digital. Kemudian di
sebarkan melalui jaringan internet.
Para pemilih pemula yang ingin mencari informasi menggunakan media
internet menyadari bahwa internet memberikan banyak informasi mengenai
pemilu presiden, berita baik maupun negative. Seperti yang di terangkan dalam
jurnal internasional The use of the internet by political parties and candidates in
Scotland during the 2010 UK general election campaign oleh Graeme Baxter,
Rita Marcella and Evaggelos Varfis (2011; 475). mengungkapkan bahwa
15
penggunaan media internet (Facebook dan Twitter) untuk komunikasi politik
adalah sebuah langkah yang efektif untuk mengajak masyarakat ikut aktif dalam
proses kampanye dan mendorong partisipasi politik. Hasilnya cukup efektif dalam
mengajak masyarakat untuk berperan aktif dalam Pemilu. Ini sejalan dengan hasil
dari Penelitian pola komunikasi pemilih pemula di Prodi Ilmu Komunikasi dalam
mendapatkan informasi mengenai Pilpres 2014. Para Informan menyebutkan
Media sosial facebook dan Twitter adalah salah satu sumber untuk mendapatkan
informasi mengenai Pilpres.
Facebook adalah jejaring pertemanan yang memungkinkan para
penggunanya untuk ber interaksi secara personal dengan berbagai macam fitur
yang mendukung untuk berekspresi dan berdiskusi. Dengan fitur yang komplit
facebook menjadi salah satu jejaring sosial yang nuansa kampanyenya terasa,
seperti yang di sampaikan Amalia, dia mengaku, dari beberapa jejaring sosial
yang dia punya Facebook lah yang dia anggap paling gencar memberikan
informasi mengenai pemilu. Selain Facebook jejaring sosial yang akrab
dikalangan anak muda adalah Twitter. Twitter adalah media sosial micro blogging
yang memungkinkan penggunanya untuk memosting berita ataupun foto hanya
dengan 140 karakter. Karakter Twitter yang dapat menyampaikan pesan secara
singkat dan selalu up date setiap detiknnya memungkinkan Twitter untuk menjadi
wadah dalam memberitakan hal dengan lebih cepat. Seperti yang di ceritakan anin
bahwa banyak peristiwa – peristiwa yang di beritakan di televisi maupun koran
berawal dari twiteer. Interaksi yang terjalin di twitter dimulai dari keaktifan user
untuk melihat TL (Time Line).
A. Faktor penghambat pemilih pemula dalam mendapatkan informasi politik
mengenai Pemilu Presiden 2014 di kalangan mahasiswa Ilmu Komunikasi
FISIP UNS Angkatan 2013
Hambatan Perilaku Pencarian Informasi enurut Wilson (1999) juga
mengungkapkan adanya hambatan dalam pencarian informasi, hambatan tersebut
adalah : a) Hambatan dari dalam individu (diri sendiri), b) Hambatan yang
16
disebabkan oleh hubungan antar individu. c) Hambatan yang di sebabkan oleh
lingkungan.
a. Hambatan dari dalam individu (diri sendiri)
Hambatan yang berasal dari ketidak mampuan memanfaatkan fasilitas,
factor biaya , pemuasan bahasa asing dan waktu. Yang dapat juga berkaitan
dengan terkait dengan faktor psikologis, kognitif, demografis, interpersonal.
Factor psikologis seringkali menjadi hambatan dalam komunikasi, hal ini
umumnya di sebabkan oleh komunikator tidak terlaulu perduli pada kesiapan diri
komunikan sehingga pesan yang di sampaikan sulit berhasil. Hamabatan yang
terjadi pada diri sendiri ini dapat di golongkan menjadi berikur;
 Prasangka
Prasangka merupakan salah satu hambatan berat bagi kegiatan
komunikasi, karena orang yang berprasangka belum apa – apa sudah bersikap
menentang komunikator. Pada orang yang bersikap prasangka emosinya
menyebabkab dia menarik kesimpulan tanpa menggunakan pikiran secara rasional
(Effendy, 2004 : 12). Seperti yang dikatakan wara prasangka yang dia rasakan
pada kinerja dan masalalu para calon presiden itu membuat Wara menjadi ragu
dalam menentukan pilihan. Wara menilai bahwa track record mereka dalam
menjalankan tugas di jabatan mereka sebelumnya membuat wara menilai salah
satu capres tidak layak.
 Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang juga mempengaruhi mengenai ideologi yang
dia anut sehingga akan berpengaruh juga pada pilihan politik mereka. Hal yang
paling terasa akan mempengaruhi hambatan komunkasi politik adalah tinggkat
pendidikan. Dimana tingkat pendidikan akan banyak mempengaruhi cara
seseorang untuk berkomunikasi dengan orang lain. Ini terlihat dari wawasan
politik, pilihan politik , hingga bahasa yang dia gunakan. Seperti yang dirasakan
Ika dalam sosialisasi Pemilu 2014 yang dilakukan KPU, Ika merasa bahwa
17
sosialisasi mengenai Visi dan Misi Calon Presiden menggunakan bahasa yang
tidak sesuai dengan pemilih pemula sehingga kadang tidak dimengerti oleh
mahasiswa. Para narasumber KPU yang pastinya adalah orang orang yang
berpendidikan lebih tinggi dari mahasiswa membuat kosa kata yang dipakai
kadang kadang tidak di mengerti dan kurang akrab di telinga anak muda.
b. Hambatan yang disebabkan oleh hubungan antar individu (orang lain)
Hambatan yang datang ketika sumber informasi yang dibutuhkan oleh
peneliti dimiliki oang lain, namun mengalami hambatan dalam mengakses sumber
tersebut.
 Interest
Interest atau kepentinganakan membuat seseorang selektif dalam mengan
ggapi atau menghayati pesan. Dalam hambatan Psikologis mengenai interest,
Pemilih pemula merasakan kesulitan dalam memilih media sebagai sumber
informasi mereka, untuk mengetahui informasi Pemilu secara netral dengan
pemberitaan yang berimbang. Karena media televisi yang dekat dan mudah di
temui sudah terindikasi memihah capres. Kebanyakan dari informan mengeluhkan
hambatan dalam mendapatkan informasi adalah ketidak netralan media.sehingga
informasinya akan menyesatkan ini menjadi kesulitan tersendiri untuk mereka.
c. Hambatan yang di sebabkan oleh lingkungan
Hambatan
yang
meliputi
fasilitas
dalam
mengakses
informasi,
keterbatasan koneksi , waktu perolehan informasi serta politik dan ideologi
 Motivasi
Motivasi Merupakan suatu pengertian yang melingkupi semua penggerak,
alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan
manusia berbuat sesuatu (Gerungan, 1983 : 142). Susila merasa hambatan yang ia
temui adalah waktu yang sedikit, karena kesibukan kemahasiswaannya
menyebabkan motivasi mencari danmendapatkan informasi kurang. Selain itu
biasanya mahasiswa motivasinya menjadi rendah untuk mencari informasi
mengenai pemilu, karena keterbatasan peralatan penunjang untuk mencari
18
informasi. Mengakses informasi lewat gadget, tapi bila kuota nya habis atau tidak
ada koneksi dia malas untuk mencari informasi.
Kesimpulan
Pemilih pemula melakukan pencarian informasi politik karena dorongan
untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi diri, karena berada di lingkungan Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Dalam tahapan pencarian informasi; Starting
,Chaining ,Browsing ,Differentiating, Monitoring ,Extracting Keenam kelompok
kegiatan ini juga dilakukan oleh pemilih pemula dalam pola komunikasi
antarpribadi, dan ke-enam tahapan kegiatan tersebut bisa dilakukan secara
bersama – sama jika pencarian informasi dilakukan dengan New Media (Internet).
