Modul Teori Kepribadian Kontemporer

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Psikologi Kepribadian
Kontemporer
Teori Psikologi Kepribadian dari
Beragam Ilmuwan Terkemuka di
Bidang Psikologi
Fakultas
Program Studi
Psikologi
Psikologi
Tatap Muka
03
Kode MK
Disusun Oleh
MK61098
Hanifah, M.Psi, Psikolog
Abstract
Kompetensi
Bidang Psikologi yang perlu dikuasai
oleh mahasiswa Psikologi tingkat S1
sebagai bekal untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
dalam bidang Psikologi
Mahasiswa memahami teori dan konsep
utama dalam bidang Psikologi,
memahami dinamika psikologis di
dalam diri setiap individu, memahami
pertumbuhan dan perkembangan
psikologis individu serta konsep
psikopatologi maupun psikoterapi
Cognitive Social Learning Psychology
(Albert Bandura, Julian B Rotter, Walter Mischel, Kurt Lewin)
Cognitive Social Learning Psychology
Teoretikus dari pembelajaran sosial telah mengobservasi bahwa kompleksitas dari
perilaku manusia tidaklah mudah untuk dijelaskan dengan teori-teori tingkah laku yang
bersifat tradisional. Bandura mengakui bahwa manusia mempelajari banyak hal dengan
memperhatikan orang lain dan melihat setiap penghargaan atau hadiah dan hukuman yang
diterima oleh setiap manusia. Teoretikus dari pembelajaran sosial tidak menyangkal adanya
pengaruh dari reinforcement (penguatan) dan hukuman, namun para teoretikus tersebut
memberikan usulan bahwa hal tersebut dapat dijadikan pengalaman melalui observasi dan
meskipun tidak secara langsung, pengalaman pribadi dari Skinner dapat diperdebatkan.
Sebagai tambahan, pembelajaran observasional memerlukan kognisi, sesuatu yang
dianggap oleh tokoh behavioris radikal bahwa hal itu berada di luar bidang penelitian
psikologis, ketika kognisi tidak dapat diobservasi. Bandura menggunakan perspektif teori
yang lebih luas dalam pembelajaran sosial, sedangkan Lewin menekankan pada setiap
pribadi manusia selalu ada dalam lingkungannya dan tidak bisa dilepaskan dari
lingkungannya. Rotter dan Mischel lebih fokus pada aspek kognitif yang lebih spesifik dari
pembelajaran sosial dan tingkah laku.
Albert Bandura
Biografi Albert Bandura
Albert Bandura lahir pada tahun 1925, di sebuah kota kecil di Mundare, Kanada.
Kedua orangtuanya berimigrasi Eropa Timur (Ayahnya berasal dari Polandia dan ibunya
berasal dari Ukraina) dan menyimpan cukup uang untuk membeli sebuah ladang pertanian.
Pada masa sekolah, Bandura mengenyam pendidikan di salah satu sekolah kecil di kota,
yang kekurangan guru dan sumber daya akademiknya. Bandura mengikuti keberanian dari
orang tuanya, dimana ia memiliki beragam pengalaman di masa muda. Ia pernah bekerja di
pabrik furniture dan melakukan pemeliharaan pada jalan raya Trans-Alaska. Pekerjaan
lainnya, secara spesifik, yang memperkenalkan Bandura dengan berbagai hal yang tidak
biasa dari setiap individu dan menampilkan perspektif yang unik mengenai psikopatologi
dalam kehidupan sehari-hari.
Pada awalnya, Bandura memilih jurusan Biologi di Universitas Kolombia, namun
ketika ia mengikuti salah satu kelas lainnya yang memperkenalkan mata kuliah Psikologi, ia
merasa tertarik dan menikmati pelajaran tersebut dan pada akhirnya ia mengubah jurusan
kuliahnya menjadi Psikologi. Bandura memperoleh gelar sarjananya pada tahun 1949
2016
2
Teori Kepribadian Kontemporer
Hanifah, M.Psi, Psikolog
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
kemudian melanjutkan perkuliahan pasca sarjana di Universitas Iowa. Bandura memiliki
ketertarikan pada konsep yang dibuat oleh Dollard dan Miller mengenai modeling dan
imitation. Selanjutnya, Bandura memperoleh gelar Doktor dalam Psikologi klinis pada tahun
1952. Selama masa karirnya yang panjang dan produktif, Bandura semakin tertarik dengan
peran yang dimainkan oleh kognisi di dalam pembelajaran sosial, akhirnya ia menamakan
teorinya untuk merefleksikan perspektif kognitif sosial pada pembelajaran oleh manusia.
Teori awal mempertimbangkan bahwa perilaku merupakan fungsi dari individu dan
lingkungannya atau fungsi dari adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya.
Bandura percaya bahwa perilaku seseorang berpengaruh terhadap keduanya baik individu
itu sendiri dan lingkungan, karena salah satunya dapat memengaruhi perilaku dan
sebaliknya. Hasilnya adalah adanya interaksi (pengaruh timbale balik) yang kompleks dari
faktor-faktor yang diketahui sebagai reciprocal determinism. Bandura merupakan tokoh yang
paling dikenal dalam bidang teori pembelajaran sosial, meskipun pada kenyataannya
Dollard dan Miller telah membangun teori tersebut serta Rotter yang memulai untuk
menentukan bahwa pembelajaran kognitif sosial beberapa tahun sebelum Bandura.
Walaupun demikian, penelitian yang dilakukan oleh Bandura memiliki dampak yang luar
biasa dan pengaruhnya dalam modeling pada perilaku agresif.
Konstruk Dasar dalam Teori Pembelajaran Sosial Albert Bandura
Sistem Diri (Self System)
Tidak seperti Skinner yang teorinya tidak memiliki konstruk-diri, Bandura yakin
bahwa pengaruh yang ditimbulkan oleh self sebagai salah satu determinan tingkah laku
tidak dapat dihilangkan tanpa membahayakan penjelasan & kekuatan peramalan. Dengan
kata lain, self diakui sebagai unsur struktur kepribadian. Sistem diri bukan unsur psikis yang
mengontrol tingkah laku, tetapi mengacu ke struktur kognitif yang memberi pedoman
mekanisme dan seperangkat fungsi-fungsi persepsi, evaluasi dan pengaturan tingkah laku.
Pengaruh sistem diri tidak otomatis atau mengatur tingkah laku secara otonom, tetapi sistem
diri menjadi bagian dari sistem interaksi resiprokal.
Regulasi diri
Manusia mempunyai kemampuan berfikir dan dengan kemampuan itu mereka
memanipulasi lingkungan, sehingga terjadi perubahan lingkungan akibat kegiatan manusia.
Menurut Bandura, akan terjadi strategi reaktif dan proaktif dalam regulasi diri. Strategi reaktif
dipakai untuk mencapai tujuan, namun ketika tujuan hampir tercapai strategi proaktif
menentukan tujuan baru yang lebih tinggi. Seseorang memotivasi dan membimbing tingkah
lakunya sendiri melalui strategi proaktif, menciptakan keseimbangan, agar dapat
memobilisasi kemampuan dan usahanya berdasarkan antisipasi apa saja yang dibutuhkan
2016
3
Teori Kepribadian Kontemporer
Hanifah, M.Psi, Psikolog
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
untuk mencapai tujuan. Ada tiga proses yang dapat dipakai untuk melakukan pengaturan
diri, yaitu memanipulasi faktor eksternal, memonitor dan mengevaluasi tingkah laku internal.
Tingkah laku manusia adalah hasil pengaruh resiprokal faktor eksternal dan faktor internal.
Faktor Eksternal dalam Regulasi Diri
Faktor eksternal memengaruhi regulasi diri dengan dua cara, pertama faktor
eksternal memberi standar untuk mengevaluasi tingkah laku. Faktor lingkungan berinteraksi
dengan pengaruh-pengaruh pribadi, membentuk standar evaluasi diri seorang. Melalui
orang tua dan guru anak-anak belajar baik-buruk, tingkah yang dikehendaki dan tidak
dikehendaki. Melalui pengalaman berinteraksi dengan lingkungan yang lebih luas, anak
kemudian mengembangkan standar yang dapat dipakai untuk menilai prestasi diri. Kedua,
faktor eksternal memengaruhi regulasi diri dalam bentuk penguatan (reinforcement). Hadiah
intrinsik tidak selalu memberi kepuasan, orang membutuhkan insentif yang berasal dari
lingkungan eksternal. Standar tingkah laku dan penguatan biasanya bekerja sama; ketika
orang dapat mencapai standar tingkah laku tertentu, perlu penguatan agar tingkah laku
semacam itu menjadi pilihan untuk dilakukan lagi.
Faktor Internal dalam Regulasi Diri
Faktor eksternal berinteraksi dengan faktor internal dalam pengaturan diri sendiri.
