kinerja pendidik dalam up

advertisement
JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN
SHIFTKEY 2015
KINERJA PENDIDIK DALAM UPAYA
MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN
David Priyo Susilo
(Dosen Prodi Pendidikan Agama Kristen, [email protected])
Abstraksi
Proses pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik perlu diciptakan.
Pendidik memiliki tanggung jawab dalam menghadirkankan pembelajaran yang bermakna dan
berkualitas. Pendidik profesional selalu meningkatkan kualitas diri demi menjaga mutu pembelajaran
dan demi mencapai tujuan pembelajaran. Kompetensi yang dimiliki oleh pendidik sangat berpengaruh
pada mutu pembelajaran. Pendidik profesional akan tetap menjaga arah, komitmen, dan memiliki
mental yang tangguh dalam merespon setiap tantangan dalam menjalankan tugas profesinya.
A. PENDAHULUAN
Pendidik merupakan salah satu tiang penyangga bagi kemajuan dan keberhasilan bangsa.
Menjadi pendidik adalah sebuah kehormatan. Harus diakui bahwa pendidik merupakan figur sentral
dalam pendidikan. Di tangan pendidik-lah peserta didik menjadi anak panah yang tajam dilesatkan
menuju sasaran. Dalam pandangan tradisional dikembangkan pemikiran, bahwa pendidik adalah
segala-galanya (manusia super). Lebih kurang memandang pendidik sebagai sumber dari segala ilmu,
dengan kata lain “tidak ada yang tidak diketahui oleh pendidik”. Harapan masyarakat tidaklah
berlebihan apabila memandang pendidik sebagai sosok yang “tahu segalanya”. Sebagai “public figure”
dalam dunia pendidikan, pendidik dituntut tampil secara sempurna, khususnya pada saat menjalankan
tugas profesinya. Jelaslah bahwa, menjadi pendidik bukan lagi dipandang sebagai pekerjaan yang
biasa, tetapi sudah menjadi pekerjaan profesional. Sebagai tenaga profesional, maka pendidik dituntut
dapat memperlengkapi diri dengan kemampuan yang disyaratkan guna mendukung profesinya.
Di abad 21 sudah terjadi perubahan paradigma di masyarakat, khususnya dalam dunia
pendidikan. Pendidik tidak lagi dipandang sebagai satu-satunya agen pengetahuan sekalipun pendidik
merupakan komponen penting dalam pendidikan. Peserta didik tidak lagi bergantung sepenuhnya
kepada pendidik dalam memperoleh pengetahuan. Perkembangan teknologi memberi peluang kepada
peserta didik dapat memperoleh berbagai macam informasi dan pengetahuan tanpa dibatasi oleh ruang
dan waktu. Pada satu sisi tugas pendidik menjadi lebih “ringan” karena tidak lagi menjadi pusat
informasi dan pengetahuan satu-satunya bagi peserta didik. Tetapi di sisi lain, keadaan tersebut dapat
mematikan potensi pendidik apabila disikapi secara negatif. Perubahan paradigma terhadap pendidik
dapat menjadi peluang bagi pendidik untuk memacu diri, berkembang, meningkatkan kemampuan dan
pengetahuan sehingga pada akhirnya pendidik dapat menjadi mitra yang baik bagi peserta didik dalam
proses pembelajaran.
Perkembangan apapun dalam dunia pendidikan, setiap pendidik diharapkan tetap dapat
menjaga profesionalismenya. Tantangan dalam dunia pendidikan bersifat multi dimensi. Pendidik
profesional akan tetap menjaga arah, komitmen, kualitas diri, dan memiliki mental yang tangguh
dalam merespon setiap tantangan dalam menjalankan tugas profesinya. Profesionalisme pendidik pada
hakekatnya selalu memberi penekanan pada kualitas suatu keahlian yang dilandasi pada sikap mental
dan dibuktikan melalui komitmen dalam menjalankan tugasnya, serta memiliki arah/tujuan yang jelas
dalam menjalankan tugas profesinya.
Kunandar menjelaskan bahwa profesionalisme pendidik merupakan kondisi, arah, nilai,
tujuan dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang
berkaitan dengan pekerjaan seseorang. Sementara, pendidik profesional adalah pendidik yang
35
JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN
SHIFTKEY 2015
memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran.1
Pendapat yang sama juga disampaikan M. Yahya, bahwa profesionalisme menekankan pada kualitas
sikap dalam melaksanakan pekerjaannya.2 Profesionalisme bukan saja berbicara tentang menjalankan
tugas secara profesional tetapi juga harus ditopang dengan kemampuan yang memadai.
Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dijelaskan
bahwa, pendidik adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur formal, serta pada jenjang
pendidikan dasar dan pendidikan menengah, termasuk pendidikan anak usia dini. Lebih lanjut
dijelaskan bahwa, kedudukan pendidik merupakan jabatan profesional yang dibuktikan dengan
sertifikasi sebagai wujud pengakuan akan kualifikasi dan kompetensi.
Sementara dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Pendidik dan Pendidik
mensyaratkan pendidik harus memiliki kualifikasi minimal S-1 atau Diploma IV dan memiliki
kompetensi pendagogis, kepribadian, profesional, dan sosial. Dapat dikatakan bahwa, untuk
meningkatkan dan mewujudkan profesionalitas pendidik sekurang-kurangnya ada tiga hal yang saling
terkait yaitu kualifikasi, kompetensi, dan sertifikasi.
Secara umum upaya peningkatan kualitas profesionalisme pendidik sangat terkait dengan
upaya peningkatan mutu pendidikan nasional. Grete G. Morine Dershimer dalam bukunya Wina
Sanjaya berpendapat “A professional is a person who posseses some specialized knowledge and skill,
can weigh alternatives and select from among a number of potentially productive actions one that is
particularly appropriate in a given situation.”3 Seseorang dikatakan profesional apabila memiliki
pengetahuan dan keterampilan khusus, dan memilih salah satu tindakan produktif berdasarkan situasi.
Pegertian yang sama juga di jelaskan oleh Webstar dalam bukunya Kunandar, “Profesi diartikan
sebagai suatu jabatan atau pekerjaan tertentu yang mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan
khusus yang diperoleh dari pendidikan akademik yang intensif.”4 Pengertian tersebut menegaskan
bahwa, untuk menjadi “mahir” perlu persiapan, latihan, dan komitmen. Pendidik memiliki peran
strategis dalam meningkatkan mutu pendidikan. Sudah sepantasnya jika pendidik dituntut memiliki
kemampuan yang memadai, memiliki kemauan untuk meningkatkan kualitas diri sesuai dengan
bidang/ilmu yang ditekuninya.
B. METODOLOGI
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif-kualitatif, penelitian kualitatif Creswell
menyebutkan:
“Qualitaive research is a means for exploring and understanding the meaning individuals or
groups ascribe to a social or human problem. The process of research involves emerging
questions and procedures; collecting data in the participants setting; analyzing the data
inductively, building from particulars to general themes; and making interpretations of the
meaning of data. The final written report has a flexible writing structure.” 5
Sedangkan salah satu jenis penelitian yang tujuannya untuk menyajikan gambaran lengkap
mengenai setting sosial atau dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena
atau kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan
masalah dan unit yang diteliti antara fenomena yang diuji. Jadi penelitian deskriptif-kualitatif
adalah penelitian yang memberikan gambaran lengkap mengenai kenyataan sosial berkaitan
1
Kunandar, Pendidik Profesional (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007) 46.
Murip Yahya, Profesi Tenaga Kependidikan (Bandung: Pustaka Setia, 2013) 17.
3
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Kencana Media Group, 2000) 2742
275.
4
Kunandar, Pendidik Profesional (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), 45.
Sugiyono, Metode Penelitian Manajemen (Yogyakarta: Alfabeta, 2014), 347
5
36
JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN
SHIFTKEY 2015
dengan deskripsi variabel yang berkenaan dengan masalah, dengan mengajukan pertanyaan
penelitian, menganalisa secara induktif dan membangun pengertian umum dan membuat
penafsiran-penafsiran berdasarkan data.
Pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Apa yang dimaksud dengan pengembangan
diri? 2. Bagaimanakah kompetensi pendidik? 3. Bagaimanakah manajemen pendidikan? Sedangkan
tehnik pengumpulan data dengan dokumen, Bogdan mengatakan: “In most tradition of qualitative
research, the phrase personal document is used broadly to refer to any first person narrative produced
by an individual which describes his or her own actions, experience and belief. Tehnik analisa data
dalam penelitian ini adalah analisa domain yaitu pembahasan dalam penelitian ini dianalisis
berdasarkan domain atau kategori pokok bahasan yaitu pengembangan diri, kompetensi pendidik dan
manajemen pembelajaran.
C. PEMBAHASAN
1. Pengembangan Diri
Nelson Mandela berpendapat, “Education is the great engine to personal development.”
Pendidikan merupakan mesin penggerak utama dalam kerangka pengembangan pegetahuan,
kemampuan, dan keterampilan seseorang. Pendidik yang baik tidak penah berhenti untuk belajar.
Pendidik merupakan komponen penting dalam proses pendidikan. Pendidik profesional selalu
berusaha meningkatkan kapasitas diri sebagai bentuk pertanggung-jawaban atas tugas “mendidik”
yang diembannya. Berkaca dari pendidik “tidak lagi” sebagai satu-satunya agen pengetahuan, maka
upaya pengembangan diri yang cerdas merupakan kebutuhan. Pengembangan diri pendidik dapat
dilakukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan; pemerintah, lembaga pendidikan, organisasi profesi,
maupun inisiatif pendidik sendiri.
Cara yang efektif bagi pendidik untuk meningkatkan kualitas pengajaran adalah melalui
pengembangan diri secara kontinyu. Setiap pendidik memiliki keunikan masing-masing. Keunikan
tersebut bukan saja sebagai pembeda, tetapi juga sebagai kekuatan dalam diri pendidik untuk
dimaksimalkan fungsinya. Pengembangan diri dalam konteks pendidik memiliki dimensi luas.
Pengembangan diri selalu bertalian erat dengan kemauan untuk meningkatkan wawasan kependidikan,
softskill, mempertajam mental, karakter, selalu berusaha kreatif dan inovatif guna meningkatkan mutu
pembelajaran. Perilaku yang kurang produktif diubah menjadi perilaku produktif juga menjadi area
pengembangan diri. Evaluasi diri oleh setiap pendidik juga menjadi bagian penting dalam
pengembangan diri. Setiap kelemahan yang ditemukan dapat diubah menjadi kekuatan jika diatasi dan
disikapi secara benar.
Danim menjelaskan, bahwa pengembangan diri adalah mengambil tanggung jawab pribadi
untuk belajar dan mengembangkan diri sendiri melalui proses assesmen, refleksi, dan mengambil
tindakan. 6 Pertama, untuk secara kontinyu melakukan pemutakhiran keterampilan dan dibutuhkan di
tempat kerja. Kedua, untuk menentukan arah karir masa depan, dengan:
i. Nilailah keterampilan dan minat kekinian dari diri sendiri melalui tes karir secara tertulis (paperand-pencil career tests) atau melalui program computer untuk menganalisis keterampilan dan
minat.
ii. Peliharalah arsip (log) pembelajaran dan buku harian (maintain a learning log or diary) untuk
membantu menganalisis apa yang dipelajari atau di dapat dari pengalaman kerja (learning from
work experiences).
iii. Tulis sebuah pernyataan visi dan misi personal.
6
Sudarwan Danim, Profesionalisasi dan Etika Profesi Pendidik (Bandung: ALFABETA,
2013), 40-41.
37
JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN
SHIFTKEY 2015
iv. Kembangkan rencana pengembangan personal (develop a personal development plan) yang
mengidentifikasi kebutuhan dan tujuan belajar pribadi.
v. Pilih seorang mentor yang dapat membantu dengan dukungan, saran, dan asistensi arah karir
(career direction).
vi. Melibatkan diri dalam organisasi-organisasi profesional (become involved in professional
organizations).
vii. Bacalah jurnal-jurnal profesional dan majalah-majalah pendidikan (reading the profesional
journals and educational magazines) untuk tetap mengikuti perkembangan secara kekinian sesuai
dengan bidang tugas.
Pendidik profesional akan terus berupaya meningkatkan kualitas diri dengan dilandasi oleh
pengapdian pada dunia pendidikan, khususnya berupaya meningkatkan kualitas peserta didik.
Orientasi utama pengembangan diri adalah peningkatan kompetensi, dan kinerja dengan sasaran
perbaikan mutu, khususnya mutu pembelajaran. Kurikulum yang baik tidak akan berarti apabila tidak
ditopang oleh pendidik yang berkualitas. Hasil positif yang di dapat oleh pendidik dalam upaya
pengembangan diri adalah:
a. Wujud tanggung jawab profesi.
Salah satu indikator tanggung jawab pendidik terhadap tugas profesinya adalah memiliki
kemauan untuk belajar. Motivasi pendidik untuk memberikan yang terbaik dari apa yang dimilikinya
demi mencerdasakan anak bangsa dengan tidak memperhitungkan imbalan merupakan tindakan
terpuji. Di harapkan “pendidik sebagai panggilan” menjadi gaya hidup pendidik dalam menjalankan
tugasnya. Apabila menjadi pendidik merupakan “panggilan” maka akan tumbuh semangat memberi
yang terbaik bagi peserta didik. Tanggung jawab profesi selalu disertai dengan semangat
meningkatkan kualitas diri khususnya dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Pendidik yang “benar”
tidak pernah merasa puas dengan pengetahuan yang dimiliki.
Undang-Undang No.14 Tahun 2005 Bab II Pasal 7 Ayat 1 dan 2 menjelaskan bahwa, profesi
pendidik merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip memiliki bakat,
minat, panggilan jiwa, dan idealisme. Pemberdayaan profesi pendidik atau pemberdayaan profesi
diselenggarakan melalui pengembangan diri yang dilakukan secara demokratis, berkeadilan, tidak
diskriminatif dan berkelanjutan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai
cultural, kemajemukan bangsa dan kode etik profesi. Pendidik yang berpegang teguh pada tugas
profesinya akan selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi peserta didik dan selalu berorientasi
untuk memajukan dunia pendidikan.
b. Tersedianya pengetahuan yang cukup dalam proses belajar mengajar.
Instruction is a process of supporting knowledge construction rather than communicating
knowledge (Pengajaran adalah satu proses membangun pengetahuan dan mengkomunikasikan
pengetahuan). Kegiatan belajar adalah kegiatan yang mengakibatkan terjadinya perubahan perilaku
khususnya peserta didik. Pendidik dapat memberikan pengetahuan yang dimiliki kepada peserta didik
bukan saja berkaitan dengan materi inti, tetapi pendidik dapat memberikan wawasan baru bagi peserta
didik. Pendidik dalam proses belajar mengajar diharapkan dapat menjadi agen pengetahuan bagi
peserta didik. Pada umumnya peserta didik dalam proses pembelajaran berharap memperoleh
pengetahuan “tambahan” dari pendidik. Kunandar berpendapat, “Pendidik sebagai komponen utama
dalam dunia pendidikan dituntut untuk mampu mengimbangi bahkan melampaui perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang berkembang dalam masyarakat. Melalui sentuhan pendidik di sekolah
diharapkan mampu menghasilkan peserta didik yang memiliki kompetensi tinggi dan siap menghadapi
38
JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN
SHIFTKEY 2015
tantangan hidup dengan penuh keyakinan dan percaya diri yang tinggi.”7 Pendidik dikenal sebagai
agen perubahan, agen sosial, agen budaya, agen nilai, agen agama, dan masih banyak lagi pangkat
yang disandang oleh seorang pendidik.8 Pendidik yang memiliki pengetahuan cukup akan membantu
peserta didik untuk meningkatkan kompetensinya. Di samping itu dalam proses pembelajaran,
pendidik tidak kekurangan bahan/materi pengajaran sehingga peserta didik termotivasi untuk belajar.
Pendidik harus mampu menciptakan gagasan-gagasan baru yang lebih bersifat menarik khususnya
berkaitan dengan proses pembelajaran.
c. Terjaminnya pembelajaran yang bermutu.