Pola Komunikasi yang terbentuk melalui kebiasaan pencarian informasi
tersebut ialah; mahasiswa Ilmu komunikasi UNS kebanyakan mendapat informasi
politik dari lingkungan sekitar mereka. Baik secara antarpersonal maupun
bermedia. Dalam pola antarpersonal komunikasi politik yang terjalin, pemilih
pemula mendapat informasi politik yang bersumber dari lingkungan keluarga,
teman sebaya dan pubic opinion yang berada di lingkungan kampus. Dalam pola
bermedia pemilih pemula masih menjadikan televisi sebagai media utama yang
memberikan informasi, tetapi disamping itu internet dijadikan penyeimbang
informasi politik yang mereka dapat agar menjadi pemilih cerdas. Biasanya
mereka mengaksesnya lewat media sosial yaitu Facebook dan Twitter.
Saran
1. Pelaksanaan pendidikan politik sejak dini pada anak secara formal maupun
non formal akan membentuk karakter diri mereka menjadi anak yang
mengerti politik, sehingga saat dewasa dan sudah mendapatkan hak pilih
mereka akan menjadi pemilih cerdas yang mengerti pentingnya pemilu.
2. Dengan berkembangnya teknologi komunikasi membuat pemilih pemula
lebih aktif di dalam menggunakan new media sebagai sumber informasi,
sehingga pemerintah diharapkan juga lebih aktif dalam sosialisasi lewat
new media.
19
3. Dalam penggunaan iklan sebagai sarana sosialisasi dan persuasi sebaiknya
memaksimalkan penggunaan iklan audio visal dengan konsep yang
manarik dan kreatif
Daftar Pustaka
Mulyana, Deddy.(2008). ILMU KOMUNIKASI:Suatu Pengantar. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Nimmo, Dan. (2006). KOMUNIKASI POLITIK Khalayak dan Efek,Bandung :PT
Remaja Rosdakarya.
Fiske, John., (2010), CULTURAL AND COMMUNICATION STUDIES: Sebuah
Pengantar Paling Komperhensif. Yogyakarta: Jalasutra
Marijan, Kacung,.(2010).SISTEM POLITIK INDONESIA: Konsolidasi Demokrasi
Pasca-Orde Baru. (edisi,pertama). Jakarta :KENCANA.
Effendy, Onong Uchjana. (1986). DINAMIKA KOMUNIKASI. Bandung: PT
Rosdakarya.
Liliweri, Alo. 2011. KOMUNIKASI Serba Ada Serba Makna. Jakarta: Kencana.
Nasrullah, Rulli. (2012). KOMUNIKASI ANTARBUDAYA Di Era Budaya Siber.
Jakarta: Kencana..
Danial, Akhmad. (2009). Iklan Politik Tv. Yogyakarta :Lkis
Janine Dermody , Stuart Hanmer-Lloyd and Richard Scullion, (2010) “Young
people and voting behaviour: alienated youth and (or) an
interested and critical citizenry?”( European Journal of Marketing
Vol. 44 No. ¾,The Business School, University of Gloucestershire,
Cheltenham, UK, and London School of Economics, London,
UK).hlm. 421
Graeme Baxter, Rita Marcella and Evaggelos Varfis “The use of the internet by
political parties and candidates in Scotland during the 2010 UK
general election campaign”, (2013), (New Information
Perspectives Vol. 65 No. 5, Department of Information
Management, Aberdeen Business School, Robert Gordon
University, Aberdeen, UK), hlm. 515
Siska Sasmita, “Peran Informasi Politik Terhadap Partisipasi Pemilih Pemula
dalam Pemilu atau Pilkada”,(2011), (Jurnal Ilmiah Administrasi
Publik dan Pembangunan, Vol.2, No.1, Jurusan Administrasi
Negara, Universitas Negeri Padang,Sumatra Barat,hlm 21
Rivalna Rivai, “Perilaku Pencarian Informasi Pejabat di Fakultas Tarbiyah
Institute Agama Islam Negeri”,(2011), (Tesis : Fakutas Ilmu
Pengetahuan Budaya Program Studi Ilmu Perpustakaan,Depok)
20
Download