Bandura mengemukakan tiga bentuk pengaruh internal, antara lain :
1. Observasi diri (self observation) : dilakukan berdasarkan faktor kualitas penampilan,
kuantitas penampilan, orisinalitas tingkah laku diri dan seterusnya. Individu harus
mampu memonitor performansinya, walaupun tidak sempurna karena cenderung
memilih beberapa aspek dari tingkah lakunya dan mengabaikan tingkah laku lainnya.
Apa yang diobservasi seseorang tergantung kepada minat dan konsep dirinya
2. Proses penilaian atau mengadili tingkah laku (judgmental process) : melihat kesesuaian
tingkah laku dengan standar pribadi, membandingkan tingkah laku dengan norma
standar atau dengan tingkah laku orang lain, menilai berdasarkan pentingnya suatu
aktivitas dan memberi atribusi performansi
3. Reaksi – diri – afektif (self response) : akhirnya berdasarkan pengamatan dan penilaian
itu, individu mengevaluasi diri sendiri positif atau negatif dan kemudian menghadiahi
atau menghukum diri sendiri. Bisa jadi tidak muncul reaksi afektif, karena fungsi kognitif
membuat keseimbangan yang memengaruhi evaluasi positif atau negatif menjadi kurang
bermakna secara individual
2016
4
Teori Kepribadian Kontemporer
Hanifah, M.Psi, Psikolog
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Efikasi Diri (self effiction)
Bagaimana
seseorang bertingkah laku dalam situasi tertentu tergantung pada
resiprokal antara lingkungan dengan kondisi kognitif, khususnya faktor kognitif yang
berhubungan dengan keyakinannya bahwa dia mampu atau tidak mampu melakukan
tindakan yang memuaskan. Bandura menyebut keyakinan atau harapan diri ini sebagai
efikasi diri dan harapan hasilnya disebut ekspektasi hasil.
1. Efikasi diri atau efikasi ekspektasi (self effiction – efficacy expectation) adalah persepsi
diri sendiri mengenai seberapa bagus diri dapat berfungsi dalam situasi tertentu. Efikasi
diri berhubungan dengan keyakinan bahwa diri memiliki kemampuan melakukan
tindakan yang diharapkan
2. Ekspektasi hasil (outcome expectations) : perkiraan atau estimasi diri bahwa tingkah
laku yang dilakukan diri akan mencapai hasil tertentu
Efikasi adalah penilaian diri, apakah dapat melakukan tindakan yang baik atau buruk,
tepat atau salah, bisa atau tidak bisa mengerjakan sesuai dengan yang dipersyaratkan.
Efikasi ini berbeda dengan aspirasi (cita-cita), karena cita-cita menggambarkan sesuatu
yang ideal yang seharusnya (dapat dicapai), sedangkan efikasi menggambarkan penilaian
kemampuan diri. Seorang dokter ahli bedah, pasti mempunyai ekspektasi efikasi yang tinggi,
bahwa dirinya mampu melaksanakan operasi tumor sesuai dengan standar profesional.
Namun ekspektasi hasilnya bisa rendah, karena hasil operasi itu sangat tergantung kepada
daya tahan jantung pasien, kemurnian obat antibiotik sterilisasi, infeksi dan sebagainya.
Seseorang bisa memiliki ekspektasi hasil yang realistik (apa yang diharapkan sesuai dengan
kenyataan hasilnya) atau sebaliknya ekspektasi hasilnya tidak realistik (mengharap terlalu
tinggi dari hasil nyata yang dapat dicapai). Seseorang yang ekspektasi efikasinya tinggi
(percaya bahwa dia dapat mengerjakan sesuai dengan tuntutan situasi) dan harapan
hasilnya realistik (memperkirakan hasil sesuai dengan kemampuan diri), orang itu akan
bekerja keras dan bertahan mengerjakan tugas sampai selesai.
Sumber Efikasi Diri
Perubahan tingkah laku, dalam sistem Bandura kuncinya adalah perubahan
ekspektasi efikasi (efikasi diri). Efikasi diri atau keyakinan kebisaan diri itu dapat diperoleh,
diubah, ditingkatkan atau diturunkan, melalui salah satu atau kombinasi empat sumber,
yakni pengalaman menguasai sesuatu prestasi (performance accomplishment), pengalaman
vikarius (vicarius experince), persuasi sosial (social persuation) dan pembangkitan emosi
(emotional / physiological states)
2016
5
Teori Kepribadian Kontemporer
Hanifah, M.Psi, Psikolog
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Efikasi Diri sebagai Prediktor Tingkah Laku
Menurut Bandura, sumber pengontrol tingkah laku adalah resiprokal antara
llingkungan, tingkah laku, dan pribadi. Efikasi diri merupakan variabel pribadi yang penting,
yang kalau digabung dengan tujuan tujuan spesifik dan pemahaman mengenai prestasi,
akan menjadi penentu tingkah laku mendatang yang penting. Berbeda dengan konsep-diri
(Rogers) yang bersifat kesatuan umum, efikasi diri bersifat fragmental. Setiap individu
mempunyai efikasi diri yang berbeda-beda pada situasi yang berbeda, tergantung kepada :
1. Kemampuan yang dituntut oleh situasi yang berbeda itu
2. Kehadiran orang lain, khususnya saingan dalam situasi itu
3. Keadaan fisiologis dan emosional; kelelahan, kecemasan, apatis, murung
DINAMIKA KEPRIBADIAN
Menurut Bandura, motivasi adalah konstruk kognitif yang mempunyai dua sumber,
gambaran hasil pada masa yang akan datang (yang dapat menimbulkan motivasi tingkah
laku saat ini) dan harapan keberhasilan didasarkan pada pengalaman menetapkan dan
mencapai tujuan-tujuan antara. Dengan kata lain, harapan mendapat reinforsmen pada
masa yang akan datang memotivasi seseorang untuk bertingkah laku tertentu. Menetapkan
tujuan atau tingkat performansi yang diinginkan dan kemudian mengevaluasi performansi
dirinya, seseorang akan termotivasi untuk bertindak pada tingkat tertentu. Anak yang lemah
dalam matematika, tampak meningkat performansinya ketika mereka menetapkan dan
berusaha mencapai serangkaian tujuan yang berurutan yang memungkinkan evaluasi diri
segera daripada menetapkan tujuan yang jauh dan membutuhkan waktu lama mencapainya.
Jadi, terus menerus mengamati, memikirkan, dan menilai tingkah laku diri, akan memberi
insentif-diri sehingga bertahan dalam berusaha mencapai standar yang telah ditentukan.
Bandura setuju bahwa penguatan menjadi penyebab belajar. Namun seseorang juga dapat
belajar dengan penguat yang diwakilkan (vicarious reinforcement), penguat yang ditunda
(expectation reinforcement) atau bahkan tanpa penguat (beyond reinforcement):
1. Penguatan Vikarius (vicarious reinforcement): mengamati orang lain yang mendapat
penguatan, membuat orang ikut puas dan berusaha belajar gigih agar menjadi seperti
orang itu.
2. Penguatan yang ditunda (expectation reinforcement): orang terus menerus berbuat
tanpa mendapat penguatan, karena yakin akan mendapat penguatan yang sangat
memuaskan pada masa yang akan dating.
3. Tanpa penguatan (beyond reinforcement): belajar tanpa ada reinforsemen sama sekali,
mirip dengan konsep otonomi fungsional dari Allport
2016
6
Teori Kepribadian Kontemporer
Hanifah, M.Psi, Psikolog
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Ekspektasi penguatan dapat dikembangkan dengan mengenali dampak dari tingkah
laku ; pengamatan terhadap praktek mengganjar dan menghukum tingkah lakunya sendiri.
Seseorang dapat mengganjar dan menghukum tingkah laku sendiri dengan menerima diri
atau atau mengkritik diri. Penerimaan dan kritik diri ini sangat besar perannya dalam
membimbing tingkah laku, sehingga tingkah laku orang menjadi tetap (konsisten), tidak terus
menerus berubah akibat adanya perubahan social. Pada penelitian ditemukan, anak-anak
yang diganjar dan dipuji untuk pencapaian yang relatif rendah akan tumbuh dan
mengembangkan self-reward yang murah dibanding anak yang standar pencapaiannya
tinggi. Begitu pula anak yang mengamati model yang diganjar pada standar pencapaian
yang rendah akan menjadi orang dewasa yang murah dalam mengganjar diri sendiri
dibanding anak yang mengamati model dengan standar ganjaran tinggi.
PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
Belajar Melalui Observasi
Menurut Bandura, kebanyakan belajar terjadi tanpa reinforsmen yang nyata. Pada
penelitiannya, ternyata seseorang dapat mempelajari respon baru dengan melihat respon
orang lain, bahkan belajar tetap terjadi tanpa ikut melakukan hal yang dipelajari itu dan
model yang diamatinya juga tidak mendapat reinforsmen dan tingkah lakunya. Belajar
melalui observasi jauh lebih efisien dibanding belajar melalui pengalaman langsung. Melalui
observasi, seseorang dapat memperoleh respon yang tidak terhingga banyaknya, yang
mungkin diikuti dengan hubungan atau penguatan.