Pendidik dengan motivasi yang tinggi akan cenderung berkonsentrasi dalam melaksanakan
tugasnya. Di samping itu bila pendidik tersebut juga mempunyai motivasi untuk melakukan
“kontemplasi” atau merenung dengan bertanya “Apakah saya sudah menjadi pendidik yang baik?”,
dan diikuti dengan motivasi untuk selalu melakukan perbaikan mutu (Continous Quality Improvement)
dalam mengajar, niscaya akan dapat menghasilkan produktivitas belajar yang diharapkan.9Pendidik
sebagai tenaga profesional akan melayani peserta didik untuk mengembangkan diri lebih maju,
berpikir kritis, kreatif, mengambil keputusan, dan memecahkan masalah serta tidak membedakan
antara satu siswa dengan lainnya.10Pendidik dapat merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi
pelaksanaan pembelajaran secara benar. Proses pembelaran yang dilakukan, pendidik tidak akan
mengabaikankan penggunaan strategi, metode, dan hal-hal lain yang dibutuhkan dalam proses belajar
mengajar. Pendidik yang benar akan selalu melakukan evaluasi terhadap kinerjanya (hasil
pembelajaran). Perilaku “peka” terhadap setiap perubahan/perkembangan dalam pendidikan serta
melakukan upaya perbaikan merupakan bentuk komitmen pendidik dalam menjaga mutu pendidikan.
Komitmen pendidik dalam menjaga mutu akan menciptakan pembelajaran yang terarah dan
mempermudah tercapainya tujuan pembelajaran.
d. Menjadi teladan positif bagi peserta didik.
Brian Hill dikutip oleh Sidjabat berpendapat, “Pendidik merupakan unsur penting dalam
kegiatan mengajar, pendidiklah yang membimbing peserta didiknya untuk belajar mengenal,
memahami, dan menghadapi dunia tempatnya berada. Dunia yang dimaksud itu termasuk dunia ilmu
pengetahuan, dunia iman, dunia karya, dan dunia sosial budaya. Dalam pemahaman itu, pendidik
merupakan jembatan, sekaligus agen yang memungkinkan peserta didik berdialog dengan dunianya.
Dengan demikian, panggilan penting bagi setiap pendidik ialah mendorong peserta didik untuk
menimba pengetahuan, pemahaman, atau bahkan memberi kontribusi bagi dunianya.”11 Pendidikan
yang dilakukan oleh pendidik merupakan bentuk interaksi antara pendidik dan peserta didik dengan
tujuan menciptakan manusia yang dewasa sehingga peserta didik mampu membangun interaksi
dengan dunia yang lebih luas sifatnya. Peserta didik akan termotivasi untuk belajar jika melihat
“pendidik”nya memiliki pengetahuan memadai. Pendidik akan menjadi “model” bagi peserta didik.
Tanpa disadari, bahwa apa yang dilakukan oleh pendidik di contoh oleh peserta didik. Pendidik
profesional selalu memberikan contoh baik dan benar kepada peserta didik. Kemampuan pendidik
dalam mengelola kelas, secara khusus dalam proses pembelajaran akan membangkitkan semangat dan
7
Kunandar, Pendidik Profesional (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), 37.
Martinis Yamin, Profesionalisasi Pendidik & Implementasi KTSP (Jakarta: GP Press
Group, 2013), 44.
9
Daeng Arifin, Panduan Menjadi Pendidik Profesional (Bandung:CV . Nuansa Aulia, 2013),
124.
10
Martinis Yamin, 39.
11
B. S. Sidjabat, Mengajar Secara Profesional (Bandung:Yayasan Kalam Hidup, 2011), 65.
8
39
JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN
SHIFTKEY 2015
motivasi siswa untuk belajar dan belajar. Pendidik berperan sebagai pendorong bagi peserta didik
untuk maju.
e. Peka terhadap setiap perkembangan ilmu.
Dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Pendidik dan Pendidik disebutkan: “Dalam
melaksanakan tugas keprofesionalannya, pendidik memiliki kewajiban meningkatkan dan
mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.” Upaya pendidik dalam mendidik,
membimbing, mengajar, dan melatih peserta didik memerlukan pengetahuan cukup. Setiap peserta
didik memiliki karakter berbeda-beda dan hal itu tidak dapat dipandang sepele oleh pendidik. Penting
bagi pendidik untuk terus menambah pengetahuan. Persoalan peserta didik merupakan salah satu dari
sekian banyak persoalan yang dihadapi dalam dunia pendidikan. Pendidik yang selalu
mengembangkan diri dapat mengikuti setiap perkembangan ilmu pengetahuan khususnya berkaitan
dengan pendidikan. Isu-isu penting dalam dunia pendidikan akan mudah dipahami, bahkan dapat
merespon dengan cepat isu-isu tersebut. Permadi berpendapat, “Pendidik yang cepat tanggap terhadap
perubahan demi perubahan perbaikan kinerjanya itulah yang dinamakan pendidik kreatif, inovatif,
efektif, dan partisipatif serta tanggung jawab dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.”12 Dunia
pendidikan dewasa ini berkembang sangat cepat, oleh sebab itu pendidik harus terus meningkatkan
pengetahuannya. Pendidik bukan saja sekedar “tahu” tetapi pendidik diharapkan dapat
2. Kompetensi Pendidik
Kualitas pengajaran tidak dapat dilepaskan dari kemampuan yang dimiliki oleh pendidik.
Pendidik profesional bukan saja berupaya meningkatkan kualitas diri tetapi juga berusaha menjaga
kualitas pengajaran demi tercapainya tujuan pembelajaran. Pendidik merupakan subyek penting dalam
proses pembelajaran. Pendidik berperan dalam pengembangan (ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik) peserta didik dalam konteks pendidikan. Kehadiran pendidik dalam kegiatan
pembelajaran juga berperan sebagai agen/sumber informasi yang dibutuhkan oleh peserta didik.
Pembelajaran tidak akan berjalan maksimal tanpa kehadiran pendidik.
Hill (1982), dikutip oleh Sidjabat, menjelaskan: “pendidiklah yang membimbing peserta
didiknya untuk belajar mengenal, memahami, dan menghadapi dunia tempat ia berada. Dunia disini
termasuk dunia ilmu pengetahuan, dunia iman, dunia karya, dan dunia sosial budaya. Pendidik
merupakan jembatan dan sekaligus agen yang memungkinkan peserta didik berdialog dengan
dunianya. Pendidik terpanggil untuk mendorong peserta didik menimba pengetahuan, pemahaman,
atau bahkan memberi kontribusi bagi dunianya.”13
Bertolak dari tanggung jawab pendidik dalam proses pembelajaran dan tuntutan bagi
pendidik guna dapat menghadirkan pembelajaran yang efektif dan berkualitas maka, wajib bagi
pendidik untuk bertindak secara professional dan memenuhi kualifikasi yang telah ditetapkan oleh
satuan pendidikan. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Pendidik, dijelaskan
di Pasal 2 ayat 1, “Pendidik wajib memiliki Kualifikasi Akademik, kompetensi, Sertifikat Pendidik,
sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.”
Adapun kompetensi yang dimaksud dalam PP Nomor 74 Tahun 2008 pasal 2 ayat 1 adalah:
“merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati,
dikuasai, dan diaktualisasikan oleh Pendidik dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.” Pendidik
12
Dadi Permadi, Panduan Menjadi Pendidik Profesional : Reformasi Motivasi dan Sikap
Pendidik dalam Mengajar (Bandung: CV. Nuansa Aulia, 2013), 67.
13
Sidjabat, Menjadi Pendidik Profesional (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1994), 29.
40
JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN
SHIFTKEY 2015
profesional harus memiliki kompetensi sebagaimana dijelaskan dalam PP No.19 Tahun 2015 tentang
Standar Nasional Pendidikan, Pasal 28 ayat 3, antara lain:
3. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi Pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang
meliputi pemahaman terhadap peserta didik, merancang dan melaksanakan pembelajaran, evaluasi
hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimiliki.