Peniruan (Modelling)
Inti dari belajar melalui observasi adalah modeling. Peniruan atau meniru
sesungguhnya tidak tepat untuk mengganti kata modeling, karena modeling bukan sekedar
menirukan atau mengulangi apa yang dilakukan orang model (orang lain), tetapi modeling
melibatkan penambahan dan atau pengurangan tingkah laku yang teramati, menggeneralisir
berbagai pengamatan sekaligus dan melibatkan proses kognitif.
Penelitian terhadap tiga kelompok anak taman kanak-kanak: Kelompok pertama
disuruh mengobservasi model orang dewasa yang bertingkah laku agresif, fisik dan verbal,
terhadap boneka karet. Kelompok kedua diminta mengobservasi model orang dewasa yang
duduk tenang tanpa menaruh perhatian terhadap boneka karet didekatnya. Kelompok ketiga
menjadi kelompok kontrol yang tidak ditugasi mengamati dua jenis model itu. Ketiga
kelompok anak itu kemudian dibuat mengalami frustrasi ringan dan setiap anak sendirian
ditempatkan di kamar yang ada boneka karet seperti yang dipakai penelitian. Ternyata
tingkah laku setiap kelompok cenderung mirip dengan tingkah laku model yang diamatinya.
2016
7
Teori Kepribadian Kontemporer
Hanifah, M.Psi, Psikolog
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Kelompok pertama bertingkah laku lebih agresif terhadap boneka dibanding kelompok lain.
Kelompok kedua sedikit lebih agresif dibanding kelompok kontrol.
Modeling Tingkah laku Baru
Melalui modeling seseorang dapat memperoleh tingkah laku baru. Ini dimungkinkan
karena adanya kemampuan kognitif. Stimuli berbentuk tingkah laku model ditransformasi
menjadi simbol verbal yang dapat diingat kembali suatu saat nanti. Ketrampilan kognitif yang
bersifat simbolik ini, membuat seseorang dapat mentransformasi apa yang dipelajarinya
atau menggabung-gabungkan apa yang diamatinya dalam berbagai situasi menjadi pola
tingkah laku baru.
Modeling Mengubah Tingkah laku Lama
Selain dampak mempelajari tingkah laku baru, modeling mempunyai dua macam
dampak terhadap tingkah laku lama. Pertama, tingkah laku model yang diterima secara
sosial dapat memperkuat respon yang sudah dimiliki pengamat. Kedua, tingkah laku model
yang tidak diterima secara sosial dapat memperkuat atau memperlemah pengamat untuk
melakukan tingkah laku yang tidak diterima secara sosial, tergantung apakah tingkah laku
model itu diganjar atau dihukum. Kalau tingkah laku yang tidak dikehendaki itu justru
diganjar, pengamat cenderung meniru tingkah laku itu, sebaliknya kalau tingkah laku yang
tidak dikehendaki itu dihukum, respon pengamat menjadi semakin lemah.
Modeling Simbolik
Dewasa ini sebagian besar modeling tingkah laku berbentuk simbolik. Film dan
televisi menyajikan contoh tingkah laku yang tak terhitung yang mungkin memengaruhi
pengamatnya. Sajian itu berpotensi sebagai sumber model tingkah laku.
Modeling Kondisioning
Modeling dapat digabung dengan kondisioning klasik menjadi kondisioning klasik
vikarius (vicarious classical conditioning). Modeling semacam ini banyak dipakai untuk
mempelajari respon emosional. Pengamat mengobservasi model tingkah laku emosional
yang mendapat penguatan. Muncul respon emosional yang sama di dalam diri pengamat,
dan respon itu ditujukan ke obyek yang ada didekatnya (kondisioning klasik) saat dia
mengamati model itu atau yang dianggap mempunyai hubungan dengan obyek yang
menjadi sasaran emosional model yang diamati. Emosi seksual yang timbul akibat
menonton film cabul dilampiaskan ke obyek yang ada di dekatnya saat itu (misalnya:
menjadi kasus pelecehan dan perkosaan anak).
2016
8
Teori Kepribadian Kontemporer
Hanifah, M.Psi, Psikolog
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Faktor-faktor Penting dalam Belajar Melalui Observasi
Mengamati orang lain melakukan sesuatu tidak tidak mesti berakibat belajar, karena
belajar melalui observasi memerlukan beberapa faktor atau prakondisi. Menurut Bandura,
ada empat proses yang penting agar belajar melalui observasi dapat terjadi, yakni:
1.
Perhatian (attention process): Sebelum meniru orang lain, perhatian harus diacuhkan
ke orang itu. Perhatian ini dipengaruhi oleh asosiasi pengamat dengan modelnya, sifat
model yang atraktif, dan arti penting tingkah laku yang diamati bagi si pengamat
2.
Representasi (representation process): tingkah laku yang akan ditiru, harus
disimbolisasikan dalam ingatan. Baik dalam bentuk verbal maupun dalam bentuk
gambaran/imajinasi. Representasi verbal memungkinkan orang mengevaluasi secara
verbal tingkah laku yang diamati dan menentukan mana yang dibuang dan mana yang
akan dicoba dilakukan. Representasi imajinasi memungkinkan dapat dilakukannya
latihan simbolik dalam fikiran, tanpa benar-benar melakukannya secara fisik
3.
Peniruan tingkah laku model (behavior production process): Sesudah mengamati
dengan penuh perhatian dan memasukkannya ke dalam ingatan, orang lalu bertingkah
laku. Mengubah dari gambaran fikiran menjadi tingkah laku menimbulkan kebutuhan
evaluasi; “Bagaimana melakukannya?” “Apa yang harus dikerjakan?” “Apakah sudah
benar?” Berkaitan dengan kebenaran, hasil belajar melalui observasi tidak dinilai
berdasarkan kemiripan respon dengan tingkah laku yang ditiru, tetapi lebih pada tujuan
belajar dan efikasi dari pebelajar.
4.
Motivasi dan penguatan (motivation and reinforcement process) : belajar melalui
pengamatan menjadi efektif kalau pebelajar memiliki motivasi yang tinggi untuk dapat
melakukan tingkah laku modelnya. Observasi mungkin memudahkan orang untuk
menguasai tingkah laku tertentu, tetapi kalau motivasi untuk itu tidak ada, tidak bakal
terjadi proses belajar. Imitasi lebih kuat terjadi pada tingkah laku model yang diganjar,
daripada tingah laku yang dihukum. Imitasi tetap terjadi walaupun model tidak diganjar,
sepanjang pengamat melihat model mendapat ciri-ciri positif yang menjadi tanda dari
gaya hidup yang berhasil, sehingga diyakini model umumnya akan diganjar, sepanjang
pengamat melihat model mendapat ciri-ciri positif yang menjadi tanda dari gaya hidup
yang berhasil, sehingga diyakini model umumnya akan diganjar.
Motivasi banyak ditentukan oleh kesesuaian antara karakteristik pribadi pengamat
dengan karakteristik modelnya. Ciri-ciri model seperti usia, status sosial, seks, kemarahan
dan kemampuan, penting dalam menentukan tingkat imitasi. Anak lebih senang meniru
model seusianya daripada model dewasa. Anak juga cenderung meniru model yang standar
prestasinya dalam jangkauannya, alih-alih model standarnya di luar jangkauannya. Anak
2016
9
Teori Kepribadian Kontemporer
Hanifah, M.Psi, Psikolog
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
yang sangat dependen cenderung mengimitasi model yang dependennya lebih ringan.
Imitasi juga dipengaruhi oleh interaksi antara ciri model dengan observernya. Anak
cenderung mengimitasi orang tuanya yang hangat dan terbuka, seorang gadis akan lebih
mengimitasi ibunya.
Julian B Rotter
Biografi Julian B Rotter
Julian Rotter lahir pada tahun 1916 di Brooklyn, New York. Putra dari seorang
imigran Yahudi yang sukses, dengan masa kanak-kanan yang dipenuhi dengan
kenyamanan. Selama masa depresi yang hebat, bagaimanapun bisnis keluarganya gagal
dan beberapa tahun kemudian keluarga Rotter terus berjuang untuk membangun kembali
usaha mereka. Pada masa inilah, perjuangan Rotter dipengaruhi oleh rasa keadilan sosial
yang mendalam, serta ketertarikan yang muncul dalam diri akibat dari berbagai situasi
lingkungan yang dialaminya. Rotter, semasa kecilnya merupakan seorang anak yang gemar
membaca meskipun sebagian besar yang dibacanya adalah berbagai novel yang ada di
perpustakaan lokal. Selain itu, Rotter juga membaca buku-buku Psikologi dan merasa
tertarik pada beberapa hasil karya dari Freud dan Adler. Selama duduk di bangku sekolah
menengah atas, Rotter menginterpretasikan mimpi-mimpi orang lain dan membuat tulisan
berdasarkan karya dari Freud yaitu Freud’s Psychopathology of Everday Life. Rotter
diterima di Brooklyn College, namun ia memilih ilmu kimia bukan Psikologi, karena dianggap
lebih memberikan peluang karir yang menjanjikan. Ketika lulus dari Brooklyn College, pada
kenyataannya Rotter lebih diakui dalam bidang Psikologi dibandingkan dengan ilmu kimia
yang dipilih sebagai jurusannya.
Rotter memperoleh gelar master di Universitas Iowa pada tahun 1938 dan memilih
praktek klinis di Worcester State Hospital di Massachusetts. Selanjutnya, Rotter
memperoleh gelar doktor dalam bidang Psikologi Klinis pada tahun 1941 dari Universitas
Indiana. Semasa Rotter berada di Ohio State University, ia mengembangkan ide-ide pada
teori pembelajaran sosial. Rotter dan George Kelly merupakan dua anggota Departemen
Psikologi yang terkemuka, mereka memiliki pengaruh yang kuat dalam bidang teori
pembelajaran kognitif dan sosial. Rotter telah menarik perhatian banyak lulusan mahasiswa
yang cerdas, termasuk salah satunya adalah Walter Mischel.. Julian Rotter berhak
menerima pengakuan minimal seperti halnya Albert Bandura yang telah membuat teori
pembelajaran sosial (social learning theory). Rotter selalu fokus pada aspek kognitif dalam
pembelajaran sosial, dimana Bandura mempertimbangkan aspek tersebut pada karir
selanjutnya.
2016
10
Teori Kepribadian Kontemporer
Hanifah, M.Psi, Psikolog
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Konstruk Dasar dalam Teori Pembelajaran Sosial Julian B Rotter
Penelitian awal Rotter fokus pada kebutuhan untuk memahami perilaku dan
kepribadian manusia sehingga Psikolog klinis dapat lebih efektif dalam membantu
pasiennya. Rotter menekankan pada Psikologi klinis, fokus terhadap kemampuan Psikolog
klinis untuk memprediksi perilaku. Menurut Rotter, teori pembelajaran sosial berasumsi
bahwa setiap investigasi yang dilakukan untuk mempelajari kepribadian adalah interaksi
antara individu dan lingkungan mereka yang bermakna. Meskipun kepribadian merupakan
satu kesatuan, pengalaman-pengalaman setiap individu dapat memengaruhi satu sama lain.
Hasilnya, kepribadian merupakan perubahan yang berkelanjutan, ketika setiap individu
mengalami pengalaman-pengalaman hidup yang baru. Bagaimanapun, kepribadian juga
dapat berada dalam kondisi stabil pada beberapa hal, ketika pengalaman sebelumnya
memengaruhi pembelajaran yang baru. Rotter menunjukkan kompelksitas pada diri setiap
individu, ia juga percaya bahwa untuk membuat prediksi yang masuk akal mengenai
perilaku diperlukan empat variabel, yaitu perilaku yang potensial (potential behavior),
harapan (expectancy), nilai dari suatu penguatan (reinforcement value) dan situasi
psikologis (psychological situation).
Perilaku yang potensial merujuk pada kemungkinan dari perilaku tertentu yang
terjadi dalam konteks penguatan potensi yang spesifik. Sebagai contoh, untuk mendapatkan
nilai yang bagus, pelajar dapat bergantung pada beberapa kemungkinan perilaku yang
muncul, antara lain belajar, menyontek, melewatkan kelas tertentu untuk menghindari nilai
jelek dan sebagainya. Setiap perilaku yang potensial hanya dapat dideskripsikan lebih atau
kurang dibandingkan dengan perilaku potensial lainnya dan termasuk di dalamnya sebagai
perilaku yang potensial adalah adalah reaksi-reaksi psikologis seperti pemikiran, emosi atau
bahkan mekanisme pertahanan diri.
Harapan didefinisikan sebagai kemungkinan yang dilakukan oleh setiap individu
dimana penguatan akan mengikuti salah satu perilaku yang dipilih. Meskipun Rotter lebih
memilih untuk menghindari konsep dari harapan yang cukup subjektif, ia mengakui bahwa
setiap elemen dari subjektivitas pasti akan terlibat. Bagaimanapun juga, hal ini merupakan
pandangan dari setiap individu, harapan-harapan mereka dalam suatu situasi, dianggap
lebih penting untuk memprediksi perilaku dibandingkan dengan kemungkinan yang realistis
dari perilaku yang dipilih dan dihasilkan dalam penguatan yang diharapkan muncul. Nilai
dari penguatan, sederhananya merujuk pada kecenderungan untuk memilih penguat yang
diberikan. Apabila menggunakan contoh dari Rotter, sebagian besar individu konsisten
untuk memilih dibayar $10 per jam dibandingkan harus dibayar $1, apabila hanya ada
pilihan tersebut. Pada akhirnya, hal tersebut merupakan situasi psikologis. Meskipun
Rotter membuat terobosan baru dalam pendekatan ini untuk mempelajari teori pembelajaran
sosial, dia tidak sepenuhnya meninggalkan penggunaan rumus matematika seperti halnya
2016
11
Teori Kepribadian Kontemporer
Hanifah, M.Psi, Psikolog
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
yang dilakukan oleh Dollard dan Miller. Rotter mengusulkan formula dasar untuk
memprediksi perilaku yang diarahkan pada suatu tujuan, yaitu :
BPx,S1Ra = /(Ex,RaS1 & RVa,S1)
Formula tersebut di atas tampak rumit pada pandangan pertama, namun sebennya
cukuplah mudah. Potensial untuk perilaku : x (BPx) terjadi dalam situasi 1 dimana
penguatan yang potensial : a (S1Ra) adalah sebuah fungsi ( / ) dari harapan (E), dimana
penguatan yang akan mengikuti perilaku : x dalam suatu situasi 1 (x1RaS1) dan nilai
penguatan (RV) dari penguatan dalam suatu situasi 1 (a,S1). Dengan kata lain, kita lebih
menyukai untuk memilih suatu pilihan perilaku tertentu yang secara nyata diharapkan
menjadi hasil pada sebagian besar tampilan perilaku menyenangkan dalam situasi saat ini.
Rotter percaya bahwa harapan akan hadiah dan penilaian dari hadiah tersebut menjadi hal
utama dalam menentukan manakah bagian dari individu yang paling terikat dengan perilaku
yang spesifik.
Locus of Control
Satu dari banyak hal penting yang menggeneralisir harapan-harapan dari perilaku
yang mendasar dan mungkin konsep terbaik Rotter adalah internal versus external control of
reinforcement (penguatan kendali internal versus eksternal), yang biasa dikenal sebagai
locus of control. Manusia diketahui bahwa dalam membedakan keyakinan mereka adalah
bahwa apa yang terjadi kepada mereka merupakan akibat dari perilaku-perilaku mereka
sendiri dan atribut dari karakteristiknya (kendali internal) yang merupakan lawan dari
keberuntungan, takdir, kesempatan atau kekuatan lainnya (kendali eksternal). Tentu saja,
individu yang percaya bahwa kepercayaan atau harapan yang mereka tampilkan telah
dikontrol oleh takdir mereka sendiri akan berperilaku berbeda, dalam berbagai situasi,
dibandingkan dengan mereka yang berharap bahwa apa yang mereka tampilkan dikontrol
oleh orang lain atau ditentukan oleh keberuntungan.
Rotter menunjukkan bahwa kebanyakan Psikolog mengakui peran dari penguatan
atau hadiah memiliki peran dalam menentukan perilaku di masa depan, akan tetapi hal
tersebut bukanlah “proses yang sederhana”. Manusia merupakan mahluk yang kompleks,
pengaruh dari penguatan bergantung pada persepsi individu dari hubungan sebab akibat
antara perilaku mereka dengan hadiah yang dianggap potensial. Angka dari beberapa skala
yang telah dikembangkan untuk mengukur locus of control. Skala dari Rotter, merujuk pada
skala I – E (untuk internal - eksternal), yang terbagi menjadi 29 pilihan pernyataan.
Locus of control muncul untuk dari dua sumber dasar, yaitu keluarga dan
kesadaran akan sesuatu hal yang mungkin terjadi (contingency awareness). Peran keluarga
2016
12
Teori Kepribadian Kontemporer
Hanifah, M.Psi, Psikolog
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dalam perkembangan locus of control sangatlah kompleks dan akan tampak berbeda-beda
berdasarkan perilaku dari Ayah dan Ibu. Temuan yang paling dapat diandalkan adalah
bahwa individu dengan internal locus of control adalah ibu yang mendorong seseorang
untuk mencapai kemandirian pada usia dini perkembangan. Dorongan yang muncul dari ibu,
bagaimanapun,
menjadi
sosok
yang
peduli.
Anak-anak
membutuhkan
dukungan,
pengarahan dan pengasuhan, namun mereka tidak harus dimanja. kesadaran akan sesuatu
hal yang mungkin terjadi (contingency awareness) berarti memahami instrument, suatu
konsep bahwa tindakan seseorang berkaitan dengan hasil tertentu. Seorang anak
mengulang perilaku dengan tujuan tertentu, oleh karena itu anak akan mengingat kembali
tindakan sebelumnya dengan hasil tertentu yang diberikan dan mereka harus mengetahui
bahwa setiap tindakan mereka terkait dengan hasil yang diharapkan.