Sub Kompetensi
Indikator
Memahami peserta didik secara a. Memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsipmendalam
prinsip perkembangan kognitif dan kepribadian
b. Mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik
Merancang pembelajaran
a. Memahami landasan pendidikan
b. Menerapkan teori belajar dan pembelajaran
c. Menentukan strategi pembelajaran berdasarkan
karakteristik peserta didik, kompetensi yang akan
dicapai dan materi ajar
d. Menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi
yang dipilih
Melaksanakan pembelajaran
a. Menata latar (setting) pembelajaran
b. Melaksanakan pembelajaran yang kondusif
Merancang dan melaksanakan
a. Merancang dan melaksanakan evaluasi (assessment)
evaluasi pembelajaran
proses dan hasil belajar secara berkesinambungan
dengan berbagai metode
b. Menganalisis hasil evaluasi proses dan hasil belajar
untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery
learning)
c. Memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk
perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum
Mengembangkan peserta didik
a. Memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan
untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi akademik
berbagai potensinya
b. Memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan
berbagai potensi akademik
c. Memfasilitasi peserta didik untuk mengembangan
berbagai potensi nonakademik
Tabel. Sub Kompetensi Pendidik dalam Sertifikasi14
4. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi Kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif,
dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Pendidik sebagai public
figure diharapkan dapat menjadi contoh/teladan bagi peserta didik dalam upaya pengembangan diri.
Kompetensi kepribadian yang dimiliki pendidik harus tercermin dalam setiap tindakan. Pendidik yang
berkepribadian selalu berpegang teguh pada norma, etika, peraturan, dan tata nilai yang berlaku secara
khusus dalam lingkup sekolah dan masyarakat. Pendidik yang berkepribadian juga bersikap open
mainded terhadap setiap perkembangan yang terjadi. Selalu bersikap sopan, ramah, terbuka, dan
bersahaja secara khusus terhadap peserta didik.
14
Sumber: Direktorat Ketenagaan Dirjen Dikti dan Direktorat Profesi Pendidik Ditjen
PMPTK Depdiknas (termodifikasi)
41
JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN
Sub Kompetensi
Kepribadian yang mantap dan
stabil
SHIFTKEY 2015
Indikator
Bertindak sesuai dengan norma hukum
Bertindak sesuai dengan norma sosial
Bangga sebagai pendidik
Memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma
Kepribadian yang dewasa
Menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik
Memiliki etos kerja sebagai pendidik
Kepribadian yang arif
Menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan
peserta didik, sekolah dan masyarakat
b. Menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak
Kepribadian yang berwibawa
a. Memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta
didik
b. memiliki perilaku yang disegani
Berakhlak mulia dan dapat
a. Bertindak sesuai dengan norma religious
menjadi teladan
b. Memiliki perilaku yang dapat diteladani oleh peserta didik
Tabel. Sub Kompetensi Pendidik dalam Sertifikasi15
a.
b.
c.
d.
a.
b.
a.
5. Kompetensi Profesional
Kompetensi Profesional adalah kemampuan penguasaan pembelajaran secara luas dan
mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang
ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. Sebagai tenaga profesional, kemampuan profesional
pendidik dapat diwujudkan dengan menggunakan teknik dan prosedur kerja yang berpijak pada
landasan intelektual/keilmuan yang dipelajari.
Sub Kompetensi
Menguasai substansi keilmuan
yang terkait dengan bidang
studi
Indikator
a. Memahami materi ajar yang telah ditetapkan dalam
kurikulum satuan pendidikan
b. Memahami struktur, konsep, dan metode keilmuan yang
manaungi atau koheren dengan materi ajar
c. Memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait
d. Menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan
sehari-hari
Menguasai struktur dan metode
a. Menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis
keilmuan
untuk memperdalam pengetahuan atau materi bidang
studi
Tabel. Sub Kompetensi Pendidik dalam Sertifikasi16
6. Kompetensi Sosial
Kompetensi Sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan,
orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi sosial merupakan kemampuan yang
dimiliki oleh pendidik sebagai bagian dari anggota masyarakat, dimana pendidik diharapkan memiliki
kemampuan membangun relasi dengan semua lapisan masyarakat. Kehadiran pendidik di masyarakat
harus dapat memberikan sumbangsih positif guna terciptanya masyarakat yang maju dan terdidik. Di
15
Sumber: Direktorat Ketenagaan Dirjen Dikti dan Direktorat Profesi Pendidik Ditjen
PMPTK Depdiknas (termodifikasi)
16
Ibid.,
42
JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN
SHIFTKEY 2015
samping itu, relasi yang diciptakan antara pendidik dan masyarakat dapat meningkatkan kemampuan
pendidik dalam menjalankan tugas profesinya.
Sub Kompetensi
Indikator
Mampu berkomunikasi dan bergaul secara
Berkomunikasi secara efektif dengan peserta
efektif dengan peserta didik
didik
Mampu berkomunikasi dan bergaul secara
Berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan
efektif dengan sesama pendidik dan tenaga
peserta didik dengan sesama pendidik dan tenaga
kependidikan
kependidikan
Mampu berkomunikasi dan bergaul secara
Berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan
efektif dengan orang tua atau wali peserta
orang tua atau wali peserta didik dan masyarakat
didik dan masyarakat
Tabel. Sub Kompetensi Pendidik dalam Sertifikasi17
Ahmad Sanusi merumuskan standar kinerja pendidik sebagai tenaga profesional18 sebagai
berikut:
Gugus Pengetahuan dan
Penguasaan Teknis Dasar
Profesional
1. Pengetahuan tentang disiplin
ilmu pengetahuan sebagai
sumber bahan studi (structure,
consepts, dan way of knowing)
2. Penguasaan bidang studi sebagai
objek belajar
3. Pengetahuan tentang
karakteristik/perkembangan
pelajar
4. Pengetahuan tentang berbagai
model teori belajar (umum
maupun khusus)
5. Pengetahuan dan penguasaan
berbagai proses belajar
6. Pengetahuan tentang
karakteristik dan kondisi sosial,
ekonomi, budaya, politik sebagai
latar belakang dan konteks
berlangsung proses pembelajaran
7. Pengetahuan tentang proses
sosialisasi dan kultalisasi
8. Pengetahuan dan penghayatan
Pancasila sebagai pandangan
hidup bangsa
9. Pengetahuan dan penguasaan
berbagai media sumber belajar
10. Pengetahuan tentang berbagai
jenis informasi kependidikan dan
manfaatnya
Gugus
Kemampuan
Profesional
1. Merencanakan
program belajarmengajar
2. Melaksanakan dan
memimpin proses
belajar mengajar
3. Menilai kemajuan
belajar
4. Menafsirkan dan
memanfaatkan
berbagai informasi
dan penelitian
untuk memecahkan
masalah
profesional
kependidikan
Jenis Kegiatan
Profesional
1.1 merumuskan tujuan-tujuan
instruksional
1.2 menguraikan deskripsi
satuan bahasan
1.3 merancang kegiatan belajar
mengajar
1.4 memilih media dan sumber
belajar
1.5 menyusun instrumen
evaluasi/tagihan
2.1 memimpin dan membimbing
proses belajar mengajar
2.2 mengatur dan mengubah
suasana belajar mengajar
2.3 menetapkan dan mengubah
urutan kegiatan belajar
3.1 memberikan skor atas hasil
evaluasi
3.2 mentransformasi skor
menjadi nilai
3.3 menetapkan ranking
17
Sumber: Direktorat Ketenagaan Dirjen Dikti dan Direktorat Profesi Pendidik Ditjen
PMPTK Depdiknas (termodifikasi)
18
Ahmad Sanusi, Studi Pengembangan Pendidikan Profesional Tenaga Kependidikan,
(Bandung: IKIP Bandung, 1991), 42-43.
43
JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN
SHIFTKEY 2015
Setiap pendidik setidaknya memiliki dan memenuhi standar minimal kompetensi yang telah
ditetapkan, baik oleh satuan pendidikan maupun oleh Undang-Undang Pendidikan. Kompetensi yang
dimiliki oleh pendidik berpengaruh dalam menunjang tugas utamanya sebagaimana dijelaskan dalam
UU No.14 Tahun 2005 Bab 1 Ayat (1) yaitu: mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Kompetensi yang dimiliki oleh pendidik sangat
berpengaruh bagi terselenggaranya pembelajaran yang ideal. Kompetensi yang dimiliki oleh pendidik
harus dikembangkan dan diimplementasikan dalam proses pembelajaran sehingga peserta didik dapat
memperoleh pengetahuan dan pengalaman belajar yang berkualitas. Kompetensi yang dimiliki oleh
pendidik dapat memberikan jaminan bagi peserta didik dan pendidik yang bersangkutan untuk
melaksanakan proses pembelajaran dengan benar dan efektif. Proses pembelajaran yang benar dan
efektif pada prinsipnya didasarkan pada kompetensi yang dimiliki oleh pendidik.