Walter Mischel
Biografi Walter Mischel
Walter Mischel lahir pada tahun 1930, berada dalam kondisi rumah yang nyaman,
dimana ia menikmati masa kanak-kanak yang sangat menyenangkan. Bagaimanapun,
ketika Nazi menyerang Austria pada awal perang dunia II, keluarga Mischel pindah ke
Amerika Serikat meskipun diam-diam harus menetap di kota New York. Semasa berada di
bangku kuliah, Mischel mencoba belajar sebagai pekerja sosial. Sementara bekerja sebagai
pekerja sosial di perkampungan Lower East Side, Mischel tetap melanjutkan kuliahnya di
New York dan meraih gelar sarjana dalam bidang Psikologi klinis. Mischel telah diajarkan
bahwa teori dari Freud merupakan penjelasan yang terbaik mengenai tingkah laku manusia,
namun ia tidak menemukan kebenaran dari teori Freud yang dirasakan langsung dalam
pekerjaannya yang membahas mengenai kenakalan remaja. Walter Mischel, kemudian
melanjutkan kuliah di Universitas Ohio, dimana ia merupakan mahasiswa yang telah lulus
dari pembimbingnya Julian Rotter dan George Kelly. Walter Mischel merupakan murid dari
Julian Rotter, kemudian ia bergabung dengan Universitas Standford dan menjadi kolega dari
Bandura. Mischel sempat berkolaborasi dengan Bandura dalam karya Mischel yang cukup
dikenal yaitu delayed gratification.
Konstruk Dasar dalam Teori Pembelajaran Sosial Walter Mischel
Pada tahun 1968, Walter Mischel ditantang untuk mengembangkan kondisi
pernyataan dan sifat teori dari kepribadian. Kondisi psikologis biasanya akan ‘runtuh’ apabila
berada dalam ranah teori psikodinamika, sedangkan teori-teori mengenai sifat merupakan
perspektif yang mengarah pada diri sendiri. Menurut Mischel, meskipun teori-teori mengenai
kondisi dan sifat digunakan dalam bahasa yang berbeda-beda, mereka cenderung
2016
13
Teori Kepribadian Kontemporer
Hanifah, M.Psi, Psikolog
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
melakukan pendekatan kepribadian dalam satu cara umum yang sama, mereka
menggunakan respon untuk menyimpulkan secara menyeluruh, memahami struktur
kejiwaan dengan menekuni efek sebab akibat pada suatu perilaku. Oleh karena itu,
teoretikus kondisi dan sifat menekankan adanya konsistensi dalam perilaku. Bagaimanapun,
banyak data yang menunjukkan bahwa individu tidak menampilkan perilaku yang konsisten
dari satu situasi ke situasi lainnya. Mischel berpendapat bahwa perilaku dapat diprediksi
hanya dengan mengambil satu situasi tertentu yang spesifik dimana perilaku akan muncul.
Mischel menentukan aspek perilaku manakah yang konsisten atau tidak konsisten.
Secara umum, kecerdasan merupakan hal yang konsisten, termasuk di dalamnya adalah
kemampuan akademik, pencapaian prestasi dan gaya pemikiran. Sebaliknya, terdapat bukti
untuk mendukung konsistensi dari perilaku yang berseberangan dengan suatu situasi ketika
menentukan variabel kepribadian, seperti sikap, perilaku moral, indentifikasi seksual,
ketergantungan, agresi, toleransi, kemampuan untuk menyesuaikan dengan kondisi, dan
lain-lain. Mischel mengusulkan perspektif dinamika pada bagaimana individu berinteraksi
dengan situasi yang dialaminya. Apabila lingkungan tidak dapat berubah, individu dapat
berharap bahwa perilaku pada masa lalu dapat menjadi alasan yang tepat untuk
memprediksi perilaku saat ini. bagaimanapun, apabila lingkungan berubah secara drastis,
individu mungkin akan menunjukkan perilaku yang tak terduga. Sebagai tambahan, individu
mungkin akan mempelajari kondisi sosial yang baru, meskipun mengikuti perubahan besar
dalam perilaku dari waktu ke waktu.
Delayed Gratification
Mischel, mungkin memiliki kontribusi yang cukup terkenal untuk ilmu Psikologi dalam
penelitiannya yaitu delayed gratification. Penelitian ini dimulai pada akhir tahun 1950-an,
Mischel menentukan suatu kondisi dimana anak-anak memilih untuk segera mendapatkan
kepuasan atau mereka dapat menunda kepuasan untuk memperoleh penguat (reinforcer)
yang lebih besar lagi di kemudian hari. Dimulai pada masa kanak-kanak pada
perkembangan sepanjang hidupnya, untuk mencapai tujuan dalam jangka panjang
seringkali membutuhkan pengaturan untuk dapat mengesampingkan berbagai godaan yang
dapat mengalihkan perhatian mereka. Bahkan, permasalahan-permasalahan pribadi dan
sosial berasal dari kegagalan dari kontrol-diri, seperti dikeluarkan dari sekolah, tampilan
kerja yang buruk dan kekerasan maupun perilaku kriminalitas. Mischel menyatakan bahwa
ketidakmampuan untuk menunda kepuasan pada anak-anak mungkin berkaitan dengan
ketidakmatangan atau penyesuaian psikologis yang buruk.
2016
14
Teori Kepribadian Kontemporer
Hanifah, M.Psi, Psikolog
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Kurt Lewin
Biografi Kurt Lewin
Kurt Lewin dilahirkan di Prusia pada tahun 1890. Ia belajar di Universitas Freiberg,
Munich, Berlin dan mendapat gelar doktor di Universitas Berlin pada tahun 1914. Setelah
ikut perang dunia I, Lewin kembali ke Berlin kemudian bekerja sebagai instruktur dan asisten
penelitian pada lembaga Psikologi, bekerjasama dengan Wertheimer dan Kohler. Pada
tahun 1926, ia diangkat menjadi guru besar dalam ilmu filsafat dan Psikologi. Pada waktu
kekuasaan Hitler meningkat, Lewin pindah ke Amerika Serikat kemudian menetap di sana
hingga akhir hidupnya pada tahun 1947. Lewin menjadi guru besar Psikologi kanak-kanak di
Universitas Cornell dan selanjutnya di Iowa, memimpin pusat penelitian yang menyelidiki
dinamika kelompok.
Konstruk Dasar dalam Teori Pembelajaran Sosial Kurt Lewin
Teori Medan
Ilmu fisika dan kimia memengaruhi psikologi dengan memberi cara berfikir baru
mengenai obyek, apa yang harus dipelajari dan bagaimana mempelajarinya. Teori medan
dalam fisika (dikembangkan oleh Michael Faraday, James Maxwell dan Heinrich Hertz pada
abad 19) menunjukkan fenomena listrik/magnet dan grafitasi memengaruhi medan di
sekitarnya. Konsep pengaruh medan ini diadopsi ke dalam psikologi menjadi Psikologi
Gestalt oleh Max Werheimer, Wolfgang Kohler, Kurt Koffka, dan akhli gestalt lainnya. Fokus
psikologi Gestalt adalah konsep-konsep persepsi, berfikir, dan belajar. Adopsi teori medan
dalam psikologi kepribadian dilakukan oleh Kurt Lewin. Memakai asumsi gestalt, Lewin
mendasarkan pengembangan teorinya berdasarkan 3 asumsi:
1. Dasar pemahaman psikologi bukan elemen (gambaran rincian jiwa) tetapi saling
berhubungan, pola atau konfigurasi. Elemen digambarkan untuk memahami saling
hubungannya, bukan ujud dan ukurannya.
2. Beberapa saling berhubungan menjadi dasar dari saling hubungan yang lain, sehingga
dapat dideskripsikan kecenderungan kepribadian bergerak menuju kesatuan gestalt.
3. Psikologi seharusnya difahami dalam bentuk teori medan (field theory), di mana “field”
adalah sistem pengaturan diri yang ditentukan oleh saling hubungan antar bagianbagian dari unsur yang mendukung sistem itu.
STRUKTUR KEPRIBADIAN
Unsur-unsur Pembentuk Kepribadian
Lewin menggambarkan manusia sebagai pribadi yang berada dalam lingkungan
psikologis, dengan pola hubungan dasar tertentu. Pendekatan matematis yang dipakai
2016
15
Teori Kepribadian Kontemporer
Hanifah, M.Psi, Psikolog
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Lewin untuk menggambarkan ruang hidup disebut topologi. Fokusnya adalah saling
hubungan antara segala sesuatu di dalam jiwa manusia, hubungan antara bagian dengan
bagian dan antara bagian dengan keseluruhan, lebih dari sekedar ukuran dan bentuk.