7. Manajemen Pembelajaran
Manajemen memiliki makna mengelola. Pendidik harus mampu mengelola proses
pembelajaran dengan baik. Pengelolaan dilaksanakan untuk mengoptimalkan seluruh potensi guna
mencapai tujuan. Luther Gulick dalam Rohiat (2010:18) menjelaskan fungsi manajemen antara lain:
Planing atau perencanaan, meliputi kegiatan penetapan apa yang akan dicapai, bagaimana
mencapainya, berapa lama mencapainya, siapa saja yang dilibatkan, dan berapa biaya yang
dibutuhkan. Organizing atau pengorganisasian diartikan sebagai kegiatan membagi tugas kepada
pribadi yang terlibat guna mempermudah pelaksanaan kegiatan. Directing atau pengarahan dengan
maksud supaya kegiatan dapat berjalan sesuai dengan perencanaan awal tidak menyimpang.
Coordinating atau koordinasi merupakan kerjasama dalam menjalankan tugas/peran masing-masing.
Reporting berarti setiap kegiatan bukan saja terselenggaran dan tercatat, tetapi harus dilaporkan.
Budgeting adalah anggaran yang dibutuhkan dalam melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan.
Pendidik merupakan komponen inti dalam proses pembelajaran. Komitmen pendidik dalam
menciptakan dan menjaga mutu proses pembelajaran yang benar dan efektif akan melahirkan
pembelajar yang antusias dan kreatif. Terselenggaranya proses pembelajaran yang berkualitas pada
hakekatnya bersumber dari kemampuan pendidik dalam mengelola kelas. Kemampuan pendidik dalam
merencanakan, mengorganisir, memimpin, serta mengontrol proses pembelajaran dengan baik akan
menolong pendidik dan peserta didik sampai pada tujuan pembelajaran yang diharapkan. Aspek-aspek
yang harus diperhatikan pendidik dalam mengelola kegiatan pembelajaran, antara lain:
a. Merencanakan Pembelajaran
Salah satu indikator keberhasilan pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran adalah
kemampuan pendidik dalam merencanakan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Perencanaan merupakan langkah awal sebelum segala sesuatu dilaksanakan. Perencanaan adalah suatu
cara yang memuaskan untuk membuat kegiatan dapat berjalan dengan baik, disertai dengan berbagai
langkah yang antisipatif guna memperkecil kesenjangan yang terjadi sehingga kegiatan tersebut
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Berpijak pada pengertian pembelajaran merupakan kegiatan
yang dilakukan oleh pendidik dengan disengaja, memiliki tujuan supaya peserta didik dapat belajar
dan mencapai hasil belajar yang maksimal maka, perencanaan mutlak dilakukan pendidik.
Keberhasilan dalam melaksanakan pembelajaran sangat ditentukan oleh perencanaan yang
dibuat pendidik. Asep dan Suyanto berpendapat bahwa. “Kegiatan belajar siswa perlu dirancang
sedemikian rupa sesuai dengan tingkat kemampuannya. Seorang pendidik dituntut untuk menciptakan
berbagai bentuk kegiatan dalam pengelolaan pembelajaran, sehingga siswa secara optimal dapat
44
JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN
SHIFTKEY 2015
mengembangkan kemampuan dirinya dengan berbekal pengalaman yang ditempuh selama melakukan
kegiatan belajar.” 19
Terselenggaranya proses pembelajaran dengan baik dan sampai pada tujuan yang diharapkan
tidak dapat dilepaskan dari perencanaan yang dibuat. Pembelajaran yang berkualitas tidak dapat
dilepaskan dari pedoman yang koprehensif tentang rencana pembelajaran yang diinginkan oleh
pengajar. Hal ini bertujuan agar pembelajaran dapat berjalan lebih efektif dan efisien sesuai dengan
tuntutan kebutuhan siswa.
Pada prinsipnya perencanaan pembelajaran seperti diuraikan Daeng dan Permadi20 meliputi
hal-hal sebagai berikut:
i. Menetapkan apa yang akan dilakukan oleh pendidik, kapan dan bagaimana caranya melakukan
dalam implementasi pembelajaran.
ii. Membatasi sasaran atau dasar tujuan instruksional khusus dan menetapkan pelaksanaan kerja
untuk mencapai hasil yang maksimal melalui proses penentuan target pembelajaran.
iii. Mengembangkan alternatif-alternatif yang sesuai dengan strategi pembelajaran.
iv. Mengumpulkan dan menganalisis informasi yang penting untuk mendukung kegiatan
pembelajaran.
v. Mempersiapkan dan mengkomunikasikan rencana-rencana dan keputusan-keputusan yang
berkaitan dengan pembelajaran kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Kegiatan pembelajaran yang baik dan berkualitas memerlukan perencanaan program yang
baik. Ini berarti keberhasilan belajar siswa sangat ditentukan oleh perencanaan yang dibuat oleh
pengajar. Mengajar tanpa membuat perencanaan memang dapat dilakukan pendidik, akan tetapi
mengajar jenis itu akan susah dalam mencapai tujuan dari kegiatan mengajar itu sendiri. Oleh sebab
itu perencanaan pembelajaran wajib dilakukan oleh pengajar pada saat akan melaksanakan tugas
dalam memberikan materi pembelajaran. Tanpa perencanaan, kegiatan yang harusnya dapat dilakukan
dengan baik dapat berubah menjadi tidak terarah, karena kita tidak memiliki gambaran dan
manajemen tentang kegiatan yang akan dilakukan.
Pentingnya perencanaan pembelajaran sebagaimana telah disebutkan di atas, dimaksudkan
agar dapat dicapai perbaikan pembelajaran. Upaya perbaikan pembelajaran ini dilakukan dengan
asumsi sebagai berikut:
i. Untuk memperbaiki kualitas pembelajaran perlu diawali dengan perencanaan pembelajaran
yang diwujudkan dengan adanya desain pembelajaran.
ii. Dalam merancang suatu pembelajaran perlu menggunakan pendekatan sistem.
iii. Perencanaan desain pembelajaran diarahkan pada bagaimana seseorang belajar.
iv. Dalam merencanakan suatu desain pembelajaran diarahkan pada siswa secara perseorangan.
v. Pembelajaran yang dilakukan akan bermuara pada tercapainya tujuan pembelajaran, dalam hal
ini akan ada tujuan langsung pembelajaran, dan tujuan pengiring dari pembelajaran.
vi. Sasaran akhir dari perencanaan desain pembelajaran adalah mudahnya siswa untuk belajar.
vii. Perencanaan pembelajaran harus melibatkan semua variabel pembelajaran.
viii. Inti dari desain pembelajaran yang dibuat adalah penetapan metode pembelajaran yang optimal
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Menyusun perencanaan pembelajaran merupakan bagian integral dari proses pekerjaan
professional, sehingga berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran. Selain itu,
perencanaan pembelajaran juga dapat menimbulkan motivasi belajar siswa, melahirkan perasaan
19
Asep Jihad & Suryanto, Menjadi Pendidik Profesional: Strategi Meningkatkan Kualifikasi
dan Kualitas Pendidik Di Era Global (Jakarta: Grapprint, 2013), 82.
20
Dadi Permadi & Daeng Arifin, Panduan Menjadi Pendidik Profesional (Bandung: Nuansa
Mulia, 2013), 70-71.
45
JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN
SHIFTKEY 2015
positif terhadap pengalaman belajar yang akan dijalani serta menumbuhkan sikap optimisme siswa
dalam mencapai tujuan pembelajaran.
2. Pengembangan Strategi Pembelajaran
Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang
rangkaian kegiatan yang di desain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Thohir (2011), “Strategi
pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan pendidik dan siswa agar
tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.” Strategi digunakan untuk memperoleh
keberhasilan dalam mencapai tujuan. Dalam konteks dunia pendidikan, strategi pembelajaran memiliki
pengertian sebagai suatu perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang di desain untuk
mencapai tujuan pendidikan. Untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia secara utuh
dibutuhkan perencanaan dan perhatian yang lebih serius kepada pembangunan manusia secara holistik,
masyarakat, bangsa dan negara, di mana pertumbuhannya tidak hanya terfokus saja kepada kuantitatif
melainkan kepada kualitatif.