Ruang Hidup (Life Space)
Ruang hidup adalah seluruh isi elips: keseluruhan kumpulan fakta, yang ada pada
suatu saat, yang memengaruhi/menentukan tingkah laku. Ruang hidup merupakan potret
sesaat, yang terus menerus berubah, mencakup persepsi orang tentang dirinya sendiri
dalam lingkungan fisik dan sosialnya saat itu, keinginan, kemauan, tujuan-tujuan, ingatan
tentang peristiwa masa lalu, imajinasinya mengenai masa depan, perasaan-perasaannya
dan sebagainya. Ruang hidup merupakan gabungan antara daerah pribadi dan daerah
lingkungan psikologis, yang secara matematis dapat di rumuskan dalam formula sebagai
berikut:
Rh
= (P + E)
Keterangan:
Rh = Ruang hidup
P = Daerah Pribadi
E = Daerah Lingkungan Psikologis.
Daerah Pribadi (Person Area)
Lewin biasanya menggambarkan daerah pribadi dengan lingkaran tertutup,
menunjukkan bahwa pribadi adalah kesatuan yang terpisah dari hal lain di dunia tetapi tetap
menjadi bagian dari dunia. Lingkaran itu berada di dalam elips yang menggambarkan bahwa
pribadi adalah bagian yang terpisah tetapi berada di dalam ruang hidup, menjadi bagian dari
semua yang ada di dalam ruang hidup, menjadi bagian dari semua yang ada di dalam ruang
hidup. Daerah pribadi terdiri dari dua bagian besar, daerah persepsi-motorik dan daerah
pribadi-dalam:
1. Daerah persepsi motorik (perception-motor area): menjadi daerah antara yang
menghubungkan
pribadi-dalam
dengan
lingkungan
psikologis.
Pribadi-dalam
memengaruhi tingkah laku melalui fungsi motorik, sebaliknya lingkungan psikologis
memengaruhi pribadi-dalam melalui proses persepsi.
2. Daerah pribadi-dalam (inner-pesonal area) berisi aspek-aspek motivasional. Daerah
ini dibatasi oleh daerah persepsi motorik sehingga tidak dapat berhubungan langsung
dengan lingkungan psikologis. Aspek-aspek motivasional di dalam pribadi-alam,
digambarkan dalam pecahan-pecahan daerah, disebut sel.
3. Sel (cells): sel yang berdekatan dengan daerah persepsi-motorik disebut sel perifer,
sedang sel yang berada di tengah-tengah lingkaran disebut sel sentral. Semakin dekat
2016
16
Teori Kepribadian Kontemporer
Hanifah, M.Psi, Psikolog
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dengan lingkaran daerah persepsi-motorik, dorongan motivasional itu semakin besar
pengaruhnya terhadap tingkah laku manusia. Jumlah dan posisi sel setiap saat bisa
berubah-ubah tergantung kepada tujuan, keinginan, kebutuhan dan motivasi yang
muncul pada saat dan yang mendesak untuk dilayani dengan tindakan motorik. Sel yang
satu akan memengaruhi sel yang lain, sel-sel itu saling berkomunikasi, saling
bersentuhan, saling pengaruh-memengaruhi, tergantung kepada sifat independensinya.
Daerah Lingkungan Psikologis
Daerah di dalam elips tetapi diluar lingkaran adalah daerah lingkungan psikologis.
Seperti daerah pribadi-dalam, daerah lingkungan-psikologis dibagi-bagi dalam pecahanpecahan, disebut region.
1. Region: Semua stimulus yang ditangkap oleh persepsi dan kemudian memengaruhi
atau menjadi bagian yang ‘menyibukkan’ fungsi kognitif manusia, berarti stimulus itu
mempunyai tempat tertentu yang disebut region dalam lingkungan psikologis seseorang.
Satu stimulus atau seperangkat stimulus yang bermakna sebagai satu kesatuan
menghuni satu region. Setiap saat region yang ada di lingkungan psikologis berubahubah jumlah dan jenisnya, tergantung kepada banyaknya persepsi yang menggugah
fungsi kognitifnya. Seperti pada sel, region saling berkomunikasi.
2. Bondaris: Semua garis yang tertera pada diagram itu disebut bondaris, bisa merupakan
batas antara sel, antar region atau antara daerah lingkungan psikologis dengan daerah
persepsi-motorik dan antara daerah persepsi-motorik dengan daerah pribadi dalam.
Antara unsure-unsur struktur kepribadian yang dibatasi bondaris itu bisa saling
berinteraksi (digambarkan dengan garis bodaris yang tipis), atau saling independen
(garis tebal). Garis yang tipis menggambarkan sifat bondaris yang permeable, artinya
garis itu mudah ditembus dan dua daerah yang dibatasi garis itu bisa saling
memengaruhi. Garis yang tebal menggambarkan sifat bondaris yang tak-permeabel,
artinya garis itu tidak bisa ditembus dan dua daerah yang dibatasi garis itu saling
independen, tidak saling memengaruhi.
Lingkungan Non-Psikologis
Lingkungan non-psikologis luasnya tidak terhingga sehingga seharusnya tidak
mempunyai bondaris (pada gambar dibatasi persegi empat). Apa saja yang ada tetapi tidak
menjadi stimulus bagi diri seseorang, termasuk lingkungan non psikologis, bisa berupa
benda/obyek, fakta-fakta atau situasi sosial. Benda, fakta, atau situasi itu bisa sangat dekat
secara fisik dengan orang itu, tetapi kalau tidak menyentuh fungsi psikologisnya, berarti
benda itu secara psikologisnya tidak ada disana, dia tidak ada di daerah psikologis – dia
berada di daerah non psikologis (disebut juga daerah kulit asing).
2016
17
Teori Kepribadian Kontemporer
Hanifah, M.Psi, Psikolog
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
DINAMIKA KEPRIBADIAN
Enerji, Tegangan, dan Kebutuhan
Enerji
Bagi Lewin, manusia adalah sistem enerji yang kompleks. Enerji yang dipakai untuk
kerja psikologis disebut enerji psikis (psychic energy). Enerji muncul dari perbedaan
tegangan antar sel atau region. Meningkatnya tegangan di salah sel lebih tinggi dibanding
sel lain, akan menghasilkan ketidak seimbangan, dan usaha sistem pribadi-dalam untuk
menyeimbangkan kembali tegangan antar sel itu akan menimbulkan enerji psikis. Ketika
sistim kembali seimbang, keluaran enerji berhenti dan sistim menjadi istirahat. Ketidak
seimbangan akibat peningkatan tegangan juga bisa terjadi antar region di sistim lingkungan
psikologis.
Tegangan
Tension mempunyai dua sifat; pertama, tegangan cenderung menjadi seimbang,
yaitu, jika sistem a berada dalam keadaan tegangan tinggi dan sistem b, c, d dalam keadaan
tegangan rendah, tegangan akan cenderung bergerak dari a ke b-c-d, sampai ke empat
sistem itu berada dalam tegangan yang sama (bandingkan dengan prinsip entropi dari
Jung).
Sifat ke dua dari tegangan adalah kecenderungan untuk menekan bondaris sistem
yang mewadahinya. Sel atau region hampir selalu memiliki singgungan dengan beberapa
sel/region lain. Kalau bondaris antar region yang tegang itu dengan tetangganya permeabel,
tegangan akan mengalir ke sana. Kalau bondaris itu takpermeabel aliran terhambat dan
tegangan akan mencari bondaris yang permeabel.
Kebutuhan
Tegangan di satu sel meningkat karena munculnya kebutuhan Misalnya; kondisi
fisiologis seperti lapar, haus, atau seks, atau keinginan seperti ingin bekerja menghasilkan
uang, atau bisa juga kemauan untuk mengerjakan sesuatu seperti menyelesaikan tugas
atau menghadiri pertemuan. Jadi bagi Lewin, kebutuhan itu mencakup pengertian motif,
keinginan dan dorongan.
Menurut Lewin, kebutuhan yang bersifat spesifik jumlahnya tak terhingga, sebanyak
keinginan spesifik manusia. Lewin tidak berusaha untuk mendaftar semua need, dan juga
tidak mereduksi jumlah kebutuhan menjadi satu atau beberapa kebutuhan umum. Dia
merasa masih sangat sedikit yang diketahui tentang bagaimana mensistematisirnya. Dalam
sistemnya, hanya kebutuhan yang muncul pada saat ini yang akan menghasilkan dampak
terhadap situasi. Misalnya, setiap orang dapat merasakan lapar, tetapi hanya kalau
kebutuhan makanan itu mengganggu keseimbangan orang maka kebutuhan itu perlu
2016
18
Teori Kepribadian Kontemporer
Hanifah, M.Psi, Psikolog
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
diperhitungkan. Kebutuhan bisa menjadi sangat spesifik, karena dihubungkan dengan objek
tertentu, akibat pengaruh interaksi sosial dan budaya. Kebutuhan semacam itu disebut
kebutuhan semu (Quasy need). Lapar sebagai kebutuhan spesifik, menjadi kebutuhan semu
dalam bentuk kebutuhan makan nasi. Kebutuhan mendengar konser piano, menari, atau
memelihara ikan hias adalah contoh lain dari kebutuhan semu, karena kebutuhan-kebutuhan
itu melibatkan interaksi dengan orang lain dan dengan aspek budaya.