Perlu dimengerti bahwa pembelajaran bukan sebuah tindakan statis melainkan aktif, artinya
dapat bergerak berdasarkan tuntutan, perkembangan, serta kebutuhan dalam dunia pendidikan. Oleh
sebab itu, setiap pendidik harus memiliki strategi guna menjawab setiap tantangan dan kebutuhan
dalam dunia pendidikan. Arah dari semua keputusan penyusunan strategi oleh pendidik adalah
pencapaian tujuan. Oleh sebab itu, penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai
fasilitas dan sumber belajar semua diarahkan dalam upaya mencapai tujuan.
Strategi kegiatan pembelajaran merupakan langkah-langkah umum dalam kegiatan belajar
yang mesti dilakukan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Paling tidak, strategi tersebut
meliputi empat aspek, yakni:
i. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi serta kualifikasi perubahan tingkah laku yang
diharapkan. Hal ini mengacu pada standar kompetensi dan kompetensi-kompetensi lain, yang
selanjutnya dirumuskan dengan sejumlah kemampuan dasar siswa untuk menguasai suatu
kompetensi yang mesti dimiliki siswa, sesuai dengan rumpun mata pelajaran yang diberikan.
ii. Memilih cara pendekatan belajar yang tepat untuk mencapai standar kompetensi dengan
memperhatikan karakteristik siswa sebagai subyek. belajar. Dalam kegiatan ini, pendidik wajib
memahami modalitas dan/atau gaya belajar siswa sebagai individu yang berbeda, baik itu secara
psikologis, fisiologis, maupun sosiologis.
iii. Memilih dan menetapkan sejumlah prosedur, metode, dan teknik kegiatan pembelajaran yang
relevan dengan kebutuhan pengalaman belajar yang mesti ditempuh siswa. Semakin jelas
prosedur dan beragam metode yang pendidik kembangkan, maka akan semakin mempermudah
siswa menguasai dan menjiwai seluruh inti pesan yang terkandung dalam setiap sajian
pembelajaran.
iv. Menetapkan norma atau kriteria keberhasilan agar dapat menjadi pedoman dalam kegiatan
pembelajaran, terutama berkenaan dengan ukuran menilai kemampuan penguasaan suatu jenis
kompetensi tertentu.21
Pendidik harus mampu menciptakan pembelajaran yang dapat mendorong peserta didik
bukan saja menikmati proses pembelajaran, tetapi perserta didik dapat melakukan aktualisasi diri
dalam pembelajaran. Antusiasme peserta didik dalam pembelajaran ditandai dengan keberanian dalam
mengeksplor kemampuan dan keterampilannya secara efektif. Pendidik harus mampu menghadirkan
pengalaman belajar yang ideal bagi setiap peserta didik.
21
Suyanto & Asep Jihad, 82-83.
46
JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN
SHIFTKEY 2015
Dave Maier (1990:103) menawarkan pola SIKLUS empat tahap dalam pengembangan
strategi pembelajaran. Secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Persiapan (preparation)
Apapun pekerjaan yang dilakukan seseorang, termasuk dalam proses belajar mengajar, amat
ditentukan oleh sejumlah mana persiapan yang dilakukannya terencana dan tersusun dengan baik dan
realistis. Pada hakekatnya, tahap persiapan bertujuan untuk menimbulkan minat para siswa, memberi
perasaan positif mengenai pengalamn belajar yang akan disajikan, serta menempatkan mereka dalam
situasi optimal untuk belajar.
b. Penyampaian (presentation)
Tahap penyampaian dilakukan dengan tujuan membantu siswa memperoleh materi belajar
yang baru dengan cara menarik, menyenangkan, relevan, dan melibatkan sebanyak mungkin
pancaindra. Ada beberapa yang perlu diperhatikan pendidik saat mengajak siswa untuk terlibat penuh
dalam proses pembelajaran, yakni:
i. Pendidik sebagai fasilitator. Sebagai fasilitator, pendidik sebaiknya mampu menimbulkan
minat, menggugah rasa ingin tahu siswa, dan memicu agar proses pembelajaran berlangsung
dengan baik dan menyenangkan.
ii. Pendidik sebagai pembelajar, yang membuat siswa bisa belajar. Dalam teknik ini, pendidik
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menciptakan makna dan nilai penting bagi dirinya
terhadap semua materi ajar, dengan cara mendorong mereka menciptakan sesuatu, saat
berlangsungnya presentasi.
iii. Pendidik sebagai pelatih. Kegiatan ini dilakukan dengan asumsi bahwa dalam beberapa hal,
para siswa telah memiliki informasi dan keterampilan baru sebelum mengikuti presentasi resmi
dari pendidik. Mungkin pula dari materi atau kompetensi yang akan disajikan merupakan
pengulangan pengalaman sehari-hari para siswa.
c. Praktik (practice).
Tahap pelatihan merupakan intisari dari proses pembelajaran karena pada tahap ini siswa
dapat menggali dan memahami pengetahuan yang mereka dapatkan. Peranan pendidik pada tahap ini
adalah memprakarsai proses belajar-mengajar dengan cara mengajak siswa untuk berpikir, berkata,
dan berbuat. Selanjutnya, pendidik memberi kesempatan kepada siswa untuk menentukan arah
pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai.
d. Penampilan hasil belajar (performance).
Tahap penampilan hasil merupakan tahap terakhir dalam siklus pembelajaran. Tahap ini
bertujuan untuk memastikan bahwa kegiatan pembelajaran tetap berjalan dan berhasil diterapkan.
Pembelajaran yang efektif selalu ditandai dengan dilibatkannya peserta didik dalam mengembangkan
potensi yang dimilikinya. Pendidik sebagai perancang strategi dalam pembelajaran harus
memperhatikan potensi dan karakteristik peserta didik sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran secara aktif sangat dipengaruhi strategi yang
dibuat oleh pendidik. Pendidik yang benar selalu memperhatikan dan mengembangkan strategi dalam
pembelajaran.
3. Pengembangan Materi Ajar
Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai komponen yang saling
terkait. Materi ajar merupakan salah satu komponen penting dalam pembelajaran. Dalam PP Nomor
47
JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN
SHIFTKEY 2015
19 Tahun 2005 Pasal 20, diisyaratkan bahwa pendidik diharapkan mengembangkan materi
pembelajaran dan dipertegas melalui Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses,
antara lain mengatur tentang perencanaan proses pembelajaran. Kemampuan pendidik dalam
mengembangkan materi pembelajaran juga diatur dalam lampiran Permendiknas Nomor 16 Tahun
2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Pendidik. Pendidik wajib memiliki
kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional yang memiliki kaitan dengan kemampuan pendidik
dalam mengembangkan sumber belajar dan materi pembelajaran. Keberhasilan pembelajaran salah
satu faktor penentunya adalah kemampuan pendidik dalam mempersiapkan, merancang, dan
mengembangkan materi pembelajaran.
Materi ajar merupakan “guidance for learning” bagi pendidik dan siswa dalam proses
pembelajaran. Proses pembelajaran tidak akan dapat berjalan dengan baik, jika pendidik tidak
mempersiapkan materi ajar. Pepatah mengatakan “setengah dari tujuan dalam pembelajaran sudah
tercapai karena tersedianya materi ajar”, artinya materi ajar memiliki peran penting dalam proses
pembelajaran. Pendidik yang benar selalu memperhatikan dan mengembangkan materi pembelajaran
siswa.
Pengembangan materi ajar dapat dijadikan sarana bagi pendidik dan peserta didik untuk
meningkatkan kualitas/kemampuan dalam memanfaatkan media pembelajaran. Berbagai sumber
pengetahuan dapat dijadikan rujukan oleh pendidik dalam menyusun materi ajar. Dalam
pengembangan materi ajar, pendidik harus memperhatikan setiap perkembangan yang terjadi; baik
perkembangan ilmu pengetahuan maupun teknologi. Proses pembelajaran terselenggara dengan
menarik, efektif, dan menyenangkan bagi peserta didik sangat dipengaruhi oleh kualitas intelektual
pendidik. Pendidik yang benar selalu berusaha meningkatkan kualitas intelektualnya. Artinya dengan
kemampuan yang memadai, pendidik akan lebih mudah merancang dan mengembangkan materi ajar
yang berkualitas sehingga proses pembelajaran menjadi sebuah pengalaman yang menarik bagi peserta
didik.
Pengembangan materi pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik secara khusus harus
memperhatikan tujuan pembelajaran dan karakteristik peserta didik. Kualitas yang dimiliki pendidik
sangat berpengaruh terhadap kinerja dan hasilnya secara khusus dalam mengembangkan materi
pembelajaran. Rusman22 berpendapat tentang kualitas kinerja pendidik, salah satunya sebagai
pengembang kurikulum (pandangan klasik kurikulum diartikan sekumpulan mata pelajaran yang
diberikan kepada anak didik) di sekolah.
Beberapa kegiatan pendidik dalam upaya mengembangkan kurikulum di sekolah, meliputi
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kurikulum. Pada dasarnya kegiatan merencanakan
dapat meliputi penentuan tujuan pengajaran, penentuan bahan pelajaran, penentuan alat dan metode
pembelajaran, dan perencanaan penilaian pembelajaran. Dalam merencanakan proses pembelajaran,
langkah selanjutnya adalah menetapkan bahan pelajaran yang mencakup tiga komponen, yaitu ilmu
pengetahuan, proses, dan nilai-nilai. Dalam menentukan bahan pelajaran bukan pekerjaan yang
mudah, tetapi pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi serius, karena bahan pelajaran harus
disesuaikan dengan perkembangan sosial di samping perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Bahan ajar yang akan disajikan kepada peserta didik harus dirancang dan diorganisir dengan baik.
Dryden dan Vos (2003) dalam Suyanto memaparkan pengembangan materi pembelajaran
berdasarkan empat tingkatan kurikulum pendidikan dengan menekankan pada citra diri dan
pengembangan pribadi, pelatihan keterampilan hidup, belajar tentang cara belajar dan berpikir, serta
kemampuan akademik, fisik, dan artistik yang spesifik. Secara singkat empat tingkat usulan Dryden
dan Vos antara lain:
22
Rusman, Manajemen Kurikulum (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), 332-333.
48
JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN
SHIFTKEY 2015
i.
Citra diri harus dikembangkan dalam perspektif dan fungsi manusia sebagai makhluk Tuhan,
individu mandiri, dan makhluk sosial, serta sebagai unsur produksi. Sebagai individu, pendidik
(juga siswa) harus dapat mengenali diri, menemukan jati diri, memahami kekurangan dan
kelemahan dalam rangkan membangun karakter dan mengembangkan potensi diri untuk terus
berkarya. Sebagai mahkluk sosial, pendidik harus memahami nilai-nilai sosial, menghargai
perbedaan dengan menerima pluralitas dalam kehidupan, dan sentiasa termotivasi untuk
berkarya dalam kehidupan sosial. Dengan kata lain, kita telah mampu membuat diri kita
menjadi manusia yang disebut oleh Covey (1994) sebagai manusia efektif.
ii. Keterampilan hidup secara sempit diartikan keterampilan praktis yang berkaitan dengan dunia
kerja (kecakapan vokasional) dan secara luas sering diartikan sebagai kecakapan hidup.
Depdiknas (2003) mendefinisikan kecakapan hidup adalah seperangkat kecakapan yang dimiliki
oleh seseorang agar berani menghadapi permasalahan hidup dan kehidupan secara wajar, tanpa
merasa tertekan; kemudian secara mandiri, proaktif, dan kreatif mencari dan menemukan jalan
keluar atau solusi sehingga akhirnya mampu mengatasi permasalahan hidup dan kehidupan.
iii. Belajar tentang bagaimana cara belajar dan berpikir. Keduanya termasuk hal yang paling
mendasar yang harus diberikan kepada siswa. Harapannya, mereka memahami berbagai
pengetahuan perihal otak dan kecerdasan, serta teknik-teknik untuk melatih kemampuan
berpikir efektif.
iv. Kemampuan akademik, fisik, dan artistik yang spesifik lebih menekankan pada aspek materi
pembelajaran yang bersifat praktis untuk menguasai eksperimen dan pelaksanaan pembelajaran
dengan tujuan agar siswa dapat meningkatkan kemampuan belajar untuk menguasai
kecakapan/keahlian yang lebih tinggi, meningkatkan motivasi dan konsep diri.
Pengembangan materi pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik harus memperhatikan
berbagai aspek pengembangan peserta didik. Oleh karena pendidikan merupakan tindakan yang
terencana, maka pendidik harus mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan peserta didik dalam
proses pembelajaran. Kompetensi yang dimiliki oleh pendidik sangat berpengaruh terhadap
pengembangan materi pembelajaran. Pengembangan materi pembelajaran yang dilakukan oleh
pendidik sangat menguntungkan kedua belah pihak, pendidik dan peserta didik.
4. Pengembangan Media Pembelajaran
Perkembangan teknologi dewasa ini memberi warna tersendiri dalam dunia pendidikan.
Terjadi pergeseran paradigma dalam dunia pendidikan disebabkan oleh perkembangan teknologi yang
sedemikian pesat. Pendidik tidak lagi disebut sebagai sumber utama ilmu pengetahuan bagi peserta
didik karena peserta didik dapat memperoleh pengetahuan di luar pendidik. Peserta didik tidak lagi
dibatasi oleh ruang dan waktu untuk memperoleh informasi dan pengetahuan yang dibutuhkan.
Pendidik merupakan komponen inti dalam pembelajaran, artinya proses pembelajaran akan
berjalan dengan efektif sangat bergantung pada pendidik sebagai sumber belajar. Sekalipun pendidik
tidak lagi sebagai agen satu-satunya pengetahuan bagi peserta didik bukan berarti kehadiran pendidik
dalam kelas tidak penting. Proses pembelajaran tidak akan berjalan dengan baik apabila tanpa
kehadiran pendidik. Oleh karena pendidik sebagai subyek penting dalam pembelajaran, maka pendidik
wajib merancang pembelajaran dengan memanfaatkan berbagai media sesuai dengan kebutuhan
supaya proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik.
Media pembelajaran merupakan salah satu komponen dalam menunjang keberhasilan
pembelajaran. Secara prinsip media pembelajaran digunakan dengan tujuan untuk menolong peserta
didik lebih mudah memahami materi pembelajaran. Media pembelajaran merupakan salah satu sarana
komunikasi dan penyampai pesan pendidik kepada peserta didik. Penggunaan media dalam proses
49
JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN
SHIFTKEY 2015
pembelajaran sangat membantu pendidik dan peserta didik, baik sebagai penyampai maupun penerima
pesan melalui media.
Dalam rangka memperlancar pencapaian tujuan pelaksanaan pendidikan di sekolah,
diperlukan sebuah media perantara yang dapat difungsikan untuk menyalurkan pesan, merangsang
pikiran, perasaan, dan kemauan siswa. Media perantara ini tidak lain adalah media pembelajaran.
Penggunaan media secara kreatif akan memungkinkan siswa untuk belajar lebih baik dan dapat
meningkatkan penampilan mereka sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.23 Supaya efektif dan
bermanfaat dalam penggunaan media pembelajaran, ada prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh
pendidik, diantaranya: media yang digunakan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran, disesuaikan
dengan materi pelajaran, disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik, efektif dan
efisien, dan sesuai dengan kompetensi pendidik.
Edgar Dale dalam Wina Sanjaya24 melukiskan peran media dalam proses mendapatkan
pengalaman belajar bagi siswa dalam sebuah kerucut yang dinamakan kerucut pengalaman (cone of
experience), seperti dalam gambar. Kerucut Edgar Dale saat ini dipakai secara luas untuk menentukan
alat bantu atau media apa yang sesuai agar siswa memperoleh pengalaman belajar secara mudah.
Kerucut pengalaman Edgar Dale memberikan pengalaman belajar yang diperoleh siswa dapat melalui
perbuatan atau mengalami sendiri apa yang dipelajari, proses mengamati dan mendengarkan melalui
media tertentu dan proses mendengarkan melalui bahasa.
We tend remember
10% of what we read
20 % of what we hear
30% ot what we see
We tend remember
Reading
Verbal receiving
Hearing ward
PASSIVE
Looking at pictures
Vicual receiving
Waching at at movie
50% ot what we hear
Waching at an exhibits
and see
Waching a demonstration
Seeing it done on location
Receiving and
70% of what we say
Participation in a discussion
participating
Giving a talk
ACTIVE
90% of what we
Performance dramatic presentation, simulation
say and do
Doing the real thing
Doing
Gambar Kerucut Pengalaman Edgar Dale
Apabila memperhatikan kerucut pengalaman yang dikemukakan Edgar Dale, maka dapat disimpulkan
bahwa pengetahuan itu dapat diperoleh melalui pengalaman langsung dan pengalaman tidak langsung.