Tindakan (action)
Menurut Lewin, tegangan yang terkumpul dalam sistem pribadi-dalam akan menekan
bondaris dan kemudian enerjinya menerobos ke daerah persepsi-motorik, tidak langsung
menghasilkan gerakan. Dibutuhkan dua konsep yakni valensi dan vector untuk
menghubungkan motivasi di pribadi-dalam dengan tindakan yang bertujuan di daerah
lingkungan psikologis.
Valensi
Valensi adalah nilai region dari lingkungan psikologis bagi pribadi. Region dengan
valensi positif berisi obyek tujuan yang dapat mengurangi tegangan pribadi, missal-nya, bagi
orang yang lapar region yang berisi makanan mempunyai valensi positif. Sebaliknya orang
yang takut dengan anjing, region yang berisi anjing mempunyai valensi negative, karena
region itu justru dapat meningkatkan tegangan (rasa takut) pribadi. Pada dasarnya,
besarnya valensi ditentukan oleh kebutuhan – nilai makanan tergantung kepada tingkat
kelaparan seseorang. Di samping itu faktor lain seperti pengalaman dan budaya
memengaruhi valensi. Misalnya pada orang lapar, makanan tertentu mungkin mempunyai
valensi negatif kalau makanan itu tidak disukainya.
Vektor
Tingkah laku atau gerak seseorang akan terjadi kalau ada kekuatan yang cukup
yang mendorongnya. Meminjam dari matematika dan fisika, Lewin menyebut kekuatan itu
dengan nama Vektor. Vektor digambar dalam wujud panah, merupakan kekuatan psikologis
yang mengenai seseorang, cenderung membuatnya bergerak ke arah tertentu. Arah dan
kekuatan vektor adalah fungsi dari valensi positif dan negatif dari satu atau lebih region
dalam lingkungan psikologis. Jadi kalau satu region mempunyai valensi positif (misalnya
berisi makanan yang diinginkan), vektor yang mengarahkan ke region itu mengenai
lingkaran pribadi. Kalau region yang kedua valensinya negatif (berisi anjing yang
menakutkan), vektor lain yang mengenai lingkaran pribadi mendorong menjauhi region
anjing. Jika beberapa vektor positif mengenai dia, misalnya, jika orang payah – dan lapar –
dan makanan harus disiapkan, atau orang harus hadir dalam pertemuan penting – dan tidak
2016
19
Teori Kepribadian Kontemporer
Hanifah, M.Psi, Psikolog
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
punya waktu untuk makan siang, hasil gerakannya merupakan jumlah dari semua vektor.
Situasi itu sering melibatkan konflik, topik yang penelitiannya dimulai oleh Lewin dan
menjadi topic yang sangat luas dari Miller dan Dollard.
Lokomosi
Lingkaran pribadi dapat pindah dari satu tempat ketempat lain di dalam daerah
lingkungan psikologis. Pribadi pindah ke region yang menyediakan pemuasan kebutuhan
pribadi-dalam,
atau
menjauhi
region
yang
menimbulkan
tegangan
pribadi-dalam.
Perpindahan lingkaran pribadi itu disebut lokomosi (locomotion). Lokomosi bisa berupa
gerak fisik, atau perubahan fokus perhatian. Dalam kenyataan sebagian besar lokomosi
yang sangat menarik perhatian psikolog berhubungan dengan perubahan fokus persepsi
dan proses atensi.
Event
Lewin menggambarkan dinamika jiwa dalam bentuk gerakan atau aksi di daerah
ruang hidup, dalam bentuk peristiwa atau event. Telah dijelaskan di depan, bahwa peristiwa
(event) adalah hasil interaksi antara dua atau lebih fakta baik di daerah pribadi maupun di
daerah lingkungan. Komunikasi (hubungan antar sel atau region) dan lokomosi (gerak
pribadi) adalah peristiwa, karena keduanya melibatkan dua fakta atau lebih. Ada tiga prinsip
yang menjadi prasyarat terjadinya suatu peristiwa; keterhubungan (relatedness), kenyataan
(concretness), kekinian (contemporary), sebagai berikut:
1. Keterhubungan: Dua atau lebih fakta berinteraksi, kalau antar fakta itu terdapat
hubungan-hubungan tertentu, mulai dari hubungan sebab akibat yang jelas, sampai
hubungan persamaan atau perbedaan yang secara rasional tidak penting.
2. Kenyataan:Fakta harus nyata-nyata ada dalam ruang hidup. Fakta potensial atau
peluang yang tidak sedang eksis tidak dapat memengaruhi event masa kini. Fakta di luar
lingkungan psikologis tidak berpengaruh, kecuali mereka masuk ke ruang hidup.
3. Kekinian:Fakta harus kontemporer. Hanya fakta masa kini yang menghasilkan tingkah
laku masa kini. Fakta yang sudah tidak eksis tidak dapat menciptakan event masa kini.
Fakta peristiwa nyata di masa lalu atau peristiwa potensial masa mendatang tidak dapat
menentukan tingkah laku saat ini, tetapi sikap, perasaan, dan fikiran mengenai masa lalu
dan masa mendatang adalah bagian dari ruang hidup sekarang harus mewakili isi
psikologi masa lalu, sekarang, dan masa mendatang.
Konflik
Konflik terjadi di daerah lingkungan psikologis. Lewin mendefinisikan konflik sebagai
situasi di mana seseorang menerima kekuatan-kekuatan yang sama besar tetapi arahnya
2016
20
Teori Kepribadian Kontemporer
Hanifah, M.Psi, Psikolog
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
berlawanan. Vektor-vektor yang mengenai pribadi, mendorong pribadi kea rah tertentu
dengan kekuatan tertentu. Kombinasi dari arah dan kekuatan itu disebut jumlah kekuatan
(resultant force), yang menjadi kecenderungan lokomosi pribadi (lokomosi psikologikal atau
fisikal). Ada beberapa jenis kekuatan, yang bertindak seperti vektor, yakni:
1. Kekuatan pendorong (driving force): menggerakkan, memicu terjadinya lokomosi ke arah
yang ditunjuk oleh kekuatan itu.
2. Kekuatan penghambat (restraining force): halangan fisik atau sosial, menahan terjadinya
lokomosi, memengaruhi dampak dari kekuatan pendorong
3. Kekuatan
kebutuhan
pribadi
(forces
corresponding
to
a
persons
needs):
menggambarkan keinginan pribadi untuk mengerjakan sesuatu.
4. Kekuatan pengaruh (indured force): menggambarkan keinginan dari orang lain (misalnya
orang tua atau teman) yang masuk menjadi region lingkungan psikologis.
5. Kekuatan non manusia (impersonal force): bukan keinginan pribadi tetapi juga bukan
keinginan orang lain. Ini adalah kekuatan atau tuntutan dari fakta atau objek.
Konflik tipe 1:
Konflik yang sederhana terjadi kalau hanya ada dua kekuatan berlawanan yang
mengenai individu. Konflik semacam ini disebut konflik tipe 1. Ada tiga macam konflik tipe 1.
1. Konflik mendekat-mendekat, dua kekuatan mendorong ke arah yang berlawanan,
misalnya orang dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama disenanginya.
2. Konflik menjauh-menjauh, dua kekuatan menghambat ke arah yang berlawanan,
misalnya orang dihadapkan pada 2 pilihan yang sama-sama tidak disenanginya.
3. Konflik mendekat-menjauh, dua kekuatan mendorong dan menghambat muncul dari
satu tujuan, misalnya orang dihadapkan pada pilihan sekaligus mengandung unsur yang
disenangi dan tidak disenanginya.
Konflik tipe 2
Konflik yang kompleks bisa melibatkan lebih dari dua kekuatan. Konflik yang sangat
kompleks dapat membuat orang menjadi diam, terpaku atau terperangkap oleh berbagai
kekuatan dan kepentingan sehingga dia tidak dapat menentukan pilihan, adalah konflik tipe
2.
Konflik tipe 3
Orang berusaha mengatasi kekuatan-kekuatan penghambat, sehingga konflik
menjadi terbuka, ditandai sikap kemarahan, agresi, pemberontakan, atau sebaliknya
penyerahan diri yang neurotik. Pertentangan antar kebutuhan pribadi-dalam, konflik antar
pengaruh,
2016
21
dan
pertentangan
Teori Kepribadian Kontemporer
Hanifah, M.Psi, Psikolog
antara
kebutuhan
dengan
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
pengaruh,
menimbulkan
pelampiasan usaha untuk mengalahkan kekuatan penghambat. Anak yang dilarang makan
permen oleh orang tuanya, berusaha memberontak mengalahkan aturan orang tua. Ketika
pemberontakannya tidak berhasil, dia kemudian mengarahkan kemarahannya kepada
teman atau objek disekitarnya, atau menyerah tunduk kepada arahan kekuatan orang tua
yang sangat kuat.
PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
Teori Lewin murni psikologis, sehingga ketika membahas perkembangan dia tidak
melibatkan diri dengan isu yang menjadi intrik pakar lain, yakni isu keturunan dan
lingkungan. Lewin tidak menolak peran keturunan dan kemasakan dalam perkembangan
individu, dan tidak menganggap pengaruhnya tidak penting. Ia hanya merasa bahwa
psikologi sudah terlalu fokus dengan pola tipikal atau pola umum dari perkembangan dan
mengabaikan
perkembangan
psikologis
lintas
waktu
dari
ruang
hidup
individu.
Perkembangan bagi Lewin adalah sesuatu yang konkrit dan kontinyu, usia dan tahapan
perkembangan psikologis. Konsep-konsep seperti diferensiasi, organisasi, dan integrasi
lebih berguna dalam menggambarkan perubahan tingkah laku, alih-alih periodisasi
perkembangan.
Perubahan Tingkah laku
Menurut Lewin, sejumlah perubahan tingkah laku yang penting terjadi sepanjang
perkembangan. Variasi aktivitas, emosi, kebutuhan, hubungan sosial, dan sebagainya
semakin banyak ketika orang menjadi semakin tambah usia (variasi itu mungkin akan
menurun pada usia udzur). Namun demikian, semakin bertumbuh orang semakin bebas
bergerak, dan orientasi waktu semakin luas. Anak-anak adalah makhluk yang hanya berfikir
kekinian, sedang orang dewasa yang masak akan berfikir tentang masa lalu dan
merencanakan masa depan, sehingga memasukkan ke dalam ruang hidupnya perspektif
waktu. Tingkah laku menjadi semakin terorganisir, hirarkis, realistis, dan efektif.
Organisasi
Bertambahnya usia membuat orang semakin sadar pentingnya pengorganisasian.
Misalnya, anak-anak dapat mempertahankan hubungannya dengan beberapa temannya
waktu itu, semakin dewasa mereka akan berinteraksi dengan semakin banyak orang dalam
berbagai kelompok. Dibutuhkan suatu sistematik, harus berbuat apa ketika berhubungan
dengan orang dalam kelompok yang mana.
2016
22
Teori Kepribadian Kontemporer
Hanifah, M.Psi, Psikolog
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Hirarkis
Tingkah laku menjadi hirarkis, anak-anak bermain untuk memperoleh kepuasan dari
permainan itu. Semakin dewasa mereka memakai permainan sebagai instrument untuk
memperoleh kepuasan bersaing dengan teman lain, dan bersaing menjadi instrument untuk
memacu diri berguna mencapai tujuan. Tingkah laku juga bisa menjadi semakin rumit; orang
dapat mengubah-ubah tingkah lakunya, pindah dari region satu pindah ke region yang lain.
Tingkah laku bayi merupakan reaksi yang kacau di seluruh tubuhnya. Lewin
menyebut jenis aktivitas umum semacam itu sebagai tingkah laku saling ketergantungan
sederhana (simple interdepence) di mana sistem tegangan saling memengaruhi. Apapun
sumber tegangannya – lapar, haus, kedinginan, takut – tegangan yang terjadi pada bayi
menyebar rata keseluruh organisme, menghasilkan aktivitas masal (menyeluruh). Semakin
mencapai kemasakan, semakin diperoleh saling ketergantungan yang terorganisir
(organizational interdependence). Aktivitas dan kebutuhan yang terpisah dikombinasikan
dan diintegrasikan ke dalam keseluruhan yang lebih besar.
Realistis
Sesudah kemasakan dicapai, kemampuan kita untuk membedakan realitas dengan
fantasi meningkat. Meningkatnya realisme persepsi lebih dikenali pada area hubungan
sosial. Misalnya, anak kecil mungkin melihat tingkah laku orang lain sesuai dengan
keinginan dan kebutuhannya. Anak yang lebih tua memahami secara lebih realistik, bahwa
orang lain mempunyai rencana dan tujuan dari tingkah laku mereka sendiri.
Efektif
Kemasakan juga membuat tingkah laku menjadi semakin ‘ekonomis’. Orang
berusaha untuk memperoleh hasil maksimal dengan usaha yang minimal. Tingkah laku yang
efektif menuntut adanya penyesuaian ruang hidup dengan sifat-sifat yang sebenarnya dari
lingkungan eksternal fisik dan sosial. Penyesuaian semacam itu hanya dapat dilakukan oleh
orang dewasa yang masak.
Diferensiasi Dan Integrasi
Diferensiasi menjadi salah satu konsep kunci Lewin, untuk menjelaskan peningkatan
variasi tingkah laku, kebebasan bergerak dihubungkan dengan kemampuan untuk
mengerjakan hal yang berbeda-beda, perluasan orientasi waktu, dan perbedaan antara
yang nyata dan yang tidak nyata. Diferensiasi adalah peningkatan jumlah bagian-bagian dari
keseluruhan. Jumlah sel dalam pribadi-dalam berlipat dengan bertambahnya usia, dan
jumlah region dalam lingkungan psikologis juga meningkat.
2016
23
Teori Kepribadian Kontemporer
Hanifah, M.Psi, Psikolog
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Ketika belajar membedakan kenyataan dan ketidaknyataan, orang belajar untuk
membedakan bukan hanya antara benar dan salah, tetapi juga antara perbedaan tingkat
peluang dan kemungkinan. Jadi, kalau pada anak-anak hanya melihat ibu ada disini atau
tidak ada disini, semakin dewasa mereka menjadi memahami bahwa ibu tidak ada dirumah
sampai sore, karena dia kerja lembur hari itu, atau ibu sedang mampir di rumah tetangga
dan segera sampai dirumah. Bertambahnya diferensiasi akan menciptakan bondarisbondaris yang baru. Kekuatan bondaris itu semakin meningkat bersama dengan
pertambahan usia. Ini akan mengurangi kekacauan dan mengembangkan kemampuan
untuk melakukan pola tingkah laku yang rumit. Anak-anak lebih mudah dipengaruhi oleh
lingkungannya, lebih mudah menghilangkan tegangan secara langsung dibanding orang
dewasa. Orang dewasa lebih persisten, mengatur tingkah lakunya dengan pola lokomosi
yang rumit dan khas.
Konsep saling ketergantungan yang terorganisir (organizational interdepence)
menjelaskan bagaimana daerah pribadi-dalam dan daerah lingkungan psikologis yang
semakin terdeferensiasi dan semakin otonom, dapat bekerja sama menghasilkan tingkah
laku yang intergratif. Sel dan region diitegrasikan dalam keseluruhan yang lebih besar.
Hirarki mengatur hubungan dominasi-subordinasi, region a mengatur region b, b mengatur
c, dan d, dan seterusnya. Misalnya bayi mungkin bermain dengan boneka dengan cara
sederhana, misalnya dengan memukul-mukulkannya. Pada anak yang usianya lebih tua,
mereka bermain boneka dengan melibatkan hirarki yang kompleks dari tujuan dan
subtujuan. Boneka itu diajak berbicara (fantasi) atau digendong (perasaan kasih sayang),
atau dimutilasi (rasa ingin tahu). Semuanya itu merupakan kebutuhan semu, dari kebutuhan
untuk diperhatikan orang tua. Kebutuhan diperhatikan merupakan sub kebutuhan kasih
sayang. Jadi, setiap subtujuan membentuk tujuan semu sementara, yang terkoordinasi
untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi, dan memperoleh kepuasan dari pencapaian tujuan
tinggi itu.
Regresi
Perkembangan bisa bergerak mundur. Walaupun tidak memerinci periodisasi
perkembangan, Lewin malahan menemukan dua macam gerak mundur perkembangan,
regresi dan retrogresi. Retrogresi adalah kembali ke bentuk tingkah laku lebih awal dalam
sejarah kehidupan manusia, sedang regresi adalah kembali ke bentuk tingkah laku yang
lebih primitif, tidak peduli apakah pribadi pernah melakukan hal itu. Jadi semua bentuk
kemunduran disebut regresi, dan khusus regresi yang mengulangi tingkah laku yang pernah
dialami pada masa yang lalu disebut retrogresi. Ekspresi regresi, misalnya ketika orang
dewasa menyatakan kegembiraan dengan meloncat-loncat, respon itu disebut retrogresi.
Menurut Lewin, frustasi menjadi salah satu faktor terpenting penyebab regresi.
2016
24
Teori Kepribadian Kontemporer
Hanifah, M.Psi, Psikolog
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
Alwisol. 2008. Psikologi Kepribadian. Edisi Revisi. Malang: UPT Penerbitan Universitas
Muhammadiyah Malang
Boeree, C.George. 2006. Personality Theories. Psychology Department Shippensburg
University.
Kelland, Mark. 2015. Social Learning Theory and Personality Development. OpenStax-CNX
Suryabrata, Sumadi. 2006. Psikologi Kepribadian. Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada
2016
25
Teori Kepribadian Kontemporer
Hanifah, M.Psi, Psikolog
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download