Semakin langsung obyek yang dipelajari, maka semakin konkret pengetahuan diperoleh; semakin
tidak langsung pengetahuan itu diperoleh, maka semakin abstrak pengetahuan siswa.
Memperhatikan kerangka pengetahuan ini, maka kedudukan komponen media pengajaran
dalam sistem proses belajar mengajar mempunyai fungsi yang sangat penting. Sebab, tidak semua
pengalaman belajar dapat diperoleh secara langsung. Dalam keadaan ini media dapat digunakan agar
lebih memberikan pengetahuan yang konkret dan tepat serta mudah dipahami. Kemp dan Dayton
dalam Rusman menjelaskan kontribusi media dalam pembelajaran, antara lain: (1) penyampaian pesan
pembelajaran dapat lebih terstandar; (2) pembelajaran dapat lebih menarik; (3) pembelajaran menjadi
23
Suyanto, 107.
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sitem Pembelajaran (Jakarta: Prenada Media
Group, 2013), 199-204.
24
50
JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN
SHIFTKEY 2015
lebih interaktif dengan menerapkan teori belajar; (4) waktu pelaksanaan pembelajaran dapat
diperpendek; (5) kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan; (6) proses pembelajaran dapat berlangsung
kapan pun dan dimana pun diperlukan; (7) sikap siswa terhadap materi pembelajaran serta proses
pembelajaran dapat ditingkatkan; (8) peran pendidik berubah ke arah yang positif. 25
Secara prinsip, penggunaan media dalam pembelajaran akan memberikan pengalaman
kepada peserta didik bahwa belajar dapat dilakukan dengan berbagai cara. Pembelajaran yang
berkualitas dan efektif tidak pernah dilakukan dengan mengabaikan media. Media merupakan alat
yang berfungsi sebagai jembatan penyampai pesan dari pendidik kepada peserta didik. Kedudukan
media dalam pembelajaran sangat penting dan menentukan. Penggunaan media dalam pembelajaran
akan membantu pendidik dalam mencapai tujuan pembelajaran.
5. Pengembangan Metode Pembelajaran
Metode merupakan salah satu komponen dalam pembelajaran. Penggunaan metode dalam
proses pembelajaran dapat membantu pendidik maupun peserta didik dalam mencapai tujuan
instruksional. Penggunaan metode dalam pembelajaran harus disesuaikan dengan kebutuhan (materi
dan karakter peserta didik). Pemakaian metode secara tepat dalam pembelajaran akan memberi
motivasi tersendiri bagi peserta didik untuk belajar. Peserta didik akan lebih mampu menyerap
pengertian yang disampaikan oleh pendidik, apabila pendidik mampu menghadirkan metode yang
relevan dengan materi ajar. Metode turut serta menentukan ketercapaian tujuan pembelajaran.
Penggunaan metode dalam proses pembelajaran tidak dapat diabaikan oleh pendidik jika tujuan
pembelajaran ingin dicapai.
Ada banyak bentuk metode yang dapat dipakai oleh pendidik dalam proses pembelajaran.
Setiap metode dapat dikembangkan oleh pendidik sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Jamil
berpendapat, bahwa metode merupakan prinsip dasar sebuah cara kerja yang secara teknis dapat
dikembangkan untuk pelaksanaan pembelajaran di kelas.26 Pengembangan metode dalam
pembelajaran dapat dilakukan dengan memperhatikan:
i. Tujuan Pembelajaran, faktor utama yang harus diperhatikan oleh pendidik dalam menentukan
metode adalah tujuan pembelajaran. Metode merupakan salah satu komponen penting dalam
strategi pembelajaran.Semua metode yang dirancang dalam proses pembelajaran harus
diarahkan pada tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran yang ditetapkan akan memotivasi
pendidik untuk merancang dan mengembangkan metode secara tepat.
ii. Materi Ajar, tidak semua metode dapat digunakan oleh pendidik dalam setiap proses
pembelajaran. Penggunaan metode pembelajaran harus memperhatikan setiap materi
pembelajaran yang disajikan. Kesesuaian antara materi dan metode akan menolong peserta didik
memperoleh pengalaman belajar yang menarik, baik secara praktis maupun teoritis. Pada
umumnya, pendidik hanya menggunakan metode tertentu yang biasa digunakan tanpa
memperhatikan materi, sebagai akibat, peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang
membosankan. Kualitas pembelajaran akan tercipta apabila pendidik mampu menggunakan
metode sesuai dengan materi pembelajaran.
iii. Keunikan Peserta Didik, setiap peserta didik memiliki keunikan masing-masing. Pendidik harus
memperhatikan keunikan yang ada dalam diri peserta didik. Metode yang digunakan harus
mampu membangkitkan motivasi belajar peserta didik. Pendidik harus mampu menghadirkan
metode yang dapat mengakomodasi keunikan peserta didik. Mengembangkan dan
25
Rusman, 154.
Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran (Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2013),
26
157.
51
JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN
iv.
SHIFTKEY 2015
mengiplementasikan metode dalam pembelajaran jauh lebih penting dari sekedar pendidik tahu
tentang metode.
Kemampuan Pendidik, metode digunakan untuk menolong pendidik dalam proses
pembelajaran. Meskipun demikian, tidak semua pendidik dapat merancang dan
mengembangkan metode secara tepat sesuai dengan materi. Pengembangan metode secara
kreatif sangat dipengaruhi oleh kemampuan yang dimiliki pendidik. Variasi metode
pembelajaran yang dikembangkan pendidik berbanding lurus dengan kemampuan pendidik.
Pendidik seringkali mengalami kesulitan karena kurang tepat dalam memilih dan menggunakan
metode. Kesesuaian antara metode dan materi pembelajaran akan memudahkan peserta didik
dalam belajar. Pendidik harus mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai metode
dalam pembelajaran dengan harapan bahwa seluruh proses pembelajaran diarahkan pada tujuan.
D. KESIMPULAN
Pendidik profesional bukan saja berupaya meningkatkan kualitas diri tetapi juga berusaha
menjaga kualitas pengajaran demi tercapainya tujuan pembelajaran. Pendidik merupakan subyek
penting dalam proses pembelajaran. Orientasi utama pengembangan diri adalah peningkatan
kompetensi, dan kinerja dengan sasaran perbaikan mutu, khususnya mutu pembelajaran. Kurikulum
yang baik tidak akan berarti apabila tidak ditopang oleh pendidik yang berkualitas. Pendidik harus
mampu menciptakan pembelajaran yang dapat mendorong peserta didik bukan saja menikmati proses
pembelajaran, tetapi perserta didik dapat melakukan aktualisasi diri dalam pembelajaran. Antusiasme
peserta didik dalam pembelajaran ditandai dengan keberanian dalam mengeksplor kemampuan dan
keterampilannya secara efektif. Pendidik harus mampu menghadirkan pengalaman belajar yang ideal
bagi setiap peserta didik.
52
JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN
SHIFTKEY 2015
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Daeng. Panduan Menjadi Pendidik Profesional. Bandung: CV. Nuansa Aulia, 2013.
Suprihatiningrum, Jamil. Strategi Pembelajaran. Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2013.
Kunandar. Pendidik Profesional. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007.
Yamin, Martinis Yamin. profesionalisasi Pendidik & Implementasi KTSP. Jakarta: GP Press Group,
2013.
Yahya, Murip. Profesi Tenaga Kependidikan. Bandung: Pustaka Setia., 2013.
Rusman. Manajemen Kurikulum. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012.
Sidjabat. Menjadi Pendidik Profesional. Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1994.
Danim, Sudarwan Danim. Profesionalisasi dan Etika Profesi Pendidik. Bandung: ALFABETA, 2013.
Sugiyono. Metode Penelitian Manajemen. Yogyakarta: Alfabeta, 2014.
Suyando, Asep Jihad. Menjadi Pendidik Profesional: Strategi Meningkatkan Kualifikasi dan Kualitas
Pendidik Di Era Global. Jakarta: Grapprint, 2013.
Sanjaya, Wina. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Media Group, 2000.
________. Perencanaan dan Desain Sitem Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Group, 2013.
53
Download